Sara Sorayya Ermuna - 25413056

10

Click here to load reader

description

aya

Transcript of Sara Sorayya Ermuna - 25413056

  • HALAMAN DEPAN TUGAS MATA KULIAH

    PROGRAM PASCASARJANA PERENCANAAN WILAYAH DAN

    KOTA

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    SEMESTER 1, 2013-2014

    Kode dan Nama Mata

    Kuliah

    PL 5102 / Environment and Resources

    Tugas # 1

    Nama Dosen Pengampu Ir. Teti Armiati Argo MES. Ph.d

    Judul Tugas Daya Dukung Lahan Kota Banjarbaru Berdasarkan

    Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan

    Saya menyatakan bahwa:

    - Tugas yang saya kumpulkan ini adalah tugas yang saya kerjakan sendiri dan saya siap bertanggungjawab atas keseluruhan isi;

    - Segala usaha untuk menyitir tulisan orang lain (tidak terbatas namun termasuk dari buku, artikel jurnal, tulisan tak terpublikasi, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain, dan lainnya) telah direferensikan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah akademik yang baku dan berlaku, dan;

    - Plagiarisme merupakan tindak akademis tak terhormat dan patut mendapatkan sangsi seperti yang tercantum dalam Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2013.

    Nama

    Sara Sorayya Ermuna

    NIM

    25413056

    Tanggal Masuk

    Tanda Tangan

    20 Desember 2013

  • Daya Dukung Lahan Kota Banjarbaru Berdasarkan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan

    Lahan

    Sara Sorayya Ermuna - 25413056

    1. Pendahuluan

    Kota Banjarbaru merupakan kota kedua yang terbentuk di Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1999

    setelah memisahkan diri dari Kabupaten Banjar. Selain itu, Kota Banjarbaru juga merupakan salah satu

    Kawasan Strategis Propinsi Kalimantan Selatan (KSP Banjar Bakula) bersama dengan Kota Banjarmasin dan

    Kabupaten Banjar. Kota Banjarbaru merupakan salah satu kota di Propinsi Kalimantan Selatan yang memiliki

    pertumbuhan sangat pesat, baik terhadap indeks pembangunan manusia yang berada pada peringkat 1 untuk

    tingkat propinsi serta pertumbuhan pada tingkat perekonomian. Sektor utama adalah perdagangan dan jasa

    merupakan sektor basis yang menonjol di Kota Banjarbaru dengan realisasi jumlah PBB yang diterima

    sebesar Rp. 21.988.560.590,- dimana melebihi ekspektasi rencana penerimaan target (Kalimantan Selatan

    Dalam Angka, 2012) atau menyumbang sebesar 5% dari realisasi pajak bumi dan bangunan di tingkat

    propinsi. Perkembangan sektor jasa dan perdagangan di Kota Banjarbaru menyumbang sebesar 19,08% dan

    18,52% terhadap pendapatan asli Kota Banjarbaru (BPS Kota Banjarbaru, 2010). Daya tarik yang terdapat di

    Kota Banjarbaru berupa sarana yang lengkap, baik sarana pendidikan dimana terdapat beberapa perguruan

    tinggi, salah satunya adalah Universitas Lambung Mangkurat, dan sarana lainnya, yakni instansi dan

    perkantoran tingkat propinsi yang tersebar di Kota Banjarbaru, sarana perdagangan skala besar, maupun dari

    sektor pertambangan adalah pertambangan intan dan emas.

    Adanya perkembangan investasi dan usaha di Kota Banjarbaru tentunya akan semakin memberikan daya

    tarik Kota Banjarbaru. Hal ini tercermin peningkatan jumlah penduduk di Kota Banjarbaru yang sejak tahun

    2008 hingga tahun 2013 memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk 7% dengan jumlah penduduk saat ini

    sebesar 214287 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 538 jiwa/km2. Di samping itu, jika dilihat

    perkembangan ekonomi berdasarkan lapangan usaha, diketahui bahwa sektor pertanian semakin menurun

    yang juga diikuti dengan menurunnya jumlah lahan pertanian dan perkebunan (Kota Banjarbaru dalam Angka

    2008-2013). Lapangan usaha sektor pertanian pada tahun 2008 memberikan prosentase sebesar 5,59%

    terhadap pendapatan daerah Kota Banjarbaru tetapi pada tahun 2012, prosentase pertanian menurun menjadi

    3,77%. Hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan sektor jasa dan perdagangan yang pada tahun 2008

    berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 7,45% dan 6,14%. Hingga pada tahun 2013, mengalami

    peningkatan secara terus menerus dan stabil pada kedua sektor sebesar 6,72% untuk sektor perdagangan dan

    8,1% untuk sektor jasa (Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013).

    Semakin meningkatnya jumlah penduduk, tentunya lahan yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula

    terutama untuk kebutuhan lahan perumahan. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya pembukaan lahan

    perumahan di Kota Banjarbaru, terutama di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan. Isu lainnya

    yang mendukung pembukaan lahan untuk menjadi lahan terbangun di Kota Banjarbaru adalah pemindahan ibu

    kota pemerintahan Kalimantan Selatan dari Kota Banjarmasin ke Kota Banjarbaru. Hal tersebut dapat dilihat

    dengan adanya perpindahan kantor pemerintahan berupa Kantor Gubernur dan Sekretaris Daerah sejak tahun

  • 2012 lalu ke Kota Banjarbaru. Selain itu, perkembangan fasilitas dan sarana juga akan semakin meningkat

    seiring adanya peningkatan jumlah penduduk. Salah satu pengembangan fasilitas yang menjadi salah satu

    magnet Kota Banjarbaru adalah dengan dibangunnya 2 pusat perbelanjaan skala besar dalam kurun waktu 2

    tahun terakhir. Oleh karena itu, perlu diketahui daya dukung lahan untuk mengetahui kapasitas daya tampung

    Kota Banjarbaru pada saat ini.

    Berdasarkan daya dukung lahan tersebut, maka dapat diketahui apakah ketersediaan lahan yang ada di

    Kota Banjarbaru dapat menampung jumlah kebutuhan lahan penduduk yang berada di Kota Banjarbaru.

    Selain itu, dapat diarahkan beberapa strategi yang sesuai dengan perkembangan Kota Banjarbaru terkait untuk

    mengurangi dan mencegah penurunan daya dukung lahan.

    2. Rumusan Masalah dan Tujuan

    Tulisan ini akan membahas daya dukung lahan Kota Banjarbaru. Hal ini perlu dilakukan mengingat peran

    Kota Banjarbaru sebagai salah satu kawasan strategis propinsi, yakni KSP Banjar Bakula. Tulisan ini akan

    memaparkan mengenai beberapa hal sebagai berikut.

    a. Mengetahui daya dukung lahan Kota Banjarbaru berdasarkan perhitungan dari Permen LH No. 17 Tahun

    2009 mengenai daya dukung lingkungan.

    b. Memberikan rekomendasi yang sesuai berdasarkan perhitungan daya dukung lahan Kota Banjarbaru.

    3. Metodologi

    Metodologi yang digunakan untuk pembahasan ini adalah kajian literatur mengenai daya dukung

    lingkungan berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan lahan. Perhitungan daya dukung lingkungan dihitung

    berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 mengenai daya dukung lahan. Adapun data yang dibutuhkan

    untuk menghitung daya dukung lahan adalah sebagai berikut.

    a. Jenis dan harga masing-masing komoditas dalam satuan yang telah disamakan. Hal ini bertujuan untuk

    mengetahui total produksi pada masing-masing komoditas dalam 1 tahun. Jenis dan jumlah komoditas

    pertanian didapatkan dari Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013 (data tahun 2012) serta harga

    masing-masing komoditas didapatkan dari data statistik komoditas pertanian tahun 2012.

    b. Harga satuan beras di tingkat produsen, dalam hal ini harga satuan beras didapatkan dari data statistik

    harga komoditas pertanian tahun 2012 berdasarkan masing-masing propinsi di Indonesia yang

    dipublikasikan oleh Kementerian Pertanian.

    c. Data mengenai rata-rata produktivitas beras di Kota Banjarbaru yang didapatkan pula dari Kota

    Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013.

    Data yang digunakan merupakan data sekunder, yang sebagian besar merupakan data statistic yang dapat

    diakses di website Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarbaru. Selain itu,

    ketiadaan data terhadap suatu komoditas disesuaikan terhadap studi terdahulu yang telah dikemukakan

    (Meliani, 2013, Daya Dukung Lingkungan Kecamatan Rasau Jaya Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan

    Lahan). Keseluruhan data tersebut akan digunakan dalam perhitungan ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan

    yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009.

  • 4. Tinjauan Literatur

    1) Definisi dan Konsep Daya Dukung Lingkungan

    Definisi daya dukung lingkungan menurut UU No. 32 Tahun 2009, daya dukung lingkungan hidup

    didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk

    hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Sementara itu, daya dukung menurut Odum (1971) merupakan

    salah satu cara dalam mengelola sumber daya dengan mengetahui batasan penggunaan dari suatu wilayah dari

    beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan terhadap lingkungan. Hal serupa dikemukakan oleh

    Soerianegara (1977) dalam Claroline dimana mendefinisikan daya dukung lingkungan dari perspektif

    kebutuhan manusia sebagai jumlah individu yang dapat ditampung oleh satuan luas sumber daya dan

    lingkungan dalam keadaan sejahtera. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa

    komponen yang berpengaruh dalam penilaian daya dukung lingkungan adalah luas lahan yang tersedia untuk

    menunjung kebutuhan manusia.

    Selain itu, menurut Lenzen dan Murray (2003) dalam Claroline menyatakan bahwa kebutuhan manusia

    akan lingkungan dapat dinyatakan dengan luasan lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan manusia

    dan disebut ecological footprint. Sementara itu, Khanna et al (1999) dalam Dwi (2010) dan Claroline

    menyatakan bahwa daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2, yakni kapasitas penyediaan (supportive

    capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Diketahuinya daya dukung lahan dapat

    menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan

    penyediaan produk hayati yang berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan fungsi lingkungan hidup.

    Indikator Penilaian Daya Dukung Lingkungan

    Sumber: (Rolasisasi; 2007 dalam Claroline;

    http://lms.unhas.ac.id/claroline/backends/download.php?url=LzE1LURBWUFfRFVLVU5HLmRvY3g%3D&cidReset=t

    rue&cidReq=PSL2310)

    Jika digambarkan, ilustrasi mengenai daya dukung terbagi menjadi 4 bagian, yakni.

    a. Daya dukung lingkungan maksimum ketikan sumber daya yang ada pada kondisi eksisting telah

    dimanfaatkan dalam kondisi maksimal serta melebihi daya dukung sumber daya untuk memenuhi

    kebutuhan populasi.

    b. Daya dukung subsistem ketika penggunaan sumber daya melebihi kapasitas daya tampung sumber daya

    tetapi populasi belum mencapai titik optimum sehingga melebihi kebutuhan populasi dan diasumsikan

    masih dapat melayani kebutuhan populasi dalam beberapa kurun waktu ke depan.

  • c. Daya dukung suboptimum, ketika penggunaan sumber daya yang ada berada di bawah kebutuhan populasi

    d. Daya dukung optimum, terjadi ketika daya tampung sumber daya berada di bawah rata-rata kebutuhan

    populasi.

    2) Perhitungan daya dukung lingkungan

    Perhitungan daya dukung lingkungan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan konsumsi energy atau

    makanan maupun melalui perhitungan kebutuhan lahan (Rees 1996; Richard 2002 dalam Dwi; 2010).

    Perhitungan kebutuhan lahan dapat diklasifikasikan berdasarkan 2 cara, yakni. (PerMen LH No. 17 Tahun

    2009 dan Meadows; 1995 dalam Murai;1996)

    a. Melalui perhitungan kepadatan penduduk pada wilayah yang dikaji dan disesuaikan dengan jumlah

    penduduk yang masih dapat didukung oleh area tersebut (Richard, 2002 dalam Dwi; 2010). Salah satu

    kriteria pembangunan berkelanjutan juga dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk dengan tidak

    melebihi 50 orang/ha (Meadows;1995 dalam Murai; 1996). Sementara itu, untuk kepadatan penduduk

    mencapai 100-150 orang/ha, maka tingkat keberlanjutan dikatakan kritis sedangkan jika lebih dari 200

    orang/ha maka arah pembangunan menuju pada tingkat merusak.

    b. Melalui pendekatan perhitungan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di

    suatu wilayah sehingga dapat diketahui gambaran umum daya dukung lahan di Kota Banjarbaru berada

    pada keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan di Kota

    Banjarbaru masih mencukupi kebutuhan akan produksi hayati setempat. Sementara itu, jika keadaan

    defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat tidak dapat memenuhi kebutuhan terhadap

    produksi hayati.

    Gambar 1 Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan

    Sumber: Permen LH No. 17 Tahun 2009

    Tabel 1 Penentuan Status Daya Dukung Lahan Berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan

    Keterangan:

    SL = Ketersediaan lahan (ha)

    Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi

    (satuan tergantung kepada jenis komoditas)

    Komoditas yang diperhitungan meliputi

    pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan

    dan perikanan.

    Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas

    (Rp/satuan) di tingkat produsen

    Keterangan:

    DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)

    N = Jumlah penduduk (orang)

    KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per

    penduduk:

    a. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi

    produktifitas beras lokal.

    b. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton

  • Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat

    produsen

    Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

    setara beras/kapita/tahun.

    c. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat menggunaan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar

    2400 kg/ha/tahun.

    Interpretasi

    Ketersediaan lahan (Sl) > Kebutuhan lahan (Dl) maka daya dukung

    lahan tergolong surplus dan masih dapat menampung hingga mencapai

    batas ketersediaan lahannya.

    Ketersediaan lahan (Sl) < Kebutuhan Lahan (Dl) maka daya dukung

    lahan tergolong defisit dimana ketersediaan lahan eksisting saat ini

    sebenarnya sudah tidak mampu untuk menampung kebutuhan lahan

    penduduk saat ini. Oleh karena itu, dapat dilakukan beberapa tindakan

    intervensi dan strategi yang disesuaikan pada masing-masing wilayah.

    Sumber: Permen LH No. 17 Tahun 2009

    5. Diskusi dan Pembahasan

    Perhitungan ketersediaan lahan didasarkan pada ketersediaan produksi aktual yang terdapat di Kota

    Banjarbaru berdasarkan data sekunder yang ada. Diketahui bahwa di Kota Banjarbaru, sektor yang berbasis

    sumber daya alam ditunjukkan pada sektor pertanian, dengan komoditas padi lokal dan jagung. Sementara itu,

    untuk perkembangan sektor lainnya minim. Data produksi aktual dan produktivitas beras didapatkan dari Kota

    Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013. Sementara itu, untuk harga satuan setiap jenis komoditas dan harga

    beras di tingkat produsen didapatkan dari data Statistik Pertanian Tahun 2012. Hasil perhitungan daya dukung

    lahan menunjukkan bahwa ketersediaan lahan di Kota Banjarbaru adalah sebesar 20133,92 Ha dengan

    kebutuhan lahan sebesar 60654.18 Ha. Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat diketahui bahwa

    ketersediaan lahan di Kota Banjarbaru kurang dari kebutuhan lahan dari penduduk yang terdapat di Kota

    Banjarbaru. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi daya dukung lahan di Kota Banjarbaru mengalami

    defisit. Jika diilustrasikan berdasarkan pembagian kategori daya dukung lahan yang dikemukakan oleh

    Rolasisasi (2007) dalam Claroline, maka Kota Banjarbaru terletak pada kondisi daya dukung maksimum. Hal

    tersebut mengindikasikan bahwa sumber daya yang ada pada kondisi eksisting telah dimanfaatkan secara

    maksimal hingga melebihi untuk memenuhi konsumsi populasi. Tabel 2 menunjukkan akumulasi data yang

    dibutuhkan untuk setiap komoditas yang terdapat di Kota Banjarbaru hingga akhirnya didapatkan nilai

    kebutuhan dan ketersediaan lahan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009.

    Penyebab dari menurunnya daya dukung lahan di Kota banjarbaru sangat dipengaruhi oleh penggunaan

    lahan produktif dan jumlah penduduk yang ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kepadatan Kota

    Banjarbaru mencapai 538 jiwa/km2. Strategi yang dapat dikembangkan untuk mencegah penurunan daya

    dukung lahan (Hardjasoemantri; 1989 dalam Meliani; 2013), maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai

    berikut.

    1) Konversi lahan, dengan mengubah jenis penggunaan lahan ke arah usaha yang lebih menguntungkan

    dengan menyesuaikan kondisi wilayah. Konversi lahan yang terjadi pada Kota Banjarbaru saat ini

    dialihkan pada bentuk-bentuk fungsi terbangun, dan bukan konversi lahan yang bertujuan untuk

    mendiversifikasi jenis komoditas yang sesuai. Konsep konversi lahan yang dapat disesuaikan

    penerapannya di Kota Banjarbaru disesuaikan dengan perencanaan perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup, yang dapat dilakukan dengan inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah

  • ekoregion, dan penyusunan RPPLH. Inventarisasi lingkungan hidup dimaksudkan agar dapat diketahui

    cadangan sumber daya alam yang sesuai di Kota Banjarbaru. Sementara itu, dalam penetapan wilayah

    ecoregion harus mempertimbangkan karakteristik fisik dan binaan kawasan, yakni topografi, iklim, flora

    dan fauna, serta tingkat perekonomian dan sosial budaya masyarakat.

    2) Intensifikasi lahan, yakni dengan menggunakan teknologi dan inovasi baru dalam bertani. Hal ini dapat

    diterapkan dengan dilakukannya konsep urban farming, yakni dengan melakukan penanaman pada lahan

    milik sendiri, dan dapat dilakukan di rumah. Adapun jenis tanaman yang dapat dijadikan pilihan dalam

    urban farming adalah jenis tanaman dan sayuran yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

    3) Konservasi lahan, yaitu dengan mencegah atau menetapkan lahan-lahan untuk tidak teralih fungsi menjadi

    lahan terbangun.

    Bentuk penerapan lainnya untuk mengurangi dan mencegah terjadinya penurunan daya dukung lahan

    di Kota Banjarbaru adalah dengan penegasan kebijakan. Sebagaimana diketahui, penerapan kebijakan

    mengenai perijinan untuk mendirikan bangunan maupun kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL) mudah

    diabaikan ketika wilayah tersebut masih memiliki ketersediaan lahan yang luas. Namun, jika hal tersebut terus

    menerus dilakuka tentunya akan terjadi konversi lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Dampak dari hal

    ini sudah dapat dirasakan, dimana saat ini Kota Banjarbaru sangat rawan terhadap banjir dan genangan

    (Banjarmasin Post, 2012; Antara News, 2008). Hal ini dimungkinkan salah satunya karena kurangnya area

    resapan di Kota Banjarbaru.

    Kota Banjarbaru pada dasarnya bukan kota yang berbasis sektor pertanian, sehingga kontribusi dan

    luasan lahan pertanian di Kota Banjarbaru cenderung lebih sedikit jika dibandingkan kabupaten lain di

    Propinsi Kalimantan Selatan. Sejalan dengan fenomena perkotaan lainnya, dimana kegiatan perkotaan

    khususnya diasumsikan pada penerapan kegiatan terbangun dan didukung pula dengan semakin meningkatnya

    fasilitas di Kota Banjarbaru pada saat ini. Oleh karena itu, jika kondisi Kota Banjarbaru tidak dapat dibatasi

    perkembangannya, maka pemerintah Kota Banjarbaru harus mempertimbangkan untuk memberikan

    melakukan imbal jasa lingkungan terhadap kawasan sekitarnya, terutama Kabupaten Tanah Laut yang

    memiliki basis utama yakni sektor pertanian dan perkebunan. Fungsi Kota Banjarbaru dalam penerapan imbal

    jasa lingkungan ini adalah sebagai penerima jasa dan Kabupaten Tanah Laut sebagai penyedia jasa. Walaupun

    tingkat pembangunan dan kepadatan Kota Banjarbaru masih di bawah Kota Banjarmasin sebagai ibukota

    Propinsi, tetapi Kota Banjarbaru memiliki nilai ekonomi lahan yang tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari

    semakin meningkatnya jumlah penduduk dan fasilitas dimana dapat diasumsikan bahwa preferensi penduduk

    yang tinggal di luar Kota Banjarbaru cenderung akan memilih Kota Banjarbaru dibandingkan Kota

    Banjarmasin.

    Berdasarkan hasil kajian mengenai daya dukung lingkungan, diketahui bahwa Kota Banjarbaru telah

    mengalami daya dukung lahan pada kondisi maksimum yang diakibatkan adanya kebutuhan lahan yang jauh

    lebih besar dari ketersediaan lahan yang ada untuk memenuhi kebutuhan populasi.

  • Tabel 2 Perhitungan Ketersediaan Lahan dan Kebutuhan Lahan Kota Banjarbaru

    No. Komoditas Satuan Produksi Asumsi berat Produksi (kg) Nilai Satuan (Rp/kg) Nilai Produksi

    1 Padi sawah ladang Ton 6988.14 6988140 8950 62543853000

    2 Jagung Ton 104

    104402 2237.93 233644367.9

    3 Ubijalar Ton 165 165000 1500 247500000

    4 Sayuran Ton 75924 75924000 4000 303696000000.00

    5 Bawang daun Kw 2624 262400 4000 1049600000

    6 Sawi Kw 10131 1013100 5627.82 5701544442

    7 Kcg panjang Kw 9036 903600 5074.04 4584902544

    8 Cabe merah Kw 5260 526000 18052.73 9495735980

    9 Cabe rawit Kw 1802 180200 34884.21 6286134642

    11 Tomat Kw 5951 595100 9415.93 5603419943

    12 Terung Kw 8673 867300 3682.42 3193762866

    13 Buncis Kw 4974 497400 6,942.68 3453289032

    14 Ketimun Kw 8346 834600 3881.77 3239725242

    15 Kangkung Kw 10081 1008100 2819.88 2842721028

    16 Bayam Kw 5392 539200 4,310.31 2324119152

    19 Durian Kw 268 26800 5000 134000000

    22 Jeruk siam Kw 1195 119500 4000.61 478072895

    24 Mangga Kw 4560 456000 4701.01 2143660560

    25 Nangka Kw 894 89400 3015.71 269604474

    27 Pepaya Kw 847 84700 2184.15 184997505

    28 Pisang Kw 358 35800 5265.5 188504900

    30 Sawo Kw 65 6500 3333.71 21669115

    32 Sukun Kw 107 10700 3500 37450000

    33 Ikan Mas Ton 118.6 118600 5000 593000000

    34 Ikan Nila Ton 500.24 500240 3000 1500720000

    35 Ikan Patin Ton 1053.4 1053400 4000 4213600000

    36 Ikan Bawal Ton 97.74 97740 5000 488700000

    37 Kerbau Ekor 12 350 kg/ekor 4200 44521.29 186989418

    38 Sapi Ekor 2275 300 kg/ekor 682500 26,510.92 18093702900

    39 Kambing Ekor 3960 3960 1000000/ekor 3960000000

    40 Babi Ekor 621 75 kg/ekor 46575 18835.63 877269467.3

    41 Ayam buras Ekor 502500 1.8 kg/ekor 904500 36000.00 32562000000

    42 Ayam potong Ekor 4170407 2kg/ekor 8340814 18,000 150134652000.00

    46 Itik Ekor 14325 2kg/ekor 28650 30000 859500000

    47 Karet Ton 548 548000 7780 4263440000

    48 Kelapa dalam Ton 90 90000 3,140.79 282671100

    49 Kelapa sawit Ton 24 24000 1100 26400000

    Total 635996556573.11

    Harga satuan beras di Produsen Rp. 8950, 00

    Produktivitas beras 3532.93 Kg/Ha

    Ketersediaan lahan 20113.92 Ha

    Jumlah penduduk Kota Banjarbaru 214287

    kebutuhan hidup layak 1 ton/kapita/ha

    Rata-rata produktivitas beras 3532.93 kg/ha

    Kebutuhan lahan 60654.18 Ha

    Perbandingan ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan 20113.92 < 60654.18

    SL < DL Daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

    Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013, Statistik Pertanian Tahun 2012, Meliani (2013); Data Diolah

  • 6. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisa terhadap daya dukung lahan Kota Banjarbaru, diketahui bahwa Kota Banjarbaru

    berada pada kelas daya dukung lahan maksimum, dimana telah menggunakan sumber daya yang ada secara

    berlebihan. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan jumlah penduduk dan ketersediaan sarana

    serta prasarana di Kota Banjarbaru yang semakin meningkat. Upaya yang dapat dilakukan untuk

    meminimalisir dan mencegah penurunan daya dukung lahan di Kota Banjarbaru adalah dengan melakukan

    tindakan teknis terkait dengan penggunaan lahan di Kota Banjarbaru, maupun dengan penerapan kebijakan

    yang lebih ketat terhadap alih fungsi lahan agar sumber daya yang ada saat ini tetap dapat menampung

    kebutuhan populasi. Bentuk penerapan kebijakan terhadap alih fungsi lahan terutama dalam aspek perijinan,

    dimana sebaiknya setiap pembangunan permukiman dan sarana di Kota Banjarbaru harus memiliki kajian

    AMDAL maupun penegasan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

    7. Saran

    Data yang dikaji untuk penelitian ini hanya berupa data sekunder yang dapat diakses dengan mudah pada

    badan pusat statistik. Kelemahan dari penggunaan data sekunder ini adalah terbatasnya data dan akurasi data.

    Oleh karena itu, sebaiknya selain menggunakan data sekunder, dilakukan cross-check terhadap dinas yang

    terkait secara langsung, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan agar data

    yang didapat lebih akurat dan perhitungan daya dukung lahan dapat secara sesuai menggambarkan kondisi

    daya dukung lahan di Kota Banjarbaru.

    8. Daftar Pustaka

    Anonim. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung

    Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. 2009.

    Anonim. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. 2009.

    Anonim. Statistik Harga Komoditas Pertanian Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementerian pertanian. 2012.

    Anonim. Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2012. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi

    Kalimantan Selatan. 2012.

    Anonim. Kota Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2012. Banjarbaru: Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru.

    2013.

    Claroline. Daya Dukung Lingkungan. (Online,

    http://lms.unhas.ac.id/claroline/backends/download.php?url=LzE1LURBWUFfRFVLVU5HLmRvY3

    g%3D&cidReset=true&cidReq=PSL2310, diakses tanggal 17 Desember 2013).

    Dwi, IK. Bab II Tinjauan Pustaka. (Online,

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56552/BAB%20II.%20TINJAUAN%20PUS

    TAKA.pdf?sequence=4, diakses 17 Desember 2013). Bogor: IPB. 2010.

    Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Philadelphia. Sounders Company ltd.

    Meliani, Diah. 2013. Daya Dukung Lingkungan Kecamatan Rasau Jaya Berdasarkan Ketersediaan

    Dan Kebutuhan Lahan. Pontianak: Universitas Tanjungpura. 2013. (Online,

    http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/download/1806/1756, diakses tanggal 17

    Desember 2013).

  • Lembar Evaluasi

    Nama Mahasiswa: Sara Sorayya Ermuna

    NIM: 25413056

    No. Tugas: 1

    Skema Penilaian Komentar

    1. Presentasi paper

    Judul, nama, dan NIM tertulis lengkap.

    Dicantumkan nomor halaman, font yang terbaca.

    Tidak ada lagi kesalahan ketik, kesalahan spelling dan

    gramatikal.

    Gambar, tabel, dan foto ditempatkan secara tepat dalam teks.

    Semua referensi dituliskan mengikuti style guide.

    Semua informasi yang dibutuhkan (termasuk lampiran)

    tersedia.

    2. Organisasi argumen

    Judul harus menginformasikan isi tulisan, tidak terlalu

    panjang. Tesis dinyatakan tegas.

    Tujuan penulisan ternyatakan tepat dan eksplisit.

    Tulisan terorganisisr sehingga teridentifikasi sub-bagian dan

    diakhiri dengan kesimpulan dan referensi.

    Penggunaan bahasa yang spesifik, teratur, dan menunjukkan

    ikatan yang jelas dengan pernyataan tesis.

    Kesimpulan: secara efektif menutup tulisan, mengikat semua

    elemen yang dipertimbangkan sebelumnya.

    3. Isi tulisan

    Sintesis informasi dilakukan secara detil dan terpaku. Harus

    solid, padat, dan teratur.

    Mereferensi: variasi sumber/ide yang teriset baik, sumber

    informasi berkualitas yang akan mempengaruhi kredibilitas

    tulisan.

    Jelas, tajam, terbaca dan koheren. Jika diperlukan daftar

    singkatan, silakan dilakukan.

    Pemasukan yang terlambat ... hari (5% per hari)

    Komentar Lanjutan:

    Nilai Akhir