Sarbanes Oxley Act

9
SARBANES OXLEY ACT Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan aturan tersebut. SEJARAH MUNCULNYA SARBANES – OXLEY Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau SOA adalah hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Undang- undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC. Dasar Teori SOX (Sarbanes – Oxley act) Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua

Transcript of Sarbanes Oxley Act

Page 1: Sarbanes Oxley Act

SARBANES OXLEY ACT Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan aturan tersebut.

SEJARAH MUNCULNYA SARBANES – OXLEY Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau SOA adalah hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC. Dasar Teori

SOX (Sarbanes – Oxley act)

Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai. Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance. Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau bagian yang menetapkan hal-hal

Page 2: Sarbanes Oxley Act

mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Saat ini, corporate governance dan pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang.

AKTIVITAS SOA PADA PERUSAHAAN

Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut: :

a. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit, dan pihak manajemen.

b. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.

c. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities Exchange Commision) secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien.

d. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan).e. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest.f. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan oleh komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE‟s EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan menerima dan merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistem hotlines ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi program pencegahan fraud yang kuat.

ISI SARBANES OXLEY ACT

Secara umum SOX‟s Act terdiri dari tiga bagian penting yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan publik, yaitu: Seksi 404, 906, dan 302. Peraturan ini sudah mulai dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan publik di AS sejak dikeluarkannya peraturan tersebut, Juli 2002, namun yang menjadi penekanan adalah seksi 302 dan seksi 404.

Seksi 404 berisi peraturan yang mewajibkan manajemen untuk menilai internal kontrol yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya serta pengesahan dari auditor eksternal. Seksi 906 berisi peraturan yang mewajibkan manajemen perusahaan secara periodik untuk melaporkan segala sesuatu menyangkut informasi keuangan yang juga tunduk kepada peraturan bursa saham, serta menyatakan dengan benar kondisi laporan keuangan dan hasil operasi perusahaan. SOX‟s act seksi 302 berisi peraturan yang hampir sama dengan seksi 906, tetapi seksi 302 berisi tambahan atas pengungkapan

Page 3: Sarbanes Oxley Act

yang berhubungan dengan pengungkapan internal kontrol dan prsodurnya, serta internal control dan penipuan/kecurangan.

Berikut ini dijelaskan beberapa bagian(section) dari Sarbanes-Oxley Act yang perlu mendapat perhatian.

Seksi 404

SOX‟s Act seksi 404 ini berisi kewajiban bagi manajemen perusahaan untuk menilai internal control yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya;

1. Perusahaan harus mengevaluasi internal kontrol atas laporan keuangannya setiap tahun. Manajemen harus menyimpulkan efektifitas dari internal kontrol setiap akhir tahun. Pihak yang bertanggungjawab untuk mengevaluasi internal kontrol perusahaan adalah departemen internal control/audit .

2. Akuntan publik yang disewa perusahaan harus menegaskan dan melaporkan hasil evaluasi atas internal kontrol atas laporan keuangan perusahaan.

seksi 404 secara khusus memberikan perhatian kepada internal kontrol perusahaan atas laporan keuangannya. Dalam mengevaluasi internal kontrol yang dilaksanakan perusahaan, manajemen melalui departemen internal kontrol/audit perlu menggunakan kerangka yang disusun oleh COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission).

Page 4: Sarbanes Oxley Act

IMPLIKASI SARBANES-OXLEY ACT

Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan - Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik, sehingga

akuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya dan diandalkan. - Kepercayaan investor lebih meningkat. - Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya. - Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance Corporation dengan baik Manfaat

Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen - Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan - Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan - Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan

KEBUTUHAN AKAN PENERAPAN SARBANES - OXLEY ACT PADA PERUSAHAAN

Sarbaness-Oxley Act (SOA) diterbitkan untuk memproteksi kepentingan investor dengan cara menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), full disclosure, dan akuntabilitas dalam perusahaan (Sarbanes dan Oxley, 2002). SOA khususnya section 404 mensyaratkan adanya laporan manajemen tahunan (annual management report) tentang pengendalian intern perusahaan atas pelaporan keuangan dan laporan manajemen tersebut merupakan subjek yang akan diaudit.

Pada dasarnya SOA ditujukan kepada perusahaan publik yang terdaftar dalam bursa saham. Namun juga dapat diterapkan pada perusahaan non-publik. Karena Dalam SOA diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.

Perusahaan sangat perlu Sarbanes Oxley untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut tidak ada unsur fraud (manipulasi) didalamnya khususnya pada perusahaan publik yang harus mempunyai kepercayaan terhadap masyarakat. Sarbanes Oxley Act juga meningkatkan perlindungan bagi pegawai karena SOA mewajibkan semua perusahaan publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan hotlines ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi program pencegahan frauds (manipulasi).

RESIKO TIDAK COMPLIENCE (MEMATUHI) SOA BAGI PERUSAHAAN

1. Dalam Financial Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan dalam hal financial adalah dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan khususnya perusahaan publik jika ternyata terdapat fraud (manipulasi) dalam perusahaan tersebut. Karena dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat dan menarik semua saham-sahamnya dan akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan.

2. Dalam Non-Financial Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan dalam hal non-f i n a n c i a l a d a l a h d a p a t m e n y e b a b k a n p e r l a k u a n b u r u k bagi pegawai jika terjadi pengakuan/membeberkan dan memberi informasi jika terjadi fraud (manipulasi) dan membantu investigasi di dalam perusahaan. seperti dipecat, didemosikan, dilecehkan dan berbagai perlakuan diskrimatif lainnya.

Page 5: Sarbanes Oxley Act

PENERAPAN SOA DI INDONESIA

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan yang telah tercatat di bursa saham dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola perusahaan dengan pembenahan internal dan pemenuhan standard internasional. Standard internasional khususnya aturan yang ditetapkan oleh US Securities and Exchange Commission (US SEC) yang harus diadopsi oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, sebagai salah satu perusahaan yang telah listing di New York Stock Exchange (NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act (SOA).

Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act merupakan unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley Act, yaitu section 302, section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tiga section tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal implementasi Sarbanes Oxley Act. Sedangkan untuk section lainnya, kemungkinan di masa mendatang juga akan diterapkan secara bertahap bila perusahaan telah mampu menjalankan tiga section tersebut dengan lengkap dan benar, serta adanya pertimbangan manajemen terhadap benefit yang diperoleh.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN SOA

- Keunggulan Penerapan SOA1. Tanggung Jawab Perusahaan

Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk bertanggungjawab secara terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara akurat dan tidak menimbulkan salah tafsir. Selain itu, pernyataan manajemen juga harus mencakup bahwa laporan keuangan yang disajikan telah menerapkan sistem pengawasan internal yang sehat. Komite Audit harus berperan aktif antara lain dengan melakukan pengawasan ketat terhadap auditor, melakukan pemisahan antara audit service dengan non-audit service, dan melakukan persetujuan dan pengungkapan atas semua jasa non-audit.

2. AuditorWalaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan publik tetapi dalam

undang-undang ini diperketat lagi kewajiban mempertahankan independensi akuntan dan membentuk Dewan Pengawas Akuntan Publik. Undang-undang ini melarang pemberian jasa non-audit diluar jasa perpajakan dan juga mencantumkan adanya kewajiban untuk melakukan tugas bergilir terhadap pelaksana dan penanggung jawab audit.

3. Perluasan PengungkapanDalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan, antara

lain: penilaian setiap tahun oleh manajemen dan auditor terhadap sistem pengawasan internal, kewajiban untuk menyajikan laporan proforma, pelaporan transaksi saham internal dalam jangka waktu dua hari, pengungkapan semua pembiayaan yang bersifat off-balance sheet dan pembiayaan yang bersifat kontingensi (seperti pada industri perbankan), dan beberapa informasi tertentu yang dianggap penting harus di laporkan secara real time.

4. Analis Saham

Page 6: Sarbanes Oxley Act

alis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi yang berkenaan dengan kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of interest).

5. Securities Exchange Committee (SEC)SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan, meningkatkan

kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan peraturannnya dan menaikkan biaya hukuman terhadap setiap pelanggaran UU pasar modal.

- Keterbatasan SOA

Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian internal terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses pelaporan frauds yang disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap pegawai tersebut atas pelaporannya. Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa kelemahan, yang pertama adalah memfokuskan pada pemberian sanksi dan perlakuan terhadap subject, namun pada kenyataanya kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan hanya terjadi karena individu yang melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih dikarenakan adanya permainan dalam sistem.

Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti kebanyakan kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-masing individu, yang seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan baik, dengan sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada sistem yang dapat menakut-nakuti orang-orang yang memiliki peluang untuk melakukan kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun individu.

Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di Amerika yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa kasus fraud lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi global. Ada komponen lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan secara semestinya, yaitu ketika moral hazard atas individu yang terjadi dalam sebuah perusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya adalah AIG yang merupakan salah satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Fund dan peluang pengendalian uang yang besar oleh manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan skandal keuangan.

Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya dilakukan oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan pengontrolan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap kondisi sebuah perusahaan yang sudah dianggap baik haruslah ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada sebuah perusahaan harus dilakukan secara berkala agar pendeteksian kecurangan bisa ditemukan lebih awal. Pembuatan regulasi dan sanksi luar biasa dalam pengendalian moral hazard harus dilakukan agar tidak terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan mengakibatkan semua instrument pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik perusahaan, maupun nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki lagi dari awal.

Page 7: Sarbanes Oxley Act

KESIMPULAN

Sarbanes Oxley Act bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan2 besar di Amerika. Secara umum SOA mengatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan komite audit yang independen, pembatasan kompensasi eksekutif dan lain-lain. Sehingga pada intinya SOA memberikan persyaratan bagi sebuah perusahaan terhadap pengendalian internalnya.

Perdebatan mengenai untung rugi penerapan SOA masih terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan antara lain memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa SOA tidak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menempatkan perusahaan-perusahaan pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing.