Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2016 Politik & Hukum MPR ...gelora45.com/news/SP2016102205.pdf ·...

1
5 Suara Pembaruan Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2016 Politik & Hukum [JAKARTA] Ketua MPR Zulkifli Hasan mengajak seluruh pihak untuk senantiasa menjaga persatuan dan tetap bersatu tanpa membedakan suku, agama dan latar belakang lainnya. Semuanya wajib bergandeng tangan dengan erat dalam membangun Indonesia. "Sudah tidak saatnya lagi membeda-bedakan suku. Sekali lagi, siapapun di Republik ini punya hak yang sama untuk jadi apapun. Mari kita bergan- deng tangan erat, jaga dan majukan negeri yang kita cintai ini" ujar Zulkifli Hasan, dalam keterangannya, Sabtu (22/10). Zulkifli menyampaikan hal itu saat berbicara dalam acara Konferensi Marga-marga Tionghoa se-ASEAN, di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (21/10) malam. Ketua MPR Zulkifli juga mengajak para delegasi marga Tionghoa dari berbagai negara yang hadir, untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab menurut- nya, Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa di berbagai aspek. "Saya mengajak mari berpartner dengan teman-teman di sini untuk berinvestasi di Indonesia di banyak bidang. Ada infrastruktur, energi dan lain-lain. Saling bekerjasama untuk kemajuan bersama," tutup Zulkifli. Konsep Terbaik Sementara itu, politikus PDI-P Cornelis menyatakan, proses demokrasi Pilkada DKI Jakarta seharusnya jangan dikaitkan dengan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Sebab hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Menurut Cornelis, Pancasila merupakan perekat nilai-nilai perbedaan. "Kalau menurut saya, Pancasila ini adalah konsep yang terbaik di dunia untuk mengakomodir berbagai macam suku bangsa dari tujuh belas ribu pulau, bermac- am-macam kebudayaan, bermacam agama, Pancasila inilah paling cocok," kata Cornelis, Sabtu (22/10). Gubernur Kalimantan Barat ini menuturkan, setiap orang tidak mempunyai hak untuk mencampuri dan mengintim- idasi terhadap agama lain. Apalagi merendahkan keimanan seseorang dalam bertuhan. Dia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk terus mener- apkan nilai-nilai Pancasila. "Tapi jangan hanya di bibir, ya kita ini kan bertuhan, kita gak boleh mencampuri. Misal you Islam, ya itu agamamu-lah agamaku-lah, kita tak boleh mencampuri,” ujar Cornelis. "Itu (Pancasila) cocok dari beraneka ragam ini, ya begini. Kita di sini kan berbagai macam suku. Kalau ndak ada Pancasila mana bisa kita bisa datang begini. Saya bicara nyata aja ya," tambahnya. Ancaman Narkoba Di tempat terpisah, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengingatkan bahwa ancaman yang paling serius adalah gerakan kriminal narkoba. Sebab, tujuan untuk melum- puhkan pola pikir kebanggaan bangsa Indonesia, nilai budaya, dan segala yang menyangkut kepribadian bangsa Indonesia. “Kalau intervensi fisik dengan cara merebut kedau- latan, TNI sangat mampu mengatasi hal-hal yang bersi- fat keamanan. TNI kita luar biasa," katanya, yang akrab disebut panggil Oso, dalam sosialisasi Empat Pilar MPR, di Aula Makodam XII Tanjungpura di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (21/10). Sosialisasi ini diikuti oleh 530 peserta, terdiri dari para perwira, tamtama dan bintara se- Kodam XII Tanjung Pura. Oso menegaskan, satu-satu jalan untuk mengintervensi bangsa Indonesia yang bisa dilakukan adalah dengan cara merusak moral generasi bangsa. Ancaman lewat narkoba ini luar biasa. Mereka mema- sukkan narkoba ke Indonesia terbesar di dunia. “Kalau ini masalah narkoba ini tidak ditanggulangi maka hancurlah martabat bangsa,” kata Oso. Oso mengatakan, orang tua baik swasta, sipil, TNI, Polri maupun pejabat ekseku- tif, menteri dan lainnya, kalau anaknya terkena narkoba maka ia berusaha melindungi supaya orang lain tidak tahu kalau anaknya terkena narkoba. "Jadi ancaman lewat narkoba ini lebih ngeri dari serangan militer. Musuhnya tidak ketahuan," ujarnya. Untuk mengatasi ini, tegas Oso, adalah dengan cara ter- us-menerus menyosialisasikan Empat Pilar. Menurutnya, dinding pertahanan yang terakhir adalah Empat Pilar. Karena di dalam Empat Pilar setiap pilarnya ada makna, ada pertahanan, ada ketahanan, ada rasa kebanggaan terhadap rasa memiliki bangsa Indonesia. [MJS/H-14] MPR: Sudah Saatnya Tak Beda-bedakan Suku ANTARA/DIDIK SUHARTONO Warga Nadliyin mengikuti upacara Hari Santri di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (22/10). Peringatan Hari Santri diikuti ribuan warga Nadliyin se-Surabaya.

Transcript of Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2016 Politik & Hukum MPR ...gelora45.com/news/SP2016102205.pdf ·...

5Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2016 Politik & Hukum

[JAKARTA] Ketua MPR Zulkifli Hasan mengajak seluruh pihak untuk senantiasa menjaga persatuan dan tetap bersatu tanpa membedakan suku, agama dan latar belakang lainnya. Semuanya wajib bergandeng tangan dengan erat dalam membangun Indonesia.

"Sudah tidak saatnya lagi membeda-bedakan suku. Sekali lagi, siapapun di Republik ini punya hak yang sama untuk jadi apapun. Mari kita bergan-deng tangan erat, jaga dan majukan negeri yang kita cintai ini" ujar Zulkifli Hasan, dalam keterangannya, Sabtu (22/10).

Zulkifli menyampaikan hal itu saat berbicara dalam acara Konferensi Marga-marga Tionghoa se-ASEAN, di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (21/10) malam.

Ketua MPR Zulkifli juga mengajak para delegasi marga Tionghoa dari berbagai negara yang hadir, untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab menurut-nya, Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa di berbagai aspek.

"Saya mengajak mari berpartner dengan teman-teman di sini untuk berinvestasi di Indonesia di banyak bidang.

Ada infrastruktur, energi dan lain-lain. Saling bekerjasama untuk kemajuan bersama," tutup Zulkifli.

Konsep Terbaik Sementara itu, politikus

PDI-P Cornelis menyatakan, proses demokrasi Pilkada DKI Jakarta seharusnya jangan dikaitkan dengan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Sebab hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. M e n u r u t C o r n e l i s ,

Pancasila merupakan perekat nilai-nilai perbedaan.

"Kalau menurut saya, Pancasila ini adalah konsep yang terbaik di dunia untuk mengakomodir berbagai macam suku bangsa dari tujuh belas ribu pulau, bermac-am-macam kebudayaan, bermacam agama, Pancasila inilah paling cocok," kata Cornelis, Sabtu (22/10).

Gubernur Kalimantan Barat ini menuturkan, setiap orang tidak mempunyai hak untuk mencampuri dan mengintim-idasi terhadap agama lain. Apa lag i merendahkan keimanan seseorang dalam bertuhan. Dia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk terus mener-apkan nilai-nilai Pancasila.

"Tapi jangan hanya di bibir, ya kita ini kan bertuhan, kita gak boleh mencampuri. Misal

you Islam, ya itu agamamu-lah agamaku-lah, kita tak boleh mencampuri,” ujar Cornelis.

"Itu (Pancasila) cocok dari beraneka ragam ini, ya begini. Kita di sini kan berbagai macam suku. Kalau ndak ada Pancasila mana bisa kita bisa datang begini. Saya bicara nyata aja ya," tambahnya.

Ancaman NarkobaDi tempat terpisah, Wakil

Ketua MPR Oesman Sapta mengingatkan bahwa ancaman yang paling serius adalah gerakan kriminal narkoba. Sebab, tujuan untuk melum-puhkan pola pikir kebanggaan bangsa Indonesia, nilai budaya, dan segala yang menyangkut kepribadian bangsa Indonesia.

“Kalau intervensi fisik dengan cara merebut kedau-latan, TNI sangat mampu mengatasi hal-hal yang bersi-fat keamanan. TNI kita luar biasa," katanya, yang akrab disebut panggil Oso, dalam sosialisasi Empat Pilar MPR, di Aula Makodam XII Tanjungpura di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (21/10).

Sosialisasi ini diikuti oleh 530 peserta, terdiri dari para perwira, tamtama dan bintara

se- Kodam XII Tanjung Pura.Oso menegaskan, satu-satu

jalan untuk mengintervensi bangsa Indonesia yang bisa dilakukan adalah dengan cara merusak moral generasi bangsa.

Ancaman lewat narkoba ini luar biasa. Mereka mema-sukkan narkoba ke Indonesia terbesar di dunia.

“Kalau ini masalah narkoba ini tidak ditanggulangi maka hancurlah martabat bangsa,” kata Oso.

Oso mengatakan, orang tua baik swasta, sipil, TNI, Polri maupun pejabat ekseku-tif, menteri dan lainnya, kalau anaknya terkena narkoba maka ia berusaha melindungi supaya orang lain tidak tahu kalau anaknya terkena narkoba.

"Jadi ancaman lewat narkoba ini lebih ngeri dari serangan militer. Musuhnya tidak ketahuan," ujarnya.

Untuk mengatasi ini, tegas Oso, adalah dengan cara ter-us-menerus menyosialisasikan Empat Pilar. Menurutnya, dinding pertahanan yang terakhir adalah Empat Pilar.

Karena di dalam Empat Pilar setiap pilarnya ada makna, ada pertahanan, ada ketahanan, ada rasa kebanggaan terhadap rasa memil iki bangsa Indonesia. [MJS/H-14]

MPR: Sudah Saatnya Tak Beda-bedakan Suku

ANTARA/DiDik SuhARToNo

Warga Nadliyin mengikuti upacara hari Santri di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (22/10). Peringatan hari Santri diikuti ribuan warga Nadliyin se-Surabaya.