Satuan Acara Pelatihan Kader

21
PROPOSAL SATUAN ACARA PELATIHAN KADER OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN JIWA (KESWA) DAN PEMBENTUKAN POSYANDU JIWA DI DESA WONOKERTO MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2015 Oleh: TIM CMHN PSIK UB 2011 KELOMPOK 7 REGULER Affrida Nurlily C. W. 115070201111009 Arini Nur Hidayati 115070201111004 Defi Destyaweny 115070200111004 Devi Fradiana 115070201111026 Erwina Rusmawati 115070201111018 Fenti Diah Hariyanti 115070201111002 Risyda Ma’rifatul Kh. 115070207111030 Prilly Priskylia 115070200111004 Windiarti Rahayu 115070201111028 Youshian Elmy 115070200111032 TIM CMHN PUSKESMAS WONOKERTO

description

Satuan Acara Pelatihan Kader

Transcript of Satuan Acara Pelatihan Kader

Page 1: Satuan Acara Pelatihan Kader

PROPOSAL SATUAN ACARA PELATIHAN KADER

OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN JIWA (KESWA) DAN

PEMBENTUKAN POSYANDU JIWA DI DESA WONOKERTO

MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2015

Oleh:

TIM CMHN PSIK UB 2011

KELOMPOK 7 REGULER

Affrida Nurlily C. W. 115070201111009

Arini Nur Hidayati 115070201111004

Defi Destyaweny 115070200111004

Devi Fradiana 115070201111026

Erwina Rusmawati 115070201111018

Fenti Diah Hariyanti 115070201111002

Risyda Ma’rifatul Kh. 115070207111030

Prilly Priskylia 115070200111004

Windiarti Rahayu 115070201111028

Youshian Elmy 115070200111032

TIM CMHN PUSKESMAS WONOKERTO

BEKERJASAMA DENGAN PSIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Satuan Acara Pelatihan Kader

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN PELATIHAN KADER

OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN JIWA (KESWA) DAN

PEMBENTUKAN POSYANDU JIWA DI DESA WONOKERTO

MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2015

Oleh :

TIM CMHN PSIK UB 2011

KELOMPOK 7 REGULER

Telah diperiksa kelengkapannya pada :

Hari :

Tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Akademik, Perseptor Klinik,

(Ns. Retno Lestari S.Kep, MN) (Barti Mahaendrajani, S.Kep)

NIP. 198009142005022001 NIP. 196680181990032010

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Wonokerto

( dr. Yuliawati )

NIP.198307302009042002

Page 3: Satuan Acara Pelatihan Kader

SATUAN ACARA PELATIHAN KADER

Pokok Bahasan : Peran Kader dan Posyandu Kesehatan Jiwa

Sasaran : Kader Posyandu Desa Wonokerto

Tempat : Kantor Balai Desa Wonokerto

Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2015

Waktu : 60 menit

Pemateri : Tim CMHN Puskesmas Wonokerto

A. Latar Belakang

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat,

seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan

memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa

Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa

Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien

gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah

dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di

masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005).

Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi

salah satu jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa.Masyarakat

diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit (menderita

gangguan jiwa), dan mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari

masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap

penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menekan

terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).

Kegiatan kader desa siaga sehat jiwa adalah: (1) Mendeteksi keluarga di Desa

Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa; (2)

Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia;

(3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial; (4)

Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat; (5)

Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan

Rehabilitasi; (6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah

mandiri; (7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN; (8)

Mendokumentasikan semua kegiatan; serta (9) Melaporkan hasil survei.

Page 4: Satuan Acara Pelatihan Kader

Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan

gangguan jiwa diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan

seluruh masalah kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah

Desa Siaga Sehat Jiwa dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader

kesehatan jiwa berperan penting di masyarakat karena kader dapat membantu

masyarakat mencapai kesehatan mental yang optimal melalui penggerakan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mental serta

pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.

Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan

produktifitasnya. Apabila mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan

jiwa tersebut dapat menjalankan kegiatan sehari hari dan berpenghasilan (produktif)

seperti anggota masyarakat yang lain. Hal tersebut berbeda apabila penderita

tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai sehingga harus dirawat di

Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya.Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat

(keswamas) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan

masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa

tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan umum

Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami dan mempraktekkan

cara menggunakan Kartu Menuju Sehat Jiwa (KMSJ) dan menjalankan Program

Posyandu Jiwa.

2. Tujuan khusus

a. Peserta mampu memahami tentang peran kader kesehatan jiwa

b. Peserta mampu memahami tentang Posyandu jiwa

c. Terbentuk satu Posyandu jiwa di Desa Wonokerto

C. Pokok Bahasan

Pokok bahasan yang dibahas dalam pelatihan ini adalah:

a. Peran kader kesehatan jiwa

b. Posyandu jiwa

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Langkah 1: Penyiapan Proses Pembelajaran

a. Kegiatan Fasilitator

1) Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana.

Page 5: Satuan Acara Pelatihan Kader

2) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.

3) Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud

pendokumentasian klien dengan metode brainstorming dan memberikan

studi kasus pada peserta.

4) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Peserta

1) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.

2) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.

3) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.

4) Mengajukan jelas dan perlu diklarifikasi.

2. Langkah 2: Penyampaian Materi Pembelajaran

a. Kegiatan Fasilitator

1) Menyampaikan pokok bahasan secara garis besar dalam waktu yang

singkat.

2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang

kurang jelas.

3) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

b. Kegiatan Peserta

1) Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.

2) Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan

yang diberikan.

3) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

3. Langkah 3: Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Kegiatan Fasilitator

1) Menggali pengetahuan peserta setelah dilakukan pelatihan dengan cara

studi kasus.

2) Menyimpulkan materi bersama peserta.

3) Menutup kegiatan pelatihan dengan salam.

b. Kegiatan Peserta

1) Mendokumentasikan kemampuan klien berdasarkan studi kasus yang

diberikan oleh fasilitator.

2) Menyimpulkan materi bersama fasilitator.

Page 6: Satuan Acara Pelatihan Kader

E. Sasaran

Sasaran pelatihan adalah kader Posyandu Desa Wonokerto di Kecamatan Bantur

Kabupaten Malang.

F. Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan latihan kasus.

G. Media

Media yang digunakan adalah power point, LCD, dan buku KMSJ.

H. Pengorganisasian

Moderator : Windiarti Rahayu

Pemateri : Arini Nur Hidayati

Fasilitator : Erwina Rusmawati

Prilly Priskylia

Operator : Youshian Elmy

I. Kegiatan Penyuluhan

Tahap WaktuKegiatan

PenyuluhanKegiatan Peserta Metode media

Pembukaan 10’ - Membuka

kegiatan dengan

mengucapkan

salam

- Memperkenalkan

diri

- Menjelaskan

maksud dan

tujuan dari

pelatihan

- Kontrak waktu

- Menggali

pengetahuan

peserta sebelum

diberi kegiatan

Menjawab salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Menjawab

pertanyaan pre

test

ceramah,

tanya

jawab

Lembar

pre-test

Page 7: Satuan Acara Pelatihan Kader

pelatihan dengan

cara studi kasus

Penyajian 45’ Menjelaskan

tentang :

1. Peran kader

kesehatan jiwa

2. Posyandu jiwa

Mendengarkan

dan

memperhatikan

Memberikan

tanggapan dan

pertanyaan

mengenai hal

yang kurang

dimengerti

ceramah,

diskusi,

tanya

jawab

modul

pelatihan,

power

point,

dan LCD

Penutup 5’ - Menggali

pengetahuan

peserta setelah

dilakukan

pelatihan dengan

post test

- Meyimpulkan hasil

kegiatan pelatihan

- Menutup dengan

salam

Menjawab

pertanyaan post

test

Mendengarkan

Memperhatikan

ceramah,

tanya

jawab

Lembar

post-test

J. Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Melakukan koordinasi dengan perseptor klinik Barti Mahaendrajani, S. Kep.

dan Ns. Soebagijono, S.Kep., M.Kes.

b. Melakukan koordinasi dengan kader Desa Wonokerto.

c. Persiapan pelatihan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan.

d. Persiapan materi pelatihan dan media.

e. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan yang dirumuskan di proposal satuan

acara pelatihan.

2. Proses

a. Jumlah peserta pelatihan minimal 10 peserta

a. Media yang digunakan adalah power point, LCD, dan buku KMSJ.

b. Waktu pelatihan adalah 60 menit.

Page 8: Satuan Acara Pelatihan Kader

c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat saat kegiatan pelatihan

berlangsung tanpa ijin pemateri atau fasilitator.

d. Peserta aktif dan antusias dalam megikuti kegiatan pelatihan

2. Hasil

a. Pengetahuan peserta pelatihan meningkat sebesar 80% setelah dilakukan

pelatihan.

b. Terbentuk 1 posyandu jiwa di Desa Wonokerto

Page 9: Satuan Acara Pelatihan Kader

MATERI PELATIHAN KADER

A. Sejarah Posyandu

Sejak tahun 1970 pada periode orde baru, Posyandu yang merupakan

kepanjangan dari Pos Pelayanan Terpadu sangat berperan penting dalam program

kesehatan Indonesia. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk

upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraa pembangunan

kesehatan. Fungsi Posyandu adalah untuk memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar guna mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

(Depkes RI, 2005). Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan perpanjangan

tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang

dilaksanakan secara terpadu. Masyarakat internasional menghargai kesuksesan

usaha pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan dasar melalui

pemberdayaan masyarakat seperti Posyandu, sehingga tidak sedikit negara lain yang

ikut mencontoh menerapkan program ini di negara mereka.

Namun ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi di tahun 1997, kegiatan

Posyandu ikut menerima dampaknya. Perubahan sistem pemerintahan menjadi

desentralisasi mengakibatkan kegiatan Posyandu sangat tergantung pada

kemampuan dan komitmen pemerintah daerah. Kemampuan dan kesadaran

masyarakat lokal yang terkena dampak krisis ekonomi juga sanga mempengaruhi

efektivitas fungsi Posyandu. Melihat kemunduran kinerja Posyandu, pemerintah

melihat perlunya merevitalisasi Posyandu dengan mengeluarkan surat edaran

Menteri Dalam Negeri No. 411/1999 yang kemudian diperbaharui kembali tahun

2001. Program revitalisasi Posyandu diharapkan dapat meningkatkan fungsi kerja

dan kinerja Posyandu sehingga mampu mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap

penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaannya diselenggarakan

dengan dukungan Lembag Kesehatan Masyarakat Desa, tim penggerak Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta dan sektor

terkait serta lembaga donor yang berminat. Namun dalam perkembangannya,

instruksi ini tidak berjalan dengan optimal dan dirasakan perlu mengoptimalkan

kembali fungsi Posyandu.

Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang

Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Posyandu.

Menurut peraturan baru ini, pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu

Page 10: Satuan Acara Pelatihan Kader

harus dibantu oleh kelompok kerja (Pokja) yang berada baik di tingkat pemerintah

pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Penyelenggaraan Posyandu

dilakukan oleh kader yang merupakan anggota masyarakat yang dipilih, bersedia,

mampu dan memiliki waktu untuk melakukan kegiatan Posyandu (Depkes RI, 2007)

B. Posyandu Kesehatan Jiwa

1. Definisi Posyandu Kesehatan Jiwa

Posyandu adalah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh, dan untuk

mesyarakat yang dibimbing petugas terkait (Departemen kesehatan RI, 2006).

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang

terlihatdari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang

efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosi onal (Johnson, 1997), keadaan

menyenangkan, penuh kepuasan, gembira, sukses, opimis atau penuh harapan

(Stuart, 2013). Dengan demikian Posyandu Kesehatan Jiwa adalah pemeliharaan

kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang dilakukan dari, oleh dan

untuk masyaakat yang dibimbing petugas terkait.

2. Tujuan Posyandu Kesehatan Jiwa

a. Menurunkan angka kekambuhan pada ODMK dan ODGJ melalui 3 indikator,

yaitu penurunan tanda dan gejala gangguan jiw, peningkatan kemandirian dan

produktivitas.

b. Mempertahankan kondisi sehat jiwa melalui indikator kemandirian dan

produktifitas.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan jiwa serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyaakat

sehat jiwa sejahtera dan penurunan stigma.

3. Kegiatan Pokok Posyandu

a. Gizi

b. Terapi individu

c. Penanggulangan kekambuhan

d. Peningkatan ketrampilan hidup

e. Penurunan stigma

4. Pelaksanaan Layanan Posyandu Kesehatan Jiwa

a. Meja 1 : pendaftaran oleh Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)

b. Meja 2 : penimbangan oleh KKJ

Page 11: Satuan Acara Pelatihan Kader

1) Penimbangan berat badan (BB)

2) Pengukuran tinggi badan (TB)

c. Meja 3 : pengisian KMSJ oleh KKJ

d. Meja 4 : peningkatan kemandirian dan produktifitas melalui ketrampilan

hidup oleh KKJ

1) Keterampilan hidup sehai-hari

Perencanaan dan persiapan makan, pembersihan dan penyimpanan

makanan, pemeliharaan rumah.

2) Perawatan Diri

Perkembangan fisik dan emosional yang sehat seperti kebersihan pibadi

(mandi, berhias, makan dan toiletiing), mengurus kesehatan dan

pencegahan kekambuhan.

3) Hubungan dan Komunikasi

Mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sehat jiwa melalui

kegiatan peningkatan kemandirian dan produktifitas.

e. Meja 5 : layanan kesehatan jiwa oleh petugas kesehatan

1) Penambahan nutrisi

2) Pemberian vitamin

3) Pemantauan psikofarmaka (obat-obatan)

4) Konsultasi Kesehatan Jiwa / Pendidikan Kesehatan Jiw bagi klien dan

keluarga

5. Indikator Keberhasilan Posyandu Kesehatan Jiwa : BELADIRI PROMA

a. BELA : Bebas Gejala

b. DIRI : Mandiri

c. PRO : Produktif

d. MA : Bebas Stigma

6. Kartu Menuju Sehat Jiwa (KMSJ)

KMSJ adalah kartu yang digunakan untuk mencatat dan membantu

perkembangan kesehatan jiwa dengan indikator penurunan gejala, peningkatan

kemandirian dan produktifitas.

C. Kader

1. Pengertian Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

Page 12: Satuan Acara Pelatihan Kader

perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang

amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin

dan Hamidah, 2009). Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling

dekat dengan masyarakat ( Niken, dkk, 2009). Kader adalah tenaga sukarela

yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan

masyarakat. ( Ferry dan Makhfudli, 2009). Kader kesehatan yaitu tenaga yang

berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara

sukarela untuk menjadi penyelenggara posyandu (Fallen dan Budi, 2010)

2. Tujuan pembentukan kader

a. Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang

kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa

masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari

pembangunan itu sendiri. Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan

mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. 

b. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah

atas dasar pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam operasional

pelayanan kesehatan akan mendorong masyarakat memanfaatkan sumber

daya yang ada seoptimal mungkin. Pola pikir semacam ini merupakan

penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan. 

c. Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata

tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang

sederhana tetapi tetap berguna bagi masyarakat kelompoknya (Ferry dan

Makhfudli, 2009).

3. Peran kader

Tugas-tugas kader meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat,

tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan

kepada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang

mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah

yang dihadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam menyelesaikan

masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk diselesaikan.

Perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak bekerja dalam

sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku

sistem kesehatan. Oleh karena itu, mereka harus dibina, dituntun, serta didukung

Page 13: Satuan Acara Pelatihan Kader

oleh pembimbing yang terampil dan berpengalaman (Syafrudin dan Hamidah,

2009).

D. Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu masyarakat

mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan

jiwa masyarakat di wilayahnya (Keliat,2007)

1. Peran Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan, memelihara dan

mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)

2. Tugas Pokok kader Kesehatan Jiwa

a. Melaksanakan program Desa Siaga Sehat Jiwa.

b. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga yang beresiko mengalami

masalah psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat.

c. Menggerakkan individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti

pendidikan kesehatan jiwa.

d. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang beresiko mengalami

masalah psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa

e. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang mengalami gangguan

jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa.

f. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti terapi aktifitas

kelompok (TAK) dan rehabilitasi.

g. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri.

h. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada

perawat CMHN atau Puskesmas.

i. Membuat dokumentasi kegiatan kader jiwa dan perkembangan kondisi

kesehatan jiwa pasien (Keliat, 2007)

Page 14: Satuan Acara Pelatihan Kader

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Dalam Negeri RI. (2007). Pedoman Pembentuan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2007.

Departemen Dalam Negeri RI. (2001). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ. Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pengelolaan Posyandu, Cetakan Ke 1,Jakarta.

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: EGC.Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. (2007). Departemen Dalam

Negeri RI. Jakarta.Keliat, Anna Budi. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,

Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.Kusmawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Salemba MedikaStuart and Sundeen, (2002). Pocket Guide To Psychistric Nursing, ( 5th edition ), alih

bahasa. Jakarta : EGC.Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing.

(5th ed). St louis: Mosby Year BookStuart, Gail W. Karyuni, Pamilih Eko. (ed). (2006). Buku Saku: Keperawatan Jiwa. Edisi 5.

Jakarta: EGC.Townsend M. C,  (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman

untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.

Page 15: Satuan Acara Pelatihan Kader

SOAL PRE TEST & POST TEST

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanga silang pada jawaban yang

menurut anda benar !

1. Salah satu tujuan posyandu kesehatan jiwa adalah …….

a. Meningkatkan penghasilan masyarakat

b. Meningkatkan kekambuhan pasien gangguan jiwa

c. Mempertahankan kondisi sehat jiwa

2. Indikator keberhasilan posyandu kesehatan jiwa adalah…

a. BELADIRI PROMA

b. PROMA SEHAT JIWA

c. BELADIRI SEHAT JIWA

3. Salah satu kegiatan posyandu jiwa adalah…..

a. Peningkatan stigma

b. Peningkatan ketrampilan hidup

c. Penanganan gizi balita

4. Kader sehat jiwa adalah ….

a. kader yang dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan jiwa

b. orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan program Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu)

c. jabatan penting dalam masyarakat

5. Tugas pokok kader kesehatan jiwa, kecuali ………….

a. Melaksanakan program desa siaga sehat jiwa

b. Melakukan dokumentasi pada kasus gizi buruk

c. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri

NAMA :

Dusun :