Sapi Perah Dan Pedet
-
Upload
janu-herjanto -
Category
Documents
-
view
203 -
download
6
description
Transcript of Sapi Perah Dan Pedet
Sapi Perah dan Pedet
Laporan Focus Group Discussion Skenario 1
Disusun oleh:
Angga Dewanto
13/349524/KH/7793
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2013
Tujuan Pembelajaran
Mengetahui cara pemeliharaan sapi perah dan pedet yang baik ditinjau dari prinsip kesejahteraan hewan, teknik budidaya yang baik, dan norma agama
Mengetahui tulang dan otot yang menyusun anggota gerak bagian belakang sapi
Mengetahui komponen karbohidrat yang terdapat pada susu sapi perah
Skema PembelajaranMahasiswa disediakan suatu skenario atau topik yang akan dibahas dan dibagi dalam kelompok kecil
Setiap kelompok mendiskusikan skenario yang sudah ditentukan dengan didampingi fasilitator
Pada akhir diskusi, setiap kelompok membuat ringkasan diskusi
Fasilitator memberikan tugas laporan individu dan presentasi kelompok pada pertemuan berikutnya
Pada pertemuan kedua, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan diakhiri dengan tanya jawab antar kelompok
Bahasan1. Perbedaan cara pemeliharaan sapi perah pada kasus 1 (tradisional) dengan kasus 2 (lebih modern) ditinjau dari prinsip kesejahteraan hewan, good farming practices, dan norma agama. Pada kasus 1, sapi perah lebih sejahtera karena sapi dibiarkan merumput dengan bebas dengan sapi-sapi lain. Pedet juga merasa nyaman karena bisa berlarian bebas ataupun menyusu induknya. Naluri alami sapi bisa terpenuhi dengan peternakan semacam ini. Pada kasus 2, kesejahteraan sapi kurang karena sapi dikandangkan dengan kandang yang lantainya tidak rata dan terlalu licin sehingga menyebabkan sapi terjatuh, kejadian ini tentu tidak akan terjadi di habitat alami sapi. Sedangkan pedet juga kurang sejahtera karena meskipun sudah mendapatkan kolostrum (cairan yang keluar sebelum susu, yang dihasilkan oleh induk betina Mamalia 24 jam 36 jam setelah melahirkan dan mengandung berbagai macam nutrisi untuk memulai kehidupan), tetapi pedet tidak dapat menyusu induknya karena dipisahkan oleh peternak. Meskipun pedet diberi makanan buatan dan susu skim oleh peternak, kualitasnya tidak akan sebanding dengan susu yang langsung dari induknya.Selanjutnya ada Good Farming Practices (GFP), Good Farming Practices (GFP) menurut Department of Agriculture, Food and Rural Development Irlandia (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan kesejahteraan ternak. GFP juga menyangkut tentang kesehatan ternak. Pada kasus 1, jelas GFP lebih terjamin dari segi kesehatan karena sapi dan pedet diperlakukan layaknya di habitat alami sehingga bisa bebas mengekspresikan naluri alamiahnya. Tapi di sisi lain dengan tidak mengandangkan sapi maka sanitasi kurang terjaga karena sapi bebas untuk buang kotoran di manapun dia mau. Pada kasus 2, GFP dari segi kesehatan tidak terpenuhi. Dengan kandang sapi yang lantainya terlalu licin membuat sapi terjatuh dan cedera, sedangkan pedet dipisahkan dari induknya yang membuat pertumbuhannya kurang optimal. Dari segi sanitasi justru lebih terjaga karena dengan dikandangkan, maka peternak lebih mudah untuk mengumpulkan kotoran sapi dan memanfaatkannya kembali untuk keperluan lain.Dari segi norma agama, pada kasus 1 sudah memenuhi norma agama khususnya Islam karena sapi dan pedet dibiarkan hidup dengan bebas seperti di habitat alami. Pada kasus 2, belum memenuhi norma agama Islam. Sabda Rasulullah, Ya Abu Hurairah, sayangilah semua makhluk Allah, maka Allah akan menyayangimu dan menjagamu dari neraka pada hari kiamat. Aku bertanya, Ya Rasulullah, aku pernah menyelamatkan seekor lalat yang jatuh ke air. Jawab Rasulullah, Allah mencintaimu, Allah mencintaimu, Allah mencintaimu. (Nasihat Rasulullah SAW pada Abu Hurairah). Sehingga jelas peternakan ini belum memenuhi norma agama Islam karena membiarkan sapi cedera akibat terpeleset lantai yang licin. Memisahkan anak hewan dari induknya juga tidak dibenarkan dalam norma agama Islam2. Anggota gerak belakang sapi dibentuk oleh tulang, otot, dan persendian antara lain:
Os yang membentuk antara lain:
Os Scapula, Os Femur, Os Tibia, Os Fibula, Os Tarsea, Os Metatarsea, Os Phalanx, Ossa Sesamoid, Os Digiti
Sendi (Articulatio) yang membentuk extremitas caudal sapi dari proksimal ke distal :Art. sacro iliaca, Art. symphysis pelvis, Art. coxo femuris, Art. femoro patellaris, Art. femoro tibialis, Art. tibio fibular proksimal, Art. tibio fibular distal, Art. tibio tarsea, Art. intertarsea, Art. tarso metatarsea, Art. metatarsea, Art. metatarsophalangeal, Art. interphalangea proksimal, Art. interphalangea distal
Otot yang membentuk extremitas caudal, dibagi menjadi beberapa musculi yaitu :a. Mm. Lateral Hip
b. Mm. Lateral Femur
c. Mm. Medial Femur
d. Mm. Craniolateral Cruris
e. Mm. Caudal Cruris
a. Mm. Lateral Hip yaitu :
M. Tensor Fascia Latae, M. Gluteus Superficialis (Pada Ruminantia menyatu dengan M. Biceps Femoris, M. Gluteobiceps), M. Gluteus Medius, M. Gluteus Profundus, M. Gluteus Acessorius
b. Mm. Lateral Femur yaitu :M. Quadricep Femoris, M. Semitendinosus, M. Semimembranosus,
c. Mm. Medial Femur yaitu :
M. Gamelli, M. Sartorius, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Adductor, M. Iliopsoasd. Mm. Craniolateral Cruris yaitu :
M. Tibialis Cranialis, M. Extensor Digitalis Longus, M. Extensor Digitalis Lateralis, M. Peroneus Tertius, M. Peroneus Longus
e. Mm. Caudal Cruris
M. Gastrocnemius, M. Soleus, M. Flexor Digitalis Superficialis, M. Flexor Digitalis Profundus
3. Penggolongan karbohidrat berdasarkan :
a. Jumlah gula penyusunnya, dibagi 4 yaitu :> Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)> Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)> Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)> Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula)b. Jumlah atom karbon, monosakarida dibagi menjadi :
> Triosa (tersusun atas 3 atom C)> Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)> Pentosa (tersusun atas 5 atom C)> Heksosa (tersusun atas 6 atom C)> Heptosa (tersusun atas 7 atom C)> Oktosa (tersusun atas 8 atom C), dan seterusnyac. Gugus fungsionalnya, dibagi menjadi 2 yaitu :> AldosaMerupakan karbohidrat yang mengandung gugus aldehid ( -CHO) dan beberapa gugus hidroksil (OH) , contoh : glukosa, galaktosa, ribosa.> Ketosa Merupakan karbohidrat yang mengandung gugus keton (-CO-) dan beberapa gugus hidroksil (-OH), contoh : fruktosa.
d. Reaktivitas terhadap reagen Tollens :
> Jika mengandung gugus aldehid, setelah ditetesi dengan pereaksi Tollens maka akan
terbentuk endapan cermin perak.
> Jika mengandung gugus keton, setelah ditetesi dengan pereaksi Tollens maka tidak
terbentuk endapan cermin perak.
e. Fungsi Karbohidrat, antara lain :
Sebagai sumber kalori atau energi Sebagai bahan pemanis dan pengawet
Sebagai bahan pengisi dan pembentuk
Sebagai bahan penstabil
Sebagai sumber flavor (karamel)
Sebagai sumber serat
KesimpulanSetelah mengikuti diskusi skenario 1, mahasiswa mengetahui bagaimana cara beternak sapi perah yang baik ditinjau dari berbagai aspek. Mahasiswa juga mengetahui tulang, sendi, dan otot penyusun anggota gerak belakang sapi. Selain itu, mahasiswa menjadi tahu bahwa susu sapi mengandung karbohidrat yang tersusun oleh berbagai macam komponen.Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti Focus Group Discussion skenario 1, mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara beternak sapi perah yang baik ditinjau dari kesejahteraan hewan, good farming practices, dan norma agama. Mahasiswa juga mampu menjelaskan otot, sendi, dan tulang penyusun anggota gerak belakang hewan sapi. Sapi perah menghasilkan susu yang mengandung berbagai macam nutrisi penting diantaranya karbohidrat. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen penyusun karbohidrat dilihat dari berbagai hal antara lain jumlah atom karbon, jumlah gula penyusun, gugus fungsional, reaktivitas terhadap reagen Tollens, serta fungsinya.Referensi
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: ErlanggaDepartement of Agriculture, Food and Rural Development. 2001. Good Farming Practices. Departement of Agriculture, Food and Rural Development, IrlandiaEnsminger, M.E dan H.D. Tylor. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Editon. Pearson Education Inc. New Jersey
Popesko P. 1993. Atlas de Anatoma Topogrfica de los Animales DomsticosArthington J. 1999. Colostrum Management in newborn calves. The Florida
Cattleman and Livestock JournalAnonim. 2011. http://moeflich.wordpress.com/2011/04/15/inilah-akhlak-islam-pada-binatang/