Satuan Acara Pelatihan Kader
description
Transcript of Satuan Acara Pelatihan Kader
PROPOSAL SATUAN ACARA PELATIHAN KADER
OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN JIWA (KESWA) DAN
PEMBENTUKAN POSYANDU JIWA DI DESA WONOKERTO
MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2015
Oleh:
TIM CMHN PSIK UB 2011
KELOMPOK 7 REGULER
Affrida Nurlily C. W. 115070201111009
Arini Nur Hidayati 115070201111004
Defi Destyaweny 115070200111004
Devi Fradiana 115070201111026
Erwina Rusmawati 115070201111018
Fenti Diah Hariyanti 115070201111002
Risyda Ma’rifatul Kh. 115070207111030
Prilly Priskylia 115070200111004
Windiarti Rahayu 115070201111028
Youshian Elmy 115070200111032
TIM CMHN PUSKESMAS WONOKERTO
BEKERJASAMA DENGAN PSIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PELATIHAN KADER
OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN JIWA (KESWA) DAN
PEMBENTUKAN POSYANDU JIWA DI DESA WONOKERTO
MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2015
Oleh :
TIM CMHN PSIK UB 2011
KELOMPOK 7 REGULER
Telah diperiksa kelengkapannya pada :
Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi
Perseptor Akademik, Perseptor Klinik,
(Ns. Retno Lestari S.Kep, MN) (Barti Mahaendrajani, S.Kep)
NIP. 198009142005022001 NIP. 196680181990032010
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Wonokerto
( dr. Yuliawati )
NIP.198307302009042002
SATUAN ACARA PELATIHAN KADER
Pokok Bahasan : Peran Kader dan Posyandu Kesehatan Jiwa
Sasaran : Kader Posyandu Desa Wonokerto
Tempat : Kantor Balai Desa Wonokerto
Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2015
Waktu : 60 menit
Pemateri : Tim CMHN Puskesmas Wonokerto
A. Latar Belakang
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat,
seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa
Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa
Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien
gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah
dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di
masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005).
Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi
salah satu jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa.Masyarakat
diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit (menderita
gangguan jiwa), dan mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari
masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap
penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menekan
terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).
Kegiatan kader desa siaga sehat jiwa adalah: (1) Mendeteksi keluarga di Desa
Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa; (2)
Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia;
(3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial; (4)
Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat; (5)
Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan
Rehabilitasi; (6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri; (7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN; (8)
Mendokumentasikan semua kegiatan; serta (9) Melaporkan hasil survei.
Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan
gangguan jiwa diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan
seluruh masalah kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah
Desa Siaga Sehat Jiwa dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader
kesehatan jiwa berperan penting di masyarakat karena kader dapat membantu
masyarakat mencapai kesehatan mental yang optimal melalui penggerakan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mental serta
pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.
Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan
produktifitasnya. Apabila mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan
jiwa tersebut dapat menjalankan kegiatan sehari hari dan berpenghasilan (produktif)
seperti anggota masyarakat yang lain. Hal tersebut berbeda apabila penderita
tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai sehingga harus dirawat di
Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya.Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat
(keswamas) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa
tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami dan mempraktekkan
cara menggunakan Kartu Menuju Sehat Jiwa (KMSJ) dan menjalankan Program
Posyandu Jiwa.
2. Tujuan khusus
a. Peserta mampu memahami tentang peran kader kesehatan jiwa
b. Peserta mampu memahami tentang Posyandu jiwa
c. Terbentuk satu Posyandu jiwa di Desa Wonokerto
C. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dibahas dalam pelatihan ini adalah:
a. Peran kader kesehatan jiwa
b. Posyandu jiwa
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Langkah 1: Penyiapan Proses Pembelajaran
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana.
2) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
3) Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
pendokumentasian klien dengan metode brainstorming dan memberikan
studi kasus pada peserta.
4) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Peserta
1) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
2) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
3) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
4) Mengajukan jelas dan perlu diklarifikasi.
2. Langkah 2: Penyampaian Materi Pembelajaran
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menyampaikan pokok bahasan secara garis besar dalam waktu yang
singkat.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
3) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
b. Kegiatan Peserta
1) Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
2) Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
3) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
3. Langkah 3: Evaluasi Hasil Pembelajaran
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menggali pengetahuan peserta setelah dilakukan pelatihan dengan cara
studi kasus.
2) Menyimpulkan materi bersama peserta.
3) Menutup kegiatan pelatihan dengan salam.
b. Kegiatan Peserta
1) Mendokumentasikan kemampuan klien berdasarkan studi kasus yang
diberikan oleh fasilitator.
2) Menyimpulkan materi bersama fasilitator.
E. Sasaran
Sasaran pelatihan adalah kader Posyandu Desa Wonokerto di Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang.
F. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan latihan kasus.
G. Media
Media yang digunakan adalah power point, LCD, dan buku KMSJ.
H. Pengorganisasian
Moderator : Windiarti Rahayu
Pemateri : Arini Nur Hidayati
Fasilitator : Erwina Rusmawati
Prilly Priskylia
Operator : Youshian Elmy
I. Kegiatan Penyuluhan
Tahap WaktuKegiatan
PenyuluhanKegiatan Peserta Metode media
Pembukaan 10’ - Membuka
kegiatan dengan
mengucapkan
salam
- Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
maksud dan
tujuan dari
pelatihan
- Kontrak waktu
- Menggali
pengetahuan
peserta sebelum
diberi kegiatan
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Menjawab
pertanyaan pre
test
ceramah,
tanya
jawab
Lembar
pre-test
pelatihan dengan
cara studi kasus
Penyajian 45’ Menjelaskan
tentang :
1. Peran kader
kesehatan jiwa
2. Posyandu jiwa
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
mengenai hal
yang kurang
dimengerti
ceramah,
diskusi,
tanya
jawab
modul
pelatihan,
power
point,
dan LCD
Penutup 5’ - Menggali
pengetahuan
peserta setelah
dilakukan
pelatihan dengan
post test
- Meyimpulkan hasil
kegiatan pelatihan
- Menutup dengan
salam
Menjawab
pertanyaan post
test
Mendengarkan
Memperhatikan
ceramah,
tanya
jawab
Lembar
post-test
J. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Melakukan koordinasi dengan perseptor klinik Barti Mahaendrajani, S. Kep.
dan Ns. Soebagijono, S.Kep., M.Kes.
b. Melakukan koordinasi dengan kader Desa Wonokerto.
c. Persiapan pelatihan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan.
d. Persiapan materi pelatihan dan media.
e. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan yang dirumuskan di proposal satuan
acara pelatihan.
2. Proses
a. Jumlah peserta pelatihan minimal 10 peserta
a. Media yang digunakan adalah power point, LCD, dan buku KMSJ.
b. Waktu pelatihan adalah 60 menit.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat saat kegiatan pelatihan
berlangsung tanpa ijin pemateri atau fasilitator.
d. Peserta aktif dan antusias dalam megikuti kegiatan pelatihan
2. Hasil
a. Pengetahuan peserta pelatihan meningkat sebesar 80% setelah dilakukan
pelatihan.
b. Terbentuk 1 posyandu jiwa di Desa Wonokerto
MATERI PELATIHAN KADER
A. Sejarah Posyandu
Sejak tahun 1970 pada periode orde baru, Posyandu yang merupakan
kepanjangan dari Pos Pelayanan Terpadu sangat berperan penting dalam program
kesehatan Indonesia. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraa pembangunan
kesehatan. Fungsi Posyandu adalah untuk memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar guna mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
(Depkes RI, 2005). Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan perpanjangan
tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang
dilaksanakan secara terpadu. Masyarakat internasional menghargai kesuksesan
usaha pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan dasar melalui
pemberdayaan masyarakat seperti Posyandu, sehingga tidak sedikit negara lain yang
ikut mencontoh menerapkan program ini di negara mereka.
Namun ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi di tahun 1997, kegiatan
Posyandu ikut menerima dampaknya. Perubahan sistem pemerintahan menjadi
desentralisasi mengakibatkan kegiatan Posyandu sangat tergantung pada
kemampuan dan komitmen pemerintah daerah. Kemampuan dan kesadaran
masyarakat lokal yang terkena dampak krisis ekonomi juga sanga mempengaruhi
efektivitas fungsi Posyandu. Melihat kemunduran kinerja Posyandu, pemerintah
melihat perlunya merevitalisasi Posyandu dengan mengeluarkan surat edaran
Menteri Dalam Negeri No. 411/1999 yang kemudian diperbaharui kembali tahun
2001. Program revitalisasi Posyandu diharapkan dapat meningkatkan fungsi kerja
dan kinerja Posyandu sehingga mampu mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaannya diselenggarakan
dengan dukungan Lembag Kesehatan Masyarakat Desa, tim penggerak Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta dan sektor
terkait serta lembaga donor yang berminat. Namun dalam perkembangannya,
instruksi ini tidak berjalan dengan optimal dan dirasakan perlu mengoptimalkan
kembali fungsi Posyandu.
Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang
Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Posyandu.
Menurut peraturan baru ini, pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu
harus dibantu oleh kelompok kerja (Pokja) yang berada baik di tingkat pemerintah
pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Penyelenggaraan Posyandu
dilakukan oleh kader yang merupakan anggota masyarakat yang dipilih, bersedia,
mampu dan memiliki waktu untuk melakukan kegiatan Posyandu (Depkes RI, 2007)
B. Posyandu Kesehatan Jiwa
1. Definisi Posyandu Kesehatan Jiwa
Posyandu adalah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh, dan untuk
mesyarakat yang dibimbing petugas terkait (Departemen kesehatan RI, 2006).
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang
terlihatdari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosi onal (Johnson, 1997), keadaan
menyenangkan, penuh kepuasan, gembira, sukses, opimis atau penuh harapan
(Stuart, 2013). Dengan demikian Posyandu Kesehatan Jiwa adalah pemeliharaan
kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang dilakukan dari, oleh dan
untuk masyaakat yang dibimbing petugas terkait.
2. Tujuan Posyandu Kesehatan Jiwa
a. Menurunkan angka kekambuhan pada ODMK dan ODGJ melalui 3 indikator,
yaitu penurunan tanda dan gejala gangguan jiw, peningkatan kemandirian dan
produktivitas.
b. Mempertahankan kondisi sehat jiwa melalui indikator kemandirian dan
produktifitas.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan jiwa serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyaakat
sehat jiwa sejahtera dan penurunan stigma.
3. Kegiatan Pokok Posyandu
a. Gizi
b. Terapi individu
c. Penanggulangan kekambuhan
d. Peningkatan ketrampilan hidup
e. Penurunan stigma
4. Pelaksanaan Layanan Posyandu Kesehatan Jiwa
a. Meja 1 : pendaftaran oleh Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)
b. Meja 2 : penimbangan oleh KKJ
1) Penimbangan berat badan (BB)
2) Pengukuran tinggi badan (TB)
c. Meja 3 : pengisian KMSJ oleh KKJ
d. Meja 4 : peningkatan kemandirian dan produktifitas melalui ketrampilan
hidup oleh KKJ
1) Keterampilan hidup sehai-hari
Perencanaan dan persiapan makan, pembersihan dan penyimpanan
makanan, pemeliharaan rumah.
2) Perawatan Diri
Perkembangan fisik dan emosional yang sehat seperti kebersihan pibadi
(mandi, berhias, makan dan toiletiing), mengurus kesehatan dan
pencegahan kekambuhan.
3) Hubungan dan Komunikasi
Mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sehat jiwa melalui
kegiatan peningkatan kemandirian dan produktifitas.
e. Meja 5 : layanan kesehatan jiwa oleh petugas kesehatan
1) Penambahan nutrisi
2) Pemberian vitamin
3) Pemantauan psikofarmaka (obat-obatan)
4) Konsultasi Kesehatan Jiwa / Pendidikan Kesehatan Jiw bagi klien dan
keluarga
5. Indikator Keberhasilan Posyandu Kesehatan Jiwa : BELADIRI PROMA
a. BELA : Bebas Gejala
b. DIRI : Mandiri
c. PRO : Produktif
d. MA : Bebas Stigma
6. Kartu Menuju Sehat Jiwa (KMSJ)
KMSJ adalah kartu yang digunakan untuk mencatat dan membantu
perkembangan kesehatan jiwa dengan indikator penurunan gejala, peningkatan
kemandirian dan produktifitas.
C. Kader
1. Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin
dan Hamidah, 2009). Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling
dekat dengan masyarakat ( Niken, dkk, 2009). Kader adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan
masyarakat. ( Ferry dan Makhfudli, 2009). Kader kesehatan yaitu tenaga yang
berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara
sukarela untuk menjadi penyelenggara posyandu (Fallen dan Budi, 2010)
2. Tujuan pembentukan kader
a. Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang
kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa
masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari
pembangunan itu sendiri. Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan
mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab.
b. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah
atas dasar pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam operasional
pelayanan kesehatan akan mendorong masyarakat memanfaatkan sumber
daya yang ada seoptimal mungkin. Pola pikir semacam ini merupakan
penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan.
c. Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata
tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang
sederhana tetapi tetap berguna bagi masyarakat kelompoknya (Ferry dan
Makhfudli, 2009).
3. Peran kader
Tugas-tugas kader meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat,
tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan
kepada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang
mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah
yang dihadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam menyelesaikan
masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk diselesaikan.
Perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak bekerja dalam
sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku
sistem kesehatan. Oleh karena itu, mereka harus dibina, dituntun, serta didukung
oleh pembimbing yang terampil dan berpengalaman (Syafrudin dan Hamidah,
2009).
D. Kader Kesehatan Jiwa
Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu masyarakat
mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan
jiwa masyarakat di wilayahnya (Keliat,2007)
1. Peran Kader Kesehatan Jiwa
Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan, memelihara dan
mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)
2. Tugas Pokok kader Kesehatan Jiwa
a. Melaksanakan program Desa Siaga Sehat Jiwa.
b. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga yang beresiko mengalami
masalah psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat.
c. Menggerakkan individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti
pendidikan kesehatan jiwa.
d. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang beresiko mengalami
masalah psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
e. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang mengalami gangguan
jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa.
f. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti terapi aktifitas
kelompok (TAK) dan rehabilitasi.
g. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri.
h. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada
perawat CMHN atau Puskesmas.
i. Membuat dokumentasi kegiatan kader jiwa dan perkembangan kondisi
kesehatan jiwa pasien (Keliat, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Dalam Negeri RI. (2007). Pedoman Pembentuan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2007.
Departemen Dalam Negeri RI. (2001). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ. Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pengelolaan Posyandu, Cetakan Ke 1,Jakarta.
Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: EGC.Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. (2007). Departemen Dalam
Negeri RI. Jakarta.Keliat, Anna Budi. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.Kusmawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba MedikaStuart and Sundeen, (2002). Pocket Guide To Psychistric Nursing, ( 5th edition ), alih
bahasa. Jakarta : EGC.Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing.
(5th ed). St louis: Mosby Year BookStuart, Gail W. Karyuni, Pamilih Eko. (ed). (2006). Buku Saku: Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta: EGC.Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.
SOAL PRE TEST & POST TEST
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanga silang pada jawaban yang
menurut anda benar !
1. Salah satu tujuan posyandu kesehatan jiwa adalah …….
a. Meningkatkan penghasilan masyarakat
b. Meningkatkan kekambuhan pasien gangguan jiwa
c. Mempertahankan kondisi sehat jiwa
2. Indikator keberhasilan posyandu kesehatan jiwa adalah…
a. BELADIRI PROMA
b. PROMA SEHAT JIWA
c. BELADIRI SEHAT JIWA
3. Salah satu kegiatan posyandu jiwa adalah…..
a. Peningkatan stigma
b. Peningkatan ketrampilan hidup
c. Penanganan gizi balita
4. Kader sehat jiwa adalah ….
a. kader yang dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan jiwa
b. orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan program Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu)
c. jabatan penting dalam masyarakat
5. Tugas pokok kader kesehatan jiwa, kecuali ………….
a. Melaksanakan program desa siaga sehat jiwa
b. Melakukan dokumentasi pada kasus gizi buruk
c. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri
NAMA :
Dusun :