ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT...

145
i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Rian Widyotomo NIM. 1111082000035 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT...

Page 1: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

i

ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM

PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS

PENDAPATAN USAHA

(Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rian Widyotomo

NIM. 1111082000035

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

ii

Page 3: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

iii

Page 4: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

iv

Page 5: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

v

Page 6: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rian Widyotomo

2. Tempat, Tanggal Lahir : Batam, 30 Oktober 1993

3. Agama : Islam

4. Alamat : Komplek Unilever Jalan Meranti no. 14,

Pesanggrahan, Petukangan Selatan, Jakarta

Selatan

5. Telepon : 085285570318

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD Bhayangkari 1 Medan Tahun 1999-2005

2. SMP Hang Tuah 2 Jakarta Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 90 Jakarta Tahun 2008-2011

4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Tahun 2011-2015

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. SEMINAR DAN TRAINING

1. Peserta pada “One Think, One Step, One Purpose is Accounting” Dialog

Jurusan dan Seminar Konsentrasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peserta pada Seminar Nasional Accounting Fair 2014 “Kredibilitas

Seorang Akuntan dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di

Indonesia” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Peserta pada Seminar Penanggulangan HIV/AIDS “Let’s Avoid

HIV/AIDS with Legal Relationship” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

Page 7: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

vii

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Joko Raharjo

2. Ibu : Anik Kristanti

3. Alamat : Komplek Unilever Jalan Meranti no. 14,

Pesanggrahan, Petukangan Selatan, Jakarta

Selatan

4. Anak ke Dari : 2 dari 5 bersaudara

Page 8: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out how is implementation of

sarbanes-oxley act in internal control of account receivable cycle and revenue

cycle, study in PT. Telkom Kalimantan Regional Division. This research used

interview and observation method to collect data needed to be analyzed . Analysis

method used is descriptive analysis.

The result indicates that internal control in PT. Telkom Kalimantan

Regional Division had been managed corresponding to SOX and risks appearing

in control mostly appear from external and not only from internal company so

that risks could not be removed totally and risks are just able to be minimized

with good services given by Telkom to consumers.

Keywords: Sarbanes-Oxley Act, Internal Control, Account Receivable Cycle,

revenue Cycle

Page 9: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

ix

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

sarbanes-oxley act dalam pengendalian intern siklus piutang dan siklus

pendapatan, studi pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan. Penelitian ini

menggunakan metode wawancara dan observasi dalam memperoleh data yang

diperlukan untuk dianalisis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian intern pada PT.

Telkom Divisi Regional Kalimantan sudah dikelola sesuai dengan SOX dan

risiko-risiko yang muncul dalam pengendalian sebagian besar muncul dari

eksternal perusahaan dan tidak hanya dari internal perusahaan sehingga risiko-

risiko tersebut tidak dapat dihapuskan secara total dan hanya bisa diminimalisir

dengan layanan-layanan baik yang diberikan oleh Telkom kepada pelanggan.

Kata kunci: Sarbanes-Oxley Act, Pengendalian Intern, Siklus Piutang, Siklus

Pendapatan

Page 10: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan puji syukur

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ruang, waktu, kesehatan, dan

kesempatan bagi penulis dan atas semua limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis

Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang

dan Siklus Pendapatan Usaha.”. Shalawat serta salam senantiasa selalu

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah

memberikan teladan bagi semua umat manusia.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dielesaikan sebagai syarat

guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur

Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah

anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku, ibunda Anik Kristanti dan ayahanda Joko Raharjo

tercinta atas segala kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan,

dan doa yang tiada pernah henti, yang merupakan motivator terbesar di

hati peneliti sekaligus guru kehidupan penulis.

2. Abangku dan ketiga adikku, Cahyo Widyonarko, Danang Widyohandoyo,

Damar Widyohandoyo, dan Annisa Widya Sahara tersayang yang telah

memberikan semangat, motivasi, inspirasi, serta doa terbaiknya kepada

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi anak-

Page 11: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xi

anak yang membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di

akhirat kelak.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Msi., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing

peneliti selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna

penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah

diberikan selama ini.

6. Ibu Atiqah, SE., MS., Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, motivasi, dan

bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala

bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Arif selaku Senior Manager Financial & Payment Collection

Telkom Divisi Regional Kalimantan yang telah bersedia meluangkan

waktu, dan memberikan bimbingan selama saya melakukan penelitian ini

di Balikpapan. Terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah

diberikan.

8. Seluruh Dosen dan karyawan Univeritas Islam Negeri yang telah

memberikan ilmu dan bantuan kepada peneliti selama menuntut ilmu yang

menjadi bekal bagi peneliti serta motivasi yang tidak henti-henti diberikan

kepada peneliti.

9. Sahabat-sahabat peneliti yang selalu memberikan semangat, canda, tawa,

perhatian terbaik, ada dikala suka maupun duka, serta selalu mampu

menghibur peneliti. Terimakasih atas segala bantuan, dukungan,

pembelajaran, dan nasihat-nasihat yang membangun dari kalian, semoga

kita semua sukses di kemudian hari.

10. Sahabat seperjuangan seluruh keluarga akuntansi B angkatan 2011 dan

keluarga besar akuntansi angkatan 2011. Terima kasih telah menjadi

Page 12: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xii

Page 13: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... viii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

Page 14: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xiv

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx

Page 15: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1. 1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1. 2 Perumusan Masalah ................................................................ 7

1. 3 Tujuan Penelitian .................................................................... 8

1. 4 Manfaat Penelitian . ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10

2. 1 Piutang Usaha ......................................................................... 10

2. 1. 1 Pengertian Piutang Usaha ............................................ 10

2. 1. 2 Penilaian Piutang Usaha ............................................... 13

2. 2 Pendapatan .............................................................................. 14

2. 2. 1 Pengertian Pendapatan ................................................. 14

2. 2. 2 Pengakuan Pendapatan ................................................ 16

2. 3 Pengendalian Intern ................................................................ 18

2. 3. 1 Pengertian Pengendalian Intern................................... 18

2. 3. 2 Keterbatasan Pengendalian Intern .............................. 19

2. 3. 3 Peran dan Tanggung Jawab dalam

Pengendalian Intern .................................................... 21

2. 3. 4 Komponen Pengendalian Intern ................................. 23

2. 4 Sarbanes-Oxley Act ................................................................ 40

2. 5 SOX 404: Internal Control Over

Financial Reporting (ICOFR) ................................................ 42

Page 16: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xvi

2. 6 Penelitian Sebelumnya ............................................................ 53

2. 7 Kerangka Pemikiran ................................................................ 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 65

3. 1 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 65

3. 2 Sumber Data ........................................................................... 66

3. 3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 67

3. 4 Metode Analisis Data ............................................................ 68

3. 5 Operasionalisasi Penelitian ................................................... 69

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 70

4. 1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 70

4. 1. 1 Sejarah Singkat Perusahaan ....................................... 70

4. 1. 2 Visi dan Misi Perusahaan .......................................... . 73

4. 1. 3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................. 74

4. 1. 4 Portfolio Bisnis Perusahaan ........................................ 80

4. 1. 5 Bisnis Proses SOX ...................................................... 88

4. 2 Analisis .................................................................................. 90

4. 2. 1 Tahapan-Tahapan Bisnis Proses

dalam Siklus Pendapatan ............................................. 90

4. 2. 2 Risiko beserta Pengendalian dalam

Proses Penagihan (Billing) hingga

Proses Penghapusan Piutang ....................................... 98

Page 17: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xvii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 110

5. 1 Kesimpulan ............................................................................ 110

5. 2 Saran ....................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 113

LAMPIRAN ................................................................................................ 115

Page 18: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi ........ 1

2. 1 Penelitian Sebelumnya ............................................................ 53

3. 1 Operasionalisasi Penelitian ...................................................... 69

4. 1 Risiko dan Pengendalian Proses Billing & Rating POTS ....... 98

4. 2 Risiko dan Pengendalian Proses Pengakuan Pendapatan ........ 101

4. 3 Risiko dan Pengendalian Proses Penerimaan Pendapatan ...... 103

Page 19: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2. 1 COSO Internal Control Framework ....................................... 24

2. 2 Pemisahan Tugas ..................................................................... 31

2. 3 Kerangka Pemikiran ................................................................ 64

4. 1 Struktur Organisasi PT. Telkom .............................................. 77

4. 2 Struktur Organisasi Divisi Regional PT. Telkom .................... 78

4. 3 Entitas Anak PT. Telkom ........................................................ 79

Page 20: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS .................................. 114

Page 21: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Semasa terjadinya kasus Enron, WorldCom, Tyco International, Ltd.,

Adelphia Communications, dan skandal-skandal keuangan lain di awal tahun

2000, para stockholder, kreditor, dan investor lain di Amerika Serikat mengalami

kerugian jutaan atau dalam beberapa kasus mengalami kerugian milyaran dolar.

Hal ini memicu protes keras dari masyarakat dan Kongres Amerika Serikat

meresponnya dengan mengeluarkan undang-undang Sarbanes-Oxley Act pada

tahun 2002 (Reeve, Warren, & Duchac, 2012:392). Untuk lebih jelasnya,

skandal-skandal besar yang pernah terjadi pada perusahaan-perusahaan di

Amerika dan skandal-skandal keuangan besar yang terjadi pada akhir-akhir ini

akan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi

No. Kasus Tahun Deskripsi

1. Enron 2001

Pemegang Saham kehilangan $ 74

milyar, ribuan karyawan dan investor

kehilangan rekening pensiun mereka,

dan banyak karyawan kehilangan

pekerjaan mereka.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 22: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

2

Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi (Lanjutan)

No. Kasus Tahun Deskripsi

2. WorldCom 2002

Aset meningkat sebanyak $ 11 milyar,

menyebabkan 30.000 pekerjaan hilang

dan $ 180 milyar kerugian bagi

investor.

3. Tyco

International 2002

CEO dan CFO mencuri $ 150 juta dan

laba perusahaan meningkat sebesar $

500 juta.

4. HealthSouth 2003

Angka laba diduga meningkat $ 1,4

milyar untuk memenuhi harapan

pemegang saham.

5. Freddie Mac 2003 Terdapat $ 5 miliar laba yang salah saji.

6. American

Insurance Group 2005

Penipuan akuntansi besar yang diduga

mencapai $ 3,9 miliar, bersama dengan

tawaran kecurangan dan manipulasi

harga saham.

7. Lehman Brothers 2008

Menyembunyikan lebih dari $ 50 miliar

pinjaman yang disamarkan sebagai

penjualan.

8. Bernie Madoff 2008

Ditipu investor dari $ 64,8 milyar

melalui skema Ponzi terbesar dalam

sejarah.

9. Satyam 2009 Mendorong pendapatan sebesar $ 1,5

miliar.

10. Olympus 2011 Mengubur kerugian sebesar $ 1,7

milyar selama 13 tahun

11. Tesco 2014 Melebih-lebihkan laba yang

diestimasikan sebesar £ 263 juta

12. Toshiba 2015 CEO Melebih-lebihkan laba sebesar £

780 juta dalam beberapa tahun

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Skandal-skandal seperti yang telah dijelaskan di atas terjadi disebabkan

adanya kecurangan yang berasal dari internal perusahaan (manajemen), seperti

contoh kasus yang menyatakan target laba operasi secara berlebih yang dilakukan

Page 23: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

3

oleh Chief Executive & Vice Chairman Toshiba. Menurut investigator

independen, Tanaka (Chief Executive Toshiba) dan Sasaki (Vice Chairman

Toshiba) telah menetapkan target laba operasi berlebih yang harus dicapai untuk

setiap kepala divisi. Dalam Toshiba, ada budaya perusahaan di mana seseorang

tidak bisa melawan keinginan atasan. Karena itu, ketika manajemen puncak

menyajikan “tantangan”, presiden divisi, manajer lini dan karyawan di bawah

mereka terus melakukan praktik akuntansi yang tidak pantas untuk memenuhi

target sesuai dengan keinginan atasan mereka. Oleh karena itu, dapat diambil

kesimpulan bahwa manajemen puncak Toshiba melakukan praktik kecurangan ini

dengan unsur kesengajaan dan sangat mudah bagi manajemen dalam melakukan

kecurangan untuk tidak terdeteksi oleh auditor (The Guardian Newspaper, 2015).

Dalam meminimalisir terjadinya fraud, regulator pasar modal Amerika

Serikat, atau yang biasa dikenal dengan US SEC (United States Securities and

Exchange Commissions) menetapkan bahwa seluruh perusahaan publik yang

listed di New York Stock Exchange (NYSE) diharuskan mengikuti sebuah

prosedur yang dibuat oleh US SEC yang mana di dalam prosedur tersebut

bertujuan untuk memperbaiki kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan

kepercayaan investor. Tidak hanya dalam laporan keuangan suatu perusahaan,

akan tetapi, berisi tentang peraturan-peraturan yang mengacu pada standar

pengendalian intern untuk perusahaan. Prosedur ini ini disebut dengan undang-

undang Sarbanes-Oxley Act (Peter, 2010).

Tujuan undang-undang Sarbanes-Oxley ini adalah mengembalikan

keyakinan dan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan serta

Page 24: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

4

menjaga hak-hak dari pemegang saham suatu perusahaan. Untuk melakukan itu,

SOX menekankan pentingnya pengendalian intern yang efektif. SOX

mengharuskan perusahaan mempertahankan pengendalian intern yang kuat dan

efektif terhadap pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan.

Pengendalian seperti itu sangat penting karena dapat mencegah kecurangan dan

pembuatan laporan keuangan yang menyesatkan (Yesshy, 2010)

Pengendalian intern mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan

agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan melalui proses yang

seefektif dan seefisien mungkin. Pengendalian intern diharapkan dapat mencegah

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang akan menghambat operasional

perusahaan. SOX yang dikeluarkan oleh SEC berisi tentang prosedur dan sanksi

yang melibatkan pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Pada 2003, The

Securities and Exchange Comission (SEC) mengimplementasikan Section 404 di

dalam SOX yang mana mengharuskan perusahaan untuk menguji prosedur-

prosedur yang mengawasi sistem internal yang memastikan laporan-laporan

keuangan yang akurat (Peter, 2010).

Dengan US SEC menerbitkan SOX, otomatis perusahaan-perusahaan yang

listed di NYSE harus mematuhi pernyataan-pernyataan yang ada di dalam SOX

itu sendiri. Indonesia memiliki BUMN yang namanya sudah listed di bursa efek

New York tersebut, BUMN tersebut yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

(Telkom). Sehingga PT. Telkom tidak hanya mematuhi peraturan dari Bapepam-

LK saja, akan tetapi, juga wajib mematuhi peraturan yang dibuat oleh US SEC

yang berupa undang-undang SOX. SOX mengharuskan pengendalian intern atas

Page 25: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

5

pelaporan keuangan dan garansi dari manajemen PT. Telkom agar seluruh

informasi dalam laporan keuangan adalah akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk memenuhi persyaratan dari SOX, PT. Telkom

sudah mengadakan perbaikan intern melalui transformasi organisasi dan aplikasi

dari kebijakan Good Corporate Governance (GCG) (Laporan Tahunan PT.

Telkom, 2014). Pengendalian intern atas pelaporan keuangan ini sudah menjadi

prioritas untuk memperbaiki sistem (Reeve, Warren, & Duchac, 2012:393).

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (biasa disebut dengan PT. Telkom)

adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan

telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT. Telkom melayani jutaan

pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi

yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak (POTS) dan telepon

nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi

serta layanan internet dan komunikasi data. PT. Telkom juga menyediakan

berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-

based and server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-

Commerce dan layanan portal lainnya (Laporan Tahunan PT. Telkom, 2014).

Salah satu yang berkontribusi dalam pendapatan terbesar dari layanan

yang diberikan oleh PT. Telkom adalah berasal dari layanan telepon kabel tidak

bergerak, atau yang biasa disebut dengan Plain Old Telephone Service (POTS),

Layanan telepon kabel tidak bergerak ini memiliki sebuah bisnis proses yang

mengacu pada SOX yang mana pada tahap awal memproses data-data dari

pelanggan yang akan berlayanan atau yang sudah berlayanan produk PT. Telkom

Page 26: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

6

sebelumnya, yaitu dengan cara memelihara atau memutakhirkan parameter yang

berupa parameter tarif dan parameter numbering, dan juga dengan cara

memproses call data recording (CDR) dari pelanggan yang berlangganan.

Kemudian, kedua proses tersebut diproses dalam billing (penagihan) yang mana

jika sudah masuk dalam proses billing, selanjutnya, perusahaan akan mengakui

pendapatan dari piutang tersebut. Dalam proses ini akan kita ketahui piutang dari

Telkom akan bertambah, begitu pula akan menambah pendapatan dari telkom, dan

jika billing tersebut sudah dilunasi pada hari jatuh temponya, maka akan terjadi

aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang usaha tersebut dan

proses ini masuk ke dalam penerimaan pendapatan dari POTS itu sendiri. Telkom

juga mengantisipasi adanya piutang yang tidak tertagih dari pelanggan yang

berlangganan layanan POTS. Telkom mengantisipasi piutang tidak tertagih

tersebut melalui proses penyisihan dan penghapusan piutang usaha dalam bisnis

prosesnya yang mana nantinya masuk pada proses klaim dan restitusi serta

berujung pada proses pencabutan sementara (isolir) atau pencabutan permanen

layanan karena permintaan pelanggan atau karena pelanggan yang tidak

membayar tagihan (Siklus Pendapatan POTS PT. Telkom, 2015).

Melihat dari penjelasan proses-proses siklus piutang dan pendapatan di

atas, kecurangan (fraud) atau salah saji (error) dalam suatu bisnis proses sangat

mungkin terjadi sehingga dapat merugikan perusahaan. Dalam hal ini, sistem

pengendalian intern menjadi penting karena piutang usaha sebuah perusahaan

merupakan bagian terbesar dari aset lancar serta menjadi salah satu bagian yang

cukup besar dari total aset perusahaan dan dapat mempengaruhi pendapatan

Page 27: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

7

perusahaan. Kecurangan-kecurangan atau salah saji yang terjadi dalam bisnis

proses siklus piutang dan pendapatan ini dikategorikan sebagai risiko dalam siklus

yang harus dikelola Telkom yang dapat dikendalikan secara manual oleh entitas-

entitas yang berperan mengontrol bisnis proses atau secara terotomatisasi yang

diperankan oleh aplikasi yang keseluruhan proses ini termasuk dalam sistem

pengendalian intern dalam bisnis proses dan mengacu pada standar-standar dari

Sarbanes-Oxley Act yang terangkum dalam section 404 (Laporan Tahunan PT.

Telkom, 2014).

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh guna

mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam

pengendalian intern piutang dan pendapatan usaha yang diterapkan pada PT.

Telkom Divisi Regional Kalimantan, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat

sebuah penelitian skripsi dengan judul : “Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act

dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus Pendapatan Usaha (Studi

Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)”.

1. 2 Perumusan Masalah

Telkom dengan statusnya yang listed di NYSE, membuat Telkom harus

mematuhi peraturan dari US SEC sebagai regulator pasar modal di Amerika

Serikat. Dan skripsi ini menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan Sarbanes-

Oxley Act dalam pengendalian intern terhadap piutang dan pendapatan usaha yang

berfokus pada layanan telepon kabel tidak bergerak (POTS) pada PT. Telkom

Divisi Regional Kalimantan dengan mendasarkan rumusan masalah pada:

Page 28: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

8

1. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam bisnis proses SOX yang diterapkan

oleh Telkom pada siklus piutang dan pendapatan layanan telepon kabel

tidak bergerak (POTS)?

2. Apakah penyebab risiko-risiko (risks) yang muncul dan bagaimanakah

pengendalian-pengendalian (controls) untuk meminimalisir risiko-risiko

(risks) yang berfokus pada penagihan (billing) piutang hingga penerimaan

pendapatan dalam siklus piutang dan pendapatan pada POTS?

1. 3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan tahapan-tahapan dalam bisnis proses SOX yang diterapkan

oleh Telkom pada siklus piutang dan pendapatan layanan telepon kabel

tidak bergerak (POTS).

2. Mengetahui penyebab risiko-risiko (risks) yang muncul dan mengetahui

pengendalian (controls) yang dilakukan untuk meminimalisir risiko-risiko

(risks) yang berfokus pada penagihan (billing) piutang hingga penerimaan

pendapatan pada siklus piutang dan pendapatan pada POTS.

1. 4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, perusahaan, serta

pihak lain yang membaca hasil penelitian ini sebagai berikut :

Page 29: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

9

1. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang

berkaitan dengan Sarbanes-Oxley Act dalam pengendalian intern piutang

dan pendapatan usaha.

2. Bagi PT. Telkom, sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen

mengenai pengendalian intern terhadap piutang usaha.

3. Bagi akademisi, memberikan referensi dan wawasan terhadap penelitian

akuntansi yang berhubungan dengan Sarbanes-Oxley Act dalam

pengendalian intern terhadap piutang dan pendapatan usaha dan bisa

dijadikan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya.

Page 30: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Piutang Usaha

2. 1. 1 Pengertian Piutang Usaha

Piutang usaha meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas

lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Dalam kegiatan

perusahaan yang normal, biasanya piutang akan dilunasi dalam jangka waktu

kurang dari satu tahun sehingga digolongkan dalam aset lancar. Menurut Reeve,

Warren, & Duchac (2012:442) “Account receivable are normally expected to be

collected within a relatively short period, such as 30 or 60 days. They are

classified on the balance sheet as a current asset”.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 yang diterbitkan IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia) (2014), entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset

lancar, jika:

a. entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk

menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

b. entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

c. entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan

setelah periode pelaporan; atau

Page 31: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

11

d. kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus

Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya

untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah

periode pelaporan.

Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised

2009) Precentation of Financial Statement “Account Receivable is amount owed to

the company for services performed or products sold but not yet paid for”.

Piutang usaha menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:347)

“Account receivable are oral promises of the purchaser to pay for goods and

services sold. They represent “open accounts” resulting from short-term

extensions of credit. A company normally collects them within 30 to 60 days”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa piutang adalah

klaim atas uang, barang, atau jasa kepada pelanggan, perusahaan, dan pihak-pihak

lainnya. Piutang masuk ke dalam aset lancar karena biasanya jangka waktu

pelunasan piutang bisa dalam 30 atau 60 hari atau kurang dari setahun. Dalam

transaksinya, piutang usaha bisa tidak diperkuat dengan janji tertulis yang mana

dalam janji pembayarannya hanya secara lisan saja. Akan tetapi, piutang usaha

juga dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan

diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable). Menurut Reeve, Warren,

& Duchac (2012:442) “Notes receivable are amount that customers owe for

which formal, writtent instrument of credit has been issued. As long as notes

Page 32: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

12

receivable are expected to be collected within a year, they are normally classified

on the balance sheet as a current asset”.

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa piutang usaha

(trade receivables) dapat diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya perjanjian

ke dalam dua kelompok, yaitu piutang usaha (account receivable) dan wesel tagih

(notes receivable). Selain piutang (account receivable) dan wesel tagih (notes

receivable), ada yang disebut dengan piutang non usaha (non-trade receivables /

other receivables). Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan

barang dan jasa kepada pihak luar. Piutang atau hal-hal lain yang termasuk non-

trade receivables menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:347), adalah:

a. Piutang kepada pegawai dan karyawan

b. Piutang kepada anak perusahaan

c. Deposito yang dibayar untuk menutupi kerusakan atau kehilangan yang

potensial

d. Deposito yang dibayar sebagai garansi dari kinerja atau pembayaran

e. Piutang dividen dan bunga

f. Klaim terhadap:

a) perusahaan asuransi

b) terdakwa

c) pemerintah untuk pengembalian pajak

d) pengangkut umum untuk barang-barang yang rusak atau hilang

e) kreditor untuk barang-barang yang dikembalikan, rusak atau hilang

f) pelanggan untuk item-item yang dikembalikan

Page 33: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

13

Untuk non-trade receivables atau bisa pula disebut dengan other

receivables, biasanya perusahaan melaporkannya secara terpisah pada laporan

posisi keuangan. Menurut Reeve, Warren, & Duchac (2012:443) “Other

receivables are normally listed separately on the balance sheet. If they are

expected to be collected within one year, they are classified as current assets. If

collection is expected beyond one year, they are classified as noncurrent assets

and reported under the caption investments.”

2. 1. 2 Penilaian Piutang Usaha

Menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:350), perusahaan menilai

dan melaporkan piutang pada nilai kas yang dapat direalisasi (cash realizable

value), yaitu jumlah bersih yang diharapkan dalam penerimaan kas. Menentukan

cash realizable value memerlukan pengestimasian piutang yang tidak tertagih dan

pengembalian atau penyisihan yang diakui. Terdapat dua metode akuntansi untuk

mencatat piutang yang tidak tertagih, yaitu :

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)

Dalam metode direct write-off ini, ketika perusahaan menentukan piutang

yang tak tertagih, maka akan menambah kerugian perusahaan dan masuk ke

dalam akun Bad Debt Expense. Bad Debt Expense akan menggambarkan

kerugian-kerugian aktual perusahaan sebagai akibat dari tidak tertagihnya piutang.

Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Page 34: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

14

Bad Debt Expense xxx

Account Receivable xxx

b. Metode Penyisihan (Allowance Method)

Metode allowance menggunakan pengestimasian berapa piutang yang tak

tertagih pada akhir periode. Metode ini memastikan perusahaan menyatakan

piutang pada laporan posisi keuangan pada nilai kas yang dapat direalisasi (cash

realizable value). Cash realizable value adalah jumlah bersih yang diharapkan

perusahaan pada penerimaan kas. Dalam metode ini, jumlah piutang tak tertagih

yang telah diestimasi mengurangi piutang dalam laporan posisi keuangan. Jurnal

untuk metode ini dibuat pada akhir periode dan termasuk ke dalam jurnal

penyesuaian, jurnalnya adalah sebagai berikut:

December 31

Bad Debt Expense xxx

Allowance for doubtful Accounts xxx

2. 2 Pendapatan

2. 2. 1 Pengertian Pendapatan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 23 yang diterbitkan

IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (2014), pendapatan adalah arus masuk bruto dari

manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode

jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari

Page 35: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

15

kontribusi penanam modal. Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari

manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya

sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan

nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak

mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari

pendapatan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no. 3 yang

diterbitkan oleh Financial Accounting Standars Board (FASB), pendapatan

adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva sebuah entitas atau pelunasan

kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode

tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang, pemberian jasa,

atau pelaksanaan aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi-operasi pusat

atau utama entitas yang sedang berjalan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalah

arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva sebuah entitas atau pelunasan

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang mana peningkatan ini

dihasilkan oleh produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang menjadi

bagian dari operasi perusahaan dan kenaikan ekuitas ini bukan berasal dari

kontribusi penanam modal.

Page 36: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

16

2. 2. 2 Pengakuan Pendapatan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 23 yang diterbitkan

IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (2014), kriteria pengakuan pendapatan adalah

berbeda pada setiap transaksinya, yaitu dijelaskan sebagai berikut:

a. Penjualan Barang

Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut

dipenuhi:

a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara

signifikan kepada pembeli;

b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan

kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas

barang yang dijual;

c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi

tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan

e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan

tersebut dapat diukur dengan andal.

b. Penjualan Jasa

Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui

dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil

transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

Page 37: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

17

a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

b) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut dapat diperoleh entitas;

c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur

dengan andal; dan

d) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi

tersebut dapat diukur dengan andal.

c. Bunga, Royalti, Dividen

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang

menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar, jika:

a) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut akan diperoleh entitas; dan

b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

a) bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang

dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;

b) royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang

relevan; dan

c) dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran

ditetapkan.

Page 38: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

18

2. 3 Pengendalian Intern

2. 3. 1 Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam

suatu perusahaan. Pengendalian intern dapat membantu perusahaan dalam

mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Menurut

Committee of Sponsoring Organizations (COSO) (Boynton & Johnson,

2006:391), pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh

aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk

memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan

berikut ini :

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

c. Efektivitas dan efisiensi operasi

Menurut Romney & Steinbart (2006:229), pengendalian intern (internal

control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk

menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan

memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan

kebijakan yang telah ditetapkan. Pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi

penting, yaitu :

a. Pengendalian pencegahan (preventive control), yaitu mencegah timbulnya

suatu masalah sebelum mereka muncul. Contohnya, mempekerjakan

personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas yang

Page 39: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

19

memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas aset, fasilitas

dan informasi.

b. Pengendalian pemeriksaan (detective control), yaitu dibutuhkan untuk

mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contohnya,

pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank

dan neraca saldo setiap bulan.

c. Pengendalian korektif (corrective control), dibutuhkan untuk memecahkan

masalah yang ditemukan oleh pengendalian pemeriksaan. Pengendalian ini

mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab

masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan

mengubah sistem agar masalah di masa mendatang dapat

diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari pengendalian ini

termasuk pemeliharaan kopi cadangan (backup copies) atas transaksi dan

file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan

memasukkan data, seperti juga kesalahan dalam meyerahkan kembali

transaksi untuk proses lebih lanjut.

2. 3. 2 Keterbatasan Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan

yang melekat, yang mana menjelaskan mengapa pengendalian intern hanya dapat

memberikan jaminan yang beralasan, tidak peduli sebaik apapun desain dan

operasi dari pengendalian intern tersebut. Dalam AU 319.16-18, Consideration of

Internal Control in a Financial Statement Audit (Boynton & Johnson, 2006:393),

Page 40: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

20

keterbatasan atau kelemahan yang melekat pada sistem pengendalian intern antara

lain :

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan

pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam

melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak memadai, kendala

waktu, atau prosedur-prosedur lainnya.

b. Kemacetan

Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena

personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat

kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau

permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat

berkontribusi pada terjadinya kemacetan.

c. Kolusi

Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan

suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain,

konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan

sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian intern (misalnya, kolusi

antara tiga karyawan mulai dari departemen personel, manufaktur, dan

penggajian untuk membuat pembayaran kepada karyawan fiktif, atau

skedul pembayaran kembali antara seorang karyawan dalam departemen

pembelian dan pemasok atau antara seorang karyawan di departemen

penjualan dengan pelanggan).

Page 41: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

21

d. Penolakan manajemen

Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis

untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi

mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status

ketaatan (misalnya, menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan

pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau

menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan

terhadap hukum dan peraturan). Praktik penolakan (override) termasuk

membuat penyajian salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya

seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan

transaksi penjualan fiktif.

e. Biaya versus manfaat

Biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat

yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari

biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus

membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi

hubungan antara biaya dan manfaat.

2. 3. 3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian Intern

Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) (Boynton &

Johnson, 2006:394), setiap pihak di dalam organisasi memiliki suatu tanggung

jawab, dan merupakan bagian dari pengendalian intern suatu organisasi.

Tanggung jawab dari beberapa pihak dan perannya adalah sebagai berikut:

Page 42: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

22

a. Manajemen

Tanggung jawab manajemen adalah mendirikan pengendalian intern yang

efektif. Secara khusus, manajemen senior seharusnya mengatur “tone at

the top” untuk kesadaran pengendalian dalam organisasi dan melihat

semua komponen dari pengendalian intern adalah pada tempatnya.

Manajemen senior yang memegang pimpinan unit-unit organisasi (divisi-

divisi) harus akuntabel untuk sumber daya dalam unit-unit mereka. CEO

dan CFO dari perusahaan-perusahaan publik harus membuat penilaian dari

kecukupan pengendalian intern atas laporan keuangan juga.

b. Dewan Direktur dan Komite Audit

Dewan direktur, sebagai bagian dari tanggung jawab pengelolaan dan

pengawasan umum, harus menentukan bahwa manajemen bertanggung

jawab untuk mendirikan dan memperbaiki pengendalian intern. Komite

audit mempunyai kepentingan peran pengawasan dalam proses pelaporan

keuangan.

c. Auditor Internal

Auditor internal harus menguji dan mengevaluasi kecukupan dari

pengendalian intern dari entitas secara periodik dan membuat

rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan. Mereka adalah bagian dari

komponen pengawasan dari pengendalian intern, dan pengawasan yang

aktif dari internal auditor mungkin memperbaiki keseluruhan lingkungan

pengendalian.

Page 43: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

23

d. Personel Entitas lain

Peran dan tanggung jawab dari semua personel lain yang menyediakan

informasi, atau menggunakan informasi dari sistem yang memasukkan

pengendalian intern harus mengerti bahwa mereka mempunyai sebuah

tanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah dengan

ketidakpatuhan terhadap pengendalian-pengendalian atau tindakan-

tindakan yang ilegal yang mana mereka menjadi sadar terhadap tingkat

yang lebih tinggi dalam organisasi.

e. Auditor Independen

Ketika menjalankan prosedur-prosedur penilaian risiko, auditor

independen mungkin menemukan defisiensi dalam pengendalian intern

yang mana dia mengkomunikasikan ke manajemen dan komite audit,

bersamaan dengan rekomendasi-rekomendasi dan perbaikan-perbaikan.

Penerapan-penerapan ini adalah yang utama terhadap pengendalian

laporan keuangan dan termasuk tingkat yang lebih rendah dalam

pengendalian pemenuhan dan operasi.

2. 3. 4 Komponen Pengendalian Intern

Terdapat lima komponen pengendalian intern menurut COSO (Romney &

Steinbart, 2006:231-251), yaitu lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian,

penilaian risiko, informasi dan komunikasi serta pengawasan atau pemantauan.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

24

Gambar 2. 1 COSO Internal Control Framework

Sumber: Metodologi ICOFR PT. Telkom

a. Lingkungan Pengendalian.

Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya---ciri perorangan termasuk

integritas, nilai- nilai etika, dan kompetensi---serta lingkungan tempat

beroperasi. Mereka adalah mesin yang mengendalikan organisasi dan

dasar tempat segala hal terletak. Lingkungan pengendalian terdiri dari

faktor-faktor berikut ini :

a) Komitmen atas integritas dan nilai – nilai etika

Merupakan hal yang penting bagi pihak manajemen untuk

menciptakan struktur organisasional yang menekankan pada

integritas dan nilai-nilai etika. Perusahaan dapat mengesahkan

integritas sebagai prinsip dasar beroperasi, dengan cara secara aktif

mengajarkan dan mempraktikkannya. Pihak manajemen harus

mengembangkan kebijakan yang tertulis dengan jelas, yang secara

eksplisit mendeskripsikan perilaku yang jujur dan tidak jujur.

Page 45: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

25

Kebijakan- kebijakan ini harus secara khusus mencakup isu-isu

yang tidak pasti atau tidak jelas, seperti konflik kepentingan dan

penerimaan hadiah.

b) Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi

Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi dapat dinilai dengan

cara menjawab pertanyaan berikut :

Apakah pihak manajemen mengambil risiko yang tidak

sepantasnya untuk mencapai tujuan perusahaan, atau apakah pihak

manajemen menilai potensi risiko dan penghargaan sebelum

bertindak?

Apakah pihak manajemen mencoba untuk memanipulasi ukuran-

ukuran kinerja seperti pemasukan bersih, agar kinerja dapat

terlihat dalam pandangan yang lebih baik?

Apakah pihak manajemen menekan para pegawai untuk mencapai

hasil apapun metode yang dipergunakan, atau apakah pihak

manajemen menuntut perilaku yang beretika? Dengan kata lain,

apakah pihak manajemen yakin bahwa hasil dapat membenarkan

cara?

c) Struktur organisasional

Struktur organisasional perusahaan menetapkan garis otoritas dan

tanggung jawab, serta menyediakan kerangka umum untuk

perencanaan, pengarahan, dan pengendalian operasinya. Aspek-

aspek penting struktur organisasi termasuk sentralisasi atau

Page 46: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

26

desentralisasi otoritas, penetapan tanggung jawab untuk tugas-tugas

tertentu, cara alokasi tanggung jawab mempengaruhi permintaan

informasi pihak manajemen, dan organisasi fungsi sistem informasi

dan akuntansi. Struktur organisasi yang sangat kompleks dan tidak

jelas dapat menunjukkan masalah yang lebih serius.

d) Badan audit dewan komisaris

Seluruh perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange

harus memiliki komite audit yang secara keseluruhan terdiri dari

komisaris (pegawai) dari luar perusahaan. Komite audit

bertanggung jawab dalam mengawasi struktur pengendalian

internal perusahaan, proses pelaporan keuangannya, dan

kepatuhannya kepada hukum, peraturan dan standar yang terkait.

Komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal dan internal

perusahaan. Salah satu tanggung jawab komite ini adalah

menyediakan penyediaan independen atas nama pemegang saham

perusahaan, terhadap para manajer perusahaan. Peninjauan ini

berfungsi untuk memeriksa integritas manajemen dan

meningkatkan kepercayaan publik yang berinvestasi, atas

kesesuaian pelaporan keuangan.

e) Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab

Pihak manajemen harus memberikan tanggung jawab untuk tujuan

bisnis tertentu terhadap departemen terkait, serta kemudian

membuat mereka bertanggung jawab untuk mencapai tujuan

Page 47: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

27

tersebut. Otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui

deskripsi pekerjaan secara formal, pelatihan pegawai, dan rencana

operasional, jadwal dan anggaran. Salah satu hal yang sangat

penting adalah peraturan yang menangani masalah seperti standar

etika berperilaku, praktik bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan

persyaratan dan konflik kepentingan. Buku pedoman dan kebijakan

prosedur adalah alat yang penting untuk memgberikan otoritas dan

tanggung jawab. Buku pedoman tersebut menjelaskan tentang

kebijakan manajemen sehubungan dengan penanganan setiap

transaksi. Sebagai tambahan, buku pedoman tersebut

mendokumentasikan sistem dan prosedur yang dipergunakan dalam

proses transaksi. Termasuk didalammya akun organisasi, dan

kopi contoh berbagai formulir serta dokumen. Buku pedoman

tersebut membantu dalam referensi bagi para pegawai, dan alat

yang berguna dalam melatih pegawai baru.

f) Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia

Kebijakan dan praktik-praktik mengenai pengontrakkan, pelatihan,

pengevalusaian, pemberian kompensasi, dan promosi pegawai

mempengaruhi kemampuan organisasi untuk meminimalkan

ancaman, resiko, dan pajanan. Para pegawai harus dipekerjakan

dan dipromosikan berdasarkan seberapa baik mereka memenuhi

persyaratan pekerjaan mereka. Data riwayat hidup, surat referensi,

dan pemeriksaan atas latar belakang, merupakan cara-cara yang

Page 48: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

28

penting untik mengevaluasi kualifikasi para pelamar pekerjaan.

Program pelatihan harus membuat pegawai baru mengetahui

dengan baik tanggung jawab mereka, dan juga kebijakan serta

prosedur organisasi. Terakhir, kebijakan yang berhubungan dengan

kondisi bekerja, pemberian kompensasi, insentif bekerja, dan

kemajuan karir dapat merupakan dorongan yang kuat dalam

pelayanan yang efisian dan kesetiaan. Kebijakan pengendalian

tambahan dibutuhkan bagi para pegawai yang memilik akses ke kas

atau properti lainnya. Mereka harus diminta mengambil libur

tahunan, dan selama waktu tersebut, fungsi pekerjaan mereka harus

dilaksanakan oleh anggota staf lainnya. Banyak penipuan pegwai

yang ditemukan ketika pelaku tiba-tiba terhalang oleh sakit atau

kecelakaan yang memaksa mereka harus mengambil cuti. Rotasi

tugas secar periodik diantara pegawai utama dapat mencapai hasil

yang sama. Tentu saja keberadaan kebijakan semacam ini

menghalangi penipuan dan meningkatkan pengendalian internal.

Terakhir, jaminan asuransi kesetiaan para pegawai utama

melindungi perusahaan dari kerugian yang ditimbulkan oleh

tindakan penipuan yang disengaja oleh para pegawai yang diikat

tersebut.

g) Pengaruh- pengaruh eksternal

Pengaruh-pengaruh eksternal yang mempengaruhi lingkungan

pengendalian adalah termasuk persyaratan yang dibebankan oleh

Page 49: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

29

bursa efek, oleh Financial Accounting Standards Board (FASB)

dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC) termasuk

dalam pengaruh eksternal juga persyaratan peraturan lembaga,

seperti bank, sarana umum (utility), dan perusahaan asuransi.

Termasuk dalam contoh adalah ketentuan pengendalian internal

oleh Foreign Corrupt Practices Act yang dibuat oleh SEC dan

audit lembaga keuangan yang dibuat oleh Federal Deposit

Insurance Corporation (FDIC).

b. Aktivitas Pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk

membantu memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh pihak

manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi, secara

efektif dijalankan. Aktivitas-aktivitas pengendalian terdiri dari:

a) Otoritas transaksi dan kegiatan yang memadai

Para pegawai melaksanakan tugas dan membuat keputusan yang

mempengaruhi aset perusahaan. Oleh karena pihak manajemen

kekurangan waktu dan sumber daya untuk melakukan supervisi

setiap aktivitas dan keputusan, mereka membuat kebijakan untuk

diikuti oleh para pegawai, dan kemudian memberdayakan mereka

untuk melaksanakannya. Pemberdayaan ini disebut otoritas,adalah

bagian penting dari pengendalian dan prosedur organisasi. Otoritas

sering kali didokumentasikan sebagai penandatanganan, pemberian

Page 50: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

30

tanda paraf, atau memasukan kode otoritas atas dokumen atau

catatan transaksi.

b) Pemisahan tugas

Pengendali internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada

pegawai yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Pemisahan

tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut ini

dipisahkan :

Otoritas – menyetujui transaksi dan keputusan

Pencatatan – mempersiapkan dokumen sumber; serta

mempersiapkan laporan kinerja

Penyimpanan – menangani kas, memelihara tempat

penyimpanan persediaan, menerima cek yang masuk

dari pelanggan.

Page 51: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS
Page 52: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

32

perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah satu aset

terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh sebab itu, harus

diambil langkah-langkah untuk menjaga baik aset berupa informasi

maupun fisik. Prosedur-prosedur berikut ini menjaga aset

pencurian, penggunaan tanpa otorisasi dan vandalisme :

Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif

Memelihara catatan aset, termasuk informasi secara

akurat

Membatasi akses secara fisik ke aset ( mesin kas,

lemari besi, kotak uang, dan akses terbatas ke safe

deposit box kas, sekuritas, dan aset dalam bentuk surat-

surat berharga). Area penyimpanan yang terlarang,

dipergunakan untuk melindungi persediaan

Melindungi catatan dan dokumen

Mengendalikan lingkungan

Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer,

dan informasi

e) Pemeriksa Independen atas Kinerja

Pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa seluruh transaksi

diproses secara akurat, adalah elemen pengendalian lainnya yang

penting. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan

umumnya akan lebih efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain

yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa.

Page 53: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

33

Berbagai jenis pemeriksaan independen didiskusikan dalam sub-

bagian berikut :

Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara

secara terpisah

Salah satu cara untuk memeriksa keakuratan dan

kelengkapan catatan adalah merekonsiliasi catatan

tersebut dengan catatan lainnya yang seharusnya

memiliki saldo yang sama. Comtohnya, rekonsiliasi

bank memverifikasi bahwa akun pemeriksa telah sesuai

dengan laporan bank.

Perbandingan jumlah aktual dengan yang dicatat

Kas dalam laci mesin kas pada akhir pergantian staf

administrasi, harus sama jumlahnya dengan jumlah

yang dicatat dalam pita mesin kas. Seluruh persediaan

harus diitung paling tidak per tahun, dan hasilnya

dibandingkan dengan catatan persediaan. Barang-

barang berharga seperti perhiasan harus sering dihitung.

Pembukuan berpasangan

Jumlah debit harus sama dengan jumlah kredit untuk

memberikan kesempatan besar para pemeriksa internal.

Comtohnya, debit dalam penggajian mungkin

dialokasikan ke berbagai persediaan dan atau akun

beban, oleh departemen akuntansi biaya. Kredit di

Page 54: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

34

alokasikan ke beberapa akun kewajiban untuk utang

upah dan gaji.

f) Peninjauan independen

Setelah seorang memproses sebuah transaksi, orang kedua kadang

kala meninjau pekerjaan orang pertama. Orang kedua memeriksa

keberadaan tanda tangan otorisasi yang memadai, meninjau

dokumen pendukung, dan memeriksa keakuratan bagian data yang

penting, seperti harga , jumlah, dan pemberian kredit.

c. Penilaian Risiko

Organisasi harus sadar dan akan berurusan dengan risiko yang

dihadapinya. Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi

dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan, dan kegiatan lainnya,

agar organisasi beroperasi secara harmonis. Organisasi juga harus

membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola

risiko yang terkait. Akuntan memainkan peran yang penting dalam

membantu manajemen mengontrol bisnis dengan mendesain sistem

pengendalian yang efektif, dan mengevaluasi sistem yang ada untuk

memastikan bahwa sistem itu berjalan dengan efektif. Akuntan dapat

mengevaluasi sistem pengendalian intern dengan strategi manajemen

risiko, yang mana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Page 55: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

35

a) Identifikasi ancaman

Strategis (contoh : melakukan hal yang salah)

Operasional (contoh : melakukan hal yang benar, tetapi

dengan cara yang salah)

Keuangan (contoh : adanya kerugian sumber daya

keuangan, pemborosan, pencurian atau pembuatan

kewajiban yang tidak tepat)

Informasi (contoh : menerima informasi yang salah

atau tidak relevan, sistem yang tidak andal, dan laporan

yang tidak benar atau menyesatkan)

Perusahaan yang menerapkan EDI (Electronic Data Interchange)

harus mengidentifikasi ancaman-ancaman yang akan diahadapi

oleh sistem tersebut, yaitu :

Pemilihan teknologi yang tidak sesuai. Perusahaan

mungkin pindah ke EDI sebelum pelanggan dan

pemasok siap.

Akses sistem yang tidak diotorisasi. Hackers dapat

menerobos sistem dan mencuri data atau menyabot

sistem.

Penyadapan transmisi data. Hacker dapat menyadap

transmisi data dan mengkopi transmisi,

mengacaukannya, atau menghalanginya untuk sampai

ke tempat tujuan.

Page 56: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

36

Hilangnya integritas data. Kesalahan mungkin masuk

ke data karena kesalahan yang ditimbulkan oleh

software atau pegawai, masukan yang salah, transmisi

yang gagal, dan lain- lain.

Transaksi yang tidak lengkap. Komputer penerima

mungkin tidak menerima paket data yang lengkap dari

komputer pengirim.

Kegagalan sistem. Masalah software dan hardware,

pemadaman listrik, sabotase, kesalahan pegawai, atau

faktor-faktor lainnya, dapat menyebabkan sistem EDI

gagal atau tidak dapat diakses pada waktu tertentu

Sistem yang tidak kompatibel. Beberapa perusahaan

dapat mengalami kesulitan berinteraksi dengan sistem

yang lain karena sistem komputer yang tidak

kompatibel.

b) Perkiraan risiko

Beberapa ancaman menunjukan risiko yang lebih besar karena

probabilitas kemunculannya lebih besar.

c) Perkiraan pajanan ( Eksposure )

Resiko gempa bumi mungkin kecil, tetapi pajanannya dapat sangat

besar; gempa dapat menghancurkan perusahaan dan menyebabkan

kebangkrutan. Pajanan dari penipuan biasanya tidak sebesar itu,

Page 57: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

37

karena kebanyakan penipuan tdak mengancam keberadaan

perusahaan.

d) Identifikasi pengendalian

Manajemen harus mengidentifikasi salah satu atau beberapa

pengendalian yang akan melindungi perusahaan dari setiap

ancaman.

e) Perkiraan biaya dan manfaat

Tidak ada sistem pengendalian internal yang dapat menyediakan

perlindungan anti penipuan terhadap seluruh ancaman dalam

pengendalian internal. Biaya atas sistem anti penipuan akan

menjadi halangan. Tujuan untuk mendesain sebuah sistem

pengendalian internal adalah untuk menyediakan jaminan yang

wajar bahwa tidak akan muncul masalah dalam sistem

pengendalian itu sendiri.

f) Menetapkan efektifitas biaya-manfaat (Cost-Benefit Effectiveness)

Dalam mengevaluasi biaya dan manfaat sutau pengendalian intern,

pihak manajemen harus mempertimbangkan faktor- faktor lain dari

luar faktor-faktor dalam perhitungan perkiraan manfaat.

Contohnya, apabila sebuah pajanan mengancam keberadaan sebuah

organisasi, mungkin akan berguna untuk mengeluarkan lebih

banyak uang daripada dengan yang ditunjukkan oleh analisis

biaya-manfaat, untuk meminimalkan kemungkinan matinya

organisasi tersebut.

Page 58: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

38

d. Informasi dan Komunikasi

Di sekitar aktivitas pembelian terdapat sistem informasi dan komunikasi.

Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan

bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola dan

mengendalikan operasinya. Oleh karena itu, akuntan perlu memahami

bagaimana:

a) Transaksi diawali,

b) Data didapat dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin,

c) File komputer diakses dan diperbarui,

d) Data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan

e) Informasi dilaporkan ke para pemakai internal dan pihak eksternal.

Akuntan juga harus memahami catatan dan prosedur akuntansi, dokumen-

dokumen pendukung, dan akun laporan keuangan tertentu yang terlibat

dalam pemrosesan dan pelaporan transaksi.

e. Pengawasan

Seluruh proses harus diawasi dan perubahan dilakukan sesuai dengan

kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah

sesuai tuntutan keadaan. Pengawasan terdiri dari:

a) Supervisi yang efektif

Supervisi yang efektif mencakup melatih dan mendampingi

pegawai, mengawasi kinerja mereka, mengoreksi kesalahan, dan

melindungi asset dengan cara mengawasi pegawai yang memiliki

Page 59: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

39

akses ke hal-hal tersebut. Supervisi merupakan hal yang penting

bagi organisasi yang tidak mampu melaporkan tanggung jawab

secara rinci, atau terlalu kecil untuk memiliki pemisahan tugas

yang memadai.

b) Akuntansi pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mencakup anggaran, kuota,

jadwal, biaya standar, dan standar kualitas; laporan kinerja yang

membandingkan kinerja yang aktual dengan kinerja yang

direncanakan, serta menunjukkan perbedaan signifikan; dan

prosedur untuk menyelidiki perbedaan yang signifikan dan

mengambil tindakan tepat pada waktunya untuk mengoreksi

kondisi-kondisi yang mengarah pada perbedaan tersebut.

c) Audit internal

Audit internal mencakup peninjauan ulang keandalan dan integritas

informasi keuangan dan operasional serta menyediakan penilaian

keefektifan pengendalian internal. Audit internal juga mencakup

penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan

manajemen, hukum dan peraturan yang berlaku, serta

mengevaluasi efisiensi dan keefektifan manajemen. Berbeda

dengan auditor eksternal, para auditor internal menempatkan

penekanan yang besar pada pengendalian manajemen perusahaan;

sehingga mereka dapat mendeteksi waktu lembur yang berlebihan,

Page 60: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

40

asset yang kurang digunakan, persediaan yang usang, penggantian

biaya perjalanan yang tidak diperlukan, anggaran dan kuota yang

terlalu longgar, pengeluaran modal yang kurang tepat, dan produksi

yang menjadi semakin lambat. Objektivitas dan keefektifan

memerlukan fungsi audit internal yang independen secara

organisasional dari fungsi akuntansi dan operasional. Misalnya,

kepala audit internal harus melapor ke komite audit dari dewan

komisaris, bukan kepada kontroler atau Chief Financial Officer.

2. 4 Sarbanes-Oxley Act

Undang-undang Sarbanes Oxley ini diprakarsai oleh Senator Paul

Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio), dan telah

ditandatangani oleh Presiden George W. Bush pada tanggal 20 Juli 2002.

Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat

terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi besar seperti: Enron,

WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer

Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest

Communication, Safety-Kleen dan Xerox; yang juga melibatkan beberapa KAP

yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC

(Yesshy, 2010).

Menurut Rosenthal, Gleason, & Madura (2011), Sarbanes-Oxley Act, yang

ditandatangani oleh Presiden Bush pada 30 Juli 2002, berisi ketentuan yang

Page 61: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

41

dimaksudkan untuk memastikan pengungkapan yang lebih akurat dari informasi

keuangan kepada investor. Tindakan-tindakannya adalah sebagai berikut:

a. Memberdayakan Public Company Accounting Oversight Board untuk

memeriksa kantor akuntan. Kantor akuntan dibebankan biaya tahunan, dan

dinilai oleh dewan setiap satu sampai tiga tahun. (Section 1)

b. Memungkinkan kantor akuntan publik untuk menawarkan konsultasi

layanan non-audit kepada klien audit hanya jika komite auditnya klien

menyetujui pra-layanan non-audit yang akan diberikan sebelum audit

dimulai. (Section 201)

c. Mencegah kantor akuntan publik mengaudit perusahaan klien yang CEO,

CFO, atau karyawan lain dengan deskripsi pekerjaan yang sama

dipekerjakan oleh perusahaan audit dalam satu tahun sebelum audit.

(Section 206)

d. Membutuhkan bahwa perusahaan menggunakan komite audit independen,

yang terdiri dari hanya satu anggota dewan luar, dan salah satu dari

anggota mereka harus menjadi seorang ahli keuangan. (Section 301,

Section 407)

e. Membutuhkan bahwa perusahaan dengan setidaknya $75 juta aset yang

mengajukan 10-Ks meningkatkan sistem pengendalian internal mereka

(ketentuan ini dilaksanakan sebagai 15 November 2004) (Section 404)

f. Membutuhkan bahwa CEO dan CFO perusahaan yang setidaknya pada

tingkat ukuran tertentu menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah

Page 62: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

42

diaudit akurat, dan mereka bertanggung jawab dalam verifikasi mereka.

(Section 302)

g. Membutuhkan dan meningkatkan pengungkapan lebih tepat waktu dalam

laporan keuangan, (terutama untuk item off-balance sheet). (Section 401)

h. Menentukan denda besar atau penjara bagi karyawan yang menyesatkan

investor atau menyembunyikan bukti. (Section 8, 9 dan 11)

i. Menyediakan penyitaan bonus jika laporan keuangan disajikan kembali.

(Section 304)

j. Menghilangkan pinjaman pribadi. (Section 402)

2. 5 SOX 404: Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR)

Menurut SEC, SOX section 404 mengharuskan para manajer melaporkan

temuan-temuan mereka di dalam laporan manajemen yang spesial, dan auditor

dari luar meyakinkan ke penilaian manajemen dalam pengendalian-pengendalain

perusahaan. Menurut SEC, prosedur-prosedur section 404 dimaksudkan untuk

menolong perusahaan-perusahaan untuk mendeteksi kecurangan dalam pelaporan

lebih awal, dan dengan demikian untuk menghalangi kecurangan keuangan, dan

secara langsung memperbaiki keandalan dalam laporan-laporan keuangan (Peter,

2010).

Berdasarkan metodologi ICOFR PT. Telkom, SOX 404 mewajibkan

manajemen untuk menilai efektivitas pengendalian intern dalam rangka pelaporan

keuangan dalam laporan tahunannya. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, baik

manajemen maupun eksternal auditor harus mematuhi sejumlah standar dan

Page 63: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

43

persyaratan yang dibuat oleh Public Company Accounting Oversight Board

(PCAOB), antara lain “Auditing Standard No. 5 – An Audit of Internal Control

Over Financial Reporting That Is Integrated with An Audit of Financial

Statements” (AS5). Pengendalian intern atas pelaporan keuangan (ICOFR)

didefinisikan sebagai suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan oleh

manajemen perusahaan untuk memberikan keyakinan yang memadai berkaitan

dengan keandalan laporan keuangan. Pengendalian intern atas pelaporan keuangan

(ICOFR) tidak dapat menjanjikan bahwa perusahaan akan mutlak tidak akan

mengalami kesalahan dalam penyajian laporan keuangannya yang bebas dari salah

saji material yang merupakan tujuan pengendalian oleh manajemen. Desain dan

pelaksanaan yang baik belum tentu bisa mencegah kesalahan-kesalahan yang akan

muncul. Keterbatasan ICOFR akan tetap ada karena dalam pelaksanaannya

ICOFR merupakan suatu proses yang melibatkan campur tangan manusia yang

rentan terhadap kecurangan (fraud) atau kesalahan (human error). ICOFR hanya

dapat meminimalkannya. Dalam rangka mewujudkan pengendalian intern yang

efektif, sesuai dengan rekomendasi US SEC, perusahaan harus menggunakan dan

mengacu pada suatu kerangka dasar pengendalian intern yang telah diakui secara

global sebagai pedoman untuk menjamin efektivitasnya. Dalam hal ini, Telkom

menggunakan COSO Framework, sebuah kerangka pengendalian intern yang

dikeluarkan oleh Committe of Sponsoring Organization of the Tradeway

Commission.

Page 64: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

44

Ruang Lingkup

Berdasarkan metodologi ICOFR PT. Telkom, ruang lingkup pengendalian

intern atas pelaporan keuangan (ICOFR) dikelompokkan menjadi tiga dan

dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:

1. Pengendalian intern tingkat entitas adalah pengendalian yang memiliki

dampak menyebar (pervasive) ke seluruh jajaran perusahaan, termasuk

juga dampak terhadap pengendalian intern tingkat transaksional.

Pengendalian intern tingkat entitas merupakan landasan bagi kerangka

pengendalian intern perusahaan. Meskipun pengendalian intern tingkat

entitas juga berperan dalam pencapaian tujuan operasional dan kepatuhan

terhadap peraturan/ ketentuan yang berlaku, dalam kaitannya dengan SOX

404, pengendalian intern tingkat entitas yang relevan adalah hanya

pengendalian intern tingkat entitas dalam rangka pelaporan keuangan.

Karena memiliki dampak pervasive, maka defisiensi (kekurangan)

pada pengendalian tingkat entitas, terutama yang berkaitan dengan

lingkungan pengendalian, umumnya memiliki peluang tinggi menjadi

kelemahan material (material weakness). Oleh sebab itu, seluruh

kemungkinan defisiensi pengendalian yang ada di tingkat entitas harus

diidentifikasi dan di remediasi secara benar dan tepat waktu. Upaya yang

dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memperkokoh pengendalian intern

tingkat entitas antara lain adalah menciptakan lingkungan pengendalian

yang baik seperti perilaku teladan (tone at the top) dan komitmen

manajemen, melaksanakan program-program berkelanjutan mengenai

Page 65: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

45

penerapan nilai etika dan pedoman perilaku (code of conduct), menetapkan

wewenang dan struktur organisasi yang jelas, serta upaya-upaya

pencegahan kesalahan (error) dan kecurangan (fraud) di setiap tingkat

organisasi perusahaan.

Pentingnya pengendalian intern tingkat entitas ini, dapat dijumpai

pada Auditing Standard no 5 (AS 5) dari PCAOB yang menyarankan

penggunaan pendekatan top-down dan risk based. Menurut PCAOB AS 5,

pendekatan top-down merupakan pendekatan yang disarankan dalam

rangka evaluasi pengendalian intern. Dengan menggunakan pendekatan

top-down, penguji dapat memfokuskan pengujian pada pengendalian-

pengendalian signifikan yang dapat memberikan dampak material

terhadap keandalan laporan keuangan perusahaan. Dalam kaitannya

dengan pendekatan top-down dan risk based, tim penguji harus

mempertimbangkan bagaimana dan apakah pengendalian tingkat entitas

mempengaruhi risiko melekat (inherent) terhadap ketidakakuratan dalam

akun-akun signifikan, kelompok transaksi, dan asersi yang dianggap

signifikan bagi keandalan laporan keuangan perusahaan. Dengan terlebih

dahulu berfokus kepada risiko melekat dan aspek-aspek dalam akun

signifikan yang mempengaruhi risiko ketidakakuratan laporan keuangan

dan pengaruh pengendalian intern tingkat entitas, diharapkan manajemen

dapat membuat strategi pengujian yang lebih efektif dengan memberikan

fokus pengujian hanya kepada area-area yang memiliki risiko signifikan.

Suatu pengendalian tingkat entitas yang kuat dan dapat berdampak

Page 66: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

46

langsung terhadap efektivitas pengendalian di tingkat transaksional, akan

dapat mempengaruhi cakupan pengujian yang harus dilakukan. Tim

penguji akan lebih efektif dalam melakukan penilaian terhadap

kemungkinan terjadinya suatu kesalahan atau ketidakakuratan dalam

laporan keuangan dengan mempertimbangkan kombinasi antara faktor

kualitatif yang mempengaruhi risiko melekat dan dampak dari efektivitas

pengendalian intern tingkat entitas terhadap akun, proses atau kelompok

transaksi yang akan diuji:

Faktor kualitatif , seperti sifat dari akun dan tipe transaksi. Sebagai

contoh, suatu akun yang terdiri dari transaksi-transaksi yang

bersifat rutin, tidak kompleks dan homogen akan memiliki

kemungkinan kesalahan (error) yang rendah apabila dibandingkan

dengan suatu akun yang terdiri dari transaksi-transaksi yang

kompleks, sensitif terhadap kecurangan (fraud) dan melibatkan

proses estimasi atau judgment.

Suatu pengendalian tingkat entitas yang efektif dan dapat secara

langsung mempengaruhi pengendalian tingkat transaksional dapat

memberikan tingkat keyakinan (confidence) yang lebih tinggi

terhadap efektivitas pengendalian tingkat transaksional, dan dapat

mengurangi tingkat risiko kesalahan pada akun. Sebagai contoh,

adanya kebijakan dan prosedur yang relevan dan memadai, tingkat

supervisi manajemen yang tinggi, dan pemisahan fungsi yang

memadai dapat mempengaruhi tingkat keyakinan tim penguji atas

Page 67: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

47

efektivitas pengendalian pada transaksi terkait dan mengurangi

tingkat risiko kesalahan (error) dan kecurangan (fraud) pada akun

terkait.

Menurut PCAOB AS 5 paragraph 23, terdapat beberapa sifat dan

tingkatan ketepatan (precision) dari pengendalian tingkat entitas:

Pengendalian tingkat entitas seperti lingkungan pengendalian,

memberikan dampak yang signifikan tetapi tidak langsung

(indirect) terhadap kemungkinan suatu kesalahan (misstatement)

dapat dideteksi atau dicegah secara tepat waktu. Akan tetapi

pengendalian tingkat entitas tersebut dapat mempengaruhi

pengendalian lain yang akan diuji dan mempengaruhi sifat, waktu

dan cakupan prosedur pengujian yang dilakukan terhadap

pengendalian lainnya.

Pengendalian tingkat entitas yang dapat berfungsi memantau

efektivitas pengendalian lainnya. Pengendalian tersebut dirancang

untuk mengidentifikasi pelanggaran atau kelemahan pengendalian

yang mungkin terjadi pada tingkat transaksional, tetapi tidak pada

tingkatan ketepatan yang dapat memberikan keyakinan bahwa

kesalahan (misstatement) terhadap asersi yang relevan, dapat

dideteksi atau dicegah secara tepat waktu. Pengendalian seperti ini,

apabila dilaksanakan secara efektif dapat mengurangi tingkat dan

cakupan pengujian pengendalian lainnya.

Page 68: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

48

Pengendalian entitas yang dirancang untuk dapat memberikan

tingkatan ketepatan yang memadai untuk mendeteksi dan

mencegah kesalahan (misstatement) pada asersi laporan keuangan

yang relevan secara tepat waktu. Apabila pengendalian tingkat

entitas ini beroperasi secara efektif dan dapat memitigasi suatu

risiko kesalahan, maka tim penguji tidak perlu melakukan

pengujian tambahan terhadap pengendalian terkait dengan risiko

tersebut.

Tingkat risiko yang ada setelah mempertimbangkan faktor

kualitatif dan pengaruh efektivitas pengendalian tingkat entitas yang

relevan akan menjadi acuan dalam menetapkan tingkat kedalaman

(persuasiveness) pengujian yang harus dilakukan pada tingkat

transaksional. Apabila berdasarkan hasil analisa faktor kualitatif dan

pengaruh efektivitas pengendalian tingkat entitas tim penguji

menyimpulkan bahwa tingkat kedalaman (persuasiveness) pengujian yang

harus dilakukan dapat dikurangi, maka strategi pengujian dapat

mengandalkan pada hasil pengujian pengendalian tingkat entitas dan/atau

melakukan reperformance yang terbatas (limited reperformance) atas hasil

control self assessment.

Berdasarkan rekomendasi untuk menggunakan top-down and risk

based approach, maka manajemen perlu merencanakan dan melaksanakan

pengujian pengendalian intern tingkat entitas lebih awal dari pengujian

pengendalian tingkat proses, transaksi, dan aplikasi sehingga penyusunan

Page 69: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

49

strategi dan ruang lingkup pengujian pengendalian tingkat proses,

transaksi, dan aplikasi telah mempertimbangkan efektivitas pengendalian

tingkat entitas. Pengendalian tingkat entitas IT dalam COBIT juga

menganut top-down approach dan level di bawah entitas dikenal dengan

tingkat aktivitas yang oleh PCAOB disebut sebagai ITGC (IT General

Control).

2. Pengendalian intern tingkat transaksional adalah pengendalian yang

dilakukan pada setiap proses bisnis yang berfokus pada akun-akun yang

signifikan dan proses serta transaksi terkait yang berpotensi terjadinya

kesalahan (error) atau kecurangan (fraud) yang berdampak pada kesalahan

saji pada laporan keuangan.

Pengendalian ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan otorisasi,

verifikasi, rekonsiliasi dan kegiatan lainnya seperti upaya pencegahan dan

identifikasi terjadinya kesalahan dan kecurangan, serta upaya pengamanan

aset perusahaan. Pengujian atas pengendalian tingkat transaksional

merupakan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mengukur

efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern pada tingkat

transaksional, baik yang berupa pengendalian manual maupun

pengendalian aplikasi.

3. Pengendalian intern berbasis teknologi informasi (IT Controls). Sarbanes-

Oxley Act mewajibkan manajemen perusahaan untuk bertanggung jawab

secara penuh terhadap pengembangan, pengevaluasian, dan pemantauan

sistem pengendalian intern yang efektif dalam rangka pelaporan keuangan.

Page 70: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

50

Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari peranan teknologi informasi (TI)

yang sangat penting dalam mencapai tujuan di atas. TI mengotomatisasi

aktivitas proses bisnis dalam perusahaan, baik melalui sistem Enterprise

Resource Planning (ERP) yang terintegrasi ataupun sekumpulan sistem

aplikasi yang terpisah, yang akan berdampak pada keandalan data dan

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Berdasarkan CobIT, pengendalian berbasis TI meliputi:

a) IT Control Environment

Mencakup proses tata kelola TI (IT governance atau IT Entity

Level), seperti rencana strategis sistem informasi, proses

manajemen risiko TI, manajemen kepatuhan, kebijakan, prosedur

dan standar TI, serta pemantauan dan pelaporan aktivitas TI.

b) IT General Controls

IT General Control adalah pengendalian yang diperlukan untuk

mendukung berfungsinya pengendalian di tingkat aplikasi. Dibagi

menjadi empat kategori umum, yaitu:

Computer Operations

Proses pengendalian atas pengoperasian sehari-hari di lingkungan

komputer, meliputi definisi, akuisisi, instalasi, konfigurasi,

integrasi, dan pemeliharaan infrastruktur TI. Termasuk juga dalam

kategori ini adalah pengendalian yang terkait dengan penyediaan

layanan informasi TI, meliputi, pengelolaan service level,

pengelolaan atas organisasi jasa di luar perusahaan, system

Page 71: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

51

availability, customer relationship management, pengelolaan

sistem dan konfigurasi, pengelolaan masalah dan insiden,

operations management, scheduling, dan pengelolaan fasilitas.

Access to Program and Data

Mencakup pengendalian atas aplikasi, database, dan jaringan

untuk memastikan bahwa akses hanya dilakukan oleh pihak yang

berwenang untuk menjaga integritas data.

Program Development

Pengendalian atas desain dan implementasi sistem untuk

memastikan bahwa persetujuan atas pengembangan sistem, proses

pengembangan, konfigurasi, dan migrasi sistem/program dilakukan

secara memadai.

Program Change

Pengendalian atas modifikasi sistem yang ada, baik aplikasi,

database, atau operating systems, untuk memastikan bahwa setiap

usulan perubahan telah disetujui pihak yang berwenang, diuji, dan

diimplementasi secara memadai.

Selain itu, COSO principle 14 mengenai informasi teknologi,

menambahkan bahwa dalam pengendalian intern berbasis teknologi

informasi meliputi pula:

Application Controls

Mencakup pengendalian di tingkat aplikasi untuk memastikan

kelengkapan dan keakuratan transaksi yang meliputi otorisasi,

Page 72: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

52

validasi, dan pemrosesan, termasuk pengendalian manual yang

terkait dengan pengendalian aplikasi tersebut.

End-User Computing

Pengendalian atas spreadsheet dan aplikasi yang dikembangkan

oleh end user (script) yang mencakup input, logic, dan output.

Pengujian pengendalian dalam rangka kepatuhan terhadap

Sarbanes-Oxley Act harus juga mempertimbangkan pengujian atas

pengendalian berbasis TI.

Page 73: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

53

2. 6 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya mengenai “Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus

Pendapatan Usaha”

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

1. Lukyta Saraswati dan I Ketut

Yadnyana.

Pengaruh Struktur Pengendalian

Intern terhadap Kelancaran

Pengembalian Kredit pada Koperasi

Simpan Pinjam di Kota Denpasar.

E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana. 2014: 122-134

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Kuesioner

Sampel: 34 koperasi

simpan pinjam

Tahun data: 2012

Metode analisis:

Regresi Berganda, Uji

Validitas, Uji

Reliabilitas, Uji Asumsi

Klasik

a. Lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian dan

pemantauan secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kelancaran pengembalian kredit pada

Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar.

b. Lingkungan pengendalian dan informasi

komunikasi berpengaruh positif secara parsial terhadap

kelancaran pengembalian kredit pada koperasi simpan

pinjam di Kota Denpasar.

c. Penilaian risiko, aktivitas pengendalian, dan

pemantauan menunjukkan variabel tersebut tidak

berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 74: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

54

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

2. Ruzanna Amanina.

Evaluasi terhadap Sistem

Pengendalian Intern pada Proses

Pemberian Kredit Mikro (Studi

pada PT. Bank Mandiri

(PERSERO) tbk. Cabang Majapahit

Semarang).

E-prints Universitas Diponegoro.

2011.

Jenis penelitian:

Kualitatif

Sumber data: Primer &

Sekunder

Sampel: 100 formulir

pemberian kredit Bank

Mandiri Cabang

Majapahit Semarang

Tahun data: 2009-2010

Metode analisis:

Deskriptif

Variabel lainnya: -

Penerapan pengendalian internal dalam pemberian

kredit mikro kurang lebih berjalan dengan baik

walaupun belum sepenuhnya, sedangkan dalam hal

keefektifan pengendalian intern, pengendalian

internnya sudah efektif.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 75: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

55

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

3. Eleonora Kontus, M. S.

Management of Account

Receivable in A Company.

ProQuest Documents Vol. 22. 2013

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Sekunder

Sampel: 120 perusahaan

di Kroasia

Tahun data: 2010

Metode analisis:

Statistik Deskriptif

Variable lainnya: -

“Corporate model” dapat digunakan sebagai alat untuk

mempertimbangkan perubahan pada kebijakan kredit

dan untuk membuat penggunaan piutang usaha yang

optimum di dalam pesanan untuk mencapai

pengembalian maksimal di tingkat risiko yang

diterima.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 76: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

56

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

4. Philip Leitch dan Dawne

Lamminmaki.

Refining Measures to Improve

Performance Measurement of the

Accounts Receivable Collection

Function.

Journal of JAMAR.

2011

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Sekunder

Sampel: -

Tahun data: -

Metode analisis:

Analisis korelasi

Variable lainnya: -

Pemantauan yang akurat dan pengelolaan yang

semestinya dari piutang usaha adalah dimensi penting

dari manajemen keuangan di dalam organisasi

terhadap kredit penjualan.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 77: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

57

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

5.

Dumitrascu Mihaela dan Savulescu

Iulian .

Internal Control and Impact on

Corporate Governance, in

Romanian Listed Companies.

Journal of Eastern Europe Research

in Business & Economics.

http://www.ibimapublishing.com/jo

urnals/JEERBE/jeerbe.html.

2012

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Primer

dan Sekunder

Sampel: 44 perusahaan

yang terdaftar di

Bucharest Stock

Exchange

Tahun data: -

Metode analisis:

Statistik Deskriptif

Variable lainnya: -

Corporate Governance tidak akan efektif secara

keseluruhan tanpa adanya pengendalian intern yang

baik. Pengendalian intern atau corporate governance

tidak akan berkelanjutan dengan baik jika kedua

variabel tersebut berjalan dengan sendiri-sendiri.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 78: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

58

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

6. Siyanbola Trimisiu Tunji.

Effective Internal Control System

as Antidote for Distress in The

Banking Industry in Nigeria.

http://www.projournals.org/JEIBR.

2013

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Primer

Sampel: 56 pekerja dari

5 bank di Nigeria

Tahun data: -

Metode analisis: Uji t

Variable lainnya: -

Sistem pengendalian internal yang kuat harus dibatasi

untuk mengendalikan dan mencegah efek penipuan

dan kesalahan manajemen. Agar pekerjaan auditor

menjadi efektif dalam organisasi, ada setiap kebutuhan

bagi manajemen untuk menghormati pandangan dari

auditor, dalam upaya mereka terhadap pemantauan

efektivitas sistem pengendalian internal yang

ditetapkan. Sebuah situasi di mana rekomendasi

auditor internal tidak dihadiri oleh orang-orang yang

bertindak atas mereka dapat menyebabkan

penghapusan total pembentukan, tidak hanya bank.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 79: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

59

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

7. Putri Dwi Hapsari

Evaluasi Sistem Pengendalian

Internal atas Informasi Akuntansi

Pendapatan pada BMW Sales

Operation Surabaya

Journal of Brawijaya University

2012

Jenis penelitian:

Kualitatif

Sumber data: Primer

Sampel: -

Tahun data: -

Metode analisis:

Deskriptif

Vairabel lainnya: -

Dari segi pengendalian internal, dapat dikatakan

pengendalian internal atas siklus pendapatan telah

dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya SOP yang menjelaskan prosedur-prosedur

risiko-risiko beserta pengendaliannya. Struktur

organisasi yang dimiliki oleh perusahaan telah

menggambarkan adanya pemisahan tugas, wewenang

dan tanggung jawab yang jelas. Selain itu,

pengendalian atas aset, data dan informasi juga telah

dilakukan dengan cara menggunakan brankas,

membatasi akses ke gudang parts, menyimpan arsip-

arsip dalam filling cabinet, serta menggunakan user id

dan password untuk mencegah manipulasi data.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 80: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

60

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

8. Nur Fakhrur Razy

Analisis Pengendalian Internal atas

Siklus Pendapatan Jasa

(Studi Kasus Pada Hotel Griyadi

Montana Malang)

2012

Jenis penelitian:

Kualitatif

Sumber data: Primer

Sampel: -

Tahun data: -

Metode analisis:

Deskriptif

Variabel lainnya: -

Peneliti menilai dokumen yang digunakan oleh

perusahaan cukup efektif. Informasi atas rekaman

transaksi yang termuat dalam dokumen cukup

memberikan informasi yang berguna bagi pihak

manajemen dalam pengambilan keputusan. Selain itu,

apabila ditinjau dari segi model, dokumen yang

digunakan oleh perusahaan telah memperhatikan

dengan prinsip perancangan dokumen. Namun, untuk

segi pengarsipan dan distribusi dokumen serta laporan

menurut peneliti masih kurang begitu bagus. Karena

masih terdapat dokumen atau laporan yang tidak

mempunyai arsip, sehingga pihak yang diberi

wewenang untuk merekam terjadinya transaksi tidak

mempunyai arsip karena tindasan atas dokumen

didistribusikan untuk laporan bagi pihak manajemen.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 81: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

61

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan) No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

9. Leonard Rosenthal, Kimberly C.

Gleason and Jeff Madura

To be or Not To be Public: The Impact

of SOX

Quarterly Journal of Finance and

Accounting, Vol. 50, No. 2 (Spring

2011), pp. 25-53

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Sekunder

Sampel: 262 perusahaan

yang go private

Tahun data: 1999-2005

Metode analisis: Cross-

Sectional

Variable lainnya: -

Kami menemukan bahwa perusahaan lebih cenderung

untuk go private ketika mereka memiliki kepemilikan

CEO lebih tinggi. Kemungkinan go private juga

berbanding terbalik pada likuiditas baik sebelum dan

sesudah SOX. Kami menemukan bahwa perusahaan-

perusahaan yang lebih kecil dan menunjukkan

profitabilitas yang lemah pasca-SOX lebih mungkin untuk

go private.

Efek penilaian perusahaan yang go private dinilai sebelum

dan sesudah SOX. Perusahaan kecil yang go private

mengalami efek penilaian yang lebih besar pasca-SOX.

Perusahaan dengan kinerja pasar saham yang lemah

memiliki efek penilaian yang lebih baik pada pra dan

pasca-SOX. Secara keseluruhan, karakteristik perusahaan

go private dan persepsi go private telah berubah sejak

adanya UU Sarbanes-Oxley.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 82: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

62

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

10. Yesshy Nahampun

Pengaruh Undang-Undang Sarbanes

Oxley terhadap Pengendalian

Internal, Pengendalian Aplikasi dan

Laporan Keuangan pada Perusahaan

Jasa Telekomunikasi

2010

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Primer &

Sekunder

Sampel: -

Tahun data: -

Metode analisis:

Korelasi dan Regresi

Variabel lainnya: -

a. Terjadi hubungan antara UU SOX dengan

pengendalian internal.

b. Terjadi hubungan antara UU SOX dengan

pengendalian aplikasi.

c. Terjadi hubungan antara UU SOX dengan laporan

keuangan.

a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara UU SOX

terhadap Pengendalian Internal.

b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara UU SOX

terhadap Pengendalian Aplikasi.

c. Terdapat pengaruh yang signifikan antara UU SOX

terhadap Laporan Keuangan.

Berlanjut ke Halaman Berikut

Page 83: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

63

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

11. Peter Iliev

The Effect of SOX Section 404:

Costs, Earnings Quality, and Stock

Prices

The Journal of Finance, Vol. 65,

No. 3 (JUNE 2010), pp. 1163-1196

Jenis penelitian:

Kuantitatif

Sumber data: Primer

Sampel: 301 perusahaan

yang listed di

NASDAQ

Tahun data: 2004

Metode analisis:

Regresi

Variabel lainnya: -

Pemenuhan terhadap section 404 menyebabkan

peningkatan signifikan biaya dan pendapatan

diskresioner yang lebih rendah untuk kedua

perusahaan domestik dan asing. Selanjutnya, pasar

bereaksi positif terhadap berita keterlambatan

pelaksanaan SOX dan negatif terhadap berita

penentuan regulator untuk melakukan proses

implementasi. Akhirnya, perusahaan yang mengajukan

MR mengalami return saham secara signifikan lebih

rendah selama periode pelaksanaan SOX. Secara

bersama-sama, hasil ini konsisten dengan pandangan

bahwa SOX Section 404 terbukti terlalu mahal bagi

perusahaan kecil.

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Page 84: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

64

2. 7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran

Analisis Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus

Piutang dan Siklus Pendapatan Usaha (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi

Regional Kalimantan)

Pentingnya Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam

Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus Pendapatan

Teori Piutang, Pendapatan, Sistem pengendalian Intern,

Sarbanes-Oxley Act Section 404

Metode Analisis : Deskriptif

Observasi

Wawancara

Dokumen Internal &

Eksternal

Siklus Pendapatan POTS

Bisnis Proses

Hasil Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Page 85: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

65

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengacu ke dalam pengendalian intern atas

pelaporan keuangan (ICOFR) pada tingkat transaksional yang di dalamnya

mencakup sistem pengendalian intern yang berpedoman pada kerangka

(framework) rancangan pengendalian intern yang dibuat oleh COSO. Penelitian

ini akan lebih terfokus pada aktivitas pengendalian pada sistem pengendalian

intern yang berfungsi untuk mengontrol siklus pendapatan yang mana di dalam

siklus pendapatan itu sendiri terdiri dari beberapa bisnis proses (bispro) SOX.

Siklus piutang dalam PT. Telkom tergabung menjadi satu dalam siklus

pendapatan. Karena siklus pendapatan dalam PT. Telkom sudah menggambarkan

secara rinci bagaimana proses billing hingga collection nya. Dalam siklus

pendapatan PT. Telkom, pendapatan terdiri dari sub siklus bisnis seperti siklus

pendapatan untuk pendapatan telepon kabel tidak bergerak (POTS), non POTS,

Flexi, Speedy, dan sebagainya.

Pemilihan siklus penelitian ini ditujukan pada siklus pendapatan untuk

POTS, karena pendapatan untuk POTS merupakan salah satu sumber pendapatan

yang terbesar di dalam PT. Telkom. Siklus pendapatan untuk POTS terdiri dari

bisnis proses yang dimulai dari A.01.04 (Pemeliharaan dan Pemutakhiran

Parameter) hingga bisnis proses A.01.11 (Isolir, Buka Isolir dan Cabut atas

Page 86: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

66

Permintaan Sendiri Business & Corporate Customer). Siklus Pendapatan

berkaitan erat dengan section 404 dalam SOX mengenai pengendalian internal

atas laporan keuangan (ICOFR) dan prosedurnya diatur dalam PCAOB (Public

Company Accounting Oversight Board) Auditing Standard No. 5.

3. 2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.

1. Data primer didapat dari hasil wawancara mendalam terhadap narasumber

langsung dari pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan dan

data juga berasal dari dokumen-dokumen terkait yang juga bersumber

langsung dari dalam perusahaan. Wawancara dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur yang ditujukan kepada senior manager di bidang

financial & payment collection, manager di bidang financial & payment

collection, dan karyawan yang terkait langsung dengan objek yang diteliti,

dan kegiatan observasi yang kemudian akan diolah peneliti.

2. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang,

dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut bisa

merupakan internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet,

penelusuran dokumen, atau publikasi informasi (Sekaran, 2014). Dalam

penelitian ini, data sekunder yang digunakan berupa teori-teori yang

berkaitan dengan penelitian ini, struktur organisasi perusahaan, sejarah

singkat perusahaan, dokumentasi perusahaan, publikasi informasi melalui

Page 87: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

67

internet berupa laporan tahunan 2014, dan jurnal-jurnal akuntansi yang

berkaitan dengan informasi dari perusahaan yang diteliti.

3. 3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang perlu diuji kebenarannya, relevan dan

lengkap dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data dan informasi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Teknik wawancara, yakni dengan melakukan tanya jawab secara langsung

dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian. Pertama,

dilakukannya wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk membawa

beberapa isu pendahuluan ke permukaan supaya peneliti dapat

menentukan variabel yang memerlukan investigasi mendalam lebih lanjut

(Sekaran, 2014). Selanjutnya, dilakukan wawancara terstruktur untuk

mengidentifikasi masalah secara lebih mendalam (Sekaran, 2014). Pada

wawancara tidak terstruktur, peneliti menanyakan hal-hal yang berkaitan

dengan pengelolaan siklus piutang dan pendapatan yang dilaksanakan oleh

PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan untuk mengangkat isu-isu

penting dari kedua siklus tersebut, yang mana memunculkan sebuah bisnis

proses terkomputerisasi untuk mengelola kedua siklus tersebut. Lalu,

peneliti melakukan wawancara terstruktur untuk melakukan review secara

mendalam terkait hal-hal penting yang ada di dalam bisnis proses tersebut,

contohnya menanyakan tentang arti dari parameter beserta jenis-jenisnya,

lalu data apa yang disimpan dalam CDR, bagaimana terjadi klaim dan

Page 88: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

68

restitusi, dan hal-hal penting lainnya yang terdapat dalam bisnis proses

tersebut sehingga memunculkan penjelasan yang rinci mengenai bisnis

proses untuk siklus piutang dan siklus pendapatan.

2. Teknik observasi, yakni dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan

ataupun prosedur kerja yang berhubungan dengan objek penelitian. Seperti

melakukan pengamatan bagaimana prosedur penerimaan piutang, prosedur

penginputan data, dan prosedur penagihan piutang dilaksanakan secara riil.

3. 4 Metode Analisis Data

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yang mengarah pada studi kasus terhadap suatu perusahaan. Penelitian

deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan

karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi (Sekaran, 2014). Yang

mana studi kasus itu sendiri adalah analisis kontekstual dan mendalam terhadap

hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi (Sekaran, 2014).

Jadi, penelitian deskriptif yang mengarah pada studi kasus ini dilakukan

untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan suatu sistem

pengendalian intern yang berpedoman pada Sarbanes Oxley-Act dalam siklus

piutang dan pendapatan dari PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan secara

objektif yang didasari pada aktivitas sesungguhnya dari sistem pengendalian

intern yang dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur dan fungsi-fungsi terkait

mengenai pengendalian intern siklus piutang dan pendapatan dalam PT. Telkom

Divisi Regional Kalimantan.

Page 89: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

69

3. 5 Operasionalisasi Penelitian

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Penelitian

No. Sumber Data Indikator

1. Wawancara

Apakah siklus piutang dan siklus pendapatan dikelola

sesuai SOX?

Apakah yang dimaksud dengan bisnis proses SOX?

Apakah arti dari istilah CDR, paramater, klaim dan

restitusi pada tahapan-tahapan bisnis proses dalam

siklus pendapatan POTS ?

Apa kesimpulan dan saran yang bisa diberikan

berkaitan dengan bisnis proses dalam siklus

pendapatan POTS yang mempunyai risiko beserta

pengendaliannya?

2. Observasi

Pihak-pihak yang menjalankan fungsi kontrol dalam

menangani risiko yang muncul

Beberapa prosedur penagihan piutang sesuai dengan

bisnis proses

Bagaimana proses pengisoliran jika adanya

permintaan dari pelanggan atau jika pelanggan belum

membayar tagihan

Penginputan tagihan yang masuk ke dalam bisnis

proses

Beberapa prosedur dalam proses klaim dan restitusi

Page 90: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

70

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Perusahaan

4. 1. 1 Sejarah Singkat Perusahaan

Berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom tahun 2014, pada tanggal 23

Oktober 1856, pemerintahan kolonial Belanda melakukan pengoperasian layanan

jasa telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia, yang menghubungkan

wilayah Jakarta (Batavia) dan wilayah Bogor. Peristiwa ini dianggap sebagai awal

sejarah Telkom dan menetapkan tanggal 23 Oktober sebagai hari jadi Telkom.

Pada tahun 1884 pemerintah kolonial Belanda membentuk badan swasta “Post en

Telegraafdienst” untuk menyediakan layanan pos dan telegrap. Lalu pada tahun

1906, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah lembaga pemerintah yang

mengatur layanan pos dan telekomunikasi di Indonesia, bernama Jawatan Pos,

Telegrap, dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT). Tahun 1961,

status jawatan berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN

Postel). Dan pada tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan

telekomunikasi menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) serta

Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Pada tahun 1704, PN Telekomunikasi berubah menjadi Perusahaan Umum

Telekomunikasi Indonesia (Perumtel), yang melayani jasa telekomunikasi

Page 91: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

71

domestik dan internasional, dan selanjutnya PT. Industri Telekomunikasi

Indonesia (PT. INTI) yang memproduksi perangkat telekomunikasi memisahkan

diri menjadi perusahaan independen. Pada tahun 1991, Perumtel berubah menjadi

perseroan terbatas dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT.

Telekomunikasi Indonesia (Telkom) berdasarkan PP No.25 Tahun 1991. Dari

periode inilah awal kegiatan usaha PT. Telkom dibagi dalam 12 Wilayah

Telekomunikasi (Witel) yang kemudian pada tahun 1995 ditata ulang menjadi

tujuh Divisi Regional (Divre), yaitu Divre I Sumatera, Divre II Jakarta dan

sekitarnya, Divre III Jawa Barat, Divre IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Divre

VI Jawa Timur, Divre VI Kalimantan, dan Divre VII Indonesia Bagian Timur.

Pada 26 Mei 1995, Telkom bersama Indosat mendirikan Telkomsel. Lalu,

pada tanggal 14 November 1995, Telkom melakukan Penawaran Umum Perdana

saham (Initial Public Offering/ IPO) di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek

Indonesia) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Saham Telkom juga tercatat di NYSE

dan LSE dalam bentuk American Depositary Shares (ADS) dan publicly offered

without listing (POWL) di jepang. Pada tahun 1999, pemerintah mengeluarkan

Undang Undang Nomor 36/1999 tentang Penghapusan Monopoli

Penyelenggaraan Telekomunikasi yang berlaku efektif pada September 2000,

yang mana Undang-Undang ini memfasilitasi masuknya pemain baru sehingga

mendorong persaingan usaha di industri telekomunikasi.

Pada tahun 2001, Telkom mengakuisisi 35% saham Telkomsel dari

Indosat sebagai bagian restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia,

yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang

Page 92: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

72

antara Telkom dengan Indosat. Dengan transaksi ini, Telkom mengendalikan

77,7% saham Telkomsel. Indosat kemudian mengambil alih 22,5% saham Telkom

di Satelindo dan 37,7% saham Telkomsel di PT Lintasarta Aplikanusa. Pada saat

yang bersamaan, Telkom kehilangan hak eksklusif sebagai satu-satunya operator

layanan telepon tetap di Indonesia. Lalu pada tahun 2002, Telkom melakukan

divestasi 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom Pte, Ltd (SingTel

Mobile), sehingga Telkom memiliki 65% saham Telkomsel. Telkom membeli

seluruh saham Pramindo melalui tiga tahap, yaitu 30% saham pada saat

ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada

tanggal 30 September 2003 dan sisanya 55% saham pada tanggal 31 Desember

2004. Pada tahun 2004, Telkom meluncurkan layanan sambungan langsung

internasional untuk telepon tidak bergerak dengan kode akses 007. Dan pada

tahun 2005, Satelit Telkom-2 diluncurkan untuk menggantikan seluruh layanan

transmisi satelit yang sebelumnya dilayani oleh Satelit Palapa B-4. Peluncuran ini

menjadikan jumlah satelit yang telah diluncurkan oleh Telkom menjadi delapan

satelit, termasuk Salelit Palapa A-1.

Telkom semakin melebarkan sayapnya, berturut-turut berawal pada tahun

2009, Telkom bertransformasi dari perusahaan Infokom menjadi perusahaan

penyelenggara TIME. Image baru diperkenalkan kepada publik dengan

menampilkan logo dan tagline Perseroan yang baru “the world in your hand”.

Lalu pada tahun 2010, proyek kabel serat optik bawah laut JaKaLaDeMa yang

menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar, dan Mataram telah

berhasil dirampungkan pada April 2010. Pada tahun 2011, dilakukan reformasi

Page 93: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

73

infrastruktur telekomunikasi melalui proyek Telkom Nusantara Super Highway

yang menyatukan Nusantara mulai dari Sumatera hingga Papua, serta proyek True

Broadband Access yang menyediakan akses internet berkapasitas 20-100 Mbps

untuk pelanggan di seluruh Indonesia. Pada tahun 2012, Telkom meningkatkan

penetrasi broadband melalui pembangunan Indonesia Wi-Fi untuk merealisasikan

Indonesia Digital Network (“IDN”). Telkom melakukan perubahan portofolio

bisnis dari TIME menjadi TIMES untuk meningkatkan business value creation.

Pada tahun 2013, Telkom mulai beroperasi di tujuh negara termasuk Hong Kong-

Macau, Timor Leste, Australia, Myanmar, Malaysia, Taiwan, dan Amerika

Serikat. Dan pada tahun 2014, Telkom melalui entitas anak Telkomsel adalah

operator pertama di Indonesia yang meluncurkan layanan 4G secara komersial di

bulan Desember 2014.

4. 1. 2 Visi dan Misi Perusahaan

Berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom tahun 2014, Visi dan Misi

tercantum dalam rencana jangka panjang perusahaan yang disetujui Dewan

Komisaris pada 30 Mei 2014 melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris No

11/KEP/DK/2014/RHS dan perubahannya disetujui pada tanggal 31 Desember

2014 melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris No 18/KEP/DK/2014/RHS.

Visi:

To become a leading Telecommunication, Information, Media,

Edutainment and Services (TIMES) player in the Region.

Page 94: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

74

Misi:

1. Menyediakan layanan “more for less” TIMES.

2. Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

Penjelasan Visi dan Misi:

Leading memiliki arti kinerja Telkom pada aspek finansial (pendapatan

dan laba) dan kapitalisasi pasar termasuk dalam kelompok operator

telekomunikasi unggulan (baik yang hanya memiliki portofolio telekomunikasi

maupun TIMES) di kawasan regional. Region memiliki arti kawasan Asia,

sehingga kinerja Telkom akan dibandingkan dengan para operator telekomunikasi

di kawasan Asia. More for Less adalah suatu model bisnis baru yang

mengutamakan benefit lebih tinggi dari harga. Model bisnis ini sering disebut

sebagai Paradox Marketing, yaitu memberikan benefit atau value yang lebih

banyak (more) dengan harga yang lebih rendah (for less). Kualitas layanan dan

pelayanan dikembangkan berdasarkan Telkom Quality System yang berbasis

standar internasional. Telkom melakukan pengelolaan bisnis dengan

menggunakan metode dan alat bantu terbaik yang diterapkan oleh perusahaan-

perusahaan kelas dunia sehingga diharapkan dapat menjadi perusahaan terbaik di

Indonesia dan role model bagi perusahaan lain.

4. 1. 3 Struktur Organisasi Perusahaan

Berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom tahun 2014, Telkom sudah

mengadopsi sebuah pendekatan holding company ke dalam pengelolaan

korporasi, yang kami percaya akan menyediakan productive flexibility bagi

Page 95: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

75

seluruh entitas bisnis kami sesuai dengan karakteristik masing-masing unit. Dalam

rangka implementasi pengelolaan korporasi dengan berkarakteristik holding

company, maka:

1. Peran corporate office difokuskan pada Corporate Level Strategy

(directing strategy, portfolio strategy dan parenting strategy).

2. Parenting style disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat maturity

entitas bisnisnya.

3. Empowerment entitas bisnis sesuai dengan karakteristiknya.

Selain itu untuk mewadahi mekanisme pengelolaan parenting terhadap

seluruh portfolio kami secara Group, maka telah dibentuk Board of Executive

yang beranggotakan seluruh Direksi Telkom dan beberapa Chief of Business.

Chief of Business merupakan sebutan untuk posisi “senior business expert” yang

ditempatkan sejajar dengan Direksi Telkom untuk melaksanakan peran sebagai

penasehat dalam merumuskan keputusan-keputusan corporate level strategy,

mengupayakan harmonisasi hubungan antara entitas anak dengan Telkom sebagai

parent.

Direktorat Network, IT & Solution ("NITS")

Fokus pada pengelolaan Infrastructure Strategy and Governance, IT Strategy and

Governance, dan Solution serta pengendalian operasi unit-unit melalui Divisi IT

dan Service Solution, Divisi Network of Broadband, Divisi Wireless Broadband

serta Divisi Broadband.

Page 96: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

76

Direktorat Innovation & Strategic Portfolio ("ISP")

Fokus pada pengelolaan Corporate Strategic Planning, Strategic Investment

Department, Synergy Department, Innovation Strategy dan pengendalian operasi

unit-unit: Divisi Digital Business dan Innovation and Design Center.

Direktorat Consumer Service ("CONS")

Fokus dalam pengelolaan Consumer Product Planning, Consumer Relationship

Management, Consumer Marketing & Sales dan Consumer Service Supervision.

Direktorat Enterprise & Business Service ("EBIS")

Fokus pada pengelolaan Marketing & Operation Alignment, Enterprise Business

Strategy, Enterprise Service, Business Service serta pengelolaan Divisi Enterprise

Services, Divisi Business Services dan Divisi Government Services.

Direktorat Wholesale & International Service ("WINS")

Fokus pada pengelolaan fungsi penanganan bisnis segmen wholesale dan

international, serta pengendalian operasional Divisi Wholesale Services.

Direktorat Human Capital Management ("HCM")

Fokus pada manajemen SDM Perusahaan serta penyelenggaraan operasional

SDM secara terpusat melalui unit Human Capital Center, Human Capital Policy,

Organization Development, Industrial Relations serta pengendalian operasi unit

Telkom Corporate University Center, Assessment Center Indonesia serta

Community Development Center.

Page 97: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

77

Direktorat Keuangan ("KEU")

Fokus pada pengelolaan manajemen keuangan perusahaan melalui unit Corporate

Finance, Management Accounting, Investor Relations, Financial Logistic Policy,

Risk and Process Management serta mengendalikan operasi keuangan secara

terpusat melalui unit Finance, Billing and Collection Center dan Supply Center.

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi PT. Telkom

Sumber: Laporan Tahunan PT. Telkom Tahun 2014

Page 98: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

78

Dari gambaran keseluruhan struktur organisasi PT. Telkom di atas, Divisi

Regional dari 1-7 ditangani oleh EGM Divisi Regional masing-masing regional,

yang mana dikelola dalam Direktorat Consumer Service seperti yang tertera pada

gambar di atas, dan PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan itu sendiri masuk ke

dalam Divisi Regional yang ke-6. Berikut adalah struktur organisasi yang

diterapkan pada setiap Divisi Regional:

Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Divisi Regional PT. Telkom

Page 99: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

79

Sumber: Manual Organisasi Divisi Regional PT. Telkom

Selain itu, untuk menjalankan portofolio bisnis sesuai prinsip-prinsip good

corporate governance dan best practises, serta memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, Telkom Group membentuk Board of

Executive (“BoE”) yang mewadahi mekanisme parenting terhadap entitas anak.

Entitas anak dikelompokkan berdasarkan kategori bisnis selular yang dipimpin

Telkomsel, media dipimpin Telkom Metra, infrastruktur dipimpin Telkom Infra,

dan internasional dipimpin Telin

Gambar 4. 3 Entitas Anak PT. Telkom

Sumber: Laporan Tahunan PT. Telkom Tahun 2014

Page 100: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

80

4. 1. 4 Portfolio Bisnis Perusahaan

Berdasarkan laporan tahunan PT. Telkom tahun 2014, sebagai perusahaan

BUMN penyelenggara terbesar jasa TIMES, Telkom melayani jutaan pelanggan

di seluruh Indonesia. Telkom membukukan pendapatan sebesar Rp82.967 miliar

pada tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan Rp89.696 miliar untuk tahun

yang berakhir 31 Desember 2014. Sampai dengan saat ini, secara historis, bagian

terbesar dari pendapatan usaha Telkom bersumber dari layanan terkait

telekomunikasi, data dan internet. Sebagai perusahaan penyelenggara TIMES,

Telkom terus mengupayakan inovasi di sektor-sektor selain telekomunikasi, serta

membangun sinergi di antara seluruh produk, layanan dan solusi. Converged

TIMES Portfolio Telkom merupakan bagian dari transformasi bisnis. Saat ini

Telkom memiliki 15 portofolio bisnis yang terdiri dari sembilan portofolio produk

dan enam portofolio customer. Portofolio bisnis Telkom dikelompokkan menjadi

beberapa lini bisnis sebagai berikut:

Bisnis Telekomunikasi

Portofolio bisnis telekomunikasi terdiri dari:

Fixed Services (fixed wireline services, fixed broadband, dan Wi-Fi)

Mobile Service (full mobility atau selular dan limited mobility atau fixed

wireless services)

Network and Infrastructure Services (interconnection (termasuk

internasional) traffic, network service, satellite dan tower)

Page 101: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

81

Bisnis Informasi

Portofolio bisnis informasi terdiri dari:

Platform Service (Managed Application & System Integration, Business

Process Management, e-payment, premise integration, data center &

cloud, dan M2M (machine to machine)

Big Data

Ecosystem Solution (e-health, e-logistic, e-tourism, e-transportation, dan

e-governance)

Bisnis Media dan Edutainment

Portfolio bisnis media dan edutainment terdiri dari:

Digital Life

Digital Home

Digital Advertising

Bisnis Telekomunikasi

1. Fixed Wireline Services

Produk-produk dalam lini layanan sambungan telepon kabel tidak

bergerak adalah layanan Plain Old Telephone Services (“POTS”), layanan

nilai-tambah (“VAS”), layanan Intelligent Network (“IN”) dan layanan

Session Initiation Protocol (“SIP”). Layanan IN merupakan layanan

jaringan berbasis Internet Protocol (“IP”) yang terkoneksi dengan jaringan

telekomunikasi dan sistem exchange Telkom. Layanan SIP merupakan

Page 102: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

82

layanan berbasis IP Multimedia Subsystem (“IMS”) yang memadukan

teknologi nirkabel dan kabel untuk komunikasi suara dan data. Di tahun

2014, Telkom melanjutkan program “More for Less” yang membantu

mempromosikan bisnis telepon kabel tidak bergerak dengan menawarkan

fixed broadband dan layanan IPTV sebagai bagian dari product bundling

Telkom.

2. Fixed Broadband

Merupakan layanan internet broadband non seluler yang menggunakan

teknologi ADSL dan kabel serat optik, dengan nama komersial “Speedy”

(Produk Speedy telah di re-branding menjadi “IndiHome” yang

merupakan layanan bundling triple play). Selain itu, Telkom juga

menyediakan layanan broadband internet Pay As You Used (on demand

internet) yaitu layanan internet broadband secara on-demand dengan

memanfaatkan akses Speedy maupun Wi-Fi dengan nama komersial

“Speedy Instan”.

3. Cellular Services

Telkom menyediakan jasa komunikasi seluler dengan teknologi GSM

melalui entitas anak, Telkomsel. Layanan voice dan SMS menjadi

kontributor terbesar bagi pendapatan konsolidasian di tahun 2014. Produk

dan layanan seluler yang Telkom tawarkan dibagi ke dalam dua layanan,

yaitu layanan pascabayar yang disajikan melalui produk kartuHalo, serta

layanan prabayar melalui produk simPATI, Kartu As dan Loop. Di tahun

2014, Telkomsel mengadopsi teknologi terbaru 4G untuk mobile devices.

Page 103: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

83

Telkomsel juga meluncurkan “Loop” sebagai independent brand yang

secara spesifik menyasar segmen kaum muda dengan menawarkan

beragam paket data atraktif.

kartuHalo adalah layanan telekomunikasi pasca bayar untuk pasar

premium, profesional dan korporat. Pada 31 Desember 2014,

kartuHalo memiliki 2,9 juta subscribers, di bandingkan dengan 2,5

juta pelanggan pada 31 Desember 2013.

simPATI adalah layanan prabayar untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat menengah akan layanan telekomunikasi yang

berkualitas dalam bentuk starter pack dan voucher isi ulang. Brand

preposition Telkom adalah 'Discover Excitement'

Kartu As merupakan kartu prabayar dengan segmen pasar

menengah ke bawah, yang menawarkan harga yang lebih menarik.

Loop adalah layanan prabayar yang menargetkan segmen kaum

muda melalui penawaran paket data yang menarik. Pada tahun

2014, Telkom melanjutkan program pemasaran layanan seluler

untuk mempromosikan penjualan dan meningkatkan kesadaran

merek Telkomsel. Sebagai contoh, kartuHalo. Telkom berfokus

pada program loyalitas kami, seperti Poin Telkomsel, yang lebih

menarik bagi pelanggan. Telkom juga menyediakan insentif

kepada pelanggan Flexi melalui voucher yang bisa digunakan

untuk pembelian ponsel GSM secara tunai atau kredit. Telkom

percaya program promosi Telkomsel telah berhasil memperkuat

Page 104: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

84

bisnis selular di Indonesia. Pelanggan seluler Telkom meningkat

dari 131,5 juta pada akhir 2013 menjadi 140,6 pada akhir 2014,

meningkat 6,9% atau 9,1 juta pelanggan.

4. Fixed Wireless Services

Layanan telepon nirkabel tidak bergerak, yang menggunakan teknologi

CDMA dengan merek "Flexi", bisnis-nya dipindahkan ke entitas anak,

Telkomsel, efektif per tanggal 1 Oktober 2014. Namun Telkom akan terus

melayani pelanggan Flexi yang belum bermigrasi hingga akhir tahun 2015,

setelah itu Telkom akan menghentikan layanan Flexi. Selama tahun 2014,

dengan strategi migrasi, Telkom terus mendorong pelanggan telepon tetap

nirkabel untuk masuk ke dalam rencana yang dioperasikan oleh

Telkomsel. Jumlah pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak Telkom

terus menurun pada tahun 2014, dari sekitar 6,8 juta pada tanggal 31

Desember 2013 menjadi 4,4 juta pada 31 Desember 2014.

5. Interconnection Services

Telkom juga memperoleh pendapatan dari perusahaan operator

telekomunikasi lainnya yang memanfaatkan infrastruktur jaringan yang

luas di Indonesia, baik untuk panggilan yang berakhir atau hanya transit

melalui jaringan Telkom. Telkom juga membayar biaya interkoneksi

kepada operator telekomunikasi lain untuk penggunaan jaringan mereka

saat perusahaan menyambungkan panggilan dari pelanggannya. Layanan

interkoneksi yang Telkom berikan kepada perusahaan operator

Page 105: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

85

telekomunikasi lainya terdiri dari layanan interkoneksi domestik dan

international.

6. Network Services

Telkom mengelola secara langsung penyediaan layanan jaringan bagi

pelanggan yang merupakan mitra usaha, pelaku bisnis maupun operator

telekomunikasi pemegang lisensi lainnya (“OLO”). Pelanggan layanan

jaringan Telkom dapat membuat perjanjian untuk memperoleh layanan

singkat seperti siaran beberapa menit atau perjanjian untuk jangka waktu

yang lama untuk periode layanan satu sampai lima tahun.

7. Satellite

Layanan satelit Telkom terdiri dari penyewaan kapasitas transponder

satelit untuk penyiaran dan operator VSAT, selular, SLI dan ISP, serta

menyediakan satelit stasiun bumi yang menghubungkan pengguna

domestik dan internasional. Mengingat peluang pasar dan terbatasnya

pasokan, Telkom berencana untuk memperluas bisnis satelit dengan

pembangunan Telkom-3S melalui pola kemitraan dengan mengakuisisi

slot orbit. Satelit Telkom-3S saat ini sedang dalam pengembangan.

Telkom mengelola layanan satelit melalui entitas anak, Metra dan

Patrakom.

8. Tower

Melalui anak perusahaan Telkom, Dayamitra, Telkom menyewakan space

bagi operator lain untuk menempatkan peralatan telekomunikasi-nya pada

tower yang Telkom miliki.

Page 106: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

86

Bisnis Informasi

1. Layanan Platform, meliputi Pengelolaan Aplikasi dan Sistem Integrasi,

Manajemen Proses Bisnis, E-Payment, Premises Integration, Data Center

dan Cloud, Machine to Machine("M2M"). Pengelolaan Aplikasi dan

Sistem Integrasi menawarkan layanan berbasis cloud dan manajemen

berbasis server serta layanan konsultasi TI. Layanan Manajemen Proses

Bisnis menyediakan CRM, konsultasi analitik, jasa manajemen operasi

dan layanan enterprise shares. Layanan e-payment termasuk pembayaran

tagihan, pengiriman uang, e-money dan e-voucher. Premises Integration

memiliki berbagai penawaran produk yang meliputi perdagangan CPE dan

pengelolaan CPE, pengelolaan jaringan dan pengelolaan keamanan

jaringan. Data Center dan Layanan Cloud termasuk colocation server,

hosting, disaster recovery center, content delivery network center,

Infrastructures as a Service ("laas") (infrastruktur sebagai layanan, yang

menawarkan virtual server yang dapat dikonfigurasi dan penyimpanan)

dan Software as a Service ("SaaS") (software sebagai layanan, yang

menawarkan software berbasis cloud dan layanan IaaS). Untuk

melengkapi dan meningkatkan bisnis informasi, melalui entitas anak

Telkom Metra, Telkom membentuk joint venture pada tanggal 29 Agustus

2014 dengan Telstra untuk menyediakan layanan aplikasi jaringan untuk

perusahaan Indonesia, perusahaan multinasional dan perusahaan Australia

yang beroperasi di Indonesia. Usaha patungan tersebut akan fokus pada

Page 107: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

87

empat bidang utama, yaitu managed network services, managed security

services, unified communications dan cloud solutions.

2. Big Data, meliputi mobile subscriber pattern analytic, churn prevention,

infrastructure site deployment recommendation, targeted digital

advertising, post call marketing dan analytic, M2M analytic, data

monetization for enterprise service providers serta sentiment analytic.

Telkom terus mengksplorasi peluang dalam menyediakan layanan di bisnis

ini.

3. Ecosystem Solution, meliputi layanan terkait e-tourism, e-gov, e-logistic,

e-education, e-health dan e-transportation. Telkom terus mengekplorasi

peluang dalam menyediakan layanan di bisnis ini.

Bisnis Media dan Edutainment

1. Digital Life, mengacu pada layanan konten digital (seperti musik dan e-

book), aplikasi dan games yang didistribusikan melalui aplikasi toko dan

toko online, pasar e-commerce, portal, e-radio dan internet berbasis

UseeTV.

2. Digital Home, mengacu pada pengembangan layanan konvergensi konten

media home multi-screen/device, dan multi-platform.

Layanan siaran televisi terdiri dari:

Pay TV, adalah layanan TV berbayar yang disiarkan melalui link

satelit dan menawarkan premium grade contents untuk berita,

olahraga, hiburan, dan lain-lain.

Page 108: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

88

IPTV, adalah televisi berbasis Internet Protocol ("IPTV") dengan

nama komersial "UseeTV Kabel". Layanan ini digelar

menggunakan jaringan akses broadband Speedy, dan menawarkan

fitur "pause and rewind", fitur content video-on-demand, FTA TV,

TV premium, radio internet dan TV on-demand, yang

memungkinkan pemutaran konten program hingga tujuh hari

terakhir.

OTT TV (Over the Top TV) adalah layanan TV internet dengan

nama komersial "UseeTV" yang dapat diakses dari jaringan

internet Telkom, menawarkan konten gratis seperti program

videoon- demand, TV, radio internet, dan beberapa video berbayar.

Mirip dengan UseeTV kabel, OTT TV juga mampu

memungkinkan pemutaran content program hingga tiga hari

terakhir.

3. Digital Advertising, adalah layanan komersial untuk promosi produk atau

jasa pihak ketiga yang disajikan dalam media digital atau cetak, seperti

radio, televisi, internet, surat kabar, brosur/leaflet dan billboard.

4. 1. 5 Bisnis Proses SOX

Bisnis proses adalah suatu kumpulan aktivitas atau pekerjaan terstruktur

yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu atau yang

menghasilkan produk atau layanan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.Suatu

bisnis proses dapat dibagi menjadi beberapa subproses yang masing-masingnya

berkontribusi untuk mencapai tujuan dari subproses. Bisnis proses terdapat di

Page 109: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

89

dalam setiap siklus yang dimiliki oleh perusahaan. Telkom memiliki 8 siklus yang

terdiri dari beberapa bisnis proses SOX di dalamnya. Keseluruhan dari bisnis

proses ini dikelola berdasarkan pedoman dari SOX yang juga menggunakan

kerangka COSO Internal Control Framework. Proses-proses ini digambarkan

dalam bentuk flowchart beserta dengan risiko (R01, R02, R03, dan seterusnya)

dan bagaimana pengendaliannya (C01, C02, C03, dan seterusnya). Bisnis proses

juga menggambarkan risiko-risiko manakah yang harus dikelola pada setiap divisi

baik dengan cara manual ataupun aplikasi. Di dalam Telkom, siklus-siklus yang

dikelola dengan bisnis proses SOX adalah sebagai berikut:

1. Siklus Pendapatan

2. Siklus Beban

3. Siklus Pengadaan dan aset tetap

4. Siklus Persediaan

5. Siklus Perpajakan

6. Siklus Perbendaharaan

7. Siklus Investasi/Divestasi

8. Siklus Pelaporan Keuangan

Page 110: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

90

4. 2 Analisis

4. 2. 1 Tahapan-Tahapan Bisnis Proses dalam Siklus Pendapatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT. Telkom Divisi Regional

Kalimantan yang berupa siklus pendapatan POTS PT. Telkom rev. 020315, bisnis

proses SOX dari layanan telepon kabel tidak bergerak (Plain Old Telephone

Service - POTS) dalam siklus pendapatan PT. Telkom Divisi Regional

Kalimantan memiliki 8 proses penting dalam rangka mengelola piutang dan

pendapatan. Bisnis proses yang mengelola siklus ini bertujuan agar perusahaan

dapat mencapai tujuan dalam siklus pendapatan ini, yaitu meningkatkan collection

perusahaan agar pendapatan perusahaan pun ikut meningkat. Bisnis proses dalam

siklus pendapatan POTS ini secara bertahap dimulai dari A.01.04 (Pemeliharaan

dan Pemutakhiran Parameter), A.01.05 (Pemrosesan CDR POTS), A.01.06

(Billing & Rating POTS), A.01.07 (Pengakuan Pendapatan dan Piutang POTS),

A.01.08 (Penerimaan Pendapatan POTS), A.01.09 (Penyisihan dan Penghapusan

Piutang), A.01.10 (Klaim dan Restitusi POTS), dan proses terakhir A.01.11

(Isolir, Buka Isolir, Cabut atas Permintaan Sendiri Business & Corporate

Customer). Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing proses beserta subproses

yang terdapat dalam siklus pendapatan PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan.

1.) Proses A.01.04: Pemeliharaan dan Pemutakhiran Parameter POTS

Proses pertama dalam siklus pendapatan PT. Telkom Divisi Regional

Kalimantan adalah proses pemeliharaan dan pemutakhiran parameter. Parameter

(biasanya disebut dengan tolak ukur) dalam Telkom digunakan untuk membuat

Page 111: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

91

(create) nomor telepon bagi pelanggan yang akan baru berlangganan telepon

kabel tidak bergerak, parameter seperti ini disebut dengan parameter numbering.

Selain itu, parameter juga berguna untuk pemutakhiran tarif lama telepon kabel

tidak bergerak ke tarif baru bagi pelanggan yang sebelumnya telah berlangganan,

yang mana parameter ini disebut dengan parameter tarif. Di dalam proses ini,

pertama akan dilakukan pemutakhiran parameter tarif bagi pelanggan yang telah

berlangganan layanan POTS sebelumnya, lalu akan dilakukan proses

pemeliharaan parameter numbering, yang mana maksud dari pemeliharaan di sini

adalah mendata dan memastikan agar permintaan dalam pembukaan penomoran

baru bagi pelanggan yang akan berlangganan akan segera dibuat agar pelanggan

bisa secepatnya menikmati layanan POTS ini. Subproses akhir dari proses ini

adalah analisa A/B number reject, yaitu menganalisa penolakan penomoran yang

diminta karena tidak adanya kelengkapan informasi yang diberikan atas

permintaan penomoran (numbering) oleh pelanggan yang baru akan

berlangganan.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.04:

A.01.04.01 Pemutakhiran Parameter Tarif

A.01.04.02 Pemeliharaan Parameter Numbering

A.01.04.03 Analisa A/B Number Reject

Page 112: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

92

2) A.01.05: Pemrosesan CDR POTS

Call Data Recording (CDR) merupakan data percakapan pelanggan yang

disimpan dalam suatu sistem yang dimiliki oleh PT. Telkom, yang berguna untuk

menentukan besarnya tagihan telepon kepada pelanggan yang pada saat jatuh

periode pelanggan harus membayar tagihan telepon tersebut. Subproses dari

proses ini diawali dari pembentukan CDR dari panggilan-panggilan yang

dilakukan dari pelanggan satu ke pelanggan lain, lalu panggilan-panggilan

tersebut diakuisisi oleh sistem yang mana panggilan-panggilan tersebut ditransfer

ke sistem bernama CDC untuk kemudian dikonversi, lalu divalidasi oleh pihak

yang bertanggung jawab atas penanganan CDR ini seperti SGM Finance Billing,

Collection, and Settlement Center, dan subproses dari proses ini diakhiri dengan

reformat CDR jika CDR ada yang error.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.05:

A.01.05.01 Pembentukan CDR

A.01.05.02 Akuisisi CDR

A.01.05.03 Konversi, Validasi, Reformat CDR

3) Proses A.01.06: Billing & Rating POTS

Subproses dalam proses ini diawali dengan adanya pre-billing, yaitu

subproses yang merekonsiliasi CDR untuk menilai adakah error dari CDR yang

diterima dan yang telah divalidasi pada proses sebelumnya, jika ada maka aplikasi

dari PT. Telkom, yang bernama I-SISKA akan menindaklanjuti adanya perbedaan

Page 113: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

93

informasi CDR yang disebabkan oleh error tersebut. Lalu, aplikasi I-SISKA juga

berfungsi untuk memeriksa hasil global consumption, yaitu memeriksa

penggunaan layanan POTS secara keseluruhan berdasarkan parameter-parameter

yang sudah dibuat. Dari kedua subproses tersebut, terbentuklah billing yang

dibentuk dalam aplikasi I-SISKA yang dalam subprosesnya disebut dengan billing

production, dan billing yang telah terbentuk tersebut divalidasi oleh pihak yang

menangani proses ini. Kemudian, billing tersebut diekstraksi pada proses

selanjutnya.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.06:

A.01.06.01 Pre-billing

A.01.06.02 Global Consumption

A.01.06.03 Billing Production

A.01.06.04 Validasi

4) Proses A.01.07: Pengakuan Pendapatan dan Piutang POTS

Subproses pada proses ini diawali dengan mengektraksi hasil billing dari

billing yang telah divalidasi pada proses sebelumnya. Billing diekstraksi dengan

cara mentransfer billing dari aplikasi I-SISKA ke aplikasi TREMS. Hasil

ekstraksi ini digunakan untuk mengetahui keseluruhan billing yang akan

ditagihkan ke pelanggan. Selanjutnya, ekstraksi data hasil billing tersebut akan

diposting ke dalam aplikasi bernama SAP agar selanjutnya bisa diolah dalam

siklus pelaporan keuangan.

Page 114: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

94

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.07:

A.01.07.01 Ekstraksi Data Hasil Billing

A.01.07.02 Posting ke SAP

5) Proses A.01.08: Penerimaan Pendapatan POTS

Ekstraksi data hasil billing pada proses sebelumnya digunakan untuk

menginformasikan total billing yang akan dikirimkan ke pelanggan-pelanggan

yang berlayanan. Setelah billing dikirimkan ke pelanggan, pelanggan dapat

melakukan pembayaran dengan 3 cara, yaitu dengan cara:

a) Pelanggan membayar via host to host, yaitu pelanggan dapat membayar

billing melalui hubungan di dalam sebuah jaringan komputer yang terjadi

antar host. Pengenalan antar host adalah melalui alamat jaringan antar

komputer yang disebut dengan internet protocol (IP). Pada proses

pembayaran pelanggan via host to host, sistem yang dimiliki Telkom

secara otomatisasi mem-flag status pembayaran dengan status "bayar"

real-time saat terima pembayaran.

b) Pelanggan mentransfer ke rekening Telkom yang mana setelah

pembayaran, pelanggan harus menyertakan berkas pembayaran seperti

bukti transfer atau rekening koran ke Telkom. Selanjutnya, pihak yang

menangani proses ini membandingkan bukti transfer/ rekening koran

dengan data tagihan di aplikasi TREMS, jika sesuai maka pembayaran

tersebut akan di-input dengan status pembayaran (flag status “bayar”).

Page 115: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

95

c) Pelanggan membayar via point to house, yaitu pelanggan membayar

dengan cara mendatangi petugas loket Telkom langsung dan membayar

billing secara langsung. Selanjutnya jika billing sudah terbayarkan,

petugas loket akan mem-flag dengan status “bayar”.

Selanjutnya, seluruh penerimaan pendapatan karena pembayaran-

pembayaran di atas akan diposting ke aplikasi SAP untuk kepentingan siklus

pelaporan keuangan.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.08:

A.01.08.01 Penerimaan Pendapatan

A.01.08.02 Posting ke SAP

6) Proses A.01.09: Penyisihan dan Penghapusan Piutang Usaha POTS

Subproses pada proses ini diawali dengan adanya perhitungan penyisihan

piutang usaha yang menggunakan aplikasi bernama AR Provision Engine, yang

mana mengektraksi data billing yang telah dibayar oleh pelanggan dari TREMS,

lalu, menindaklanjuti jika terjadi error. AR Provision Engine ini juga

menjalankan proses perhitungan aging dan penyisihan piutang usaha dan

menampilkan report dari tahapan prosesnya. Lalu, TREMS mengekstraksi

kembali data hasil perhitungan aging dan penyisihan piutang usaha dari AR

Provision Engine dan menindaklanjuti jika terjadi error. Selanjutnya, masuk ke

dalam subproses penghapusan piutang usaha yang mana melibatkan berbagai

pihak yang bertanggung jawab untuk membuat rekap daftar piutang yang

Page 116: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

96

diusulkan untuk dihapuskan, membuat nota dinas penghapusan piutang serta

membuat surat pengantar penyerahan piutang yang akan dihapuskan ke SGM

Finance, Billing, and Collection Center (SGM FBCC). Terakhir, adanya

subproses pencatatan penghapusan piutang usaha yang diawali surat persetujuan

penghapusan piutang dan eksekusi penghapusan piutang dari SGM FBCC, lalu

dibuatlah pengumuman ke pelanggan atas penghapusan piutang usaha mereka.

Semua proses ini diposting pula ke dalam SAP.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.09:

A.01.09.01 Pencatatan Penyisihan Piutang Usaha

A.01.09.02 Penghapusan Piutang Usaha

A.01.09.03 Pencatatan Penghapusan Piutang Usaha

7) Proses A.01.10: Klaim dan Restitusi POTS

Subproses dalam proses ini diawali dengan adanya pengajuan klaim dari

pelanggan ke Telkom. Pelanggan bisa mengajukan klaim berupa klaim layanan

maupun klaim tagihan. Semua klaim dari pelanggan nantinya akan diproses oleh

pihak-pihak yang menangani kedua jenis klaim tersebut dengan cara menerima

dan mengevaluasi tagihan bulan yang diklaim, membuat hasil analisa klaim dan

membuat berita acara penyesuaian. Lalu, dilanjutkan dengan perhitungan restitusi

yang mana pihak dari Telkom memverifikasi perhitungan kompensasi dengan

membandingkan formula perhitungan kontrak dan menandatangani berita acara

Page 117: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

97

restitusi. Selanjutnya, dibuatlah jawaban hasil keputusan klaim dan dikirimkan

kepada pelanggan apakah klaim dari pelanggan diterima atau ditolak.

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.10:

A.01.10.01 Pengajuan dan Analisis Klaim Layanan

A.01.10.02 Pengajuan Klaim Tagihan

A.01.10.03 Perhitungan Restitusi

A.01.10.04 Penyelesaian Klaim

8) Proses A.01.11: Isolir, Buka Isolir, Cabut atas Permintaan Sendiri

Business & Corporate Customer

Pada proses akhir ini, subproses diawali dengan adanya isolir

(pencambutan sementara) atau pencabutan secara permanen layanan POTS karena

adanya tagihan yang belum dibayarkan oleh pelanggan. Untuk isolir yang

diberikan ke pelanggan, pelanggan bisa membuka isolir tersebut jika pelanggan

telah membayar tagihan yang diberikan. Lalu, isolir atau cabut layanan juga bisa

diminta atas permintaan pelanggan sendiri untuk mengisolir atau mencabut

layanan POTS yang pelanggan gunakan. Pelanggan juga bisa membuka isolir atas

permintaan sendiri ini jika pelanggan sudah melunasi semua tagihan bulanan dan

menyatakan keinginan untuk berlangganan layanan POTS kembali.

Page 118: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

98

Subproses yang dilakukan pada proses A.01.11:

A.01.11.01 Isolir atau Cabut

A.01.11.02 Buka Isolir

A.01.11.03 Pemrosesan Isolir atau Cabut atas Permintaan Sendiri

A.01.11.04 Buka Isolir atas Permintaan Sendiri

4. 2. 2 Risiko beserta Pengendalian dalam Proses Penagihan (Billing) hingga

Proses Penghapusan Piutang

Analisis ini berfokus kepada billing hingga penerimaan pendapatan dari

PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan. Oleh karena itu, analisis risiko beserta

pengendaliannya difokuskan hanya kepada 3 tahap bisnis proses, yang dijelaskan

seperti berikut:

Proses A.01.06: Billing & Rating POTS

Tabel 4. 1: Risiko dan Pengendalian proses Billing & Rating POTS

Subproses R Description C Description A/M Unit

Penanggung Jawab

A.01.06.01 Pre-billing

(1/1) R01

Data CDR yang Diterima I-SISKA tidak

lengkap

C01 Mereview dan

menandatangani hasil rekonsiliasi CDR

M –Manual MGR RETAIL

BILLING DATA MGT

Page 119: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

99

R02 A/B number

tidak dikenali

CiSI09

Aplikasi menolak data A/B number yang tidak dikenal, dan

memindahkan hasilnya ke tabel

anomali A/B number reject

A –Application I-SISKA

CiSI23

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application I-SISKA

R03

Proses rating tidak lengkap (perbedaan

input dengan output)

C02 Mereview

kelengkapan hasil rating

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS & BB BILLING

A.01.06.02 Global

Consumption (1/1)

R04

Proses global consumption tidak lengkap (perbedaan

data input dan output)

C03

Mereview pemeriksaan Global Consumption dan

menandatanganinya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS AND BB BILLING

CiSI22 Aplikasi menghapus Duplicate call secara

otomatis A –Application

I-SISKA

CiSI23

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application

R05 Tiket tidak

valid C04

Mereview report tiket dan

menandatanganinya M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS AND BB BILLING

A.01.06.03 Billing

Production (1/1)

R06

Hasil Proses Billing

Production tidak lengkap

dan tidak akurat

C05

Mereview hasil pemeriksaan billing

production dan menandatanganinya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS AND BB BILLING

CiSI23

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application I-SISKA

Page 120: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

100

R07

Sub-sub proses pada proses billing

tidak dilaksanakan

dengan semestinya berurutan

(overall risk)

C06

Memeriksa check list proses billing untuk memastikan semua

tahapan proses dilaksanakan sesuai

urutan serta memarafnya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS AND BB BILLING

A.01.06.04 Validasi (1/1)

R08 Proses Validasi tidak lengkap

C07 Memeriksa check list

Validation serta menandatanganinya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS & BB BILLING

CiSI23

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application I-SISKA

Sumber: Diolah dari Siklus Pendapatan POTS PT. Telkom

Subproses yang ada pada proses ini ditangani oleh Manager Wireline

Access & Broadband Billing dengan tugasnya untuk mereview atau memeriksa

risiko ketidaklengkapan atau ketidakakuratan proses yang dijalankan dan

menandatanganinya. Subproses pada proses ini juga dikontrol oleh aplikasi

bernama I-SISKA untuk menolak akses oleh personil yang tidak mendapat

otorisasi atau tugasnya yang lain seperti menghapus duplicate call secara otomatis

pada subproses global consumption. Subproses pada proses ini lebih sering

memunculkan risiko yang berkenaan dengan kelengkapan dan keakuratan dari

proses yang dijalankan. Pada subproses pre-billing, biasanya terjadi risiko dalam

pengrekonsiliasian CDR. Dalam analisisnya, risiko ini akan menyebabkan

kesalahan yang sangat material, sebab pada saat rekonsilisiasi CDR, data-data

yang dibutuhkan untuk rekonsiliasi harusnya selalu lengkap setiap saat

dibutuhkan. Jika, pada saat dibutuhkan, data-data CDR tidak ada, maka proses

pengrekonsiliasian ini tidak akan bisa terjadi. Sama halnya dengan subproses

Page 121: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

101

global consumption, billing production, & validasi, seharusnya risiko-risiko yang

berkenaan dengan kelengkapan sudah bisa diatasi pada setiap periodenya, karena

seperti yang dijelaskan di atas, akan sangat memungkinkan terjadinya kesalahan

yang material. Contoh, jika data-data berupa parameter yang dibuat tidak lengkap

dan akurat dalam subproses global consumption, maka akan menyulitkan aplikasi

dalam melanjutkan proses ke subproses billing production, sebab sama halnya

dengan CDR, parameter merupakan data awal yang sangat penting dalam

pembentukan billing. Lalu, pada subproses global consumption terjadi risiko-

risiko berkenaan dengan ketidaklengkapan hasil proses billing production pada

subproses billing production, risiko-risiko yang terjadi dalam subproses billing

production ini seharusnya tidak boleh terjadi karena jika hasil billing production

tidak lengkap, maka manajemen akan sulit untuk menentukan billing akan

ditagihkan ke pelanggan yang mana, dan otomatis akan merugikan perusahaan

karena perusahaan juga tidak akan menerima pendapatan dari pelanggan yang

belum bisa ditentukan untuk ditagih. Upgrade aplikasi I-SISKA dalam menangani

proses billing & rating ini harusnya selalu dilakukan agar aplikasi bisa

mendeteksi risiko secara tepat waktu dan pihak yang menangani proses ini juga

harus lebih diseleksi sesuai dengan kompetensinya menangani proses billing &

rating ini. Risiko-risiko yang masih sering terjadi pada proses billing & rating ini

jelas bertolak belakang pada standar SOX section 404 yang menjelaskan arti

penting dari pengendalian intern tingkat transaksional, pengendalian intern tingkat

transaksional mengharuskan perusahaan selalu mengevaluasi risiko-risiko yang

terjadi agar pada periode berikutnya risiko-risiko tersebut bisa dihapuskan yang

Page 122: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

102

bertujuan untuk mengamankan aset perusahaan serta mencapai keefektivitasan

rancangan sistem pengendalian intern perusahaan. Jika risiko-risiko dalam proses

billing & rating ini terus muncul pada periode berikutnya dan tidak diminimalisir,

maka hal ini mengakibatkan dampak buruk & kerugian secara terus menerus bagi

perusahaan karena subproses ini merupakan subproses yang sangat material dalam

mempengaruhi subproses-subproses yang berikutnya akan dilaksanakan.

Proses A.01.07: Pengakuan Pendapatan POTS

Tabel 4. 2: Risiko dan Pengendalian Proses Pengakuan Pendapatan POTS

Subproses R Description C Description A/M Unit

Penanggung Jawab

A.01.07.01 Ekstraksi Data

Hasil Billing (1/1)

R01

Proses ekstrasi,

transfer, dan validasi tidak

lengkap

C01

Mereview hasil pemeriksaan ekstraksi

dan transfer serta menandatanganinya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS & BB BILLING/

MGR WIRELESS ACCESS &

BROADBAND BILLING

CTRE04 Sistem menampilkan

tahapan status proses A –Application TREMS

R02 Proses Posting tidak lengkap

C02 Mereview hasil

posting dan menandatanganinya

M –Manual

MGR WIRELINE

ACCESS & BB BILLING/

MGR WIRELESS ACCESS &

BROADBAND BILLING

CTRE20 Sistem akan menolak

double posting A –Application TREMS

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application TREMS

Page 123: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

103

Sumber: Diolah dari Siklus Pendapatan POTS PT. Telkom

Subproses pada proses ini lebih sering berkenaan dengan munculnya risiko

pada proses posting yang tidak lengkap dan posting yang tidak balance ke dalam

SAP. Dalam pengendalian risikonya, risiko pada subproses ini ditangani oleh

Manager Wireline Broadband Billing/ Manager Wireless Broadband Billing yang

bertugas untuk mereview hasil posting yang tidak lengkap atau tidak balance serta

mereview ektraksi data hasil billing jika proses ekstraksi data hasil billing tidak

lengkap. Subproses pada proses pengakuan pendapatan ini, lebih banyak dikontrol

oleh aplikasi TREMS yang bekerja secara otomatisasi untuk menolak akses oleh

A.01.07.02 Posting ke SAP (1/1)

R03 Data yang

diposting tidak balance

CTRE05

Aplikasi secara otomatis menolak hasil running/input yang tidak balance

A –Application TREMS

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application TREMS

R04

Data yang diposting tidak

akurat dan atau tidak lengkap

C03

Mereview checklist dan log checking

balance item serta menandatanganinya

M –Manual

MGR PAYMENT INTERFACE OPERATION

CSAP71 Aplikasi akan

mengecek status data not posted

A –Application SAP

CTRE06

Aplikasi akan secara otomatis menolak

input data yang tidak lengkap (mandatory

fields)

A –Application TREMS

CTRE07 Terdapat status hasil reconcile key untuk siap transfer posting

A –Application TREMS

CTRE25

Aplikasi akan mengecek status data

not transferred dan not posted

A –Application TREMS

CTRE26 Aplikasi menghasilkan log checking balance

item A –Application TREMS

Page 124: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

104

personil yang tidak memiliki otorisasi, menolak double posting, mengecek status

data not posted, dan pengendalian aplikasi lain yang dijalankan oleh TREMS pada

subproses dalam proses ini. Risiko-risiko yang terjadi pada subproses ekstraksi

data hasil billing tidak material karena jika risiko-risiko tersebut terjadi, kontrol

yang dilakukan akan mudah dalam menangani risiko-risiko tersebut. Contoh, pada

saat proses posting ke aplikasi TREMS tidak lengkap, Manager Wireline

Broadband Billing/ Manager Wireless Broadband Billing hanya perlu mereview

hasil posting dan mencari kekurangan data yang akan diposting. Sama halnya

dengan subproses posting ke SAP, aplikasi SAP sudah cukup baik dalam

menjalankan kontrolnya secara terotomatisasi dalam menangani data yang

diposting secara tidak lengkap, tidak akurat, atau tidak balance, contoh dengan

cara mengecek status data not transferred atau not posted dan menolak input data

yang tidak lengkap. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan standar SOX

section 404 pada pengendalian tingkat transaksional, kontrol dalam subproses ini

sudah cukup baik dalam menangani risiko-risiko yang muncul serta dapat

meminimalisir risiko-risiko tersebut agar kemungkinan terjadinya risiko-risiko

tersebut sangat kecil untuk terjadi di masa mendatang.

Page 125: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

105

Proses A.01.08: Penerimaan Pendapatan POTS

Tabel 4. 3: Risiko dan Pengendalian Proses Penerimaan Pendapatan POTS

Subproses R Description C Description A/M Unit

Penanggung Jawab

A.01.08.01 Penerimaan Pendapatan

(2/5)

R01

Penerimaan pendapatan

tidak tercatat atau tercatat tidak tepat waktu (flag

‘bayar’ tidak ter-update)

CIPC04

Otomatisasi status (flag) pembayaran

bayar real-time saat terima pembayaran

A –Application INTEGRATED

PAYMENT CONCENTRATOR

CTRE09

Aplikasi secara otomatis membentuk

reconcile key pada saat flagging

A –Application INTEGRATED

PAYMENT CONCENTRATOR

CTRE21

Sistem secara otomatis membuka isolir atas tagihan pelanggan yang

terisolir setelah ada pembayaran/flagging

yang dilakukan

A –Application INTEGRATED

PAYMENT CONCENTRATOR

R02

Pembayaran yang dicatat tidak akurat (yang dicatat tidak sama

dengan yang diterima dan

ditagih)

CIPC02

Informasi jumlah tagihan yang dibayar

tampil secara otomatis di ATM dan tidak

dapat diedit sehingga pelanggan harus membayar sesuai

dengan yang ditagih

A –Application INTEGRATED

PAYMENT CONCENTRATOR

R03

Pengkreditan piutang

pelanggan tidak akurat

(salah pelanggan)

CIPC03

Data pelanggan (nama & no.telepon pelanggan)

ditampilkan untuk konfirmasi sebelum

ATM/ CA memproses pembayaran dan

mengkredit piutang secara otomatis

A –Application INTEGRATED

PAYMENT CONCENTRATOR

Page 126: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

106

A.01.08.01 Penerimaan Pendapatan

(3/5)

R04

Penerimaan pembayaran tercatat tidak akurat (yang dicatat tidak sama dengan yang diterima dan ditagih)

C01

Mereview Tel75 dengan bukti setor /

Rek Koran dan menandatanganinya

M –Manual

MGR BS COLLECTION/

MGR ES COLLECTION &

DEBT MGT - SEGMENT/

ASMAN PAYMENT

COLLECTION/ ASMAN SALES &

CUSTOMER CARE

CTRE09

Aplikasi secara otomatis membentuk

reconcile key pada saat flagging

A –Application

INTEGRATED PAYMENT

CONCENTRATOR / TREMS

R05

Input status pembayaran

dilakukan walaupun tidak ada

pembayaran

C01

Mereview Tel75 dengan bukti setor /

Rek Koran dan menandatanganinya

M –Manual

MGR BS COLLECTION/

MGR ES COLLECTION &

DEBT MGT - SEGMENT/

ASMAN PAYMENT

COLLECTION/ ASMAN SALES &

CUSTOMER CARE

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application

INTEGRATED PAYMENT

CONCENTRATOR / TREMS

R06

Status pembayaran

di-cancel setelah diinput

CIPC09 Status ‘bayar’ tidak

dapat diubah setelah closed harian

A –Application

INTEGRATED PAYMENT

CONCENTRATOR / TREMS

CTRE08

Status ‘bayar’ tidak dapat diubah setelah closed harian kecuali

oleh pihak yang berwenang

A –Application

INTEGRATED PAYMENT

CONCENTRATOR / TREMS

Page 127: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

107

R07

Penerimaan pendapatan tidak meng-

update status isolir

CTRE21

Sistem secara otomatis membuka isolir atas tagihan pelanggan yang

terisolir setelah ada pembayaran/flagging

yang dilakukan

A –Application

INTEGRATED PAYMENT

CONCENTRATOR / TREMS

A.01.08.01 Penerimaan Pendapatan

(4/5)

R08

Penerimaan pembayaran tercatat tidak akurat (yang dicatat tidak sama dengan yang diterima dan ditagih)

CTRE06

Aplikasi menolak input data yang tidak

lengkap (mandatory fields)

A –Application TREMS

CTRE09

Aplikasi secara otomatis membentuk

reconcile key pada saat flagging

A –Application TREMS

CTRE11 Kuitansi tidak dapat dicetak tanpa status

bayar A –Application TREMS

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application TREMS

R09

Input status pembayaran

dilakukan walaupun tidak ada

pembayaran

CTRE08

Status ‘bayar’ tidak dapat diubah setelah closed harian kecuali

oleh pihak yang berwenang

A –Application TREMS

R10

Kuitansi (L11) dapat di-print tanpa status

bayar

CTRE11 Kuitansi tidak dapat dicetak tanpa status

bayar A –Application TREMS

R11

Penerimaan pendapatan tidak meng-

update status isolir

CTRE21

Sistem secara otomatis membuka isolir atas tagihan pelanggan yang

terisolir setelah ada pembayaran/flagging

yang dilakukan

A –Application TREMS

A.01.08.01 Penerimaan Pendapatan

(5/5)

R12

Ikhtisar pembayaran

berbeda dengan

C02

Mereview laporan hasil rekonsiliasi dan menandatanganinya

secara bulanan

M –Manual MGR BILLCOS PARTNERSHIP

Page 128: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

108

rekening koran

CTRE06

Aplikasi menolak input data yang tidak

lengkap (mandatory fields)

A –Application TREMS

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application TREMS

A.01.08.02 Posting ke SAP (1/1)

R22 Data yang

diposting tidak balance

CTRE05 Aplikasi menolak hasil

running/input yang tidak balance

A –Application TREMS

R23

Data yang diposting tidak

akurat dan atau tidak lengkap

C09 Mereview checklist

dan menandatanganinya

M –Manual MGR PAYMENT

INTERFACE OPERATION

CSAP71 Aplikasi akan

mengecek status data not posted

A –Application SAP

CTRE06

Aplikasi menolak input data yang tidak

lengkap (mandatory fields)

A –Application TREMS

CTRE07 Terdapat status hasil reconcile key untuk siap transfer posting

A –Application TREMS

CTRE25

Aplikasi akan mengecek status data

not transferred dan not posted

A –Application TREMS

CTRE28

Aplikasi menolak akses oleh personil yang

tidak mendapat otorisasi

A –Application TREMS

Sumber: Diolah dari Pendapatan POTS PT. Telkom

Subproses pada proses ini lebih banyak dikontrol oleh aplikasi Integrated

Payment Concentrator dalam menangani risiko-risiko yang muncul pada proses

ini. Risiko yang muncul biasanya berupa proses flagging pembayaran yang

terotomatisasi tidak ter-update di saat pelanggan telah melakukan pembayaran.

Kontrol yang dilakukan oleh aplikasi, tidak hanya dikontrol oleh Integrated

Payment Concentrator, akan tetapi juga dikontrol oleh TREMS seperti mengontrol

Page 129: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

109

terjadinya risiko tidak ter-update nya status isolir pelanggan. Subproses pada

proses ini juga mengontrol data yang tidak ter-posting dengan menggunakan

aplikasi SAP. Keseluruhan pengendalian ini, juga tidak lepas dari kontrol manual,

yaitu kontrol yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam

menangani proses penerimaan pendapatan ini seperti Manager Bilcoss

Partnership, Manager Payment Interface Operator, atau Asman Sales & Cutomer

Care. Dalam subproses ini, aplikasi Integrated Payment Concentrator berperan

baik dalam menangani subproses penerimaan pendapatan ini dan kontrol-kontrol

yang dilakukan oleh Integrated Payment Concentrator ini sudah secara

menyeluruh menangani risiko otomatisasi flagging baik di saat pelanggan telah

melakukan pembayaran sesuai dengan tagihan yang ditagih ataupun pelanggan

belum melakukan pembayaran, terlebih dibantu dengan aplikasi TREMS dalam

pembatasan akses serta aplikasi SAP dalam hal posting data dalam subproses ini.

Kontrol-kontrol manual dengan cara mereview bukti-bukti pembayaran dari bukti

fisik dan dibandingkan dengan bukti pembnayaran yang terdata di aplikasi

perusahaan juga sudah cukup baik dalam perannya menangani subproses

penerimaan pendapatan ini. Jika dibandingkan dengan standar SOX section 404

pada pengendalian tingkat transaksional, kontrol-kontrol yang dilakukan baik

secara manual ataupun aplikasi dalam subproses ini sudah cukup baik dalam

menangani risiko-risiko yang ada dan kontrol-kontrol yang ada ini berpotensi

untuk menghapuskan risiko-risiko yang sering terjadi atau setidaknya

meminimalisir risiko-risiko pada revisi bisnis proses periode-periode berikutnya.

Page 130: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Bisnis proses dalam siklus pendapatan POTS memiliki tahapan-tahapan

yang secara keseluruhan menggambarkan prosedur yang telah dilaksanakan sejak

lama oleh PT. Telkom termasuk PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan dan

prosedur yang diterapkan juga telah sesuai dengan pedoman SOX section 404.

Sebagian besar, tahapan-tahapan yang berkenaan dengan siklus pendapatan ini,

dikelola oleh Telkom di masing-masing kantor divisi regionalnya, sebab

pendapatan PT. Telkom di masing-masing divisi regionalnya akan berbeda satu

sama lain. Setiap kantor Telkom divisi regional juga akan bersinergi dengan

kantor pusat Telkom dalam mengelola siklus pendapatan ini. PT. Telkom Divisi

Regional Kalimantan telah menerapkan semua tahapan-tahapan ini dengan baik

karena tahapan-tahapan bisnis proses ini bisa dijadikan pedoman dalam setiap

operasi di Telkom dan sudah efektif dalam penerapannya karena memang sudah

diterapkan sejak lama. Akan tetapi, dalam tahapan-tahapan ini, risiko-risiko akan

tetap muncul dalam penerapannya, sebab, risiko-risiko yang ada hanya bisa

diminimalisir dan tidak bisa dihapuskan secara total dengan pengendalian-

pengendalian yang sudah diatur dalam bisnis proses baik pengendalian secara

manual ataupun aplikasi. Contoh, risiko-risiko yang biasanya muncul dalam siklus

pendapatan POTS ini adalah berasal dari kegiatan inti siklus ini yang mencakup

Page 131: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

111

proses billing hingga penerimaan pendapatan. Biasanya, risiko yang sering

muncul adalah berkaitan dengan billing yang masih belum dibayar oleh pelanggan

pada saat jatuh tempo sehingga berpengaruh pula terhadap total penerimaan

pendapatan Telkom. Dalam kasus tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

risiko tersebut sebagian besar muncul dari eksternal perusahaan dan tidak hanya

dari internal perusahaan sehingga risiko tersebut tidak dapat dihapuskan secara

total dan hanya bisa diminimalisir dengan layanan baik yang diberikan oleh

Telkom kepada pelanggan.

5. 2 Saran

Disarankan kepada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan bahwa bisnis

proses yang terdiri dari berbagai tahapan seperti bisnis proses dalam siklus

pendapatan POTS harus selalu direvisi yang mana akan menghapuskan risiko-

risiko yang ada untuk periode berikutnya atau setidaknya meminimalkan

terjadinya risiko-risiko tersebut. Dalam melakukan revisi, perusahaan bisa meng-

upgrade aplikasi yang ada agar aplikasi tersebut bisa lebih tepat waktu dalam

mencegah risiko-risiko yang akan muncul, meningkatkan tanggung jawab kepada

pihak-pihak yang beperan dalam tanggung jawabnya untuk mengelola bisnis

proses, lalu PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan juga bisa memberikan

sosialisasi jika ada perubahan kebijakan atau penyesuaian kemajuan teknologi

yang diterapkan di dalam pihak internal Telkom itu sendiri. Layanan yang

diberikan kepada pelanggan juga harus ditingkatkan dengan baik dan pastinya

untuk mencapai pelayanan yang baik, dibutuhkan pula SDM yang baik pula dalam

kompetensinya untuk melaksanakan prosedur sesuai dengan bisnis proses SOX

Page 132: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

112

dan melayani pelanggan dengan baik. Seperti dalam hal billing yang

membutuhkan ajakan dengan sopan dan ramah agar pelanggan mau membayar

billing yang telah dikirimkan kepada pelanggan.

Page 133: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

113

DAFTAR PUSTAKA

Amanina, Ruzanna. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Proses

Pemberian Kredit Mikro (Studi pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) tbk.

Cabang Majapahit Semarang). E-prints Universitas Diponegoro. 2011

Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dkk. Modern Auditing, 8th

Edition.

United States of America: John Wiley & Sons, Inc. 2006

Hapsari, Putri D.. Evaluasi Sistem Pengendalian Internal atas Informasi

Akuntansi Pendapatan pada BMW Sales Operation Surabaya. Journal of

Brawijaya University. 2012

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. 2014

Iliev, Peter. The Effect of SOX Section 404: Costs, Earnings Quality, and Stock

Prices. The Journal of Finance, Vol. 65, No. 3. 2010

Kieso E. Donald, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. Intermediate Accounting,

IFRS Edition, Volume 1. United States of America: John Wiley & Sons,

Inc. 2011

Kontus, Eleonora. Management of Account Receivable in A Company. ProQuest

Documents Vol. 22. 2013

Leitch, Philip, Dawne Lamminmaki. Refining Measures to Improve Performance

Measurement of the Accounts Receivable Collection Function. Journal of

JAMAR. 2011

Mihaela, Dumitrascu, Savulescu Iulian. Internal Control and Impact on

Corporate Governance, in Romanian Listed Companies. Journal of

Eastern Europe Research in Business & Economics. 2012

Nahampun, Yesshy. Pengaruh Undang-Undang Sarbanes Oxley terhadap

Pengendalian Internal, Pengendalian Aplikasi dan Laporan Keuangan

pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi. 2010

PT. Telkom. Laporan Tahunan. www.telkom.co.id. 2014

PT. Telkom. Metodologi ICOFR. 2015

PT. Telkom. Siklus Pendapatan POTS. 2015

PT. Telkom. Manual Organisasi Divisi Regional. 2015

Razy, Nur F., Analisis Pengendalian Internal atas Siklus Pendapatan Jasa (Studi

Kasus pada Hotel Griyadi Montana Malang). 2012

Page 134: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

114

Reeve, James M., Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, dkk. Principles of

Accounting (Indonesia Adaptation). Jakarta: Salemba Empat. 2012

Romney, Marshall B., Paul J. Steinbart. Accounting Information System, 9th

Edition. Jakarta: Salemba Empat. 2006

Rosenthal, Leonard, Kimberly C. Gleason, Jeff Madura. To Be or Not To Be

Public: The Impact of SOX. Quarterly Journal of Finance and Accounting,

Vol. 50, No. 2.2011

Saraswati, Lukyta, I Ketut Yadnyana. Pengaruh Struktur Pengendalian Intern

terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit pada Koperasi Simpan Pinjam

di Kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2014

Sekaran, Uma. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2014

Title and Section of SOX. www.findlaw.com. 2002

Tunji, Siyanbola T. Effective Internal Control System as Antidote for Distress in

The Banking Industry in Nigeria. http://www.projournals.org/JEIBR. 2013

The Guardian Newspaper. Toshiba Boss Quits over £780m Accounting Scandal.

www.theguardian.com. 2015

The 10 Worst Corporate Accounting Scandals All of Time. www.accounting-

degree.org

Page 135: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

115

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS

Page 136: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

116

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 137: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

117

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (Lanjutan)

Page 138: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

118

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 139: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

119

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (Lanjutan)

Page 140: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

120

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 141: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

121

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 142: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

122

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 143: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

123

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (Lanjutan)

Page 144: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

124

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (lanjutan)

Page 145: ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33333/1/RIAN...i ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS

125

Lampiran 4. 1 Bisnis Proses dalam Pendapatan POTS (Lanjutan)