Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

49
Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com )

Transcript of Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Page 1: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Page 2: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

DASAR-DASAR KEUANGAN

Dunia keuangan adalah dunia yang terus berkembang. Produk-produk keuangan baru terus bermunculan. Begitu juga dengan istilah-istilah baru. Setiap orang dituntut untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masalah keuangan.

Mengelola Keuangan:

Pengelolaan Sehari-hari:

1. Mengenal Pos-pos Pengeluaran yang Besar 2. Dua Pos Pengeluaran "Tersembunyi" 3. Mengenal Produk Simpanan di Bank

4 Memilih Alat Pembayaran 5. Perlukah Suami-Istri Miliki Rekening Bersama 6. Menyadari Pengeluaran Yang Tidak Wajib

7. Jangan Anggap Remeh Uang Receh 8. Pentingnya Punya Dana Cadangan

Pendidikan Anak: 9. Menghitung Perkiraan Biaya Pendidikan

10. Persiapan Dana Pendidikan: Penting Tidak Sih?

Risiko dan Asuransi: 11. Asuransi Apa Saja yang Kita Perlu? - terbaru 12. 7 Penyebab Uang Asuransi Tak Dibayar 13. Langkah-langkah Mengantisipasi Risiko

Page 3: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

1. MENGENAL POS-POS PENGELUARAN YANG BESAR Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 708/XIV

Meski tidak pernah diinginkan terjadi dalam keuangan keluarga ataupun perusahaan, defisit itu seringkali tidak bisa dihindari. Bahkan uniknya, seringkali defisit terjadi berulang-ulang dan dari bulan ke bulan tanpa bisa dihentikan. Defisit adalah suatu kondisi di mana pengeluaran keluarga Anda lebih besar daripada

pemasukan.

Karena itu, bila pemasukan Anda adalah Rp 2 juta per bulan, maka akan lebih baik bila pengeluaran Anda lebih kecil daripada Rp 2 juta. Karena bila pengeluaran Anda lebih dari Rp 2 juta (terjadi defisit), maka selisihnya mungkin harus Anda ambil dari simpanan yang Anda miliki, entah dari tabungan, deposito atau simpanan yang lain. Bila yang terjadi pengeluaran Anda terus menerus melebihi pemasukan Anda tiap bulan, jelas: simpanan Anda akan berkurang terus sehingga lama kelamaan akan habis.

Karena itu, penting sekali bagi Anda untuk bisa mengatur pengeluaran agar tetap lebih rendah dari pemasukan. Dengan demikian, simpanan Anda tidak akan berkurang, bahkan sebaliknya: Anda jadi bisa menabung dan simpanan Anda akan terus bertambah. Gambarannya seperti di bawah ini:

Pemasukan Rp 1.000 Pengeluaran Rp 900 -------------------- Selisih Rp 100

Jadi, kalau dilihat dari sisi pengeluaran, semakin rendah pengeluaran yang Anda lakukan setiap bulan, maka akan semakin besar pula selisih uang yang akan Anda miliki, sehingga makin besar pula jumlah uang yang bisa Anda tabung.

Masalah yang sering muncul disini adalah bahwa tidak semua orang bisa dengan cukup mudah menekan pengeluarannya. Ini terutama lebih terasa bila seseorang sudah berkeluarga. Sebuah keluarga seringkali memiliki

Page 4: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

pengeluaran yang cukup besar setiap bulannya sehingga tidak ada uang yang bisa ditabung.

Yang tidak disadari, seringkali pengeluaran yang besar tersebut terjadi karena banyaknya pos-pos pengeluaran yang jumlahnya berlebihan. Berdasarkan pengalaman saya dalam memberikan Konsultasi Keuangan Lisan kepada klien, ada beberapa pos pengeluaran yang seringkali memiliki jumlah yang terlalu besar. Inilah mereka.

1. TAGIHAN TELEPON

Tagihan telepon termasuk pos yang sering membengkak karena seringkali telepon dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif. Jangankan ABG atau remaja, orang dewasa saja cukup sering menggunakan telepon hanya untuk ngobrol yang tidak tentu arah hingga berjam-jam lamanya. Belum lagi bila kebiasaan itu dilakukan hampir setiap hari. Kalau masih lokal sih tidak apa-apa. Tapi terkadang seringkali dilakukan dari telepon rumah ke ponsel yang dihitung sebagai interlokal.

Penyebab lain yang bisa membuat tagihan telepon bengkak adalah seringnya penggunaan JAPATI. Buat Anda yang belum tahu, JAPATI adalah singkatan dari Jasa Pintar Teknologi Informasi, sebuah jasa layanan hiburan melalui telepon. Banyak orang tertarik menggunakan jasa ini karena kentalnya unsur hiburan dan kadang-kadang adanya hadiah. Tarif penggunaan Japati yang nomornya biasa dimulai dengan angka 0800, 0805, 0807 dan 0809 ini bisa berkisar sebesar Rp 1.500 Rp 3.300 per menit. Dengan pengenaan tarif seperti itu, wajar bila tarif telepon bisa membengkak tidak karuan.

Apa lagi? Internet. Internet adalah salah satu penyebab yang juga bisa membuat Tagihan Telepon Anda menjadi bengkak. Umumnya, penggunaan internet bisa dibagi menjadi beberapa tujuan. Yang pertama adalah untuk penggunaan e-mail (surat elektronik). Yang kedua adalah untuk penggunaan web-browsing (pencarian situs). Sedangkan yang ketiga adalah untuk chatting (bercakap-cakap). Dari ketiganya, biasanya yang terakhirlah (chatting) yang paling berpotensi menggendutkan tagihan telepon Anda. Barulah disusul web-browsing, dan - yang paling tidak membuat Tagihan Telepon Anda bengkak - adalah untuk penggunaan e-mail.

Page 5: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

2. BUSANA DAN AKSESORINYA

Selain telepon, pengeluaran besar berikutnya yang sering terjadi adalah pengeluaran untuk membeli busana dan aksesoris. Yang dimaksud adalah barang-barang penutup dan penghias tubuh. Contohnya seperti baju, celana, ikat pinggang, jam tangan, kaus kaki, sepatu, atau tas. Kadang-kadang, masih ditambah dengan jas atau blazer, kemudian jaket, denim atau cardigan.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa kadang-kadang gengsi memegang peranan penting dalam pembelian busana dan aksesori. Banyak orang yang karena gengsi membeli busana dan aksesori karena merek yang cukup terkenal. Padahal banyak merek lain yang tidak kalah bagus yang bisa dibeli dengan harga yang lebih terjangkau.

Selain itu, adanya keinginan seseorang untuk tampil rapi, necis, sering membuat orang membeli busana dan aksesori secara berlebihan dalam hal kuantitas. Padahal, belum tentu busana dan aksesoris tersebut akan selalu dipakai. Saya ingat bahwa saya pernah karena lapar mata - membeli sebuah tas yang harganya cukup mahal, yang ternyata hanya saya pakai beberapa kali saja, sebelum akhirnya tas itu teronggok dengan manisnya di kamar tidur saya dan tak pernah dipakai lagi.

3. BARANG-BARANG ELEKTRONIK

Pembelian barang-barang elektronik kadang-kadang juga bisa menghabiskan biaya yang cukup besar. Bukan karena tingginya harga barang tersebut, tetapi karena sering pembeliannya dilakukan berulang, padahal barang itu sudah ada sebelumnya di rumah. Dari pengalaman saya selama ini dalam menghadapi klien, barang yang pembeliannya sering dilakukan berulang adalah stereo set/radio-tape dan telepon seluler.

Penyebab utama seringnya barang-barang elektronik dibeli secara berulang adalah karena gencarnya iklan. Banyaknya iklan ponsel yang di media massa misalnya, sering membuat orang membeli ponsel sampai beberapa kali. Sampai-sampai tidak jarang kita melihat ada orang yang punya dua atau tiga ponsel sekaligus, padahal belum tentu keberadaan ponsel tersebut dia butuhkan semuanya. Hal yang sama

Page 6: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

juga terjadi pada radio-tape.

4. HADIAH DAN SUMBANGAN

Tidak bisa dipungkiri, terkadang pengeluaran untuk pemberian hadiah atau sumbangan seringkali sangat besar. Untuk hadiah misalnya, kita seringkali memberikan baju, celana, atau sepatu baru kepada anak atau keponakan. Belum lagi bila Anda datang ke sebuah undangan pernikahan. Coba hitung, berapa kali dalam sebulan Anda datang ke sebuah kondangan? Anda tentunya akan memberikan amplop kepada si pengantin baru. Itu baru undangan kawin. Bagaimana dengan acara ulang tahun? Berapa kali dalam sebulan ada teman Anda yang berulang tahun? Bila teman Anda berulang tahun dan mentraktir Anda makan, maka Anda mungkin akan merasa tidak enak kalau tidak memberikannya hadiah. Bagaimana dengan kelahiran anak? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat si anak yang baru saja lahir.

Nah, mudah-mudahan setelah mengetahui pos-pos pengeluaran apa saja dalam keluarga yang seringkali membengkak tak terduga, Anda bisa mendeteksi dan menyusun perencanaan keuangan yang lebih baik.

DEFISIT, SI SUMBER MASALAH

Dari pengalaman saya selama ini dalam melayani klien, saya bisa katakan bahwa defisit (pengeluaran lebih besar daripada pemasukan) adalah sumber dari hampir segala masalah keuangan. Kenapa? Sederhana sekali. Dengan adanya pengeluaran yang lebih besar daripada pemasukan, maka...

1. Simpanan Anda akan dipakai untuk menutup defisit tersebutt, sehingga lama kelamaan simpanan Anda akan terus berkurang dan suatu saat habis. Dan bila simpanan Anda tersebut sudah habis, maka...

2. Anda akan menjual harta benda Anda untuk menambah simpanan tunai Anda, sehingga lama kelamaan harta benda Anda juga akan habis dijual. Bila simpanan serta harta benda Anda juga sudah habis, maka...

Page 7: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

3. Anda akan pinjam uang dari sana-sini. Dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kalau simpanan uang Anda habis, harta benda Anda habis, dan Anda punya hutang disana-sini, maka akibat yang akan muncul adalah:

* Berkurangnya rasa aman karena tidak memiliki simpanan uang di dalam rekening

* Munculnya pertengkaran dengan pasangan Anda karena simpanan uang keluarga habis terpakai dan harta benda keluarga habis dijual

* Turunnya rasa percaya diri karena Anda harus seringkali pinjam uang ke sana-sini

* Munculnya perasaan malu karena didatangi oleh seorang debt collector yang ingin menagih hutang

Semua itu tentunya bisa menjadi pemicu dari segala macam masalah keluarga.

Jadi bisa dilihat bahwa masalah keuangan merupakan salah satu penyebab terbesar dari munculnya masalah-masalah keluarga. Dan semua itu, bila dirunut, penyebabnya ternyata hanya satu: karena pengeluaran Anda lebih besar daripada pemasukan!

Page 8: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

2. DUA POS PENGELUARAN "TERSEMBUNYI" Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 689/XIV

Kalau saja sekarang saya minta Anda menuliskan pengeluaran-pengeluaran apa yang rutin Anda lakukan sehari-hari, apa yang akan Anda tulis? Pastinya Anda akan menuliskan pos-pos pengeluaran seperti makan, transpor, sekolah anak, telepon, air, listrik, dan hal-hal semacam itu. Betul, kan?

Betul. Tapi kalau dilihat lagi, sebetulnya ada dua pos pengeluaran "tersembunyi". Pengeluaran ini mungkin jarang atau tidak pernah disebut, tapi hampir selalu muncul tiap bulannya. Situasi inilah yang biasanya sering menyebabkan banyak dari kita "terjebak" dalam hutang dan tidak bisa menabung. Saya sarankan Anda untuk mengantisipasi munculnya dua pos pengeluaran tak terduga itu. Inilah mereka. Pos Pengeluaran Nomor 1: Perbaikan

Ketika saya bertanya kepada banyak orang tentang kenapa mereka terjebak ke dalam hutang, mereka seringi menjawab seperti ini, "Mobil saya rusak, nih. Saya mesti keluar uang Rp 650 ribu untuk perbaikannya. Jadi saya pakai kartu kredit saya untuk mbayar. Sekarang saya musti nyicil Rp 100 ribu setiap bulannya untuk ngelunasin hutang itu. Makanya sekarang saya enggak bisa nabung. Tapi segera setelah hutang itu beres, saya pasti bisa nabung dan keadaan keuangan saya pasti bisa jadi baik lagi."

Benar begitu? Tidak sepenuhnya. Mereka bekerja keras, membayar Rp 100 ribu setiap bulan untuk melunasi hutang kartu kredit itu, dan coba tebak apa yang berikutnya terjadi? Atap rumahnya bocor. Sementara hujan sedang sering-sering turun. Mereka naik ke atas genteng, dan melihat ada empat genteng yang rusak dan harus diganti. Wah, harus keluar uang lagi kan?

Mungkin tidak perlu pakai kartu kredit kalau membeli genteng di toko material, tapi tetap harus pakai uang juga kan? "Oke," katanya. "Segera setelah urusan genteng ini beres, dan hutang saya ke kartu kredit lunas, keadaan keuangan saya pasti jadi baik lagi."

Page 9: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Oh ya? Ternyata tidak juga. Mereka keluar uang untuk membeli sejumlah genteng baru, sambil tetap membayar hutang kartu kredit. Tapi coba tebak apa yang berikutnya terjadi?

D "Lo, mesin cuci rusak? Wah, mesti panggil tukang servis nih. Nanti repot kan kalau nyuci tanpa pakai mesin cuci? Bisa pegal-pegal tangan ini." D "Teve, kok, mati! Waduh, teve itu satu-satunya hiburan di rumah ini. Mana sinetronnya bagus-bagus lagi. Cepat bawa ke tempat servis. Berapa pun ongkos perbaikannya kita bayar." D "Si Upik sakit demam enggak sembuh-sembuh. Harus ke dokter anak. Belum lagi beli obatnya." D Belum lagi bohlam putus, keran bocor, dan sebagainya.

Ada banyak contoh kejadian yang membuat Anda tidak bisa tinggal diam dan harus memperbaiki hal-hal yang rusak tersebut.

Ya, begitulah hidup ini. Namanya saja hidup, ada banyak hal yang bisa terjadi. Tapi tetap saja ketika sesuatu itu betul-betul terjadi, orang sering merasa kaget seolah-olah tidak menyangka hal itu akan terjadi. Padahal sudah jelas: kalau Anda membeli teve, maka pasti ada suatu saat di mana teve Anda akan rusak, kan? Begitu pula jika Anda membeli mesin cuci atau benda-benda elektronik lainnya.

Hidup ini penuh risiko. Hampir tiap bulan Anda pasti akan keluar uang untuk membiayai perbaikan-perbaikan tak terduga tersebut. Jadi kenapa Anda kaget dan mengatakan bahwa segera setelah Anda membayar segala perbaikan itu, keadaan keuangan Anda akan baik kembali? Orang tiap bulan pasti ada saja, kok, yang harus diperbaiki.

Sama seperti negara ini. Kalau Anda selalu mengeluh bahwa negara kita ini selalu didera masalah, saya berani mengatakan bahwa yang namanya kehidupan bernegara pasti ada saja masalahnya. Tidak ada negara yang tidak memiliki masalah. Semua negara dari waktu ke waktu - pasti memiliki masalah. Yang berbeda hanya tingkat kesulitan dan jenis masalahnya.

Begitu juga dengan kehidupan Anda. Pasti ada saja masalah yang akan muncul dalam kehidupan keluarga Anda sehari-hari. Termasuk dalam hal keuangan. Jadi kenapa Anda kaget? Saran saya, antisipasi masalah perbaikan ini dalam anggaran bulanan keluarga yang Anda buat setiap bulannya.

Page 10: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Pos Pengeluaran Nomor 2: Hadiah

Apakah Anda termasuk orang yang suka membagikan amplop (berisi uang tentunya) ketika Lebaran datang? Beli baju, celana atau sepatu baru untuk anak atau keponakan Anda? Nah, sekarang coba hitung berapa jumlah uang yang Anda keluarkan untuk itu. Itulah jumlah uang yang harus Anda keluarkan setahun sekali setiap Lebaran datang.

Itu baru Lebaran lho. Bagaimana dengan acara ulang tahun? Siapa teman-teman yang Anda tahu akan berulang tahun bulan ini? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat mereka. Jangan lupa pula dengan undangan pernikahan? Saya rasa tiap bulan Anda mungkin mendapatkan paling tidak dua atau tiga undangan pernikahan di mana Anda mau tidak mau harus mengeluarkan amplop untuk diberikan kepada si pengantin baru.

Jangan lupa pula dengan kelahiran anak. Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat si anak yang baru saja lahir.

Pendeknya, ada banyak anggota keluarga atau teman Anda yang akan merayakan hari-hari seperti itu. Makin banyak teman atau anggota keluarga yang Anda miliki, akan makin banyak pula pemberian hadiah yang akan Anda lakukan. Jadi saran saya, antisipasi juga pengeluaran yang akan Anda lakukan untuk pembelian hadiah dalam anggaran bulanan keluarga Anda.

KENDALIKAN DIRI ANDA

Bicara soal pemberian hadiah, kenapa Anda tidak mengendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah? Coba Anda ingat kembali, dalam tiga sampai enam bulan terakhir ada berapa uang yang telah Anda keluarkan untuk pemberian hadiah? Bisa jadi jumlahnya tak terduga.

Mungkin Anda merasa bahwa Anda tidak punya pilihan lain. Anda merasa harus memberikan hadiah untuk orang-orang tersebut, karena hubungan Anda dengan mereka sangat dekat. Masalahnya, bagaimana jika kondisi keuangan Anda sedang sangat sulit? Katakanlah, Anda sedang mengalami masalah hutang yang cukup serius. Dalam hal ini, saya sarankan Anda tidak

Page 11: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

mengeluarkan banyak uang untuk pos-pos pengeluaran yang sifatnya tidak wajib.

Pemberian hadiah, umumnya merupakan pos pengeluaran yang tidak wajib. Apalagi jika orang yang akan kita beri hadiah sebenarnya adalah orang yang kondisi keuangannya lebih mampu dari kita. Lucunya, ada saja orang yang merasa gengsi kalau tidak memberi hadiah mahal saat diundang ke pernikahan orang kaya. Sementara jika yang mengundang bukan orang kaya, dia malah memberi kado yang ala kadarnya.

Saya tidak menyarankan Anda untuk bersikap pelit. Kalau Anda cukup punya uang dan tidak sedang memiliki masalah hutang, tentu Anda bisa dibilang pelit kalau tidak pernah mau memberi hadiah. Tapi bila Anda sedang berada dalam masalah hutang yang cukup parah, maka tidak memberikan hadiah (atau menekan pengeluaran untuk pos hadiah) adalah pilihan yang sangat bijaksana. Kendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah. Itu saja saran saya.

Page 12: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

3. MENGENAL PRODUK SIMPANAN DI BANK Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 682/XIII

Anda pasti pernah berurusan dengan bank. Tapi kalau saya tanya apakah ada di antara Anda yang tahu apa sih sebenarnya bank itu, saya yakin tidak semuanya bisa menjawab. Kalau belum tahu, kenapa Anda tetap mau membuka rekening dan menyimpan uang di sana? Tidak usah khawatir pembaca, saya sendiri sudah membuka rekening tabungan sendiri di bank sejak saya SMA, sekalipun saya sendiri juga tidak tahu apa yang dimaksud dengan bank (padahal orang tua saya dulu bekerja di bank).

Tulisan kali ini akan membahas sedikit tentang apa itu bank, dan apa saja produk-produk yang dijual oleh bank, terutama produk simpanannya. Bank adalah lembaga yang bisnis utamanya adalah menyimpan dan meminjam dana dari masyarakat.

Sebagai contoh, kalau Anda menyimpan uang di bank (misalnya deposito), Anda mungkin akan mendapatkan suku bunga 10 persen per tahun. Pada gilirannya, bank akan meminjamkan uang itu ke masyarakat, dan pihak yang meminjam uang itu harus membayar bunga kepada bank yang lebih tinggi dari 10 persen. Selisih persentase itulah yang menjadi keuntungan bank. Itu baru keuntungan kotornya, lo. Pada kenyataannya, keuntungan yang didapat dari selisih itu masih harus dikurangi lagi untuk membayar biaya-biaya operasional si bank, seperti gaji pegawai dan biaya-biaya kantor yang lain.

Bank kerap disebut sebagai urat nadi kegiatan ekonomi suatu negara. Pada manusia misalnya, nadi adalah "saluran" yang bertugas mengantar zat-zat (yang terdapat dalam darah) dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Kalau pada manusia, kurang darah akan menyebabkan lesu, maka pada negara, kurang uang akan menyebabkan ekonomi negara menjadi lesu. Ini karena uang adalah darah yang menggerakkan perekonomian. Tidak ada bisnis yang akan buka kalau tidak ada uang. Anda pun tidak mau berbisnis kalau tidak ada iming-iming uangnya, kan?

Karena itu, tidak berlebihan rasanya jika kita mengenal lebih jauh tentang produk-produk yang ada dalam bank. Dengan demikian kita bisa mendayagunakan produk-produk itu semaksimal mungkin sesuai dengan kebutuhan kita.

Page 13: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Tadi telah dikatakan, bahwa bisnis utama bank adalah sebagai lembaga penyimpanan uang dan peminjaman uang. Karena itu, produk perbankan dapat dibedakan menjadi dua: produk-produk simpanan dan produk-produk pinjaman. Tulisan kali ini akan membahas lebih dulu produk-produk simpanan di bank dan bagaimana memaksimalkan manfaatnya. Kelak mungkin bisa kita bahas produk-produk pinjaman. 1. GIRO

Rekening Giro adalah rekening yang uangnya bisa diambil setiap hari, di mana rekening ini dilengkapi fasilitas pembayaran dengan cek dan giro bilyet. Bila Anda bertransaksi dengan pihak lain, maka Anda bisa membayarnya dengan menggunakan cek atau giro bilyet. Cek adalah surat berharga di mana orang yang Anda beri cek ini bisa langsung menguangkannya di bank. Sedangkan giro bilyet adalah surat berharga di mana orang yang Anda beri giro tersebut tidak bisa menguangkan giro itu di bank, tapi harus disetorkan lebih dulu ke rekeningnya. Barulah setelah itu uang akan cair di dalam rekeningnya.

Rekening giro biasanya tidak memberikan bunga. Kalaupun ada bank yang memberikan bunga, maka bunga itu biasanya kecil dan sering disebut dengan istilah "jasa giro". Pada saat ini, biasanya bank memberikan jasa giro maksimal sebesar 1 - 2 persen dari jumlah saldo (biasanya) terendah yang menjadi ketentuan minimal dalam sebulan.

Minimal setoran untuk rekening giro berbeda-beda pada tiap bank. Tapi pada saat ini, jumlah setoran terkecil adalah Rp 250.000 (untuk rekening giro perorangan) dan Rp 500.000 (untuk rekening giro perusahaan).

Sebagai timbal balik atas pelayanan dan fasilitas yang diberikan, maka hampir semua bank mengenakan biaya administrasi kepada nasabahnya yang langsung dipotong dari rekening gironya tiap bulan.

Dengan memiliki rekening giro, setiap bulan Anda akan mendapatkan rekening koran (semacam laporan rutin) yang dikirimkan ke alamat Anda tiap bulan. Di dalam laporan tersebut tertulis kapan dan untuk apa saja serta berapa jumlah uang yang keluar masuk dalam rekening Anda.

Page 14: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

2. TABUNGAN

Tabungan adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Hampir setiap orang merasa wajib memiliki tabungan di Bank. Tidak hanya di satu bank, tetapi juga di dua atau tiga bank sekaligus. Kenapa bisa begitu? Jawabannya adalah karena saat ini tabungan tidak saja digunakan sebagai sarana menyimpan uang saja, tetapi juga ditambah dengan fasilitas lain yang sebetulnya sudah agak diluar dari maksud menabung itu sendiri. Contohnya seperti fasilitas debet, fasilitas ATM, transfer, dan lain sebagainya.

Jadi kalau dilihat, tujuan seseorang dalam menabung di bank bisa dibagi menjadi dua. Pertama, karena ingin benar-benar menabung untuk bisa mengumpulkan sejumlah dana tertentu pada masa yang akan datang. Contohnya seperti menabung untuk bisa membeli kebutuhan tertentu. Kedua, hanya ingin menjadikan tabungan sebagai rekening penampungan, dan bukan untuk benar-benar menabung. Contohnya seperti rekening yang uangnya digunakan untuk membayar belanja bulanan. Nah, di sini fasilitas berupa Kartu ATM dan Kartu Debet baru benar-benar dipakai.

Setoran awal adalah jumlah minimal yang harus disetorkan sebagai syarat pembukaan tabungan. Saldo minimal adalah jumlah minimal yang harus disisakan pada tabungan Anda. Setoran awal dan saldo minimal pada tabungan biasanya sama, misalnya jika setoran awal adalah Rp 25.000 maka saldo minimal juga Rp 25.000. Tapi komposisi antara keduanya bisa saja tidak sama tergantung peraturan di banknya. Begitu juga dengan jumlah setoran awal dan saldo minimal yang diminta.

Periksalah kembali berapakah ketentuan saldo minimal di tabungan Anda, apakah bank Anda membolehkan nasabah tabungan melakukan penarikan sampai jumlah saldo di bawah minimum dan berapa denda yang dikenakan jika saldo sampai mencapai di bawah minimum? Sebaiknya pilihlah tabungan yang mensyaratkan saldo minimal paling kecil sehingga Anda bisa lebih leluasa melakukan penarikan dari tabungan Anda

Bunga tabungan diberikan bank agar dana yang tersimpan di tabungan dapat berkembang, sehingga nasabah semakin rajin menabung. Bunga tabungan biasanya dihitung tiap akhir bulan dari saldo ratarata harian pada bulan tersebut. Bunga tabungan bisa diberikan secara single rate. Artinya, berapa pun jumlah uang Anda di tabungan bunganya tetap sama. Bisa juga diberikan secara bertingkat. Artinya pada jumlah saldo yang berbeda, bunga yang

Page 15: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

diberikan tidak sama. Biasanya, semakin banyak saldo yang mengendap bunga yang diberikan semakin tinggi.

Sebagai timbal balik atas pelayanan dan fasilitas yang diberikan, maka hampir semua Bank mengenakan biaya administrasi kepada nasabahnya yang langsung dipotong dari tabungannya tiap bulan. Tapi saat ini ada juga Bank yang tidak membebankan biaya administrasi pada tabungan.

Buku tabungan digunakan sebagai media pencatatan transaksi Anda. Buku tabungan biasanya juga harus dibawa saat akan melakukan penarikan tunai di kasir. Ada juga bank yang mengganti buku tabungan dengan rekening koran yang dikirimkan ke alamat Anda setiap bulan. Dalam laporan tersebut tertulis kapan dan untuk apa saja serta berapa jumlah uang yang keluar masuk dalam rekening Anda. 3. DEPOSITO

Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja. Sebagai contoh, kalau Anda menaruh uang Rp 1 juta pada deposito yang berjangka waktu 3 bulan, maka uang Rp 1 juta tersebut baru bisa Anda ambil setelah 3 bulan berlalu. Tentunya, Anda juga dijanjikan pemberian bunga tertentu yang bisa Anda nikmati pada saat deposito itu jatuh tempo.

Bunga deposito biasanya lebih tinggi dibanding bunga tabungan. Ini karena uang Anda akan "dikunci" selama jangka waktu tertentu sehingga bank merasa perlu untuk menjanjikan suku bunga yang lebih tinggi dibanding suku bunga pada rekening tabungan yang uangnya bisa Anda tarik kapan saja. Inilah biasanya yang menjadi daya tarik utama deposito.

Tidak seperti tabungan yang dapat dibuka dengan setoran awal yang kecil. Minimal setoran untuk penempatan deposito lebih besar, besarnya pada tiap bank bervariasi, tapi saat ini yang paling minimal adalah sebesar Rp 500.000.

Keuntungan lainnya dari deposito adalah tidak dikenakannya biaya administrasi bulanan, karena jarangnya transaksi melalui rekening deposito. Walupun demikian pemotongan tetap ada yaitu sebesar pajak deposito yang diperhitungkan dari bunga deposito yang Anda dapatkan.

Page 16: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

4. MEMILIH ALAT PEMBAYARAN Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom

Anda pernah mengalami kebingungan dalam membayar belanjaan? Apakah dengan cara tunai, atau dengan memakai kartu kredit? Manakah cara yang paling nyaman?

Bila berbelanja di pasar tradisional, umumnya pedagang hanya menerima uang tunai. Tetapi, bila berbelanja di pasar swalayan, Anda punya pilihan untuk membayar dengan kartu kredit.

Pilihan untuk membayar tunai atau memakai kartu kredit sebetulnya tidak hanya terbatas ketika Anda berbelanja kebutuhan rumah tangga. Banyak tempat lain yang juga menerima kartu kredit, seperti restoran atau toko buku.

Untuk mengetahui bagaimana memilih alat pembayaran yang tepat, maka tulisan kali ini akan menunjukkan untung ruginya membayar dengan cara tunai atau kartu kredit, serta bagaimana saran atau solusinya. Tunai

Bila Anda berbelanja dengan uang tunai, maka ada banyak kelebihan yang bisa Anda dapat. Misalnya, uang Anda di dompet ada Rp 200 ribu. Pada galibnya orang tidak akan berbelanja melebihi jumlah uang yang ada di dompet. Alasannya sederhana, orang tidak ingin kehabisan uang di dompet. Jadi, Anda akan berbelanja sedemikian rupa, sehingga tidak melebihi Rp 200 ribu.

Itulah sebabnya, kita sering mendengar orang berkata: "Saya tidak mau bawa uang banyak-banyak dalam dompet, karena kalau tidak uang itu pasti akan habis saya belanjakan."

Lantas apa yang Anda lakukan bila kehabisan uang di dalam dompet? Anda akan pergi mengambil uang di ATM. Sebanyak Rp 200 ribu lagi, umpamanya. Setelah itu, Anda akan terus-terusan mengambil uang di ATM setiap kali kehabisan.

Page 17: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Pada suatu titik tertentu, Anda akan merasa bahwa sudah terlalu sering bolak-balik ke ATM. Anda lalu memutuskan: "Oke, kali ini saya ambil agak banyak. Bukan Rp 200 ribu, tetapi Rp 500 atau malah Rp 750 ribu."

Akhirnya jadilah Anda mengambil Rp 750 ribu. Problemnya sekarang, Anda memiliki uang yang sangat banyak dalam dompet Anda. Apa yang terjadi kalau dompet Anda hilang dicuri atau dirampok? Kalau begitu, Anda bisa saja tidak membawa seluruh uang tersebut dalam dompet. Sebagian uang itu di simpan di rumah. Tetapi itu sama saja dengan ATM. Begitu uang dalam dompet habis, Anda akan mengambil lagi uang di rumah. Padahal, daripada uang tersebut ditaruh di rumah, lebih baik taruh saja di rekening bank Anda yang pasti memberikan bunga.

Jadi sebetulnya, membayar dengan menggunakan uang tunai tidak akan membuat Anda berbelanja melebihi jumlah uang tunai yang Anda miliki. Tetapi kalau uang tunai di dompet habis, Anda harus kembali dan kembali lagi ke ATM. Kalau Anda mengambil uang tunai dalam jumlah banyak, maka Anda akan terancam resiko kecurian. Kartu Kredit

Kartu Kredit adalah kartu pembayaran di mana transaksi Anda akan ditalangi oleh penerbit kartu, untuk kemudian ditagih kembali setiap akhir bulan atau pada bulan berikutnya. Sebetulnya, cara kerja kartu kredit menguntungkan. Bagaimana tidak? Ketika berbelanja, Anda tidak perlu langsung membayarnya, tetapi Anda baru membayarnya pada akhir bulan. Enak sekali. Jadi, kalimat yang tepat untuk ini adalah: "Beli sekarang, bayarnya nanti." (buy now, pay later).

Prakteknya, kalimat "Beli sekarang, bayarnya nanti" membuat banyak orang menjadi berbelanja di luar kemampuannya. Sebagai contoh, penghasilan Anda setiap bulan hanya Rp 700 ribu. Anda hanya mampu mengeluarkan uang sebesar Rp 600 atau Rp 700 ribu per bulannya. Maka, bila Anda berbelanja hingga Rp 1 juta, maka Anda tidak bisa melunasi tagihan Rp 1 juta itu dalam satu kali pembayaran, karena Anda hanya sanggup membayar (mungkin) Rp 600 ribu. Sehingga sisa saldo hutangnya, akan dimasukkan dalam tagihan bulan berikutnya.

Nah, ini dia masalahnya: sisa tagihan itu akan berbunga. Dan bila tagihan plus bunganya tidak Anda bayar, maka tagihan dan bunga itu akan berbunga

Page 18: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

lagi yang jumlahnya tentu lebih besar. Begitu seterusnya. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak bisa membayar tagihan kartu kreditnya karena jumlah tagihannya sudah terlanjur besar hanya gara-gara sistem bunga berbunga.

Jadi sebetulnya, kartu kredit bisa dijadikan kawan, bila Anda mampu melunasinya tepat waktu. Tapi bila tidak, maka kartu kredit akan menjadi lawan Anda. Kenapa sebaiknya dengan Kartu Debet?

Lalu dengan apa Anda harus membayar transaksi belanja Anda? Tunai atau kartu kredit?

Sebetulnya, kartu kredit memiliki banyak kelebihan bila Anda bisa menggunakan kartu kredit itu dengan cara yang benar. Artinya, bila Anda bisa melunasi tagihannya secara lunas setiap kali tagihan itu datang. Namun pada prakteknya, sebagian besar masyarakat tidak bisa mengendalikan penggunaan kartu kredit mereka.

Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk memakai Kartu Debet. Kartu Debet (dikenal juga dengan nama Kartu Debit) adalah kartu pembayaran di mana transaksi pembayaran yang Anda lakukan dipotong langsung dari rekening Anda di bank. Jadi seperti membayar tunai, tanpa perlu membawa banyak uang tunai. Dengan Kartu Debet, Anda akan berbelanja sesuai jumlah uang yang Anda miliki di rekening bank. Dan Anda tidak bisa berbelanja di luar jumlah tersebut. Pentingnya Memiliki Semua

Namun demikian, sebetulnya akan lebih baik bila Anda memiliki ketiganya.

Yang pertama yang harus Anda miliki adalah uang tunai di rumah yang akan Anda gunakan untuk membayar keperluan-keperluan yang bersifat mendadak yang hanya bisa dibayar dengan uang tunai.

Yang kedua yang harus Anda miliki adalah Kartu Debet. Ini adalah kartu yang Anda gunakan untuk membayar transaksi yang Anda lakukan.

Page 19: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Sedangkan yang ketiga yang sebaiknya Anda miliki adalah Kartu Kredit. Biar bagaimanapun, Kartu Kredit perlu untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga. Mungkin akan ada suatu hari di mana Anda harus keluar pada malam hari dan harus melakukan transaksi pembayaran, padahal tempat itu hanya menerima Kartu Kredit. Jadi, Kartu Kredit Anda di sini bukan untuk sering-sering dipakai, tetapi hanya untuk cadangan saja.

Ingat sekali lagi bahwa penggunaan Kartu Kredit yang tidak tepat (tidak dibayar tepat waktu) bisa membuat Anda terjebak dalam hutang yang saldonya makin lama makin besar yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

Page 20: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

5. PERLUKAH SUAMI-ISTRI MILIKI REKENING BERSAMA?

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 662/XIII

Rekening bersama adalah rekening yang dimiliki atas nama dua orang, di mana biasanya kedua orang pemilik itu sama-sama memiliki hak untuk menarik uang tersebut. Dalam keluarga, Rekening bersama biasanya dimiliki oleh suami istri.

Namun ada kalanya rekening bersama hanya jadi sebutan belaka. Ada suami-istri yang memiliki rekening untuk digunakan bersama, tapi atas namanya hanya pada satu orang saja. Ini --secara tidak resmi-- bisa juga kita sebut sebagai rekening bersama.

Sebagai pasangan suami-istri, mungkin sering timbul pertanyaan apakah Anda berdua perlu menyatukan uang Anda dalam satu rekening atau tidak. Nah, sebelum Anda memutuskan untuk menyatukan uang Anda dalam satu rekening, perlu diketahui bahwa ada banyak efek positif maupun negatif yang akan terjadi. Dan juga yang paling penting, apa motivasi terbesar Anda menyatukan uang Anda berdua dalam satu rekening.

Motivasi terbesar pasangan suami-istri ketika menyatukan uang mereka dalam satu rekening biasanya adalah karena mereka ingin mempunyai sesuatu yang dimiliki bersama (dan kalau perlu atas nama bersama), sehingga pada akhirnya akan meningkatkan rasa kebersamaan di antara mereka.

Selain itu, rekening bersama biasanya dibuka karena suami-istri itu mungkin memiliki tujuan bersama yang hendak diraih pada masa mendatang. Atau, sering juga rekening bersama itu digunakan untuk berbelanja keperluan sehari-hari.

Terkadang motivasi lain yang sering saya temukan juga adalah karena mereka ingin mengontrol pengeluaran mereka. Seperti yang kita tahu, kalau Anda memiliki rekening sendiri, maka Anda biasanya akan bebas mengambil uang Anda kapan pun Anda mau dan untuk tujuan apa pun.

Page 21: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Lain halnya kalau uang itu ada di sebuah rekening bersama, di mana seseorang tidak bisa mengambil uang di rekening itu untuk keperluan lain di luar yang sudah ia sepakati dengan pasangannya. Hal ini biasanya secara tidak langsung akan dapat menekan pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu dari pasangan suami-istri.

Hal-hal di atas tadi merupakan efek positifnya. Adakah dampak negatifnya? Terkadang efek negatif yang akan muncul dari adanya rekening bersama adalah dapat terpecahnya kerukunan suami-istri hanya karena masalah uang. Ini bisa terjadi karena bisa saja salah satu pihak menggunakan uang dalam rekening itu untuk keperluan lain di luar yang sudah disepakati bersama. Hal ini bisa membuat pasangannya marah dan akhirnya terjadilah pertengkaran.

Bagaimana mengatasi efek negatif itu? Tidak ada yang bisa mengatasi efek negatif tersebut, kecuali pasangan suami-istri itu sendiri. Mereka harus benar-benar kembali lagi ke kesepakatan mereka semula, yaitu untuk keperluan apa saja uang dalam rekening bersama itu digunakan, apakah untuk investasi saja, atau untuk membayar pengeluaran-pengeluaran bulanan. Kalau memang untuk pengeluaran bulanan, maka konfirmasikan, pengeluaran-pengeluaran seperti apa yang sebaiknya dicover oleh rekening bersama, dan pengeluaran-pengeluaran seperti apa yang bukan tanggungan rekening bersama.

Untuk menghindari efek negatif, berikut ini ada sejumlah tips bagi Anda sebelum membuka rekening bersama:

1. Diskusikan terlebih dahulu untuk tujuan apa Anda berdua membuka rekening bersama.

2. Diskusikan juga apa yang akan Anda berdua lakukan terhadap isi rekening itu kalau Anda berdua mengalami kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan Anda berdua harus berpisah.

3. Diskusikan juga siapa yang akan memasukkan uang ke dalam rekening tersebut, dan berapa besarnya. Apakah suami Anda saja, atau patungan antara Anda berdua. Bila itu dilakukan secara patungan, berapa persen komposisinya? Apakah 50 : 50, 60 : 40 atau 70 : 30?

4. Terserah Anda, karena Andalah yang lebih tahu bagaimana situasi dan kondisi keuangan dalam keluarga Anda.

5. Untuk Anda yang sudah punya rekening bersama, bila sebelumnya Anda tak pernah menyepakati untuk apa uang dalam rekening bersama itu nantinya, sebaiknya konfirmasikan sekali lagi untuk keperluan apa uang dalam rekening itu akan digunakan.

Page 22: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

6. Sadarilah juga bahwa jangan sampai masalah uang memisahkan pasangan suami-istri. Karena sering kali si suami atau si istri menggunakan uang dalam rekening tanpa sepengetahuan pasangannya. Sehingga begitu rekening koran datang, terjadilah keributan.

7. Bila rekening bersama itu digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran bulanan, maka saldo uang yang ada dalam rekening bersama sebaiknya sebesar minimal sebulan pengeluaran rutin mereka.

Lakukan evaluasi setiap bulan terhadap pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan oleh Rekening bersama itu. Ini bisa dilakukan karena bank biasanya memberikan rekening koran setiap bulannya.

Page 23: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

6. MENYADARI PENGELUARAN YANG TIDAK WAJIB

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 656/XIII

Saya pernah bertemu sepasang suami-istri yang berada pada masa-masa awal perkawinannya. Namanya, sebut saja Yanto dan Lilis. Mereka berdua datang kepada saya sekitar Juni 2000, di mana keduanya berusia sekitar 29 tahun. Belum punya anak, karena mereka berdua masih ingin menundanya sampai sekitar dua-tiga tahun lagi.

Mereka datang kepada saya dengan membawa masalah. Keduanya sama-sama bekerja, dengan penghasilan total sekitar Rp 2 juta per bulan. Total keduanya. Tapi pengeluaran mereka per bulan sekitar Rp 2 juta sampai 2,3 juta. Ini berarti, mereka terkadang juga mengalami defisit, dan defisit itu selalu diambil dari tabungan mereka, sehingga kalau dibiarkan terus, tabungan mereka akan terus menyusut sampai akhirnya habis sama sekali.

Sementara dari pengeluaran tadi tak ada sedikit pun yang ditabungkan. Karena itu, mereka datang kepada saya dengan harapan bahwa saya bisa memecahkan masalah mereka, sehingga tabungan mereka tidak akan habis hanya untuk menutupi defisit bulanan.

Saya menyebut ini sebagai Konsultasi Anggaran. Kami duduk bertiga di sebuah meja bundar, dan saya mulai mengamati catatan pemasukan dan pengeluarannya. Saya menyadari bahwa pada umur-umur seperti ini di mana keadaan keuangan mereka belum baik, mereka harus melakukan sejumlah penekanan pada pengeluaran mereka.

"Kita harus menekan pengeluaran-pengeluaran ini." Kata saya sambil menunjuk pada kertas yang berisi pengeluaran-pengeluaran mereka.

"Ya... kami setuju," kata Yanto. Ia menoleh pada Lilis istrinya. "Kami memang harus menekan pengeluaran-pengeluaran kami. Makanya kita datang kepada Anda, Pak Safir."

Saya melihat pada catatan pengeluaran mereka. Di situ ada 25 pos pengeluaran yang mereka lakukan tiap bulan, hanya untuk biaya hidup saja. Di luar cicilan hutang dan premi asuransi.

Page 24: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Saya mulai menunjuk pada salah satu pos pengeluaran.

"Coret ini..." kata saya. Iuran langganan teve kabel, Rp 145 ribu sebulan.

Lilis membelalakkan matanya. "Lo, nanti kita enggak nonton apa-apa dong..."

Saya mendekatkan kepala saya. "Ada lima stasiun teve Indonesia yang bisa Anda tonton Mbak Lilis," kata saya sambil menyebutkan kelima stasiun yang pasti sudah Anda tahu juga. "Anda masih bisa tetap nonton teve meskipun Anda tidak berlangganan lagi teve kabel." Apalagi jumlah stasiun teve juga masih akan terus bertambah.

Konsultasi anggaran memang tidak selalu disukai oleh klien saya. Ini karena kadang-kadang mereka harus menekan pengeluaran-pengeluaran bulanan yang mungkin "berat" untuk ditekan. Tapi untuk menekan defisit mereka, memang harus ada yang dikorbankan.

Lilis masih kelihatan keberatan. Saya menatapnya lekat-lekat. "Anda masih mau defisit atau tidak?"

Lilis tidak bisa menjawab apa-apa. Ia hanya menoleh pada suaminya seperti meminta "pertolongan" dan berharap suaminya ikut bicara. Tapi Yanto hanya merangkul Lilis dan tersenyum kecil sambil berkata pelan, "Enggak apa apa..." Dia bisa mengerti bahwa memang itulah pengorbanan yang harus mereka lakukan untuk sementara.

Saya berkata lagi, "TV kabel itu enggak wajib. Anda berdua mungkin tahu tapi tidak menyadarinya. Malah -- maaf kalau saya harus terus terang -- kebanyakan pengeluaran-pengeluaran kita sebagai manusia sebetulnya enggak perlu dan enggak wajib."

"O ya?" Yanto terheran. Ia menoleh ke kertas catatan pengeluarannya.

"Ya," kata saya. "Lihat ini..." saya mulai menunjuk.

"Keanggotaan fitness. Enggak wajib!"

Saya menunjuk lagi ke pos di bawahnya. "Hiburan, enggak wajib..."

Sebelum saya meneruskan, Lilis memotong, "Lo, bagaimana kita bisa hidup kalau itu semua harus dihilangkan?"

Page 25: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

"Saya tidak mengatakan bahwa Anda harus menghilangkan semua pengeluaran yang tidak wajib ini. Yang saya maksud, ada pos-pos yang memang wajib Anda bayar, dan jumlah yang harus Anda bayar memang sudah wajib sebesar itu. Tapi ada pos-pos lain yang memang sifatnya tidak wajib, di mana pada pos-pos ini Anda leluasa untuk menekan jumlah pengeluaran Anda. Tidak perlu dihilangkan kalau memang Anda tidak mau."

Mereka kelihatan mulai mengerti. Malah sebetulnya, Anda - pembaca - boleh percaya boleh tidak, bahwa banyak sekali pengeluaran-pengeluaran yang kita lakukan sebetulnya sifatnya tidak wajib, sehingga Anda bisa leluasa menekan jumlah pengeluarannya. Sebut saja: Fitness? Rekreasi? Nonton? Semua itu tidak wajib. Paling tidak dari sekali seminggu, bisa Anda kurangi menjadi sekali dalam dua minggu atau sekali sebulan.

Telepon? Enggak wajib. Kurangi bicara yang tidak perlu di telepon. Selain menghabiskan energi, juga menghabiskan biaya.

Makanan? Enggak wajib. Ada banyak bahan makanan yang sebaiknya Anda beli, tapi ada juga bahan makanan yang bisa Anda belakangkan prioritasnya. Biskuit misalnya.

Baju? Enggak wajib. Baju memang penting, tapi Anda mungkin bisa menekan jumlah rupiah yang Anda keluarkan untuk baju kalau memang pengeluaran Anda untuk baju terasa besar. Kalau biasanya beli baju baru sebulan sekali, sekarang coba dijadikan dua bulan sekali.

Mudah-mudahan Anda mengerti maksud saya bahwa hampir semua pengeluaran yang Anda lakukan sifatnya adalah tidak wajib. Sekali lagi, tidak wajib di sini adalah bahwa jumlah uang yang Anda keluarkan sebetulnya tidak harus sebesar sekarang. Anda bisa menekannya kalau Anda mau, terutama apabila Anda selalu mengalami defisit setiap bulan. Anda bisa kalau Anda mau.

Jangan merasa tertekan atau terjebak dengan tulisan saya kali ini. Di lain pihak, memang ada banyak pengeluaran dalam hidup Anda yang tidak bisa Anda ubah dengan mudah atau dengan cepat. Sebagai contoh, kalau Anda membeli kendaraan seperti mobil atau motor, Anda pasti akan dengan rutin mengeluarkan biaya untuk perawatannya, di mana jumlahnya tidak selalu bisa Anda tekan.

Page 26: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Anda bisa mengendalikan pengeluaran-pengeluaran yang tidak wajib itu kalau Anda mau. Hanya saja Anda mungkin belum menyadarinya karena Anda sudah terlalu lama mengeluarkan jumlah uang yang sama untuk membayar pengeluaran-pengeluaran tersebut.

Prinsipnya, bila pengeluaran Anda setiap bulannya selalu lebih besar daripada pemasukan Anda (defisit), hal itu biasanya terjadi bukan karena kecilnya penghasilan Anda, tapi karena sikap Anda sendiri. Dan sikap itulah yang harus berubah terlebih dahulu kalau Anda ingin menghilangkan defisit Anda setiap bulan.

Kalau sikap Anda tidak berubah, maka seberapa pun besarnya penghasilan Anda nantinya, Anda tetap saja akan mengalami defisit. Sampai kapan pun.

Page 27: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

7. JANGAN ANGGAP REMEH UANG RECEH Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 652/XIII

Kalau saya anggap bahwa sebagian besar dari Anda pada saat ini masih mencicil rumah, maka sangat mungkin sekali bahwa cicilan rumah yang Anda bayar menghabiskan sekitar 30 persen dari penghasilan keluarga Anda.

Bila Anda membaca tulisan di NOVA beberapa nomor yang lalu bahwa Anda sebaiknya menabung sebelum membayar biaya hidup Anda, maka sangat mungkin pula Anda sekarang mulai melakukannya. Apa yang Anda tabung? Mungkin saja untuk pendidikan anak Anda kelak. Apakah mungkin Anda menabung sekitar 15 persen dari penghasilan Anda untuk pendidikan anak Anda kelak? Ya, sangat mungkin sekali.

Apa lagi pengeluaran yang mungkin ada? Ah, ya. Sangat mungkin sekali Anda juga membayar premi asuransi. Entah itu asuransi jiwa, kesehatan, atau kerugian (untuk rumah dan mobil Anda). Bisa saja Anda menghabiskan sekitar 20 persen dari penghasilan Anda untuk membayar asuransi-asuransi itu. CUMA "UANG RECEH"?

Sekarang mari kita berhitung. Dengan perkiraan kondisi seperti di atas, maka total pengeluaran Anda kemungkinan akan seperti di bawah ini.

UANG MASUK Penghasilan : 100 persen

UANG KELUAR Cicilan Hutang : 30 persen Tabungan Rutin : 15 persen Premi Asuransi : 20 persen Total : 65 persen dari penghasilan

Ini berarti, sebelum Anda sempat belanja kebutuhan hidup sehari-hari, atau sepasang sepatu atau pakaian, atau biaya transportasi sehari-hari, dan sebelum Anda membayar kebutuhan rekreasi, sekitar 65 persen dari penghasilan Anda sudah berkurang.

Page 28: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Dengan jumlah sisa penghasilan keluarga yang hanya 35 persen, Anda memutuskan untuk pergi makan ke restoran fast food. Sekali makan menghabiskan sepuluh ribu rupiah. "Ah... enggak ada masalah," begitu pikir Anda. Toh cuma sepuluh ribu ini.

Setelah mengeluarkan jumlah uang yang cukup besar untuk membayar cicilan rumah, menabung buat anak, dan membayar premi asuransi, apa bedanya keluar uang sepuluh ribu untuk makan di restoran? Toh itu cuma "uang receh" kata Anda. BEDANYA BANYAK SEKALI!

Betul. Kalau Anda keluar uang sepuluh ribu rupiah setiap hari untuk makan di restoran, atau beli cokelat, bahkan beli majalah atau apa pun, maka dalam duapuluh tahun saja Anda akan keluar uang Rp 206 juta! Itu dengan asumsi bahwa setiap tahun harga-harga naik sebesar 10 persen per tahun. Bayangkan, itu adalah jumlah "uang receh" yang Anda keluarkan setiap hari.

Karena itu, saran saya kali ini adalah: jangan meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil yang Anda lakukan setiap hari, sekecil apa pun. Tetap kendalikan pengeluaran dalam keluarga Anda. Kalau Anda mencicil rumah, mobil, atau menabung secara rutin untuk anak Anda setiap bulan, Anda tentunya tidak mengontrol pengeluaran tersebut setiap hari.

Tapi untuk pengeluaran-pengeluaran lainnya, maka biasanya Anda lakukan setiap hari. Karena itu, tidak ada salahnya jika pengontrolan terhadap pengeluaran-pengeluaran kecil itu juga dilakukan setiap hari.

Saya tidak menyarankan Anda untuk berhenti makan di restoran. Saya juga tidak menyarankan Anda untuk tidak membeli majalah, beli cokelat atau apa pun. Yang saya sarankan untuk Anda adalah agar Anda mengendalikan pengeluaran-pengeluaran kecil Anda. Karena bila Anda tidak mengendalikannya, maka Anda sendirilah yang akan rugi karena Anda akan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk hal-hal yang belum tentu penting.

Nah, setiap kali Anda datang ke supermarket, restoran, toko baju, atau apa pun itu, tanyakan kepada diri Anda pertanyaan sebagai berikut: apakah pengeluaran yang saya lakukan ini akan membantu saya mencapai tujuan-tujuan keuangan saya?

Page 29: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

8. PENTINGNYA PUNYA DANA CADANGAN Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom

Seringkali dalam hidup terjadi suatu hal yang bersifat emergency yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Contohnya adalah ketika Anda di PHK sehingga harus mengambil dana guna membiayai hidup selama masih belum mendapatkan pekerjaan.

Itu contoh yang 'besar'. Contoh kecilnya mungkin ketika anak Anda sakit dan harus dirawat di RS yang mungkin membutuhkan dana.

Tetapi yang sering terjadi, banyak orang yang tidak memiliki dana tersebut. Ini karena setiap kali mereka mendapatkan income, mereka selalu menghabiskannya. Itulah sebabnya, seseorang yang mengalami PHK umumnya mendapatkan apa yang namanya Uang Pesangon. Uang ini bisa membiayai hidupnya selama tidak bekerja. Namun demikian, besarnya pesangon tersebut seringkali dirasakan tidak mencukupi bagi mereka yang mendapatkannya.

Jadi, tak perlu dikatakan lagi, penting sekali memiliki persediaan dana dalam rekening Anda, yang bisa digunakan sebagai dana cadangan untuk membiayai hidup Anda apabila terjadi sesuatu. Karena itu, persediaan dana ini disebut Dana Cadangan. Besar Dana Cadangan yang dibutuhkan

Jumlah Dana Cadangan yang dibutuhkan sangat tergantung dari seberapa besar pengeluaran Anda setiap bulan, dan seberapa stabilnya penghasilan Anda.

Sebagai contoh, bila Anda bekerja dan mendapatkan penghasilan (berupa gaji) sebesar Rp 2 juta per bulan, dan memiliki pengeluaran sebesar Rp 1,5 juta per bulan, maka Anda membutukan jumlah Dana Cadangan sebesar tiga sampai enam bulan pengeluaran Anda. Ini berarti, Anda harus memiliki Dana Cadangan sebesar Rp 4,5 s/d 9 juta dalam rekening Anda sebagai persediaan apabila Anda harus mengalami kehilangan penghasilan.

Page 30: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Tetapi, bila penghasilan yang Anda dapatkan tidak stabil, seperti komisi yang jumlahnya tidak tetap, maka jumlah Dana Cadangan yang saya sarankan adalah sebesar 12 bulan pengeluaran bulanan. Ini berarti, bila pengeluaran Anda mencapai Rp 1,5 juta per bulan, maka Anda harus memiliki Dana Cadangan sebesar Rp 18 juta dalam rekening. Jadi intinya di sini, semakin besar risiko tidak berpenghasilan dalam pekerjaan Anda, semakin besar juga jumlah Dana Cadangan yang sebaiknya Anda miliki. Di mana Dana Cadangan harus disimpan?

Pertanyaannya sekarang, di mana Anda harus menaruh Dana Cadangan Anda? Ada dua kategori yang harus dipenuhi sebagai tempat menyimpan Dana Cadangan tersebut:

1. Aman (Anda tidak akan kehilangan uangnya dan jumlahnya tidak berkurang)

2. Likuid (Anda bisa mengambilnya kapanpun tanpa dikenakan penalti).

Tentunya, deposito merupakan tempat yang aman bagi uang Anda, karena jumlah uang yang Anda masukkan tidak akan berkurang. Tetapi, deposito tidak likuid karena Anda tidak bisa mengambilnya kecuali bila sudah jatuh tempo. Bila belum jatuh tempo, maka Anda akan dikenakan penalti bila akan mengambil uang itu.

Hanya ada empat tempat yang bisa Anda gunakan untuk menyimpan Dana Cadangan Anda:

1. Lemari Anda 2. Tabungan di Bank 3. Giro di Bank 4. Reksa Dana Pasar Uang

Namun demikian, bila jumlah Dana Cadangan Anda memang dirasakan cukup besar, maka mungkin tidak apa-apa untuk memasukkannya sebagian ke dalam deposito, asalkan dengan masa jatuh tempo yang tidak terlalu lama, yaitu satu atau tiga bulan. Jangan Memiliki Dana Cadangan Terlalu Banyak

Page 31: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Batasi jumlah Dana Cadangan Anda sampai sebesar 12 bulan pengeluaran bulanan Anda. Ini karena Dana Cadangan Anda akan disimpan dalam tempat yang bunganya kecil, atau di tempat yang tidak menghasilkan bunga sama sekali (kalau menyimpannya di lemari). Sehingga, apabila Anda memiliki jumlah Dana Cadangan yang terlalu besar, maka ini berarti sebagian dari dana Anda tidak akan produktif. Bila Belum Memiliki Dana Cadangan

Bila Anda pada saat ini belum memiliki Dana Cadangan, maka tak ada jalan lain bagi Anda kecuali dengan menabung. Anda bisa menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan Anda, yang bisa dilakukan di muka setiap kali mendapatkan penghasilan. Dengan 'menumpuk' dana sedikit demi sedikit, maka pada akhirnya Anda akan memiliki jumlah Dana Cadangan yang Anda butuhkan. Jadi, Dana Cadangan itu mungkin tak akan langsung terkumpul, tetapi harus menunggu selama tiga, enam atau bahkan duabelas bulan. Ini tentunya masih lebih baik daripada Anda tidak memiliki Dana Cadangan sama sekali.

Page 32: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

9. MENGHITUNG PERKIRAAN BIAYA PENDIDIKAN Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 756/XIV

Ketika beberapa hari lalu saya berbicara di sebuah seminar di Surabaya, saya kaget ketika seorang peserta seminar bercerita tentang mahalnya biaya masuk kuliah dari sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Jumlahnya tidak usah saya ceritakan berapa, tapi yang jelas sangat mahal. Padahal, itu baru uang masuknya doang.

Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa yang namanya Biaya Pendidikan harus dipersiapkan sejak sekarang. Betul, memang tidak semua Biaya Pendidikan itu mahal. Bervariasinya bentuk sekolah,

terutama sekolah yang jenjangnya sudah cukup tinggi seperti Sekolah Tinggi, Akademi atau Universitas, membuat tidak semua standar biaya bisa sama. Jangankan pendidikan tinggi, jenjang sekolah yang lebih rendah seperti SD, SMP dan SMU saja bisa bervariasi biayanya satu sama lain. Itulah karenanya beberapa di antara Anda ada yang merasa mampu untuk membayar biaya pada Sekolah A, tetapi tidak mampu untuk membayar biaya pada Sekolah B yang harganya lebih mahal.

Namun demikian, perlu diketahui bahwa bukan berarti Sekolah A yang biayanya dinilai murah tersebut akan tetap sama murahnya pada tahun-tahun mendatang. Ini karena yang namanya Biaya Pendidikan pasti akan naik terus dari tahun ke tahun. Jadi, kalaupun sekarang ada sekolah yang biaya pendidikannya dirasa tidak mahal, tetapi karena biaya tersebut naik terus tiap tahun, jatuh-jatuhnya pasti mahal.

Saya beri contoh sederhana saja: anggap saja sekarang anak Anda berusia 3 tahun. Pertanyaannya gampang, kalau sekarang Uang Pangkal SMU adalah Rp 4 juta, dan usia rata-rata seseorang masuk SMU adalah ketika pada usia 15 tahun, apakah nantinya Anda akan membayar jumlah yang sama ketika nantinya anak Anda masuk SMU sekitar 12 tahun lagi?

Pasti beda, karena nantinya Biaya Pendidikan tersebut pasti akan jauh lebih mahal.

Page 33: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

CARA MENGHITUNG

Lalu, bagaimana cara Anda bisa menghitung dan memperkirakan jumlah Biaya Pendidikan anak Anda kelak kalau biaya pendidikan selalu naik dari tahun ke tahun? Kan, Anda tidak tahu berapa persen jumlah kenaikannya setiap tahun?

Betul. Kita memang tidak bisa memperkirakan dengan pasti berapa jumlah Biaya Pendidikan anak kita kelak. Yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan asumsi tertentu, dan berharap supaya pengandaian tersebut tidak meleset. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan asumsi bahwa setiap tahun Biaya Pendidikan akan selalu naik sebesar 10 persen setiap tahun. Rata-rata.

Dengan demikian, kalau misalnya Uang Pangkal masuk SMU pada saat ini adalah Rp 4 juta, tahun depan bisa diperkirakan bahwa Uang Pangkal tersebut akan menjadi Rp 4.400.000,-. Darimana angka itu didapat? Gampang: Rp 4 juta + (10% x Rp 4 juta) TINGGAL DIKALIKAN

Sebetulnya, selain cara di atas, Anda juga bisa memakai rumus: Rp 4 juta X 1,1.

Lho, kok 1,1? Dapat dari mana itu? Oh, itu sih cuma matematika sederhana. 1,1 kan sama dengan 10% di atasnya 100%. Jadi, 1,1 itu adalah bentuk desimal agar Anda lebih cepat dalam melakukan perkalian memperkirakan jumlah Biaya Pendidikan.

Tapi kalau Anda mau pakai pengandaian kenaikan Biaya Pendidikan 20% per tahun, maka Anda bisa menggunakan bentuk desimal 1,2. Kalau asumsi kenaikan Biaya Pendidikannya adalah 30% per tahun, gunakan bentuk desimal 1,3. Begitu seterusnya.

Nah, kembali ke contoh kenaikan 10% dalam satu tahun, maka apabila tahun ini Uang Pangkal masuk SMU adalah Rp 4 juta, maka tahun depan angka tersebut diperkirakan menjadi: Rp 4 juta x 1,1 = Rp 4.400.000.

Page 34: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Itu untuk tahun depan. Kalau untuk dua tahun ke depan bagaimana? Anda bisa melakukan perkalian tersebut diatas dengan cara mengulangnya sampai dua kali, seperti ini: Rp 4 juta x 1,1 X 1,1

Kalau untuk lima tahun ke depan bagaimana?

Ulang perkalian tersebut sampai lima kali, seperti ini: Rp 4 juta x 1,1 X 1,1 X 1,1 X 1,1 X 1,1. Kalau untuk 12 tahun ke depan? Ulang sampai duabelas kali. Begitu seterusnya.

Memang, yang namanya perkiraan Biaya Pendidikan seringkali tidak bisa dihitung dengan cara yang sesederhana itu. Tapi melakukan perkiraan jelas masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Dengan adanya angka perkiraan seperti yang sudah Anda pelajari di atas tadi, maka Anda bisa lebih mudah dalam melakukan persiapan. Ibarat Anda sedang bepergian, Anda tahu dengan pasti ke mana arah yang sedang Anda tuju.

Jadi, kalau Anda ingin mempersiapkan dana pendidikan untuk anak Anda, hal yang paling penting adalah dengan melakukan perhitungan tentang berapa perkiraan jumlah Biaya Pendidikan anak Anda kelak. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengatur strategi agar siap bila tiba saatnya

nanti.

Page 35: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

10. PERSIAPAN DANA PENDIDIKAN: PENTING TIDAK SIH?

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 753/XIV

Bulan Juli yang baru saja berlalu merupakan bulan dimulainya tahun ajaran baru 2002. Selalu bisa ditebak bahwa setiap kali awal tahun ajaran baru, semua orang sepertinya bicara tentang pentingnya pendidikan. Dan kalau Anda perhatikan, hal ini biasanya menular kepada semangat bersekolah dari anak itu sendiri. Coba perhatikan betapa bersemangatnya anak-anak Anda ketika mereka

masuk sekolah kemarin.

Wajar saja, kalau Anda sebagai orang tua menunjukkan semangat tentang pentingnya pendidikan, ditambah lagi lingkungan di sekitar Anda juga menunjukkan semangat yang sama, maka pastilah semangat tersebut juga akan tertular ke anak Anda sehingga wajar bila anak-anak sekolah sangat bersemangat masuk sekolah pada hari-hari pertama tahun ajaran baru kemarin.

Tetapi sayangnya, dari pengalaman saya selama ini, saya banyak menemukan orang tua yang walaupun sadar bahwa pendidikan itu sangat penting tetapi tidak begitu mempedulikan persiapan dana pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh, banyak cerita tentang beberapa orang tua yang meminjam uang kesana-kemari pada saat datangnya tahun ajaran baru. Selain itu, Kantor Pegadaian juga penuh karena banyak orang yang menggadaikan barang-barangnya untuk membayar uang sekolah anak.

Kenapa sih orangtua kadang tidak siap dari segi dana ketika tiba waktunya si anak masuk sekolah? Jawabannya, mungkin karena orangtua tidak menganggap bahwa dana pendidikan itu penting untuk dipersiapkan sejak sekarang. Lho, apakah memang penting menyiapkan dana pendidikan untuk anak? Jawabannya saya tulis besar-besar di sini: PENTING.

Ada empat alasan kenapa dana pendidikan penting untuk dipersiapkan, bahkan kalau bisa sejak sekarang:

Page 36: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

1. Mahalnya Biaya Pendidikan Pada Saat Ini

Biaya Pendidikan pada saat ini sudah cukup tinggi. Sebuah universitas swasta terkenal di Jakarta ada yang meminta uang kuliah sebesar sekitar Rp 60 - 70 juta bagi mereka yang masuk kuliah tahun 2002 ini selama 5 tahun sampai lulus nanti. Bagi banyak orang, biaya pendidikan setinggi itu sudah tentu terasa mencekik leher.

2. Naiknya Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun

Sudah biaya pendidikan di rasa mahal, jumlah tersebut biasanya akan terus naik dari tahun ke tahun. Dengan asumsi kenaikan sebesar 10 persen per tahun, maka dalam 17 tahun mendatang, bukan tidak mungkin Biaya Kuliah selama 5 tahun di S1 bisa mencapai sekitar Rp 300 juta.

3. Ekonomi Tidak Selalu Baik

Orang tua bisa saja menganggap bahwa penghasilannya sekarang aman-aman saja mengingat baiknya keadaan ekonomi sekarang ini. Sehingga mereka yakin bila si anak masuk sekolah nanti, dananya pasti tersedia. Tetapi, bila keadaan ekonomi menurun, bukan tidak mungkin penghasilan orang tua menjadi berkurang atau malah berhenti sehingga bisa saja dana pendidikan untuk si anak tidak akan siap bila dibutuhkan.

4. Fisik Manusia Tidak Selalu Sehat

Jangan anggap bahwa fisik manusia akan selalu sehat untuk bisa terus bekerja dan mendapatkan penghasilan. Bila Anda tidak menabung dan mempersiapkan dana pendidikan anak dari sekarang, maka bila suatu saat kelak fisik Anda tidak memungkinkan untuk Anda bisa terus bekerja, jangan harap dana pendidikan untuk anak Anda bisa tersedia.

Selain keempat alasan di atas, sebetulnya ada satu alasan lagi yang membuat kenapa dana pendidikan penting sekali untuk dipersiapkan sejak sekarang,

yaitu: "Karena jadwal pendidikan anak Anda tidak mungkin dimundurkan atau ditunda." Jadwalnya sudah pasti. Contohnya, kalau anak Anda sudah waktunya masuk SD tetapi Anda tidak punya dana yang cukup untuk

Page 37: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

membayar uang pangkal-nya, masak Anda mau memundurkan jadwal anak Anda masuk SD ke tahun berikutnya hanya supaya Anda bisa membayar biaya uang pangkal-nya secara penuh? Tidak, kan? Jadi, persiapkan dana

pendidikan anak Anda sejak sekarang. Jangan tunda lagi. Tentang bagaimana cara menghitung dana pendidikan, akan saya jelaskan dalam kesempatan

mendatang.

Page 38: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

11. ASURANSI APA SAJA YANG KITA PERLU? Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 787/XIV

Manusia berencana, namun Tuhan juga yang menentukan. Ungkapan ini sepertinya sudah lazim kita dengar dan mungkin juga sudah ada sejak zaman dahulu kala. Jika kita cermati, ungkapan ini sebetulnya mengandung satu pesan tersembunyi: hidup ini penuh dengan risiko. Apa saja? Banyak sekali, Bapak-Ibu. Dari risiko paling kecil, seperti tepeleset di kamar mandi, sampai risiko kehilangan harta benda, anggota tubuh, bahkan nyawa.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita sebaiknya pasrah saja, atau justru melakukan persiapan terbaik untuk berjaga-jaga seandainya risiko itu tiba. Sebagai perencana keuangan, tentu saja saya menyarankan pilihan terakhir. Bukan maksud saya mengajak Anda untuk berpikir pesimis, tapi sebaliknya justru mengajak Anda berpikir jauh ke depan. Ada banyak tujuan di depan sana yang masih ingin Anda capai. Karena itu, dalam mencapai tujuan-tujuan tadi, seyogianya Anda juga mempersiapkan diri menghadapi sejumlah risiko yang mungkin saja terjadi.

Salah satu antisipasi risiko yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengambil sejumlah asuransi. Berikut ini saya akan memberitahukan berbagai risiko yang mungkin terjadi pada Anda, dan asuransi untuk mengantisipasinya.

1. Kematian

Risiko kematian bisa terjadi kapan saja tanpa terduga. Bila yang meninggal adalah sebatang kara, tentu tak terlalu masalah. Repotnya kalau yang meninggal itu masih punya tanggungan anak-anak atau anggota keluarga lain. Bagaimana jadinya nasib mereka? Dari mana mereka bisa makan dan membayar uang sekolah?

Bila Anda saat ini mempunyai orang lain yang hidupnya Anda tanggung, tentunya pengambilan asuransi jiwa patut dipertimbangkan. Bila ada asuransi jiwa, maka orang yang Anda tinggalkan akan mendapatkan sejumlah uang pertanggungan yang bisa dia pakai untuk membiayai

Page 39: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

hidupnya. Jadi, ada pihak ketiga yang akan "menjaga" orang yang Anda tinggalkan.

Ada banyak perusahaan asuransi yang memberikan layanan ini. Semuanya berusaha memberikan layanan terbaik dengan berbagai bujukan lainnya. Anda tak perlu buru-buru menutup diri atau memilih. Gunakan waktu Anda untuk menyeleksi perusahaan mana yang memberikan tawaran dan pelayanan terbaik.

2. Kecelakaan

Di mana pun Anda berada, risiko kecelakaan pasti akan tetap saja ada. Anda naik pesawat, kereta api, kapal laut, peluang sekecil apa pun selalu ada. Bahkan ada kejadian orang sedang berjalan di lapangan terbuka tiba-tiba kejatuhan pesawat terbang. Pernah pula ada bus nyelonong menabrak rumah dan mencelakai penghuninya yang sedang tidur.

Apa yang terjadi kalau Anda mengalami kecelakaan? Anda biasanya akan dibawa ke rumah sakit. Anda juga akan menginap kalau luka-luka Anda perlu perawatan cukup lama. Akibat terburuk, Anda cacat. Bisa jadi salah satu organ atau anggota tubuh Anda tidak berfungsi. Akibatnya, Anda tidak bisa lagi bekerja dan mendapatkan penghasilan.

Karenanya, Bapak-Ibu, untuk mengantisipasi risiko ini ambil saja asuransi kecelakaan. Asuransi kecelakaan memberikan uang pertanggungan bila Anda mengalami kecelakaan sehingga harus dirawat inap di RS, mengalami cacat, atau bahkan kematian. Sama seperti asuransi kematian, ada banyak perusahaan yang menawarkan asuransi kecelakaan. Umumnya mereka memberikan premi yang terjangkau.

3. Sakit

Sakit itu mahal. Kalau Anda sakit, paling tidak Anda harus pergi ke dokter sehingga ada biaya konsultasi yang harus Anda bayar. Belum lagi obat dan kalau dirawat inap di RS. Iya kalau uangnya ada. Kalau tidak? Beberapa RS saja sekarang meminta uang muka sebelum Anda masuk dirawat. Belum lagi kalau Anda harus dioperasi.

Page 40: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Untuk berjaga-jaga dari situasi ini, Anda bisa mengambil asuransi kesehatan. Dibanding beberapa tahun lalu, sekarang sudah makin banyak perusahaan asuransi menjual produk ini. Ada produk yang memberikan penggantian RS saja, atau penggantian RS plus penggantian rawat jalan, plus obat juga. Sekarang, tinggal Anda saja yang menentukan pilihan paling sesuai dengan kebutuhan Anda.

4. Musibah atas Rumah

Belakangan ini kita sering menyaksikan berita terjadinya kebakaran. Baik itu pasar, kantor, maupun pemukiman. Nah, kalau musibah itu menimpa rumah yang Anda tempati sekarang, bayangkan apa yang akan terjadi. Repotnya, tidak semua orang memiliki cukup uang untuk membangun kembali rumahnya yang terkena musibah, sehingga banyak yang akhirnya harus menumpang di rumah saudara, atau lebih apes lagi di tenda-tenda darurat. Untuk jenis musibah macam ini juga tersedia asuransinya. Biasanya dengan harga cukup terjangkau.

5. Musibah atas Kendaraan

Anda punya mobil atau sepeda motor? Kendaraan Anda juga memiliki kemungkinan mengalami kecelakaan. Sekarang ini saja kalau menyetir, hampir bisa dipastikan ada saja kendaraan lain memepet-mepetkan kendaraannya ke kendaraan saya. Dan itu terjadi hampir setiap hari, terutama di kota-kota besar. Bahkan sudah mengemudi dengan sangat hati-hati pun masih bisa jadi korban akibat ulah pengemudi lain yang tak kenal aturan.

Bila risiko terjadi kecelakaan memang cukup besar, tak ada salahnya mengambil asuransi kendaraan. Terlebih lagi bila kendaraan itu menunjang Anda dalam mencari nafkah. Bila Anda asuransikan, saat terjadi kerusakan maka perusahaan asuransi-lah yang akan menanggungnya.

Kesimpulannya, ada berbagai asuransi yang Anda prioritaskan. Selanjutnya Anda bisa menentukan, apakah perlu mengambil beberapa saja atau memang memerlukan semuanya. Andalah yang tahu persis kondisi diri Anda. Selamat berasuransi.

Page 41: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

12. 7 PENYEBAB UANG ASURANSI TAK DIBAYAR Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid Nova No. 744/XIII

Asuransi? Aduuuh..., tetangga sebelah saya sudah sering, tuh nawarin asuransi. Tapi saya enggak pernah tertarik. Kayaknya mereka cuma janji-janji aja..." Ya, beberapa di antara Anda mungkin berpikir bahwa asuransi cuma bisa memberikan janji-janji tanpa ada bukti. Akan tetapi, apakah Anda sudah pernah membuktikannya? Kalau belum, mungkin Anda harus ikut asuransi dulu, baru membuktikan apakah Perusahaan Asuransi (PA) Anda memang ingkar janji atau termasuk yang baik.

Kasus PA yang ingkar janji sebaiknya dilihat kasus per kasus, jangan digeneralisasi. Maksudnya, jangan hanya gara-gara satu PA tidak menepati janji, lalu Anda menganggap semua PA enggak

benar. Tidak dibayarnya uang asuransi oleh sebuah PA bisa karena berbagai hal. Nah, artikel kali ini akan membahas apa saja penyebab Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa tidak dibayarkan kepada nasabah.

KESALAHAN DARI PIHAK NASABAH

Tidak semua kegagalan pembayaran klaim disebabkan oleh PA. Bisa juga penyebabnya adalah nasabah sendiri. Umumnya ada lima kesalahan nasabah yang bisa menyebabkan Uang Asuransi tak dibayarkan:

1. Ketidakjujuran Nasabah

Sebelum seseorang memiliki produk Asuransi Jiwa, ia lebih dulu harus mengisi Surat Permohonan (SP) Asuransi. Dalam SP terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang calon nasabah, dan dari jawaban-jawaban itulah PA akan melihat apakah akan memberikan perlindungan Asuransi Jiwa kepada Anda atau tidak.

Nah, saat mengisi SP inilah seringkali calon nasabah tidak memberikan jawaban yang benar. Misalnya, dalam SP terdapat pertanyaan tentang apakah Anda pernah dirawat di RS dalam dua tahun terakhir. Jika Anda

Page 42: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

menjawab tidak - padahal pernah dirawat di RS enam bulan lalu misalnya - maka bila terjadi kematian pada Anda dan PA menemukan bahwa penyebab kematian Anda adalah karena adanya penyakit yang pernah membuat Anda masuk RS sekitar enam bulan lalu, yah... jangan harap PA akan membayar UP yang mereka janjikan.

2. Adanya pengecualian oleh PA dalam membayar Uang Pertanggungan

Kadang-kadang PA Jiwa tidak memberikan manfaat yang mereka janjikan bila ternyata penyebab kematian Anda memang dikecualikan (dan pengecualian itu ditulis dalam polis). Mengenai pengecualian ini, umumnya PA menetapkan jumlah pengecualian yang bervariasi. Akan tetapi, umumnya adalah:

1. Kematian karena bunuh diri 2. Kematian karena orang yang bersangkutan melakukan tindak

kriminal 3. Kematian karena AIDS 4. Kematian karena penyakit kritis, dimana kematian terjadi pada

tahun pertama dia mengikuti program asuransi dari PA bersangkutan

5. Kematian karena force majeure, atau hal-hal yang memang tidak bisa dihindari, seperti perang, bencana alam, atau huru-hara

Nah, seringkali pengecualian-pengecualian yang terdapat dalam polis itu tidak dibaca oleh nasabah, sehingga ia merasa dirugikan ketika Uang Pertanggungan Asuransinya tidak dibayar. Karena itulah, jika Anda memiliki Polis Asuransi, sempatkan lagi untuk membaca pasal-pasal yang ada dalam polis.

3. Nasabah terlalu lama mengajukan klaim

Umumnya, PA menetapkan batasan waktu pengajuan klaim asuransi. Biasanya, batasan waktu yang ditetapkan adalah tiga bulan. Repotnya, nasabah seringkali mengajukan klaim di luar batas waktu tersebut, sehingga PA sulit memenuhinya.

Sebagai contoh, suami Anda mengikuti sebuah Program Asuransi Jiwa dengan Anda sebagai ahli warisnya. Bila terjadi kematian pada suami Anda, maka Anda hanya bisa mendapatkan manfaat asuransi yang

Page 43: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

dijanjikan apabila pengajuan klaim Anda masih berada dalam batas waktu tiga bulan setelah kematian tersebut. Jika tidak, perusahaan asuransi mungkin tidak mau memberikan manfaat yang mereka janjikan.

Sekarang, bagaimana Anda bisa tahu lama batasan waktu yang diberikan oleh PA Anda dalam mengajukan klaim kematian? Anda bisa membacanya di Polis Asuransi Anda. Setelah itu, jika nanti betul terjadi risiko kematian, segeralah ajukan klaimnya kepada PA.

4. Syarat-syarat saat pengajuan klaim kurang lengkap

PA biasanya meminta sejumlah persyaratan saat pengajuan klaim apabila betul terjadi risiko kematian pada orang yang ditanggung. Persyaratan-persyaratan itulah yang sering tidak dipenuhi atau dilengkapi oleh ahli waris nasabah, sehingga PA tentu tidak bisa langsung membayar klaim mereka.

Biasanya, persyaratan-persyaratan yang diminta oleh PA bila Anda ingin mengajukan klaim kematian adalah:

1. Surat Keterangan Kematian dari RT/RW setempat 2. Surat Keterangan Kecelakaan dari Kepolisian (jika kematian

terjadi karena kecelakaan) 3. Surat Keterangan dari RS (jika kematian terjadi di RS), dimana

surat itu ditandatangani oleh dokter bersangkutan 4. Mengisi Formulir Pengajuan Klaim yang diterbitkan oleh PA 5. Fotokopi Identitas Diri Ahli Waris

Jadi, bila terjadi risiko kematian, jangan lupa memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh PA. Enggak sulit, kan?

5. Tidak dibayarnya premi oleh nasabah dalam jangka waktu yang sudah ditentukan

Ini sudah jelas. Jika Anda tidak membayar premi sesuai jangka waktu yang ditentukan, bisa saja Polis Asuransi Anda menjadi tidak berlaku lagi. Ini berarti, Anda tidak lagi dilindungi asuransi. Inilah yang sering terjadi. Di awal-awal, nasabah rajin membayar premi, tetapi pada suatu saat tertentu, premi tidak lagi dibayar, bahkan hingga batas waktu tertentu. Ini sama saja dengan kalau Anda memakai listrik dan tidak

Page 44: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

membayarnya dalam batas waktu tertentu, sehingga listrik Anda di rumah terancam diputus oleh PLN.

Karenanya, pastikan Anda mengetahui peraturan pembayaran premi Anda. Jangan sampai Polis Asuransi Anda menjadi tidak berlaku lagi hanya gara-gara Anda lupa membayar premi tepat waktu.

KESALAHAN DARI PIHAK PERUSAHAAN ASURANSI

Selain dari sisi nasabah, tidak dibayarnya Uang Asuransi dapat juga disebabkan oleh kesalahan yang ditimbulkan oleh PIHAK PA. Ada beberapa sebetulnya, tetapi yang umum terjadi hanya ada dua:

1. Ketidakjujuran Agen Asuransi dalam mempresentasikan produk asuransinya

Bisa saja Agen Asuransi Anda tidak jujur dalam mempresentasikan produk Asuransi Jiwa-nya. Sebagai contoh, ketika bertemu, ia mengatakan bahwa PA akan membayar UP Asuransi Jiwa bila kematian disebabkan penyakit kritis, termasuk apabila risiko tersebut terjadi di tahun pertama. Padahal umumnya tidak demikian.

Memang, tidak setiap PA punya kebijakan yang sama. Jadi saran saya, apa yang Anda lihat dalam Polis Asuransi Anda itulah yang harus dijadikan rujukan, bukan dari apa yang dikatakan Agen Asuransi. Umumnya PA memberikan semacam Jaminan Uang Kembali kalau ternyata Anda tidak puas terhadap pasal-pasal yang tertera dalam polis. Anda bisa mengembalikan polisnya, dan uang Anda akan kembali. Tentu saja, selama pengembalian polis itu berada dalam batas jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh PA, yang biasanya 30 sampai 90 hari.

Lalu, apakah semua Agen Asuransi tidak bisa dipercaya? Ya, enggak, dong. Itu, kan kembali ke orangnya. Jangan gara-gara ada satu agen yang 'enggak bener', lalu Anda menyamakan semua agen asuransi di dunia ini 'nggak bener'. Sekali lagi, itu semua kembali ke karakter masing-masing.

Nah, untuk membuktikan apakah presentasi yang diberikan Agen Asuransi Jiwa benar, Anda tinggal mencocokkan saja dengan Polis Asuransi yang diterbitkan. Bila sama, berarti Agen Asuransi Anda

Page 45: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

memang jujur dan bisa dipercaya. Bila tidak, laporkan saja dia pada Perusahaan Asuransi-nya.

2. Perusahaannya yang bandel

Jika ternyata Anda telah memenuhi semua persyaratan yang diminta, jujur dalam mengisi SP, rajin membayar premi, mengirimkan pengajuan klaim masih dalam jangka waktu yang ditentukan, tetapi klaim Anda masih juga belum dibayarkan, coba cek lagi. Bisa saja perusahaannya yang bandel.

Terus, gimana dong solusinya? Coba tulis saja Surat Pembaca di NOVA. Mudah-mudahan PA Anda akan memperhatikan dan segera membayar klaim Anda.

Page 46: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

13. LANGKAH-LANGKAH MENGANTISIPASI RISIKO Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid Nova No. 639/XIII

Risiko adalah segala hal yang bisa terjadi pada diri manusia yang tidak diinginkan untuk terjadi. Setiap manusia memiliki risiko atas apa pun yang dia lakukan. Selain itu, hidup manusia sendiri juga mengandung banyak risiko.

Ada beberapa risiko yang bisa dihindari, dan ada beberapa risiko yang tidak bisa dihindari. Contoh dari risiko yang bisa dihindari adalah risiko kecelakaan atau risiko kecurian. Sedangkan contoh dari risiko yang tidak bisa dihindari adalah risiko kematian.

Efek dari risiko sering kali menimbulkan kerugian yang cukup besar. Entah kerugian dari sisi psikologis, maupun kerugian dari sisi keuangan. Kalau rumah Anda mengalami musibah kebakaran, maka Anda akan mengalami kerugian keuangan yang besarnya setara dengan nilai rumah Anda pada saat kebakaran itu terjadi. Karena itu, penting sekali bagi Anda untuk mengantisipasi setiap risiko yang mungkin terjadi pada diri Anda. TAK MESTI ASURANSI

Mendengar kata antisipasi risiko, pikiran Anda mungkin langsung terbawa ke istilah "asuransi". Dalam ilmu perencanaan keuangan, maksud dari asuransi adalah untuk melindungi (memproteksi) Anda dari kerugian keuangan yang mungkin timbul dari terjadinya suatu risiko. Sebagai contoh, Anda mungkin tidak bisa menghindar dari risiko kecelakaan pada diri Anda, tetapi Anda bisa memproteksi diri Anda dari kerugian keuangan yang mungkin timbul dari terjadinya kecelakaan tersebut.

Apakah semua risiko yang bisa terjadi pada Anda perlu diasuransikan? Jawabnya tidak. Sebagai contoh, sepatu yang sering Anda pakai punya kemungkinan untuk hilang dicuri. Tapi apa iya Anda akan mengasuransikan sepatu Anda? Besar kemungkinan tidak. Kenapa? Ini karena apabila sepatu Anda hilang, jumlah kerugian Anda mungkin tidak seberapa.

Lain halnya bila rumah Anda mengalami kebakaran, maka kerugian keuangan yang mungkin timbul bisa besar sekali. Itu sebabnya, Anda perlu mengambil asuransi kebakaran untuk rumah Anda.

Page 47: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

Pilihan untuk mengantisipasi risiko-risiko tersebut, disebut dengan Manajemen Risiko. Untuk mudahnya, saya sebut saja ini sebagai antisipasi risiko. Dalam tulisan kali ini, saya akan menunjukkan bagaimana Anda bisa mengantisipasi risiko-risiko yang bisa terjadi pada diri Anda. BERBAGAI PILIHAN

Kerugian keuangan bisa terjadi bila Anda mengalami kematian, kecelakaan, sakit, atau bila barang milik Anda hilang atau rusak. Kadang-kadang, kerugian keuangan juga bisa terjadi bila Anda mengalami tuntutan hukum dari pihak ketiga, semisal saat Anda menabrak orang lain hingga terluka dan Anda diharuskan untuk mengganti semua biaya pengobatannya.

Sekarang, pilihan-pilihan apa saja yang tersedia bagi Anda untuk mengantisipasi risiko? Kita anggap saja Anda diharuskan oleh bos Anda (atau siapa saja) untuk membawa sebuah paket dengan memakai kendaraan, dari kota A ke kota B. Namun demikian, keadaan jalanan yang ramai membuat Anda terancam mengalami risiko kecelakaan. Karena itu, ada sejumlah pilihan bagi Anda untuk mengantisipasi risiko tersebut:

1. Menghindari Rrisiko. Anda bisa menghindar dari risiko kecelakaan tersebut. Caranya, jangan menyetir. Tetapi konsekuensinya, paket Anda tidak akan terkirim.

2. Menghadapi Risiko. Anda bisa menyetir dan membawa paket tersebut seperti biasa tanpa perlu berhati-hati, dan Anda menerima konsekuensinya apabila risiko kecelakaan tersebut benar terjadi.

3. Mengurangi Risiko. Anda menyetir dan membawa paket tersebut, tetapi berhati-hati dalam menyetir. Dengan demikian, risiko kecelakaan dapat dikurangi.

4. Membagi Risiko. Paket yang harus Anda bawa dibagi dua dengan teman Anda. Dia membawa sebagian paket tersebut dalam kendaraan yang berbeda, begitu juga Anda.

5. Transfer Risiko. Anda minta kepada teman Anda yang membawakan seluruh paket tersebut.

Nah, sekarang kita coba praktekkan teori antisipasi risiko tersebut. Kita misalkan saja Anda ingin membeli rumah, tapi seperti rumah yang lain pada umumnya, rumah yang akan Anda beli memiliki risiko kebakaran. Untuk mengantisipasinya, maka pilihan-pilihan yang tersedia bagi Anda adalah:

Page 48: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

1. Mengontrak rumah saja, tidak usah membeli (menghindari risiko). 2. Membeli rumah, dan menghadapi saja risiko tersebut, di mana Anda

berharap agar risiko kebakaran tersebut tidak usah terjadi (menghadapi risiko).

3. Menyediakan tabung pemadam kebakaran di rumah Anda (mengurangi risiko).

4. Menyerahkan sebagian kerugian pada pihak lain apabila rumah Anda mengalami kebakaran (bagi risiko).

5. Menyerahkan seluruh kerugian pada pihak lain apabila rumah Anda mengalami kebakaran (transfer risiko).

Pilihan keempat dan kelima diatas itulah yang kita kenal dengan asuransi. Artinya, asuransi bisa menjadi pihak yang Anda serahi kerugian apabila Anda mengalami suatu risiko. MENGAMBIL KEPUTUSAN

Setelah Anda mengetahui pilihan-pilihan apa saja yang tersedia bagi Anda untuk mengantisipasi risiko, maka langkah Anda selanjutnya adalah dengan menulis risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi pada Anda, serta pilihan apa yang akan Anda gunakan untuk mengantisipasinya. Di bawah ini adalah langkah-langkahnya:

1. Kenali risiko Anda 2. Evaluasi akibatnya apabila risiko itu terjadi. 3. Ambil keputusan tentang pilihan apa yang akan Anda gunakan untuk

mengantisipasi risiko tersebut

Sebagai contoh, risiko yang mungkin terjadi pada diri Anda adalah kematian, kecelakaan, sakit, musibah atas kendaraan, musibah atas mobil, PHK, dan tidak bisa bekerja. Karena itu, langkah-langkahnya adalah:

1. Kenali risiko Anda: Kematian. 2. Evaluasi akibatnya: Biaya hidup keluarga yang Anda tinggalkan tidak

akan terbayar. 3. Ambil keputusan:

1. Menghindari Risiko: Dalam hal ini tidak mungkin menghindari risiko kematian.

2. Menghadapi Risiko: Bisa saja, dengan konsekuensi bahwa biaya hidup keluarga tidak akan terbayar

Page 49: Safir Senduk - Mengelola Keuangan Pribadi Keluarga

Disusun ulang oleh Koch S @ http://investasigo.com

Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)

3. Mengurangi Risiko: Risiko kematian tidak bisa dikurangi 4. Bagi risiko: Menyerahkan sebagian pembiayaan hidup keluarga

Anda pada pihak lain apabila Anda meninggal dunia 5. Transfer risiko: Menyerahkan seluruh pembiayaan hidup

keluarga Anda pada pihak lain apabila Anda meninggal dunia.

Terserah pada Anda, putusan mana yang hendak diambil.

Setelah Anda mengambil keputusan untuk satu risiko, maka ulangi langkah tersebut untuk risiko yang berikutnya (semisal kecelakaan). Begitu seterusnya. Maka sekarang Anda sudah memiliki program antisipasi risiko untuk keluarga Anda.