Sausan Hana M. G99151054 Hearing Loss
-
Upload
sahama2508 -
Category
Documents
-
view
231 -
download
8
description
Transcript of Sausan Hana M. G99151054 Hearing Loss
TUGAS THT
HEARING LOSS
KARANGANYAR
Oleh :
Sausan Hana Maharani
G99151054
Pembimbing :
dr. Anthonius Cristanto, M. Kes, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
BOYOLALI
2015
1. Keluhan utama di bidang THT-KL
a. Telinga
- Telinga berdenging (tinitus)
- Telinga terasa penuh
- Nyeri telinga (otalgia)
- Keluar cairan (otorrhea)
- Penurunan pendengaran
- Telinga gatal (itching)
- Benda asing di dalam telinga (corpal)
b. Hidung
- Hidung tersumbat
- Sering bersin-bersin (sneezing)
- Perdarahan dari hidung (epistaksis)
- Gangguan penghidu (anosmia/hiposmia)
- Sekret dari hidung (rhinorrhea)
- Nyeri di daerah wajah
- Hidung berbau (foetor ex nasal)
- Benda asing di dalam hidung (corpal)
- Suara sengau (nasolalia)
c. Tenggorok
- Nyeri tenggorok
- Batuk
- Suara serak
- Nyeri menelan (odinofagia)
- Merasa banyak dahak di tenggorokan
- Sulit menelan (disfagia)
- Merasa ada yang menyumbat atau mengganjal (sense of lump in the
neck)
- Amandel (tonsilitis)
- Bau mulut (halitosis)
- Benda asing di tenggorok (corpal)
1
d. Kepala-leher
- Pusing berputar
- Sesak
- Benjolan di leher
- Gangguan keseimbangan
2. Mekanisme patofisiologi deafness (hearing loss)
a. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, telinga dalam:
Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam
1) Telinga Luar
Terdiri dari :
a) Daun telinga/Pinna/Aurikula merupakan daun kartilago.
Fungsinya menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya
ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya
sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran
timpani).
b) Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan
telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut,
dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada
permukaan internal. memiliki ketegangan, ukuran, dan
ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang
bunyi secara mekanis.
2
Gambar 2. Membran Timpani
Bagian-bagiannya :
- Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri
dari 2 lapisan :
luar : lanjutan epitel telinga
dalam : epitel kubus bersilia
Terdapat bagian yang disebut dengan atik.
Ditempat ini terdapat auditus ad antrum berupa
lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid.
- Bagian bawah atau Pars tensa (membran propria), terdiri
dari 3 lapisan :
tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat
elastin
Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran
timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu
refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7
pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran
timpani kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mengakibatkan
3
adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar,
maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.
2) Telinga Tengah
Terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis
facialis) tulang temporal
Terdiri dari :
a) Tuba Eustachius
menghubungkan telinga tengah dengan faring
normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat
menelan, mengunyah, dan menguap.
berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua
sisi membran timpani.
Bila tuba membuka suara akan teredam.
b) Osikel auditori (tulang pendengaran)
Terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill),
Stapes (sanggurdi). Berfungsi sebagai penghantar getaran dari
membran timpani ke fenesta vestibule.
c) Otot
Membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara
dengan nada tinggi (peredam bunyi).
m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara
dipantulkan
m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga =>
suara teredam
3) Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi
cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam
dan memiliki cairan endolimfe.
4
Gambar 3. Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam
Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea
terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala
timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan
tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval,
sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah
melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis
atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran
basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang
berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti
terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut
terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan N.vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat
indera keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di
belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus
serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis.
Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
5
memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian
keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.
b. Histologi Telinga
1) Telinga Luar
a) Aurikula
Suatu lempeng tulang rawan elastik yang kuning dengan
ketebalan 0,5 – 1 mm, diliputi oleh perikondrium yang banyak
mengandung serat-serat elastis.
Seluruh permukaannya diliputi kulit tipis dengan lapisan
subkutis yang sangat tipis (hipodermis) pada permukaan
anterolateral.
Ditemukan rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat,
yang umumnya kurang berkembang. Dalam lapisan subkutis dan
menempel pada perikondrium terdapat beberapa lembar otot
lurik.
b) Liang telinga luar (Meatus akustikus eksternus)
Membentang dari aurikula sampai membran timpani. Pada
potongan melintang, saluran ini bentuknya oval dan liang
telinganya tetap terbuka karena dindingnya kaku. Sepertiga
bagian luar mempunyai dinding tulang rawan elastis yang
meneruskan diri menjadi tulang rawan aurikula, dan duapertiga
bagian dalam berdinding tulang.
Saluran ini dilapisi kulit tipis tanpa jaringan subkutis.
Lapisan-lapisan demis yang lebih dalam bersatu dengan
perikondrium atau periosteum.
Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang
berhubungan dengan kelenjar sebasea, dan sejumlah kecil
rambut dan kelenjar sebasea pada bagian atap saluran bagian
dalam.
Dalam liang telinga luar ditemukan serumen, yaitu suatu
materi coklat seperti lilin dengna rasa yang pahit dan berfungsi
pelindung.
6
Serumen merupakan gabungan sekret kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen, yang merupakan modifikasi kelenjar keringat
yang besar, berjalan spiral dan salurannya bermuara langsung ke
permukaan kulit atau bersama kelenjar sebasea ke leher folikel
rambut.
c) Membran timpani
Berbentuk oval dan letaknya oblique/miring menutupi bagian
terdalam liang telinga luar. Membran timpani mempunyai dua
lapis jaringan ikat, lapisan luar mempunyai serat yang berjalan
radial, dan lapisan dalamnya mempunyai serat yang berjalan
sirkular.
Permukaan luarnya dilapisi kulit yang sangat tipis dan
permukaan dalamnya dilapisi mukosa ruang telinga tengah yang
tebalnya 20-30 mikron dengan epitel yang kuboid.
Pada membran timpani melekat maleus yang menyebabkan
membran menonjol ke dalam rongga telinga tengah. Bagian atas
membran timpani tak mengandung serat-serat kolagen, dan
disebut bagian flaksida (membrana shrapnell).
2) Telinga tengah
Terdiri dari rongga seperti celah di dalam tulang temporal yaitu
rongga timpani, dan tuba auditorius (eustachii) yaitu suatu kanal
atau duktus yang menghubungkannya dengan nasofaring.
Epitel yang melapisi rongga timpani adalah epitel selapis
gepeng atau kubis rendah, akan tetapi dibagian anterior pada celah
tuba auditiva, epitelnya selapis silindris bersilia :
Lamina propria tipis dan menyatu dengan percosteum. Maleus
dan inkus tergantung pada ligamen-ligamen tipis dari atap.
Lempeng dasar stapes melekat melalui sendi fibrosa pada fenestra
ovalis pada dinding dalam. Antara ketiga tulang pendengaran
terdapat dua sendi sinovial Periosteum tipis pada tulang
pendengaran, menyatu dengan lamina propria tipis dibawah lapisan
epitel selapis gepeng, yang melapisi seluruh rongga timpani.
7
Fenestra ovalis pada dinding medial, ditutupi oleh lempeng
dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
vestibuli koklea. Oleh karenanya, getaran-getaran membrana
timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke
perilimfe telinga dalam.
Fenestra rotundum yang terletak dalam dinding medial rongga
timpani di bawah dan belakang fenestra ovalis dan diliputi oleh
suatu membran elastis (membran timpani sekunder), yang
memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani
koklea.
a) Tuba eustachius
Menghubungkan rongga timpani dengan nasofaring,
panjangnya 3,5 cm. Bagian sepertiga posterior mempunyai
dinding tulang dan bagian duapertiga anterior mempunyai
dinding tulang rawan. Lumennya gepeng, dinding medial dan
lateral bagian tulang rawan saling berhadapan menutup lumen.
Epitel bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris
bersilia dengan sel goblet dekat faringLamina propia dengan
faring, mengandung kelenjar seromukosa. Dengan menelan,
dinding tuba saling terpisah, sehingga lumen terbuka dan udara
dapat masuk ke rongga telinga tengah untuk menyamakan
tekanan udara pada ke dua sisi membran timpani.
3) Telinga dalam
Adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosun
tulang temporalis, labirin oseosa (Labirin tulang). Di dalamnya
terdapat labirin membranosa yang juga merupakan suatu rangkaian
saluran dan rongga-rongga.
Labirin membranosa berisi cairan endolimf. Dinding labirin
membranosa memisahkan endolimf dari perilimf, yang mengisi
ruang labirin tulang sisanya.
a) Labirin tulang
8
Yang di tengah adalah vestibulum, terletak medial
terhadap rongga timpani, dengan fenestra ovalis pada dinding
di antaranya. Posterior terhadap vestibulum dan bermuara ke
dalamnya, ada tiga buah saluran semisirkularis. Berdasarkan
letaknya, saluran semisirkularis itu disebut saluran anterior,
posterior, dan lateral, yang masing-masing saling tegak lurus.
Setiap saluran mempunyai pelebaran, disebut Ampula.
Ampula saluran yang anterior dan lateral, letaknya berdekatan
di atas fenestra ovalis, dan milik saluran posterior membuka ke
bagian posterior vestibulum. Walaupun ada tiga saluran, hanya
ada lima muara pada vestibulum. Ujung posterior saluran
posterior yang tidak berampula, menyatu dengan ujung medial
saluran anterior yang tidak berampula, dan bermuara ke dalam
bagian medial vestibulum oleh krus komune.
Ujung tidak berampula saluran lateral bermuara secara
terpisah ke dalam bagian atas vestibulum. Dari dinding medial
vestibulum terjulur saluran sempit ke arah inferoposterior
untuk mencapai permukaan posterior tulang temporal pars
petrosus dalam fosa kranial posterior.
Ke arah anterior, rongga vestibulum berhubungan dengan
koklea tulang. Sumbu tulang koklea yaitu modiolus tersusun
melintang terhadap sumbu panjang tulang temporal pars
petrosus dengan dasar mengarah ke fosa kranial posterior dan
puncaknya mengarah ke depan dan lateral. Tonjolan tulang
yang terjulur dari modiolus membentuk lamina spiralis.
b) Labirin membranosa
Di dalam labirin tulang terdapat labirin membranosa, suatu
sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf.
Vestibulum berisi dua buah ruangan dan saluran-saluran
penghubung. Di bagian posterior, utrikulus dihubungkan denan
tiga buah saluran semisirkularis membranosa melalui lima
9
buah lubang. Ampula saluran semisirkularis membranosa
lebar. Di anterior, sakulus yang bentuknya hampir sferis,
dihubungkan dengan utrikulus oleh suatu tabung/saluran
ramping berbentuk huruf Y, yang cabang-cabang pendeknya
merupakan duktus utrikularis dan duktus sakularis.
Saluran-saluran ini bergabung membentuk duktus
endolimfatikus, yang berjalan posteroinferior ke permukaan
posterior pars petrosus tulang temporal, dan di sini berakhir
sebagai kantung yang buntu yaitu sakus endolimfatikus.Di
sebelah anterior, bagian bawah kantung ini berhubungan
dengan duktus koklearis melalui suatu saluran pendek dan
sempit duktus reuniens.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula
saluran semisirkularis (krista ampularis) dan dalam utrikulus
dan sakulus (makulus ultrikuli dn sakuli) yang berfungsi
sebagai indra statik dan kinetik. Organ pendengaran adalah
organ Corti yang terdapat sepanjang duktus koklearis.
c) Utrikulus dan sakulus
Mempunyai dinding dengan lapisan jaringan ikat halus
yang mengandung sejumlah fibroblas dan melanosit. Di antara
lapis jaringan ikat utrikulus dan sakulus dengan epitel selapis
gepeng yang melapisi, terdapat suatu lamina basal yang tipis.
Terdapat tiga jenis sel dalam makula :
• Sel penyokong (sustentakular) : adalah sel yang berbentuk
silindris tinggi, terletak pada lamina basalis, dan
mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan
beberapa granila sekretorik. Sel-sel ini membentuk
matriks membran otolit.
• Sel rambut tipe I
• Sel rambut tipe II
Pada permukaan makula, terdapat suatu lapisan gelatin
dengan ketebalan 22 mikrometer, disebut membran otolit, yang
10
mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang
disebut otokonia atau otolit, terdiri dari kalsium karbonat dan
suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia
serta kinosilia sel rambut, terbenam dalam membran otolit.
Perubahan posisi kepala, mengakibatkan perubahan dalam
tekanan atau tegangan dalam membran otolit dengan akibat
terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima
oleh badan akhir saraf yang terletak antara sel-sel rambut.
d) Kanalis semisirkularis
Mempunyai penampang yang oval dengan bagian yang
paling cembung berdampingan erat dengan periosteum. Pada
permukaan luarnya terdapat ruang perilimf yang lebar dilalui
trabekula. Sebuah krista ditemukan dalam setiap ampula. Tiap
krista dibentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut.
Mikrovili, stereosilia, dan kinosilianya terbenam massa
gelatinosa, yang disebut kupula.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya dirangsang oleh
gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan
endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan
kinosilia. Dalam makula, sel-sel rambut juga terangsang, tetapi
perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu
peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh
membran otolit.
e) Koklea
Berjalan spiral degan 2 3/4 putaran sekitar modiolus.
Modiolus menjadi tempat keluarnya lamina spiralis, kemudian
menjulur ke dinding luar koklea suatu membrana basilaris.
Pada tempat perlekatan membrana basilaris ke dinding luar
koklea, terdapat penebalan periosteum yang disebut
ligamentum spiralis. Membran vestibularis (Reissner),
membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding
luar.
11
Duktus koklearis terbagi menjadi tiga ruangan yaitu skala
vestibularis, media, dan timpani. Scala vestibuli: dinding
dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng.
Scala media/ductus cochlearis dengan membrana vestibularis
Reissner. Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat
tipis dengan epitel selapis gepeng.
Stria vaskularis adalah epitel vascular yang terletak pada
dinding lateral duktus koklearis dan bertanggung jawab atas
komposisi ion di endolimfe. Organ korti mengandung sel
rambut, yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Sel
rambut terdapat pada membrane basiliaris. Barisan streosilia
berbentuk w pada bagian luar dan berbentuk v atau linier pada
bagian dalam.Tidak terdapat kinosilium. Ujung streosilia
terbenam dalam membrane tektorial.
c. Patofisiologi deafness
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli
konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli
sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.
Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah dan
akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa
aneurisma akan menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut
jantung. Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat
pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf
pendengaran rusak, dan terjadi tuli sensorineural. Setelah pemakaian
obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan
pendengaran berupa tuli sensorineural dan gangguan keseimbangan.
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural
deafness) serta tuli campuran (mixed deafness). Pada tuli konduktif
terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau
penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli sensorineural
(perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII
12
atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campuran disebabkan oleh
kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli campuran dapat
merupakan satu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang
berlainan, misalnya tumor N. VIII (tuli saraf) dengan radang telinga
tengah (tuli konduktif). Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan.
Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising.
Bunyi (frekuensi 20 Hz - 18.000 Hz) merupakan frekuensi nada
murni yang dapat didengar oleh telinga normal.
Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari garpu
tala, piano.
Bising (noise) dibedakan antara: NB (narrow band), terdiri atas
beberapa frekuensi, spektrumnya terbatas dan WN (white noise),
yang terdiri dari banyak frekuensi.
3. Diagnosis Deafness
a. Anamnesis
- Riwayat perjalanan dengan pesawat atau menyelam
- Autofoni
- Rasa penuh di telinga
- Keluar cairan dari telinga
- Tinitus
- Vertigo
- Riwayat trauma kapitis
- Hipertensi
- Post infeksi virus
- Pernah / sedang berkerja di lingkungan bising ≥ 5 tahun
- Penggunaan obat TB, hipertensi, antibiotik, atau antiinflamasi
b. Pemeriksaan Fisik
- Tanda vital
- Tragus pain
13
- Telinga (inspeksi dan otoskopi) : sekret, tanda radang, bekas trauma,
membran timpani, pembengkakan atau nyeri postauricular
- Hidung
- Cavum oris
- Faring
- Sinus
- Limfonodi
- Leher
c. Pemeriksaan Penunjang
- Tes Garpu Tala
- Audiometri
- PTA
- Jika terdapat sekret, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis,
kultur, dan tes resistensi.
14
15
TIDAK
YATIDAK
GANGGUAN PENDENGARAN
Sejak Kecil
Delay Speech MUNCULNYA GANGGUAN
Terdapat salah satu di bawah ini:Tuli sensorineural dalam keluargaKelainan kraniofasial, termasuk pinna dan liang telingaInfekasi intrauterin : TORCHBBL < 1500 grHiperbilirubinemia dengan exchance tranfussionApgar score 1” (0-4), 5”(0-6)
Terdapat salah satu di bawah ini:Post-trauma capitisInfeksi postnatalOtitis media berulang atau menetap disertai efusi telinga tengah minimal 3 bulan
Otoskopi normal atau dengan atresia liang telinga
KONGENITAL
Mendadak Perlahan-lahan
Nyeri
Riwayat perjalanan dengan pesawat atau menyelamAutofoniRasa penuh di telingaTinitusVertigo
Otoskopi normal
BAROTRAUMA
HipertensiTinitusVertigoPost-infeksi virus
Otoskopi normal
Rinne test +Weber test lateralisasi ke telinga yg lebih sehat Schwabach test memendekPTA : T.S ringan -berat
SUDDEN DEAFNESS
DIDAPAT
YA
YA
TIDAK
Anamnesis :Tidak diketahui kapan mulai berkurangTinitusCocktail party deafnessNyeri telingabila mendengar suara dengan intensitas tinggiBicara dengan suara keras
Pemeriksaan :Otoskopik normalRinne +, Weber lateralisasi ke telinga yg lebih sehat, Schwabach memendek. Kesan : TSPTA : TS nada tinggi, bilateral simetrisSpeech audiometry : gg. Diskriminasi wicara +
PREBISKUSIS
Anamnesis:Pernah / sedang berkerja di lingkungan bising ≥ 5 tahunTinitusMampu memahami suara percakapan bila sumber suara berintensitas tinggiBicara dengan suara keras
Pemeriksaan :Otoskopik normalRinne +, Weber lateralisasi ke telinga yg lebih sehat, Schwabach memendek. Kesan : TSPTA : TS nada tinggi, bilateral simetrisSpeech audiometry : gg. Diskriminasi wicara +
NIHL
Anamnesis:Penggunaan obat TB, hipertensi, antibiotik, atau antiinflamasiTinitusVertigo
Pemeriksaan :Otoskopik normal
OTOTOKSISITAS
BILATERAL UNILATERAL
Usia ≥ 65 th
16
SERUMEN
OTITIS EKSTERNAHERPES ZOSTER OTIKUS / RAMSAY HUNT
KERATOSIS OBTURANS
OTITIS MEDIA
TIDAK NYERI/ NYERI MINIMAL NYERI
Anamnesis :Rasa penuh di telingaKadang terasa sedikit gatal atau mengganjal
Anamnesis :Nyeri hebat pada telinga
Anamnesis :Demam, batuk, pilekRasa penuh ditelingaKeluar cairan dari telinga
PF :NT tragus KGB membesar dengan NTLiang telinga sempit, hiperemis, udem, furunkel.
Anamnesis :Nyeri hebat pada telinga
PF :Lesi vesikuler di wajah dan sekitar telingaParesis otot wajah (bisa ada/tidak)
Anamnesis :Rasa penuh ditelinga
PF :Penumpukan/ deskuamasi epidermis di liang telinga gumpalan
PF :Perforasi membran timpaniMembran timpani hiperemis
17
4. Diagnosis banding deafness
Kelainan telinga yang dapat menyebabkan tuli konduktif, atau tuli
sensorineural.
Tuli konduktif, disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar atau
telinga tengah. Telinga luar menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma
liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta,
osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah ialah tuba katar/ sumbatan
tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.
Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea.
- Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh : aplasia (kongenital),
labirintitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis,
trauma akustik, dan pajanan bising.
- Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh : neuroma akustik,
tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan
otak, dan kelainan otak lainnya.
Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras dan usia lanjut akan
menyebabkan kerusakan pada penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea.
Presbiakusis ialah penurunan kemampuan mendengar pada usia lanjut.
Trauma kapitis, dapat terjadi kerusakan di otak karena hematoma,
sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss),
disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu
yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
5. Penatalaksanaan deafness
Penatalaksanaan otalgia bergantung pada penyebabnya. Misalkan
penyebab deafness adalah adanya infeksi pada telinga tengah, yaitu :
a. Pada otitis eksterna difusa, pengobatannya adalah memasukkan tampon
antibiotika ke dalam liang telinga, supaya terjadi kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang.
b. Terapi otitis eksterna sirkumskripta tergantung pada keadaan furunkel.
Bila sudah menjadi abses, dilakukan aspirasi. Bila dinding furunkel tebal,
dilakukan insisi kemudian drainase. Secara lokal dapat diberikan
antibiotika dalam bentuk salep, seperti:
- polimiksin B (10.000 UI/g), atau
- basitrasin (500 UI/g).
c. Pada otitis ekterna maligna penatalaksanaannya adalah pemberian
antibiotika dosis tinggi terhadap pseudomonas selama enam minggu.
Antibiotika yang sering digunakan:
- Siprofloksasin. Merupakan golongan kuinolon. Tidak digunakan
untuk pasien usia < 18 tahun, tab scored 500 mg.
- Sefepim. Merupakan golongan sefalosporin generasi keempat.
Sediaan serbuk injeksi 1000 mg/vial.
- Gentamisin. Merupakan golongan aminoglikosida, terdapat sediaan
injeksi 10 mg/ml, 40 mg/ml, atau 80 mg/ml.
Bila perlu dilakukan debridement pada jaringan nekrotik di liang
telinga dan cavum timpani, yang terpenting gula darah harus di
kontrol.
d. Pada otitis media supuratif akut (OMA) pengobatannya tergantung
stadium penyakitnya.
- Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung (HCl efedrin 0,5%
untuk anak <12 tahun atau HCl efedrin 1% untuk dewasa) dan
pemberian antibiotika.
- Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik (terapi awal diberikan
golongan penisilin atau ampisilin agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung gangguan pendengaran dan kekambuhan diberikan
selama 7 hari), obat tetes hidung, analgetik dan sebaiknya dilakukan
miringotomi.
19
- Pada stadium supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi.
- Pada stadium perforasi diberikan obat cuci telinga (H2O2 3% selama
3-5 hari) dan antibiotik adekuat biasanya dalam 7-10 hari perforasi
dapat menutup kembali.
e. Terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif dan medikamentosa. Bila
sekret keluar terus menerus diberi obat pencuci telinga, antibiotika dan
kortikosteroid. Bila sekret telah kering dapat dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah
pembedahan yaitu mastoidektomi.
f. Otitis media serosa akut penatalaksanaannya adalah pemberian
vasokontriktor lokal, antihistamin, perasat valsava bila tidak ada tanda-
tanda infeksi di jalan napas atas. Bila lebih dari 2 minggu gejala masih
menetap, maka dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh
maka dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi.
g. Otitis media serosa kronik penatalaksanaannya adalah mengeluarkan
sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pada kasus
awal dapat diberi dekongestan. Bila medikamentosa tidak berhasil baru
dilakukan tindakan operasi. Bila terdapat tanda-tanda infeksi maka dapat
diterapi dengan antibiotika serta obat tetes telinga. Antibiotika yang
dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin, bila pasien alergi
terhadap golongan ampisilin dapat diberikan eritomisin.
h. Pengobatan barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja
yaitu memberikan dekongestan lokal atau dengan menggunakan perasaat
valsava selama tidak terjadi infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan
atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai
beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila
perlu memasang pipa ventilasi.
i. Infeksi jamur maka penatalaksanaannya adalah liang telinga dibersihkan
secara teratur. Dapat diberi larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang
diteteskan ke liang telinga, atau salep anti jamur seperti nistatin dan
klotrimazol. Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung dan
pemberian antibiotika. Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik, obat
20
tetes hidung, analgetik dan sebaiknya dilakukan miringotomi. Pada
stadium supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi. Pada stadium
perforasi diberikan obat cuci telinga dan antibiotik adekuat.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat dipakai untuk mengurangi
dan menangani otorrhea berdasarkan formularium nasional.
a. Antibiotik
1) Antibiotik topikal
Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi. Antibiotika topikal yang dapat
dipakai pada otitis media kronik adalah:
a) Polimiksin B. Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram
negatif. Sediaan salep kulit 10.000 UI/g.
b) Kloramfenikol. Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram
positif dan negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa. Sediaan
salep kulit 2%.
Selain dalam bentuk salep, dapat pula digunakan antibiotik dalam
bentuk tetes telinga seperti Ofloksasin, tetes telinga 3%. Merupakan
golongan kuinolon generasi kedua. Spektrum kerja lebih luas dan
meliputi gram positif, dapat digunakan untuk infeksi sistemik.
2) Antibiotik sistemik
a) Golongan aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora.
Mekanisme kerjanya: bekterisid, berpenetrasi pada dinding
bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Contoh:
streptomisin (sediaan serb inj 1000 mg/vial), kanamisin (sediaan
inj 1000 mg/vial), gentamisin (sediaan: inj 10 mg/ml, inj 40
mg/ml, inj 80 mg/ml), dan amikasin (hanya digunakan untuk
infeksi oleh bakteri gram negatif yang resisten terhadap
gentamisin. Sediaan inj 250 mg/ml).
b) Golongan kuinolon
21
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman dengan
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat
sintesa DNA. Obat golongan ini yang banyak digunakan adalah
kuinolon generasi kedua. Spektrum kerja lebih luas, meliputi
gram positif, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Contoh:
siprofloksasin (tidak digunakan untuk pasien usia < 18 tahun,
sediaan: tab scored 500mg dan inf 2 mg/ml) dan ofloksasin
(sediaan: tab 200 mg dan tab 400 mg).
c) Golongan beta laktam
- Penisilin. Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum,
memiliki cincin β-laktam yang diinaktifkan oleh enzim β-
laktam bakteri. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan
beberapa gram (-). Contoh: amoksisilin (Sediaan: tab 250 mg,
tab 500 mg, sir kering 125 mg/5 ml, sir forte 250 mg/5 ml)
dan ampisilin (Sediaan: serb inj 250 mg/vial, serb inj 1000
mg/vial).
d) Golongan sefalosforin
Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif.
- Seftazidim. Sediaan serbuk injeksi 1000 mg/vial. Merupakan
terapi lini ketiga sediaan injeksi / infus, diberikan kepada
pasien yang telah resisten dengan antibiotika lain (dibuktikan
dengan hasil resistensi).
- Sefepim. Merupakan generasi IV → sangat resisten terhadap
laktamase. Sediaan serb inj 1000 mg/vial.
- Sefotaksim. Merupakan generasi III → lebih aktif terhadap
bakteri gram negatif, meliputi P. Aeruginosa dan bacteroides.
Sediaan: inj 500 mg/vial dan serb inj 1000 mg/vial.
b. Analgetik
- Parasetamol. Dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Bekerja menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi
sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer.
22
Sediaan: tab 500 mg, sir 120 mg/5 ml, tts 60 mg/0.6 ml, drips (infus)
1000mg/100 ml.
c. Obat cuci telinga
- Hidrogen peroksida. Aktivitas antibakterinya lemah dan efektif
melawan virus. Kerja antiseptiknya tergantung pada lepasnya
oksigen nascent yang merupakan pengoksidasi kuat yang dapat
menghancurkan mikroorganisme dan secara kimia dipengaruhi oleh
bahan-bahan organik. Sediaan H2O2 3%.
d. Kortikosteroid
- Metil prednisolone: mengurangi inflamasi dengan mensupresi
migrasi leukosit PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler.
Sediaan: tab 4 mg, tab 8 mg, tab 16 mg, inj 125 mg/vial.
- Prednisone: menurunkan inflamasi dengan mencegah peningkatan
permeabilitas kapiler dan mensupresi sel PMN. Sediaan: tab 1 mg,
tab 5 mg, tab 10 mg, tab 20 mg, dan tab 50 mg.
- Dexametasone: mengurangi inflamasi dengan mensupresi migrasi
leukosit PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler. Sediaan: tab
0.5 mg, tab 1 mg, tab 2 mg, tab 6 mg, inj 4 mg/ml, inj 10 mg/ml.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwik S. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Arief MT. 2004. Histologi Umum Kedokteran.Surakarta: CSGF.
Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC
Kepmenkes. 2014. Formularium nasional. available from: https://www.scribd.com/doc/250910683/2014-KEPMENKES-NO-159-FORMULARIUM-NASIONAL-pdf. Diunduh 23 Maret 2015.
24