SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI · 2019. 10. 28. · Untuk melengkapi pengenalan akan Santo Albertus...

Seri Karmelitana No. 23

SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

Oleh: Rm. Edison R. L. Tinambunan, O.Carm.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratur juta rupiah).

iv SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

KRM 52206713@ Karmelindo 2013

PENERBIT KARMELINDOJl. Puncak Dieng Blok ii-2/16 Malang 65151

Telp. (0341) 5078737; SMS/WA. 081 334 206 860E-mail: [email protected]: www.karmelindomedia.com

Oleh: Rm. Edison R.L. Tinambunan, O.Carm.

Cetakan ke- 1: April 2013Cetakan ke-2: Mei 2015Cetakan ke-3: Juni 2016

Cetakan ke-4: Desember 2017

Setting & Layout:Ignatius Donny Kristanto;

Caesaryan YudhiwaraDesain Cover:

Ignatius Donny Kristanto Gambar Cover:

Lukisan Albertus yang dibuat pada tahun 1704 (Saint’ Albertus, Roma)

Cum permissu superiorum:Prior provinsialis Ordinis Carmelitanum Indonesiae

Ignatius Joko Purnomo, O.Carm.Malang, 2012.

ISBN: 978-979-3725-37-6

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun,

termasuk fotokopi, tanpa izin dari Penerbit.

v

DAFTAR ISI

Pengantar ....................................................................... vii1. Implikasi Nama Albertus ........................................... 12. Letak Geografis Trapani-Sicilia .................................. 5 3. Kronologi Albertus ................................................... 74. Masa Kecil Albertus .................................................. 95. Biarawan Karmelit .................................................... 17 6. Semangat Tanah Suci dan Gunung Karmel ............... 257. Imam Karmelit .......................................................... 298. “Transitus” ............................................................... 339. Berbagai Mukjizat ..................................................... 4110. Tradisi Albertus ......................................................... 5111. Pesan Albertus ......................................................... 5312. Kepustakaan ............................................................. 55

Daftar Isi

vi SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

Gereja Traspontina, Roma

vii

PENGANTAR

Buku ini memberikan secara lengkap riwayat hidup Santo Albertus dari Trapani, seorang kudus dari Ordo

Karmel yang hidup pada awal abad XIII. Selain itu, buku ini juga memberikan hal-hal yang berkaitan dengan riwayat hidup Santo tersebut agar kita semakin akrab dengannya. Pada akhir riwayat hidup Santo Albertus dari Trapani ditampilkan berbagai devosi kepadanya yang didasarkan pada mukjizat-mukjizat Tuhan melalui Santo tersebut. Untuk melengkapi pengenalan akan Santo Albertus dari Trapani, berbagai ikonografi yang diambil dari beberapa tempat penting di Italia juga ditampilkan untuk memperluas wawasan kita akan dia. Ikon-ikon ini diambil secara langsung oleh penulis, sehingga keautentikannya bisa dipertanggung-jawabkan. Bagian penutup dari Riwayat Hidup diberikan pesan untuk dijadikan sebagai pegangan hidup. Pesan berharga tersebut amat penting untuk diperhatikan, dihayati dan diajarkan, terlebih bagi mereka yang menekuni bidang pendidikan, baik itu sebagai siswa-siswi maupun pengajar.

Edison R.L. Tinambunan, O.Carm.

Pengantar

viii SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

Santo Albertus dari Trapani (San Felice del Benaco, Italia)

1

1IMPLIKASI

NAMA ALBERTUS

Nama pelindung SMA Dempo adalah Santo Albertus dari Trapani. Pertanyaan-pertanyaan menggelitik

adalah: Siapa itu Santo Albertus dari Trapani? Nama tidak terkenal? Mengapa menggunakan nama itu pada Sekolah Dempo yang terkenal itu? Mengapa Dempo tidak mengambil nama orang kudus lebih terkenal seperti Don Bosko yang adalah sosok pendidik ulung? Tentu para Karmelit, perintis SMAK Santo Albertus tidak asal mengambil nama sebagai pelindung. Mereka sudah memikirkan dengan baik sekali untuk memberikan nama pelindung sekolah ini dan nama Santo Albertus dari Trapani adalah nama terbaik untuk disandang. Ordo Karmel memiliki banyak orang kudus. Salah satunya adalah Santo Albertus dari Trapani. Ia dipilih oleh Ordo Karmel untuk menjadi pelindung sekolah atau Institut yang berkarya di bidang pendidikan. Oleh sebab itu, para Karmelit yang merintis sekolah ini mengambil nama Santo Albertus dari Trapani menjadi pelindung sekolah tersebut. Walaupun sebenarnya ia tidak berkarya di bidang pendidikan semasa hidupnya, bahkan ia juga tidak memiliki gelar akademis, akan tetapi Santo Albertus tetap menjadi pelindung karya pendidikan. Ada beberapa sekolah yang memiliki nama pelindung Santo Albertus dari Trapani, seperti: SMPK Donomulyo-Malang, SMPK Dampit-Malang (kedua sekolah ini milik

Implikasi Nama Albertus

2 SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI

Keuskupan Malang), SMAK Dempo-Malang (milik Ordo Karmel) dan yayasan Santo Albertus dari sekolah TK - SMAK Abdi Siswa, Jakarta Barat. Sekolah lain adalah Centro Internazionale Sant’Alberto di Roma. Sekolah ini awalnya adalah Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi, tetapi sekarang

Lukisan Albertus dari Trapani dibuat pada tahun 1704

3

menjadi tempat para Karmelit untuk studi lanjut atau spesialisasi dan tempat tinggal para dosen yang mengajar di Roma. Albertus juga menjadi pelindung dari beberapa paroki (seperti Santo Albertus Trapani Blimbing-Malang) dan kota, baik itu di Sicilia seperti Messina, Palermo dan Trapani, maupun di luar pulau tersebut, seperti Revere dan Mantova (Italia). Ordo Karmel memiliki dua orang kudus yang bernama Albertus. Selain Albertus dari Trapani, nama lain adalah Albertus Agung, yang menjadi Patriakh Yerusalem (1206-1214). Ia sangat berjasa untuk Ordo Karmel. Os iusti (mulut kebenaran/keadilan/kebijaksanaan) adalah julukan yang diberikan kepada Santo Albertus dari Trapani semasa hidupnya. Walaupun ia tidak mengecap pendidikan yang tinggi, akan tetapi dari perkataan, kotbah-kotbah, pembicaraan dan sikapnya terhadap orang yang ditemuinya, memberikan kebenaran, keadilan dan kebijaksanaan. Kemampuannya dalam berkotbah, berbicara dan bersikap adalah bagaikan orang yang mengecap perguruan tinggi atau orang yang memiliki gelar akademis, bahkan melampauinya. Os iusti diajarkan Santo Albertus kepada semua orang yang ditemui dan yang mendengarkan perkataannya, sehingga mereka merasakan seperti orang yang sedang mendapat pelajaran bermutu untuk hidup. Tidak berhenti pada titik itu, ia juga berusaha membuat orang menjadi Os iusti setelah mendengarkannya atau bertemu dengan Albertus. Nama Italia Albertus adalah Alberto di Trapani. Kata “di” adalah preposisi yang menunjuk pada asal, dalam hal ini tempat kelahirannya dan “Alberto” dalam bahasa Latin disebut Albertus. Bahasa Indonesia menggunakan nama-nama Orang Kudus dalam Bahasa Latin. Pada zamannya,

Implikasi Nama Albertus


nama masih diidentikkan dengan asal atau kelahiran. Oleh sebab itu, ia dinamai dengan Albertus dari Trapani. Ia juga sering disebut dengan Alberto di Sicilia (Albertus dari Sicilia). Alasan adalah sama dengan Alberto di Trapani, karena Trapani berada di Pulau Sicilia (asalnya), salah satu pulau di bagian Selatan Italia. Pulau ini dikenal sebagai pemasok jeruk yang manis, minyak zaitun, gandum dan berbagai jenis kue yang digemari di seluruh Italia.

Nama lain adalah Alberto degli Abbati. Abbati adalah nama keluarga Albertus, jadi dengan sendirinya ia juga menyandang nama tersebut. Sedangkan “degli” adalah gabungan kata preposisi “di” dan kata sandang “gli”. Oleh sebab itu, bisa diartikan dengan “Albertus dari Abbati”; akan tetapi nama ini tidak bisa diterjemahkan, karena nama keluarga atau fam. Bagi kita saat ini, nama mana pun kita gunakan, tidak menjadi masalah. Cuma nama yang umum digunakan adalah Albertus dari Trapani yang juga digunakan sebagai nama pelindung sekolah.

Aneka roti dari Sicilia. Sumber: http://cdn.paper4pc.com/images/bread-pictures-wallpaper-1.jpg

5

2LETAK GEOGRAFIS

TRAPANI - Sicilia

Posisi Trapani di Italia

Salah satu sisi Kota Trapani

Letak Geografis Trapani - Sicilia


Albertus berdiri di sebelah kanan Bunda Maria (San Felice del Benaco, Italia)

7

3KRONOLOGI

ALBERTUS

±1240 : Kelahiran Albertus dari Trapani1260 : Masuk biara Karmel Annunziata di Trapani±1289 : Ditahbiskan menjadi imam1289 : Prior biara Annunziata, Trapani1295 : Berkunjung ke Tanah Suci1296 : Provinsial Karmel Sicilia7-8-1307 : “Transitus” (Meninggal)1309-1317 : Pemindahan relikui Albertus dari Messina ke Trapani1476 : Paus Sixtus IV menyatakan Albertus sebagai Santo (kanonisasi)7 Agustus : Pesta Santo Albertus (hari wafat Albertus)

Kronologi Albertus


Para Kudus Karmel, Albertus ada di sebelah kanan, kedua dari atas (San Felice del Benaco, Italia)

9

4MASA KECIL

ALBERTUS

Pada awal abad XIII di Kota Trapani bagian Barat Pulau Sicilia, bangsawan saleh bernama Benedictus degli

Abbati bersama istrinya Joana de Salzi tinggal di sebuah istana indah warisan leluhur. Sebagai bangsawan mereka hidup serba tidak berkekurangan dari segi materi. Tetapi, ada suatu hal menjadi ganjalan dalam rumah tangga mereka selama kurang lebih 25 tahun. Pasangan ningrat ini belum dianugerahi keturunan (bdk. kelahiran Samuel dalam 1 Sam. 1:1-28 dan Yohanes Pembaptis dalam Luk. 1:5-25, 57-80). Sebagai keluarga bangsawan mereka tentu sangat khawatir akan situasi ini, karena keturunan menyangkut kelangsungan dinasti. Mereka sudah melakukan banyak usaha untuk mendapatkan keturunan. Mereka rajin memohon kepada Tuhan sambil berpuasa. Mereka memberikan derma dalam jumlah besar kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Mereka juga memiliki devosi kuat kepada Bunda Maria. Mereka memanggil Maria sebagai ibu kerahiman dan pohon kehidupan. Tetapi, usaha mereka belum membuahkan apa-apa. Pada suatu kesempatan mereka berdoa kepada Tuhan melalui Bunda Maria dengan berkata, “Pandanglah dan kasihanilah kami, ya Bunda Maria! Sampaikanlah permohonan kami kepada Bapa! Bila kami nanti dianugerahi seorang putra, kami akan mempersembahkannya kepada-Nya untuk mengabdi Tuhan di biara Trapani.”

Masa Kecil Albertus


Sekitar tahun 1240 keluarga bangsawan ini sangat bersukacita karena Tuhan mengabulkan permohonan mereka dengan penganugerahan seorang putra. Bunda Maria telah membantu mereka dalam doa-doa untuk memperoleh keturunan. Kedua pasangan ini memilih nama Albertus untuk buah kasih mereka. Bagi mereka nama inilah paling baik dan indah untuk disandang oleh putra mereka walau hingga saat itu tidak seorang pun di Trapani bernama Albertus.

Kelahiran Albertus (gereja Traspontina, Roma)

11

Benedictus degli Abbati bersama istrinya Joana de Salzi sangat akrab dengan para Karmelit di Trapani yang tidak lama hijrah dari Gunung Karmel, Tanah Suci (sekitar 1238). Trapani adalah salah satu kota pertama yang dihuni para Karmelit di Eropa. Bagi para Karmelit nama Albertus adalah nama yang tidak asing, karena Albertus Agung yang adalah Patriakh Yerusalem (1206-1214) memberikan “Formula vitae” (Peraturan Hidup) kepada mereka di Gunung Karmel. Oleh sebab itu, nama Albertus pasti diperkenalkan oleh para Karmelit kepada banyak orang, termasuk Benedictus degli Abbati bersama istrinya Joana de Salzi di Trapani. Inilah alasan mengapa Benedictus degli Abbati bersama istrinya Joana de Salzi memberi nama anak mereka Albertus. Sejak kecil Albertus sudah berbudi pekerti lembut dan mulia. Ia selalu memperlihatkan paras riang, sopan, sederhana dan tanggap. Ia adalah anak penurut pada ajaran orang tuanya. Oleh sebab itu, kedua orang tuanya tidak mengalami kesulitan untuk mengarahkan Albertus menjadi seorang anak yang beriman. Dengan kemampuan yang dimiliki orang tuanya, mereka memilih guru-guru terbaik untuk mengajar putra mereka agar memiliki pengetahuan yang mendalam akan agama, sastra dan berbagai pengetahuan lainnya. Para gurunya sering kagum akan daya tangkap Albertus untuk mencerna pelajaran. Ketika Albertus berusia delapan tahun, seorang pangeran sangat tertarik pada budi pekertinya. Pangeran itu mengatakan kepada Benedictus agar Albertus dipersunting dengan putrinya bila keduanya nanti sudah dewasa. Semula Benedictus menolak dengan tegas pinangan pangeran itu karena ia tidak pernah melupakan janjinya kepada Perawan Maria. Namun, pangeran itu terus mendesak sehingga ia mulai luluh dan tidak memiliki cara

Masa Kecil Albertus


untuk melepaskan diri dari permintaan tersebut. Istrinya Joana sangat terkejut ketika hal itu diberitahukan suaminya kepadanya. Joana dengan berani mencela sikap suaminya. Ia berkata kepada suaminya, “Kita telah membuat perjanjian dengan Tuhan melalui Bunda Maria bahwa Albertus bukan milik kita. Kita tidak bisa menguasainya seturut kehendak kita, karena ia telah menjadi milik Tuhan dan Santa Maria. Ordo Karmel adalah mempelainya.” Benedictus merasa diteguhkan oleh kebijaksanaan istrinya. Janji harus ditepati! Joana memanggil Albertus dan dengan kelembutan hati seorang ibu, ia menjelaskan kepada anaknya segala sesuatu yang terjadi sebelum kelahirannya. Ia menceriterakan perjanjian mereka dengan Tuhan dan Santa Maria, Bunda Karmel, bahwa ia yang telah dianugerahkan kepada mereka adalah milik Tuhan. Perkataan ibunya bagaikan hujan menyuburkan benih panggilan yang ditaburkan Tuhan di dalam hati Albertus. Wajahnya dipenuhi dengan kegirangan dan berseri-seri setelah mendengarkan kata-kata ibunya. Rahmat Tuhan yang selalu mendampinginya mulai menampakkan keajaiban-keajaiban sebagaimana dulu dialami Samuel di masa mudanya, Santo Yohanes Pembaptis dan orang-orang kudus lainnya. Ia ingin segera mengabdi Tuhan di biara dan meninggalkan segala warisan orang tuanya. Keputusannya sudah mantap dan tidak dapat diubah lagi oleh siapa pun. Ia akan pergi memeluk salib suci Kristus di Biara Karmel, Trapani. Ia hanya memikirkan upaya untuk mewujudkan niatnya itu agar sesegera mungkin terlaksana. Tuhan tidak hanya melindungi anak itu dengan karunia panggilan suci, tetapi juga dengan kebijaksanaan yang luar biasa. Suatu kesempatan ketika ia duduk di meja makan bersama orang tuanya, Albertus berkata, “Sebelum

13

ayah dan ibu memberikan izin kepada saya untuk hidup membiara, saya tidak akan menyentuh makanan maupun minuman.” Benedictus dan Joana kaget atas perkataan Albertus itu. Joana menyambutnya dengan suasana tenang, walaupun ia harus merasa pedih karena ia berpisah dengan buah hatinya. Benedictus juga merasakan seperti yang dialami istrinya. Dalam hati kecil, ia ingin menangguhkan lebih lama niat anaknya itu. Akan tetapi, mengingat janji yang telah diikrarkan, sambil membelainya dengan penuh kasih, mereka memberikan izin serta restu kepada Albertus. Setelah berpamitan dengan orang tua dan sanak famili, Albertus pergi ke Biara Karmel di Trapani yang bernama Annunziata (Santa Maria Menerima Kabar Gembira). Perpisahan itu diiringi dengan isak tangis kedua orang tuanya. Sesampai di pintu biara, Albertus bersujud di depan kaki Prior (pimpinan biara) dan memohon dengan rendah hati agar ia diterima sebagai calon Karmelit. Karena waktu itu Albertus masih berusia muda dan belum cukup umur untuk menjadi Karmelit, Prior belum memperbolehkannya masuk biara. Prior membeberkan kesulitan-kesulitan menjadi Karmelit yang seharusnya belum bisa dilaksanakan seumur Albertus, dengan tujuan agar Albertus menunda dulu niat luhur tersebut. Prior menasihati Albertus dan menganjurkan agar pulang ke rumah bersama dengan orang tuanya sampai ia memiliki umur yang cukup untuk masuk biara. Albertus mencoba meluluhkan hati Prior itu dengan kata-kata bijaksana dan ketabahan. Akan tetapi, Prior tetap memegang prinsipnya. Ia tidak bisa meluluskan permohonan Albertus, lalu ia berkata kepada Prior Biara Karmel itu, “Romo, untuk menunjukkan ketaatanku yang

Masa Kecil Albertus


pertama kepada Anda sebagai pimpinan biara, maka saat ini saya akan kembali ke rumah orang tuaku.” Kemudian Albertus pergi meninggalkan biara itu dengan rasa kecewa sambil mencucurkan air mata. Karena penolakan ini, Albertus merasa susah dan sedih. Ia seolah telah melakukan suatu kejahatan besar. Albertus tinggal kembali di rumah orang tuanya. Diam-diam Benedictus yang sesungguhnya enggan melepas kepergian Albertus masuk biara, berusaha menghibur anaknya. Ayah Albertus berkata, “putraku terkasih, saya mengerti bahwa para Imam yang baik itu adalah bijaksana untuk tidak menerima permohonanmu. Bersabarlah! Lihatlah, ayah dan ibumu sudah tua dan mendekati ajal. Bila engkau menolong kami sampai pada ajal, maka engkau telah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang putra. Sesudah itu kembalilah ke biara dan engkau pasti akan diterima oleh Ordo Karmel dengan tangan terbuka.” Dalam perjalanan waktu, niat Albertus untuk menjadi Karmelit tidak luntur. Harapannya adalah agar waktu untuk masuk Karmel terwujud. Ia tidak kuasa melawan karunia Allah dan mengabaikan suara Tuhan yang memanggilnya ke Karmel. Karena itu Albertus berkata, “O Tuhan, milikku tertinggi dan satu-satunya harapanku! Kapankah fajar akan menyingsing? Kapan aku diizinkan untuk mengenakan jubah Karmel? O Perawan tersuci, penghibur orang-orang yang berduka! Persingkatlah peredaran waktu! Terangilah budi Prior, ayahku dan gerakkanlah kemauan mereka agar ia tidak lebih lama lagi menahan saya, supaya aku bisa pergi ke tempat kediaman hamba-hambamu yang suci!” Tahun demi tahun telah berlalu. Pada suatu malam Benedictus melihat bahwa ruangan tempat tinggalnya tiba-tiba disinari cahaya. Di hadapannya Ratu surgawi berdiri

15

dengan penuh kemuliaan sambil berkata, “Masih berapa lama lagi engkau akan menangguhkan perjanjian kita? Mengapa engkau berani memiliki yang bukan milikmu? Engkau telah menyerahkan anakmu kepadaku sejak ia belum lahir. Karena itu, persembahkanlah dia segera kepadaku, jika engkau tidak ingin meninggal secara tiba-tiba!” Kemudian penampakan itu hilang. Sikap Benedictus sebagai ayah yang ingin menguasai anaknya sudah diluluhkan. Setiap pagi saat bangun tidur, Albertus selalu memberikan salam dan hormat kepada orang tuanya. Pada pagi itu, malam setelah Benediktus mendapat penampakan tersebut, saat Albertus menyapanya, ia memeluk Albertus dengan keharuan yang tak terlukiskan dengan berkata, “putraku terkasih, kesukaan hatiku dan biji mataku, hari ini juga permintaanmu menjadi Karmelit ayah kabulkan. Hari ini engkau boleh mengikuti panggilan surgawi itu, karena tadi malam Perawan tersuci memperlihatkan dirinya kepadaku dan meminta agar aku merestuimu menjadi seorang Karmelit. Oleh sebab itu, bersiaplah untuk pergi ke Biara Karmel. Saya dan ibumu akan mengantarmu dan mempersembahkanmu ke biara.” Serta merta Albertus bergegas mempersiapkan diri untuk masuk Biara Karmel. Sebelum tengah hari kedua orang tua Albertus mengapitnya sambil berlutut untuk berdoa di depan Bunda Maria di gereja Karmel, Trapani. Orang tuanya mempersembahkan Albertus kepada Tuhan melalui Maria. Kedua orang tua Albertus juga memohon kekuatan sepeninggalan buah kasih mereka. Ayah Albertus menceriterakan penampakan yang dialaminya kepada Prior biara, lalu kedua orang tuanya mempersembahkan anak mereka ke Ordo Karmel. Waktu itu umur Albertus

Masa Kecil Albertus


telah mencukupi menjadi seorang Karmelit. Dengan kegembiraan yang tak terlukiskan, Albertus masuk ke lingkungan para Karmelit. Sebelum meninggalkan biara untuk berpisah dengan anak mereka, kedua orang tua Albertus memeluk putra mereka dengan wajah berseri-seri dan merelakannya menjadi seorang Karmelit.

Albertus berada di sebelah kanan Yesus(San Felice del Benaco, Italia)

17

5BIARAWANKARMELIT

Kita tidak tahu persis waktu Albertus masuk Biara Karmel, kemungkinan sekitar tahun 1260. Ordo ini

masuk ke Eropa pada awal abad XIII (1238) dan tempat pertama di Eropa adalah Sicilia, di kota Messina (bagian Timur pulau tersebut, lihat peta) dan kemudian di Trapani. Di biara, para Karmelit merasa sangat gembira akan kehadiran Albertus di tengah-tengah mereka. Apalagi, walaupun masih muda, ia sudah menunjukkan perangai baik dan memiliki keluhuran jiwa. Para Karmelit yang tinggal di biara itu meyakini bahwa Albertus akan unggul dalam kebajikan dan pengetahuan. Ia juga merasa bahagia tinggal di Biara Karmel. Berkat bantuan devosi kepada Bunda Maria, rintangan demi rintangan bisa dilewatinya. Beberapa waktu kemudian, Albertus dipersiapkan untuk menerima jubah Karmel. Untuk itu, salah satu persiapan batin adalah pengakuan dosa. Albertus dengan sungguh-sungguh mengakukan kesalahan-kesalahannya sambil menangis tersedu-sedu. Ia ingin agar jangan ada noda kesalahan apa pun yang menghalangi jiwanya untuk menerima jubah Karmel tersebut. Waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Sekitar tahun 1264 Albertus mengenakan jubah Karmel yang diterimakan di depan altar gereja Santa Maria Menerima Kabar Gembira. Kedua orang tuanya bersama dengan famili dan handai taulan adalah juga hadir pada saat yang sangat bermakna tersebut.

Biarawan Karmelit


Sesudah upacara penerimaan jubah, Karmelit muda itu pergi membagi-bagikan pakaiannya yang lain (yang bukan jubah) kepada orang-orang miskin. Sikap ini menunjukkan semangatnya untuk melaksanakan nasihat Injil Tuhan Yesus Kristus yang berkata, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku” (Mat. 19:21). Perbuatan Albertus ini mengundang rasa kagum semua orang. Banyak orang terharu dan mencucurkan air mata.

Setelah mengenakan jubah Karmel, tanggung jawab selanjutnya adalah bagaimana hidup Karmel bisa dilaksanakan melalui cara hidup. Inilah tanggung jawab Albertus sebagai biarawan Karmelit. Bagi dia mengenakan

Albertus saat pengenaan jubah Karmel (gereja Traspontina, Roma)

19

jubah Karmel, bukan berarti sekadar jubah melekat di badan tetapi bagaimana hidup harus dibimbing oleh karisma Ordo yang dimasukinya. Sehubungan penghayatan kaul yang telah diikrarkan Albertus, Elia adalah salah seorang teladan dalam hidup untuk menjiwai spiritualitas Karmel. Selain itu, bagi Albertus, Elia adalah juga sosok yang memberikan inspirasi untuk bersemuka dengan Tuhan melalui keheningan. Oleh sebab itu, Albertus sangat suka tinggal di biliknya (kamar), karena di tempat itu ia menemukan keheningan untuk menuju Tuhan. Di tempat inilah Albertus menemukan makanan rohani, sehingga ia selalu memiliki keinginan untuk tinggal di tempat tersebut. Tidak bisa disangkal, Albertus adalah unggul, baik dalam pengetahuan maupun hidup rohani dibandingkan dengan para Karmelit lainnya. Meskipun demikian, ia selalu menganggap dirinya sebagai orang yang paling tidak berharga di antara yang lain. Dalam ibadat bersama di bangku koor, para Karmelit lainnya sering mengagumi kekhusukannya dalam berdoa dan bersemadi. Keunggulan lain dari Albertus adalah ramah, santun dan bersahaja kepada semua orang. Kesucian hidup belum memiliki kesempurnaan jika belum ada ujian. Albertus yang sudah memulai hidup Karmel dengan cara yang baik, tidak jarang mendapat pencobaan dari setan. Pada suatu hari, ketika Albertus sedang asyik merenungkan hubungannya dengan Tuhan, perhatiannya tiba-tiba disesatkan oleh seorang perempuan yang sangat cantik. Ia berkata kepadanya, “Albertus, begitukah engkau membalas kasih yang selalu kutumpahkan kepadamu? Apakah aku kurang menarik? Tidakkah engkau tertarik akan kecantikanku? Tidak sudikah

Biarawan Karmelit


engkau menerima gairahku?” Bujuk rayu wanita itu tidak membuat Albertus terperanjak dari semadinya. Albertus berhasil mengatasi bujukan setan tersebut. Setelah Albertus menutup semadinya dengan tanda salib, segulung asap membubung ke atas ruangan tempat itu dan perempuan cantik itu pun lenyap. Kemudian Albertus berlutut untuk memanjatkan doa syukur kepada Tuhan dan Maria yang membantunya dari surga. Tuhan telah membiarkan hambanya itu dicobai agar kesetiaan dalam panggilan akan hidup membiara semakin mantap. Melalui pencobaan itu, Albertus telah membuktikan bahwa ia mampu mengatasi cobaan, walaupun ia tergolong masih muda. Bahkan kematangan rohaninya sudah melampaui usianya. Oleh sebab itu, perkataan Beato Yohanes Baptista Mantuanus (orang kudus Karmel abad XV) bisa ditujukan kepada Albertus dengan berkata, “Ia mengalahkan kemudaannya sendiri, pengasuh dosa-dosa dan topeng tipuan musuh dari neraka.” Fajar kesucian telah terbit dalam diri Albertus yang dipeliharanya dengan tekun. Hidup rohani Albertus menjadi contoh bagi orang-orang yang lebih muda untuk belajar tentang kesucian, pengetahuan dan kebajikan. Ia juga memberikan cara bagaimana harta ilahi dibagikan kepada orang lain dan bagaimana melawan kemalasan yang mengikis ketekunan. Pendek kata, setiap orang merasa disegarkan kembali oleh teladan dan kebajikan Albertus untuk menjaga api kasih kepada sesama dan dengan sendirinya kepada Tuhan. Albertus telah mencapai tingkat kebajikan yang melampaui apa yang diharapkan darinya. Dalam perjalanan hidup selanjutnya, perjuangan di dalam Ordo Karmel adalah semakin berat, karena tanggung jawab semakin banyak. Dengan kaul, Albertus secara

21

definitif menjadi anggota Ordo Karmel untuk selama-lamanya, berarti ia bertanggung jawab secara penuh kepada Karmel. Albertus di dalam hidup Karmel memiliki prinsip untuk menghayati kaul-kaulnya (kemurnian, ketaatan dan kemiskinan), “Orang yang tidak menepati janji dengan seseorang adalah orang jahat. Tetapi jauh lebih jahat jika seseorang mengingkari janjinya kepada Tuhan.” Prinsip ini dipegang Albertus untuk menghayati kaul-kaulnya yang tidak lain adalah janji mulia kepada Tuhan dan pimpinannya. Ia juga sadar bahwa ketaatan dan pemenuhan janji kepada Tuhan dan pimpinan adalah jalan menuju kesempurnaan hidup di dunia ini. Dalam perjalanan hidupnya di Karmel, Albertus adalah seorang Karmelit yang sangat unggul dalam penghayatan kaul kemiskinan. Hal ini sudah ditunjukkan pada waktu ia menerima jubah Karmel yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah itu, Albertus semakin tekun melaksanakan kaul tersebut. Ia percaya bahwa cara ini adalah jalan kesempurnaan mengikuti Kristus. Cara dia menghayati kaul kemiskinan adalah dengan hidup sederhana dan menggunakan kebutuhan seperlunya. Ia memiliki bilik yang paling sederhana di biara, termasuk perlengkapannya. Ia juga sering mengenakan jubah yang bertambal, tetapi selalu bersih. Ketika menerima warisan dalam jumlah besar sekali sepeninggal orang tuanya, Albertus malah mendermakan semuanya kepada biara-biara miskin. Ia tidak menyisakan sesuatu pun bagi dirinya, karena ia mengingat apa yang dikatakan oleh pemazmur dengan berkata, “Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku” (Mzm. 16:5).

Biarawan Karmelit


Albertus juga sangat gemilang melaksanakan kebajikan. Ia tidak mengenal sikap berpura-pura agar tidak mencemari tubuhnya. Bagi Albertus tubuh adalah kenisah Roh Kudus. Ia selalu menjaga panca indranya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan, seperti angan-angan. Bersama dengan Maria, ia berusaha menggembalakan jiwanya. Dalam hal kemurnian, Albertus menyadari bahwa cara hidup ini adalah bagaikan bunga lili yang indah dan lembut. Warna putihnya hanya dapat selamat bila tersimpan di antara duri-duri penyangkalan diri. Maka, sejak mempersembahkan diri secara total kepada Tuhan, Albertus selalu melakukan tapa. Kadang-kadang ia hanya makan sayur-sayuran. Akan tetapi bagi Albertus cara makan seperti itu masih suatu kemewahan, oleh sebab itu, tidak jarang ia berpuasa berminggu-minggu lamanya dan hanya makan roti dan minum air saja. Pada hari Jumat Albertus mencampur makanannya dengan cuka untuk turut menderita bersama Kristus di salib. Ia tidak pernah minum anggur waktu makan walau di Sicilia sangat umum sekali cara makan seperti itu. Bahkan anggur Sicilia adalah salah satu jenis anggur yang dicari di Italia. Bagi Albertus, air saja adalah sudah cukup pada saat makan. Pada hari Senin, Rabu dan Sabtu, ia mengenakan pakaian kabung dari bulu. Pada waktu malam, ia sering mencambuki dirinya dengan rantai besi hingga berlumuran darah. Cara ini adalah suatu laku tapa baginya. Oleh sebab itu, lantai dan dinding biliknya yang kecil itu dihiasi oleh percikan darah. Malam hari, ia hanya tidur sebentar dan bukan di atas tilam yang hangat dan empuk, melainkan di atas kayu. Albertus juga memiliki sebuah altar (meja kurban) tempat membarui kurban, yaitu dirinya sendiri. Altar ini menjadi

23

tempat yang terindah untuk bercengkerama dengan Tuhan dan Bunda Maria. Inilah perabot bilik Albertus yang digunakan untuk menghayati kemiskinan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bilik Albertus menyerupai gua-gua para pertapa di Gunung Karmel yang menghasilkan kesucian di dalam hidupnya. Melalui cara inilah Albertus mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Albertus tahu cara untuk membekali diri dengan hidup rohani, yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan harus dibagikan kepada orang lain. Oleh sebab itu, Albertus juga mempersiapkan diri sebagai pengkotbah yang baik untuk membimbing dan meneguhkan orang. Berbagai cara pembekalan diri ditempuhnya untuk tujuan itu, termasuk mendalami Kitab Suci dan Teologi. Ia menyesali ketegaran hati orang-orang Yahudi dan mereka yang belum mengenal Tuhan Allah. Ia merasa sedih karena kebutaan hati mereka. Namun, ia menjadi lebih sedih lagi karena banyak orang Kristiani meninggalkan Gereja yang telah menerima mereka di dalam pangkuan-Nya. Dengan kotbah-kotbah Albertus berusaha mengembalikan orang-orang tersesat ke jalan kebajikan dan kebenaran. Sebagai seorang pengkotbah, sebagian orang menganggap Albertus ahli pidato karena kemahirannya menarik orang ke dalam pembicaraan. Hasilnya, banyak orang Yahudi dan orang yang belum mengenal Tuhan datang untuk mendengarkan kotbah Albertus. Kemudian banyak di antara mereka menjadi Kristiani. Ia berhasil meluluhkan perasaan mereka yang sudah lama membeku. Dengan gaya bahasa yang baik, Albertus selalu tampak seperti seorang bapa yang penuh kasih, sahabat yang ramah dan sosok penasihat yang bijaksana. Meskipun Albertus tidak memiliki gelar

Biarawan Karmelit


akademis, namun kemampuannya jauh melebihi tingkat orang yang memilikinya. Inilah cara Albertus untuk mengikuti jejak Sang Penebus. Melalui sikap tobat, ia menjadi cahaya bagi orang-orang buta, menjadi tumpuan dan kekuatan bagi orang yang lemah. Bagi Albertus bekerja di ladang Tuhan bisa melalui tangan dengan menulis buku-buku atau renungan, melaksanakan pekerjaan-pekerjaan biara dan juga menggunakan lidah dengan kotbah. Kunci keberhasilan untuk mengikuti jejak Kristus adalah kerendahan hati di hadapan manusia dan Tuhan.

Albertus sedang berkotbah di podium (gereja Traspontina, Roma)

25

6SEMANGAT TANAH SUCIDAN GUNUNG KARMEL

Pada tahun 1295 Albertus pergi ke Tanah Suci untuk mengunjungi tempat-tempat di mana Yesus pernah

berada. Ia juga menyempatkan diri ke Gunung Karmel, tempat asal usul Ordonya. Dikisahkan, di tempat-tempat suci itu Albertus sangat terharu sampai mencucurkan air mata, karena ia mengalami langsung tempat-tempat di mana Yesus tinggal atau kunjungi. Ia juga merasa sedih karena tempat-tempat suci itu tidak lagi sakral karena orang menduduki dan mengalihfungsikannya.

Panorama kota Yerusalem

Semangat Tanah Suci dan Gunung Karmel


Beberapa tempat yang paling berkesan di hatinya adalah tempat tempat Yesus menderita, wafat dan bangkit. Albertus juga pergi ke Betlehem, tempat Yesus lahir. Padang tempat para gembala menerima kabar kelahiran Yesus juga dikunjunginya. Yerusalem, kota bersejarah itu, menjadi suatu gambaran hidup baginya. Ia seakan mengalami langsung bagaimana Yesus masuk kota tersebut, mengajar di Bait Allah dan aktivitas lainnya yang dilakukan Yesus selama berada di kota ini. Getsemani yang terletak di luar Yerusalem juga dikunjungi Albertus. Tempat ini menjadi saksi bagaimana Yesus berjuang untuk melaksanakan penebusan. Perjuangan-Nya telah dilanjutkan Albertus.

Sebagai Karmelit, Albertus tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengunjungi Gunung Karmel, tempat diletakkan “batu pertama” Ordo Karmel. Di gunung ini Albertus menimba semangat dan roh Nabi Elia. Di atas gunung tersebut ia melihat sumber Elia, tempat para rahib Karmel di masa lampau mencicipi dan menghasilkan madu rohani. Di dekat sumber itu, Albertus masih menemukan puing-puing kapel pertama para rahib Karmelit. Di sekeliling kapel itu masih terlihat gua-gua yang digunakan para rahib

Panorama dari Gunung Karmel

27

Karmelit sebagai bilik. Suasana menjadi sangat spiritual yang membawanya ke bentuk kehidupan para rahib Karmelit awal. Di salah satu kota yang dikunjunginya selama di Tanah Suci, ada seorang Yahudi sangat dihormati karena kedudukannya yang tinggi. Tetapi sayang, meskipun ia dikelilingi oleh kekayaan dan kehormatan yang sukar ditandingi, orang itu tidak merasa bahagia karena putranya menderita sakit sawan. Dengan rela orang tersebut mau memberikan sebagian besar kekayaannya asal ia bisa melihat anaknya sembuh. Ketika ia mendengar kehadiran Albertus yang dikenal dapat membuat mukjizat, orang tersebut membawa anaknya kepada Albertus dan memohon pertolongannya. Albertus mengatakan kepada orang tua anak itu bahwa anaknya akan sembuh jika ia (orang tua anak itu) percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Albertus menjelaskan kepada orang itu bahwa Yesus adalah putra Allah dan Almasih. Sebagai orang Yahudi, awalnya ia menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi berkat karunia Roh Kudus, hatinya terbuka dan percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan. Ia pun segera dibaptis bersama dengan anaknya. Kemudian Albertus membuat tanda salib atas anak itu sambil berkata, “Dengan iman yang Anda miliki, maka Tuhan Yesus akan membuang penyakit itu darimu.” Dalam waktu sekejap, anak itu menjadi sembuh. Orang tua anak itu sangat bersukacita. Anak yang sudah disembuhkan itu menyertai perjalanan Albertus sampai ke Sicilia, bahkan ingin menjadi biarawan.

Sisi para pertapa Karmelit di Gunung Karmel

Semangat Tanah Suci dan Gunung Karmel


Kekayaan rohani yang diperoleh selama kunjungan ke Tanah Suci menjadi sarana untuk meniti perjalanan hidupnya sebagai Karmelit. Kekayaan rohani itu juga menjadi semangat baru dalam segala aktivitas dan kewajiban selanjutnya yang harus diemban Albertus.

Albertus berdiri paling kiri, di sebelah kanan Maria (San Felice del Benaco, Italia)

29

7IMAM KARMELIT

Keutamaan Albertus selama menjadi Karmelit telah diamati oleh pembesarnya dan dirasakan buahnya

oleh saudara-saudaranya di dalam biara. Oleh sebab itu, pembesarnya berpendapat bahwa Albertus layak ditahbiskan menjadi seorang imam Karmelit. Ketika ia mendengar rencana pembesarnya atas dirinya untuk ditahbiskan menjadi imam, dengan rendah hati ia berkata, “Seorang imam harus suci, sedangkan saya adalah seorang pendosa besar. Seorang imam harus menyerupai matahari yang menerangi orang-orang lain, sedangkan jiwa saya berada di dalam kegelapan. Seorang imam adalah tiang-tiang dasar untuk membantu orang lain, sedangkan saya adalah sangat lemah, dan membutuhkan bantuan.” Tetapi pimpinannya berpikir lain. Mereka meyakini kemampuan Albertus untuk menjadi imam dan berkat Sakramen Imamat yang akan diterimanya, ia akan menambah kemuliaan Tuhan dan Gereja. Oleh sebab itu, para pimpinannya meminta Albertus agar mempersiapkan diri menjadi seorang imam Karmelit. Berkat kaul ketaatan yang dihayatinya, Albertus melaksanakan apa yang diminta para pembesarnya atas dirinya walaupun ia merasa tidak layak untuk itu. Sebagai persiapan, Albertus mengasingkan diri beberapa hari untuk bersemuka dengan Tuhan, kemudian ia berangkat ke Kota Messina untuk menerima Sakramen Imamat dari tangan Uskup setempat.

Imam Karmelit


Kita memiliki tiga tanggal berbeda mengenai tahbisan imam Albertus: 4 April 1289 atau 8 Oktober 1289 atau 10 Mei 1296. Ketiga data ini merujuk pada sumber yang berbeda mengenai riwayat hidup Albertus. Pada hari-hari sebelum menerima tahbisan suci itu, Albertus berdoa di kaki Tuhan Yesus di salib. Air matanya bercucuran ketika ia membandingkan dirinya yang papa dengan Yesus. Baik dalam suasana suka maupun duka, Albertus selalu meminta pendampingan Bunda Maria, terlebih dalam peristiwa sangat penting yang sedang atau akan dialami. Pada saat ia sedang berdoa di depan salah satu patung Bunda Maria, sebelum ditahbiskan, Albertus merasa dikuatkan. Sesudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, Albertus berani melangkah ke hadapan altar Tuhan untuk menerima Sakramen Imamat tersebut. Iasadar bahwa dengan bantuan Roh Kudus dan berkat pendampingan Maria, semuanya akan berjalan baik. Satu lagi tanggung jawab bertambah. Kali ini adalah bukan hanya sebagai seorang biarawan, tetapi juga sebagai imam Karmelit. Ia menyadari bahwa tugas seorang imam adalah pelayan dan penyelamat jiwa-jiwa. Oleh sebab itu, ia berusaha untuk melaksanakan tanggung jawab itu sebaik mungkin. Jika seseorang melakukan tanggung jawab dengan baik, maka darinya akan dituntut lebih banyak lagi. Albertus telah melakukan tanggung jawab sebaik mungkin, baik itu sebagai seorang biarawan maupun imam Karmelit. Saat ini darinya dituntut lebih banyak lagi untuk melaksanakan tanggung jawab. Pada tahun 1296 para saudaranya dalam Ordo Karmel memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi pemimpin para Karmelit se-Provinsi Sicilia. Jabatan ini biasa disebut dengan provinsial.

31

Dalam pemilihan, seluruh Karmelit sepakat agar Albertus menjadi provinsial. Dalam hal ini pun Albertus tetap menunjukkan dirinya sebagai orang yang rendah hati, menganggap dirinya tidak pantas dan tidak berpengalaman untuk tugas itu. Ia mengatakan bahwa jika ia menjadi provinsial, maka para Karmelit akan berada di ambang kehancuran. Ia mengatakan hal ini agar ia tidak dipilih oleh para Karmelit menjadi provinsial. Albertus menggunakan berbagai cara untuk menolak jabatan itu, namun, ia tidak dihiraukan oleh saudara-saudaranya karena mereka berpendapat bahwa provinsial yang layak adalah hanya Albertus. Romo Jenderal, pimpinan tertinggi Ordo Karmel, memberikan dukungan kepada Albertus dan memintanya agar sudi menerima tugas sebagai provinsial. Sadar akan kaul ketaatan, Albertus akhirnya menerima tugas tersebut. Sebelum menerimanya, Albertus terlebih dahulu memohon pertolongan Bunda Maria dengan berkata, “Lihatlah ibu! Saya akan diserahi tugas yang melebihi kemampuan saya. Janganlah meninggalkan saya dalam melaksanakan tanggung jawab berat ini. Mohonkanlah saya karunia agar kepemimpinan saya merupakan suatu keluhuran Tuhan dan kebahagiaan bagi saudara-saudara saya. Mohonkanlah saya juga semangat Nabi Elia agar mampu menjalankan kereta Ordo Karmel dengan selamat.” Lihatlah, dalam doa tersebut Maria menampakkan diri kepada Albertus dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya dan dikelilingi oleh para malaikat. Lalu Maria berkata kepadanya, “Albertus, jangan takut menerima tanggung jawab itu, karena aku akan mendampingimu dalam menjalankan tugas-tugas sebagai provinsial.” Setelah itu Albertus bangkit dan menerima tugas sebagai provinsial.

Imam Karmelit


Selama menjadi provinsial, Albertus melaksanakan tugas-tugasnya dengan bijaksana, penuh kebapaan dan semangat untuk memajukan Karmelit di Sicilia. Dengan tugas itu, Albertus memiliki kewajiban dan tanggung jawab semakin banyak. Tentu tugas sebagai pengkotbah tidak terlalaikan. Kita tidak tahu sampai kapan Albertus menjadi provinsial, bisa jadi sampai akhir hidupnya. Semua tanggung jawab dan kewajiban seakan menjadi suatu harmoni dalam diri Albertus untuk dilaksanakan sampai akhir hidupnya.

Salah satu karitas Albertus (gereja Traspontina, Roma)

33

8“TRANSITUS”

Dalam segala hal, hidup Albertus diarahkan untuk kemuliaan Tuhan, keselamatan jiwa-jiwa, kepentingan

Ordo Karmel dan Gereja. Bagi Albertus, pujian adalah suatu jebakan untuk menjerat kebajikan. Oleh sebab itu, walaupun dipuji, disanjung dan bahkan dielu-elukan di berbagai tempat, Albertus sama sekali tidak hanyut akan suasana itu. Ia hanya menginginkan bagaimana Tuhan dimuliakan, jiwa-jiwa bisa diselamatkan dan Ordo Karmel bisa berkembang sesuai dengan karismanya di dalam Gereja. Sicilia membutuhkan seseorang seperti Albertus yang pandai mengambil hati dengan tutur kata dan teladan untuk kebaikan. Ia mengagumkan dalam karya iman, harapan dan kasih. Albertus sudah melaksanakan semuanya itu semaksimal mungkin selama hidupnya sebagai biarawan, imam dan provinsial Ordo Karmel. Albertus juga menjadi contoh untuk menimba kekayaan rohani yang harus dibagikan kepada orang lain. Untuk hidup rohani ini, Albertus sering melakukan laku tapa yang keras sehingga banyak berpengaruh pada kesehatannya. Melalui laku tapa itu, ia menunjukkan sebagai seorang Karmelit sejati yang dijiwai oleh teladan hidup Nabi Elia dan Maria. Kecintaan Albertus akan biliknya adalah juga suatu cara hidup Karmelit, karena di tempat itu ia mampu menemukan keindahan dengan Tuhan. Akan tetapi, demi pelayanan dan tanggung jawab, ia rela meninggalkan bilik itu dan pergi

“Transitus”


kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Keharuman rohani Albertus juga tercium oleh pimpinan tertinggi Gereja Katolik, Paus Bonifasius VIII. Gereja bersyukur kepada Albertus karena telah lahir seorang putra Gereja dengan kesucian hidup. Segala sesuatu memiliki saatnya untuk berakhir. Bintang memancarkan cahaya kebajikan dan kesucian di Sicilia dan sekitarnya akan segera padam. Keharuman bunga li l i akan segera berakhir. Albertus sudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Ia sadar bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini ke dunia yang kekal. Ia pun pamit kepada saudara-saudaranya sekomunitas tempat ia tinggal di Messina untuk pergi ke sebuah biara yang telah lama ditinggalkan oleh para Karmelit. Biara itu sangat memprihatinkan, hanya menyerupai timbunan puing-puing akibat perang. Albertusmemilih biara itu untuk menyerahkan jiwanya kepada Tuhan. Ia menginginkan ketenangan pada saat-saat terakhir hidupnya. Dalam waktu singkat, kesehatannya mengalami kemerosotan. Ketika merasa hari kematiannya sudah dekat, ia memanggil saudara-saudaranya se-Ordo dari Biara Messina. Kepada mereka Albertus berpesan, “Saudara-saudara, saya ingin dilepaskan dari belenggu-belenggu yang mengikat saya di bumi dan bersatu dengan Kristus! Ketahuilah, saatnya sudah di ambang pintu. Keinginanku akan dikabulkan segera. Usahakanlah agar kalian selalu menepati kaul-kaul yang telah kita ucapkan di depan altar Tuhan. Semoga ketekunan kalian senantiasa membara untuk menghayati kehidupan membiara. Semoga semangat kasih di antara sesamamu semakin berkobar. Laksanakan semua tugasmu, betapa pun sederhananya, untuk

35

menambah kehormatan dan kemuliaan Tuhan. Tetaplah setia seerat-eratnya kepada Takhta Santo Petrus.” Setelah menyampaikan pesan itu, Albertus menjadi tidak sadar. Para saudaranya mencucurkan air mata. Mereka mengira bahwa Albertus telah wafat. Keesokan harinya, pada tanggal 6 Agustus 1307 ia membuka matanya dan mengajak saudara-saudara (para Karmelit) untuk berdoa bersama dengan suasana haru dan memilukan. Albertus meminta agar diterimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Setelah itu, ia tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, ia membuka matanya lagi. Ia berkata bahwa Germana, saudari perempuannya yang tinggal di Trapani, juga sedang menghadapi sakrat maut dan mereka berdua akan masuk surga bersama-sama. Albertus berdiri dari tempat tidurnya yang hanya tumpukan kayu-kayu keras dan berlutut di lantai sambil menengadah dan berkata, “Juruselamatku, Yesus Kristus, yang menjadikan segala sesuatu dan mengaturnya. Engkau menentukan segala sesuatu dengan baik dan bijaksana. Terimalah jiwaku! Lepaskanlah jiwaku dari ancaman neraka! Pimpinlah aku ke tempat tinggal orang-orang pilihan-Mu.” Tanpa bergerak sedikit pun, ia melanjutkan doanya dengan mendaraskan Mazmur 54 dan 31 yang dimulai dengan kata-katanya sendiri, ”Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu dan pada-Mu, Tuhan, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu.” Setelah ia selesai mendoakan kedua Mazmur itu, Albertus menggerakkan bibirnya. Dari desahan suaranya terdengar sayup-sayup menyebut Yesus dan Maria. Matanya memancarkan cahaya terang. Mulutnya mengulas senyum dan wajahnya memberikan kesegaran. Lalu Albertus menutup mata dan sambil menundukkan kepala ia menyerahkan kembali jiwanya

“Transitus”


kepada sang Pencipta. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 6 Agustus 1307 malam (menurut perhitungan waktu, sudah masuk pada tanggal 7 Agustus. Bandingkan dengan tradisi kita saat ini yang mengatakan Sabtu sore-malam dengan malam Minggu, artinya sudah masuk pada hari Minggu. Oleh sebab itu, peringatan wafat Albertus adalah 7 Agustus). Para Karmelit di sekeliling Albertus merasa sedih karena kepergian seorang saudara yang dicintai dan menjadi teladan hidup. Akan tetapi, kesedihan itu juga bercampur dengan sukacita, karena jiwa saudara tersebut menjadi bilangan para kudus di surga. Mereka menyaksikan bagaimana Albertus pergi menghadap Penciptanya. Tuhan telah membimbing orang suci-Nya untuk masuk Kerajaan Surga. Saat Albertus menghembuskan nafasnya yang terakhir, lonceng-lonceng biara Messina berbunyi sendiri untuk menghantar jiwa suci itu ke surga. Setelah itu para Karmelit mempersiapkan tubuh Albertus untuk disemayamkan. Dari wajah Albertus masih tetap terpancar sukacita dan raut muka berseri-seri. Ia kelihatan seperti orang tidur saja. Tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan aroma wangi yang tiada duanya di bumi. Ketika para Karmelit menanggalkan pakaian luarnya untuk mengenakan matol Karmel, mereka sangat tercengang karena Albertus saat-saat terakhir hidupnya tetap mengenakan pakaian tobat yang terbuat dari bulu domba. Kabar kematian Albertus tersebar ke seluruh Messina dan Sicilia. Di mana-mana orang memperbincangkan kematiannya. Banyak orang ingin melihat dan memberikan penghormatan terakhir kepada Albertus. Dalam waktu singkat, umat berdesak-desakan untuk mengelilingi

37

jenazahnya. Bahkan orang-orang sakit juga minta untuk dibawa agar melihat jenazah Albertus dengan harapan, mereka mendapat rahmat kesembuhan. Uskup Agung Messina, Michele (Mikael) dan RajaFedericus III (1273/4-1337) yang saleh datang berlutut di hadapan jenazah Albertus. Tidak berbeda dengan orang lain, kedua orang penting itu juga sangat terharu atas kepergian Albertus. Pada kesempatan itu Uskup dan Raja Federicus III membicarakan tata cara perarakan dan pemakaman Albertus. Mereka memutuskan untuk melaksanakannya pada hari ketiga setelah kematiannya dengan upacara meriah, karena mereka telah melihat bahwa Albertus sangat berjasa untuk Gereja dan masyarakat Messina dan Sicilia.

Persemayaman Albertus (gereja Traspontina, Roma)

“Transitus”


Pada hari ketiga, ketika hari masih pagi, dari tempat persemayaman, jenazah Albertus dijemput oleh Uskup, para Karmelit, Raja Federicus III, pejabat kerajaan dan masyarakat yang tak terbilang jumlahnya. Kemudian jenazah Albertus diarak di Kota Messina yang berakhir di Katedral. Kemudian jenazah Albertus ditempatkan di hadapan altar utama. Misa arwah pun dimulai. Pada saat para imam sedang mempersiapkan Misa tersebut, mereka ingin mengenakan stola dan kasula berwarna hitam (saat ini berwarna ungu), sebagai lambang kabung. Tetapi umat beriman menentang niat para imam tersebut. Mereka menginginkan agar misa dirayakan bukan dengan suasana kabung (dukacita), melainkan syukur - sukacita. Mereka menginginkan agar para imam mengenakan stola dan kasula berwarna putih. Tentu hal ini tidak lazim, Misa arwah diwarnai dengan Misa syukur - sukacita. Lebih tidak lazim lagi karena umat beriman memerintah para imam. Oleh sebab itu, para imam berkeras pada prinsip mereka, demi menjalankan peraturan Gereja. Di sisi lain, umat beriman tetap menolak misa yang dirayakan dengan suasana kabung. Keadaan semakin tidak mengenakkan dan bahkan mengarah pada pertentangan antara kedua kubu. Tiba-tiba tampaklah dua malaikat berpakaian putih keemas-emasan. Mereka melayang-layang di atas jenazah Albertus dan mulai menyanyikan lagu pembuka Misa syukur-sukacita dengan suara merdu. Gereja yang sebelumnya gaduh menjadi hening. Semua orang terpesona akan penampakan itu. Para imam pun bergegas mengganti stola dan kasula mereka dengan warna putih sementara umat beriman melanjutkan nyanyian para malaikat dan Misa syukur-sukacita pun dimulai. Seusai Misa, jenazah Albertus masih tetap

39

disemayamkan di gereja selama tiga hari. Orang dari mana-mana termasuk dari luar Sicilia datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Akhirnya, pada hari yang telah ditetapkan jenazah Albertus dipindahkan dengan perarakan panjang ke gereja para Karmelit lalu dimasukkan ke dalam sebuah makam batu. Di atas makam Albertus, seorang ahli pahat menuliskan sebuah tanda persemayaman terakhir Albertus. Tidak lama setelah kematian Albertus, raja, rohaniwan dan umat beriman memohon kepada Takhta Suci (Paus di Vatikan) agar menjadikan Albertus sebagai orang kudus (santo). Bahkan raja berjanji untuk menanggung seluruh biaya proses menjadikannya sebagai orang kudus. Tetapi, karena suasana pada masa itu sangat keruh akibat perang yang berkesinambungan, pelaksanaan menjadikannya orang kudus selalu tertunda hingga lebih dari satu setengah abad. Akhirnya, pada 31 Mei 1476, atas permintaan Romo Christophorus Martignone, yang saat itu menjabat pimpinan Karmelit, Paus Sixtus IV mengeluarkan “Bulla Caelestis aulae militum” yang menyatakan Albertus sebagai santo. Sebelumnya, pada tahun 1309 atau 1317 pada waktu Cataldo di Anselmo menjabat provinsial, relikui Albertus dipindahkan dari Messina ke Trapani, asal kelahirannya, ke sebuah gereja Karmelit yang tetap bersemayam sampai sekarang. Saat ini gereja Karmelit tersebut menjadi tempat ziarah paling banyak dikunjungi di Sicilia. Selama hidupnya di dunia, Albertus dikenal sebagai seorang Karmelit pengkotbah, pendoa, pelaksana keadilan, pemberi kebijaksanaan dan karitas. Devosi kepada Albertus masih berlangsung sangat kuat sampai saat ini terutama di Sicilia. Bahkan Trapani, kota asalnya, tidak bisa dipisahkan

“Transitus”


dari sosok Santo Albertus, karena kota ini identik dengannya. Para peziarah selalu berduyun-duyun untuk mengunjungi tempat relikuinya disemayamkan dengan harapan memperoleh karunia ilahi melalui pertolongan Santo Albertus.

Albertus bersama dengan Maria dalam kebahagiaan kekal

41

9BERBAGAI MUKJIZAT

Karya Tuhan yang kita kenal melalui mukjizat sering terjadi melalui Albertus, baik itu semasa hidupnya

maupun sesudah wafatnya. Berikut ini dituliskan beberapa mukjizat tersebut.

Lampu Tuhan

Mukjizat ini terjadi di Messina pada saat retret sebelum penerimaan tahbisan imamat. Suatu malam Albertus sedang berdoa dari Kitab Mazmur. Ia sering berdoa dengan cara ini selain mendoakan Ibadat Harian yang selalu dilakukan oleh para Karmelit. Pada hari Minggu malam ia pergi ke gereja dan berlutut di hadapan tabernakel. Ia memilih kesunyian malam untuk berdoa agar perhatiannya tidak terganggu. Albertus memiliki kebiasaan, jika ia berdoa di gereja, maka ia lebih suka berdoa di dekat altar. Ketika ia sedang mendoakan Mazmur 59 dan setelah mengucapkan ayat 2, “Lepaskanlah aku dari musuhku ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku” tiba-tiba setan datang mendekatinya dengan bunyi sangat menakutkan. Setan itu menyemburkan api kepadanya. Albertus tidak terusik oleh gangguan setan itu dan tetap melanjutkan doanya dengan tenang. Karena kecewa, setan itu menghancurkan lampu tabernakel. Tentu saja Albertus tidak bisa membaca lagi, karena gelap gulita. Albertus mengarahkan hatinya kepada Tuhan dan

Berbagai Mukjizat


memohon kepada-Nya agar Tuhan memberikan kesempatan untuk melanjutkan doanya tanpa gangguan setan. Kemudian ia mengumpulkan kepingan lampu tabernakel yang berserakan itu. Setelah semua kepingan terkumpul, dengan sendirinya menjadi lampu seperti semula, seakan tidak pernah pecah. Albertus kemudian melanjutkan doanya dan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang telah melindunginya dari gangguan setan yang segera pergi dengan rasa malu, geram dan kecewa karena tidak berhasil menggoyahkan Albertus dari doanya.

Penyembuhan Seorang Rahib

Waktu itu di Messina terdapat sebuah biara para rahib Yunani yang hidup menurut peraturan Santo Basilius. Dalam biara itu ada seorang rahib mengalami sakit keras dan berbaring di tempat tidur. Kerongkongannya bengkak dan tak seorang pun berani meneguhkan hati rahib tersebut, apalagi menasihatinya. Para tabib berpendapat bahwa ia tidak memiliki harapan untuk hidup. Mereka bahkan telah menganjurkan agar rahib itu segera mempersiapkan diri untuk menghadapi kematiannya. Rahib itu mengungkapkan keinginan hatinya kepada rahib lain untuk melihat Albertus. Semakin parah keadaannya, semakin besar pengharapannya kepada Albertus! Untuk membesarkan hatinya, pimpinan mengutus beberapa rahib untuk memanggil Albertus agar sudi datang menjenguk rahib yang sakit tersebut. Albertus segera datang dan berdiri di dekat tempat tidur rahib itu. Sesudah menyapa rahib yang sakit itu, Albertus berkata kepadanya, “Saudara terkasih, mengapa engkau mencari perlindungan kepadaku? Tidak tahukah engkau, bahwa saya hanyalah seorang manusia yang lemah dan kecil dan

43

memiliki dosa amat besar? Tabahkanlah hatimu karena bagi orang beriman kesehatan datang dari Tuhan. Serahkanlah dirimu kepada-Nya, maka engkau akan sembuh.” Si rahib mengarahkan pandangannya kepada Albertus. Sementara itu Albertus mengarahkan hatinya kepada Tuhan untuk mengetuk pintu rahmat kesembuhan bagi rahib itu. Kemudian Albertus membuat tanda salib di atas leher rahib itu dan sambil memegang tangannya dan berkata, “Saudaraku, percayakah engkau kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria?” Rahib itu menjawab, “Ya dan saya juga percaya kepadamu dan menyerahkan diriku pada doa-doamu!” Dengan susah payah rahib itu hendak melanjutkan perkataannya, namun pada saat itu juga bengkak di kerongkongannya pecah. Tidak lama kemudian leher rahib itu sembuh dari penyakitnya.

Pergandaan Gandum

Pada tahun 1291, Sicilia diperintah oleh raja Federicus III. Pada masa pemerintahannya, tiba-tiba Messina dikepung oleh Robertus, bangsawan dari Artois dan raja Napoli. Oleh sebab itu, Messina mengalami paceklik sangat mengerikan. Pertolongan dari luar tak dapat diharapkan. Federicus merencanakan untuk membakar kota dan melarikan diri bersama seluruh rakyatnya ke Spanyol. Tetapi rakyat menentang rencana raja itu lalu mengusulkan kepadanya agar meminta bantuan doa Albertus. Utusan segera dikirim untuk menjumpainya. Saat utusan itu datang, Albertus sedang mempersembahkan Misa. Setelah selesai, para utusan itu memohon kepadanya, “Hamba Tuhan, kami minta perlindungan kepada Anda karena kita hampir binasa karena kelaparan! Berdoalah kepada Tuhan dan Bunda

Berbagai Mukjizat


Maria agar sudi melindungi kita dari musuh-musuh dan tidak menghukum kita karena dosa-dosa.” Karena belas kasihan akan nasib rakyat, maka Albertus berlutut dan berdoa, katanya, “Tuhan yang menguasai alam dan yang tidak memalingkan wajah dari mereka yang percaya, pandanglah rakyat-Mu dari surga! Pandanglah kami yang memohon. Sudilah Engkau berkenan melimpahkan belas kasihan-Mu kepada kami! Engkau yang memberi makan orang yang lapar dan mengenyangkan orang-orang Israel di gurun dengan roti surgawi, rentangkanlah tangan-Mu dan lindungilah kota ini (Messina), karena tanpa pertolongan-Mu, kota ini akan binasa!” Tiba-tiba terdengar gemuruh petir dan suara menggema, “Tuhan meluluskan doamu!” Peristiwa itu membuat semua yang hadir merasa gembira serta memuji dan memuliakan Tuhan yang telah mengabulkan permohonan Albertus. Pada saat itu juga mereka melihat tiga kapal yang bermuatan gandum dan berbagai bahan makanan berlayar melalui daerah musuh dan masuk ke pelabuhan Messina. Setelah para anak buah kapal, yang ternyata adalah para malaikat, menurunkan muatan, raiblah kapal itu bersama para awaknya. Raja turut menyaksikan kejadian yang mencengangkan itu. Setelah agak tenang, raja bergegas ke biara Karmel untuk mengucapkan terima kasih kepada Albertus karena dengan doanya, Messina terlepas dari kelaparan.

Penyucian Tempat Kudus

Kira-kira setahun sesudah kematian Albertus, Sicilia mengalami perang saudara. Setiap hari selalu terjadi pertumpahan darah. Messina adalah kota yang paling menyedihkan akibat perang tersebut. Para serdadu bayaran

45

Albertus dengan latar belakang Siciliasaat mukjizat mengalahkan tentara kerajaan Napoli

(Collegio Santo Albertus, Roma)

Berbagai Mukjizat


Pelataran imam gereja Traspontina, Roma yang dipenuhi dengan ikon-ikon Albertus

47

merajalela di mana-mana. Kesakralan tempat-tempat ibadat pun tidak dihormati lagi. Orang-orang beriman yang saleh tidak luput dari hinaan. Kapel biara tempat disemayamkan jenazah Albertus juga mengalami hal sama. Kapel itu dijadikan kandang kuda sebagai suatu penghinaan kepada Tuhan dan Bunda Maria. Kapel yang sebelumnya menjadi tempat mukjizat telah berubah fungsi. Bangku koor, tempat para Karmelit berdoa menjadi tempat sumpah serapah dan penghujatan terhadap Tuhan. Kapel menjadi tempat ringkik kuda dan teriakan perang. Tempat yang sebelumnya menerimakan Sakramen, dijadikan oleh para serdadu untuk membagi jarahan. Altar yang sebelumnya tempat untuk mempersembahkan kurban suci, kini menjadi tempat makanan hewan. Sebelumnya para Karmelit begitu tekun menjaga kesucian rumah Tuhan, sekarang menjadi berantakan. Akhirnya, pada suatu saat dari dalam makam Albertus terdengar suara gaduh yang memekakkan telinga. Kuda-kuda satu per satu rebah ke tanah dan mati. Hal sama juga terjadi terhadap para serdadu. Para Karmelit yang tinggal tidak jauh dari kapel itu pergi ke tempat kejadian tersebut. Mereka menjenguk ke dalam makam Albertus dan melihat tulang-tulangnya tidak lagi dalam posisi berbaring, tetapi berlutut seperti biasa dilakukan ketika berdoa pada masa hidupnya. Para Karmelit itu yakin bahwa Albertus telah berdoa kepada Tuhan untuk mengusir orang-orang yang menodai kesucian tempat tersebut.

Penyelamatan Bocah dari Kebakaran

Di dekat Biara Karmel, tinggal orang-orang yang berasal dari Genova, sehingga tempat itu diberi nama “loggia genovese” (perumahan orang-orang yang berasal

Berbagai Mukjizat


dari Genova). Karena suatu sebab yang tidak diketahui, bangunan itu terbakar. Penduduk di sekitarnya berteriak-teriak, “Api! Api!” Setelah semua orang berusaha menyelamatkan diri, ternyata masih ada seorang bocah laki-laki terkepung di tengah-tengah kobaran api. Sejak kecil anak itu telah diajar ibunya agar memohon bantuan Albertus bila berada dalam bahaya. Ia jatuh dan tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Dari luar rumah, orang mengira bahwa ia pasti terbakar. Di tengah kekalutan itu, ibunya berteriak, “Albertus, tolong! Selamatkanlah anakku!” Ketika gelora api mulai reda dan semua orang mengira bahwa bocah itu tinggal arang, tiba-tiba anak itu keluar dari puing-puing berasap dan bara api. Semua orang tercengang karena anak itu masih hidup. Orang pun mengajukan banyak pertanyaan kepadanya, bagaimana ia bisa selamat. Kemudian bocah itu berkata bahwa ia berdoa kepada Tuhan melalui Albertus. Semua orang, terlebih-lebih orang tua bocah itu, larut dalam rasa syukur kepada Tuhan, karena berkat doa Albertus bocah itu telah diselamatkan.

Orang Durjana

Pada tahun 1317, di Trapani tinggal seorang yang hidupnya dipenuhi oleh hawa nafsu dan judi. Bagi orang itu meja judi adalah altar tempat untuk mengurbankan harta kekayaan dan kebahagiaan. Setiap kali kalah berjudi, ia menyumpahi para kudus dengan perkataan sangat tidak senonoh. Akhirnya, semua kekayaannya habis tanpa sisa karena judi. Ia menjadi putus asa seperti orang yang kehilangan ingatan. Ia menyerukan makian di jalan. Di suatu tempat ia melihat patung Maria dan Albertus berdekatan. Ia sangat geram karena Albertus dan Maria tidak pernah

49

memenangkan dia berjudi. Kemudian ia mencabut pisaunya dan menikam kedua patung itu tepat pada bagian jantung. Dari bagian luka kedua patung itu memancar darah segar dengan derasnya. Seorang anak yang kebetulan menyaksikan perbuatannya itu berteriak kuat-kuat. Orang durjana itu ingin melarikan diri. Baru beberapa langkah orang itu bergerak, halilintar menyambar orang itu sehingga rebah dan meninggal.

Penyembuhan Anak Raja

Pada tahun 1364 putra tunggal raja (Federicus IV, 1341-1377) yang menguasai wilayah Spanyol dan Sicilia kena penyakit tak tersembuhkan. Para tabib ternama sudah berusaha untuk menyembuhkannya, tetapi ia tidak kunjung sembuh. Putra raja itu masih muda dan akan menjadi penerus kekuasaan. Tidak ada lagi harapan untuk sembuh! Akan tetapi seorang dari istana raja teringat kepada Albertus yang suka berbuat baik dan menyarankan agar raja meminta para Karmelit untuk sudi membantu putranya dalam doa dengan perantaraan Albertus. Raja berjanji, jika putranya nanti sembuh, maka akan memintanya mengenakan skapulir Ordo Karmel. Untuk memenuhi permintaan raja, dua Karmelit datang ke istana. Mereka lalu membentangkan jubah yang dulu dipakai Albertus semasa hidupnya ke atas putra raja yang sakit. Kemudian mereka memberkati air dalam piala dan mencelupkan relikui Albertus ke dalamnya. Baru beberapa tetes air itu membasahi bibir dan lidah putra raja, ia bisa membuka mata, seperti seorang yang baru bangun dari tidur. Ia pun segera berbicara. Keesokan harinya ia menjadi sembuh total. Setelah sembuh, raja dan putranya mengenakan

Berbagai Mukjizat


skapulir Karmel. Setelah peristiwa itu, masyarakat Sicilia memiliki tradisi untuk memberkati air. Tradisi ini diwariskan oleh Albertus melalui penyembuhan putra raja dengan air yang telah terberkati.

Lukisan kontemporer tentang Albertus dalam bentuk kartu mengenai mukjizat air. Lukisan ini dibuat oleh para Suster Karmelites dari Sutri,

Italia (2006)

51

10TRADISI ALBERTUS

Sudah menjadi tradisi di Sicilia dan Italia bahwa setiap tanggal 7 Agustus (pesta Santo Albertus/hari

kematiannya) di semua gereja Karmelit, air selalu diberkati dengan upacara meriah. Umat beriman selalu datang berduyun-duyun untuk mengambil air suci tersebut untuk dibawa pulang ke rumah. Memang tidak bisa disangkal bahwa Tuhan sering membuat mukjizat-mukjizat melalui air dengan perantaraan Albertus. Mukjizat pertama adalah seperti yang sudah kita lihat pada bagian terakhir mukjizat, yaitu putra raja disembuhkan melalui air. Suatu ketika Albertus mengembalikan air ke dalam botol yang dipecahkan oleh teman seperjalanannya. Berkat mukjizat itu, mereka berdua dapat minum air itu kembali untuk melepas dahaga. Albertus juga pernah mengemudikan kapal-kapal dayung yang memuat bahan makanan melalui laut dan masuk ke pelabuhan Messina dengan selamat. Mukjizat yang paling kuat mendasari tradisi ini adalah sebuah sumur di Agrigento yang tidak pernah kering di musim kemarau. Peristiwa-peristiwa ini mengingatkan kita akan Yesus yang juga sering membuat mukjizat melalui air atau di air, seperti berjalan di atas air di Danau Genesaret (Mrk. 6:45-52; Mat. 14:22-33; Yoh. 6:16-21), air menjadi anggur pada pesta perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11) dan lainnya.

Tradisi Albertus


Setelah kematian Albertus tradisi pemberkatan air pada setiap pestanya berlangsung terus sampai saat ini, dengan harapan bahwa umat beriman bisa menimba hal-hal rohani dari perbuatan devosional tersebut. Devosi itu mengenangkan segala mukjizat tersebut dalam Yesus. Asalkan kita ingat bahwa devosi ini bukan suatu takhayul atau menjadi suatu jimat. Jika Tuhan berkarya melalui devosi ini, maka kita juga patut bersyukur dan memuliakan-Nya.

Lukisan tentang Albertus ini adalah yang paling tua yang kita miliki(sekitar tahun 1500). Lukisan ini tersimpan di Bamberg.

53

11PESAN ALBERTUS

Riwayat hidup Albertus dari Trapani memberikan banyak pesan sangat berharga. Para perintis sekolah di

dalam dan di luar Ordo Karmel tidak salah pilih untuk memberikan nama pelindungnya dengan nama Santo Albertus dari Trapani. Nama ini adalah nama paling tepat untuk dijadikan pelindung sekolah dan bukan nama lain. Os iusti adalah pengajaran paling penting yang diwariskan Santo Albertus dari Trapani kepada kita semua. Tidak berlebihan bahwa Os iusti menjadi pesan dan pedoman hidup bagi mereka yang bergerak di bidang pendidikan. Bunga lili adalah lambang ketulusan dan kemurnian hati. Setiap gambar atau patung Albertus dari Trapani selalu menggenggam bunga tersebut untuk mengajarkan ketulusan dan kemurnian hati kepada semua orang.

Pesan Albertus


Salah satu lukisan tentang Santo Albertus dari Trapani di Gereja Katedral Santo Stefanus di Prato, Toscana, Italia.Sumber: http://www.lib-art.com, http://en.wikipedia.org

55

12KEPUSTAKAAN

Alban, Kevin e Giovanni Grosso. “Alberto degli Abbati, di Trapani, Santo, Carmelitano (1240 ca.-1307ca.)” Emanuele Boaga e Luigi Borriello (eds.), in Dizionario Carmelitano. Roma: Città Nuova, 2008, hlm. 14-15.Castoro, Eliseo e Valentina la Via Colli (eds.). Atti del Convegno, VII centenario del transito al cielo di S. Alberto degli Abbati, un santo vivo nel cuore della nostra gente (1307-2007), Trapani, 8-10 Maggio 2006. Roma: Edizioni Carmelitane, [2006].Chalmers, Joseph. Alberto di Trapani, Uomo Giusto, Lettera del Priore Generale Joseph Chalmers alla Famiglia Carmelitana in occasione del VII centenario della morte di Sant’Alberto di Trapani. Roma: Edizioni Carmelitane, 2007.Grosso, Giovanni e Emanuele Boaga. Sant’Alberto degli Abbati, Vita e Iconografia. Roma: Centro Internazionale Sant’Alberto, 2007.Ruoco, Rosanna. “Alberto degli Abbati”, Ludovico Saggi e Macca Valentino (eds.), in Santi del Carmelo. Roma: Institutum Carmelitanum, 1972, hlm. 154-156.Yauwana Dempo no 7 tahun XIV – (Mei 1993).

Kepustakaan


Catatan:

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI · 2019. 10. 28. · Untuk melengkapi pengenalan akan Santo Albertus...

Documents

Transcript of SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI · 2019. 10. 28. · Untuk melengkapi pengenalan akan Santo Albertus...