Saljuk Irak

4
Saljuk Irak (1118 – 10924 M) Setelah wafatnya Malik Syah pada tahun 1117 M, mulailah muncul perpecahan diantara kerabat Saljuk. Perpecahan tersebut ditandai dengan munculnya kesultan kecil di wilayah Saljuk Raya dan berusaha memisahkan diri dari kekuasaan Saljuk Raya di Iran. Di wilayah Irak Mahmud adalah penguasa pertama kali memisahkan diri. Ia melepaskan diri dari kekuasaan pamannya, sultan Sanjar, melalui pertempuran. Pemisahan wilayah Irak secara independen dari kekuasaan Saljuk Raya akhirya dipenuhi dengan menjadikan Mahmud sebagai waliy al-ahd untuk wilayah yang sama, dengan gelar sultan di depan namanya. Akan tetapi dia tetap memerintah di Irak atas nama pamannya, Sanjar, meskipun pada saat yang sama ia merupakan sultan bagi bangsa Saljuk di Irak. Sepeninggal Mahmud, gelar sultan jatuh kepada putranya Dawud (1131-1131), Thugril II (1132-1134), Mas'ud ( 1134- 1152). Malik Syah II (1152 – 1153 ), Muhammad II (1153- 1159), Sulaiman Syah (1159-1161), Arselan Syah (1161- 1175) dan Thugrul III (1175-1194). Hampir keseluruhan penguasa Saljuk di Irak menduduki puncak kekuasaan pada usia yang sangat muda, Mahmud umpamanya, ketika menjadi sultan Saljuk Irak, ia masih berusia 13 tahun. Karna itu, penguasa Saljuk Irak hampir dapat dikatakan hanyalah sebagai Penguasa simbolik. Sedangkan secara politik kekuasaan para sultan berada di tangan atabeg 1 [13] (bapak asuh) dan amir yang mengelilingi sultan dan mengendalikan administrasi pemerintahan dengan 1

description

sejarah

Transcript of Saljuk Irak

Page 1: Saljuk Irak

Saljuk Irak (1118 – 10924 M)

Setelah wafatnya Malik Syah pada tahun 1117 M, mulailah muncul

perpecahan diantara kerabat Saljuk. Perpecahan tersebut ditandai dengan

munculnya kesultan kecil di wilayah Saljuk Raya dan berusaha memisahkan diri

dari kekuasaan Saljuk Raya di Iran. Di wilayah Irak Mahmud adalah penguasa

pertama kali memisahkan diri. Ia melepaskan diri dari kekuasaan pamannya,

sultan Sanjar, melalui pertempuran. Pemisahan wilayah Irak secara independen

dari kekuasaan Saljuk Raya akhirya dipenuhi dengan menjadikan Mahmud

sebagai waliy al-ahd untuk wilayah yang sama, dengan gelar sultan di depan

namanya. Akan tetapi dia tetap memerintah di Irak atas nama pamannya, Sanjar,

meskipun pada saat yang sama ia merupakan sultan bagi bangsa Saljuk di Irak.

Sepeninggal Mahmud, gelar sultan jatuh kepada putranya Dawud (1131-1131),

Thugril II (1132-1134), Mas'ud ( 1134-1152). Malik Syah II (1152 – 1153 ),

Muhammad II (1153-1159), Sulaiman Syah (1159-1161), Arselan Syah (1161-1175)

dan Thugrul III (1175-1194).

Hampir keseluruhan penguasa Saljuk di Irak menduduki puncak kekuasaan pada

usia yang sangat muda, Mahmud umpamanya, ketika menjadi sultan Saljuk Irak,

ia masih berusia 13 tahun. Karna itu, penguasa Saljuk Irak hampir dapat dikatakan

hanyalah sebagai Penguasa simbolik. Sedangkan secara politik kekuasaan para

sultan berada di tangan atabeg1[13] (bapak asuh) dan amir yang mengelilingi sultan

dan mengendalikan administrasi pemerintahan dengan sekehendak hatinya.

3.      Saljuk Syiria

Nenek moyang kelompok ini adalah Tajuddaulah Tutusy bin Alp-Arselan yang

telah mulai memerintah Syam pada tahun 470 H/ 078 M atas perintah Maliksyah

yang memberinya wilayah kekuasaan di Damaskus dan sekitarnya. Tutusy berhasil

meluaskan pengaruhnya ke halep (Aleppo), ar-Raha ( Rayy), Harran (Turki).

Azerbaijan dan Hamada sebagai batu loncatan untuk menguasai Iran. Kareananya,

Tutusy terlibat peperangan dengan Rukn al-Din Barqyaruk, kemenakannya.

Barqyaruk tidak kuasa membendung Tutusy dan ia melarikan diri ke Isfahan untuk

meminta bantuan saudaranya Nashir al-Din Mahmud. Akhimya Tutusy di bunuh

keponakannya pada sebuah pertempuran besar dekat Rayy pada tanggal 7 Safar 488

H / 1095 M.

1

Page 2: Saljuk Irak

Sepeniniggal Tutusy, kesultanan Syiria dilanjutkan oleh Ridwan Fakhr al-Mulk (488

- 507 H/ 1095 - 1113 M), Syams al-Mulk Abu Nashr Duqaq ibn Tutusy (488-497 H/

1095 - 1104 M), Taj al-Daulah Alp-Arselan al-Akhrasy ibn Ridwan (507 H/1113 M),

Sultan Syah ibn Ridwan di bawah pengawasan Bad al-Din lu’lu’. Akhimya kesultanan

Syiria lenyap pada tahun 511 H/1117 M pada masa kekuasaan para atabeg garis

keturunan Tubtigin (Buriyyah ) dan para amir Arluqiyyah ).2[14]

4.      Saljuk Kirman (1041-1186 M)

Keturunan Saljuk di Kirman disebut juga Qawurtiyun. Sebutan tersebut

diambil dari pendiri kerajaan Saljuk di wilayah ini, yaitu 'Imad al-Din Kara Arsela

Qawurt ibn Chaghri Bek dawud ibn Mikail. Sedangkan kaitan dengan Dinasti

Saljuk adalah bahwa Qawurt adalah saudara Alp-Arselan ibnn Chaghri Bek yang

pergi ke Kirman dengan kelompok Guzz, sekitar tahun 1041 M.

Beberapa tahun kemudian ia telah menduduki ibu kota Bardasir dan berhasil

mendirikan pemerintahan di daerah Persia. Setelah merasa kuat, Qawurt

menunjukkan sikap menentang terhadap kekuasaan saudaranya Alp-Arselan tetapi

kemudian surut kembali setelah merasakan keunggulan Alp-Arselan.

Sewaktu Malik Syah naik tahta, Qawurt mencoba menggulingkannya karna

merasa lebih berhak atas tahta itu. Ia menyiapkan tentara yang besar menuju Rayy

unuk memerangi kemenakannya. tetapi Malik Syah mencegat di Hamadan dan

berhasil membunuhnya (466/1074 M). Malik Syah mengangkat Sultan Syah bin

Qawurt sebagai penguasa Kirman sampai tahun 477 H/ 1084 M. Selanjutnya tahta

kesultanan yang dipegang oleh Turan Syah (1084-1097 M), Iran Syah (1097--

1100), Arslan Syah (1101-1142 M), Muhammad (1142-1156 M) dan Thugrul Syah

(1156-1169).

Sepeninggal Thugrul Syah, tercatat kalau Saljuk Kirman memiliki tiga orang sultan yang masing-masing mengklaim bahwa dia adalah pengusa tertinggi. Mereka adalah Bahramsyah. Arslan II dan Turan Syah II. Akibatnya, Saljuk Kirman dibagi menjadi tiga wilayah, tetapi di antara ketiga penguasa tersebut, Turan Syah memilik kekuatan paling besar. Setelah Turan Syah meninggal pada tahun 579 H/ 1183 M), ia digantikan oleh Muhammad Syah ibn Bahrain Syah (1183-1186 M).3[15]Kehancuran Saljuk Kirman disebabkan oleh kedatangan raja-raja Guzz. yang kemudian

berhasil menguasai kesultanan. Bahkan akhirnya dapat menurunkan sultan

2

3

Page 3: Saljuk Irak

terakhir, yakni Muhammad Syah (582 H/1186 M). Mulai tahun berikutnya (583

H/1187 M) wilayah Kirman menjadi kekuasaan kelompok Guzz dengan rajanya Malik

Dinar.