SALURAN GELOMBANG MIKRO (PATHLOOS 4.0)

PATHLOOS 4.0 UAS GMD_2010/ ericoseptiahari /D306051

SALURAN GELOMBANGSALURAN GELOMBANG MIKROMIKRO

LAPORAN PERENCANAANLAPORAN PERENCANAAN

LINK BUDGET CALCULATIONLINK BUDGET CALCULATION

DISUSUN OLEH :DISUSUN OLEH :

ERICO SEPTIAHARIERICO SEPTIAHARI

D306051D306051

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO

2009/2010

Pengampu/eka wahyudi ST/akatel sp pwt 1


DAFTAR ISI

KOVER....................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO

TITIK KE TITIK AREA MAKASAR......................................................................................3

A .Dasar TEORI......................................................................................................................................... 3

B .Syarat Perancangan.......................................................................................................................... 4

C .Dasar Analisa Perancangan...........................................................................................................4

D .Analisa perancangan........................................................................................................................7

E .Titik Node (Lokasi Tower)............................................................................................................12

F .Hasil Survey Masing-Masing Hop...............................................................................................13

G .Laporan Link Budget Calculation Untuk Masing-Masing Hop.......................................14

H .HOP LOS (line of sight).................................................................................................................... 18

I .HOP NLOS (NON line of sight).....................................................................................................21

J .Hasil Perhitungan Frequency Interferenc Dari Persamaan ..........................................21

K .Tanggapan Penulis Terhadap Softwere Pathloos Dalam

Perencanaan Link Gelombang Mikro...........................................................................39

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 40

LAMPIRAN TRAIN DATA..................................................................................................... 41

LAMPIRAN MAP AREA TRAIN DATA................................................................................48



Perancangan Jalur Gelombang Mikro

Titik Ke Titik Area Makasar

A. DASAR TEORI

Untuk mengatasi masalah interference diperlukan suatu perencanaan

yang matang dalam pemakaian frekuensi radio. Selain itu, perlu untuk

memperhatikan jarak transmisi dan kondisi baik topografi area dan iklim area

dimana jalur media transmisi akan dipasang.

Media Transmisi dengan menggunakan frekuensi radio berkembang

pesat di Indonesia. Sebagian besar media transmisi menggunakan teknik ini.

Teknik komunikasi melalui media tidak terpandu dan dengan menggunakan

frekuensi radio dianggap mampu memenuhi tantangan system telekomunikasi

saat ini, dimana mampu menangani jumlah pelanggan yang banyak. Seiring

dengan berkembangnya jumlah penduduk dan bertambahnya penggunaan

media transmisi frekuensi radio ini, maka timbul permasalahan. Dengan

bertambahnya jaringan, maka bertambah pula penggunaan frekuensi radio. Hal

ini dapat menyebabkan masalah antara lain gangguan dari frekuensi yang saling

berdekatan (interference).

Dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya kebenaran dalam

perhitungan parameter jalur microwave, dan pemahaman tentang tipe radio

yang, akan dipasang diharapkan jalur transmisi microwave yang dirancang

memiliki keandalan yang tinggi

Pemahaman mengenai topologi dan kondisi cuaca, serta parameter yang

mempengaruhi media transmisi microwave ini, perlu ditunjang dengan

pemahaman piranti yang akan dipasang.



.

Dengan keandalan yang tinggi, tentunya jalur transmisi tersebut layak

untuk digunakan.

B. SYARAT PERANCANGAN

Jumlah titik node (lokasi tower ) minimal 6 (enam ) lokasi, dengan jarak maksimal antar titik node 40 Km dan jarak minimal antar titik node 15 Km.

Equipment radio dan equipment antenna pada masing-masing titik node tidak boleh sama satu sama lain.

Frekuensi yang dipergunakan pada masing-masing hop tidak boleh ada yang sama.

Hob bisa bersifat LOS dan NLOS

C. DASAR ANALISA PERANCANGAN

1. Model Okumura-Hata

Model Okumura-Hata adalah model propagasi yang diketahui,

dimana dapat gunakan pada wilayah sel makro untuk memprediksi

atenuasi tengahan sinyal radio. Satu model komponen menggunakan free

space loss. Model Okumura-Hata merupakan model empiris, yang

didasarkan pada perhitungan ukuran sel.

2. Propagasi Gelombang Radio Line of Sight

Pada kasus line of sight ini, panjang jalur atau jarak transmisi

dibatasi oleh syarat line of sight. Line of sight dianalogikan sebagai jalur

lurus udara layaknya pandangan mata lurus.

Line of sight microwave merupakan suatu transmisi radio

broadcast dengan pelayanan dari titik ke titik. Dengan kata lain sistem

transmisi ini dapat dianggap seperti layaknya radio relay. Jaringan point

to point ini dapat didefinisikan sebagai hubungan radio transmisi

microwave dari daerah dekat (ner end/pemancar) menuju daerah jauh

(far end/penerima).



3. Model Walfish-ikegami

Model Walfish-ikegami adalah model propagasi empiris untuk

wilayah perkotaan, dimana dikhususkan untuk aplikasi sel mikro. Model

Walfish-ikegami terbagi dalam dua kasus, yaitu keadaan line-of-sight

(LOS) dan nonline-of-sight. Rumus untuk memprediksikan path loss

dalam keadaan LOS dapat ditulis dengan :

d = jarak (km)

f = frekuensi (MHz)

dimana keadaannya tidak line-of-sight, dengan rumus path lossnya dapat

ditulis

4. Menghitung Link Budget

Tahapan untuk menghitung link budget sinyal adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan hal tersebut, perhitungan jalur

transmisi (link budget) melalui beberapa tahap:

1) Menentukan nilai Evective Isotropic Received Power (EIRP)

2) Menentukan nilai Free Space Loss (FSL)

3) Menentukan nilai Isotropic Received Level (IRL)

4) Menentukan nilai Received Signal Level (RSL)

5) Menentukan nilai Carier to Noise Ratio (C/N)

5. Menentukan EIRP

Evective Isotropic Received Power (EIRP) menunjukkan nilai

efektif daya yang dipancarkan antena pemancar. Nilai ini dipengaruhi

oleh level keluaran pemancar, kemungkinan rugi-rugi feeder dan gain

antena. Secara matematis, nilai ini dapat ditulis:



Dengan Txout adalah daya keluarantransmitter (dBw), Gant adalah

gain antena (dB) dan Ll adalah rugi-rugi jalur (dB).

6. Menentukan FSL

Free Space Loss (FSL) adalah suatu nilai yang menunjukkan rugi-

rugi jalur transmisi. Rugi-rugi jalur transmisi ini dikarenakan karena

penggunaan media udara sebagai media pemandu, jarak jalur transmisi

dan penggunaan frekuansi radio. Besar FSL ini dapat dihitung dengan

rumus:

Dengan D adalah jarak antara antenna pemancar dan penerima, dan f

adalah frekuensi pembawa (MHz).

7. Menentukan IRL

Isotropic Received Level (IRL) merupakan nilai level daya

isotropic yang diterima oleh stasiun penerima. Nilai IRL ini bukan nilai

daya yang diterima oleh sistem atau rangkaian decoding. Akan tetapi nilai

ini adalah nilai level daya terima antena stasiun penerima. Besar nilai IRL

ini adalah:

8. Menentukan RSL

Received Signal Level (RSL) merupakan level daya yang diterima oleh

piranti pengolah decoding. Nilai RSL ini dipengaruhi oleh rugi-rugi jalur

dan gain antena penerima. Dengan ini nilai RSL dapat dihitung dengan

rumus:



D. Analisa Perancangan

Jalur Transmisi Microwave, Pada perancangan bagian ini akan dibahas

mengenai hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan

menggunakan software. Adapun tahapan perhitungan link budget

yang dibahas adalah:

Menghitung Jarak antara titik Jarak antara kedua titik site

dapat dihitung dengan cara menentukan posisi nominal dua titik

pada garis bumi dan menghitung jarak antaranya. Letak

nominal titik biasanya dinyatakan dalam garis lintang

dan garis bujurnya. Setiap titik garis lintang dan garis bujur

tersebut dinyatakan dalam derajat, menit dan detik. Tentunya

nilai ini perlu dikonfersi dalam satuan derajat saja dan

dikonversi dalam km. Setiap bagian menit dan detik dikonversi

dalam derajat dan dirubah dalam km. Sehingga untuk merubah

titik nominal dari nilai jam-menit-detik menjadi nilai jam saja

adalah:

Titik nominal dalam derajat :

Rumus ini berlaku untuk titik bujur dan lintang. Misalkan

diambil suatu titik berada dalam posisi lintang 05o 15’ 20.10” S

dan bujur timur 119o 24’ 10.90”, maka titik ini berada pada

derajat:

Untuk menentukan jarak antara kedua titik adalah dengan

menggunakan rumus jarak sederhana, dimana untuk garis



lintang persatuan derajat dikalikan dengan nilai 110.33 km dan

untuk garis bujur dikalikan dengan 111.32 km perderajat.

Dengan ini dapat dihitung jarak antara dua titik A (50o 15’ 20.10”S,

119o 24’ 10.90”E) dan titik B (05o 04’ 07.89”S,119o 24’ 44.64”E)

adalah:

1) Titik Nominal A :

- Lintang : 5.255583 derajad

- Bujur : derajad

2) Titik Nominal B

-

-

3) Jarak lintang A dan B

4) Jarak Bujur A dan B

5) Jarak A dan B



Gambar D.1 perhitungan jarak antara titik bumi

menggunakan pathloos 4.0.Jalur gelombang

radio Soreang – Makasar

Posisi titik bumi site Soreang dan Makasar

Posisi nominal titik bumi site Soreang berada pada posisi

lintang 05o 15’ 20.10” S dan bujur 119o 24’ 10.90”, sedangkan

titik nominal site Makasar berada pada titik lintang 05o 04’

70.89” S, dan bujur 119o 24’ 44.64” E. Dengan diketahui kedua

titik nominal tersebut dapat ditarik garis lurus imaginer

untuk mengetahui jarak kedua titik tersebut sejauh 20.67 km.

Dengan diketehui jarak antara titik tersebut dapat dihitung nilai

rugi-rugi ruang bebas yang mungkin terjadi dikarenakan jarak

antara titik.

Topografi jalur Soreang – Makasar

Topografi jalur Soreang Makasar dapat diketahui

dengan metode survey lapangan ataupun menggunakan peta

digital yang tersedia. Peta digital yang digunakan pada saat ini

adalah peta MAP MAKASAR INDONESIA.prindted by army map

service.corp engineers.scala 1:250000.

Dengan menggunakan peta ini sama dengan

mengunakan SRTM dapat diketahui kondisi profile antara titik

nominal bumi tersebut untuk mengetahui kemungkinan

penghalang yang terjadi.



Gambar D.2 topografi antara titik nominal bumi site

soreang dan Makasar

Gambar D.3 informasi umum jalur soreang – Makasar dan

topografi jalur

Gelombang ruang bebas Soreang – Makasar

Dengan mengetahui letak penghalang dan kondisi

topografi antara kedua titik maka dapat ditentukan ketinggian

minimum antenna yang akan digunakan untuk membuat titik

antara kedua site tersebut memenuhi criteria Line of sight

yaitu bebasnya zona fresnel 1 dari segala bentuk penghalang

yang dapat menyebabkan pembelokan, penghamburan,

maupun perusakan sinyal yang dikirim oleh pemancar sehingga

daya yang diterima sisi penerima tidak dapat optimum dan

diprediksi nilainya.

Dengan demikian letak antenna yang digunakan pada

kedua site harus memenuhi criteria tersebut. Dengan

menggunakan tombol optimize dapat ditentukan ketinggian

optimum sedemikian sehingga dapat dihasilkan kondisi LOS

pada kedua titik tersebut.



Gambar D.4 penggambaran kondisi Line of sight jalur soreang

Makasar dengan ketinggian antenna yang sudah

ditentukan.

Survey lokasi jalur Soreang –Makasar dan hasil

perhitungan link budget

Survey lokasi site dilakukan supaya dapat mengetahui

kondisi nyata dari antara titik site tersebut. Sehingga dapat

diketahui kemungkinan penghalang kritis yang dapat terjadi

diantara kedua titik tersebut. Selain itu dapat diketahui letak

antenna yang telah direncanakan pada tahap perencanaan

apakah dapat diimplementasikan. Pada tahap survey ini

beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah informasi

tentang titik far end, informasi jalur, lokasi site, diagram azimuth,

dan foto kondisi site.

Gambar D.5 lokasi site makasar



Gambar D.6 lokasi site soreang –makasar dalam peta

Gambar D.7 rencana letak pemasangan antenna

kearah makasar pada site soreang

Setelah diketahui semua informasi di lapangan yang

dibutuhkan, maka dengan memperhatikan parameter

yang sudah direncanakan jalur komunikasi radio tersebut

dapat diimplementasikan sesuai dengan perencanaan

sebelumnya.

E. Titik node (lokasi tower )

Node I

Makasar

Latitude :05 04 07.89 S

Longitude :119 24 44.64 E



Node 2

Soreang 1

Latitude :05 15 20.10 S


Node 3

Kaponrengang

Latitude :05 29 19.55 S


Node 4

Bangkoa

Latitude :05 28 30.20 S


Node 5

Atuatu

Latitude :05 16 08.90 S


Node 6

Sorokalling

Latitude :05 19 20.10 S


F. HASIL SURVEY UNTUK MASING-MASING HOP

HOP I

soreang Makasar

Calculated Distance (Km) : 20.67



HOP II

kaponrengang soreang


HOP III

Bangkoa kaponrengang


HOP IV

Sorokalling Bangkoa


HOP V

Atuatu Sorokalling


HOP VI

Makasar Atuatu


G. LAPORAN LINK BUDGET CALCULATION UNTUK MASING-MASING HOP

HOP I

Sun, Jan 24 2010soreang-Makasar.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8Microwave Worksheet - Soreang 1-Makasar.pl4

Soreang 1 MakasarElevation (m) 11.20 9.00

Latitude 05 15 20.10 S 05 04 07.89 SLongitude 119 24 10.90 E 119 24 44.64 E

True azimuth (°) 2.88 182.88Vertical angle (°) -0.04 0.01

Antenna model GKA12-040N GKA12-045NAntenna height (m) 5.00 5.00Antenna gain (dBi) 21.20 22.90

Frequency (MHz) 190000.00Polarization Vertical

Path length (km) 4.80Free space loss (dB) 151.67

Atmospheric absorption loss (dB) 31.75Net path loss (dB) 139.32 139.32

Radio model MDR-6506-12 MDR-6506-12TX power (watts) 0.79 0.79TX power (dBm) 29.00 29.00

EIRP (dBm) 50.20 51.90



TX Channels 1 16.0000V 1 16.5000VRX threshold criteria BER 10-3 BER 10-3

RX threshold level (dBm) -83.00 -83.00RX signal (dBm) -110.32 -110.32

Dispersive fade margin (dB) 64.00 64.00Dispersive fade occurrence factor 1.00

Path inclination (mr) 0.46

Mon, Jan 25 2010Soreang 1-Makasar.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

HOP II

Sun, Jan 24 2010kaponrengang-soreang.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8Microwave Worksheet - Kaponrengang-Soreang 1.pl4

Kaponrengang Soreang 1Elevation (m) 11.20 11.20


True azimuth (°) 343.39 163.40Vertical angle (°) -0.02 -0.02






EIRP (dBm) 65.30 49.80Emission designator 3M75D7W 3M75D7W





Mon, Jan 25 2010Kaponrengang-Soreang 1.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

HOP III

Microwave Worksheet - Bangkoa-Kaponrengang.pl4

Bangkoa KaponrengangElevation (m) 11.20 11.20



Antenna model GKA10-19N GKA10-20NAntenna height (m) 10.00 10.00



Antenna gain (dBi) 33.80 34.40Frequency (MHz) 190000.00

Polarization VerticalPath length (km) 4.60

Free space loss (dB) 151.30Atmospheric absorption loss (dB) 30.43

Net path loss (dB) 113.53 113.53Radio model MDR-6502-4 MDR-6502-4

TX power (watts) 1.00 1.00TX power (dBm) 30.00 30.00






Mon, Jan 25 2010Bangkoa-Kaponrengang.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

HOP IV

Microwave Worksheet - Sorokalling-Bangkoa.pl4

Sorokalling BangkoaElevation (m) 11.20 11.20













Mon, Jan 25 2010Sorokalling-Bangkoa.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

HOP V

Microwave Worksheet - Atuatu-Sorokalling.pl4

Atuatu SorokallingElevation (m) 10.20 11.20


True azimuth (°) 104.11 284.09Vertical angle (°) 5.72e-03 -0.03

Antenna model GKA10-045N GKA10-082N



Antenna height (m) 10.00 10.00Antenna gain (dBi) 20.10 26.30










Mon, Jan 25 2010Atuatu-Sorokalling.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

HOP VI

Microwave Worksheet - Makasar-Atuatu.pl4

Makasar AtuatuElevation (m) 9.00 10.20


True azimuth (°) 153.03 333.02Vertical angle (°) 2.19e-03 -0.03











Mon, Jan 25 2010Makasar-Atuatu.pl4Reliability Method - ITU-R P.530-7/8

H. HOP LOS (line of sight)

GAMBAR HASIL PRINT PROFILE SOFTWARE UNTUK MASING-MASING HOP

HOP I

soreang Makasar



HOP II


HOP IIIPengampu/eka wahyudi ST/akatel sp pwt 18



HOP V

Atuatu Sorokalling



HOP VI

Makasar Atuatu

I. HOP NLOS (non line of sight)

GAMBAR HASIL PRINT PROFILE SOFTWARE UNTUK MASING-MASING HOP

HOP IV



Sorokalling Bangkoa

J. HASIL PERHITUNGAN FREQUENCY INTERFERENCE DARI PERSAMAAN

Interference Summary - UASGMD2010-(D306051).gr4

Coordination Distance (km) 200.00Maximum frequency Separation (MHz) 150.00

Default Minimum Interference Level (dBm) -115.00Margin (dB) 10.00

Threshold degradation objective (db) 1.00Total number of cases calculated 103

Calculation made on Monday, January 25 2010 12:22:00 AM

Case 1 Victim RX Interfering TXMakasar Soreang 1

Coordinating Station Atuatu MakasarAntenna model GKA10-036N GKA12-040N

Discrimination Angle (°) 29.85 0.00Frequency (MHz) 8.50 V 16.00 VV-I Distance (km) 20.67

Antenna Discrimination (dB) 13.00Interfering Signal (dBm) -70.23

Objective (dBm) -109.00 (-38.77)Threshold Degradation (dB) 32.90

Case 2 Victim RX Interfering TXMakasar Kaponrengang

Coordinating Station Atuatu Soreang 1Antenna model GKA10-036N GKA10-24N





Coordinating Station Atuatu KaponrengangAntenna model GKA10-036N GKA12-033N

Discrimination Angle (°) 29.85 -160.51Frequency (MHz) 8.50 V 13.50 V



V-I Distance (km) 20.67Antenna Discrimination (dB) 34.00

Interfering Signal (dBm) -94.45Objective (dBm) -109.00 (-14.55)

Threshold Degradation (dB) 9.23

Case 4 Victim RX Interfering TXMakasar Bangkoa


Discrimination Angle (°) -10.10 56.09Frequency (MHz) 8.50 V 12.00 VV-I Distance (km) 56.31




Coordinating Station Atuatu BangkoaAntenna model GKA10-036N GKA10-20N




Case 6 Victim RX Interfering TXMakasar Atuatu

Coordinating Station Atuatu SorokallingAntenna model GKA10-036N GKA10-045N




Case 7 Victim RX Interfering TXMakasar Sorokalling

Coordinating Station Atuatu AtuatuAntenna model GKA10-036N GKA10-082N














Case 10 Victim RX Interfering TXAtuatu Soreang 1

Coordinating Station Makasar MakasarAntenna model GKA10-040N GKA12-040N

Discrimination Angle (°) -56.08 94.07



Frequency (MHz) 8.00 V 16.00 VV-I Distance (km) 12.40



Case 11 Victim RX Interfering TXAtuatu Makasar

Coordinating Station Makasar Soreang 1Antenna model GKA10-040N GKA12-045N

Discrimination Angle (°) 0.00 -29.85Frequency (MHz) 8.00 V 16.50 VV-I Distance (km) 24.85



Case 12 Victim RX Interfering TXAtuatu Kaponrengang


Discrimination Angle (°) -142.25 -332.62Frequency (MHz) 8.00 V 13.00 VV-I Distance (km) 24.72




Coordinating Station Makasar KaponrengangAntenna model GKA10-040N GKA12-033N




Case 14 Victim RX Interfering TXAtuatu Bangkoa

Coordinating Station Makasar KaponrengangAntenna model GKA10-040N GKA10-19N



Objective (dBm) -109.00 (1.58)Threshold Degradation (dB) 0.72


Coordinating Station Makasar BangkoaAntenna model GKA10-040N GKA10-20N




Case 16 Victim RX Interfering TXAtuatu Sorokalling

Coordinating Station Makasar AtuatuAntenna model GKA10-040N GKA10-082N











Case 18 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Makasar





Case 19 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Atuatu

Coordinating Station Makasar MakasarAntenna model GKA12-040N GKA10-040N




Case 20 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Kaponrengang











Coordinating Station Makasar SorokallingAntenna model GKA12-040N GKA10-045N




Case 23 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Sorokalling






Coordinating Station Makasar Bangkoa



Antenna model GKA12-040N GKA10-16NDiscrimination Angle (°) 98.80 99.26





Coordinating Station Soreang 1 MakasarAntenna model GKA12-045N GKA10-040N





Coordinating Station Soreang 1 Soreang 1Antenna model GKA12-045N GKA10-24N





Coordinating Station Soreang 1 KaponrengangAntenna model GKA12-045N GKA12-033N










Coordinating Station Soreang 1 BangkoaAntenna model GKA12-045N GKA10-20N





Coordinating Station Soreang 1 SorokallingAntenna model GKA12-045N GKA10-045N







Coordinating Station Soreang 1 AtuatuAntenna model GKA12-045N GKA10-082N




Case 32 Victim RX Interfering TXKaponrengang Makasar

Coordinating Station Soreang 1 AtuatuAntenna model GKA10-24N GKA10-036N




Case 33 Victim RX Interfering TXKaponrengang Atuatu





Case 34 Victim RX Interfering TXKaponrengang Soreang 1






Coordinating Station Soreang 1 Soreang 1Antenna model GKA10-24N GKA12-045N




Case 36 Victim RX Interfering TXKaponrengang Bangkoa










Case 38 Victim RX Interfering TX



Kaponrengang SorokallingCoordinating Station Soreang 1 Atuatu

Antenna model GKA10-24N GKA10-082NDiscrimination Angle (°) -286.71 -47.43




Case 39 Victim RX Interfering TXKaponrengang Sorokalling

Coordinating Station Soreang 1 BangkoaAntenna model GKA10-24N GKA10-16N










Coordinating Station Kaponrengang AtuatuAntenna model GKA12-033N GKA10-036N





Coordinating Station Kaponrengang MakasarAntenna model GKA12-033N GKA10-040N





Coordinating Station Kaponrengang Soreang 1Antenna model GKA12-033N GKA12-045N




Case 44 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Bangkoa

Coordinating Station Kaponrengang KaponrengangAntenna model GKA12-033N GKA10-19N







Coordinating Station Kaponrengang BangkoaAntenna model GKA12-033N GKA10-20N





Coordinating Station Kaponrengang SorokallingAntenna model GKA12-033N GKA10-045N














Case 49 Victim RX Interfering TXSoreang 1 Bangkoa





Case 50 Victim RX Interfering TXBangkoa Makasar





Case 51 Victim RX Interfering TXBangkoa Atuatu







Case 52 Victim RX Interfering TXBangkoa Soreang 1










Case 54 Victim RX Interfering TXBangkoa Kaponrengang






Coordinating Station Kaponrengang KaponrengangAntenna model GKA10-19N GKA12-033N









Case 57 Victim RX Interfering TXBangkoa Sorokalling









Objective (dBm) -114.00 (-39.85)





Coordinating Station Bangkoa AtuatuAntenna model GKA10-20N GKA10-036N





Coordinating Station Bangkoa MakasarAntenna model GKA10-20N GKA10-040N










Coordinating Station Bangkoa Soreang 1Antenna model GKA10-20N GKA12-045N





Coordinating Station Bangkoa KaponrengangAntenna model GKA10-20N GKA12-033N





Coordinating Station Bangkoa SorokallingAntenna model GKA10-20N GKA10-045N












Coordinating Station Bangkoa BangkoaAntenna model GKA10-20N GKA10-16N










Coordinating Station Sorokalling AtuatuAntenna model GKA10-045N GKA10-036N





Coordinating Station Sorokalling MakasarAntenna model GKA10-045N GKA12-040N





Coordinating Station Sorokalling Soreang 1Antenna model GKA10-045N GKA12-045N










Coordinating Station Sorokalling KaponrengangAntenna model GKA10-045N GKA12-033N


Antenna Discrimination (dB) 43.00











Coordinating Station Sorokalling BangkoaAntenna model GKA10-045N GKA10-20N










Coordinating Station Sorokalling SorokallingAntenna model GKA10-045N GKA10-18N




Case 77 Victim RX Interfering TXSorokalling Makasar

Coordinating Station Atuatu AtuatuAntenna model GKA10-082N GKA10-036N




Case 78 Victim RX Interfering TXSorokalling Atuatu





Case 79 Victim RX Interfering TXSorokalling Soreang 1












Case 81 Victim RX Interfering TXSorokalling Kaponrengang










Case 83 Victim RX Interfering TXSorokalling Bangkoa

















Discrimination Angle (°) 126.54 -24.06Frequency (MHz) 11.50 V 8.00 V



V-I Distance (km) 44.57Antenna Discrimination (dB) 41.35


































Coordinating Station Bangkoa BangkoaAntenna model GKA10-16N GKA10-20N

Discrimination Angle (°) 54.26 -30.15












Coordinating Station Sorokalling SorokallingAntenna model GKA10-18N GKA10-045N









K. TANGGAPAN PENULIS TERHADAP SOFTWERE PATHLOOS DALAM PRENCANAAN LINK GELOMBANG MIKRO

Dalam mendesain manual dengan meggunakan softwere pathloos tidak bayak kendala, kendala justru dalam mencari data yang asli /otentiks seperti peta. Terutama peta digital.

Dalam perencanaan ini tidak dilakukan surfey sampe kelokasi perencanaan hanya melihat dan membandingkan dengan data dan sumber yang otentik sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

Penulis juga menggunakan metode identifikasi untuk membaca peta dan menentukan topografi elevasi dari daerah yang dilewati link gelombang mikro.

DAFTAR PUSTAKA



Atta,Nagy.Description On How To Use Pathloss Software As A Complete Microwave System

Planner. NESIC CAIRO OFFICE.mey 2003.

Hikmaturokhman. Alfin DIKTAT KULIAH GELOMBANG MIKRO.Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto.2006

MAP MAKASAR INDONESIA.prindted by army map service.corp engineers.scala 1:250000.

Santoso.Imam .Perancangan Jalur Gelombang Mikro 13 Ghz Titik Ke Titik Area Prawoto.PDF.Kudus.

Wahyudi.Eka materi kuliah GMD SKRT_Availability.AKATEL SP.2009

http://3planeta.com/googlemaps/google-maps.html

http://www.n2yo.com/


http://www.n2yo.com/

http://3planeta.com/googlemaps/google-maps.html


LAMPIRAN

TERRAIN DATA :Terrain Data - Makasar-atuatu.pl4

Terrain Data - kaponrengang-soreang.pl4

Terrain Data - soreang-Makasar.pl4

Terrain Data - Bangkoa-kaponrengang.pl4

Terrain Data - Atuatu-Sorokalling.pl4

Terrain Data - Sorokalling-Bangkoa.pl4

MAP :MAP PROVINSI UJUNGPANDANG

MAP PROVINSI UJUNG PANDANG DATA TRAIN

MAP PATHLOOS DATA TERRAIN

Terrain Data - Makasar-atuatu.pl4



Makasar Atuatu

Call Sign MKS ATULatitude 05 04 07.89 S 05 16 08.90 S

Longitude 119 24 44.64 E 119 30 50.70 ETrue azimuth (°) 153 01 39.23 333 01 06.25

Calculated Distance (km) 24.852Profile Distance (km) 4.200

Datum WGS 1984UTM zone 50S 50S

Easting (km) 767.475 778.669Northing (km) 9439.226 9417.024Elevation (m) 9.00 10.20

Distance (km) Elevation (m) Ground Structure (m)

0.000 9.00 AG0.040 9.50 AG0.045 9.55 AG0.050 9.60 AG0.080 9.80 AG0.330 9.99 AG 3.0 m Building - Start of Range1.260 10.69 AG End of Range1.370 10.78 AG 2.0 m Tree - Start of Range1.400 10.80 AG1.500 11.60 AG1.550 12.00 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.10 AG2.000 9.80 AG2.300 9.00 AG2.400 10.50 AG2.450 10.70 AG2.500 9.50 AG3.010 8.87 AG End of Range3.340 8.46 AG 2.0 m Building - Start of Range3.550 8.20 AG3.570 8.30 AG3.600 8.90 AG3.700 11.60 AG End of Range3.800 12.20 AG3.900 10.20 AG4.000 10.20 AG4.200 10.20 AG

Ground Elevations - AMSL, Structure & Antenna Heights - AGLGround TypePG - Poor, AG - Average, GG - Good, FW - Fresh Water, SW - Salt Water

Terrain Data - kaponrengang-soreang.pl4




Call Sign KPGR SRGLatitude 05 29 19.50 S 05 15 20.10 S






0.000 10.00 AG0.040 10.00 AG0.045 10.00 AG0.050 9.70 AG0.080 9.80 AG0.500 10.12 AG 2.0 m Building - Start of Range0.750 10.31 AG End of Range0.920 10.44 AG 2.0 m Tree - Start of Range1.400 10.80 AG1.480 12.48 AG End of Range1.500 12.90 AG1.550 12.10 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.80 AG1.800 9.80 AG 2.0 m Building - Start of Range2.000 9.80 AG2.070 9.61 AG End of Range2.300 9.00 AG2.400 10.50 AG2.450 10.70 AG 2.0 m Tree - Start of Range2.500 9.50 AG3.090 8.77 AG End of Range3.240 8.58 AG 3.0 m Tree - Start of Range3.550 8.20 AG3.570 8.30 AG3.600 8.90 AG3.700 11.60 AG3.800 12.20 AG3.900 11.20 AG3.920 11.16 AG End of Range4.000 11.00 AG4.150 11.00 AG 2.0 m Building - Start of Range4.500 11.00 AG4.600 10.90 AG 4.0 m Water Tower4.650 10.00 AG4.700 10.00 AG End of Range4.800 11.20 AG5.000 11.20 AG




Terrain Data - soreang-Makasar.pl4

soreang Makasar

Call Sign SRG MKSLatitude 05 15 20.10 S 05 04 07.89 S






0.000 9.80 AG0.040 9.50 AG0.045 9.55 AG0.050 9.60 AG0.080 9.80 AG0.170 9.87 AG 2.0 m Building - Start of Range1.210 10.66 AG End of Range1.310 10.73 AG 2.0 m Tree - Start of Range1.400 10.80 AG1.500 12.90 AG1.550 12.10 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.10 AG1.860 9.47 AG End of Range2.000 9.80 AG2.150 9.40 AG 2.0 m Building - Start of Range2.300 9.00 AG2.370 10.05 AG End of Range2.400 10.50 AG2.450 10.70 AG2.500 9.50 AG2.870 9.04 AG 2.0 m Tree - Start of Range3.550 8.20 AG3.570 8.30 AG3.600 8.90 AG3.700 11.60 AG3.800 12.20 AG3.900 12.10 AG3.950 11.00 AG3.970 11.00 AG End of Range4.000 11.00 AG4.010 10.88 AG 4.0 m Building - Start of Range4.100 9.80 AG4.200 9.80 AG4.250 9.30 AG4.490 9.20 AG End of Range4.500 9.20 AG4.600 9.10 AG



4.800 9.10 AG


Terrain Data - Bangkoa-kaponrengang.pl4


Call Sign BNGKA KPGRLatitude 05 28 30.20 S 05 29 19.50 S






0.000 11.20 AG0.040 10.20 AG0.045 10.00 AG0.050 9.70 AG0.080 9.80 AG0.920 10.44 AG 2.0 m Building - Start of Range1.320 10.74 AG End of Range1.400 10.80 AG1.500 12.90 AG1.550 12.10 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.10 AG 3.0 m Tree - Start of Range2.000 9.80 AG2.300 9.00 AG2.400 10.50 AG2.450 10.70 AG2.500 9.50 AG3.200 8.63 AG End of Range3.550 8.20 AG3.570 8.30 AG3.600 8.90 AG3.700 11.60 AG3.800 12.20 AG3.880 11.40 AG 2.0 m Building - Start of Range3.900 11.20 AG4.000 11.00 AG4.200 11.00 AG4.250 10.99 AG End of Range4.600 11.20 AG




Terrain Data - Atuatu-Sorokalling.pl4

Atuatu Sorokalling

Call Sign ATU SRKGLatitude 05 16 08.90 S 05 19 20.10 S






0.000 9.80 AG0.040 9.80 AG0.045 9.80 AG0.050 9.60 AG0.080 9.80 AG0.470 10.10 AG 2.0 m Building - Start of Range1.290 10.72 AG End of Range1.330 10.75 AG 1.0 m Tree - Start of Range1.400 10.80 AG1.500 12.90 AG1.550 12.10 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.10 AG1.790 9.31 AG End of Range2.000 9.80 AG2.300 9.00 AG2.400 10.50 AG2.430 10.62 AG 2.0 m Building - Start of Range2.450 10.70 AG2.500 9.50 AG3.120 8.73 AG End of Range3.210 8.62 AG 3.5 m Tree - Start of Range3.550 8.20 AG3.570 8.30 AG3.600 8.90 AG3.700 11.60 AG End of Range3.800 12.20 AG3.900 11.20 AG4.100 11.20 AG




Terrain Data - Sorokalling-Bangkoa.pl4

Sorokalling Bangkoa

Call Sign SKLG BGKALatitude 05 19 20.10 S 05 28 30.20 S






0.000 9.00 AG0.040 11.00 AG0.045 9.80 AG0.050 9.60 AG0.080 9.80 AG0.520 10.13 AG 1.0 m Tree - Start of Range0.880 10.41 AG End of Range0.900 10.42 AG 2.0 m Building - Start of Range1.400 10.80 AG1.500 12.90 AG1.550 12.10 AG1.600 10.80 AG1.650 9.80 AG1.700 9.80 AG2.000 9.80 AG2.300 11.00 AG End of Range2.320 10.90 AG 2.0 m Tree - Start of Range2.400 10.50 AG2.450 10.70 AG2.500 9.50 AG3.550 8.90 AG3.570 8.90 AG3.600 8.90 AG End of Range3.700 11.60 AG3.800 12.20 AG3.870 11.50 AG 2.0 m Building - Start of Range3.900 11.20 AG4.000 11.20 AG4.100 11.25 AG End of Range4.200 11.30 AG4.500 11.20 AG

Ground Elevations - AMSL, Structure & Antenna Heights - AGL



Ground TypePG - Poor, AG - Average, GG - Good, FW - Fresh Water, SW - Salt Water

LAMPIRAN MAP AREA TRAIN DATA

PADA PETA



PADA PATHLOOS

Gambar File .*gr4


SALURAN GELOMBANG MIKRO (PATHLOOS 4.0)

Documents

Transcript of SALURAN GELOMBANG MIKRO (PATHLOOS 4.0)