SATUAN ACARA PENYULUHAN

16
SATUAN ACARA PENYULUHAN FRAKTUR Oleh : FAJRI ANDI RAHMAWAN 2008.02.012

description

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Transcript of SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

FRAKTUR

Oleh :

FAJRI ANDI RAHMAWAN

2008.02.012PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BANYUWANGI

2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik Penyuluhan: Gangguan sistem muskuloskeletal

2. Pokok Bahasan

: Fraktur

3. Sub Pokok Bahasan: Perawatan pada Pasien Fraktur (patah tulang)4. Sasaran :

Keluarga Tn.S

5. Waktu Pertemuan :

Hari: Kamis

Tanggal : 4 April 2013

Pukul : 16.00 WIB

6. Penyuluh

: Fajri Andi Rahmawan 7. Tujuan :

Tujuan umum :

Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu dan mengerti mengenai Perawatan yang harus dilakukan ketika menemui korban dengan patah tulang.

Tujuan Khusus :

Keluarga pasien dapat menjelasakan kembali tentang pengertian patah tulang.

Keluarga pasien dapat menjelasakan kembali tentang penyebab patah tulang.

Keluarga pasien dapat menjelasakan kembali tentang tanda gejala patah tulang.

Keluarga pasien dapat menjelasakan kembali tentang komplikasi patah tulang.

8. Metode

Ceramah dan diskusi

9. Media

Leaflet, Banner

10. Langkah Langkah Penyuluhan

Tahap KegiatanKegiatan perawatKegiatan klienMedia

Pembukaan

( 2 menit )Salam pembuka

Memperkenalkan diri

Menjelaskan maksud dan tujuan

Membagikan leaflet Mendengarkan keterangan penyajiCeramah

Penyajian

( 10 menit )Menyampaikan materi Memperhatikan dan mendengarkan keterangan penyajiCeramah

Demonstrasi

Leaflet

Penutup

( 5 menit )Melakukan tanya jawab

Menutup pertemuanMendengarkan dan bertanyaCeramah

11. Kriteria Evaluasi

1.Evaluasi Struktura.Kesiapan keluarga pasien mengikuti penyegaran kasus patah tulang

b.Media dan alat memadai

c.Tempat sesuai dengan kegiatan

2.Evaluasi Prosesa.Kegiatan penyegaran dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan

b.Peserta mengikuti kegiatan penyegaran dengan aktif dan kooperatif

c.Peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas

d.Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan

3. Evaluasi HasilSetelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat:

a.Peserta dapat menjelaskan Defenisi Patah Tulang

b.Peserta dapat menjelaskan Penyebab Patah tulang

c.Peserta dapat menjelaskan tanda dan gejala Patah Tulang

d. Peserta dapat menjelaskan Perawatan Patah Tulang

Materi Penyuluhan

1. Pengertian fraktur

Adalah terputusnya keteraturan jaringan tulang yang umumnya timbul secara mendadak.

2. Penyebab fraktur

Trauma langsung.

Misalnya : benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang.

Trauma tidak langsung.

Misalnya : jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang patah.

3. Tanda dan Gejala fraktur Nyeri terus menerus dan bertambah berat.

Adanya perubahan bentuk dari yang semula.

Terjadi pemendekan tulang dari yang sebenarnya.

Saat diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara framen tulang satu dengan lainnya.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

4. Komplikasi

Komplikasi Awal Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengantidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan

Kompartement SyndromSyndrome kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan. Gejala utama dari sindrom kompartemen adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasif dan nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya paralysis, dan berkurangnnya denyut nadi.

Fat Embolism SyndromFat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. Serangan biasanya 2 3 hari setelah cedera. InfeksiSystem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemik.

ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

Komplikasi Dalam Waktu Lama

Delayed Union dan nonunionSambungan tulang yang terlambat dan tulang patah yang tidak menyambung kembali. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dnegan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Nonunion dari tulang yang telah patah dapat menajdi komplikasi yang membahayakan Banyak keadaan yang menjadi predisposisi dari nonunion seperti reduksi yang tidak benar akan menyebabkan bagian-bagian tulang yang patah tetap tidak menyatu, imobilisasi yang kurang tepat baik cara terbuka maupun tertutup.

MalunionMalunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Contoh yang khas adalah patah tulang paha yang dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk imobilisasi dimana kemungkinan gerakan untuk rotasi dari fragmen-fragmen tulang yang patah kurang diperhatikan. Akibatnya sesudah gips dibuang ternyata anggota tubuh bagian distal memutar ke dalam atau ke luar, dan penderita tidak dapat mempertahankan posisi tubuhnya dalam posisi netral.5. Penatalaksanaan Fraktur

Penatalaksanaan Pre Hospital

Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur angsur pulih kembali.

Patah Tulang Tertutup

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.

Patah Tulang Terbuka

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.

Penatalaksaan Post Hospital

Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi fraktur untuk memperbaiki posisi fragmen, diikuti dengan pembebatan untuk mempertahankannya bersama-sama sebelum fragmen-fragmen itu menyatu sementara itu gerakan sendi dan fungsi harus di pertahankan. Pada penyembuhan fraktur dianjurkan untuk melakukan aktivitas otot dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini mencakup dalam 3 keputusan yang sederhana; reduksi, mempertahankan, lakukan latihan.

Mempertahankan Reduksi

Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah :

Traksi terus menerus

Pembebatan dengan gipsCara ini cukup aman, selama kita waspada akan bahaya pembalut gips yang ketat dan asalkan borok akibat tekanan dapat dicegah. Kecepatan penyatuannya tidak lah lebih tinggi maupun lebih rendah dibandingkan traksi, tetapi pasien dapat pulang lebih cepat. Mempertahankan reduksi biasanya tak ada masalah dan pasien dengan fraktur tibia dapat menahan berat pada pembalut gips. Tetapi, sendi-sendi yang terbungkus dalam gips tidak dapat bergerak dan cenderung kaku, kekakuan yang mendapat julukan penyakit fraktur merupakan masalah dalam penggunaan gips konvensional. Pemakaian panahan fungsionalPenahan fungsional menggunakan gips salah satu dari bahan yang ringan merupakan salah satu cara mencegah kekakuan pada sendi sambil masih memungkinkan pembebatan fraktur. Segmen dari gips hanya dipasang pada batang tulang itu, membiarkan sendi-sendi bebas, segmen gips itu dihubungkan dengan engsel dari logam atau plastic yang memungkinkan gerakan pada suatu bidang. Bebat bersifat fungsional dalam arti bahwa gerakan sendi tidak banyak terbatas dibandingkan gips konvensional. Fiksasi internalFragmen tulang dapat di ikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang di ikat dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci),circumferential bands,atau kombinasi dari metode ini. Bila di pasang dengan semestinya, fiksasi internal menahan fraktur secara aman sehingga gerakandapat segera di mulai; dengan gerakan lebih awal penyakit fraktur (kekakuan dan edema) dapat di hilangkan. Dalam hal kecepatan pasien dapat meninggalkan rumah sakit segera setelah luka sembuh, tetapi dia harus ingat bahwa meskipun tulang bergerak sebagai satu potong, fraktur belum menyatu, hanya dipertahankan oleh jembatan logam; karna itu penahanan beban yang tak terlidung selama beberapa waktu tidak aman. Bahaya yang terbesar adalah sepsis; kalau terjadi infeksi semua keuntungan fiksasi internal (reduksi yang tepat, stabilitas yang segera dan gerakan lebih awal) dapat hilang.

Fiksasi eksternalFraktur dapat di pertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan melalui tulang di atas dan di bawah fraktur dan di lekatkan pada suatu kerangka luar. Cara ini dapat di terapkan terutama pada tibia dan pelvis, tetapi metode ini juga digunakan untuk fraktur pada femur, humerus, radius bagian bawah dan bahkan tulang-tulang pada tangan.

Indikasi fiksasi luar sangat berguna untuk :

Fraktur yang di sertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat di mana luka dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan atau pencangkokan kulit.

Fraktur yang disertai dengan kerusakaan saraf atau pembuluh.

Fraktur yang sangat kominutif dan tak stabil, sehingga sebujur tulangnya dapat dipertahankan hingga mulai terjadi penyembuhan.

Fraktur yang tak menyatu, yang dapat dieksisi dan dikompresi; kadang-kadang fraktur ini di kombinasi dengan pemanjangan.

Fraktur pada pelvis, yang sering tidak dapat di atasi dengan metode lain.

Fraktur yang terinfeksi, di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok.

Cidera multipel yang berat, bila stabilisasi lebih awal mengurangi resiko komplikasi yang berbahaya ( Phillips dan contreras, 1990 ).

Teknik prinsip fiksasi eksternal sederhana: tulang di tranfiksikan di atas dan di bawah fraktur dan sekrup atau kawat di transfiksikan bagian proksimal dan distal kemudian di hubungkan satu sama lain dengan suatu batang yang kaku. Terdapat berbagai teknik dan alat fiksasi: transfiksi dengan pen, sekrup atau kawat; batang penghubung pada kedua sisi tulang atau pada satu sisi saja.

Kekakuan dapat diminimalkan dengan :

Pembebatan tertunda yaitu penggunaan traksi hingga gerakan telah diperoleh kembali, dan baru kemudian menggunakan gips.

Memulai dengan gips konvensional, tetapi setelah beberapa hari bila tungkai dapat dipertahankan tanpa terlalu banyak ketidaknyamanan gips tersebut maka diganti dengan suatu penahan fungsional yang memungkinkan gerakan sendi.