SALIBU

3
PENDAHULUAN Budi daya padi salibu merupakan salah satu inovasi teknologi untuk memacu peningkatan produksi padi dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara. budidaya padi salibu dapat meningkatkan panen dari 1 kali tanam bisa 3 sampai 6 kali panen, serta mengurangi biaya produksi dari Rp 4.800.000 per hektar menjadi Rp 2.000.000 per hektar. Budidaya padi salibu (ratun yang dimodifikasi) dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indek pertanaman). Program ini merupakan suatu bentuk perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani demi meningkatkan nilai ekonomi dan mencapai tujuan ketanana pangan PENGERTIAN PADI SALIBU Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama,tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplay hara tetap dari batang lama. Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen, dan 4) pemupukan Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena,tidak lagi melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, padi salibu meningkatkan indek penen (IP), karena waktu produksi menjadi lebih pendek, hanya membutuhkan 80 – 90 % waktu dibandingkan tanaman pertamanya hal ini akan meningkatkan IP berkisar 0,5 s/d 1/tahun, meningkatkan produktivitas : 3 – 6 ton gabah/ha/tahun setara Rp 12 s/d 24 juta/ha/ tahun. Secara ekonomis budidaya salibu menghemat biaya 60% untuk pekerjaan persiapan lahan dan menanam, 30 % untuk biaya produksi, hal ini menekan biaya setara Rp. 2s/d 3 juta/ha sekali panen. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani. MANFAAT DAN DAMPAK

description

brosur sistem budidaya padi sawah SALIBU (Setelah ibu)

Transcript of SALIBU

Page 1: SALIBU

PENDAHULUAN

Budi daya padi salibu merupakan salah satu inovasi teknologi untuk memacu peningkatan produksi padi dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara.

budidaya padi salibu dapat meningkatkan panen dari 1 kali tanam bisa 3 sampai 6 kali panen, serta mengurangi biaya produksi dari Rp 4.800.000 per hektar menjadi Rp 2.000.000 per hektar. Budidaya padi salibu (ratun yang dimodifikasi) dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indek pertanaman). 

Program ini merupakan suatu bentuk perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani demi meningkatkan nilai ekonomi dan mencapai tujuan ketanana pangan

PENGERTIAN PADI SALIBU

Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama,tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplay hara tetap dari batang lama.

Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen, dan 4) pemupukan

Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena,tidak lagi melakukan pengolahan tanah,

persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding  budidaya tanam pindah, padi salibu meningkatkan indek penen (IP), karena waktu produksi menjadi lebih pendek, hanya

membutuhkan 80 – 90 % waktu dibandingkan tanaman pertamanya hal ini akan meningkatkan IP berkisar 0,5 s/d 1/tahun, meningkatkan produktivitas : 3 – 6 ton gabah/ha/tahun setara Rp 12 s/d 24 juta/ha/ tahun. Secara ekonomis budidaya salibu menghemat biaya 60% untuk pekerjaan persiapan lahan dan menanam, 30 % untuk biaya produksi, hal ini menekan biaya setara Rp. 2s/d 3 juta/ha sekali panen. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani.

MANFAAT DAN DAMPAK

MANFAAT

Meningkatkan produktivitas padi melalui peningkatan IP (indek panen)Terjadinya penghematan biaya produksi terutama, untuk pengolahan tanah, tanam dan benihTingkat kemurnian benih lebih dapat

dipertahankan

DAMPAK

Meningkatkan pendapatan petani padi karena biaya produksi berkurang dan produksi pertahun juga meningkat

Page 2: SALIBU

Peluang pengembalian bahan organik (jerami) lebih besar, terutama dari sisa potongan batang setelah panenBagi daerah yang kekurangan tenaga kerja sangat membantu proses produksi.Bila 1 Kabupaten mengembangkan budidaya salibu 1.000 ha maka terjadi peningkatan pendapatan ditingkat petani sebesar Rp 25 miliar /tahun

METODOLOGI

1. MENJAGA KELEMBABAN TANAH

Pada kondisi lahan sawah yang terlalu kering, segera setelah padi di panen lahan digenangi air setinggi ± 5 cm selama 2-3   hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari   agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan.

2. PEMBERIANPUPUKKANDANG, PEMOTONGAN BATANG DAN MENABUR JERAMI

 Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha.    Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah.

Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata   di permukaan lahan. tunggul padi tidak ada yang

tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak   akan tumbuh.

3. MEMUPUK DAN MELUMPURKAN TANAH

Untuk merangsang pertumbuhan maka kurang lebih dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar   tunas muncul ke permukaan maka dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan pupuk Urea diantara rumpun padi secara   merata sebanyak 150 kg/ ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air dipermukaan lahan   dalam keadaan macak – macak, dimana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.

Untuk melumpurkan tanah dihamparan persawahan maka dilakukan dengan cara menginjak – injak tanah dan jerami diantara   rumpun padi sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak – injak tanah dan jerami tersebut disamping   untuk melumpurkan tanah dan mempercepat proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan.  Penyiangan   dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40   hari, pupuk yang diberikan adalah SP36 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis   dari dosis anjuran.

4. PENGENDALIAN HAMA DANPENYAKIT

Karena tidak ada masa berat antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya   padi salibu akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.

5. PANEN DAN PASCA PANEN

Penentuan saat panen tanaman pangan bijian merupakan syarat awal mutu yang baik. Pada budidaya padi salibu panen bisa   dilakukan pada umur ± 90 hari.  Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yanag tercecer atau busuk   sehingga mengurangi produksi. 10 hari menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya adalah untuk menyerempakkan   pematanagan gabah.

SEKSI PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BIDANG PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KABUPATEN TAPIN

2015

Page 3: SALIBU

SALIBU

(SETELAH IBU)

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA

KABUPATEN TAPIN

JL. JEND. SUDIRMAN NO.12, RANTAU – 71111

TELP. / FAX : (0517) 31 -595