SAP Disseminasi Ilmu
-
Upload
chaira-hisan -
Category
Documents
-
view
377 -
download
47
description
Transcript of SAP Disseminasi Ilmu
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DESIMINASI ILMU TENTANG OVERRAN,PRE-POST
CONFERENT, PENDOKUMENTASIAN, DISCHARGE PLANNING,
METODE TIM DAN RONDE KEPERAWATAN
DI RSUD Dr.ACHMAD MOCTAR
BUKITTINGGI
Oleh :
Kelompok Manajemen Kelas Interne
Kelompok Manajemen Interne Pria
Kelompok Manajemen Interne Wanita
PROGRAM PROFESI NERS
SIKLUS MANAJEMEN KEPERAWATAN
STIKes FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2013
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama,hal ini
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2006)
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Oleh
karena itu diperlukan kemampuan managerial dari tenaga keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
RSUD Dr.AHMAD MOHTAR merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera
yang mengutamakan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien.Perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan di rumah sakit, dimana
perawat dituntut untuk melaksanakaan asuhan keperawatan yang berkualitas guna
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit dan memberi kepuasan pada pasien yang
dalam hal ini adalah sebagai konsumen (Adill et all, 2009).
Salah satu kemampuan managerial keperawatan adalah dalam hal perencanaan.
Untuk menyusun suatu perencanaan, mengacu pada Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP), salah satunya diwujudkan melalui konfren keperawatan
(Nursalam, 2006)
Keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas
dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara
nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.AHMAD MOCHTAR memerlukan aspek
manajemen dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya diruang
penyakit dalam, dimana disana dibutuhkan tenaga profesional dalam menangani
masalah pasien yang membutuhkan pertolongan segera. Untuk meningkatkan aspek
manajemen tersebut, maka perlu dilaksanakan diseminasi ilmu yang membahas tentang
overan, konferent,pendokumentasian,ronde keperawatan, discharge planning dan
metode tim. untuk peningkatan mutu pelayanan, khususnya pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi materi tentang overan, konferent,pendokumentasian,ronde
keperawatan, discharge planning dan metode tim.
2. Tujuan Khusus
a) Perawat mengetahui pengertian tentang overan, konferent,
pendokumentasian, discharge planning, metode tim dan ronde
keperawatan.
b) Perawat mengetahui tujuan dilakukannya tentang overan, konferent,
pendokumentasian, discharge planning, metode tim dan ronde
keperawatan.
c) Perawat mengetahui pedoman tentang overan, konferent,
pendokumentasian, discharge planning, metode tim dan ronde
keperawatan.
d) Pemberian contoh melalui video tenteng overan, konferent,
pendokumentasian, discharge planning, metode tim dan ronde
keperawatan.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topik
Disseminasi ilmu tenteng overan, konferent, pendokumentasian,
discharge planning, metode tim dan ronde keperawatan di ruangan penyakit dalam
RSUD Dr.Achmad Mochtar bukitinggi.
2) Sasaran
Semua perawat yang dinas di ruangan penyakit dalam di Kelas Interne,
Interne Wanita dan Interne Pria di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
a) Metode
Ceramah
Diskusi
b) Media
Infokus
c) Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : kamis, 18 Juli 2013
Waktu : 13.00 WIB –14.30 WIB
Tempat : Ruang Mahasiswa Interne Pria
d) Pengorganisasian
Penanggung jawab : Chairatun Hisan, S.Kep
Moderator : Yusnita Susanti, S.Kep
Presentator : Mira Nurhalimah , S.Kep
Netria Adriani, S.Kep
Observer : Marsista, S.Kep
Sherli Novitri, S.Kep
Fasilitator : Semua Anggota Kelompok Manegemen Keperawatan
e). Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan diseminasi ilmu
b. Modereator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
Menjelaskan kontrak waktu
Menjelaskan Tujuan dan Topik.
Menyerahkan jalannya diseminasi ilmu kepada presenter.
Mengarahkan alur diskusi.
Memimpin jalannya diskusi.
Menutup acara.
c. Presentator
Mempresentasikan materi untuk diseminasi ilmu
b. Fasilitator
Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya diseminasi ilmu.
Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
c. Observer
Mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir .
Membuat laporan hasil pelaksanaan diseminasi ilmu
A. Susunan Acara
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Ibu Waktu
1
2.
3.
Pembukaan - Memberi salam- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menetapkan kontrak waktu
Penjelasan - Mengkaji pengetahuan audiens
tentang overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan ronde keperawatan.
- Memberi reinforcement (+)
- Menjelaskan pengertian tentang overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan ronde keperawatan.
- Menjelaskan tujuan tentang overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan ronde keperawatan.
- Menjelaskan pedoman pelaksanaan tentang overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan ronde keperawatan
- Penyajian Video tentang overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan ronde keperawatan
- Memberi kesempatan perawat untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Mengemukakan pendapat
- Mengemukakan pendapat
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan
- Mengemukakan
5 menit
45 menit
Penutup - Mengevaluasi materi yang
disampaikan- Memberi reinforcement (+)- Menyimpulkan materi- Menutup dengan salam
pendapat
- Mendengarkan
- Memperhatikan - Menjawab
salam
10 menit
1) Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.
60% Peserta menghadiri diseminasi ilmu.
Tempat dan media serta alat diseminasi ilmu sesuai rencana.
Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.
b. Evaluasi Proses
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
75% peserta aktif dalam kegiatan diseminasi ilmu
75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama diseminasi ilmu
c. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan diseminasi ilmu, diharapkan peserta mampu:
Mengetahui pengertian tentang
overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan
ronde keperawatan
Mengetahui tujuan dilakukannya tentang
overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan
ronde keperawatan
Mengetahui pedoman pelaksanaan tentang
overan,konferent,pendokumentasian,discharge planning,metode tim,dan
ronde keperawatan
Materi Desiminasi Ilmu
1. TIMBANG TERIMA
A. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat,
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
B. Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
C. Tujuan Khusus
Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien
Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya
Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
D. Manfaat bagi perawat
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat
Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
Menimbulkan rasa aman
Meningkatkan percaya diri/bangga
E. Manfaat bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
F. Manfaat bagi Rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
G . Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Menurut Lardner et.all (1996,
dalamhttp://ckjnersmanajer.blogspot.com, 2009), operan memiliki
3tahapanyaitu:
Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang dating.
Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.
H. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam Melakukan Pergantian
Shift atau Overan Jaga Diantaranya ( Nursalam, 2002 ).
Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang disampaikan
Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung
jawab shift yang selanjutnya meliputi :
Kondisi atau keadaan klien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.
I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Prosedur Operan Jaga
(Nursalam, 2002), Meliputi:
1) Persiapan
Kedua kelompok dalam keadaan siap
Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
Identitas klien dan diagnosa medic
Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervensi kolaborasi dan dependen
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang kurang jelas Penyampaan pada saat timbang terima
secara singkat dan jelas
Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung
pada buku laporan ruangan oleh perawat.
Operan jaga (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Dalam http://ckjnersmanajer.blogspot.com (2009), operan jaga memiliki
beberapa bentuk pelaksanaan diantaranya:
Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien
kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah
datang. Metode itu berupa one way communication
Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. Melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
Menggunakan komunikasi tertulis-written. Melakukan pertukaran
informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk
dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode
untuk dikombinasi.
J. Efek Shift Kerja atau Operan
Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau
operan (http://httpyasirblogsotcom.blogspot.com , 2009) adalah sebagai berikut:
1). Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan
lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2). Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan
pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan
pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan
untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3). Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan
efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali dan pemantauan.
4). Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5). Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata
jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.
K. Dokumentasi Dalam Operan
1). Identitas klien
2). Diagnosa medis klien
3). Dokter yang menangani
4). Kondisi saat klien ini
5). Masalah Keperawatan
6). Intervensi yang sudah dilakukan
7). Intervensi yang belum dilakukan
8). Tindakan kolaborasi
9). Rencana umum dan persiapan lain
10).Tanda tangan dan nama terang
11).Contoh Dokumentasi Operan
Contoh Overan Pasien.
Ny. Tholhah (42 thn)
No/ Nama/ Umur/ No.Reg/ Dx/ Dr/ Laporan Kegiatan :
(5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik, komposmentis.
TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka
lengan atas sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti
infeksi dan gangguan integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor
TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi
Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi,
Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg,
Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada
METODE TIM DALAM PROSES KEPERAWATAN
A. Pengertian
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota group / tim.
Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan
pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan
perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah
yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja
sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota
tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan
bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap
anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya
dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di
dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji
anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien (Huber 2000).
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
1. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
2. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
3. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
4. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan
kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
B. Kelebihan
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
C. Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
TINJAUAN TEORITIS
CONFERENCE
A. Pengertian
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien.
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
B. Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frustasi bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997).
Tujuan pre conference adalah:
Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat pelaksanaan:
• Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
• Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
• Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
• Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
(Jean, et.Al, 1973)
C. Pedoman pelaksanaan conference
• Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
• Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
• Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik
• Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
• Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat
yang berbeda
• Raung diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
• Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan
D. PANDUAN BAGI PERAWAT PRIMER DALAM MELAKUKAN
CONFERENCE:
1. Menyampaikan perkembangan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemaren dan kondisi klien yang dilakukan oleh perawat dinas malam. Hal-hal
yang disampaikan yaitu:
keadaan umum klien,
keluhan klien,
TTV dan kesadaran,
hasil pemeriksaan laboratorium / diagnostic terbaru,
masalah keperawatan,
rencana keperawatan hari ini,
perubahan terapi medis,
rencana medis.
2. PN mendiskusikan dan mengarahkan PP tentang masalah yang terkait dengan
keperawatan klien meliputi:
Keluhan klien yang terkait dengan pelayanan (keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, ketidakhadiran dokter)
Ketepatan pemberian infus
Ketepatan pemberian asupan dan haluaran cairan
Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi
Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
Ketepatan dokumentasi
3. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
4. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing-masing PA
5. Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikannya.
DISCHARGE PLANNING
A. Pengertian Discharge planning
Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien ketika
akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun akan
melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor)
Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau
diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi
keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang lain.
Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya,
B. Manfaat discharge planning
1 .Bagi pasien
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang pasif
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh support
sebelum timbulnya masalah
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubungi
2. bagi perawat
a. Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda
f. Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
C. Prinsip discharge planning
1 Kordinasi (saling berhubungan)
2 Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar
keperawatan)
3 Pengenalan secara dini mungkin(penjelasan tentang apa yang kita informasi)
4 Perencanaan secara hati-hati
5 Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning
a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan
b. Isolasi sosial
c. Diagnosa baru penyakit kronik
d. Operasi besar
e. Perpanjangan operasi besar
f. Orang labil
g. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
h. Kesulitan financial
i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan
j. Penyakit terminal
Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning
a. Umur diatas 70 tahun
b. Maltipe diagnosis
c. Resiko kematian yang tinggi
d. Terbatas mobilitus fisik
e. Keterbatasan merawat diri sendiri
f. Penurunan status kognisi/kognitif
g. Resiko terjadi cedera
h. Tunawisma
i. Fakir miskin
j. Penyakit kronis
k. Pasie diagnosis baru
l. Penyalahgunaan zat
m. Sering keluar masuk emergency
D. Mekanisme Discharge planning menurut proses keperawatan
1. Pengkajian
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning,dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.
Yaitu mengetahui problem,etiologi (penyebab),support sistem (hal yang
mendukung klien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada kebutuhan
rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang disingkat dengan
METHOD yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan
perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,
yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan
kesehatan tambahan.
e. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran
referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan pada catatan perawat
dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis diberikan kepada
klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. KONSEP DASAR PENDOKUMENTASIAN
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan keperawatan serta sebagai sarana pendidikan
bagi para mahasiswa.
Dokumentasi dan pelaporan merupakan suatu metode untuk mengkomunikasikan
suatu informasi yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan kesehatan. Dalam
beberapa hal kesuksesan dari pelaksanaan proses keperawatan tergantung dari
keakuratan dan komplitnya pelaporan dan ketepatan dalam penulisan
pendokumentasian.
Beberapa jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap perusahaan menggunakan format
yang berbeda, seluruh catatan mengandung informasi yang mendasar, yaitu
1. Identifikasi klien dan data demografis
2. Informed Consent untuk tindakan
3. Riwayat keperawatan
4. Diagnosa atau masalah keperawatan
5. Rencana keperawatan (Nursing Care Plan)
6. Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi
7. Riwayat medis
8. Diagnosa medis
9. Pesanan terapi
10. Catatan perkembangan medis dan kesehatan
11. Laporan pengkajian fisik
12. Laporan diagnostik studi
13. Rangkuman prosedur operasi
14. Rencana pulang dan rangkuman
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Isi, Informasi yang ditulis harus lengkap , akurat, jelas, mengandung fakta
(obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak umum. Benar,
dimana informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan haruslah faktual.
Catatan harus berisi deskripsi, informasi yang objektif dari apa-apa yang perawat
lihat, dengar, rasa dan cium (Begerson, 1988)
2. Waktu, Dokumentasikan waktu setiap melakukan intervensi keperawatan. Up to
Date, laporan yang terlambat merupakan suatu kelalaian yang serius dan menyebab
kelambatan untuk memberikan suatu tindakan. Misalnya kesalahan dalam
melaporkan penurunan tekanan darah dapat memperlambat pemberian obat yang
diperlukan. Secara legal, kelambatan dari pelaporan dapat diinterpretasikan sebagai
kelalaian.kegiatan untuk mengkomunikasikan hal ini mencakup :
a. vital sign
b. penatalaksanaan medis
c. persiapan dilakukan diagnostic test dan pembedahan
d. perubahan status
e. waktu masuk, pindah, pulang atau kematian klien
f. penatalaksanaan untuk perubahan status yang tiba-tiba.
3. Format , Gunakan format yang telah adasesuai dengan kebijaksanaan institusi
pelayanan kesehatan
4. Kerahasiaan, komunikasi yang rahasia adalah informasi yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain yang dipercaya dan merahasiakan bahwa
beberapa informasi itu tidak akan diungkapkan. Pasien mempunyai hak moral dan
legal untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam catatan kesehatannya
terjaga kerahasiaannya.
5. Akontabilitas, Berikan nama dan tanda tangan setiap melakukan intervensi
keperawatan. jangan menggunakan penghapus atau tip-ex bila melakukan
kesalahan dalam penulisan.
Catatan adalah sumber data yang bernilai dan digunakan oleh seluruh anggota tim
kesehatan. Maksud dari catatan ini termasuk komunikasi, kemampuan finansial,
pendidikan, pengkajian, riset, auditing dan aspek legal dokumentasi.
1.2. FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN
Banyak faktor yang merupakan hambatan dalam melaksanakan dokumentasi
keperawatan, meskipun pada dasarnya proses keperawatan telah diterapkan. Berbagai
hambatan tersebut meliputi :
a. Kurangnya pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan. hal ini bisa
terjadi karena latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, sehingga tidak
adanya keseragaman pelaksanaan dokumentasi keperawatan.
b. Kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumentasi keperawatan. Penulisan
dokumentasi keperawatan tidak mengacu pada standar yang sudah ditetapkan,
sehingga terkadang tidak lengkap dan akurat.
c. Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang
harus diisi untuk mencatat data dan intervensi keperawatan pada pasien
membuat perawat terbebani.
d. Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu tatanan
pelayanan kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya berorientasi pada
tindakan saja. Tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah
diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan.
e. Ketiadaan pengadaan lembar format dokumentasi keperawatan oleh institusi
f. Tidak semua tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat
didokumentasikan dengan baik. Karena lembar format yang ada tidak
menyediakan tempat (kolom untuk menuliskannya).
Disamping hal tersebut di atas adalah sikap perawat yang dalam melakukan
dokumentasi saat ini hanya berorientasi pada kepentingan pribadi semata. Hal ini tidak
hanya merugikan kepada pasien sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan, tetapi
juga perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan.
1.3. PENGARUH PENDOKUMENTASIAN TERHADAP KEBERHASILAN
TERAPI
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan
kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi
merupakan dokumen yang legal tentang pemberian asuhan keperawatan. dokumentasi
dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah
terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan dan
catatan perkembangan pasien.
Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka jikalau dalam pendokumentasian itu
dilakukan dengan baik dan benar maka segala tindakan yang memerlukan tindak lanjut
dan berkelanjutan akan dapat terobservasi sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik
dan program terapi akan dapat berhasil.
Dalam hal pencegahan terjadinya gangguan integritas kulit dan jaringan seorang
perawat profesional pasti akan memberikan suatu intervensi latih mobilisasi, rubah
posisi tidur tiap 2 jam sekali. Hal ini akan dapat lebih terlaksana dengan baik jikalau
terdapatnya suatu format yang khusus dan berlangsung selama 24 jam, tidak hanya
berbentuk tindakan yang dilakukan oleh per-shift.
Jadi sangat jelas sekali bahwa dengan adanya pendokumentasian yang nantinya
akan menjadi suatu alat komunikasi antar perawat pada khususnya pada tiap pergantian
shift, maka program terapi akan menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Fiscbach, Documentating Care : Communication, The Nursing Process and Documentation
Standards, F A Davis Company, Philadelphia, 1991
Gilles, Dee Ann, Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Kedua, (Alih
Bahasa : Drs. Dika Sukmana dkk), W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1989.
Potter, Patricia A., RN. MSN et al, Fundamental of Nursing, Concept, Process & Practice,
Third Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993
Terry, George R., Prinsip-prinsip Manajemen, (Penerjemah J. Smith D.F.M.), Bumi Aksara,
Jakarta, 1995.