sampulq-b
-
Upload
fadli-archie -
Category
Documents
-
view
32 -
download
2
description
Transcript of sampulq-b
-
i
FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)
YOSEP BENDURUK
F.11.070
YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA
AKADEMI FARMASI MAKASSAR
2014
-
FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Mengetahui Syarat
Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi
YOSEP BENDURUK
F.11.070
YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA
AKADEMI FARMASI MAKASSAR
2014
-
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
FORMULASI STABIL KRIM YANG MENGANDUNG PATI KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.)
Oleh
Yosep Benduruk F.11.070
Menyetujui,
Pembimbing
Arisanty, S.Si, M.Si. Apt Nip :198004242005012004
Mengetahui,
Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar
Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt NIDN : 090605601
-
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini dipertahankan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar pada tanggal 24 juli 2014.
TIM PENGUJI
1. Arisanty, S.Si, M.Si, Apt ( Ketua ) 1..
2. Rina Asrina, S.Si, Apt (Anggota ) 2..
3. Zulfiah Muctar, S.Si, Apt ( Anggota ) 3..
Mengetahui,
Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar
Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt NIDN : 090605601
-
ABSTRAK
Yosep Benduruk, Formulasi stabil krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.).
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang membuat formulasi krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.) dengan penambahan setil alkohol dengan berbagai konsentrasi yang menghasilkan krim yang stabil. Formulasi krim yang mengandung pati kentang dibuat dalam tipe minyak dalam air dengan variasi konsentrasi setil alcohol 2%, 4%, dan 6%.dengan penambahan novemer sebagai emulgator. Pengujian stabilitas krim meliputi pengujian organoleptis, penentuan tipe emulsi, pH, volume kriming dan pengujian dengan alat sentrifus. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Formulasi Krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L.) maka dapat diketahui bahwa krim dengan konsentrasi pati kentang 3% dan penambahan setil alkohol 2% (formulasi 1 ) 4% ( formula II ) dan 6% ( formula III ) menghasilkan krim yang stabil secara fisik.
Kata kunci : Formulasi krim pati kentang, setil alcohol, novemer, pengujian stabilitas
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
kuasaNYA sehingga penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Formulasi Stabil Krim Yang Mengandung Pati Kentang yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar ahli madya Farmasi Akademi Farmasi Sandi Karsa
Makassar dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini dengan tulus dan kerendahan hati penulis mengucapkan
rasa terimah kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada Orang tua
(mama dan Alm. Papa ) yang selalu memberikan doa, cinta dan dukungan serta moril
selama penulis menuntut ilmu.
Dan pada kesempatan ini juga dengan tulus dan kerendahan hati penulis
mengucapkan rasa terimah kasih yang sebesar besarnya kepada ibu Arisanty, S.Si,
M.Si, Apt atas kesempatannya dalam memberikan bimbingan dan arahan yang
sungguh luar biasa selama menyelesaikan tugas akhir ini.
Dan pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ibu Hj. Hardayan, SE, sebagai Pembina yayasan pendidikan Karya Anak Bangsa
Makassar.
2. Bapak Ir. H. Hardi Rachman, MT ( Alm ) sebagai pendiri yayasan pendidikan
Karya Anak Bangsa Makassar.
3. Bapak dr. Wahyudi Hardi sebagai ketua yayasan pendidikan Karya Anak Bangsa
Makassar.
-
4. Bapak Drs. Rusli, Sp. FRS, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Sandi Karsa
Makasar.
5. Ibu Rina Asrina, S.Si, Apt selaku pembimbing akedemik selama penulis berada
di Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar
6. Ibu Zulfiah Muchtar, S.Si, Apt dan Rina Asrina, S.Si, Apt selaku penguji Karya
Tulis Ilmiah.
7. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Administrasi Akademi Farmasi Sandi Karsa
Makasar.
8. Alfret Roosevelt, S.Farm selaku pembimbing teknis yang banyak memberikan
masukan dan arahan selama penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
9. Rekan - rekan asisten yang banyak membantu memberikan masukan selama
penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
10. Kakak dan Adek ( Pendi, Yuli & Pery, Tinik & Natan ) yang tidak henti
hentinya memberikan dorongan dan moril serta semangat kepada saya.
11. Teman - teman mahasiswa Farmasi Sandi Karsa Makasassar angkatan 2011 yang
banyak berbagi suka dan duka selama kuliah we all the best
12. Adek adek farmasi tingkat I & II yang masi berjuang mendapatkan ilmu di
Farmasi Sandi Karsa Makasassar, semangat kalian pasti bisa.
13. Kepada pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu
yang telah membantu dan memberikan motivasi selama mengikuti pendidikan
dan menyelesaikan tugas akhir
-
Akhir kata penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun kritik dan saran untuk kesempurnaan karya Tulis Ilmiah ini
sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfat bagi kita semua . Amin
Makassar, 24 juli 2014
Penulis
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM . i
HALAMAN PRASYARAT.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI................................ iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A Latar Belakang................................................................................... 1
B Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C Tujuan Penelitian............................................................................... 4
D Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
A Uraian Tanaman................................................................................. 5
B Uraian Kosmetik................................................................................. 8
C Uraian Krim........................................................................................ 11
-
D Formulasi Krim.................................................................................. 13
E Stabilitas............................................................................................. 18
F Uji Kestabilan sediaan Krim.............................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 24
A Jenis Penelitian.................................................................................. 24
B Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 24
C Alat dan Bahan Yang Digunakan...................................................... 24
D Rancangan formula............................................................................ 25
E Cara Pembuatan Formula................................................................... 25
F Pengujian Formula............................................................................. 26
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 28
A . Hasil Pengamatan ............................................................................ 28
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................. 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35
A. Kesimpulan........................................................................................ 35
B. Saran.................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang sebelum penyimpanan
Tabel 2. Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang setelah
penyimpanan Tabel 3. Penentuan Tipe Emulsi Krim yang mengandung pati kentang Sebelum
dan Setelah Penyimpanan dipercepat Tabel 4. Pengukuran pH Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan
Setelah Penyimpanan dipercepat. Tabel 5. Pengamatan Volume Kriming Krim yang mengandung pati kentang
Setelah Penyimpanan dipercepat Tabel 6. Evaluasi lama waktu penyimpanan krim yang mengandung pati kentang
setelah penyimpanan di percepat
-
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 gambar kentang dan pati kentang
Gambar 2. Proses pembuatan krim
Gambar 3. Krim yang sudah jadi
Gambar 4. Pengujian Organoleptis
Gambar 5. Uji tipe emulsi dengan air
Gambar 6. Uji tipe emulsi dengan metilen blue
Gambar 7. uji pengukuran pH
Gambar 8. Pengujian krim dengan alat sentrifus
Gambar 9. Pengujian krim dengan climetic chember
-
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skema kerja pembuatan krim pati kentang
Lampiran 2. Rancangan formula
Lampiran 3. Gambar pembuatan dan pengujian formula
-
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi di bidang farmasi khususnya di bidang kosmetik saat
ini, telah memberikan banyak alaternatif bagi konsumen untuk memenuhi
kebutuhannya akan kebersihan serta kecantikan tubuh dan wajahnya. Berbagai
produk kosmetik dengan berbagai fungsi/manfaat dari berbagai perusahaan dan
negara banyak tersedia di pasaran; ada yang berfungsi untuk membersihkan kulit
wajah, membersihkan plek-plek pada wajah, membersihkan jamur, mengencangkan
kulit dan sebagaianya (Rika reski 2012).
Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti ketrampilan
menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
-
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM,1995)
Krim yang beredar saat ini banyak yang mengandung bahan berbahaya seperti
merkuri (raksa) dan hidrokuinon yang melebihi batas normal. Menyadari akan berbagai
kelemahan yang terjadi atas formulasi krim tersebut dan seiring dengan berkembangnya gaya
hidup back to nature, maka zat alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap
lebih aman. Penggunaan zat alami dalam formulasi krim merupakan salah satu solusi untuk
menghindari penggunaan zat yang berbahaya. Zat alami adalah zat yang diperoleh langsung
dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral (Manurung 2008).
Salah satu bahan pengemulsi yang digunakan pada pembuatan krim adalah
setil alcohol. Setil alcohol selain berfungsi sebagai bahan pengemulsi dalam krim
Setil alcohol juga berfunsi sebagai bahan pengeras dan dapat meningkatkan viskositas
krim serta meningkatkan kestabilan sediaan. Sebagai bahan pengeras yang digunakan
2-10% dan sebagai bahan pengemulsi digunakan konsentrasi 2-5% (Eksipien : 117)
Kosmetik dari bahan alam baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,
maupun bahan lainnya telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Penggunaan kosmetik
dalam bentuk sederhana dan dengan cara tradisional, telah digunakan oleh manusia
sejak dahulu. Seiring berjalannya waktu, serta berkembangnya pengetahuan maka
ditemukanlah sediaan kosmetik yang lebih modern seperti sediaan yang berbentuk
krim, yang merupakan campuran dari beberapa komponen bahan yang
-
diformulasikan lebih stabil didalam industri farmasi Formulasi kosmetik dari bahan
alam telah menjadi arah perkembangan saat ini, hal ini disebabkan orang lebih
menyukai bahan yang berasal dari alam karna memiliki efek samping yang rendah
(Wasitaatmadja, 1997).
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim yang
berbentuk semak. Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropika
dan subtropika. Kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai
drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir. Kentang
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satunya yaitu untuk kesehatan kulit
vitamin C dab B kopleks serta mineral seperti potassium, mangnesium, fosfro dan
seng sangat baik untuk kulit dan semuanya ada di kentang. Secara tradisional kentang
juga sering digunakan untuk menghilangkan jerawat atau noda diwajah. Kandungan
yang terdapat dalam kentang sepertinya cukup untuk mengatasi penyebab utama
jerawat seperti minyak berlebih, bakteri, sel kulit mati, dan lain lain (Anonim
2010).
Krim yang akan dibuat adalah krim tipe minyak dalam air, krim ini lebih disukai
karena terlihat lebih menarik, mudah menyebar dengan rata, mudah diserap kedalam kulit
jika dioleskan, dan mudah dicuci Berdasarkan nilai estetika penggunaan krim untuk siang
hari lebih baik menggunakan krim tipe minyak dalam air agar wajah tidak nampak lebih
berminyak (Lachman 1970).
-
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan bahwa
bagaimanakah formulasi krim yang stabil dari Pati kentang ?
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat formulasi krim dari pati
kentang yang stabil.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Sebagai acuan untuk membuat formulasi Krim stabil dari pati kentang
2. Sebagai tugas akhir sebagai mahasiswa Akademi Farmasi Sandi Karsa
Makassar dalam meraih gelar ahli madia farmasi.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. URAIAN TANAMAN
1 Morfologi Tumbuhan
Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat,
panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun
berwarna hijau kemerah- merahan atau keungu - unguan. Bunganya berwarna
kuning keputihan atau ungu. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil
bahkan sangat halus ( Setiadi 2000).
1.1 Sistematika Tumbuhan
Dalam taksonomi tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
-
1.2 Nama Daerah
Luwi kumeli di Jawa barat, gantang di Aceh dan Minangkabau,
gentang atau gadung lepar di Karo, gentang atau gadung lepar di Lampung,
kentang atau ubi mandira di Palembang, ubi kumaden dan di Sumba disebut
keteki jawa (Setiadi 2000).
1.3 Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari kentang (Solanum tuberosum L.) antara lain :
karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g. Lemak 0,1 g, protein 2 g, Air
75 g. (Anonim, 2010).
1.4 Indikasi
1. Menambah berat badan.
Kentang kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Sangat sesuai
untuk mereka yang kurus dan ingin menambah bobot tubuh (Anonim,
2010).
2. Pencernaan.
Karena kaya akan karbohidrat, maka kentang juga mudah dicerna
tubuh. Makanya kentang sering digunakan sebagai makanan bagi pasien,
bayi dan mereka yang sulit mencerna tapi memerlukan energy.
3. Kesehatan kulit.
Vitamin C dan B kompleks serta mineral seperti potassium,
magnesium, fosfro dan seng sangat baik untuk kulit. Dan semuanya ada
-
di kentang. Secara tradisional kentang juga sering digunakan untuk
menghilangkan jerawat atau noda diwajah (Anonim, 2010).
4. Peradangan.
Kentang sangat efektif untuk penanganan radang, baik internal
maupun eksternal karena sarat akan vitamin C, potassium dan vitamin
B6 (Anonim, 2010).
1.5. Uraian Tentang Pati
Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan
utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber pati utama di
Indonesia adalah beras. Disamping itu dijumpai beberapa sumber pati
lainnya yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan
dan manusia juga mejadikan pati sebagai sumber energi penting (Whistler
dkk, 1984).
Di Indonesia, pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan
amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan
sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa
memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak
bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan
makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai
sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri
-
kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-
butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula
merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk
identifikasi. Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk,
keseragaman granula (Whistler, dkk, 1984).
B. URAIAN KOSMETIK
1. PENGERTIAN
Kosmetik dalam peraturan mentri kesehatan RI NO. 140/Men.
Kes/PER/III/1991. Kosmetik Adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan ( epidemis, rambut, kuku, bibir, dan organ
kelamin bagian luar ), gigi dan rongga mulut untuk membersikan, menambah
daya tarik , mengubah penampakan , melindungi supaya dalam tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan penyakit (Permenkes RI).
Menurut SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI no.
HK.00.05.4.3870 tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik CPKB), Kosmetika adalah suatu bahan atau sediaan yang dimaksud untuk
digunakan pada berbagai bagian dari badan (epidermis, rambut,kuku, bibir, dan
organ genital eksternal) atau atau gigi dan selaput lendir di rongga mulut dengan
maksud untuk membersihkannya, membuat wangi atau melindungi supaya tetap
dalam keadaan baik, mengubah penampilan penampakan atau memperbaiki bau
badan.
-
2. Penggolongan Kosmetik
Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu :
A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13
preparat (Tranggono, 2004) :
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-
lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan
lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-
lain.
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-
lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-
lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth
washes, dan lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-
lain.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.
-
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,
pelindung, dan lain-lain.
12. Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen
foundation, dan lain-lain
B. Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan (Tranggono, 2004)
sebagai berikut:
1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara
modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).
2. Kosmetik tradisional:
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat
dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang
turun-temurun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan
pengawet agar tahan lama.
c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang
benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai
bahan tradisional.
d. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:
3. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan
kulit. Termasuk di dalamnya:
-
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun,
cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit
(freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya
mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit
(peeling), misalnya scrub ceram yang berisi butiran-butiran
halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).
C. URAIAN KRIM
Menurut Farmacope Indonesia Edisi IV krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi
air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat
dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim
dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
Krim merupakan suatu system emulsi yang tidak stabil secara
termodinamika dimana mengandung paling sedikit dua fase yang tidak saling
-
bercampur. Salah satu fase bersifat polar (air) dan fase yang lainnya bersifat non
polar (minyak). Krim dapat dibuat dengan berbagai jenis, yaitu emulsi air dalam
minyak dan emulsi minyak dalam air.
Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan
dasar, dan bahan pembantu. Emulgator atau surfaktan dalam sediaan krim berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang tidak saling
bercampur tersebut yang bekerja dengan mengurangi gaya tarik menarik antar
molekul dari kedua fase tersebut sehingga fungsi emulgator tersebut berkenan dengan
meningkatnya stabilitas emulsi. Selain itu untuk meningkatkan stabilitas suatu
sediaan krim biasanya mengandung bahanbahan tambahan lain seperti pengawet,
pengkelat, pengental, pelembab,(humektan), pewarna, dan pewangi serta bahan-
bahan lain yang dapat ditambahkan untuk memperoleh suatu sediaan krim yang baik
Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada
kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air padda kulit,
memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci
dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi penyumbatan
dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim asam stearat
(Voight,1994).
D. FORMULASI KRIM
Dalam membuat formulasi suatu sediaan krim yang baik perlu diperhatikan
adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu kesesuain sifat antara bahan
aktif dengan bahan pembawanya (basis). Suatu krim terdiri dari bahan aktif dan
-
bahan dasar (basis) krim. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dan fase air yang
dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan
membentuk basis krim. Selain itu dalam dalam suatu krim untuk menunjang dan
menghasilkan suatu karakteristik formula krim yang diinginkan, maka sering
ditambahkan bahan-bahan tambahan antara lain pengawet, pengkelat, pengental,
pewarna, pelembab, pewangi dan sebagainya. Agar diperoleh suatu basis krim yang
baik maka pemakaian bahan pengemulsi sangat menentukan. Dalam penentuan jenis
dan komposisi bahan pengemulsi (emulgator) yang digunakan dalam pembuatan
sediaan farmasetika dan kosmetik, selain mengacu pada formula standar serinkali
ditentukan dengan trial and error
Sebagai bahan pembawa (basis) yang digunakan adalah kombinasi basis
nonianik dan anionic, yaitu campuran antara trietanolamin (anionic) dengan gliseril
monostearat (nonianik). Pemilihan campuran basis nonianik dan anionic, agar
diperoleh suatu basis yang stabil serta diperoleh basis yang bersifat netral dan tidak
menyebabkan iritasi. Selain itu digunakan bahan tambahan meliputi emolien,
humektan, dan pengawet. Propel dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula
krim ini adalah sebagai berikut
a. Asam stearat
Rumus molekul : C18H36O2
Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai bahan
pengemulsi. Dalam pembuatan basis krim netral (nonianik) dinetralisasi
dengan penambahan alkali. Mudah larut dalam bensen karbo
-
tetraklorida, kloroform dan eter, larut dalm etanol, heksan dan propilen
glikol, praktis tidal larut dalam air. Umumnya tidak menyebabkan toksik
ataupun iritasi. Titik leleh >540C. konsentrasi yang umumnya digunakan
dalam sediaan krim sebesar 1-20%. (Balsam : 182).
b. Setil alcohol
Rumus molekul : C16H34O
Setil alcohol dalam krim digunakan sebagai bahan pengemulsi
dan bahan pengeras. Setil alcohol dapat meningkatkan viskositas krim
dam meningkatkan kestabilan sediaan. Sebagai bahan pengeras yang
digunakan 2-10% dan sebagai bahan pengemulsi digunakan konsentrasi
2-5%. Kelarutan sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter,
kelarutannya akan meningkat jika suhu dinaikkan. Titik lelehnya 45-
520C (Eksipien : 117)
c. Propilen glikol
Rumus molekul : C3H8O2
Cairan bening, tidak berwarna, kental dan agak manis.
Propilenglikol pada penggunaan topikal berfungsi sebagai humektan.
Propilenglokol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol,
gliserin atau air. Dapat bercampur dengan etanol dan air. Konsentrasi
yang digunakan sebagai peingkat penetrasi 1-10%
-
d. Paraffin cair
Paraffin dalam sediaan topical digunakan untuk meningkatkan titik
leleh atau meningkatkan pengerasan (bahan pengeras). Kelarutan larut
dalam kloroform, eter campuran minyak, sediki larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam etanol 95%, aseton, dan air. Paraffin tidak
menyebabkan toksik maupun iritasi (Eksipien : 119)
e. Propil paraben
Rumus molekul : C10H12O3
Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet, aktivitas
antimikroba ditunjukan pada pH antara 4-8. Secara luas digukan sebagai
bahan pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasetika.
Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktivitas
antimikroba. Kelarutan sangat larut dalam aseton dan eter, mudah larut
dalam etanol dan methanol, sangat sedikit larut dalam air, titik didih
2950C (Eksipien : 224)
f. Metil paraben
Rumus molekul : C8H8O3
Metil paraben dalam formulasi farmasetika, produk makanan dan
terutama kosmetik biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Dapat
digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan jenis paraben lain.
Efektifitas pengawet ini memiliki rentang pH 4-8. Dalam sediaan topical
kinsentrasi yang umum digunakan 0,02-0,3% (Eksipien : 340)
-
g. Gliserin
Rumus molekul : C3H8O3
Gliserin bersifat higroskopis. Dalam formulasi farmasetika dalam
berbagai sediaan gliserin biasanya ditambahkan sebagai emolien,
humektan, dan juga bahan pengawet, fungsi gliserin sebagai humektan
adalah untuk mempertahankan tingkat kandungan air dalam produk,
dengan mengurangi penguapan air selama pemakaian sehingga krim lebih
mudah menyebar dan pembentukan kerak dalam wadah yang dikemas
dapat dihindari. Kelarutan sedikit larut dalam aseton, praktis tidal larut
dalam bensen atau kloroform, dapat bercampur dengan etanol dam
methanol, praktis tidak larut dalam minyak (Eksipien : 345)
h. Vitamin E (-tokoferol)
Rumus molekul : C29H50O2
Berupa cairan seperti minyak, kuning jernih, tidak berbau atau sedikit
berbau. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan
dapat bercampur dengan eter P dengan aseton P, dengan minyak nabati
dan dengan kloroform P. Tidak stabil terhadap cahaya dan udara.
Tokoferol digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik
(Eksipien: 18.)
-
i. Novemer
Novemer merupakan emulgator yang dapat bekerja sebagai
emulgator utama ataupun emulgator pembantu dalam emulsi minyak dalam
air (m/a). Emulgator ini direkomendasikan digunakan dalam krim dan
lotion, digunakan pada konsentrasi 0,2-0,5%. Adapun keuntungan dari
penggunaan emulgator ini adalah :
1. Dapat digunakan sebagai emulgator utama ataupun emulgator
pembantu dalam emulsi.
2. Bebas dari perhitungan HLB
3. Meninggalkan rasa lembut pada kulit
4. Memberikan penampakan visual yang bagus pada krim dan
Tidak meninggalkan rasa berminyak pada kulit
Bentuk polimer cair ternetralisasi yang terdispersi dalam
minyak. Adapun komposisi penyusunnya adalah :
a. Air 45-51%
b. Akrilat kopolimer 26-28%
c. Minyak mineral 22-24%
d. Polisorbat 85 1-3%
-
j. Aquadest
Rumus molekul : H2O
Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan,
pertukaran ion osmosis terbalik atau murni digunakan dalam sedian-
sedian yang membutuhkan air terkecuali untuk parenteral aquades tidak
dapat digunakan. (Farmakope Ed IV).
E. STABILITAS
Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik
untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,kualitas dan
kemurniaan produk. Sedangkan defenisi sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu
penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat ( Budiman, 2008 )
Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna
atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,
pengendapan suspense atau caking, perubahan konsistensi pertumbuhan Kristal,
terbentuknya gas dan perubhan fisik lainnya. Kestabilan dari suatu emulsi ditandai
dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan
memberikan penampilan, bau warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik .
Ketidakstabilan fisik suatu emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh factor-faktor
-
yang mempengaruhi kestabilan kimia dari bahan pengemulsi(emulgator), suspending
agent, antioksidan, pengawet dan bahan aktif ( Budiman, 2008 )
Gejala-gejala yang menjadi indicator terjadinya kerusakan emulsi antara lain:
1. Creaming adalah proses pada emulsi dengan partikel yang kurang rapat
cenderung ke atas permukaan sehingga terjadi pemisahan menjadi dua emulsi
2. Flokulasi adalah penggabugan globul yang bergantung pada gaya tolak menolak
elektrostatis(zeta potensial)
3. Koalesens atau penggumpalan adalah proses dimana tetesan dua fase internal
mendekat da berkombinasi membentuk partikel yang lebih besar
4. Inverse adalah peristiwa dimana fase eksternal menjadi fase internal dan
sebaliknya
Untuik memperoleh nilai kestabialan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik
dalam waktu yang singkat maka dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian
ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat
mungkin denga cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk
mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal. Jika
hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat selama 3 bulan diperoleh hasil yang
stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu
kamar selama setahun. Pengujian yang dilakukan pada uji dipercepat anatara lain:
a. Elevated temperature
Setiap kenaikan suhu 10 0C akan mempercepat reaksi 2 sampai
3 kalinya, namun secara praktis cara ini agak terbatas karena
-
kenyataanya suhu yang jauh diatas normal akan menyebabkan
perubahan yang tidak pernaha terjadi pada suhu normal.
b. Elevated humidities
Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.
Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasannya karena
pengaruh kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya
tidak memberikan perlindungan yang cukup dari atmosfer.
c. Cycling test
Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi adanya perubahan
suhu setiap tahun bahkan setiap harinya. Oleh karena itu, pada uji ini
dilakukan pada suhu dan atau kelembaban pada interval waktu tertentu
sehingga produk dlam kemasannya akan mengalami stress yang
bervariasi dari pada stress statis.
d. Uji mekanik (centrifugal test)
Tujuan dilakukan uji mekanik/centrifugal test adalah untuk
mengetahui terjadinya pemisahan fase dari emulsi. Sampel
disentifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam atau 5000-10000
rpm selama 30 menit. Hal ini dilakukan karena perlakuan tersebut
sama dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan
krim selama setahun.
-
Sebenarnya sentrifugasi pada kecepatan tinggi cenderung dapat
mengubah bentuk globul fase internal yang terdispersi dan memicu
terjadinya koalesens.
Paremeter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik
adalah :
1. Organoleptis atau penampilan fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya
perubahan atau pemisahan emulsi,timbulnya bau atau tidak ,dan
perubahan warna.
2. Sifat aliran (viskositas)
Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan
kestabilan sediaan.
3. Ukuran partikel
Perubahan dalam ukuran pertikel rata-rata atau distribusi
ukuran globul merupakan tolak ukur penting untuk penting
mengevaluasi emulsi. Dimana pada emulsi keruh diameter globul
berkisar antara 0,5-50 um. Ukuran partikel meruoakan indicator
utama kecenderungan terjadinya creaming atau breaking. Terdapat
hubungan antara ukuran partikel dengan viskositas dimana
kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan.
Semakin tinggi viskositas maka semakin kecil ukuran partikel dan
semakin besar volume rasio.
-
4. Pemeriksaan pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit
yaitu 4,5-6,5 karena jika krim memiliki pH yang terlalu basa maka
dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik sedangkan jika Ph
terlalu asam maka yang terjadi adalah menimbulkan iritasi kulit
( Budiman, 2008 ).
F. UJI KESTABILAN SEDIAAN KRIM
Evaluasi kestabilan krim dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan kondisi
dipercepat. Penyimpanan kondisi dipercepat dilakukan pada suhu bergantian 5oC dan
35oC, masing-masing selama 12 jam sebanyak 7 siklus (Budiman, 2008)
a. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan meletakkan sedikit
krim di antara 2 kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel kasar
atau ketidak homogenan secara visual.
b. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan terhadap
warna, konsistensi dan bau dari sediaan krim.
c. Tipe emulsi Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode
hantaran listrik yaitu sampel emulsi sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam
wa-dah kemudian diuji daya hantar listriknya dengan multitester. Apabila
jarum multitester bergerak maka tipe emulsi M/A dan demikian
sebaliknya.
d. Keasam-basaan (pH) Pengukuran pH menggunakan pH meter. Rentang
toleransi pH krim berkisar antara 4.0 7.5
-
e. Viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
Viskometer Brookfield spindle no. 64 dengan kecepatan 50 putaran per
menit (rpm) dengan tiga kali replikasi.
f. Volume kriming Sebanyak 20 ml krim ditempatkan di dalam gelas ukur
dan ditutup kemudian disimpan pada kondisi dipaksakan (kondisi
dipercepat), yaitu pada suhu bergantian 5oC dan 35oC masing-masing
selama 12 jam dengan 10 siklus, volume kriming yang terbentuk diamati
setiap satu siklus hingga siklus ke 10.
g. Evaluasi lama waktu penyimpanan Sebanyak 10 ml sampel krim
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifus dengan kecepatan
2500 rpm selama 15 menit, emulsi diamati dan dicatat pemisahannya.
(Budiman, 2008).
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium
B. WAKTU DANTEMPAT PENELITIAN
Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan juni 2014 di
laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar dan
laboratorium farmasi universitas hasanuddin Makassar ( PKP),
C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala 250 ml
(pyrex), gelas ukur 25 ml dan 50 ml (pyrex), homogenizer, mangkuk,
penangas air, pot, pengaduk magnetik, termometer, timbangan analitik, alat
sentrifus, climatic chamber, pengukur Ph.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai zat aktif
digunakan pati kentang (solanum tuberosum l) dan sebagai bahan tambahan
digunakan setil alcohol (penstabil),asam sterat (pengemulsi) gliserin
(emilien), propylenglikol (peningkat penetrasi), paraffin cair, metil paraben
(pengawet), propil paraben (pengawet), novemer (emulgator), -tokoferol
(anti oksidan), dan aquadest.
-
D. RANCANGAN FORMULA
Formula pada penelitian ini dibuat dari pati kentang (solanum tuberosum l)
3% diformulasikan dalam basis krim yang masing-masing terdiri dari cetil alkohol
yang khusus di buat dalam 3 konsentrasi ( 2%, 4%, dan 6% ), asam stearat 5%,
gliserin 5%, Propilenglikol (peningkat penetrasi) konsentrasi 5%, paraffin cair 5%,
Novemer 0,5%, metil paraben 0,05% dan propil paraben 0,1%, vitamin E 0,05%,
dan aquadest hingga 100 ml.
E. CARA PEMBUATAN FORMULA
Pati kentang didapatkan dengan cara mengambil beberapa umbi kentang
kemudian dibersikan, umbi kentang di parut dalam air bersih kemudian didiamkan
sampai terdapat endapan putih halus berbentuk Kristal kecil kemudian di pisahkan
dan dikeringkan pada suhu 70oC. Kemudian bahan ditimbang sesuai perhitungan
dan alat disiapkan. Fase minyak dibuat dengan melebur asam stearat, setil alkohol
dan paraffin cair, setelah melebur ditambahkan propil paraben dan vitamin E, suhu
dipertahankan pada 700C. Fase air dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam
air yang telah dipanaskan pada suhu 700C kemudian ditambahkan gliserin,
propilen glikol dan emulgator Novemer. Krim dibuat dengan menambahkan fase
minyak masuk kedalam fase air, diaduk dengan intermitten shaking selama 2
menit kemudian didiamkan selama 20 detik lalu kembali diaduk sampai terbentuk
emulsi yang homogen. Krim yang terbentuk didiamkan sampai suhu mencapai 45-
550C kemudian ditambahkan pati kentang. Kemudian diaduk sampai homogen.
-
F. PENGUJIAN FORMULA
1. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan meletakkan sedikit
krim di antara 2 kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel kasar
atau ketidakhomogenan secara visual.
2. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi peme-riksaan terhadap
warna, konsistensi dan bau dari sediaan krim. Pengamatan ini dilakukan
sebelum dan sesudah emulsi diberi kondisi penyimpanan dipercepat.
3. Evaluasi Tipe Emulsi
a. Metode Pengenceran
Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian
diencerkan dengan ditambahkan air. Jika emulsi dapat diencerkan
maka emulsi adalah tipe m/a.
b. Metode Dispersi Zat Warna
Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera
terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a (20).
4. Keasam-basaan (pH) Pengukuran pH menggunakan pH universal.
Rentang toleransi pH krim berkisar antara 4.0 7.5
5. Volume kriming Pengukuran Volume Kriming Krim sebanyak 25 ml,
dimasukkan dalam gelas ukur kemudian diberi kondisi penyimpanan
dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu 5oC dan 35oC masing masing
-
selama 12 jam sebanyak 10 siklus. Pengamatan volume kriming dihitung
dalam % dengan rumus :
Hu Volume kriming = x 100 %
Ho
Dimana : Hu = Volume emulsi yang kriming
Ho = Volume total krim
6. Evaluasi lama waktu penyimpanan Sebanyak 10 ml sampel krim
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifus dengan kecepatan
2500 rpm selama 15 menit, emulsi diamati dan dicatat pemisahannya.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hasil Uji Kestabilan Fisik Krim yang mengandung pati kentang
Tabel 1 : Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang sebelum penyimpanan
Formula Pengamatan organoleptis sebelum penyimpanan
Warna Bau Tekstur Konsistensi
F1 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat
F2 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat
F3 Putih susu Tidak berbau halus Stengah padat
Tabel 2 : Pengamatan organoleptis krim yang mengandung pati kentang setelah penyimpanan
Formula Pengamatan organoleptis setelah penyimpanan
Warna Bau Tekstur Konsistensi
F1 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat
F2 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat
F3 Putih susu Tidal berbau halus Stengah padat
-
Tabel 3 : Penentuan Tipe Emulsi Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan Setelah Penyimpanan dipercepat
Formula
Tipe Emulsi
Sebelum Kondisi Penyimpanan
dipercepat
Setelah Kondisi Penyimpanan
dipercepat
Uji
Pengenceran
Uji Dispersi Zat
Warna
Uji
Pengenceran
Uji Dispersi
Zat Warna
F1 m/a m/a m/a m/a
F2 m/a m/a m/a m/a
F3 m/a m/a m/a m/a
Tabel 4 : Pengukuran pH Krim yang mengandung pati kentang Sebelum dan Setelah Penyimpanan dipercepat
Formula
pH
Sebelum Kondisi Penyimpanan
dipercepat
Setelah Kondisi Penyimpanan
dipercepat
F1 6 6 6 6
F2 5 5 5 5
F3 5 5 5 5
-
Tabel 5 : Pengamatan Volume Kriming Krim yang mengandung pati kentang Setelah Penyimpanan dipercepat
Formula
Setelah Kondisi Penyimpanan dipercepat
F1 Tidak ada kriming
F2 Tidak ada kriming
F3 Tidak ada kriming
Tabel 6: Evaluasi lama waktu penyimpanan krim yang mengandung pati kentang setelah penyimpanan di percepat
Formula
Setelah Kondisi Penyimpanan dipercepat
F1 Tidak ada pemisahan
F2 Tidak ada pemisahan
F3 Tidak ada pemisahan
-
BAB V
PEMBAHASAN
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan.
Dalam menjaga kesehatan kulit, Kesehatan kulit dan wajah menjadi penekanan
utama untuk mendapatkan penampilan yang menarik. Kulit yang tampak halus, putih
dan bersih akan dapat menambah nilai estetik penampilan
Krim merupakan salah satu sediaan kosmetik yang sering digunakan untuk
mendapatkan kulit yang bersih, putih dan terbebas dari jerawat. Krim dari pati
kentang merupakan sediaan yang diambil dari bahan alam yang mempunyai efek
samping yang rendah disbanding dari bahan kimia yang dapat merusak kesehatan
kulit.
Kestabilan krim sangat penting dalan suatu industri kosmetik. Dalam
memproduksi suatu sediaan yang perlu diperhatikan adalah kestabilan sediaan yang
mampu bertahan khususnya dalam penyimpanan yang lama, karna jika sediaan tidak
bertahan dalam penyimpanan lama maka sediaan tersebut rusak dan tidak stabil
dalam formulasi dampakx terjadi kerugian bagi industry sehingga kestabilan produk
sediaan sangat perlu untuk diperhatikan.
Dalam Penelitian ini dibuat formulasi sediaan krim yang mengandung pati
kentang yang melibatkan beberapa bahan tambahan antara lain Formula I
menggunakan setil alkohol sebagai penstabil dengan konsentrasi 2 %, formula II
dengan konsentrasi 4%, dan formula III dengan konsentrasi 6%, Bahan-bahan
-
tambahan lainnya di setiap formula sama pada penelitian ini, antara lain pati kentang
sebagai zat aktif, metil paraben sebagai pengawet pada fase air dan propil paraben
sebagai pengawet pada fase minyak, propilenglikol sebagai humektan, novemer
sebagai emulgator, asam steart sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emilien, farapin
sebagai pengeras dan -tokoferol sebagai antioksidan.
Sebagai emulgator dalam pembuatan formula krim ini digunakan emulgator
novemer karena Novemer merupakan emulgator yang dapat bekerja sebagai
emulgator utama atau pun emulgator pembantu dalam emulsi minyak dalam air (m/a).
Emulgator ini direkomendasikan digunakan dalam krim dan lotion, digunakan pada
konsentrasi 0,2-0,5%. Adapun keuntungan dari penggunaan emulgator ini adalah
dapat digunakan sebagai emulgator utama ataupun emulgator pembantu dalam
emulsi, serta meninggalkan rasa lembut pada kulit dan memberikan penampilan
visual yang bagus pada krim dan tidak meninggalkan rasa berminyak pada kulit.
Setelah pembuatan sediaan, dilakukan pengujian kestabilan berdasarkan dua
parameter pada kondisi sebelum dan sesudah penyimpanan yang dipercepat, di
antaranya pemeriksaan organoleptis, pengujian homogenitas, pengujian tipe emulsi,
pengukuran pH, pengujian volume kriming, pengujian sentrifugasi dan pengujian
kestabilan dilakukan dengan metode kondisi dipaksakan (stressed condition) dengan
penyimpanan pada suhu 5oC dan 35oC secara bergantian selama 10 siklus, masing-
masing siklus berdurasi 12 jam. Tujuan dilakukan-nya kondisi dipaksakan adalah
untuk mempercepat proses peruraian dari bahan-bahan dan untuk mempersingkat
-
waktu pengujian. Evaluasi kestabilan krim yang mengandung pati kentang (Solanum
tuberosum L) antara lain:
Pemeriksaan Organoleptis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
terjadinya perubahan pada warna, bau dan konsistensi dari sediaan sebelum dan
sesudah kondisi dipaksakan. Hasil pengamatan yang diperoleh dari ketiga formula
krim yang mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L) sebelum dan sesudah
penyimpanan, tidak memperlihatkan perubahan baik segi warna bau maupun
konsistensi sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi baik antara
emulgator bahan peningkat viskositas atau bahan tambahan lainnya sehingga ketiga
formula tersebut dapat dikatakan stabil.
Pengujian homogenitas Pada pengujian homogenitas Emulsi yang terbentuk
pada krim yang mengandung pati kentang menunjukkan susunan yang homogen pada
ketiga formula, baik sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan, sehingga ketiga
formula tersebut dikatakan stabil.
Pengukuran pH Pengukuran pH dari sediaan krim harus dilakukan sebelum
maupun sesudah kondisi dipaksakan. Hal ini berkaitan dengan keamanan peng-
gunaan sediaan untuk menghindari terjadinya iritasi kulit bagi pemakainya. Hasil
yang diperoleh yaitu dari ketiga formula baik sebelum dan sesudah kondisi
dipaksakan, kisaran pHnya 5-6. Formula I memiliki pH 6 dan formula II dan III
memiliki pH 5. Hal ini sesuai dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5 7,5. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua formula stabil dalam pengujian pH.
-
Pengujian volume kriming Kriming adalah pergerakan ke atas dari fase
terdispersi. Hal ini biasa disebabkan karena adanya perbedaan jumlah dari kedua fase.
Fase yang jumlahnya lebih banyak (fase pendispersi) akan mendesak fase yang lebih
sedikit jumlahnya (fase terdispersi), sehingga fase terdispersi akan terdorong keluar
dari sistem emulsi dan bergerak ke atas. Kriming merupakan salah satu gejala
ketidakstabilan dari suatu emulsi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa krim yang
mengandung pati kentang (Solanum tuberosum L) tidak menunjukkan adanya
kriming. Hal ini disebabkan karena emulgator yang digunakan membentuk lapisan
yang rapat di sekeliling permukaan tetes minyak yang terdispersi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa formula I, II, III, stabil.
Pengujian tipe emulsi. Pada pengujian tipe emulsi krim dengan
menggunakan metode uji pengenceran dan uji dispersi zat warna menggunakan
metilen biru sebelum kondisi penyimpanan dipercepat menunjukkan tipe emulsi M/A
(minyak dalam air). Hal yang sama juga terjadi pada pengujian ulang tipe emulsi
setelah krim diberi kondisi penyimpanan dipercepat yaitu tipe M/A ( tidak ada
perubahan tipe emulsi ). Hal ini berarti tidak terjadi inversi fase.
Pengujian Pemisahan Fase Dengan Metode Sentrifugasi. Pengujian ini
dilakukan dengan mengambil krim sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam tabung
sentrifus kemudian di sentrifus selama 15 menit. Setelah dilakukan pengujian
sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm ketiga formula tidak
menunjukkan adanya pemisahan fase sesudah kondisi dipaksakan sehingga formula
ini dikatakan stabil.
-
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap Formulasi Krim yang
mengandung pati kentang maka dapat disimpulkan bahwa krim dengan konsentrasi
pati kentang 3% dan penambahan setil alkohol 2% ( formulasi 1 ) 4% ( formula II )
dan 6% ( formula III ) menghasilkan krim yang stabil secara fisik.
B. Saran
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian uji daya
hambat pati kentang terhadap pertumbuhan bakteri acne vulgaris.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 1995. Farmakope indonesia. Ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim , 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29356/. ../Chapter%
20II.pdf di akses april 2014 Anonim , 2011. repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29352/. ../Chapter%
20II.pdf di akses april 2014 Alfreds Rosevelt, 2013. Penelitian Uji Efektivitas Propilen Glikol Sebagai
Peningkat Penetrasi Terhadap Laju Difusi sediaan serum Gel albumin putih telur Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifa) KEBANGSAAN MAKASSAR
Budiman Muhammad H, 2008. Uji Stabilitas Krim. FMIPA UI Jakarta,Indonesia Tranggono Retno Iswari et al.2007, Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2007 Balsam MS & Saragin E. Cosmetics science and technology vol 1. London:
Wiley Intersciense; 1972 Nurul Arfiyanti Yusuf,2011. Penelitian Uji Efektivitas Propilen Glikol Sebagai
Peningkat Penetrasi Terhadap Laju Difusi Krim Pemutih Asam Kojat Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifa) KEBANGSAAN MAKASSAR
Kibbe AH. Handbook of pharmaceutical excipients 3th edition. Pennsylvania :
University of Pharmacy; 2000. Lubrizol. NovemerEC-1 polymer multifunctional liquid polymer for skin and
sun care in O/W emulsions; 2002 Voight Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta Lachman L, Lieberman HA, and Kanig JL. 1970, The theory and practice of
industrial pharmacy. Philadelphia: Lea & Febiger; 1970. p. 491-496
-
Manurung, B. 2008, Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pemakaian Kosmetik Krim Pemutih Mengandung Mercuri Pada Pusat Kebugaran Dan Kecantikan X Di Kota Medan
Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press; 1977
-
LAMPIRAN
RANCANGAN FORMULA
NO NAMA BAHAN FORMULA 1 FORMULA 2 FORMULA 3
% gram % gram % gram
1 PATI KENTANG 3 3 3 3 3 3
2 SETIL ALKOHOL 2 2 4 4 6 6
3 ASAM STEARAT 5 5 5 5 5 5
4 GLISERIN 5 5 5 5 5 5
5 PROPILENGLIKOL 5 5 5 5 5 5
6 PARAFFIN CAIR 5 5 5 5 5 5
7 NOVEMER 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
8 METIL PARABEN 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
9 VIT E 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
10 AQUADEST Ad 100 73,4 Ad 100 71,4 Ad 100 69,4
-
Lampiran : Skema Kerja Pembuatan Krim pati kentang
Dilebur suhu 70 Dilarutkan dalam air panas 70
Ditambahkan Ditambahkan
Dipertahankan suhu pada 70 Dipertahankan suhu pada 70
Dicampur
+ Pati kentang
Keterangan : * = sesuai konsentrasi penggunaan cetil alkohol
As. Stearat,*cetil alkohol, paraffin cair
Metil paraben
Propil paraben dan vitamin E
Gliserin, Novemerglikol
Leburan Larutan metil paraben
Fase minyak Fase air
Emulsi
Krim pati kentang
-
LAMPIRAN
Gambar 1 Kentang dan Pati kentang
-
Gambar 2. proses pembuatan krim
Gambar 3. Krim yang sudah jadi
-
Gambar 4. Pengamatan organoleptis Formula
Gambar 5. Uji tipe emulsi dengan air
-
Gambar 6. Uji tipe emulsi metilen blue
Gambar 7. uji pengukuran pH
-
Gambar 8. Pengujian krim dengan alat sentrifus
-
Gambar 9. Pengujian krim dengan climetic chamber