Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

26
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DEMAM KEJANG PADA ANAK DI RUANGAN ANAK RSUP M. DJAMIL PADANG Oleh Kelompok II : 1. SYINTIA ZAHARA 2. MUZDALIFA NENI DIYONO 3. INTAN WAHYUNI 4. NURMADONA ANHAR 5. RINA MARIANA 6. LENI JUANTI 7. UUDASARI 8. VANESSA ELGA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

Transcript of Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEMAM KEJANG PADA ANAK DI RUANGAN ANAK

RSUP M. DJAMIL PADANG

Oleh Kelompok II :

1. SYINTIA ZAHARA

2. MUZDALIFA NENI DIYONO

3. INTAN WAHYUNI

4. NURMADONA ANHAR

5. RINA MARIANA

6. LENI JUANTI

7. UUDASARI

8. VANESSA ELGA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2014

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : kurangnya pengetahuan orang tua terhadap gejala klinis dan

penetalaksanaan demam kejang pada anak

Pokok bahasan : Demam Kejang

Sasaran : semua orang tua yang anaknya yang dirawat di ruangan anak

Jam : 09.00 wib

Waktu : ± 30 menit

Tanggal : 31 Januari 2014

Tempat : Di RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

A. TOPIK/JUDUL

Demam Kejang

B. LATAR BELAKANG

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai

penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh

karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih

bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan

neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi

karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh

proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan

bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki

daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi

serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-

sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara

fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

(Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) . Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat

sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan

bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk

berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien

sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan

keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,

melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri

yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,

prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

C. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan tentang demam kejang selama + 30 menit,

masyarakat bisa memahami dan mengerti tentang kejang.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan mampu :

a. Menjelaskan pengertian tentang kejang

b. Menjelaskan macam-macam kejang

c. Penyebab kejang

d. Tanda dan gejala kejang

e. Menjelaskan tindakan pertolongan kejang

D. Metode penyuluhan

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media

1. Leaflet

2. Flipchart

F. Materi  Penyuluhan

Terlampir

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

G. Setting tempat

Ket : : moderator

: penyaji

: notulen

: fasilitator

: observer

: peserta

H. Tugasnya

1. Moderator bertugas Mengawal dan Mengawasi jalannya diskusi yang menjadi

tanggung jawabnya agar berjalan sesuai dengan topiknya.

2. Penyaji bertugas menyajikan materi diskusi, berperan sebagai pembicara dalam

diskusi, mengutarakan makalah yang disampaikan, menjawab pertanyaan dari

peserta dan penyanggah.

3. Notulen bertugas menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi,

diperbolehkan untuk menyanggah, diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak

menyetujui, membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.

4. Fasilitator bertugas Melaksanakan pengelolaan,koordinasi, fasilitasi dan pembinaan

penyelenggaraan dan ketenagaan dalam penyuluhan.

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

5. Observer bertugas Mengamati dan mencatat respon klien, Mencatat jalannya

aktivitas, Melakukan evaluasi hasil.

6. Tugas peserta diskusi mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir,

mengajukan usul, pendapat, maupun komentar, meminta panelis untuk memberikan

pembuktian, contoh, maupun perbandingan.

I. Pengorganisasian

Moderator : Leni Juanti

Penyaji : Vanessa elga

Notulen              : Nurmadonna Anhar dan Rina Mariana

Observer            : Intan Wahyuni, Uudasari

Fasilitator           : Muzdalifa ND, Syntia Zahara

J. Kegiatan penyuluhan

Tahap

Kegiatan

Waktu Penyuluh Audience Media

Pembukaan 5 Menit a. Mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menyampaikan tentang

tujuan pokok materi

d. Menyampaikanpokok

bahasan

e. Kontrak waktu

a. Menjawab Salam

b. Mendengarkan dan

menyimak 

c. Bertanyamengenai

perkenalan dan tujuan

jika ada yang kurang

jelas

Kata-Kata/

kalimat

Pelaksanaan 20 menit Penyampaian materi

a. Menjelaskan pengertian

b. Menjelaskan penyebab

c. Menjelaskan tandadan

gejala klinis penderita

d. Menjelaskan

bagaimanapenularan

a. Mendengarkan dan

menyimak 

b. Bertanya mengenai

hal-hal yang belum

jelas dan belum di

mengerti

a. Leaftlet

b. flipchart

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

e. Menjelaskan pencegahan

f. Menjelaskan

penatalaksanaan

g. Memberikan kesempatan

kepada peserta

untuk bertanya

Penutup 5 menit 1. Evaluasi dengan

memberikan pertanyaan

sederhana:

- Menjelaskan kembali

tentang pengertian

- Menjelaskan kembali

tentang tanda dan

gejala

- Menjelaskan kembali

tentang pencegahan

2. Menyampaikan

kesimpulan materi

3. Mengakhiri pertemuan

dan mengucapkan salam

Sasaran dapat

menjawab tentang

pertanyaan yang diajukan

Mendengarkan

Memperhatikan

Menjawab Salam

K. Evaluasi

Prosedur : Post Test

Jenis Tes : Tanya jawab

Butir Pertanyaan   :

L. SUMBER PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.

Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern

kepada kesehatan. Bandung.

Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta

MATERI PENYULUHAN

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

A. Pengertian

Demam kejang adalah proses terjadinya kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas

38o C) yang disertai dengan kejang yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium atau

juga bisa merupakan penyakit peradangan.

B. Etiologi /Penyebab

1. Infeksi

2. Kerusakan jaringan otak

3. Faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak

C. Klasifikasi /Jenis

Kejang parsial (fokal, lokal)

Kejang parsial sederhana :

a. Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

1) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya

gerakan setiap kejang sama.

2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh

dari udara, parestesia.

4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b. Kejang parsial kompleks

1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial

simpleks

2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–ngecapkan bibir,

mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang pada tangan dan gerakan

tangan lainnya.

3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)

a. Kejang absens

1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik

3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

1) Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara

mendadak.

2) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan

kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.

3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok

4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik klonik

1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot

ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit

2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.

3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.

4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

1) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata

turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.

2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

D. Manifestasi Klinis /Tanda Gejala

1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat

2. Berlangsung singkat > 15 menit dan berhenti sendiri

3. Umur anak kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam

E. Prognosis

Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian

resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung

dari faktor :

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

2. Kelainan dalam perkembangan / kelainan saraf sebelum anak menderita kejang

3. Kejang yang berlangsung lama

F. Penatalaksanaan

1. Cara penggunaan stesolid rectal tube, sebagai berikut :

a. Baringkan anak dalam posisi agak menungging

b. Lepaskan tutup saluran keluar / ujung tube

c. Oleskan sedikit vaselin / gel pada ujung tube

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

d. Pada anak dibawah umur 3 tahun, cukup masukan saluran keluar ½ dari

panjangnya dalam dubur pijit tube untuk mengeluarkan seluruh cairan obat

e. Pada anak yang lebih besar, masukan seluruh saluran dalam dubur dengan posisi

lurus ke bawah.

f. Tube dipijit terus pada waktu mencabut kembali

Biarkan anak pada posisi semula, kedua pantat dirapatkan selama beberapa

menit, untuk mencegah cairan obat merembes keluar.

2. Umum

a. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah

yang sudah dibungkus kasa / sapu tangan.

b. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan pakaian yang

menganggu pernafasan.

c. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif

d. Setelah pasien bangun dan sadar berikan minuman hangat

G. Penanganan Dan Pengobatan Pada Anak Dengan Kejang Demam

Penanganan umum kejang demam di rumah

1. Jangan panik berlebihan.

2. Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.

3. Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum

sadar.

4. Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan diazepam

melalui anus dengan dosis yang Sama.

5. Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil membawa

anak ke rumah sakit.

6. Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda

dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan

penurun demam bila ia sudah sadar.

7. Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang,

berusahalah untuk tetap tenang.

8. Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.

9. Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda

untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.

Page 10: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

10. Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.

11. Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan

mengobati demam

Penanganan Kejang Demam Saat Di Rumah Sakit

1. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

2. Pemberian oksigen melalui face mask

3. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah

terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

5. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti

kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan

ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang

(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan .

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :

Terapi awal dengan diazepam

Usia Dosis IV (infus)

(0.2mg/kg)

Dosis per rektal

(0.5mg/kg)

< 1 tahun 1–2 mg 2.5–5 mg

1–5 tahun 3 mg 7.5 mg

5–10 tahun 5 mg 10 mg

> 10 years 5–10 mg 10–15 mg

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang

infus, 0,5 mg/kg per rektal

Page 11: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

2. · Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20

mg/kg per infus dalam 30 menit.

2. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan

intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Pemberian obat-obatan jangka

panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan

hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis . Beberapa obat yang

digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.

1. Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam . Penelitian menunjukkan

tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara

pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara

sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen.

2. Diazepam . Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala)

saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi

berulangnya kejang demam yang berat . Edukasi orang tua merupakan syarat

penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia

(gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.

Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada

onset demam sebelum diazepam sempat diberikan . Efek sedasi (menenangkan)

diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti

infeksi sistem saraf pusat.

3. Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan. Efektivitas profilaksis dengan

fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas,

hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh . Profilaksis

dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah

berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang

demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama

pada anak berusia

Page 12: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

4. Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai

profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara

berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang

tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan

datang .

Pemberian obat anti kejang jangka panjang diberikan pada keadaan

tertentu  seperti pada  kasus:

1. Kejang demam berlangsung lama lebih dari 15 menit.

2. Kejang demam hanya satu sisi tubuh, misalnya hanya kejang sebelah kiri.

3. Anak juga mengalami kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan.

4. Indikasi yang tidak mutlak misalnya:

a. Bila kejang demam pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun.

b. Bila kejang demam berulang, lebih dari satu kali dalam satu hari.

Pencegahan Kejang Berulang

1. Paling baik memang apabila anak mengalami demam, lalu diberi obat untuk

mencegah berulangnya kejang demam. Sayangnya tidak ada obat yang 100% dapat

mencegah kejang demam bila diberikan saat anak mulai mengalami demam. Obat

yang dapat digunakan adalah diazepam, yang dimakan selama demam, diberikan 3

kali sehari. Cara ini berhasil mengurangi risiko kejang demam sebanyak 20-44%.

2. Cara lain adalah memberikan diazepam melalui anus, saat anak mulai demam.

Dosis diazepam adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan

10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Cara ini mungkin lebih

efektif dibandingkan memberi diazepam yang dimakan.

Cara mengompres yang benar adalah:

a. Sebelum mengompres, sediakan baskom kecil berisi air hangat dengan suhu ± 38

ºC. Basahi handuk atau waslap dengan air hangat tersebut.

Page 13: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

b. Saat mengompres, buka baju balita. Letakkan handuk di ketiak dan lipatan paha, 

bukan di dahi. Ketiak dan lipatan paha dilintasi pembuluh darah besar, sehingga

segera memberi sinyal ke pusat pengatur suhu di otak untuk menurunkan demam.

Kompres bagian tersebut ± 10 menit. Bila handuk sudah berkurang hangatnya,

ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat. Kompres lagi sampai suhu

tubuh anak menurun.

c. Selesai mengompres, seka bagian yang habis dikompres (kemungkinan basah)

dengan cara menekan-nekan kulit, jangan digosok. Gunakan handuk kering.

Kenakan kembali baju si kecil. Pilih baju yang tipis dan longgar sehingga

membantu meredakan demam melalui proses penguapan.Tutupi anak dengan

selimut tipis apabila kedinginan atau menggigil.

Hal-hal lain yang sebaiknya Anda perhatikan:a. Jangan arahkan AC atau kipas angin langsung ke tubuh balita agar ia nyaman

selama demam.

b. Susui atau beri anak cairan yang cukup –bisa air putih, jus atau kuah sayuran

seperti sup– untuk menghindari dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).

c. Istirahatkan balita. Aktivitas akan meningkatkan demamnya.

d. Anak tetap boleh dimandikan dengan air hangat bersuhu ± 38 ºC.

e. Beri obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen bila setelah 24 jam

dikompres demam balita tidak turun. Cermati jangka waktu pemberian obat

penurun panas dan dosisnya, karena terus-menerus memberi obat penurun panas

tidak baik efek sampingnya. Seperti parasetamol, bila diberikan terus-menerus

dalam dosis banyak berisiko merusak organ hati.

f. Bawa balita ke dokter bila demam tidak turun dalam waktu 3 hari.

Plester Kompres, Efektifkah?

Plester kompres siap pakai yang banyak terdapat di pasaran sebenarnya untuk

tambahan saja, seperti juga kompres tradisional dengan waslap atau handuk yang dibasahi

air hangat. Fungsinya tidak seefektif parasetamol atau ibuprofen dalam menurunkan

demam. Plester kompres ini dibuat dari bahan hydrogel yang diformulasikan sedemikian

rupa sehingga mampu mempercepat proses pemindahan panas dari tubuh ke plester

kompres. Bila Anda menggunakan plester kompres jenis ini, maka:

Page 14: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

a. Letakkan di ketiak dan lipatan paha. Sebelumnya, potong sesuai ukuran yang

dikehendaki. Bila masih terdapat sisa, simpan sisa yang belum digunakan di lemari

es di bagian cooler.

b. Kompres kurang lebih 30 menit.

c. Hati-hati setelah selesai digunakan. Cabut bekas plester kompres pelan-pelan

dengan mengoles baby oil di daerah yang ditempel plester kompres. Jangan dicabut

dengan paksa.

d. Plester kompres hanya digunakan untuk pemakaian luar, bukan untuk kulit yang

terluka.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.

Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada

kesehatan. Bandung.

Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta

Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi

15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060.

Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia

Kedokteran No. 27. 1982 : 6 – 8

Page 15: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita

Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas

Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 – 437.

Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus

Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter

Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 – 14

Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu

Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 – 273.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI Jakarta. 1985 : 25, 847 – 855.

http://home.spotdokter.com/633/mengatasi-kejang-demam-pada-anak/

http://www.slideshare.net/gadjahxulub/tata-laksana-kejang-demam-pada-anak

http://indisaputri20.wordpress.com/2012/12/16/penanganan-dan-pengobatan-pada-

anak-dengan-febris-convulsi-kejang-demam/

Page 16: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

DAFTAR HADIR PENYULUHAN

Topik : Demam kejang

Hari/tanggal : Jum’at, 31 Januari 2014

Sasaran : Orang tua dari anak yang dirawat di ruangan anak

Tempat : Ruangan anak

Waktu : 30 menit

No Nama Alamat Tanda Tangan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

Page 17: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

21 21

22 22

23 23

24 24

25 25

26 26

27 27

28 28

29 29

30 30

Padang, 31 Januari 2014

Pembimbing Penyuluhan Koordinator penyuluhan

Page 18: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan

 

 

 

LEMBARAN KONSULTASI

KELOMPOK II

Judul SAP : Demam Kejang Pada Anak Di Ruangan Anak

                                      RSUP M. Djamil Padang .

No Hari/ tanggal Materi konsultasi Hasil konsultasi Tanda tangan

1.

Page 19: Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan