Sap Kanker Serviks Sgd 3

30
SATUAN ACARA PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM SGD 3 : NI KADEK AYU PURNAMAYANI (0802105003) NI LUH PUTRI SUWANDEWI (0802105013) A. A. SAGUNG CITRA KUMALA DEWI (0802105018) NI MADE ALIT NOPIANTI (0802105028) KOMANG TRI DESI LOPITA R. (0802105032) NI KOMANG AYU ARIATI (0802105035) PUTU ITA PURWANTI DIANSARI (0802105045) A. A. GEDE PUTRA SUMADI (0802105054) NI KOMANG AYU SURYA DEWI (0802105059) I GUSTI NGURAH JUNIARTHA (0802105072)

description

ghgjg

Transcript of Sap Kanker Serviks Sgd 3

Page 1: Sap Kanker Serviks Sgd 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KANKER LEHER RAHIM

SGD 3 :NI KADEK AYU PURNAMAYANI (0802105003)

NI LUH PUTRI SUWANDEWI (0802105013)

A. A. SAGUNG CITRA KUMALA DEWI (0802105018)

NI MADE ALIT NOPIANTI (0802105028)

KOMANG TRI DESI LOPITA R. (0802105032)

NI KOMANG AYU ARIATI (0802105035)

PUTU ITA PURWANTI DIANSARI (0802105045)

A. A. GEDE PUTRA SUMADI (0802105054)

NI KOMANG AYU SURYA DEWI (0802105059)

I GUSTI NGURAH JUNIARTHA (0802105072)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2011

Page 2: Sap Kanker Serviks Sgd 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM

PADA MASYARAKAT BR. BUAGAN, DESA PEMECUTAN KELOD,

KECAMATAN DENPASAR BARAT

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan

Hari/Tanggal : Jumat, 8 April 2011

Waktu : 45 menit

Tempat Pelaksanaan : Balai Br. Buagan, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat

Sasaran : Ibu-ibu PKK Br. Buagan

Topik Kegiatan : Kanker Leher Rahim

Sub Topik : 1. Pengertian dan Penyebab Kanker Leher Rahim

2. Tanda dan Gejala Kanker Leher Rahim

3. Pengobatan dan Pencegahan Kanker Leher Rahim

4. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

A. LATAR BELAKANG

Kanker rahim (serviks) adalah satu dari sekian kanker yang paling menakutkan bagi

wanita. Angka harapan hidup yang minim dan mahalnya pengobatan bila terserang,

membuat kanker rahim kian terasa mengerikan bagi siapa pun. Namun justru karena

tingkat bahaya dan mahalnya bahaya mengatasi derita kanker rahim inilah, kita perlu

mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit satu ini agar kita punya cukup

bekal dalam menghadapi perang melawan kanker.

Kanker rahim disebut juga kanker serviks atau kanker leher rahim, atau kanker mulut

rahim menyerang bagian mulut/leher rahim. Bagian ini adalah bagian bawah rahim yang

menonjol atau menjorok ke rongga dalam vagina.

Kanker rahim termasuk penyakit pembunuh wanita No. 1 di dunia. Departemen

Kesehatan RI menyatakan bahwa sampai saat ini terdapat rata-rata 100 kanker rahim

setiap 100.000 penduduk Indonesia per tahunnya. Itu berarti terdapat 200.000 kasus per

tahun. Sementara data Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan angka yang lebih

“hebat”, 500.000 perempuan di Indonesia terdeteksi telah mengidap kanker serviks setiap

tahun dan separuhnya meninggal akibat kanker tersebut. Sementara untuk seluruh dunia,

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 1

Page 3: Sap Kanker Serviks Sgd 3

jumlah pengidap penyakit pembunuh ini mencapai 2,2 juta jiwa per tahun. Data

Departemen Kesehatan menyebutkanbahwa 70% pasien kanker rahim di rumah sakit

datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Inilah yang membuat angka harapan hidup

mereka di bawah 50% ketika memasuki perawatan rumah sakit.

Kanker serviks menduduki urutan pertama dalam jumlah kasus kanker di daerah-daerah

berkembang, sementara di negara maju hanya menempati urutan ke-10. Ini berarti,

tingkat pemahaman dan informasi mengenai penyakit ini cukup penting dalam upaya

mengurangi angka kematian yang diakibatkannya. Jenis kanker ini sering ditemukan

pada wanita berumur 35-55 tahun dan dalam keadaan aktif secara seksual. Secara umum

wanita tidak berhubungan seksual bebas dari ancaman kanker rahim, namun tidak

mustahil ada faktor risiko lain yang membuatnya tetap mungkin terjangkit kanker rahim.

Sel kanker berasal dari gangguan terhadap DNA atau informasi gen pengontrol

pertumbuhan sel. Tubuh kita memiliki mekanisme otomatis untuk menggurkan sel tua

dan membelah sel aktif untuk meregenerasi. Pada kondisi normal terddapat susunan

informasi dalam DNA dalam inti sel yang mengontrol proses tersebut. Jika jumlah sel

baru yang dibutuhkan telah mencukupi, proses akan berhenti dengan sendirinya. Pada

kasus terjadinya kanker, gangguan melanda pusat informasi (DNA) inti sel yang

berakibat pada pebelahan sel yang tidak terkontrol. Akibatnya sel baru berlebih dan

membentuk jaringan aktif yang menggumpal, inilah yang disebut tumor.

Pada awal munculnya tumor ini, risiko kanker belum begitu besar, namun akibat

mekanisme tubuh yang tidak mampu menahan, gumpalan tumor dapat berkembang

hingga mengalami proses pembentukan Angiogenesis (pembuluh darah baru) yang

menyuplai darah dan nutrisi kepada sel kanker tumor yang sekarang sudah bisa disebut

sabagai tumor ganas atau kanker. Pada tahap ini, pembuluh darah bisa berkembang lebih

pesat dari pembuluh darah normal dan cenderung “menyerobot” nutrisi. Tidak heran, jika

penderita kanker umumnya mengalami penurunan berat badan yang drastis. Sel kanker

ini pada tahap selanjutnya dapat bermetastasis, yaitu beberapa selnya mengalir bersama

darah dan berhenti serta berkembang di tempat lain, misalnya paru-paru dan sebagainya.

Apa yang menyebabkan sel kanker mulut rahim dapat berkembang tanpa kontrol? Para

ahli telah menyimpulkan penemuan virus penyebab kanker rahim. Virus ini bernama

Human Papilloma Virus (HPV). HPV menyebabkan beberapa sel mengalami mutasi gen,

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 2

Page 4: Sap Kanker Serviks Sgd 3

dan berkembang secara abnormal. Proses perkembangan tahap pertama ini membutuhkan

waktu bertahun-tahun hingga tahap dimana terbentuk Angiogenesis (pembuluh darah

kanker). Umumnya penderita mengetahui bila dirinya terserang kanker setelah sel tumor

menjadi kanker dan berkembang, bahkan telah bermetastasis di organ tubuh lainnya.

Tahap pertama ketika sel termutasi oleh pengaruh HPV, sel mengalami kelainan epitel

dan memiliki pola pembelahan yang tidak terkontrol. Tahap ini disebut displasia. Dari

displasia, sel terus berkembang dan bertambah hingga menjadi karsinoma in situ (KIS),

yaitu tumor yang telah terbentuk namun belum memiliki jaringan pembuluh darah, dan

relatif masih bisa dipisahkan melalui operasi atau penyinaran. Tahap ini disebut tahap

pra-kanker. Untuk mencapai tahap KIS biasanya diperlukan waktu 1-7 tahun.

Dari KIS ini, sel terus berkembang hingga menjadi tumor ganas atau karsinoma invasi

yang telah memiliki jaringan pembuluh darah dan berkemampuan menyebar ke area

sekitarnya atau bahkan berpindah tempat ke organ lainnya. untuk berproses menjadi

karsinoma invasi ini dibutuhkan waktu selama 10-20 tahun. Jadi, sebenarnya

perkembangan kanker rahim membutuhkan waktu panjang, sehingga jika kita mampu

mendeteksi sejak dini, maka risiko yang fatal bisa kita hindari.

Melihat bahaya dan risiko dari kanker serviks, maka usaha pengendalian penyakit berupa

pencegahan dan pengobatan perlu dilaksanakan seintensif mungkin, salah satunya

dengan melaksanakan penyuluhan tentang kanker serviks kepada masyarakat. Melalui

penyuluhan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat sehingga

masyarakat bisa melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi komplikasi yang lebih

lanjut.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapakan peserta dapat

mengerti dan memahami mengenai Penyakit Kanker Leher Rahim.

2. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan peserta dapat:

1) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian dan penyebab kanker leher

rahim.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 3

Page 5: Sap Kanker Serviks Sgd 3

2) Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala kanker leher rahim.

3) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengobatan dan komplikasi kanker leher

rahim.

4) Mengetahui dan mampu menyebutkan cara deteksi dini kanker leher rahim.

C. PESERTA PENYULUHAN

Ibu-ibu PKK Br. Buagan, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat dengan

jumlah 50 orang.

D. PENYELENGGARA PENYULUHAN

Penyelenggara penyuluhan Kanker Leher Rahim adalah mahasiswa semester enam

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

E. METODE PELAKSANAAN

1. Ceramah

2. Tanya jawab

F. STRATEGI PELAKSANAAN

Tahap Kegiatan Waktu

Pembukaan Mengucapkan salam

Melakukan perkenalan diri

Menyampaikan maksud dan tujuan

Mengadakan kontrak waktu

5 menit

Kerja Penyuluh menjelaskan mengenai:

1. Pengertian dan penyebab kanker leher rahim

2. Tanda dan gejala kanker leher rahim

3. Pengobatan dan komplikasi kanker leher rahim

4. Cara deteksi dini kanker leher rahim

15 menit

Tanya jawab 15 menit

Penutup Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan dan

mengevaluasi jalannya ceramah.

10 menit

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 4

Page 6: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Mengakhiri kontrak

Melakukan evaluasi kegiatan

Salam penutup

Jumlah 45 menit

G. MEDIA DAN ALAT

1. Leaflet

2. Power Point

H. SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:

1. Penyuluh

2. Peserta

3. Pembawa acara

4. Fasilitator

5. Observer

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 5

1

4

2 2

22

3

2

5

24

4

4 2 2

2 2 4

Page 7: Sap Kanker Serviks Sgd 3

I. PENGORGANISASIAN

Penyuluh : Putu Ita Purwanti Diansari (0802105045)

Pembawa Acara : Ni Luh Putri Suwandewi (0802105013)

Observer : Ni Kadek Ayu Purnamayani (0802105003)

Fasilitator : A. A. Sagung Citra Kumala D. (0802105018)

Ni Made Alit Nopianti (0802105028)

Komang Tri Desi Lopita R. (0802105032)

Ni Komang Ayu Ariati (0802105035)

A. A. Gede Putra Sumadi (0802105054)

Ni Komang Ayu Surya Dewi (0802105059)

I Gusti Ngurah Juniartha (0802105072)

J. KRITERIA EVALUASI

Evaluasi Struktur

Rencana kegiatan dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan dan informasi

kepengurusan 1 hari sebelum kegiatan.

Evaluasi Proses

Kegiatan berlangsung tepat waktu

Peserta yang hadir 80% dari jumlah total

peserta

Tempat : Balai Banjar Buagan, Desa

Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat

Peserta yang aktif bertanya 20% dari total

peserta.

Evaluasi Hasil

a) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali pengertian dan penyebab

kanker leher rahim.

b) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda dan gejala kanker leher

rahim.

c) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali pengobatan dan pencegahan

kanker leher rahim.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 6

Page 8: Sap Kanker Serviks Sgd 3

d) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali cara deteksi dini kanker leher

rahim.

K. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Materi

Soal

Leaflet

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 7

Page 9: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Lampiran Materi

MATERI PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM

PADA MASYARAKAT BR. BUAGAN, DESA PEMECUTAN KELOD,

KECAMATAN DENPASAR BARAT

A. DEFINISI

Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-sel

abnormal secara cepat dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal (Nurcahyo,

Jalu. 2009).

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel

yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut

squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan,

Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo).

Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks

uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke

arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (Anonim 1,

2009).

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks

merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio).

Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Anonim 2, 2009).

Jadi kesimpulannya, kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang

terjadi pada serviks atau leher rahim yang terletak di antara rahim dan vagina.

B. ETIOLOGI

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga

berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 8

Page 10: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan

skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks

ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan

lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,

antara lain adalah :

1. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan

terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi

genetik dari orang tua ke anaknya.

2. Usia

Peningkatan usia seseorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-

organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relatif mudah terserang

berbagai infeksi. Kanker leher rahim berpotensi paling besar berada usia

antara 35 – 55 tahun.

3. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda

Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan

melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker

serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan

hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih

besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

4. Berganti-ganti pasangan seksual

Perilaku seksual berupa berganti-ganti pasangan seks akan meningkatkan

penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah

infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan

timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks

menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang

atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor

pendamping.

5. Kebiasaan merokok

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 9

Page 11: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,

lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat

menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi

virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu

terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator

terbentuknya displasia sel epitel pada serviks. Asap tembakau yang dihirup

dari asap rokok juga mengandung Polycyclic aromatic hydrocarbon

heterocyclic nitrosamines. Zat ini akan turut diedarkan oleh darah ke seluruh

tubuh. Para ahli telah menemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus.

6. Pemakaian Celana Ketat

Faktor ini memang tidak secara langsung memunculkan sel kanker. Seperti

diketahui, di daerah vulva dan vagina terdapat banyak sekali mikroorganisme

yang sebagian kecilnya berpotensi infeksi. Pemakaian celana ketat dapat

meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian

mikroorganisme dan mendukung perkembangan sebagian mikroorganisme

lainnya. Akhirnya, pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang.

Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru

menyebabkan infeksi.

7. Pemakaian Pil KB

Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker leher

rahim. Pada pemakaian lebih dari 5 tahun, risiko ini meningkat menjadi sua

kali lebih besar dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi pil KB. Pil

KB menghambat ovulasi dengan cara menjaga kekentalan lendir di mulut

rahim agar tidak mampu ditembus oleh luncuran sperma. Pemakaian pil KB

ini akan menghentikan perdarahan dan menstruasi, bahkan berpotensi

membuat penggunanya mengalami pembekuan darah. WHO menyatakan

pemakaian pil KB mengandung risiko kanker leher rahim bagi wanita sebesar

1,19 kali lebih besar dan meningkat sesuai lama pemakaiannya.

8. Pemakaian Antiseptik Vagina

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 10

Page 12: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Wanita modern ingin selalu tampil sempurna, termasuk di wilayah pribadinya.

Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang bisa membuat vagina

lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering

itu tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina,

termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis

yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi

pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini bisa berkembang

menjadi sel abnormal yang berpotensi displasia.

9. Makanan

Faktor risiko makanan berlaku untuk semua jenis kanker. Makanan berupa

gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik. Pada makanan yang

mengandung banyak karbohidrat, ketika digoreng maka karbohidratnya kana

terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil persenyawaannya bersifat

karsinogen, yakni berpotensi displasia.

10. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C

dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta

mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang

makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

11. Paritas

Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada

proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada

kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus

wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat

bisa menyebabkan kerusakan jaringan epitel. Kerusakan ini berkembang ke

arah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.

12. Gangguan sistem kekebalan

Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang

sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS

13. Status sosial ekonomi lemah

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 11

Page 13: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak

mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara

rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan stadium (menurut FIGO 1978)

(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel

tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam

pembuluh limfe atau pembuluh darah.

I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada

pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi

stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian

atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat

tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai

dinding panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak

dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah

infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan

mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar

panggul ketempat yang jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 12

Page 14: Sap Kanker Serviks Sgd 3

sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Gambar 1 : Stadium Kanker Serviks

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang

khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari

vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

jaringan

2. Perdarahan setelah berhubungan seksual (post coital bleeding) yang

kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal

3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan

berbau busuk.

4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius

5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 13

Page 15: Sap Kanker Serviks Sgd 3

6. Kelemahan pada ekstremitas bawah

7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan

terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.

8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema

kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah

(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul

gejala-gejala akibat metastasis jauh.

E. PENATALAKSANAAN

Pengobatan kanker sangat bervariasi, bergantung pada tahap stadium pada

penanganannya. Perlu ditekankan kepada setiap orang bahwa penanganan kanker

tidak selalu harus berakhir di ujung pisau bedah atau sinar laser yang menyakitkan,

serta serangkaian kemoterapi yang juga tidak ringan dirasakan. Kanker bisa saja

ditangani dengan pengobatan sederhana atau sedikit penyinaran apabila bisa dideteksi

selagi masih dini.

Berikut beberapa uraian singkat mengenai langkah-langkah pengobatan yang lazim

dilakukan untuk melawan kanker leher rahim :

1. Vaksinasi

Vaksin diberikan sebagai pencegah kanker. Namun pada tahap lesi prakanker

terutama pada displasia ringan dan sedang, vaksin dapat diberikan sebagai upaya

membantu pertahanan tubuh dan membasmi infeksi HPV yang sudah mulai

terjadi.

2. Radioterapi

Radioterapi atau penyinaran adalah pengobatan dengan menggunakan sinar ion

dari jenis sinar X, sinar gamma, atau gelombang panas (hyperthermia) yang

ditembakkan ke sel-sel kanker. Metode ini dianggap cukup akurat dan aman.

3. Biopsy

Biopsy adalah pengobatan yang cukup lazim dilakukan terutama untuk kanker

stadium yang masih memungkinkan untuk disembuhkan (stadium II-III). Operasi

pembedahan ini bertujuan mengangkat jaringan tumor ganas dan memisahkan dari

jaringan tubuh. Biopsy juga memiliki kemungkinan gagal sebagaimana jenis

pengobatan lainnya.

4. Konisasi

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 14

Page 16: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Konisasi adalah semacam operasi, namun tidak seperti operasi besar, hanya

mengangkat jaringan selaput yang mengandung selaput lendir serviks. Konisasi

dilakukan apabila hasil sitologi meragukan, terutama jika dibandingkan dengan

hasil histologik. Konisasi dilakukan menggunakan pisau bedah khusus. Sesudah

konisasi biasanya akan dilakukan kuretase.

5. Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim. Biasanya histerektomi dihindari

oleh pengidap kanker yang masih berusia muda, sebab setelah menjalani

histerektomi ia tidak bisa lagi mengandung. Histerektomi juga membawa risiko

berupa rasa sakit dan menopause dini bagi yang menjalaninya. Biasanya hal ini

dilakukan sebagai pilihan terakhir.

Pada praktiknya terdapat bermacam istilah histerektomi, namun hal ini sekedar

perkembangan teknis saja. Misalnya sebagai berikut :

Histerektomi total, pengangkatan seluruh organ rahim dan mulut rahim.

Histerektomi subtotal, hanya mengangkat bagian atas uterus. Mulut rahim

tetap di tempatnya.

Histerektomi radikal, pengangkatan seluruh organ rahim, mulut rahim,

bagian atas rongga vagina, dan jaringan sekitarnya.

Histerektomi dan salfingo-oovorektomi bilateral, pengangkatan rahim,

mulut rahim, kedua tuba falopii, dan ovarium. Pengangkatan ovarium ini

mengakibatkan menopause dini.

6. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obat dosis

tinggi yang telah dirancang untuk aktif bekerja dalam sel. Kemoterapi diberikan

baik sebagai pengobatan tunggal maupun sebagai pendukung pasca biopsy.

Pengobatan jenis ini bekerja di dalam sel dan menghambat pertumbuhan sel-sel

kanker serta meningkatkan daya kekebalan tubuh yang diharapkan turut

menghentikan perkembangan sel kanker. Pada stadium IIIb atau stadium IV

dimana kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi (karena

tingkat penyebaran kankernya yang telah meluas, atau faktor daya tahan pasien

terhadap risiko operasi), kemoterapi juga bisa dijalankan sebagai pengobatan

paliatif yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan membuat pasien memiliki

semangat untuk menjalani sisa hidupnya dengan lebih baik.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 15

Page 17: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Terdapat beberapa efek samping dari kemoterapi, meskipun efek samping ini

tidak selalu sama pada setiap orang. Kemoterapi dapat mengakibatkan kerontokan

rambut, kulit menjadi gelap, pendarahan di bawah kulit, berkurangnya nafsu

makan dan mual atau muntah. Hal ini disebabkan reaksi obat yang bekerja pada

inti sel. Obat ini mempengaruhi sel pada akar rambut dan dinding saluran

pencernaan untuk mempercepat pembelahan dan regenerasi.

Kemoterapi juga dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah. Jika sel

darah terpengaruh maka sel darah mengalami pengaruh yang sama halnya dengan

yang dialami sel kanker, yaitu terhambat proses regenerasinya. Itu berarti produksi

sel darah merah dan keping darah juga akan terhambat. Akibatnya penderita akan

merasa lemas, mudah infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan yang sulit

membeku.

F. PENCEGAHAN

Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker leher rahim erat kaitannya dengan

menghindari factor penyebab antara lain :

Berhubungan seksual pada waktunya

Tidak berganti-ganti pasangan seksual

Melakukan vaksinasi HPV

Kurangi kebiasaan merokok

Tidak mencuci vagina dengan antiseptic terlalu sering

Mengatur pola makan

Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin

G. DETEKSI DINI

Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum

menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Dengan ditemukannya kanker ini pada

stadium dini, kemungkinan janin dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat

disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini

sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre ,

dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 16

Page 18: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk

deteksi dini yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear

adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou

pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop.

Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita

yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru

timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau

melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang

sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita

mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.

Pedoman Melakukan Test Pap Smear :

1) Para wanita harus mulai melakukan tes Pap smear sekitar 3 tahun setelah mereka

mulai melakukan hubungan seks, tetapi tidak lebih tua dari usia 21 tahun.

2) Pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap smear biasa digunakan, atau

setiap 2 tahun sekali jika Pap smear berbasis cairan digunakan.

3) Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil tes NORMAL

sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat menjalani tes Pap smear setiap 2

sampai 3 tahun sekali. Pilihan lainnya untuk wanita di atas 30an adalah menjalani

tes Pap smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV DNA.

4) Wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi HIV atau punya

imunitas lemah) harus mendapatkan tes Pap smear setiap tahun.

5) Wanita usia 70 tahun atau lebih tua dengan hasil tes Pap NORMAL selama 3

tahun berturut-turut (dan tidak mempunyai hasil tes ABNORMAL dalam 10

tahun terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan tes Pap smear ini. Tapi

wanita yang telah menderita kanker serviks atau yang memiliki faktor risiko lain

(seperti yang disebutkan di atas) harus terus melalukan tes ini selama mereka

berada dalam kesehatan yang baik.

6) Wanita yang pernah menjalani total histerektomi juga dapat memilih untuk

berhenti melakukan tes Pap kecuali telah menjalani pembedahan untuk

mengobati kanker serviks atau pra-kanker. Wanita yang pernah menjalani

histerektomi sederhana (leher rahim tidak dihapus) harus tetap mengikuti

pedoman di atas.

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 17

Page 19: Sap Kanker Serviks Sgd 3

Prosedur Pap Smear

1) Memasukkan (alat) speculum ke

dalam liang vagina untuk menahan

dinding vagina tetap terbuka.

2) Cairan/lendir rahim diambil dengan

mengusapkan (alat) spatula.

3) Usapan tersebut kemudian dioleskan

pada obyek-glass

4) Sample siap dibawa ke laboratorium

patologi untuk diperiksa.

Lampiran Soal

1. Apa itu kanker leher rahim?

2. Apa yang bisa menyebabkan kanker leher rahim?

3. Apa saja tanda dan gejala kanker leher rahim?

4. Apa saja pengobatan yang bisa dilakukan untuk kanker leher rahim?

5. Apa yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah kanker leher rahim?

6. Bagaimana cara mendeteksi dini kanker leher rahim?

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 18

Page 20: Sap Kanker Serviks Sgd 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2009. Askep Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Available at :

(http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem-

reproduksi. html). (Akses 4 April 2011)

Anonim 2. 2009. Kanker Leher Rahim. Available at : (http://infokesehatan2009.html). (Akses

4 April 2011)

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :

EGC

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Nurcahyo, Jalu. 2009. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta :

Wahana Totalita Publisher

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 19