Satuan Acara Penyuluhan Dfteri

download Satuan Acara Penyuluhan Dfteri

of 7

Transcript of Satuan Acara Penyuluhan Dfteri

SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Diphteri Sasaran : Keluarga di Poli Waktu : Selasa, 20 Oktober 2011 Jam 08:30 s/d 09:00 (30 Menit) Tempat : Poli Anak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi 1. Tujuan Umum: Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, semua keluarga yang berada di poli anak mengerti dan memahami tentang diphteri. 2. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan semua keluarga mampu: a. Menjelaskan pengertian diphteri b. Menjelaskan etiologi diphteri c. Menjelaskan macam-macam diphteri d. Menjelaskan tanda dan gejala diphteri e. Menjelaskan komplikasi diphteri f. Menjelaskan pencegahan diphteri g. Menjelaskan penatalaksanaan diphteri 3. Materi a. Pengertian diphteri b. Etiologi diphteri c. Penyebab diphteri d. Tanda dan gejala diphteri e. Komplikasi diphteri f. Pencegahan diphteri g. Penatalaksanaan diphteri 4. Metode a. Ceramah b. Diskusi dan tanya jawab 5. Media a. Flipcart b. Leaflet

Kegiatan Belajar Mengajar Tahap Pendahuluan KegiatanPerawat 1. Perkenalan 2. Menyampaikan maksud dan tujuan 3. Menjelaskan materi yang akan diberikan 1. Menjelaskan Pelaksanaan pengertian diphteri Menyimak dan 2. Menjelaskan etiologi diphteri 3. Menjelaskan macammacam diphteri 4. Menjelaskan tanda dan gejala diphteri 5. Menjelaskan komplikasi diphteri 6. Menjelaskan pencegahan diphteri 7. Menjelaskan penatalaksanaan diphteri 1. Membuka Mendengarkan Lembar balik Leaflet 15 Mnt Kegiatan Peserta Mendengarkan Metode / media Lembar balik Waktu 5 Menit

tanyaj awab 2. Evaluasidengan Penutup pertanyaaan 3. Memberikan leaflet 4. Menyimpulkan materi 5. Permohonan diri Bertanya dan menjawab pertanyaan 10 Mnt

MATERI PENYULUHAN 1. PENGERTIAN

Diphteri adalah penyakit toksik akut yang sangat menular, disebabkan oleh corynebacterium diphteriae. Cara penularannya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi (Mansjoer, 2001). 2. ETIOLOGI Corynebacterium diphteriae, merupakan bakteri gram positif. 3. TANDA DAN GEJALA Manifestasinya bias bervariasi dari tanpa gejala sampai suatu keadaan/penyakit yang hipertoksik. Sebagai faktorprimer adalah imunitas penderita terhadap toksin diphteri, virulensi serta toksinogenesitas (kemampuan membentuk toksin) C diphteriae dan lokasi penyakit secara anatomis. 4. MACAM-MACAM a. Diphteri hidung Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Secret hidung berangsur menjadi serosanguinous dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan bibir atas. Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi. Absorbs toksin sangat lambat dan gejala sistemik yang timbul tidak nyata sehingga diagnosis lambat dibuat. b. Diphteri tonsil-faring Gejala anoreksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. Dalam 1-2 hari timbul membrane yang melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring meluas ke uvula dan palatum molle atau ke distal ke laring dan trachea. Bila kasus berat, bias terjadi kegagalan pernafasan atau sirkulasi. Dapat terjadi paralisis palatum molle baik ui maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan regurgitasi. Strupor, koma, kematian bias terjadi dalam satu minggu sampai 10 hari. pada kasus sedang, penyembuhan terjadi secara berangsur dan bias disertai penyulit miokarditis atau meuritis. Pada kasus ringan merman terlepas dalam 7-10 hari, biasanya terjadi penyembuhan sempurna. c. Diphteri laring Biasanya terjadi perluasan diphteri faring, pada diphteri laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi berupa gejala obstruksi saluran nfas atas. Bila terjadi pelepasan membrane yang menutup jalan nafas bias terjadi kematian mendadak. Pada kasus berat, mebran meluas ke percabangan tracheobronchial. Dalam hal diphteri laring sebagai perluasan daripada diphteri faring,

gejala merupakan campuran gejala obstruksi dan toksemia. d. Diphteri kulit, vulvovaginal, konjungtiva, telinga Diphteri kulit beupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membrane pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membrane pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan secret purulen dan berbau. 5. TINGKAT KEPARAHAN Menurut keparahan ada tiga tingkat: a. Infeksi ringan: bila pseudomembran hanya terjadi pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri. b. Infeksi sedang: bila pseudomembran telah menyerang faring sampai membuka pembengkakan pada laring. c. Infeksi berat: sumbatan nafas yang berat disertai gejala komplikasi seperti miokarditis, paralisis, nefritis. 6. TANDA DAN GEJALA a. Diphteri hidung: pilek dengan secret bercampur darah. Gejala konsistensi ringan. b. Diphteri faring dan tonsil: terdapat radang akut tenggorokan, demam sampai 38,5C, takikardi, tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar regional (bull neck). Membrane dapat berwarna putih, abu-abu kotor, atau abu kehijauan dengan tepi yang sedikit terangkat. Bila membrane diangkat akan menimbulkan perdarahan. Tetapi prosedur ini dikontraindikasikan karena mempercepat penyerapan toksin. c. Diphteri laring dan trakhea: jenis yang terberat terdapat afonia, sesak, stridor inspirasi, demam sampai 40C, sangat lemah, sianosis, bull neck. d. Diphteri kutaneus dan vaginal: lesi ulseratif dengan pembentukan membrane. Lesi persisten dan sering terdapat anestesi. 7. KOMPLIKASI a. Saluran nafas: obstruksi jalan nafas, bronkopneumonia b. Kardiovaskuler: miokarditis akibat toksin kuman c. Urogenital: nefritis 8. PENCEGAHAN

a. Isolasi. Isolasi dihentikan bila hasil pemeriksaan sediaan langsung C.diphtheria 2 hari berturutturut negative. b. Imunisasi. Imunisasi DPT 3x pada bayi umur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. DPT memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit. c. Pengobatan karier. Dilakukan uji schick. Bila hasil negative dilakukan asupan tenggorokan. Jika ditemukan C. diphtheria harus diobati. d. Kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga peralatan makan yang sehat dan menjaga stamina tubuh dengan makan makanan bergizi, olahraga, cuci tangan sebelum makan. 9. PENATALAKSANAAN a. Umum: Istirahat Tirah baring selama 2-3 minggu Jika terjadi paralisis dilakukan fisioterapi Diet lunak dan cair Medikamentosa Antitoksin disuntikkan ke pembulug darah atau otot untuk menetralkan toksin diphteri 20.000100.000 U/drip dalam larutan NaCl 0,9%. Antibiotic Amoksisilin/eritromisin 4x500 diberikan selama 10 hari. PPC G IM 2x600.000 selama 14 hari. Vaksin DPT b. terapi komplikasi trakheostomi/intubasi endotrakheal bila ada obstruksi laring. DL-carnitine 100mg/KgBB dalam 2 dosis bila terjadi miokarditis. d. Susunan saraf: paralisis palatum molle (minggu I dan II), otot mata (minggu III), dan umum (minggu IV).

DAFTAR PUSTAKA 1. Mansjoer, Arif.2001. Kapita selekta kedokteran, jilid 2 . Jakarta. Media

Aeskulapius: FKUI 2. Pedoman Diagnosis Anak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unibraw/ RSU Dr. Saiful Anwar. Malang