sawit (teknologi pemupukan).doc

6

Click here to load reader

Transcript of sawit (teknologi pemupukan).doc

Page 1: sawit (teknologi pemupukan).doc

3. METODE PEMUPUKAN

Efisiensi dan efektifitas pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh

metode pemupukan yang digunakan. Berbagai metode pemupukan telah

dikembangkan. Pada umumnya ada 3 cara aplikasi pupuk, yaitu secara

manual, mekanis dan aplikasi melalui udara metode yang umum digunakan

oleh kebun dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan

pocket. Aplikasi pupuk secara manual membutuhkan waktu lama dan tenaga

lebih banyak. Aplikasi pemupukan dengan cara mekanis (menggunakan

bantuan traktor) membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit dan kapasitas

kerjanya 20-25 ha per HK (tabel 7.2).

Tabel 7.2 Biaya dan logistik berbagai metode aplikasi pupuk N dan K pada kebun seluas 2000 ha

MetodeBiaya/ha/putaran

(RM/ha)Ha/H

KHari Keterangan

Manual 5,46 4,3 124 Coastal, 4 putaran, 15 tenaga kerja

Manual 6,42 3,9 205 Inland, 6 putaran, 15 tenaga kerja

Spreader 2,76 22,3 135 2 units, 6 putaran, 4 tenaga kerja

Udara 12,03 600 20 600 ha/plane/hari, 6 putaran, 125 kg/phn, biaya aplikasi RM 6,5/ton

Sumber: Nazeeb et al. (1996)

Aplikasi pupuk melalui udara memiliki keuntungan memerlukan

waktu yang cepat dan tenaga kerja hanya sedikit. Akan tetapi cara ini

memerlukan biaya yang sangat besar (Liwang et al. 2000). Metode aplikasi

pupuk juga berpengaruh terhadap hasil TBS seperti yang disajikan Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Pengaruh berbagai cara aplikasi pupuk terhadap hasil TBSMetode aplikasi Rerata TBS (ton/ha/thn)

Aplikasi dengan pesawat 19, 35Mekanik (spreader) 21,12Manual (hand aplication) 19,96Control (tanpa pupuk) 16,95

Sumber: Chan & Lim (1990)

Page 2: sawit (teknologi pemupukan).doc

Penepatan pupuk dilaporkan juga berpengaruh terhadap hasil TBS,

seperti hasil penelitian dari Malaysia yang disajikan pada Tabel 7.4 Penelitian

efektifitas penempatan pupuk dengan isoptop 32P juga telah dilakukan oleh

PPKS (Fadli et al. 1999) dan diperoleh hasil bahwa pada daerah berjarak 1,5

meter dari pohon memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap serapan

hara 32P pada daun 9 dibandingkan pada daerah berjarak 2,5 meter dari pohon.

Hal tersebut menunjukkan bahwa akar aktif tanaman (freeding root) disekitar

1,5 meter dari pohon lebih efektif dalam menyerap 32P empat minggu setelah

aplikasi.

Tabel 7.4 Pengaruh penempatan pupuk terhadap hasil TBSPenempatan Hasil TBS (ton/ha/thn)

Piringan (weeded circle) 26,04 (100%)Sebar merata (overal briadcast) 26,80 (103%)

Sumber: Sumber: Nazeeb et al. (1997)

Penempatan pupuk pada kedalaman tertentu berpengaruh terhadap

kandungan 32P dalam daun ke-17. Kandungan 32P dalam daun 17 lebih tinggi

pada aplikasi dengan kedalaman 5 cm dibandingkan aplikasi dengan

kedalaman 15 c. Berdasarkan data kelapa sawitberumur sekitar 8 tahun

umumnya berada pada kedalaman < 5 cm dari permukaan tanah. Pemberian

pupuk cara sebar di piringan berdiameter 2,5 m yang dilakukan secara rutin

tiap semester diduga merangsang perkembangan akar ke arah permukaan

untuk mendapatkan hara tersebut. Intersepsi akar ke arah sumber hara

merupakan salah satu cara tanaman memperoleh hara yang dibutuhkan dalam

tanah untuk mempertahankan hidup.

Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan

hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk

(P, K, Mg) secra merata dipiringan pada jarak 1,50 m adri pangkal batang ke

arah pinggir piringan, sedangkam pupuk N dianjurkan dibenam (pocket)

dalam tanah. Pada daerah perengan yang belum dilengakapi dengan tapak

kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara benam (untuk seluruh

jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar pohon.

Page 3: sawit (teknologi pemupukan).doc

4. DOSIS, WAKTU DAN FREKUENSI PEMUPUKAN

Ketepatan dosis dan waktu aplikasi sangat menentukan efisiensi

pemupukan. Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk

guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah, meliputi: 1) hasil analisis

daun dan tanah, 2) realiasasi produksi lima tahun sebelumnya, 3) realisasi

pemupukan tahun sebelumnya, 4) data curah hujan selama minimal lima

tahun sebelumnya, 5) hasil pengamatan lapangan yang meliputu gejala

defisiensi hara, kultur teknis dan panen.

Realiasasi pemupukan dikebun umumnya beum memenuhi dosis yang

direkomendasikan, hal ini terutama berkaitan dengan ketersediaan pupuk di

kebun (Tabel 7.5). waktu aplikasi pupuk juga tidak sesuai dengan waktu yang

disarankan oleh petugas rekomendasi, dan umumnya mengalami

kemunduran. Penetapan waktu aplikasi didasarkan pada pola curah hujan di

daerah tersebut (Gambar 7.2).

Tabel 7.5 Presentase dan waktu realisasi pemupukan tanaman kelapa sawit (contoh kasus)

Tahun tanaman

Presentase dan waktu pemupukanN P K Mg

% waktu % waktu % waktu % waktu1982 99 Januari,

April, Mei/Sept, Nov, Des

99 Feb./Okt 76 Feb/Des 103 Feb./Mar.

1983 90 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 80 Feb/Des 100 Feb./Mar.

1984 90 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 82 Feb/Des 100 Feb./Mar.

1985 82 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 78 Feb/Des 100 Feb./Mar.

1986 90 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 84 Feb/Des 100 Feb./Mar.

Page 4: sawit (teknologi pemupukan).doc

1987 64 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 64 Feb/Des 100 Feb./Mar.

1988 86 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 50 Feb/Des 100 Feb./Mar.

1989 93 Januari, April, Mei/Sept, Nov, Des

100 Feb./Okt 77 Feb/Des 100 Feb./Mar.

Sumber: PPKS (Laporan Rekomendasi Pemupukan, (1999)

Berdasarkan gambar tersebut, waktu aplikasi puouk disarankan pada

bulan Februari-Maret untik aplikasi I dan September-Oktober untuk aplikasi

II. Urutan pemupukan berdasarkan jenis pupuknya disarankan sebagai berikut

RP/Dolomit-Urea-MOP atau RP- (halaman berikutnya).