SATUAN ACARA PENYULUHAN

18
 1 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Topik : Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lansia Sub topik : Depresi pada lansia Sasaran : Lansia di PSTW Puspakarma Mataram Hari, tanggal : Jumat, 13 Juni 2014 Tempat : PSTW Puspakarma Mataram Waktu : 30 menit  A. LATAR BELAKANG Usia lanjut adalah suatu proses alami yang dialami oleh setiap orang dan tidak dapat dihindarkan. Dengan berhasilnya pembangunan nasional, khususnya pembangunan kesehatan yang dapat dilihat dengan turunnya angka kematian bayi dan angka kelahiran serta perbaikan gizi masyarakat, maka sebagai dampak positif adalah meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir di Indonesia yang berkisar pada umur 70 tahun pada tahun 2000. Pada tahun 1990-2025 diperkirakan oleh USA- Bureau of the Census, jumlah usia lanjut di Indonesia menduduki peringkat pertama (terbesar) sebesar 414% dengan jumlah  29 juta jiwa. Hal ini semua merupakan gambaran pada seluruh negara bahwa berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kemajuan kondisi sosial ekonomi, usia harapan hidup semakin meningkat. Dibalik keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan dengan meningkatnya jumlah usia lanjut seperti diuraikan diatas, memberikan dampak tersendiri terhadap permasalahan kesejahteraan dan

Transcript of SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Masalah Kesehatan Jiwa Pada LansiaSub topik: Depresi pada lansiaSasaran : Lansia di PSTW Puspakarma MataramHari, tanggal: Jumat, 13 Juni 2014Tempat : PSTW Puspakarma MataramWaktu: 30 menit

A. LATAR BELAKANGUsia lanjut adalah suatu proses alami yang dialami oleh setiap orang dan tidak dapat dihindarkan. Dengan berhasilnya pembangunan nasional, khususnya pembangunan kesehatan yang dapat dilihat dengan turunnya angka kematian bayi dan angka kelahiran serta perbaikan gizi masyarakat, maka sebagai dampak positif adalah meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir di Indonesia yang berkisar pada umur 70 tahun pada tahun 2000.Pada tahun 1990-2025 diperkirakan oleh USA-Bureau of the Census, jumlah usia lanjut di Indonesia menduduki peringkat pertama (terbesar) sebesar 414% dengan jumlah 29 juta jiwa. Hal ini semua merupakan gambaran pada seluruh negara bahwa berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kemajuan kondisi sosial ekonomi, usia harapan hidup semakin meningkat.Dibalik keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan dengan meningkatnya jumlah usia lanjut seperti diuraikan diatas, memberikan dampak tersendiri terhadap permasalahan kesejahteraan dan kesehatan usia lanjut itu sendiri. Dimulai dari permasalahan dari perubahan-perubahan yang dialami usia lanjut sampai dengan pengaruh perubahan tersebut terhadap kondisi keluarga, masyarakat bangsa dan Negara.Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan pelayanan khusus di bidang kesehatan, sosial kemasyarakatan, kesejahteraan bahkan spiritual bagi usia lanjut, sehingga didapatkan peningkatan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia, sejahtera dan berguna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.

B. TUJUAN INSTUKSIONAL UMUMSetelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat mengenal masalah kesehatan jiwa pada lansia terutama mengenai depresi.

C. TUJUAN KHUSUS Setelah mengikuti penyuluhan, peserta penyuluhan mampu :1. mengerti dan memahami mengenai faktor risiko terjadinya kesehatan jiwa pada lansia2. mengenal masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia3. mengerti dan memahami pengertian, gejala, jenis dan faktor pencetus depresi.4. memahami cara pengelolaan depresi pada usia lanjut5. memahami penatalaksanaan depresi pada usia lanju6. mengerti mengenai hubunagn dukungan keluarga dalam kaitannya dengan depresi pada lansia

D. MATERI PENYULUHAN (TERLAMPIR)1. Faktor risiko terjadinya kesehatan jiwa pada lansia2. Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia3. Pengertian, gejala, jenis dan faktor pencetus depresi.4. Cara pengelolaan depresi pada usia lanjut5. Penatalaksanaan depresi pada usia lanju6. Hubunagn dukungan keluarga dalam kaitannya dengan depresi pada lansia

E. METODE PENYULUHAN: 1. Diskusi.2. Tanya jawab.

F. MEDIA 1. Leaflet2. LCD

G. PENGORGANISASIANPembawa acara: Irham Suhaedi SyawalPenyaji : Nova Fitria Yuli AstutiModerator: Budi KurniaDokumentasi: Resi Yani OktasariObserever: Hariatul FahmiFasilitator: Zahratul khoir Hermansyah

H. KEGIATANNoFaseWaktuKegiatanKegiatan Responden

1Pembukaan5 MenitPembukaan 1. Mengucapkan salam2. Memperkenalkan diri3. Menjelaskan tujuan penyuluhan4. Menayakan dan menilai pengetahuan peserta mengenai masalah kesehatan jiwaMenjawab salam

Mendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan dan menjawab

2Penyampaian materi15 MenitPelaksanaan 1. Menjelaskan faktor risiko terjadinya kesehatan jiwa pada lansia2. Menjelaskan masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia3. Menjelaskan pengertian, gejala, jenis dan faktor pencetus depresi.4. Menjelaskan cara pengelolaan depresi pada usia lanjut5. Menjelaskan cara penatalaksanaan depresi pada usia lanju6. Menjelaskan hubunagn dukungan keluarga dalam kaitannya dengan depresi pada lansiaMendengarkan

Idem

Idem

Idem

Idem

Idem

3Evaluasi7 menit1. Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan2. Memberikan reinforcement positif kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan.Menjawab

Tersenyum

4Penutup 3 menitTerminasi :1. Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta.2. Mengucapkan salam penutup.Memperhatikan

Menjawab salam

I. EVALUASIa. Evaluasi Struktur :1. Kesiapan Materi2. Kesiapan SAP3. Kesiapan Media : LCD, Leafleatb. Evaluasi Proses :1. Fase dilalui sesuai waktu2. Mendapat respon dari audiens berupa : Bertanya hal yang belum diketahui Menjawab Pertanyaan penyuluh dengan kriteria 75% jawaban yang disebutkan benar3. Suasana penyuluhan tertibc. Evaluasi hasil :Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit, peserta diharapkan mampu 1. Menyebutkan Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia dengan benar2. Menyebutkan Pengertian depresi dengan benar3. Menyebutkan gejala depresi dengan benar4. Menyebutkan jenis dan faktor pencetus depresi dengan benar5. Menyebutkan Cara pengelolaan depresi pada usia lanjut dengan benar6. Menyebutkan Hubunagn dukungan keluarga dalam kaitannya dengan depresi pada lansia dengan benar

J. DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,Sheila L. 2000. Buku Ajar Keprawatan Jiwa. Jakarta: EGC Suliswati,dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. JakartaMariam, dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

A. Faktor Risiko Terjadinya Kesehatan Jiwa Pada LansiaAda beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya masalah kesehatan jiwa pada lansia. Factor-faktor resiko tersebut adalah:1. Kesehatan fisik yang buruk2. Perpisahan dengan pasangan3. Perumahan dan transportasi yang tidak memadai4. Sumber financial berkurang5. Dukungan social berkurangSedangkan criteria optimal yang sehat menurut (WHO :1959) adalah:1. Dapat menerima kenyataan yang baik maupun buruk2. Puas dengan hasil karyanya3. Merasa lebih puas untuk member daripada menerima4. Secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas5. Berhubungan dengan orang lain untuk tolong menolong dan saling memuaskan6. Mengambil hikmah dari kejadian buruk7. Mengalihkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif8. Mempunyai rasa kasih saying yang besar

B. Masalah Kesehatan Jiwa Yang Sering Timbul Pada Lansia1. KECEMASAN KecemasaN adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. ( J.J GROEN) Gejala kecemasan yang dialami oleh lansia adalah sebagai berikut:a. Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadib. Sulit tidur sepanjang malamc. Rasa tegang dan cepat marahd. Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut terhadap penyakit yang berat seperti kangker, penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanyae. Sering membayangkan hal-hal yang menakutkanf. Rasa panic terhadap masalah yang ringan

2. DEPRESIDepresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2001). Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering dirasaikan pada lansia.Gejala-gejalanya sebagai berikut:a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaanya sehari-harib. Sering kelelahan, lemasa, kurang dapat menikmati kehidupan sehari-haric. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikand. Cepat marah dan mudah tersinggunge. Daya konsentrasi berkurangf. Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubungan dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa.g. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepath. Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecendrungan untuk bunuh diri

Depresi dapat timbul secara spontan ataupun reaksi terhadap perubahan dalam kehidupan, seperti: a. Cacat fisik atau mental seperti stroke ataupun demensia, sehingga menjadi sangat bergantung pada orang lainb. Suasana duka citac. Meninggalnya pasangan hidup

Jenis-jenis depresi Menurut gejalanya a. Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yg menyedihkan tetapi yg jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. b. Depresi psikotik Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.c. Psikosis depresi manik Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.a. Pemisahan diantara keduanya Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang tersebut.

Faktor Pencetus Depresia. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah. c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita. d. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

Pengelolaan Depresi pada Usia LanjutHal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :a. Obat-obatan Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton, dan pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.b. Neurobiologik Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin, dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada usia lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai gejala dari demensia.c. Psikososial Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi neurotik yang menyolok.d. Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah juga berperan dalam terjadinya depresi.Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang cacat menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-pasien usia lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.

Gambaran Klinis Depresi pada Usia LanjutSeorang usia lanjut yang mengalami depresi kebanyakan menyangkal adanya mood depresi. Yang terlihat adalah gejala hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit dan nyeri. Menurut Brodaty (1991) gejala yang sering tampil adalah ansietas (kecemasan), preokupasi gejala fisik, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, pikiran bunuh diri dan insomnia.Gambaran klinik depresi pada pasien berusia lanjut (dibandingkan dengan pasien yang lebih muda), adalah mereka lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya disamping mengeluh tentang gangguan memori, dan umumnya cenderung meminimalkan atau menyangkal mood depresinya. Hal lain yang tidak menguntungkan adalah pasien usia lanjut umumnya kurang mau mencari bantuan psikiater karena tak dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis untuk gangguan depresi yang mereka alami.

Penatalaksanaan Depresi Pada Usia Lanjut1. Terapi fisik Obat Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

Terapi Elektrokonvulsif (ECT) Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.

2. Terapi Psikologik a. Psikoterapi Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun kognitif behaviour sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.b. Terapi kognitif Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.c. Terapi keluarga Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada LansiaKeluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam kehidupan pada hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika keluarga tidak menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia, umumnya menyebabkan orang tersebut tidak mempunyai tempat tinggal, atau ada masalah-masalah yang telah berlangsung lama dan keterasingan. Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika orang lansia akan membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-kurangnya 80% dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari tua", keluarga saat ini menyediakan kepedulian yang lebih luas selama periode waktu yang lama (Schmall, Pratt, 1993).Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama yang memberi bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend demografi dan sosial mempunyai akibat / impak yang signifikan pada kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan dukungan. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga bertanggung jawab atas timbulnya depresi pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak masalah depresi berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga saling berkomunikasi dan saling berhubungan.

3. INSOMNIAKebiasaan atau pola tidur lansia yang dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanann anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bias tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatanya pada malam hari. Bila hal ini terjadi carilah penyebab dan jalan keluar sebaik-baiknya.Penyebab insomnia pada lansia adalah sebagai berikut:a. Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malamb. Tidur sebentar-sebentar sepanjang haric. Gangguan cemas dan depresid. Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyamane. Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam harif. Infeksi saluran kemih.

4. PARANOIDLansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot inggin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya hal ini merupakan kondisi yang disebut paranoid.Gejala-gejalanya antara lain:1. Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman atau orang-orang disekelilingnya.2. Lupa akan barang-barang yang disimpanya kemudian menuduh orang-orang disekelilingnya mencuri atau membunyikan barang miliknya3. Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa marah yang dilakukan.

5. DEMENSIADemensia sinilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organic jaringan otak.Berdasarkan penyebabnya dimensia dibagi menjadi 3 jenis:a. Dimensia alzaimer yang penyebabnya adalah kerusakan otak yang tidak diketahuib. Dimensia vaskuler yang penyebabnya karena stroke yang multiplec. Dimensia lain yang penyebabnya kekurangan vitamin B12 dan tumor otak.

Gejala gejala deminsia adalah sebagai berikuta. Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-harib. Mengabaikan kebersihan diric. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang makin berat, nama orang atau keluraga dapat dilupakand. Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulange. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada malam harif. Tidak dapat mengenal dimensi ruang atau tempatg. Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marahh. Menjadi depresi dan menangis tanpa alas an yang jelas.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mentala. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (Hereditas)e. Lingkungan f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian g. Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

18