Salinitas & mikrofosil

5

Click here to load reader

Transcript of Salinitas & mikrofosil

Page 1: Salinitas & mikrofosil

Laboratorium Mikropaleontologi 2013

Pengaruh Salinitas terhadap Penyebaran Mikrofosil

Pada pertemuan kali ini akan membahas artikel mengenai pengaruh salinitas air laut

terhadap penyebaran mikrofosil. Salinitas atau kadar garam pada air laut sangat mempengaruhi

penyebaran mikrofosil dimana hanya mikrofosil tertentu yang dapat hidup pada salinitas

tertentu juga. Maka akan dibahas mengenai salinitas air laut, mikrofosil diantaranya

foraminifera dan hubungan atau pengaruh antar keduanya.

A. Salinitas

Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan

asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan iod diganti

dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et

al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan organisme

perairan. Setiap daerah perairan di bumi ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang

menghubungkan kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohaline.

Adapun Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas adalah:

- Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya

tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah

itu rendah kadar garamnya.

- Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut

itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan

tinggi.

- Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang

bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin

sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih tinggi

terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar terdapat di dekat

ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di permukaan laut, sedangkan pada daerah

lintang tinggi terdapat es yang mencair akan menawarkan salinitas air permukaannya.

Nama : Bintang Fernata PutraNim : 111.110.114Plug : 5 1

Page 2: Salinitas & mikrofosil

Laboratorium Mikropaleontologi 2013

Gambar 1. Salinitas (kadar garam) pada laut hitam

B. Mikrofosil (Foraminifera)

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang

atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil,

setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari

kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada

yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan

satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-

partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit)

tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari

100 mikrometer sampai 20 sentimeter.

Foraminifera merupakan mikrofosil yang paling penting dalam kajian

mikropaleontologi karena jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen, banyaknya literatur

tentang mikrofosil tersebut, dan peranannya yang penting dalam penentuan umur lapisan

batuan maupun rekontruksi lingkungan sedimenter.

Secara terminologi, Foraminifera dapat didefinisikan sebagai organisme bersel tunggal

yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin seluruhnya), mempunyai satu

atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak

lubang halus (foramen). Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,

paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

Nama : Bintang Fernata PutraNim : 111.110.114Plug : 5 2

Page 3: Salinitas & mikrofosil

Laboratorium Mikropaleontologi 2013

C. Hubungan Salinitas & Foraminifera

Salinitas juga sangat berkaitan dengan suhu.

Maka disini akan ditekankan juga keterkaitan suhu

dan salinitas terhadap penyebaran foraminifera.

Meskipun jumlah spesies foram plankton lebih kecil

dari benthos, golongan ini mempunyai arti penting

terutama digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh

dari korelasi regional.

Golongan ini tidak terlalu peka terhadap

perubahan-perubahan fasies dari yang lain dan pada

umumnya golongan ini kurang tahan terhadap

pengurangan salinitas, meskipun ada beberapa

spesies yang dapat tahan dalam kenaikan kadar

garam. Contoh: Laut mati (salinitas 4,0-4, %) masih dijumpai Globigerina bulloides,

Globorotalia sacculifera dan Urbulina Universa.

Ada juga spesies yang menghuni daerah suhu tertentu. Contoh:

• Air dingin (zona kutub): Globigerina pacyderma, Globorotaloid dutertei

• Zona temperate: Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia, Globorotalia camaraniensis.

• Zona tropis-sub tropis: Globigerinodes rubber, Globigerinodes sacculiter, Globigerinoides songlobat.

• Warm water (zona tropis): Orbulina universa, Globigerina eggeri.

Salinitas di daerah subpolar rendah di permukaan dan bertambah secara tetap

(monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis, salinitas di permukaan lebih besar

daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi. Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter

harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman.

Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman

akibatnya tingginya presipitasi.

Nama : Bintang Fernata PutraNim : 111.110.114Plug : 5 3