Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan
-
Upload
aanrentalrental -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DEMAM KEJANG PADA ANAK DI RUANGAN ANAK
RSUP M. DJAMIL PADANG
Oleh Kelompok II :
1. SYINTIA ZAHARA
2. MUZDALIFA NENI DIYONO
3. INTAN WAHYUNI
4. NURMADONA ANHAR
5. RINA MARIANA
6. LENI JUANTI
7. UUDASARI
8. VANESSA ELGA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Masalah : kurangnya pengetahuan orang tua terhadap gejala klinis dan
penetalaksanaan demam kejang pada anak
Pokok bahasan : Demam Kejang
Sasaran : semua orang tua yang anaknya yang dirawat di ruangan anak
Jam : 09.00 wib
Waktu : ± 30 menit
Tanggal : 31 Januari 2014
Tempat : Di RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
A. TOPIK/JUDUL
Demam Kejang
B. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih
bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi
karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-
sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara
fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
(Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) . Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang
memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat
sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk
berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang demam kejang selama + 30 menit,
masyarakat bisa memahami dan mengerti tentang kejang.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian tentang kejang
b. Menjelaskan macam-macam kejang
c. Penyebab kejang
d. Tanda dan gejala kejang
e. Menjelaskan tindakan pertolongan kejang
D. Metode penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Flipchart
F. Materi Penyuluhan
Terlampir
G. Setting tempat
Ket : : moderator
: penyaji
: notulen
: fasilitator
: observer
: peserta
H. Tugasnya
1. Moderator bertugas Mengawal dan Mengawasi jalannya diskusi yang menjadi
tanggung jawabnya agar berjalan sesuai dengan topiknya.
2. Penyaji bertugas menyajikan materi diskusi, berperan sebagai pembicara dalam
diskusi, mengutarakan makalah yang disampaikan, menjawab pertanyaan dari
peserta dan penyanggah.
3. Notulen bertugas menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi,
diperbolehkan untuk menyanggah, diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak
menyetujui, membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.
4. Fasilitator bertugas Melaksanakan pengelolaan,koordinasi, fasilitasi dan pembinaan
penyelenggaraan dan ketenagaan dalam penyuluhan.
5. Observer bertugas Mengamati dan mencatat respon klien, Mencatat jalannya
aktivitas, Melakukan evaluasi hasil.
6. Tugas peserta diskusi mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir,
mengajukan usul, pendapat, maupun komentar, meminta panelis untuk memberikan
pembuktian, contoh, maupun perbandingan.
I. Pengorganisasian
Moderator : Leni Juanti
Penyaji : Vanessa elga
Notulen : Nurmadonna Anhar dan Rina Mariana
Observer : Intan Wahyuni, Uudasari
Fasilitator : Muzdalifa ND, Syntia Zahara
J. Kegiatan penyuluhan
Tahap
Kegiatan
Waktu Penyuluh Audience Media
Pembukaan 5 Menit a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan tentang
tujuan pokok materi
d. Menyampaikanpokok
bahasan
e. Kontrak waktu
a. Menjawab Salam
b. Mendengarkan dan
menyimak
c. Bertanyamengenai
perkenalan dan tujuan
jika ada yang kurang
jelas
Kata-Kata/
kalimat
Pelaksanaan 20 menit Penyampaian materi
a. Menjelaskan pengertian
b. Menjelaskan penyebab
c. Menjelaskan tandadan
gejala klinis penderita
d. Menjelaskan
bagaimanapenularan
a. Mendengarkan dan
menyimak
b. Bertanya mengenai
hal-hal yang belum
jelas dan belum di
mengerti
a. Leaftlet
b. flipchart
e. Menjelaskan pencegahan
f. Menjelaskan
penatalaksanaan
g. Memberikan kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
Penutup 5 menit 1. Evaluasi dengan
memberikan pertanyaan
sederhana:
- Menjelaskan kembali
tentang pengertian
- Menjelaskan kembali
tentang tanda dan
gejala
- Menjelaskan kembali
tentang pencegahan
2. Menyampaikan
kesimpulan materi
3. Mengakhiri pertemuan
dan mengucapkan salam
Sasaran dapat
menjawab tentang
pertanyaan yang diajukan
Mendengarkan
Memperhatikan
Menjawab Salam
K. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Jenis Tes : Tanya jawab
Butir Pertanyaan :
L. SUMBER PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.
Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern
kepada kesehatan. Bandung.
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Demam kejang adalah proses terjadinya kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas
38o C) yang disertai dengan kejang yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium atau
juga bisa merupakan penyakit peradangan.
B. Etiologi /Penyebab
1. Infeksi
2. Kerusakan jaringan otak
3. Faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak
C. Klasifikasi /Jenis
Kejang parsial (fokal, lokal)
Kejang parsial sederhana :
a. Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
gerakan setiap kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh
dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–ngecapkan bibir,
mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara
mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan
kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
D. Manifestasi Klinis /Tanda Gejala
1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat
2. Berlangsung singkat > 15 menit dan berhenti sendiri
3. Umur anak kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
E. Prognosis
Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian
resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
dari faktor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan / kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
3. Kejang yang berlangsung lama
F. Penatalaksanaan
1. Cara penggunaan stesolid rectal tube, sebagai berikut :
a. Baringkan anak dalam posisi agak menungging
b. Lepaskan tutup saluran keluar / ujung tube
c. Oleskan sedikit vaselin / gel pada ujung tube
d. Pada anak dibawah umur 3 tahun, cukup masukan saluran keluar ½ dari
panjangnya dalam dubur pijit tube untuk mengeluarkan seluruh cairan obat
e. Pada anak yang lebih besar, masukan seluruh saluran dalam dubur dengan posisi
lurus ke bawah.
f. Tube dipijit terus pada waktu mencabut kembali
Biarkan anak pada posisi semula, kedua pantat dirapatkan selama beberapa
menit, untuk mencegah cairan obat merembes keluar.
2. Umum
a. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah
yang sudah dibungkus kasa / sapu tangan.
b. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan pakaian yang
menganggu pernafasan.
c. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif
d. Setelah pasien bangun dan sadar berikan minuman hangat
G. Penanganan Dan Pengobatan Pada Anak Dengan Kejang Demam
Penanganan umum kejang demam di rumah
1. Jangan panik berlebihan.
2. Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.
3. Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum
sadar.
4. Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan diazepam
melalui anus dengan dosis yang Sama.
5. Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil membawa
anak ke rumah sakit.
6. Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda
dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan
penurun demam bila ia sudah sadar.
7. Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang,
berusahalah untuk tetap tenang.
8. Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
9. Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda
untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
10. Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
11. Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam
Penanganan Kejang Demam Saat Di Rumah Sakit
1. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah
terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
5. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan
ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang
(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan .
Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :
Terapi awal dengan diazepam
Usia Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)
Dosis per rektal
(0.5mg/kg)
< 1 tahun 1–2 mg 2.5–5 mg
1–5 tahun 3 mg 7.5 mg
5–10 tahun 5 mg 10 mg
> 10 years 5–10 mg 10–15 mg
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal
2. · Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
2. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Pemberian obat-obatan jangka
panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan
hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis . Beberapa obat yang
digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.
1. Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam . Penelitian menunjukkan
tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara
pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara
sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen.
2. Diazepam . Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala)
saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi
berulangnya kejang demam yang berat . Edukasi orang tua merupakan syarat
penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia
(gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.
Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada
onset demam sebelum diazepam sempat diberikan . Efek sedasi (menenangkan)
diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti
infeksi sistem saraf pusat.
3. Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan. Efektivitas profilaksis dengan
fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas,
hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh . Profilaksis
dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang
demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama
pada anak berusia
4. Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai
profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara
berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang
tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan
datang .
Pemberian obat anti kejang jangka panjang diberikan pada keadaan
tertentu seperti pada kasus:
1. Kejang demam berlangsung lama lebih dari 15 menit.
2. Kejang demam hanya satu sisi tubuh, misalnya hanya kejang sebelah kiri.
3. Anak juga mengalami kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan.
4. Indikasi yang tidak mutlak misalnya:
a. Bila kejang demam pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun.
b. Bila kejang demam berulang, lebih dari satu kali dalam satu hari.
Pencegahan Kejang Berulang
1. Paling baik memang apabila anak mengalami demam, lalu diberi obat untuk
mencegah berulangnya kejang demam. Sayangnya tidak ada obat yang 100% dapat
mencegah kejang demam bila diberikan saat anak mulai mengalami demam. Obat
yang dapat digunakan adalah diazepam, yang dimakan selama demam, diberikan 3
kali sehari. Cara ini berhasil mengurangi risiko kejang demam sebanyak 20-44%.
2. Cara lain adalah memberikan diazepam melalui anus, saat anak mulai demam.
Dosis diazepam adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Cara ini mungkin lebih
efektif dibandingkan memberi diazepam yang dimakan.
Cara mengompres yang benar adalah:
a. Sebelum mengompres, sediakan baskom kecil berisi air hangat dengan suhu ± 38
ºC. Basahi handuk atau waslap dengan air hangat tersebut.
b. Saat mengompres, buka baju balita. Letakkan handuk di ketiak dan lipatan paha,
bukan di dahi. Ketiak dan lipatan paha dilintasi pembuluh darah besar, sehingga
segera memberi sinyal ke pusat pengatur suhu di otak untuk menurunkan demam.
Kompres bagian tersebut ± 10 menit. Bila handuk sudah berkurang hangatnya,
ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat. Kompres lagi sampai suhu
tubuh anak menurun.
c. Selesai mengompres, seka bagian yang habis dikompres (kemungkinan basah)
dengan cara menekan-nekan kulit, jangan digosok. Gunakan handuk kering.
Kenakan kembali baju si kecil. Pilih baju yang tipis dan longgar sehingga
membantu meredakan demam melalui proses penguapan.Tutupi anak dengan
selimut tipis apabila kedinginan atau menggigil.
Hal-hal lain yang sebaiknya Anda perhatikan:a. Jangan arahkan AC atau kipas angin langsung ke tubuh balita agar ia nyaman
selama demam.
b. Susui atau beri anak cairan yang cukup –bisa air putih, jus atau kuah sayuran
seperti sup– untuk menghindari dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
c. Istirahatkan balita. Aktivitas akan meningkatkan demamnya.
d. Anak tetap boleh dimandikan dengan air hangat bersuhu ± 38 ºC.
e. Beri obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen bila setelah 24 jam
dikompres demam balita tidak turun. Cermati jangka waktu pemberian obat
penurun panas dan dosisnya, karena terus-menerus memberi obat penurun panas
tidak baik efek sampingnya. Seperti parasetamol, bila diberikan terus-menerus
dalam dosis banyak berisiko merusak organ hati.
f. Bawa balita ke dokter bila demam tidak turun dalam waktu 3 hari.
Plester Kompres, Efektifkah?
Plester kompres siap pakai yang banyak terdapat di pasaran sebenarnya untuk
tambahan saja, seperti juga kompres tradisional dengan waslap atau handuk yang dibasahi
air hangat. Fungsinya tidak seefektif parasetamol atau ibuprofen dalam menurunkan
demam. Plester kompres ini dibuat dari bahan hydrogel yang diformulasikan sedemikian
rupa sehingga mampu mempercepat proses pemindahan panas dari tubuh ke plester
kompres. Bila Anda menggunakan plester kompres jenis ini, maka:
a. Letakkan di ketiak dan lipatan paha. Sebelumnya, potong sesuai ukuran yang
dikehendaki. Bila masih terdapat sisa, simpan sisa yang belum digunakan di lemari
es di bagian cooler.
b. Kompres kurang lebih 30 menit.
c. Hati-hati setelah selesai digunakan. Cabut bekas plester kompres pelan-pelan
dengan mengoles baby oil di daerah yang ditempel plester kompres. Jangan dicabut
dengan paksa.
d. Plester kompres hanya digunakan untuk pemakaian luar, bukan untuk kulit yang
terluka.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.
Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada
kesehatan. Bandung.
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta
Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060.
Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 27. 1982 : 6 – 8
Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas
Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 – 437.
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 – 14
Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 – 273.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI Jakarta. 1985 : 25, 847 – 855.
http://home.spotdokter.com/633/mengatasi-kejang-demam-pada-anak/
http://www.slideshare.net/gadjahxulub/tata-laksana-kejang-demam-pada-anak
http://indisaputri20.wordpress.com/2012/12/16/penanganan-dan-pengobatan-pada-
anak-dengan-febris-convulsi-kejang-demam/
DAFTAR HADIR PENYULUHAN
Topik : Demam kejang
Hari/tanggal : Jum’at, 31 Januari 2014
Sasaran : Orang tua dari anak yang dirawat di ruangan anak
Tempat : Ruangan anak
Waktu : 30 menit
No Nama Alamat Tanda Tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
Padang, 31 Januari 2014
Pembimbing Penyuluhan Koordinator penyuluhan
LEMBARAN KONSULTASI
KELOMPOK II
Judul SAP : Demam Kejang Pada Anak Di Ruangan Anak
RSUP M. Djamil Padang .
No Hari/ tanggal Materi konsultasi Hasil konsultasi Tanda tangan
1.