Sabtu-Minggu, 22-23 April 2017 Utama Program Rumah DP …gelora45.com/news/SP_20170422_03.pdf ·...

1
[JAKARTA] Pengamat properti Panangian Simanungkalit menilai, pro- gram kepemilikan rumah dengan uang muka 0% yang dilontarkan pasangan cagub- cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi), tetap bisa memberikan keuntungan kepada pengembang yang terlibat. “Dalam opsi ini, Pemprov yang berperan menjual rumah dan pengembang berperan sebagai kontraktor. Dengan harga hunian vertikal Rp 350 juta untuk luas 36 meter persegi per unit, pengembang sudah bisa untung. Ini bahkan membantu pengembang menengah-atas yang sekarang ini bisnisnya agak stagnan,” ucap Panangian, Jumat (21/4). Dia menjelaskan, sasaran program ini adalah masyar- akat berpenghasilan rendah. “Dengan asumsi lahan 1 hektare bisa untuk memban- gun 1.200-1.500 unit hunian vertikal, pemda bisa mem- bangun 10.000 unit di enam wilayah kota dan kabupaten dalam dua tahun anggaran. Pemda punya kemampuan menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah maupun konstruksi sekitar Rp 3,5 triliun, meng- ingat APBD DKI sekitar Rp 70,2 triliun tahun ini. Sedangkan developer peran- nya hanya membangun atau sebagai kontraktor,” jelasnya. Setelah rumah susun tersebut terbangun, Pemprov bisa menjualnya kepada masyarakat melalui fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan. “Calon pembeli bisa membeli dengan tenor 20 tahun, sedangkan down payment (DP) minimal 15% bisa disubsidi Pemprov DKI Jakarta,” katanya. Panangian menjelaskan, ada banyak model yang bisa diterapkan untuk merealisasi- kan program perumahan terjangkau bagi warga miskin tersebut. Secara teknis, Pemprov DKI harus mem- bantu menyediakan land bank untuk hunian vertikal, dan memberikan subsidi uang muka ke warga sasaran. Model pertama adalah Pemprov berperan sebagai penyedia bank tanah bagi pengembang. Kedua, model konsolidasi tanah, yang memungkinkan penataan kawasan padat dan kumuh menjadi hunian vertikal, tanpa mesti menggusur penghuni lama. Ketiga, model partisipasi dari pengembang dengan diberi fasilitas sekaligus kompensasinya. Pengembang diberi opsi menaikkan koe- fisien luas bangunan (KLB) dengan kompensasi kewajiban membangun hunian vertikal murah. “Jika pada masa Pak Basuki (Gubernur Basuki T Purnama), pengembang ini diarahkan untuk membangun infrastruk- tur, maka kini bisa pula diarahkan untuk proyek properti murah,” ujarnya. Fasilitas pembiayaan perumahan dari Pemprov DKI Jakarta, lanjut Panangian, mesti menyasar pada aspek penyediaan pasokan untuk konsumen yang tepat. Selain itu, pemprov harus memberi- kan intervensi dan berbagai kemudahan. “Caranya termasuk den- gan meningkatkan fleksibil- itas koefisien luas bangunan (KLB) hunian vertikal, agar mencapai skala ekonomi yang memungkinkan hunian bisa dijual tidak lebih dari Rp 350 juta per unit,” ujarnya. Penyerapan Minim Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) DKI Jakarta Ari Tri Priyono menyatakan, Jakarta masih kekurangan pasokan hunian, khususnya untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurutnya, pengembang sejatinya mampu membangun rumah dengan harga ter- jangkau bagi masyarakat, namun penyerapannya minim karena berbagai kendala. “Masyarakat berpenghasi- lan rendah masih kesulitan dalam mendapatkan pem- biayaan untuk kepemilikan rumah. Jadi, kondisinya saat ini, pasokan tidak match den- gan kemampuan daya beli masyarakat,” kata Ari. Dia mengungkapkan, penambahan pasokan hunian di Jakarta saat ini didominasi apartemen dan rumah susun. “Kami melihat, ide yang dicetuskan Anies Baswedan sangat baik, yakni bantuan DP 0%. Pasalnya, selama ini masyarakat sebetulnya mampu membayar cicilan rumah, hanya mereka kesulitan untuk mengumpulkan uang muka,” kata Ari. Menurut Ari, pihaknya juga telah menyampaikan berbagai usulan kepada pemerintah daerah maupun pusat. Pertama, Apersi meng- usulkan agar pemerintah segera membentuk bank tanah. Kedua, pemerintah menggulirkan subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah berupa bantuan uang muka. Ketiga, regulator perbankan merilis banyak stimulus bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap untuk bisa mendapatkan kredit pemilikan rumah atau KPR. [ID/A-17] 3 Suara Pembaruan Sabtu-Minggu, 22-23 April 2017 Utama Program Rumah DP 0%, Pengembang Tetap Untung SUMBER: TIM PEMENANGAN ANIES-SANDI 1. Syarat Penerima Program warga berpenghasilan rendah dengan penghasilan maksimal Rp 7 juta per bulan warga ber-KTP DKI Jakarta dan minimal sudah tinggal selama 5 tahun hanya untuk rumah tinggal pertama memenuhi syarat konsistensi jumlah saldo tertentu atau kemampuan menabung minimal Rp 2,3 juta per bulan selama enam bulan terakhir di Bank DKI (catatan: tabungan ini tidak dikonversi menjadi uang muka) 2. Gambaran program - Program ini tidak meniadakan uang muka (down payment/DP). Bank yang membiayai tetap menerima uang muka yang ditalangi Pemprov DKI Jakarta - Jenis properti yang dibiayai adalah hunian vertikal sederhana - Dengan simulasi plafon harga maksimal Rp 350 juta per unit, besarnya DP yang ditalangi Pemprov DKI Jakarta Rp 53 juta per unit - Warga yang lolos persyaratan mengangsur Rp 2,3 juta per bulan selama 20 tahun dengan bunga 5%, termasuk mengangsur untuk melunasi DP yang ditalangi Pemprov - Tahun pertama, akan dibiayai 50.000 rumah dengan anggaran sekitar Rp 2,7 triliun (DP Rp 53 juta x 50.000 unit) - Dalam lima tahun akan dibiayai 250.000 unit rumah - Saat ini kekurangan rumah (backlog) bagi warga Jakarta sekitar 302.000 unit, dengan demikian dalam lima tahun akan terpenuhi sekitar 83%. Sisa backlog hingga akhir masa jabatan diperkirakan tinggal sekitar 50.000 unit. Program DP Rumah 0% Anies-Sandi [JAKARTA] Juru Bicara Tim Pemenangan Anies-Sandi, Anggawira mengemukakan, program uang muka rumah nol rupiah tidak berarti meni- adakan atau menghapus uang muka (down payment/DP) yang menjadi syarat kredit pemilikan rumah. Namun, DP yang menjadi kewajib- an debitor nantinya akan ditalangi Pemprov DKI Jakarta melalui ang- garan yang disediakan APBD. DP tersebut kelak harus dilunasi oleh warga dengan cara mencicil. “Istilah yang dipakai DP nol rupiah, bukan DP nol persen. Bank tetap mendapatkan uang muka yang ditalangi Pemprov DKI,” kata Angga di Jakarta, Sabtu (22/4). Dia menjelaskan, program DP pemilikan rumah nol rupiah muncul karena selama ini uang muka pem- belian rumah sangat mahal, sehing- ga tidak terjangkau warga miskin. Misalnya, rumah dengan harga Rp 350 juta, warga harus menyiapkan uang muka minimal Rp 53 juta. “Untuk harga seperti itu, ada 2,8 juta penduduk DKI Jakarta terancam tidak bisa memiliki hunian karena penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan,” ungkapnya. Untuk itulah, program yang digagas pasangan Anies-Sandi mengganti persyaratan DP dengan alternatif yang lebih ringan dan terjangkau, seperti konsistensi jum- lah saldo tertentu di rekening bank milik calon pembeli, serta konsis- tensi perilaku menabung selama 6-12 bulan terakhir. Angga memaparkan, yang berhak menjadi peserta program DP nol rupiah adalah warga yang memiliki DKI dengan lama tinggal minimal lima tahun. “Ini untuk mencegah ada warga dadakan,” jelasnya. Selain itu, kelompok sasaran program ini adalah mereka yang penghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan, termasuk pekerja informal. “Properti yang ditawarkan adalah hunian vertikal sederhana dengan harga maksimum Rp 350 juta. Ini hanya berlaku untuk pembelian rumah pertama,” ujarnya. Dia memberi simulasi, apabila harga properti Rp 350 juta, Pemprov akan menyediakan anggaran untuk uang muka Rp 53 juta, yang kelak dilunasi oleh pembeli dengan cara mencicil. “Selama enam bulan ter- akhir, calon pembeli wajib menabung Rp 2,3 juta per bulan di Bank DKI. Ini untuk catatan kemampuan mem- bayar, bukan untuk dikonversi menjadi DP. Setelah lolos tahap administrasi, pembeli mengangsur ke bank sebesar Rp 2,3 juta per bulan selama 20 tahun dengan bunga 5 persen,” ungkapnya. Angga menambahkan, nantinya Pemprov DKI Jakarta akan meng- gandeng Askrindo atau Jamkrindo untuk menjamin KPR. Pemprov DKI juga akan membentuk Badan Layanan Umum Pengelolaan Perumahan Rakyat. Pada tahun pertama, kebutuhan dana dari APBD untuk menalangi DP diperkirakan sekitar Rp 2,7 trilun. Jumlah itu didapat dari asumsi akan ada 50.000 rumah yang dibangun dengan besaran uang muka Rp 53 juta per unit. Jika penyaluran subsidi DP nol rupiah ini dilakukan tiap tahun selama lima tahun masa jabatan, mengurangi kekurangan hunian ( backlog) dari sekitar 300.000 unit menjadi 50.000 unit. Dengan demikian, program ini diklaim akan mampu mengatasi 83% backlog rumah di Jakarta. “Saat ini, ada kekurangan huni- an di Jakarta mencapai 302.000 unit. Di Jakarta, sekarang hanya 51% penduduk yang punya hunian sen- diri, karena harga properti didomi- nasi untuk kelas masyarakat ber- penghasilan di atas Rp 12 juta. Untuk masyarakat miskin susah mendapat- kan hunian yang layak,” ungkapnya. [R-14] Warga Mencicil Uang Muka ke Pemprov ANTARA/RENO ESNIR Warga membuka pintu unit rusun seusai mengikuti proses pengundian unit Rusun Rawa Bebek di Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. ISTIMEWA Panangian Simanungkalit

Transcript of Sabtu-Minggu, 22-23 April 2017 Utama Program Rumah DP …gelora45.com/news/SP_20170422_03.pdf ·...

Page 1: Sabtu-Minggu, 22-23 April 2017 Utama Program Rumah DP …gelora45.com/news/SP_20170422_03.pdf · kan program perumahan ... DKI Jakarta Rp 53 juta ... Warga membuka pintu unit rusun

[JAKARTA] Pengamat p r o p e r t i P a n a n g i a n Simanungkalit menilai, pro-gram kepemilikan rumah dengan uang muka 0% yang dilontarkan pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi), tetap bisa memberikan keuntungan kepada pengembang yang terlibat.

“Dalam opsi ini, Pemprov yang berperan menjual rumah dan pengembang berperan sebagai kontraktor. Dengan harga hunian vertikal Rp 350 juta untuk luas 36 meter persegi per unit, pengembang sudah bisa untung. Ini bahkan membantu pengembang menengah-atas yang sekarang ini bisnisnya agak stagnan,” ucap Panangian, Jumat (21/4).

Dia menjelaskan, sasaran program ini adalah masyar-akat berpenghasilan rendah. “Dengan asumsi lahan 1 hektare bisa untuk memban-gun 1.200-1.500 unit hunian vertikal, pemda bisa mem-bangun 10.000 unit di enam wilayah kota dan kabupaten dalam dua tahun anggaran. Pemda punya kemampuan menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah maupun konstruksi sekitar Rp 3,5 triliun, meng-ingat APBD DKI sekitar Rp 70,2 triliun tahun ini. Sedangkan developer peran-nya hanya membangun atau sebagai kontraktor,” jelasnya.

Setelah rumah susun tersebut terbangun, Pemprov bisa menjualnya kepada masyarakat melalui fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan. “Calon pembeli bisa membeli dengan tenor 20 tahun, sedangkan down payment (DP) minimal 15% bisa disubsidi Pemprov DKI Jakarta,” katanya.

Panangian menjelaskan, ada banyak model yang bisa diterapkan untuk merealisasi-kan program perumahan terjangkau bagi warga miskin tersebut. Secara teknis, Pemprov DKI harus mem-bantu menyediakan land bank untuk hunian vertikal, dan memberikan subsidi uang muka ke warga sasaran.

Model pertama adalah Pemprov berperan sebagai penyedia bank tanah bagi pengembang. Kedua, model

konsolidasi tanah, yang memungkinkan penataan kawasan padat dan kumuh

menjadi hunian vertikal, tanpa mesti menggusur penghuni lama. Ketiga, model partisipasi

dari pengembang dengan diberi fasilitas sekaligus kompensasinya. Pengembang diberi opsi menaikkan koe-f i s i en luas bangunan (KLB) dengan kompensasi kewajiban membangun hunian vertikal murah. “Jika pada m a s a P a k B a s u k i (Gubernur Basuki T Purnama), pengembang ini diarahkan untuk membangun infrastruk-tur, maka kini bisa pula diarahkan untuk proyek properti murah,” ujarnya.

Fasilitas pembiayaan perumahan dari Pemprov DKI Jakarta, lanjut Panangian, mesti menyasar pada aspek penyediaan pasokan untuk konsumen yang tepat. Selain itu, pemprov harus memberi-kan intervensi dan berbagai kemudahan.

“Caranya termasuk den-gan meningkatkan fleksibil-itas koefisien luas bangunan (KLB) hunian vertikal, agar mencapai skala ekonomi yang memungkinkan hunian bisa dijual tidak lebih dari Rp 350 juta per unit,” ujarnya.

Penyerapan MinimSecara terpisah, Ketua

Asos ias i Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) DKI Jakarta Ari Tri Priyono menyatakan, Jakarta masih kekurangan pasokan hunian, khususnya untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurutnya, pengembang

sejatinya mampu membangun rumah dengan harga ter-jangkau bagi masyarakat, namun penyerapannya minim karena berbagai kendala.

“Masyarakat berpenghasi-lan rendah masih kesulitan dalam mendapatkan pem-biayaan untuk kepemilikan rumah. Jadi, kondisinya saat ini, pasokan tidak match den-gan kemampuan daya beli masyarakat,” kata Ari.

Dia mengungkapkan, penambahan pasokan hunian di Jakarta saat ini didominasi apartemen dan rumah susun. “Kami melihat, ide yang dicetuskan Anies Baswedan sangat baik, yakni bantuan DP 0%. Pasalnya, selama ini masyarakat sebetulnya mampu membayar cicilan rumah, hanya mereka kesulitan untuk mengumpulkan uang muka,” kata Ari.

Menurut Ari, pihaknya juga telah menyampaikan berbagai usulan kepada pemerintah daerah maupun pusat. Pertama, Apersi meng-usulkan agar pemerintah segera membentuk bank tanah. Kedua, pemerintah menggulirkan subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah berupa bantuan uang muka. Ketiga, regulator perbankan merilis banyak stimulus bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap untuk bisa mendapatkan kredit pemilikan rumah atau KPR. [ID/A-17]

3Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 22-23 April 2017 Utama

Program Rumah DP 0%, Pengembang Tetap Untung

Sumber: Tim Pemenangan anieS-Sandi

1. Syarat Penerima Program• wargaberpenghasilanrendahdenganpenghasilan

maksimalRp7jutaperbulan• wargaber-KTPDKIJakartadanminimalsudah

tinggalselama5tahun• hanyauntukrumahtinggalpertama• memenuhisyaratkonsistensijumlahsaldotertentu

ataukemampuanmenabungminimalRp2,3jutaperbulanselamaenambulanterakhirdiBankDKI(catatan:tabunganinitidakdikonversimenjadiuangmuka)

2. Gambaran program - Programinitidakmeniadakanuangmuka(down

payment/DP).BankyangmembiayaitetapmenerimauangmukayangditalangiPemprovDKIJakarta

- Jenispropertiyangdibiayaiadalahhunianvertikalsederhana

- DengansimulasiplafonhargamaksimalRp350jutaperunit,besarnyaDPyangditalangiPemprovDKIJakartaRp53jutaperunit

- WargayanglolospersyaratanmengangsurRp2,3jutaperbulanselama20tahundenganbunga5%,termasukmengangsuruntukmelunasiDPyangditalangiPemprov

- Tahunpertama,akandibiayai50.000rumahdengananggaransekitarRp2,7triliun(DPRp53jutax50.000unit)

- Dalamlimatahunakandibiayai250.000unitrumah- Saatinikekuranganrumah(backlog)bagiwarga

Jakartasekitar302.000unit,dengandemikiandalamlimatahunakanterpenuhisekitar83%.Sisabacklog hinggaakhirmasajabatandiperkirakantinggalsekitar50.000unit.

Program DP Rumah 0% Anies-Sandi

[JAKARTA] Juru Bicara Tim Pemenangan Anies-Sandi, Anggawira mengemukakan, program uang muka rumah nol rupiah tidak berarti meni-adakan atau menghapus uang muka (down payment/DP) yang menjadi syarat kredit pemilikan rumah. Namun, DP yang menjadi kewajib-an debitor nantinya akan ditalangi Pemprov DKI Jakarta melalui ang-garan yang disediakan APBD. DP tersebut kelak harus dilunasi oleh warga dengan cara mencicil.

“Istilah yang dipakai DP nol rupiah, bukan DP nol persen. Bank tetap mendapatkan uang muka yang ditalangi Pemprov DKI,” kata Angga di Jakarta, Sabtu (22/4).

Dia menjelaskan, program DP pemilikan rumah nol rupiah muncul karena selama ini uang muka pem-belian rumah sangat mahal, sehing-ga tidak terjangkau warga miskin. Misalnya, rumah dengan harga Rp 350 juta, warga harus menyiapkan uang muka minimal Rp 53 juta.

“Untuk harga seperti itu, ada 2,8 juta penduduk DKI Jakarta terancam tidak bisa memiliki hunian karena penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan,” ungkapnya.

Untuk itulah, program yang digagas pasangan Anies-Sandi mengganti persyaratan DP dengan alternatif yang lebih ringan dan terjangkau, seperti konsistensi jum-

lah saldo tertentu di rekening bank milik calon pembeli, serta konsis-tensi perilaku menabung selama 6-12 bulan terakhir.

Angga memaparkan, yang berhak menjadi peserta program DP nol rupiah adalah warga yang memiliki DKI dengan lama tinggal minimal lima tahun. “Ini untuk mencegah ada warga dadakan,” jelasnya.

Selain itu, kelompok sasaran program ini adalah mereka yang penghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan, termasuk pekerja informal. “Properti yang ditawarkan adalah hunian vertikal sederhana dengan harga maksimum Rp 350 juta. Ini hanya berlaku untuk pembelian rumah pertama,” ujarnya.

Dia memberi simulasi, apabila harga properti Rp 350 juta, Pemprov akan menyediakan anggaran untuk uang muka Rp 53 juta, yang kelak dilunasi oleh pembeli dengan cara mencicil. “Selama enam bulan ter-akhir, calon pembeli wajib menabung Rp 2,3 juta per bulan di Bank DKI. Ini untuk catatan kemampuan mem-bayar, bukan untuk dikonversi menjadi DP. Setelah lolos tahap administrasi, pembeli mengangsur ke bank sebesar Rp 2,3 juta per bulan selama 20 tahun dengan bunga 5 persen,” ungkapnya.

Angga menambahkan, nantinya Pemprov DKI Jakarta akan meng-

gandeng Askrindo atau Jamkrindo untuk menjamin KPR. Pemprov DKI juga akan membentuk Badan Layanan Umum Pengelolaan Perumahan Rakyat.

Pada tahun pertama, kebutuhan dana dari APBD untuk menalangi DP diperkirakan sekitar Rp 2,7 trilun. Jumlah itu didapat dari asumsi akan ada 50.000 rumah yang dibangun

dengan besaran uang muka Rp 53 juta per unit.

Jika penyaluran subsidi DP nol rupiah ini dilakukan tiap tahun selama lima tahun masa jabatan, mengurangi kekurangan hunian (backlog) dari sekitar 300.000 unit menjadi 50.000 unit. Dengan demikian, program ini diklaim akan mampu mengatasi 83% backlog rumah di Jakarta.

“Saat ini, ada kekurangan huni-an di Jakarta mencapai 302.000 unit. Di Jakarta, sekarang hanya 51% penduduk yang punya hunian sen-diri, karena harga properti didomi-nasi untuk kelas masyarakat ber-penghasilan di atas Rp 12 juta. Untuk masyarakat miskin susah mendapat-kan hunian yang layak,” ungkapnya. [R-14]

Warga Mencicil Uang Muka ke Pemprov

anTara/reno eSnir

Warga membuka pintu unit rusun seusai mengikuti proses pengundian unit rusun rawa bebek di Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

iSTimewa

Panangian Simanungkalit