Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH …jdih.badungkab.go.id/uploads/PERDA_5_1976.pdf ·...

25
Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 5/PERDA/1976 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : 1. Bahwa dengan adanya penyerahan segala tugas, wewenang dan tanggungjawab pengelolaan Perusahaan beralih dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan surat keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No.3/11/KPTS/CK/1975 tentang penyerahan Perusahaan Air Minum Negara Denpasar kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. 2. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur pengurusan, pembinaan dan pengelolaan perusahaan sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai daya guna dan hasil guna yang semaksimal mungkin. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 jo. Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1969. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan di Daerah; 3. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa tenggara Timur.

Transcript of Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH …jdih.badungkab.go.id/uploads/PERDA_5_1976.pdf ·...

Salinan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR : 5/PERDA/1976

TENTANG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,

Menimbang : 1. Bahwa dengan adanya penyerahan segala tugas,

wewenang dan tanggungjawab pengelolaan Perusahaan

beralih dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan surat

keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya

No.3/11/KPTS/CK/1975 tentang penyerahan

Perusahaan Air Minum Negara Denpasar kepada

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

2. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur

pengurusan, pembinaan dan pengelolaan perusahaan

sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai daya guna dan

hasil guna yang semaksimal mungkin.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 jo. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1969.

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-

pokok Pemerintahan di Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah

daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa tenggara Timur.

2

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung tanggal 27 Januari

1976.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten

Daerah Tingkat II Badung.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal I

(1) Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Pemerintah Daerah ialah : Pemerintah Daerah

Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung

b. Kepala Daerah ialah : Bupati Kepala Daerah

Tingkat II Badung

c. DPRD ialah : Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah

Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung

d. Direksi ialah : Direksi Perusahaan

Daerah Air Minum

Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung

3

e. Perusahaan ialah : Perusahaan Daerah

Air Minum

Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung

f. Badan Pengawas ialah : Badan Pengawas dari

Perusahaan Daerah

Air Minum

Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung

(2) Perusahaan ialah Badan Hukum yang kedudukannya

sebagai Badan Hukum diperoleh dengan jalan

berlakunya Peraturan Daerah ini.

BAB II

PENDIRIAN

Pasal 2

(1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan suatu

Perusahaan Daerah

(2) Perusahaan Daerah Air Minum yang telah ada di

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dengan ini

dilebur dan dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan

seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.

(3) Segala hak dan kewajiban, perlengkapan serta lain-

lain beralih kepada Perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).

(4) Pelaksanaan peleburan diatur oleh Kepala Daerah

4

Pasal 3

Dengan tidak mengurangi ketentuan Peraturan Daerah

ini maka terhadap Perusahaan berlaku segala hukum

Indonesia yang tidak bertentangan dengan azas

Demokrasi ekonomi yang merupakan ciri dari sistim

ekonomi berdasarkan Pancasila.

BAB III

NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN,

TUJUAN DAN LAPANGAN USAHA

Pasal 4

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

(1) Perusahaan ini dinamakan Perusahaan Daerah Air

Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

(2) Perusahaan berkedudukan dan berkantor Pusat di

Denpasar

Pasal 5

TUJUAN PERUSAHAAN

(1) Tujuan Perusahaan ialah turut serta melaksanakan

Pembangunan Daerah

(2) Tujuan Perusahaan ialah turut serta melaksanakan

Pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi

5

kebutuhan rakyat serta ketenangan kerja dalam

perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila.

Pasal 6

LAPANGAN USAHA PERUSAHAAN

Perusahaan mengusahakan penyediaan air minum yang

cukup, sehat dan memenuhi syarat bagi masyarakat

dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

BAB IV

MODAL

Pasal 7

(1) Neraca Permulaan Perusahaan terdiri atas semua

activa dan vasiva dari Perusahaan yang dilebur pasal 2

ayat (2) Peraturan Daerah ini.

(2) Modal dasar perusahaan terdiri dari kekayaan daerah

yang dipisahkan

(3) Modal perusahaan tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal

ini dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dapat ditambah dari penyisihan sebagian

Anggaran Keuangan Daerah, Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah Pusat, Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah Tingkat II Lainnya dan pinjaman.

6

(4) Semua alat lequide disimpan dalam Bank

Pembangunan Daerah dan/atau Bank Pemerintah

lainnya.

BAB V

PENGUASAAN DAN CARA MENGURUS

Pasal 8

(1) Perusahaan dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri

dari seorang Direktur dan dua orang Wakil Direktur.

(2) Anggota Direksi adalah Warga Negara Republik

Indonesia yang diangkat dan diberhentikan oleh

Kepala Daerah atas usul Badan Pengawas.

(3) Direksi bertanggung jawab kepada Badan Pengawas

yang diketahui oleh Kepala Daerah.

(4) Pengangkatan anggota Direksi termaksud dalam ayat

(2) pasal ini dilakukan untuk jangka waktu selama-

lamanya 4 (empat) tahun dan setelah waktu berakhir

masa jabatannya anggota Direksi yang bersangkutan

dapat diangkat kembali.

Pasal 9

(1) Anggota Direksi berhenti karena meninggal dunia atau

dapat diberhentikan oleh Kepala Daerah karena :

a. Permintaan sendiri

7

b. Berakhir masa jabatan sebagai anggota Direksi

termaksud pada pasal 8 ayat (4) Peraturan Daerah

ini.

c. Tindakan yang merugikan Perusahaan

d. Tindakan atau sikap bertentangan dengan

kepentingan Daerah maupun kepentingan Negara.

(2) Pemberhentian karena alasan tersebut pada ayat (1)

huruf c dan d pasal ini jika merupakan pelanggaran

dari Peraturan Hukum Pidana, merupakan

pemberhentian tidak dengan hormat.

(3) Jika pemberhentian karena alasan tersebut pada ayat

(1) huruf c dan d pasal ini dilakukan, maka anggota

Direksi yang bersangkutan diberikan kesempatan

untuk membela diri yang harus dilaksanakan dalam

waktu satu bulan, setelah anggota Direksi yang

bersangkutan diberitahukan tentang niat

pemberhentian itu oleh Kepala Daerah.

(4) Dalam tiga bulan selama persoalan mengenai

pemberhentian anggota Direksi tersebut pada ayat (3)

pasal ini belum ada keputusan maka pemberhentian

itu menjadi batal dan anggota Direksi yang

bersangkutan dapat segera menjalankan jabatannya

lagi, kecuali bilamana untuk keputusan tersebut

diperlukan keputusan pengadilan dan hal itu harus

diberitahukan kepada yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan

keluarga sampai dengan derajat ketiga baik menurut

garis lurus maupun garis kesamping termasuk

menantu dan ipar kecuali jika untuk kepentingan

perusahaan diijinkan oleh Kepala Daerah.

8

Jika sesudah pengangkatan mereka masuk periparan

yang terlarang itu, maka untuk melanjutkan

jabatannya diperlukan ijin dari Kepala Daerah.

(2) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan

pribadi langsung atau tidak langsung pada

perkumpulan atau perusahaan lain dalam lapangan

yang bertujuan mencari laba.

(3) Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain.

Pasal 11

(1) Direksi mewakili Perusahaan diluar dan didalam

Pengadilan.

(2) Direksi dapat mewakilkan tersebut pada ayat (1) pasal

ini kepada seorang/beberapa orang Pegawai

Perusahaan baik sendiri maupun bersama atau

kepada orang atau badan lain.

Pasal 12

(1) Direksi melaksanakan pengurusan dan pembinaan

perusahaan mengenai kebijaksanaan yang telah

ditetapkan oleh Badan Pengawas sesuai dengan

Kebijaksanaan Umum Pemerintah Daerah.

(2) Tata tertib dan cara menjalankan perusahaan diatur

dalam peraturan yang ditetapkan oleh Direksi dengan

persetujuan Badan Pengawas.

9

Pasal 13

(1) Direksi memerlukan surat persetujuan Kepala Daerah

untuk hal-hal tersebut dibawah ini :

a. Meminjam uang atas nama Perusahaan dan

mengadakan perjanjian hutang.

b. Mengikat Perusahaan sebagai peminjam.

c. Memperoleh, mengasingkan atau membebankan

benda-benda tetap (benda-benda tidak bergerak).

(2) Bilamana Direktur berhalangan, maka tugasnya

dilakukan oleh salah seorang Anggota Direksi tertua

dalam kepangkatannya.

BAB VI

BADAN PENGAWAS

Pasal 14

(1) Badan Pengawas dibentuk dan diketahui oleh Kepala

Daerah yang anggota-anggotanya dari unsur-unsur

Pemerintah Daerah, Bank Pemerintah dan Dinas

Kesehatan Daerah.

(2) Badan Pengawas menetapkan kebijaksanaan

Perusahaan secara terarah sesuai dengan

kebijaksanaan Umum Pemerintah Daerah.

(3) Badan Pengawas melakukan pengawasan terhadap

Direksi.

(4) Direksi wajib memberikan segala keterangan yang

diperlukan oleh Badan Pengawas.

10

(5) Kepada Ketua dan para Anggota Badan Pengawas

diberikan jasa yang diatur dalam keputusan Kepala

Daerah.

BAB VII

TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI PEGAWAI

Pasal 15

(1) Semua Pegawai Perusahaan termasuk anggota Direksi

dalam kedudukan selaku demikian, yang tidak

diberikan tugas penyimpanan uang, surat-surat

berharga dan barang-barang persediaan, yang karena

tindakan melawan hukum atau karena melalaikan

kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka

dengan langsung atau tidak langsung telah

menimbulkan kerugian bagi Perusahaan diwajibkan

mengganti kerugian tersebut.

(2) Ketentuan-ketentuan tentang tuntutan ganti rugi

terhadap Pegawai Daerah berlaku sepenuhnya bagi

perusahaan.

(3) Semua pegawai Perusahaan yang dibebani tugas

penyimpanan pembayaran atau penyerahan uang,

surat-surat berharga milik Perusahaan dan barang-

barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan

didalam gudang atau tempat penyimpanan yang

khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan

itu diwajibkan memberikan pertanggungan jawab

tentang pelaksanaan tugasnya kepada Badan yang

ditunjuk oleh Kepala Daerah.

(4) Pegawai termasuk pada ayat (3) pasal ini tidak perlu

mengirimkan pertanggungan jawab mengenai cara

mengurusnya kepada Badan dimaksud pada ayat (3)

11

pasal ini. Tuntutan terhadap pegawai tersebut

dilakukan menurut ketentuan yang ditetapkan bagi

Pegawai Bendaharawan Daerah.

(5) Semua surat bukti dan surat lainnya bagaimanapun

juga sifatnya yang dimaksud bilangan tata buku dan

administrasi perusahaan disimpan ditempat

perusahaan atau ditempat lain yang ditunjuk oleh

Kepala Daerah kecuali jika untuk sementara

dipindahkan ke Badan dimaksudkan pada ayat (3)

dalam hal dianggapnya perlu untuk kepentingan

sesuatu pemeriksaan.

(6) Untuk keperluan pemeriksaan bertalian dengan

penetapan pajak dan kontrol akuntan pada umumnya

surat bukti dan surat lainnya dimaksud pada ayat (5)

pasal ini untuk sementara dapat dipindahkan kepada

Akuntan Negara.

(7) Dengan Peraturan Daerah ini dapat ditetapkan

penyimpangan dari ketentuan mengenai tata cara

tuntutan ganti rugi yang berlaku bagi Pegawai Daerah

dan Pegawai termaksud pada ayat (3) pasal ini yang

disesuaikan dengan struktur organisasi Perusahaan

itu sendiri.

BAB VIII

TAHUN BUKU

Pasal 16

Tahun buku Perusahaan adalah tahun takwin

12

BAB IX

ANGGARAN PERUSAHAAN

Pasal 17

(1) Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku

mulai berlaku maka oleh Direksi dikirimkan Anggaran

Perusahaan untuk dimintakan persetujuan dari Badan

Pengawas.

(2) Kecuali apabila Badan Pengawas mengemukakan

keberatan atau menolak proyek (rencana kerja) yang

dimuat didalam Anggaran Perusahaan itu sebelum

menginjak tahun buku baru, maka anggaran tersebut

berlaku sepenuhnya.

(3) Anggaran tambahan atau perubahan anggaran yang

terjadi dalam tahun buku yang bersangkutan harus

mendapat persetujuan lebih dahulu dari Badan

Pengawas.

BAB X

LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA

BERKALA DAN KEGIATAN PERUSAHAAN

Pasal 18

Laporan perhitungan hasil usaha berkala dan kegiatan

perusahaan dikirim oleh Direksi kepada Badan Pengawas

sekali tiap 3 (tiga) bulan dan jika perlu untuk jangka

waktu yang tertentu.

13

BAB XI

LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN

Pasal 19

(1) Untuk tiap tahun buku oleh Direksi dikirimkan

perhitungan tahunan laba rugi Badan Pengawas

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah tahun

buku.

(2) Cara penilaian Pos dalam perhitungan tahunan harus

disebutkan.

(3) Jika dalam waktu sebelum setelah waktu tersebut

pada ayat (1) pasal ini, oleh Badan Pengawas tidak

diajukan keberatan tertulis, maka perhitungan

tahunan itu dianggap telah disahkan.

(4) Perhitungan tahunan termaksud pada ayat (1) pasal

ini disahkan oleh Badan Pengawas dan pengesahan

termaksud memberi kebebasan kepada Direksi

terhadap segala sesuatu yang termuat dalam

perhitungan tahunan tersebut.

(5) Kepala Daerah berkewajiban memberikan keterangan

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai

perhitungan tahunan yang telah disetujuinya.

BAB XII

PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA

SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI

Pasal 20

(1) Cadangan diam atau rahasia tidak boleh diadakan.

14

(2) Penggunaan laba bersih, setelah terlebih dahulu

dikurangi dengan penyusutan, cadangan tujuan dan

pengurangan lain yang wajar dalam perusahaan,

ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk dana Pembangunan Daerah 30% (tiga puluh

perseratus)

b. Untuk Anggaran Belanja Daerah 25% (dua puluh

lima perseratus)

c. Untuk cadangan umum 15% (lima belas

perseratus)

d. Sosial dan Pendidikan 10% (sepuluh perseratus)

e. Jasa Produksi 10% (sepuluh perseratus)

f. Sumbangan dana pensiun dan sebagainya 10%

(sepuluh perseratus)

(3) Penggunaan laba untuk cadangan umum bilamana

telah tercapai tujuannya dapat dialihan kepada

penggunaan lain dengan keputusan Pemerintah

Daerah

(4) Cara mengurus dan penggunaan dari dana

penyusutan dan cabangan termaksud pada ayat (2)

pasal ini ditentukan oleh Badan Pengawas.

BAB XIII

KEPEGAWAIAN

Pasal 21

(1) Kedudukan hukum pegawai, gaji, pensiun dari Direksi

dan pegawai /pekerja perusahaan, diatur dengan

Peraturan Daerah yang berlakunya setelah mendapat

pengesahan instansi atasan dengan memperhatikan

ketentuan pokok kepegawaian dan peraturan gaji

15

pegawai daerah yang berlaku dan tunjangan lain

diatur oleh Direksi dengan persetujuan Badan

Pengawas.

(2) Direksi mengangkat dan memberhentikan

pegawai/pekerja perusahaan menurut peraturan

kepegawaian, dengan persetujuan Badan Pengawas

berdasarkan Peraturan pokok kepegawaian

perusahaan dimaksud pada ayat (1) pasal ini.

BAB XIV

CONTROLE

Pasal 22

(1) Dengan tidak mengurangi hak instansi atasan badan

lain yang menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku, berwenang mengadakan penyelidikan

dan pemeriksaan tentang segala sesuatu mengenai

pekerjaan mengurus rumah tangga daerah, oleh

Kepala Daerah ditunjuk Ka. Sub Direktorat Keuangan

pada Sekretaris Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung melakukan controle atas

pengurusan dan pembinaan perusahaan serta

pertanggung jawabnya, hasil controle disampaikan

kepada Kepala Daerah.

(2) Akuntan Negara berwenang mengadakan controle atas

pengurusan Perusahaan serta

pertanggunganjawabnya.

16

BAB XV

PEMBUBARAN

Pasal 23

(1) Pembubaran Perusahaan dan penunjukan Panitia

likwidasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(2) Semua kekayaan perusahaan setelah diadakan

likwidasi dibagi menurut perimbangan nilai nominal

saham.

(3) Pertanggungan jawab likwidatur dilakukan kepada

Pemerintah daerah dan/atau pemegang saham yang

memberikan pembebasan tanggung jawab tentang

pekerjaan yang telah diselesaikannya.

(4) Dalam likwidasi, Daerah dan/atau pemegang saham

bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh

pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh

karena neraca dan perhitungan laba rugi yang telah

disahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan

yang sebenarnya.

17

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP

Pasal 24

(1) Peraturan Daerah ini berlaku mulai sejak disahkan.

(2) Sejak mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka

ketentuan-ketentuan yang mengatur terdahulu

berkenaan dengan hal ini dinyataan tidak berlaku lagi.

Denpasar, 27 Januari 1976

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bupati Kepala Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Tingkat II Badung

ttd. ttd.

( ANAK AGUNG NGURAH MANIK PARASARA) ( I DEWA GEDE OKA)

18

DISAHKAN :

Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Bali Tanggal 13 Juni 1977, Nomor

10/Hk.2.Hk/1977.

An. Gubernur Kdh. Tk. I Bali

Kepala Biro Hukum dan

Organisasi dan Tatalaksana

ttd.

(I GUSTI NYOMAN PACUNG, SH)

Diundangkan kedalam Lembaran Daerah Tingkat II

Badung

Tanggal 30 Agustus 1977, Nomor 24 Seri D Nomor 24

An. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung

Sekretaris Wilayah/Daerah,

ttd.

(Drs. I GUSTI AGUNG MAYUN EMAN)

Nip. 010026454

19

PENJELASAN

ATAS PERATURAN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR : 5/PERDA/1976

TENTANG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DAERAH TINGKAT II BADUNG

PENJELASAN UMUM :

Bertitik tolak dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 ,

tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dalam menuju

otonomi riil dan bertanggung jawab, sudah sewajarnyalah tahap

demi tahap Pemerintah Daerah harus mengambil langkah –

langkah untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi

wewenangnya sesuai dengan kemampuan Daerah.

Pengadaan, pengelolaan serta pembinaan sarana-sarana

yang menunjang pelaksanaan tugas-tugas Pemerintah Daerah

didalam melayani setiap kebutuhan masyarakat daerah antara

lain penyediaan air minum mutlak perlu mendapat pengaturan-

pengaturan sebagaimana mestinya dengan membentuk suatu

Perusahaan Daerah Air Minum.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan sesuai pula

dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor

3/II/KPTS/CK/1975 tanggal 2 Oktober 1975 tentang

penyerahan perusahaan Air Minum Negara Denpasar kepada

Pemerintah Daerah Tingkat II Badung adalah sudah sangat tepat

dan sejiwa dengan kebutuhan masyarakat Daerah terhadap Air

Minum khususnya di Kota Denpasar dan sekitarnya yang

bertumbuh serta berkembang dengan diikuti oleh segala macam

kebutuhannya.

20

Demikian pula memperoleh Air Minum bersih yang terjamin

kesehatannya sudah dan akan menjadi salah satu kebutuhan

masyarakat yang sangat mendesak serta pengaturan yang dapat

menjamin kelancaran dan efektivitas dinikmati secara kontinue.

Hal ini juga akan merupakan salah satu sumber pendapatan

Daerah, oleh karena itu dipandang perlu untuk diatur dalam

Peraturan Daerah.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 cukup jelas

Pasal 2

Ayat (1) cukup jelas

Ayat (2) yang dimaksud dengan dilebur dan dialihkan

bentuknya menjadi Perusahaan Daerah

adalah peleburan dan pengalihan Perusahaan

Air Minum Negara Denpasar kepada Daerah

Tingkat II Badung sesuai dengan Surat

Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor

3/II/KPTS/CK/1975 Tanggal 2 Oktober 1975.

Ayat (3) cukup jelas

Ayat (4) cukup jelas

Pasal 3 cukup jelas

Pasal 4 cukup jelas

Pasal 5 cukup jelas

Pasal 6 cukup jelas

Pasal 7

Ayat (1) cukup jelas

Ayat (2) yang dimaksud dengan kekayaan Daerah

yang dipisahkan ialah : sejumlah modal yang

diberikan kepada Perusahaan daerah sebagai

Badan hukum yang harus mempunyai

21

kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan

umum Pemerintah Daerah yang

dipertanggung jawabkan tersendiri sesuai

dengan ketentuan-ketentuan hukum yang

berlaku.

Ayat (3) yang dimaksud dengan penyertaan modal

Pemerintah Pusat, penyertaan modal

pemerintah Daerah Tingkat I Bali,

penyertaan modal Pemerintah Daerah

Tingkat II lainnya dan pinjaman adalah

sejumlah modal tambahan yang berasal dari

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Tingkat

I Bali, Pemerintah Daerah Tingkat II Lainnya

maupun pinjaman dari pihak swasta sebagai

cadangan modal bila pada suatu saat

Perusahaan Daerah ini diperlukan untuk

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan penyertaan maupun

pinjaman modal ini terlebih dahulu harus

mendapat persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung.

Ayat (4) cukup jelas

Pasal 8 cukup jelas

Pasal 9 cukup jelas

Pasal 10 cukup jelas

Pasal 11 cukup jelas

Pasal 12 cukup jelas

Pasal 13 cukup jelas

22

Pasal 14 cukup jelas

Ayat (2) cukup jelas

Ayat (3) cukup jelas

Ayat (4) cukup jelas

Ayat (5) diberikan uang jasa yang diatur dalam

Keputusan Kepala Daerah dimaksud untuk

memberi keleluasaan kepada Kepala Daerah

dalam menetapkan uang jasa kepada Ketua

dan Anggota Badan Pengawas yang

disesuaikan dengan kemampuan

perusahaan.

Pasal 15

Ayat (1) cukup jelas

Ayat (2) cukup jelas

Ayat (3) yang dimaksudkan dalam ayat (3) pasal ini

adalah untuk mengadakan ketertiban serta

keterampilan administrasi Perusahaan

sesuai dengan bidang tugasnya masing-

masing dalam memberikan pertanggungan

jawab kepada Badan/Petugas yang ditunjuk

oleh Kepala Daerah.

Ayat (4) yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini

adalah bukti-bukti autentik yang merupakan

dasar pertanggungan jawab dari semua

pegawai/karyawan perusahaan sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing

kepada Badan/Petugas pemeriksa yang

ditugaskan untuk itu sedangkan tuntutan

sebagai ketentuan yang ditetapkan bagi

pegawai Bendaharawan Daerah.

Ayat (5) cukup jelas

Ayat (6) cukup jelas

Pasal 16 cukup jelas

23

Pasal 17 maksud dari pada pasal ini adalah agar

adanya kontrole dari Badan Pengawas

terhadap Perusahaan baik merupakan pos-

pos rumah tangga maupun pos-pos

pengembangan perusahaan secara rasionil

(masuk akal) dan terarah sesuai dengan

tujuan perusahaan untuk mendapatkan

persetujuan ataupun keberatan-keberatan

dari Badan Pengawas atas pos-pos yang

dimuat dalam Anggaran Perusahan tersebut.

Pasal 18 cukup jelas

Pasal 19 maksud dari pada pasal ini adalah untuk

dapat menilai activitas perusahaan secara

keseluruhan sehingga dapat dipakai

pedoman/dasar oleh Ketua Badan

Pengawas/Kepala Daerah dalam memberikan

polecy pembinaan kepada Perusahaan

maupun sebagai dasar pertanggungan

jawaban kepada DPRD.

Pasal 20

Ayat (1) cadangan diam atau rahasia tidak boleh

diadakan karena akan mengakibatkan

perhitungan neraca dan perhitungan laba

rugi tidak menggambarkan keadaan

perusahaan yang sebenarnya.

Ayat (2) penggunaan laba bersih yang diatur dalam

ayat (2) huruf a,b,c,d,e dan f karena bertitik

tolak dari adanya Perusahaan Daerah ini

sepenuhnya didirikan oleh Pemerintah

Daerah Tingkat II Badung dan modal

dasarnya terdiri dari kekayaan Daerah yang

dipisahkan.

Apabila dikemudian hari ada pengikut

sertaan modal-modal swasta dan Pemerintah

lainnya maka apa-apa yang tercantum dalam

24

ayat (2) huruf a,b,c,d,e dan f dapat diadakan

perubahan melalui perubahan Peraturan

Daerah ini.

Ayat (3) penggunaan laba untuk cadangan umum

dimaksudkan untuk menampung hal-hal dan

kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga

sebelumnya.

Cadangan umum tersebut dibentuk dari laba

dan pengalihan penggunaan setelah tercapai

tujuannya diatur oleh Pemerintah Daerah

atas usul Direksi.

Ayat (4) cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1) dalam perusahaan Daerah tidak ada istilah

buruh dan majikan semuanya berstatus

sebagai pegawai atau karyawan perusahaan .

Hal tersebut untuk memudahkan pengaturan

gaji, pensiun dan tunjangan-tunjangan lain

dengan berpedoman kepada Peraturan

Daerah tentang gaji pegawai sipil yang

berlaku.

Ayat (2) cukup jelas

Pasal 22 untuk mengadakan penyelidikan dan

pemeriksaan tentang segala sesuatu

mengenai pekerjaan pengurusan dan

pembinaan perusahaan serta

pertanggungjawabannya Kepala Daerah

menunjuk Ka. Sub Dit. Keuangan pada

Sekretariat Pemerintah Daerah Tingkat II

badung dengan tidak mengurangi hak

instansi atasan dan badan lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

25

Pasal 23

Ayat (1) Pembubaran Perusahaan Daerah ditetapkan

berdasarkan Peraturan Daerah setelah

mendapat pengesahan Pemerintah atasan

dari hasil likwidasi yang dilaporkan oleh

likwidator kepada Pemerintah Daerah.

Ayat (2) cukup jelas

Ayat (3) cukup jelas

Ayat (4) cukup jelas

Pasal 24 cukup jelas.