sampulq-b

59
i FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) YOSEP BENDURUK F.11.070 YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA AKADEMI FARMASI MAKASSAR 2014

description

asdasasda

Transcript of sampulq-b

  • i

    FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)

    YOSEP BENDURUK

    F.11.070

    YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA

    AKADEMI FARMASI MAKASSAR

    2014

  • FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)

    Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Mengetahui Syarat

    Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program

    Pendidikan Ahli Madya Farmasi

    YOSEP BENDURUK

    F.11.070

    YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA

    AKADEMI FARMASI MAKASSAR

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN

    KARYA TULIS ILMIAH

    FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)

    Oleh

    Yosep Benduruk F.11.070

    Menyetujui,

    Pembimbing

    Arisanty, S.Si, M.Si. Apt Nip :198004242005012004

    Mengetahui,

    Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar

    Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt NIDN : 090605601

  • LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

    Karya Tulis Ilmiah ini dipertahankan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah

    Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar pada tanggal 24 juli 2014.

    TIM PENGUJI

    1. Arisanty, S.Si, M.Si, Apt ( Ketua ) 1..

    2. Rina Asrina, S.Si, Apt (Anggota ) 2..

    3. Zulfiah Muctar, S.Si, Apt ( Anggota ) 3..

    Mengetahui,

    Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar

    Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt NIDN : 090605601

  • ABSTRAK

    Yosep Benduruk, Formulasi stabil krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.).

    Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang membuat formulasi krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.) dengan penambahan setil alkohol dengan berbagai konsentrasi yang menghasilkan krim yang stabil. Formulasi krim yang mengandung pati kentang dibuat dalam tipe minyak dalam air dengan variasi konsentrasi setil alcohol 2%, 4%, dan 6%.dengan penambahan novemer sebagai emulgator. Pengujian stabilitas krim meliputi pengujian organoleptis, penentuan tipe emulsi, pH, volume kriming dan pengujian dengan alat sentrifus. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Formulasi Krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.) maka dapat diketahui bahwa krim dengan konsentrasi pati kentang 3% dan penambahan setil alkohol 2% (formulasi 1 ) 4% ( formula II ) dan 6% ( formula III ) menghasilkan krim yang stabil secara fisik.

    Kata kunci : Formulasi krim pati kentang, setil alcohol, novemer, pengujian stabilitas

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan

    kuasaNYA sehingga penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

    Formulasi Stabil Krim Yang Mengandung Pati Kentang yang merupakan salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar ahli madya Farmasi Akademi Farmasi Sandi Karsa

    Makassar dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

    Pada kesempatan ini dengan tulus dan kerendahan hati penulis mengucapkan

    rasa terimah kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada Orang tua

    (mama dan Alm. Papa ) yang selalu memberikan doa, cinta dan dukungan serta moril

    selama penulis menuntut ilmu.

    Dan pada kesempatan ini juga dengan tulus dan kerendahan hati penulis

    mengucapkan rasa terimah kasih yang sebesar besarnya kepada ibu Arisanty, S.Si,

    M.Si, Apt atas kesempatannya dalam memberikan bimbingan dan arahan yang

    sungguh luar biasa selama menyelesaikan tugas akhir ini.

    Dan pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada

    1. Ibu Hj. Hardayan, SE, sebagai Pembina yayasan pendidikan Karya Anak Bangsa

    Makassar.

    2. Bapak Ir. H. Hardi Rachman, MT ( Alm ) sebagai pendiri yayasan pendidikan

    Karya Anak Bangsa Makassar.

    3. Bapak dr. Wahyudi Hardi sebagai ketua yayasan pendidikan Karya Anak Bangsa

    Makassar.

  • 4. Bapak Drs. Rusli, Sp. FRS, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa

    Makasar.

    5. Ibu Rina Asrina, S.Si, Apt selaku pembimbing akedemik selama penulis berada

    di Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar

    6. Ibu Zulfiah Muchtar, S.Si, Apt dan Rina Asrina, S.Si, Apt selaku penguji Karya

    Tulis Ilmiah.

    7. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Administrasi Akademi Farmasi Sandi Karsa

    Makasar.

    8. Alfret Roosevelt, S.Farm selaku pembimbing teknis yang banyak memberikan

    masukan dan arahan selama penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

    9. Rekan - rekan asisten yang banyak membantu memberikan masukan selama

    penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

    10. Kakak dan Adek ( Pendi, Yuli & Pery, Tinik & Natan ) yang tidak henti

    hentinya memberikan dorongan dan moril serta semangat kepada saya.

    11. Teman - teman mahasiswa Farmasi Sandi Karsa Makasassar angkatan 2011 yang

    banyak berbagi suka dan duka selama kuliah we all the best

    12. Adek adek farmasi tingkat I & II yang masi berjuang mendapatkan ilmu di

    Farmasi Sandi Karsa Makasassar, semangat kalian pasti bisa.

    13. Kepada pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu

    yang telah membantu dan memberikan motivasi selama mengikuti pendidikan

    dan menyelesaikan tugas akhir

  • Akhir kata penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

    kesempurnaan, namun kritik dan saran untuk kesempurnaan karya Tulis Ilmiah ini

    sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat

    bermanfat bagi kita semua . Amin

    Makassar, 24 juli 2014

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL DALAM . i

    HALAMAN PRASYARAT.............................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

    HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI................................ iv

    ABSTRAK......................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR....................................................................................... vi

    DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

    A Latar Belakang................................................................................... 1

    B Rumusan Masalah ............................................................................. 4

    C Tujuan Penelitian............................................................................... 4

    D Manfaat Penelitian............................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5

    A Uraian Tanaman................................................................................. 5

    B Uraian Kosmetik................................................................................. 8

    C Uraian Krim........................................................................................ 11

  • D Formulasi Krim.................................................................................. 13

    E Stabilitas............................................................................................. 18

    F Uji Kestabilan sediaan Krim.............................................................. 22

    BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 24

    A Jenis Penelitian.................................................................................. 24

    B Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 24

    C Alat dan Bahan Yang Digunakan...................................................... 24

    D Rancangan formula............................................................................ 25

    E Cara Pembuatan Formula................................................................... 25

    F Pengujian Formula............................................................................. 26

    BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 28

    A . Hasil Pengamatan ............................................................................ 28

    BAB V PEMBAHASAN.................................................................................. 31

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35

    A. Kesimpulan........................................................................................ 35

    B. Saran.................................................................................................. 35

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang sebelum penyimpanan

    Tabel 2. Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang setelah

    penyimpanan Tabel 3. Penentuan Tipe Emulsi Krim yang mengandung pati kentang Sebelum

    dan Setelah Penyimpanan dipercepat Tabel 4. Pengukuran pH Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan

    Setelah Penyimpanan dipercepat. Tabel 5. Pengamatan Volume Kriming Krim yang mengandung pati kentang

    Setelah Penyimpanan dipercepat Tabel 6. Evaluasi lama waktu penyimpanan krim yang mengandung pati kentang

    setelah penyimpanan di percepat

  • DAFTAR GAMBAR Gambar 1 gambar kentang dan pati kentang

    Gambar 2. Proses pembuatan krim

    Gambar 3. Krim yang sudah jadi

    Gambar 4. Pengujian Organoleptis

    Gambar 5. Uji tipe emulsi dengan air

    Gambar 6. Uji tipe emulsi dengan metilen blue

    Gambar 7. uji pengukuran pH

    Gambar 8. Pengujian krim dengan alat sentrifus

    Gambar 9. Pengujian krim dengan climetic chember

  • DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skema kerja pembuatan krim pati kentang

    Lampiran 2. Rancangan formula

    Lampiran 3. Gambar pembuatan dan pengujian formula

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Kemajuan teknologi di bidang farmasi khususnya di bidang kosmetik saat

    ini, telah memberikan banyak alaternatif bagi konsumen untuk memenuhi

    kebutuhannya akan kebersihan serta kecantikan tubuh dan wajahnya. Berbagai

    produk kosmetik dengan berbagai fungsi/manfaat dari berbagai perusahaan dan

    negara banyak tersedia di pasaran; ada yang berfungsi untuk membersihkan kulit

    wajah, membersihkan plek-plek pada wajah, membersihkan jamur, mengencangkan

    kulit dan sebagaianya (Rika reski 2012).

    Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti ketrampilan

    menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas

    Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan

    dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,

    kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama

    untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

    badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

    Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

    bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara

    tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

    konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

  • dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri

    dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau

    alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan

    untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM,1995)

    Krim yang beredar saat ini banyak yang mengandung bahan berbahaya seperti

    merkuri (raksa) dan hidrokuinon yang melebihi batas normal. Menyadari akan berbagai

    kelemahan yang terjadi atas formulasi krim tersebut dan seiring dengan berkembangnya gaya

    hidup back to nature, maka zat alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap

    lebih aman. Penggunaan zat alami dalam formulasi krim merupakan salah satu solusi untuk

    menghindari penggunaan zat yang berbahaya. Zat alami adalah zat yang diperoleh langsung

    dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral (Manurung 2008).

    Salah satu bahan pengemulsi yang digunakan pada pembuatan krim adalah

    setil alcohol. Setil alcohol selain berfungsi sebagai bahan pengemulsi dalam krim

    Setil alcohol juga berfunsi sebagai bahan pengeras dan dapat meningkatkan viskositas

    krim serta meningkatkan kestabilan sediaan. Sebagai bahan pengeras yang digunakan

    2-10% dan sebagai bahan pengemulsi digunakan konsentrasi 2-5% (Eksipien : 117)

    Kosmetik dari bahan alam baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,

    maupun bahan lainnya telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Penggunaan kosmetik

    dalam bentuk sederhana dan dengan cara tradisional, telah digunakan oleh manusia

    sejak dahulu. Seiring berjalannya waktu, serta berkembangnya pengetahuan maka

    ditemukanlah sediaan kosmetik yang lebih modern seperti sediaan yang berbentuk

    krim, yang merupakan campuran dari beberapa komponen bahan yang

  • diformulasikan lebih stabil didalam industri farmasi Formulasi kosmetik dari bahan

    alam telah menjadi arah perkembangan saat ini, hal ini disebabkan orang lebih

    menyukai bahan yang berasal dari alam karna memiliki efek samping yang rendah

    (Wasitaatmadja, 1997).

    Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim yang

    berbentuk semak. Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropika

    dan subtropika. Kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai

    drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir. Kentang

    memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satunya yaitu untuk kesehatan kulit

    vitamin C dab B kopleks serta mineral seperti potassium, mangnesium, fosfro dan

    seng sangat baik untuk kulit dan semuanya ada di kentang. Secara tradisional kentang

    juga sering digunakan untuk menghilangkan jerawat atau noda diwajah. Kandungan

    yang terdapat dalam kentang sepertinya cukup untuk mengatasi penyebab utama

    jerawat seperti minyak berlebih, bakteri, sel kulit mati, dan lain lain (Anonim

    2010).

    Krim yang akan dibuat adalah krim tipe minyak dalam air, krim ini lebih disukai

    karena terlihat lebih menarik, mudah menyebar dengan rata, mudah diserap kedalam kulit

    jika dioleskan, dan mudah dicuci Berdasarkan nilai estetika penggunaan krim untuk siang

    hari lebih baik menggunakan krim tipe minyak dalam air agar wajah tidak nampak lebih

    berminyak (Lachman 1970).

  • A. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan bahwa

    bagaimanakah formulasi krim yang stabil dari Pati kentang ?

    B. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat formulasi krim dari pati

    kentang yang stabil.

    C. MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat penelitian ini yaitu :

    1. Sebagai acuan untuk membuat formulasi Krim stabil dari pati kentang

    2. Sebagai tugas akhir sebagai mahasiswa Akademi Farmasi Sandi Karsa

    Makassar dalam meraih gelar ahli madia farmasi.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. URAIAN TANAMAN

    1 Morfologi Tumbuhan

    Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat,

    panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun

    berwarna hijau kemerah- merahan atau keungu - unguan. Bunganya berwarna

    kuning keputihan atau ungu. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil

    bahkan sangat halus ( Setiadi 2000).

    1.1 Sistematika Tumbuhan

    Dalam taksonomi tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Solanales

    Famili : Solanaceae

    Genus : Solanum

    Spesies : Solanum tuberosum L.

  • 1.2 Nama Daerah

    Luwi kumeli di Jawa barat, gantang di Aceh dan Minangkabau,

    gentang atau gadung lepar di Karo, gentang atau gadung lepar di Lampung,

    kentang atau ubi mandira di Palembang, ubi kumaden dan di Sumba disebut

    keteki jawa (Setiadi 2000).

    1.3 Kandungan Kimia

    Kandungan kimia dari kentang (Solanum tuberosum L.) antara lain :

    karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g. Lemak 0,1 g, protein 2 g, Air

    75 g. (Anonim, 2010).

    1.4 Indikasi

    1. Menambah berat badan.

    Kentang kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Sangat sesuai

    untuk mereka yang kurus dan ingin menambah bobot tubuh (Anonim,

    2010).

    2. Pencernaan.

    Karena kaya akan karbohidrat, maka kentang juga mudah dicerna

    tubuh. Makanya kentang sering digunakan sebagai makanan bagi pasien,

    bayi dan mereka yang sulit mencerna tapi memerlukan energy.

    3. Kesehatan kulit.

    Vitamin C dan B kompleks serta mineral seperti potassium,

    magnesium, fosfro dan seng sangat baik untuk kulit. Dan semuanya ada

  • di kentang. Secara tradisional kentang juga sering digunakan untuk

    menghilangkan jerawat atau noda diwajah (Anonim, 2010).

    4. Peradangan.

    Kentang sangat efektif untuk penanganan radang, baik internal

    maupun eksternal karena sarat akan vitamin C, potassium dan vitamin

    B6 (Anonim, 2010).

    1.5. Uraian Tentang Pati

    Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut

    dalam air, serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan

    utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa

    (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber pati utama di

    Indonesia adalah beras. Disamping itu dijumpai beberapa sumber pati

    lainnya yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan

    dan manusia juga mejadikan pati sebagai sumber energi penting (Whistler

    dkk, 1984).

    Di Indonesia, pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan

    amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan

    sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa

    memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak

    bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan

    makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai

    sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri

  • kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-

    butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula

    merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk

    identifikasi. Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk,

    keseragaman granula (Whistler, dkk, 1984).

    B. URAIAN KOSMETIK

    1. PENGERTIAN

    Kosmetik dalam peraturan mentri kesehatan RI NO. 140/Men.

    Kes/PER/III/1991. Kosmetik Adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk

    digunakan pada bagian luar badan ( epidemis, rambut, kuku, bibir, dan organ

    kelamin bagian luar ), gigi dan rongga mulut untuk membersikan, menambah

    daya tarik , mengubah penampakan , melindungi supaya dalam tetap dalam

    keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati

    atau menyembuhkan penyakit (Permenkes RI).

    Menurut SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI no.

    HK.00.05.4.3870 tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang

    Baik CPKB), Kosmetika adalah suatu bahan atau sediaan yang dimaksud untuk

    digunakan pada berbagai bagian dari badan (epidermis, rambut,kuku, bibir, dan

    organ genital eksternal) atau atau gigi dan selaput lendir di rongga mulut dengan

    maksud untuk membersihkannya, membuat wangi atau melindungi supaya tetap

    dalam keadaan baik, mengubah penampilan penampakan atau memperbaiki bau

    badan.

  • 2. Penggolongan Kosmetik

    Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu :

    A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

    preparat (Tranggono, 2004) :

    1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-

    lain.

    2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan

    lain-lain.

    3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

    4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-

    lain.

    5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-

    lain.

    6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

    7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-

    lain.

    8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth

    washes, dan lain-lain.

    9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-

    lain.

    10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

  • 11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,

    pelindung, dan lain-lain.

    12. Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

    13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen

    foundation, dan lain-lain

    B. Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan (Tranggono, 2004)

    sebagai berikut:

    1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara

    modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).

    2. Kosmetik tradisional:

    a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat

    dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang

    turun-temurun.

    b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan

    pengawet agar tahan lama.

    c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang

    benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai

    bahan tradisional.

    d. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:

    3. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

    Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan

    kulit. Termasuk di dalamnya:

  • a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun,

    cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit

    (freshener).

    b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya

    mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.

    c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan

    sunscreen foundation, sun block cream/lotion.

    d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit

    (peeling), misalnya scrub ceram yang berisi butiran-butiran

    halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).

    C. URAIAN KRIM

    Menurut Farmacope Indonesia Edisi IV krim adalah bentuk sediaan

    setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam

    bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan

    setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi

    air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih

    diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse

    mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat

    dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim

    dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.

    Krim merupakan suatu system emulsi yang tidak stabil secara

    termodinamika dimana mengandung paling sedikit dua fase yang tidak saling

  • bercampur. Salah satu fase bersifat polar (air) dan fase yang lainnya bersifat non

    polar (minyak). Krim dapat dibuat dengan berbagai jenis, yaitu emulsi air dalam

    minyak dan emulsi minyak dalam air.

    Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan

    dasar, dan bahan pembantu. Emulgator atau surfaktan dalam sediaan krim berfungsi

    untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang tidak saling

    bercampur tersebut yang bekerja dengan mengurangi gaya tarik menarik antar

    molekul dari kedua fase tersebut sehingga fungsi emulgator tersebut berkenan dengan

    meningkatnya stabilitas emulsi. Selain itu untuk meningkatkan stabilitas suatu

    sediaan krim biasanya mengandung bahanbahan tambahan lain seperti pengawet,

    pengkelat, pengental, pelembab,(humektan), pewarna, dan pewangi serta bahan-

    bahan lain yang dapat ditambahkan untuk memperoleh suatu sediaan krim yang baik

    Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada

    kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air padda kulit,

    memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci

    dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi penyumbatan

    dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim asam stearat

    (Voight,1994).

    D. FORMULASI KRIM

    Dalam membuat formulasi suatu sediaan krim yang baik perlu diperhatikan

    adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu kesesuain sifat antara bahan

    aktif dengan bahan pembawanya (basis). Suatu krim terdiri dari bahan aktif dan

  • bahan dasar (basis) krim. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dan fase air yang

    dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan

    membentuk basis krim. Selain itu dalam dalam suatu krim untuk menunjang dan

    menghasilkan suatu karakteristik formula krim yang diinginkan, maka sering

    ditambahkan bahan-bahan tambahan antara lain pengawet, pengkelat, pengental,

    pewarna, pelembab, pewangi dan sebagainya. Agar diperoleh suatu basis krim yang

    baik maka pemakaian bahan pengemulsi sangat menentukan. Dalam penentuan jenis

    dan komposisi bahan pengemulsi (emulgator) yang digunakan dalam pembuatan

    sediaan farmasetika dan kosmetik, selain mengacu pada formula standar serinkali

    ditentukan dengan trial and error

    Sebagai bahan pembawa (basis) yang digunakan adalah kombinasi basis

    nonianik dan anionic, yaitu campuran antara trietanolamin (anionic) dengan gliseril

    monostearat (nonianik). Pemilihan campuran basis nonianik dan anionic, agar

    diperoleh suatu basis yang stabil serta diperoleh basis yang bersifat netral dan tidak

    menyebabkan iritasi. Selain itu digunakan bahan tambahan meliputi emolien,

    humektan, dan pengawet. Propel dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula

    krim ini adalah sebagai berikut

    a. Asam stearat

    Rumus molekul : C18H36O2

    Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai bahan

    pengemulsi. Dalam pembuatan basis krim netral (nonianik) dinetralisasi

    dengan penambahan alkali. Mudah larut dalam bensen karbo

  • tetraklorida, kloroform dan eter, larut dalm etanol, heksan dan propilen

    glikol, praktis tidal larut dalam air. Umumnya tidak menyebabkan toksik

    ataupun iritasi. Titik leleh >540C. konsentrasi yang umumnya digunakan

    dalam sediaan krim sebesar 1-20%. (Balsam : 182).

    b. Setil alcohol

    Rumus molekul : C16H34O

    Setil alcohol dalam krim digunakan sebagai bahan pengemulsi

    dan bahan pengeras. Setil alcohol dapat meningkatkan viskositas krim

    dam meningkatkan kestabilan sediaan. Sebagai bahan pengeras yang

    digunakan 2-10% dan sebagai bahan pengemulsi digunakan konsentrasi

    2-5%. Kelarutan sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter,

    kelarutannya akan meningkat jika suhu dinaikkan. Titik lelehnya 45-

    520C (Eksipien : 117)

    c. Propilen glikol

    Rumus molekul : C3H8O2

    Cairan bening, tidak berwarna, kental dan agak manis.

    Propilenglikol pada penggunaan topikal berfungsi sebagai humektan.

    Propilenglokol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol,

    gliserin atau air. Dapat bercampur dengan etanol dan air. Konsentrasi

    yang digunakan sebagai peingkat penetrasi 1-10%

  • d. Paraffin cair

    Paraffin dalam sediaan topical digunakan untuk meningkatkan titik

    leleh atau meningkatkan pengerasan (bahan pengeras). Kelarutan larut

    dalam kloroform, eter campuran minyak, sediki larut dalam etanol,

    praktis tidak larut dalam etanol 95%, aseton, dan air. Paraffin tidak

    menyebabkan toksik maupun iritasi (Eksipien : 119)

    e. Propil paraben

    Rumus molekul : C10H12O3

    Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet, aktivitas

    antimikroba ditunjukan pada pH antara 4-8. Secara luas digukan sebagai

    bahan pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasetika.

    Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktivitas

    antimikroba. Kelarutan sangat larut dalam aseton dan eter, mudah larut

    dalam etanol dan methanol, sangat sedikit larut dalam air, titik didih

    2950C (Eksipien : 224)

    f. Metil paraben

    Rumus molekul : C8H8O3

    Metil paraben dalam formulasi farmasetika, produk makanan dan

    terutama kosmetik biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Dapat

    digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan jenis paraben lain.

    Efektifitas pengawet ini memiliki rentang pH 4-8. Dalam sediaan topical

    kinsentrasi yang umum digunakan 0,02-0,3% (Eksipien : 340)

  • g. Gliserin

    Rumus molekul : C3H8O3

    Gliserin bersifat higroskopis. Dalam formulasi farmasetika dalam

    berbagai sediaan gliserin biasanya ditambahkan sebagai emolien,

    humektan, dan juga bahan pengawet, fungsi gliserin sebagai humektan

    adalah untuk mempertahankan tingkat kandungan air dalam produk,

    dengan mengurangi penguapan air selama pemakaian sehingga krim lebih

    mudah menyebar dan pembentukan kerak dalam wadah yang dikemas

    dapat dihindari. Kelarutan sedikit larut dalam aseton, praktis tidal larut

    dalam bensen atau kloroform, dapat bercampur dengan etanol dam

    methanol, praktis tidak larut dalam minyak (Eksipien : 345)

    h. Vitamin E (-tokoferol)

    Rumus molekul : C29H50O2

    Berupa cairan seperti minyak, kuning jernih, tidak berbau atau sedikit

    berbau. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan

    dapat bercampur dengan eter P dengan aseton P, dengan minyak nabati

    dan dengan kloroform P. Tidak stabil terhadap cahaya dan udara.

    Tokoferol digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik

    (Eksipien: 18.)

  • i. Novemer

    Novemer merupakan emulgator yang dapat bekerja sebagai

    emulgator utama ataupun emulgator pembantu dalam emulsi minyak dalam

    air (m/a). Emulgator ini direkomendasikan digunakan dalam krim dan

    lotion, digunakan pada konsentrasi 0,2-0,5%. Adapun keuntungan dari

    penggunaan emulgator ini adalah :

    1. Dapat digunakan sebagai emulgator utama ataupun emulgator

    pembantu dalam emulsi.

    2. Bebas dari perhitungan HLB

    3. Meninggalkan rasa lembut pada kulit

    4. Memberikan penampakan visual yang bagus pada krim dan

    Tidak meninggalkan rasa berminyak pada kulit

    Bentuk polimer cair ternetralisasi yang terdispersi dalam

    minyak. Adapun komposisi penyusunnya adalah :

    a. Air 45-51%

    b. Akrilat kopolimer 26-28%

    c. Minyak mineral 22-24%

    d. Polisorbat 85 1-3%

  • j. Aquadest

    Rumus molekul : H2O

    Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan,

    pertukaran ion osmosis terbalik atau murni digunakan dalam sedian-

    sedian yang membutuhkan air terkecuali untuk parenteral aquades tidak

    dapat digunakan. (Farmakope Ed IV).

    E. STABILITAS

    Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik

    untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode

    penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,kualitas dan

    kemurniaan produk. Sedangkan defenisi sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu

    sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu

    penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang

    dimilikinya pada saat dibuat ( Budiman, 2008 )

    Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna

    atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,

    pengendapan suspense atau caking, perubahan konsistensi pertumbuhan Kristal,

    terbentuknya gas dan perubhan fisik lainnya. Kestabilan dari suatu emulsi ditandai

    dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan

    memberikan penampilan, bau warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik .

    Ketidakstabilan fisik suatu emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh factor-faktor

  • yang mempengaruhi kestabilan kimia dari bahan pengemulsi(emulgator), suspending

    agent, antioksidan, pengawet dan bahan aktif ( Budiman, 2008 )

    Gejala-gejala yang menjadi indicator terjadinya kerusakan emulsi antara lain:

    1. Creaming adalah proses pada emulsi dengan partikel yang kurang rapat

    cenderung ke atas permukaan sehingga terjadi pemisahan menjadi dua emulsi

    2. Flokulasi adalah penggabugan globul yang bergantung pada gaya tolak menolak

    elektrostatis(zeta potensial)

    3. Koalesens atau penggumpalan adalah proses dimana tetesan dua fase internal

    mendekat da berkombinasi membentuk partikel yang lebih besar

    4. Inverse adalah peristiwa dimana fase eksternal menjadi fase internal dan

    sebaliknya

    Untuik memperoleh nilai kestabialan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik

    dalam waktu yang singkat maka dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian

    ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat

    mungkin denga cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk

    mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal. Jika

    hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat selama 3 bulan diperoleh hasil yang

    stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu

    kamar selama setahun. Pengujian yang dilakukan pada uji dipercepat anatara lain:

    a. Elevated temperature

    Setiap kenaikan suhu 10 0C akan mempercepat reaksi 2 sampai

    3 kalinya, namun secara praktis cara ini agak terbatas karena

  • kenyataanya suhu yang jauh diatas normal akan menyebabkan

    perubahan yang tidak pernaha terjadi pada suhu normal.

    b. Elevated humidities

    Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.

    Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasannya karena

    pengaruh kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya

    tidak memberikan perlindungan yang cukup dari atmosfer.

    c. Cycling test

    Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi adanya perubahan

    suhu setiap tahun bahkan setiap harinya. Oleh karena itu, pada uji ini

    dilakukan pada suhu dan atau kelembaban pada interval waktu tertentu

    sehingga produk dlam kemasannya akan mengalami stress yang

    bervariasi dari pada stress statis.

    d. Uji mekanik (centrifugal test)

    Tujuan dilakukan uji mekanik/centrifugal test adalah untuk

    mengetahui terjadinya pemisahan fase dari emulsi. Sampel

    disentifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam atau 5000-10000

    rpm selama 30 menit. Hal ini dilakukan karena perlakuan tersebut

    sama dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan

    krim selama setahun.

  • Sebenarnya sentrifugasi pada kecepatan tinggi cenderung dapat

    mengubah bentuk globul fase internal yang terdispersi dan memicu

    terjadinya koalesens.

    Paremeter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik

    adalah :

    1. Organoleptis atau penampilan fisik

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya

    perubahan atau pemisahan emulsi,timbulnya bau atau tidak ,dan

    perubahan warna.

    2. Sifat aliran (viskositas)

    Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan

    kestabilan sediaan.

    3. Ukuran partikel

    Perubahan dalam ukuran pertikel rata-rata atau distribusi

    ukuran globul merupakan tolak ukur penting untuk penting

    mengevaluasi emulsi. Dimana pada emulsi keruh diameter globul

    berkisar antara 0,5-50 um. Ukuran partikel meruoakan indicator

    utama kecenderungan terjadinya creaming atau breaking. Terdapat

    hubungan antara ukuran partikel dengan viskositas dimana

    kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan.

    Semakin tinggi viskositas maka semakin kecil ukuran partikel dan

    semakin besar volume rasio.

  • 4. Pemeriksaan pH

    Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit

    yaitu 4,5-6,5 karena jika krim memiliki pH yang terlalu basa maka

    dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik sedangkan jika Ph

    terlalu asam maka yang terjadi adalah menimbulkan iritasi kulit

    ( Budiman, 2008 ).

    F. UJI KESTABILAN SEDIAAN KRIM

    Evaluasi kestabilan krim dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan kondisi

    dipercepat. Penyimpanan kondisi dipercepat dilakukan pada suhu bergantian 5oC dan

    35oC, masing-masing selama 12 jam sebanyak 7 siklus (Budiman, 2008)

    a. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan meletakkan sedikit

    krim di antara 2 kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel kasar

    atau ketidak homogenan secara visual.

    b. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan terhadap

    warna, konsistensi dan bau dari sediaan krim.

    c. Tipe emulsi Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode

    hantaran listrik yaitu sampel emulsi sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam

    wa-dah kemudian diuji daya hantar listriknya dengan multitester. Apabila

    jarum multitester bergerak maka tipe emulsi M/A dan demikian

    sebaliknya.

    d. Keasam-basaan (pH) Pengukuran pH menggunakan pH meter. Rentang

    toleransi pH krim berkisar antara 4.0 7.5

  • e. Viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan

    Viskometer Brookfield spindle no. 64 dengan kecepatan 50 putaran per

    menit (rpm) dengan tiga kali replikasi.

    f. Volume kriming Sebanyak 20 ml krim ditempatkan di dalam gelas ukur

    dan ditutup kemudian disimpan pada kondisi dipaksakan (kondisi

    dipercepat), yaitu pada suhu bergantian 5oC dan 35oC masing-masing

    selama 12 jam dengan 10 siklus, volume kriming yang terbentuk diamati

    setiap satu siklus hingga siklus ke 10.

    g. Evaluasi lama waktu penyimpanan Sebanyak 10 ml sampel krim

    dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifus dengan kecepatan

    2500 rpm selama 15 menit, emulsi diamati dan dicatat pemisahannya.

    (Budiman, 2008).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium

    B. WAKTU DANTEMPAT PENELITIAN

    Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan juni 2014 di

    laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar dan

    laboratorium farmasi universitas hasanuddin Makassar ( PKP),

    C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala 250 ml

    (pyrex), gelas ukur 25 ml dan 50 ml (pyrex), homogenizer, mangkuk,

    penangas air, pot, pengaduk magnetik, termometer, timbangan analitik, alat

    sentrifus, climatic chamber, pengukur Ph.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai zat aktif

    digunakan pati kentang (solanum tuberosum l) dan sebagai bahan tambahan

    digunakan setil alcohol (penstabil),asam sterat (pengemulsi) gliserin

    (emilien), propylenglikol (peningkat penetrasi), paraffin cair, metil paraben

    (pengawet), propil paraben (pengawet), novemer (emulgator), -tokoferol

    (anti oksidan), dan aquadest.

  • D. RANCANGAN FORMULA

    Formula pada penelitian ini dibuat dari pati kentang (solanum tuberosum l)

    3% diformulasikan dalam basis krim yang masing-masing terdiri dari cetil alkohol

    yang khusus di buat dalam 3 konsentrasi ( 2%, 4%, dan 6% ), asam stearat 5%,

    gliserin 5%, Propilenglikol (peningkat penetrasi) konsentrasi 5%, paraffin cair 5%,

    Novemer 0,5%, metil paraben 0,05% dan propil paraben 0,1%, vitamin E 0,05%,

    dan aquadest hingga 100 ml.

    E. CARA PEMBUATAN FORMULA

    Pati kentang didapatkan dengan cara mengambil beberapa umbi kentang

    kemudian dibersikan, umbi kentang di parut dalam air bersih kemudian didiamkan

    sampai terdapat endapan putih halus berbentuk Kristal kecil kemudian di pisahkan

    dan dikeringkan pada suhu 70oC. Kemudian bahan ditimbang sesuai perhitungan

    dan alat disiapkan. Fase minyak dibuat dengan melebur asam stearat, setil alkohol

    dan paraffin cair, setelah melebur ditambahkan propil paraben dan vitamin E, suhu

    dipertahankan pada 700C. Fase air dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam

    air yang telah dipanaskan pada suhu 700C kemudian ditambahkan gliserin,

    propilen glikol dan emulgator Novemer. Krim dibuat dengan menambahkan fase

    minyak masuk kedalam fase air, diaduk dengan intermitten shaking selama 2

    menit kemudian didiamkan selama 20 detik lalu kembali diaduk sampai terbentuk

    emulsi yang homogen. Krim yang terbentuk didiamkan sampai suhu mencapai 45-

    550C kemudian ditambahkan pati kentang. Kemudian diaduk sampai homogen.

  • F. PENGUJIAN FORMULA

    1. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan meletakkan sedikit

    krim di antara 2 kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel kasar

    atau ketidakhomogenan secara visual.

    2. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi peme-riksaan terhadap

    warna, konsistensi dan bau dari sediaan krim. Pengamatan ini dilakukan

    sebelum dan sesudah emulsi diberi kondisi penyimpanan dipercepat.

    3. Evaluasi Tipe Emulsi

    a. Metode Pengenceran

    Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian

    diencerkan dengan ditambahkan air. Jika emulsi dapat diencerkan

    maka emulsi adalah tipe m/a.

    b. Metode Dispersi Zat Warna

    Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian

    ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera

    terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a (20).

    4. Keasam-basaan (pH) Pengukuran pH menggunakan pH universal.

    Rentang toleransi pH krim berkisar antara 4.0 7.5

    5. Volume kriming Pengukuran Volume Kriming Krim sebanyak 25 ml,

    dimasukkan dalam gelas ukur kemudian diberi kondisi penyimpanan

    dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu 5oC dan 35oC masing masing

  • selama 12 jam sebanyak 10 siklus. Pengamatan volume kriming dihitung

    dalam % dengan rumus :

    Hu Volume kriming = x 100 %

    Ho

    Dimana : Hu = Volume emulsi yang kriming

    Ho = Volume total krim

    6. Evaluasi lama waktu penyimpanan Sebanyak 10 ml sampel krim

    dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifus dengan kecepatan

    2500 rpm selama 15 menit, emulsi diamati dan dicatat pemisahannya.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Pengamatan

    1. Hasil Uji Kestabilan Fisik Krim yang mengandung pati kentang

    Tabel 1 : Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang sebelum penyimpanan

    Formula Pengamatan organoleptis sebelum penyimpanan

    Warna Bau Tekstur Konsistensi

    F1 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat

    F2 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat

    F3 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat

    Tabel 2 : Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang setelah penyimpanan

    Formula Pengamatan organoleptis setelah penyimpanan

    Warna Bau Tekstur Konsistensi

    F1 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat

    F2 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat

    F3 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat

  • Tabel 3 : Penentuan Tipe Emulsi Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan Setelah Penyimpanan dipercepat

    Formula

    Tipe Emulsi

    Sebelum Kondisi Penyimpanan

    dipercepat

    Setelah Kondisi Penyimpanan

    dipercepat

    Uji

    Pengenceran

    Uji Dispersi Zat

    Warna

    Uji

    Pengenceran

    Uji Dispersi

    Zat Warna

    F1 m/a m/a m/a m/a

    F2 m/a m/a m/a m/a

    F3 m/a m/a m/a m/a

    Tabel 4 : Pengukuran pH Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan Setelah Penyimpanan dipercepat

    Formula

    pH

    Sebelum Kondisi Penyimpanan

    dipercepat

    Setelah Kondisi Penyimpanan

    dipercepat

    F1 6 6 6 6

    F2 5 5 5 5

    F3 5 5 5 5

  • Tabel 5 : Pengamatan Volume Kriming Krim yang mengandung pati kentang Setelah Penyimpanan dipercepat

    Formula

    Setelah Kondisi Penyimpanan dipercepat

    F1 Tidak ada kriming

    F2 Tidak ada kriming

    F3 Tidak ada kriming

    Tabel 6: Evaluasi lama waktu penyimpanan krim yang mengandung pati kentang setelah penyimpanan di percepat

    Formula

    Setelah Kondisi Penyimpanan dipercepat

    F1 Tidak ada pemisahan

    F2 Tidak ada pemisahan

    F3 Tidak ada pemisahan

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan.

    Dalam menjaga kesehatan kulit, Kesehatan kulit dan wajah menjadi penekanan

    utama untuk mendapatkan penampilan yang menarik. Kulit yang tampak halus, putih

    dan bersih akan dapat menambah nilai estetik penampilan

    Krim merupakan salah satu sediaan kosmetik yang sering digunakan untuk

    mendapatkan kulit yang bersih, putih dan terbebas dari jerawat. Krim dari pati

    kentang merupakan sediaan yang diambil dari bahan alam yang mempunyai efek

    samping yang rendah disbanding dari bahan kimia yang dapat merusak kesehatan

    kulit.

    Kestabilan krim sangat penting dalan suatu industri kosmetik. Dalam

    memproduksi suatu sediaan yang perlu diperhatikan adalah kestabilan sediaan yang

    mampu bertahan khususnya dalam penyimpanan yang lama, karna jika sediaan tidak

    bertahan dalam penyimpanan lama maka sediaan tersebut rusak dan tidak stabil

    dalam formulasi dampakx terjadi kerugian bagi industry sehingga kestabilan produk

    sediaan sangat perlu untuk diperhatikan.

    Dalam Penelitian ini dibuat formulasi sediaan krim yang mengandung pati

    kentang yang melibatkan beberapa bahan tambahan antara lain Formula I

    menggunakan setil alkohol sebagai penstabil dengan konsentrasi 2 %, formula II

    dengan konsentrasi 4%, dan formula III dengan konsentrasi 6%, Bahan-bahan

  • tambahan lainnya di setiap formula sama pada penelitian ini, antara lain pati kentang

    sebagai zat aktif, metil paraben sebagai pengawet pada fase air dan propil paraben

    sebagai pengawet pada fase minyak, propilenglikol sebagai humektan, novemer

    sebagai emulgator, asam steart sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emilien, farapin

    sebagai pengeras dan -tokoferol sebagai antioksidan.

    Sebagai emulgator dalam pembuatan formula krim ini digunakan emulgator

    novemer karena Novemer merupakan emulgator yang dapat bekerja sebagai

    emulgator utama atau pun emulgator pembantu dalam emulsi minyak dalam air (m/a).

    Emulgator ini direkomendasikan digunakan dalam krim dan lotion, digunakan pada

    konsentrasi 0,2-0,5%. Adapun keuntungan dari penggunaan emulgator ini adalah

    dapat digunakan sebagai emulgator utama ataupun emulgator pembantu dalam

    emulsi, serta meninggalkan rasa lembut pada kulit dan memberikan penampilan

    visual yang bagus pada krim dan tidak meninggalkan rasa berminyak pada kulit.

    Setelah pembuatan sediaan, dilakukan pengujian kestabilan berdasarkan dua

    parameter pada kondisi sebelum dan sesudah penyimpanan yang dipercepat, di

    antaranya pemeriksaan organoleptis, pengujian homogenitas, pengujian tipe emulsi,

    pengukuran pH, pengujian volume kriming, pengujian sentrifugasi dan pengujian

    kestabilan dilakukan dengan metode kondisi dipaksakan (stressed condition) dengan

    penyimpanan pada suhu 5oC dan 35oC secara bergantian selama 10 siklus, masing-

    masing siklus berdurasi 12 jam. Tujuan dilakukan-nya kondisi dipaksakan adalah

    untuk mempercepat proses peruraian dari bahan-bahan dan untuk mempersingkat

  • waktu pengujian. Evaluasi kestabilan krim yang mengandung pati kentang (Solanum

    tuberosum L) antara lain:

    Pemeriksaan Organoleptis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

    terjadinya perubahan pada warna, bau dan konsistensi dari sediaan sebelum dan

    sesudah kondisi dipaksakan. Hasil pengamatan yang diperoleh dari ketiga formula

    krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L) sebelum dan sesudah

    penyimpanan, tidak memperlihatkan perubahan baik segi warna bau maupun

    konsistensi sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi baik antara

    emulgator bahan peningkat viskositas atau bahan tambahan lainnya sehingga ketiga

    formula tersebut dapat dikatakan stabil.

    Pengujian homogenitas Pada pengujian homogenitas Emulsi yang terbentuk

    pada krim yang mengandung pati kentang menunjukkan susunan yang homogen pada

    ketiga formula, baik sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan, sehingga ketiga

    formula tersebut dikatakan stabil.

    Pengukuran pH Pengukuran pH dari sediaan krim harus dilakukan sebelum

    maupun sesudah kondisi dipaksakan. Hal ini berkaitan dengan keamanan peng-

    gunaan sediaan untuk menghindari terjadinya iritasi kulit bagi pemakainya. Hasil

    yang diperoleh yaitu dari ketiga formula baik sebelum dan sesudah kondisi

    dipaksakan, kisaran pHnya 5-6. Formula I memiliki pH 6 dan formula II dan III

    memiliki pH 5. Hal ini sesuai dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5 7,5. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa semua formula stabil dalam pengujian pH.

  • Pengujian volume kriming Kriming adalah pergerakan ke atas dari fase

    terdispersi. Hal ini biasa disebabkan karena adanya perbedaan jumlah dari kedua fase.

    Fase yang jumlahnya lebih banyak (fase pendispersi) akan mendesak fase yang lebih

    sedikit jumlahnya (fase terdispersi), sehingga fase terdispersi akan terdorong keluar

    dari sistem emulsi dan bergerak ke atas. Kriming merupakan salah satu gejala

    ketidakstabilan dari suatu emulsi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa krim yang

    mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L) tidak menunjukkan adanya

    kriming. Hal ini disebabkan karena emulgator yang digunakan membentuk lapisan

    yang rapat di sekeliling permukaan tetes minyak yang terdispersi. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa formula I, II, III, stabil.

    Pengujian tipe emulsi. Pada pengujian tipe emulsi krim dengan

    menggunakan metode uji pengenceran dan uji dispersi zat warna menggunakan

    metilen biru sebelum kondisi penyimpanan dipercepat menunjukkan tipe emulsi M/A

    (minyak dalam air). Hal yang sama juga terjadi pada pengujian ulang tipe emulsi

    setelah krim diberi kondisi penyimpanan dipercepat yaitu tipe M/A ( tidak ada

    perubahan tipe emulsi ). Hal ini berarti tidak terjadi inversi fase.

    Pengujian Pemisahan Fase Dengan Metode Sentrifugasi. Pengujian ini

    dilakukan dengan mengambil krim sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam tabung

    sentrifus kemudian di sentrifus selama 15 menit. Setelah dilakukan pengujian

    sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm ketiga formula tidak

    menunjukkan adanya pemisahan fase sesudah kondisi dipaksakan sehingga formula

    ini dikatakan stabil.

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap Formulasi Krim yang

    mengandung pati kentang maka dapat disimpulkan bahwa krim dengan konsentrasi

    pati kentang 3% dan penambahan setil alkohol 2% ( formulasi 1 ) 4% ( formula II )

    dan 6% ( formula III ) menghasilkan krim yang stabil secara fisik.

    B. Saran

    Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian uji daya

    hambat pati kentang terhadap pertumbuhan bakteri acne vulgaris.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim , 1995. Farmakope indonesia. Ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

    Anonim , 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29356/. ../Chapter%

    20II.pdf di akses april 2014 Anonim , 2011. repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29352/. ../Chapter%

    20II.pdf di akses april 2014 Alfreds Rosevelt, 2013. Penelitian Uji Efektivitas Propilen Glikol Sebagai

    Peningkat Penetrasi Terhadap Laju Difusi sediaan serum Gel albumin putih telur Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifa) KEBANGSAAN MAKASSAR

    Budiman Muhammad H, 2008. Uji Stabilitas Krim. FMIPA UI Jakarta,Indonesia Tranggono Retno Iswari et al.2007, Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik.

    Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2007 Balsam MS & Saragin E. Cosmetics science and technology vol 1. London:

    Wiley Intersciense; 1972 Nurul Arfiyanti Yusuf,2011. Penelitian Uji Efektivitas Propilen Glikol Sebagai

    Peningkat Penetrasi Terhadap Laju Difusi Krim Pemutih Asam Kojat Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifa) KEBANGSAAN MAKASSAR

    Kibbe AH. Handbook of pharmaceutical excipients 3th edition. Pennsylvania :

    University of Pharmacy; 2000. Lubrizol. NovemerEC-1 polymer multifunctional liquid polymer for skin and

    sun care in O/W emulsions; 2002 Voight Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada

    University Press : Yogyakarta Lachman L, Lieberman HA, and Kanig JL. 1970, The theory and practice of

    industrial pharmacy. Philadelphia: Lea & Febiger; 1970. p. 491-496

  • Manurung, B. 2008, Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pemakaian Kosmetik Krim Pemutih Mengandung Mercuri Pada Pusat Kebugaran Dan Kecantikan X Di Kota Medan

    Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas

    Indonesia Press; 1977

  • LAMPIRAN

    RANCANGAN FORMULA

    NO NAMA BAHAN FORMULA 1 FORMULA 2 FORMULA 3

    % gram % gram % gram

    1 PATI KENTANG 3 3 3 3 3 3

    2 SETIL ALKOHOL 2 2 4 4 6 6

    3 ASAM STEARAT 5 5 5 5 5 5

    4 GLISERIN 5 5 5 5 5 5

    5 PROPILENGLIKOL 5 5 5 5 5 5

    6 PARAFFIN CAIR 5 5 5 5 5 5

    7 NOVEMER 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

    8 METIL PARABEN 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

    9 VIT E 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

    10 AQUADEST Ad 100 73,4 Ad 100 71,4 Ad 100 69,4

  • Lampiran : Skema Kerja Pembuatan Krim pati kentang

    Dilebur suhu 70 Dilarutkan dalam air panas 70

    Ditambahkan Ditambahkan

    Dipertahankan suhu pada 70 Dipertahankan suhu pada 70

    Dicampur

    + Pati kentang

    Keterangan : * = sesuai konsentrasi penggunaan cetil alkohol

    As. Stearat,*cetil alkohol, paraffin cair

    Metil paraben

    Propil paraben dan vitamin E

    Gliserin, Novemerglikol

    Leburan Larutan metil paraben

    Fase minyak Fase air

    Emulsi

    Krim pati kentang

  • LAMPIRAN

    Gambar 1 Kentang dan Pati kentang

  • Gambar 2. proses pembuatan krim

    Gambar 3. Krim yang sudah jadi

  • Gambar 4. Pengamatan organoleptis Formula

    Gambar 5. Uji tipe emulsi dengan air

  • Gambar 6. Uji tipe emulsi metilen blue

    Gambar 7. uji pengukuran pH

  • Gambar 8. Pengujian krim dengan alat sentrifus

  • Gambar 9. Pengujian krim dengan climetic chamber