SAP Toilet Training

8
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) I. PENDAHULUAN Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan yang akan terlontar dari mulut orang tua yang mendapati buah hatinya sedang buang air kecil dan buang air besar di sembarang tempat. Apalagi kalau si anak buang air kecil atau pipis di kasur yang kain penutupnya baru diganti dengan yang bersih dan wangi, akibatnya, cucian bekas ompol menumpuk yang seakan-akan menghantui anda. Salah satu cara untuk menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB di sembarang tempat adalah dengan mengajarkan Toilet Training sedini mungkin pada si kecil. II. POKOK BAHASAN Toilet training III. TUJUAN A. UMUM Anak memahami tentang buang air kecil dan buang air besar ditempat yang telah ditentukan. B. KHUSUS 1. mengerti tentang pengertian toilet training

Transcript of SAP Toilet Training

Page 1: SAP Toilet Training

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

I. PENDAHULUAN

Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah

pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai

yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja

cacian dan marahan yang akan terlontar dari mulut orang tua yang

mendapati buah hatinya sedang buang air kecil dan buang air besar di

sembarang tempat.

Apalagi kalau si anak buang air kecil atau pipis di kasur yang kain

penutupnya baru diganti dengan yang bersih dan wangi, akibatnya, cucian

bekas ompol menumpuk yang seakan-akan menghantui anda. Salah satu

cara untuk menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB di sembarang tempat

adalah dengan mengajarkan Toilet Training sedini mungkin pada si kecil.

II. POKOK BAHASAN

Toilet training

III. TUJUAN

A. UMUM

Anak memahami tentang buang air kecil dan buang air besar

ditempat yang telah ditentukan.

B. KHUSUS

1. mengerti tentang pengertian toilet training

2. Anak mengetahui tanda-tanda siap melakukan toilet training

3. Anak mengetahui tahapan-tahapan toilet training

4. Anak mengetahui hal-hal yang perlu dihindari selama proses

toilettraining

5. Anak mengetahui dan mengerti tips-tips ke toilet

6. Anak mengetahui keuntungan toilet training

IV. SASARAN

Murid dan orang tua serta guru TK Prosika. (JumlahSasaran + 25

orang)

V. TEMPAT

TK Porsika Kecamatan Pontianak Selatan

Page 2: SAP Toilet Training

VI. WAKTU PELAKSANAAN

1. Waktu : 30 menit

2. Hari/tanggal/jam : Senin, 15 Oktober 2012 Pukul 08.00 – 08.20

VII. MEDIA

1. Laptop

2. Infokus

3. Leaflet

VIII. PELAKSANAAN

No. Pelaksanaan Waktu Kegiatan Audiens

1. Pembukaan

a. Salam

b. Perkenalan diri

c. Pembagian Leaflet

5 menit

a. Menjawab salam

b. Mendengarkan

c. Menerima Leaflet

2. INTI

Menyampaikan materi

a. Pengertian toilet training

b. Tanda-tanda siap melakukan

toilet training

c. Tahapan toilet training

d. Hal-hal yang perlu dihindari

selama proses toilet training.

e. Tips membiasakan diri ke

toilet

f. Keuntungan toilet training

10 menit Audien mendengarkan

penjelasan tentang:

a. Pengertian toilet training

b. Tanda-tanda siap melakukan

toilet training

c. Tahapan toilet training

d. Hal-hal yang perlu dihindari

selama proses toilet training.

e. Tips membiasakan diri ke

toilet

f. Keuntungan toilet training

3. Penutup

a. Tanya jawab + Evaluasi

b. Menyimpulkan

c. Salam

15 menit

a. Ada sebagian audien yang

bertanya tentang toilet

training

b. Audien mendengarkan

kesimpulan

c. Menjawab salam

MATERI TOILET TRAINING

Page 3: SAP Toilet Training

A. Pengertian Toilet Training

Toilet training merupakan proses pengajaran untuk kontrol buang air besar dan

buang air kecil secara benar dan teratur. Biasanya kontrol buang air kecil terlebih

dahulu dipelajari oleh anak, baru kemudian kontrol buang air besar (Sekartini, 2006).

Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol

kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang

membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua

adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di

lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja

cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya

sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak

tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training

sedini mungkin pada si kecil.

Seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan

ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku

anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet

training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3

tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang

telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.

Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat

yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih

dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti

orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan

tidaklah tepat.

Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan

antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan

lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian

untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.

B. Tanda-tanda Diperlihatkan Seorang Anak Sebelum Memulai Toilet Training

1. Telah belajar berjalan dan berlari

2. Dapat duduk dan bermain dengan tenang sekitar 5 menit.

Page 4: SAP Toilet Training

3. Dapat memakai dan menanggalkan pakaiannya sendiri. Dapat meniru perilaku

orang di sekelilingnya.

4. Dapat mengerti dan mengikuti perintah sederhana.

5. Pola eliminasi teratur setiap hari

6. Memenuhi kebutuhan eliminasi.

7. Dapat mengatakan dan mengenali tanda-tanda defekasi dan berkemih. Anak

memberikan tanda-tanda atau kata-kata untuk membuang hajat

8. Anak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan defekasi atau Tidak sabar

dengan popok basah.

9. Mampu untuk miksi dalam satu waktu dengan jumlah yang banyak.

10. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol

sedikitpun

11. Anak merasa tidak nyaman dengan pampers kotor dan ingin diganti

12. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan oranglain di

dalam rumahnya

13. Minta untuk diajari menggunakan toilet

C. Tahapan Toilet Training

1. Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air

Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil

untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang

membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar

si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku

atau menyanyikan lagu kesayangannya.

2. Lakukan secara rutin pada anak ketika terlihat ingin buang air

Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya.

Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20

menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si

kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar

dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal.

Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang

mogok dan tak mau ke toilet.

3. Pujilah Bila Anak Berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan.

Page 5: SAP Toilet Training

Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan

menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.

Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.

D. Hal yang Dihindari Selama Proses Toilet Training

1. Jangan berharap terlalu banyak dan terlalu cepat. Karena anak memerlukan

waktu untuk belajar.

2. Jangan memarahi, menghukum, atau mempermalukan anak jika anak belum

berhasil menggunakan pispot untuk BAB atau pipis. Karena pembelajaran ini tidak harus

langsung berhasil tetapi melalui proses.

3. Jangan menghentikan minumnya hanya karena tidak ingin anak pipis terus. Justru dengan

banyak minum, anak akan memiliki waktu banyak untuk belajar menggunakan

toilet.

4. Jangan menggunakan cara yang tidak lazim untuk membuat jadwal BAB anak teratur.

Misalnya memberikan obat pencahar atau enema. Selain tidak bijaksana

tindakan ini akan membahayakan kondisi kesehatan anak.

Jangan memaksa bila anak memang tidak ingin menggunakan pispot. Selain itu, jangan

mengomel ketika anak tiba-tiba pipis di lantai sebelum sampai pada pispot tempat pipisnya

(Neisha, 2008).

E. Tips Membiasakan Anak ke Toilet

1. Hindari pemakaian bahan sintetis yang hanya beralasan kepraktisan seperti pampers yang

membuat anak malas.

2. Kenalkan anak ke toilet sejak enam bulan dengan menatur atau membopong.

3. Bila anak sudah berumur 2-3 tahun maka biasakan mereka dengan mengajak ke kamar mandi.

4. Biasakan mengajak anak dengan kebiasaan minum yang kuat ke kamar mandi

dengan menjadwal tiga jam sekali.

5. Hindari kesan seram, gelap, jorok pada ruangan kamar mandi.

6. Jangan jadikan ruang kamar mandi sebagai tempat hukuman kemarahan orang tua ke anak

yang membuat anak jadi trauma.

F. Keuntungan Toilet Training

1. Mengajarkan anak disiplin, dan hidup bersih

2. Memacu kreatifitas dan insiatif berfikir anak.

3. Bisa memacu kemandirian anak.

4. Menghindari perilaku malas pada anak sejak dini.