Sastra

2
Cerita Jiwa Raga Wahai Raga.. Ini adalah cerita kita berdua Cerita tentang kebohongan, kemunafikan, dan dosa Kau mungkin tidak sadar atau berpura-pura tidak menyadarinya Tapi perlu engkau tahu, Kita sedang berjalan dalam rute yang salah Berjalan di atas kebohongan yang tertutup rapi dan tertata apik Melenggang santai bertopeng kemunafikan Memikul dosa yang seolah tidak pernah ada Wahai Jiwa.. Kadang aku berpikir bahwa ini semua hanyalah mimpi Mimpi yang hanya perlu dilupakan Namun, semua itu hanya mimpi yang diimpikan Kebohongan, kemunafikan, dan dosa itu Telah mengalir dalam aliran darah ini Menyatu dalam denyut nadi dan detakan jantung Mengotori setiap celah kosong yang ditemuinya Dan pada akhirnya Meninggalkan bekas yang tidak akan pernah kembali pada kondisi awal Lalu.. Kenapa semua ini bisa terjadi? Apakah kita pernah berunding bersama? Memikirkannya? Memutuskan menyesali atau melupakannya? Namun, Mungkin kau dan aku kadang tidak sadar Bahwa ketika aku memikirkannya Maka bulu kudukmu merinding karena ketakutan Wajahmu pucat pasi dengan tetesan keringat dingin Menjadikanmu raga yang lemah tak berdaya

description

Puisi Mini

Transcript of Sastra

Page 1: Sastra

Cerita Jiwa Raga

Wahai Raga..

Ini adalah cerita kita berdua

Cerita tentang kebohongan, kemunafikan, dan dosa

Kau mungkin tidak sadar atau berpura-pura tidak menyadarinya

Tapi perlu engkau tahu,

Kita sedang berjalan dalam rute yang salah

Berjalan di atas kebohongan yang tertutup rapi dan tertata apik

Melenggang santai bertopeng kemunafikan

Memikul dosa yang seolah tidak pernah ada

Wahai Jiwa..

Kadang aku berpikir bahwa ini semua hanyalah mimpi

Mimpi yang hanya perlu dilupakan

Namun, semua itu hanya mimpi yang diimpikan

Kebohongan, kemunafikan, dan dosa itu

Telah mengalir dalam aliran darah ini

Menyatu dalam denyut nadi dan detakan jantung

Mengotori setiap celah kosong yang ditemuinya

Dan pada akhirnya

Meninggalkan bekas yang tidak akan pernah kembali pada kondisi awal

Lalu..

Kenapa semua ini bisa terjadi?

Apakah kita pernah berunding bersama?

Memikirkannya? Memutuskan menyesali atau melupakannya?

Namun,

Mungkin kau dan aku kadang tidak sadar

Bahwa ketika aku memikirkannya

Maka bulu kudukmu merinding karena ketakutan

Wajahmu pucat pasi dengan tetesan keringat dingin

Menjadikanmu raga yang lemah tak berdaya

Wahai Jiwa..

Bisakah kita memutar kembali waktu yang telah berlalu?

Agar cerita tentang kebohongan, kemunafikan, dan dosa

Yang telah kita lakoni ini bisa kita rubah

Menjadi cerita tentang kejujuran, amanah, dan amal?

Page 2: Sastra

Wahai Raga..

Waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali

Ketika kau memilih untuk menyesalinya,

Ikutlah bersamaku

Memohon ampun pada Sang Khalik

Sang penguasa jiwa dan raga

Jiwa dan Raga

Berpadu indah menata jalan panjang yang ada di depan

Mungkin,

cerita ini tidak akan seindah cerita lain

Yang dimulai dengan selebar kertas putih dan bersih

Namun,

semoga Sang Khalik menganugerahkan skenario indah lain

Yang dimulai dengan selebar kertas hitam yang koyak

Cerita tentang Jiwa, Raga, dan Sang Khalik