Sabtu, 27 Mei 2006 - Bencana Kesehatan...

58
Sabtu, 27 Mei 2006 Ketika aku terbangun dari tidurku….tiba tiba tubuhku terguncang, … rumahku terguncang, …dan….., bumi ini bergoncang, ..begitu hebat, begitu…dahsyat. Yang kupikir ..anakku…saudaraku dan keluargaku……? Aku baru sadar, bahwa aku adalah, abdi masyarakat, tenaga kesehatan .. Tapi, .. Aku bingung, aku tidak tahu harus berbuat apa? …….. Oh iya, karena aku belum punya sistem penanganan bencana, aku belum punya Disaster Plan,

Transcript of Sabtu, 27 Mei 2006 - Bencana Kesehatan...

Sabtu, 27 Mei 2006Ketika aku terbangun dari tidurku….tiba tiba tubuhku terguncang, … rumahku terguncang, …dan….., bumi ini bergoncang, ..begitu hebat, begitu…dahsyat. Yang kupikir ..anakku…saudaraku dan keluargaku……? Aku baru sadar, bahwa aku adalah, abdi masyarakat, tenaga kesehatan ..Tapi, .. Aku bingung, aku tidak tahu harus berbuat apa?…….. Oh iya, karena aku belum punya sistem penanganan bencana, aku belum punya Disaster Plan,

GOVERNANCE DI SAATPREPAREDNESS DAN RESPONE

Model Pembelajaran : Table TopMaksud : menguji respons system pelayanan kesehatan dan tatapamongnya terhadap terjadinyabencana, mencakup :

Tata aturan dalam manajemen bencanaSystem komunikasi antar lembaga dan peroranganTersedianya persiapan secara struktural

Tujuan : • Memperjelas peran dan tanggung jawab• Memaksimalkan jaringan sosial dan masyarakat• Memprakekkan kerjasama dalam respons

bencana• Melatih ketrampilan : kepemimpinan dan teknik

komunikasi• Antisipasi bencana dengan persiapan sektor

kesehatan di Kab dan Propinsi• Persiapan pembiayaan untuk manajemen

bencana.

Analisis Pengelolaan Bencana disektor kesehatan pada saatEmergency dipandang dari aspekgovernance di era desentralisasi:

Pengalaman dari Gempa Bumi di Yogyakarta tahun 2006.

Isi

PendahuluanKerangka AnalisisFakta yang terjadi: Dari berbagaisumber:Lesson-learnedRencana DIskusi Lebih Lanjut

Pendahuluan

Bencana Gempa Bumi di Yogyaterjadi pada tanggal 27 Mei pkl05.50.Yogyakarta tidak menyangka adagempa bumi ini padahal 150 tahunyang lalu pernah terjadiBanyak korban meninggal dantrauma fisik dan mental.

Kerangka Konsep untuk analisis

Manajemen bencanaGovernance di sektor kesehatanDesentralisasi

EMERGENCY

PreparednessPlan

ContingencyPlan

OperationalPlan

RehabilitationPlan

Re/DevelopmentPlan

MitigationPlan

Disaster Management

Plan

Early warning and Risk assessment

REHABILITATIONMITIGATION

RESPONSEPREPAREDNESS Rapid Assessment

Hazard evaluation

LessonslearnedReview

Time Money

Human

SuppliesSystem

Values 3 CsInfo

Management Wheel

Sumber: Kyaw Win (Vijay Nath), WHO

Konsep Manajemen Bencana

Earthquake

Fase emergency (7 hari)

Fase Tanggap Darurat

The poor line

The save line

The average line

Fase RehabilitasiFase mitigasi dan preparedness

Kasus-kasustrauma danpelayananindividual

Penanganan Kesehatanmasyarakat dan peroranganuntuk rehabilitatif termasukmental health dan ortopedrekonstruksi serta penyakitakibat lingkungan buruk

masyarakat

Pemerintah

Usaha

Depkes, DinKes Propinsidan Kabupaten

Profit dan Non-profit.

RS Milik Pemerintah-Swasta, Perguruan Tinggi dll

KonsepGovernance dalam bencana

Palang MerahIndonesia, KelompokKedaerahan, NGOs, dll

Pemerintah

Masyarakat

Di daerah Kab. Bantul

Grafik Fluktuasi Jumlah Kelompok Relawan Nakes

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Bencana hari ke

Jum

lah

Kel

ompo

k R

elaw

an

Lembaga Usaha

LembagaPemerintah

Status KesehatanMasyarakat

Bagaimanadampaknya

KebijakanDesentralisasiDalam bentukberbagai peraturanhukum

Input

Faktor-faktorlain

Masyarakat dan

Swasta

Konsep Desentralisasi

Pembagianperanpemerintah diberbagaitingkat

Workshop Untuk Rekomendasi

Diskusi, bacaan, aturan, peraturan menteriBagaimana persiapan daerah menghadapi bencana: masa emergency, rekonstruksi dan mitigasi, dari aspek governance dan pembiayaan.

Rekomendasi Organisasi & SDM

Kepmenkes 1653/Menkes/SK/XII/2005• Setiap kab membentuk satgas kesehatan

sec terpadu• Pengorganisasian tingkat kabupaten• Pelaksanaan Kegiatan

pra bencanasaat bencanapasca bencana

Rekom PembiayaanRekom leadership dan komunikasiRekom untuk koordinasi antar pemerintah, swasta, masyarakat.

Lesson learned

Aspek 1 untuk pembelajaran: Governance di saat bencana

Bagaimana tata hubungan antarpelaku di saat emergency yang terkait dengan desentralisasikesehatanPembagian peran antar pemerintah, masyarakat, dan lembaga usahamerupakan hal kunci

Hari-hari awal

Masyarakat bergerak cepat daripemerintah. Hal ini lumrah terjadi diberbagai bencana di duniaPMI memimpin rapat koordinasikesehatan di Jogja.118 bergerak cepat

Sebaiknya dilakukan pelatihan peranini dengan berbagai skenario,Skenario seperti di Aceh dimanasistem pemerintahan kolaps, atauskenario di Yogya yang tidak kolaps, atau skenario setengah kolaps.

Pada hari-hari awal:

Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyaifungsi yang operasionalDinas Kesehatan Propinsi berperan dalamkoordinasi bencanaDepartemen Kesehatan sebagai fasilitator. Unit Pusat di BKO kan ke daerah

Pembagian peran ini sebaiknya perludiperjelas sebelum bencana sehingga akanlebih baik

Aspek 2

Tenaga Sukarelawan dari luar kotadan luar negeri.Banyak sekali dan berbasis jaringaninformal, bukan hanya hubunganbirokrasi.Internet dan SMS mempercepat arustenaga sularelawanAda problem pengaturan

Buffer Regions and Stock

Tenaga Medik di daerah bencanabiasanya kekurangan atau bahkankolapsMembutuhkan bantuan dari luarPerlu adanya pengaturan buffer zone: dengan model skenario adapengaturan daerah tertentu akanmembantu daerah lainnya, termasukstock obat dan alat kesehatan

Aspek 3 untuk pembelajaran:

Perlunya Disaster Plan di level Propinsi danKabupaten.

Fakta:

Setiap RS telah mempunyai disaster Plan yang dipimpin oleh Kepala IGD (sesuai dengan standar akreditasiRS).Selama ini latihan disaster plan hanyauntuk RS dan sistem ambulance

Dinas Kesehatan belummempunyai Disaster Plan

Fakta di DIY:Kabupaten Sleman mempunyairencana untuk persiapan MerapiKabupaten Bantul tidak mempunyaikarena memang belum terfikirkanDi level Propinsi belum ada Disaster Plan

Perlu ada penyusunan Disaster Plan dilevel Propinsi dan pembentukaninfrastruktur yang bersifat fungsional

Disaster Plan dalam konteksmanajemen bencana

Tidak terbatas pada emergency medik

Mencakup pula:Sistem komunikasi dan telematikaLogistik kesehatanPencegahan Penyakit MenularBerbagai kegiatan spesifik.

Infrastruktur minimal

Medical Mobile team

Coordination team

CDC teamInformation and office back up team

Health Logistic team

Sumber: Kyaw Win (Vijay Nath), WHO

Pada bencana dan pasca bencana

Anggota tim sebaiknya tidakterbatas para birokrat.Unit birokrasi disiapkanterbatas untuk situasi normal.Perlu ada campuran antaratenaga struktural di birokrasikesehatan, fungsional, danpihak-pihak lain yang kompeten dalam bencana.

Aspek 4 untuk pembelajaran

Leadership dimasa emergency.

Pada saat akut emergency akibat gempasebaiknya perlu ada orang yang ditunjuk DinasKesehatan sebagai manajer bencana. Berdasarkan KepMenkes seharusnya sebelummasa pra-bencana. Manajer ini ditopang oleh infrastruktur yang ada dalam Disaster Plan.Secara alamiah orang ini merupakan ahlitrauma yang pengalaman dengan bencana. Dengan demikian Kepala Dinas Kesehatandidampingi oleh tenaga fungsional yang ahlidalam fase emergency ini.

Tugas Kepala Emergency untukkesehatan di level Propinsi danKabupaten adalah:

Mengkoordinasi para manajer disaster di setiap RSmengkoordinasi tindakan emergency medikmengkoordinasi bantuan medik akutMelakukan strategi-strategi terobosan agar manajemenbencana dapat lebih baikbersama dengan staf DinKes mengkoordinasi logistik, surveillance, dll.

Catatan:Jika sistem kesehatan di sebuah daerah kolaps,tim ini

akan mempunyai wewenang lebih besar.

Kompetensi Leader dalam bencana:

berpengalaman dalam emergencymempunyai kemampuan memimpinsaat emergencymempunyai kemampuan komunikasiyang baik.Mempunyai keberanian untukmemutuskanMungkin perlu sertifikasi.

Aspek 5 untuk pembelajaran:

Sistem Informasi danSistem Telekomunikasi

Pengalaman menunjukkan bahwa hari1 dan 2 sistem telekomunikasiterutama di Bantul break down.Perlu ada sistem yang lebih canggihtermasuk menggunakan satelit.Diperlukan satu unit informasi dantelekomunikasi di level propinsi yang mempunyai fasilitas ke satelitcommunication

Beberapa hal penting untukdipelajari:

Aspek Governance dalam sistem kesehatanyang terdesentralisasiTenaga dari Luar: Buffer region dan Buffer StockPerlu adanya Disaster Plan oleh DInasKesehatanPenguatan Leadership di saat bencana. Penguatan Sistem Informasi dan Sistemtelekomunikasi.

Mapping tenaga kesehatan yang spesifik: banjir dllInformasi :sistem yang detailKetua Satkorlak: Jangan dari pemerintah. Sebaiknyadari NGO, misal PMI. Peta Bencana: Daerah ring..ring rawan selalu tidaksiap. Ring 2 yang lebih siapKelompok2 NGO: Ada grand strategy. Jangan bikinstrategi sendiri2. Jangan hanya pasang benderasendiri2RS Lapangan sangat dibutuhkan. Senang dilayani ditempat yang lebih dekat dengan keluarganya.Simulasi tim2 yang ada. Perlu dilakukan olehSarkorlak.Safe Community ----) perlu dilakukan

Bencana bermacam-macam. Kalau utk GnMerapi punya preparedness komplit. Setiap sektor harus punya protap harusapa.Harus membuat utk bermacam2 jenisbencana alam yang berbeda. Sbg gbran utkMerapi ….puskesmas luka bakar.Makan merupakan hal penting. Kenyangdulu. Juga harus ada tenda spesial utkhubungan suami dan istri. Rumahsementara penting.

Kesimpulan:

Manajemen bencana merupakankegiatan sangat sangat kompleks.

Jauh lebih kompleks dibandingmanajemen kesehatan dalamkondisi biasa.

Perlu pendekatan yang komprehensif termasuk aspekgovernance dalam menanganibencana

Terima Kasih

Sosialisasi buku2 DepKes tentangbencana.Semua Puskesmas pemerintah masihtutup. Supaya pegawai negerimelayani, jangan tutup. DepKessebaiknya punya protokol2. Tatalaksana Bencana AlamDepKes mengelola sbg sistem.PMI harus lebih siap

Fakta yang terjadi

Hari 1- Hari 8

Hari 1: Sabtu 27 Mei 2006Kekacauan, Telekomunikasi break down. Banyak isu.Kebetulan hari libur panjangSulit mobilisasi sistem pemerintah. Kelompokmasyarakat mulai bergerakDinas Kesehatan Propinsi bergerak mengumumkan kemasyarakat melalui Radio Sonora langkah-langkah, termasuk pembagian obat.Kepala Dinas Kesehatan kebetulan Ketua PMI sehingga cepat bergerakPemda Bantul membuka Posko di R Dinas Bupatitermasuk Kesehatan.RS-RS dan klinik yang buka diserbu korban. RibuanjumlahnyaRS-RS sudah minta bantuan terutama dari luar

Kasus: Klinik Nur Hidayah diImogiri

Direktur meminta bantuan tenaga. DinKes sulitdijangkau karena komunikasi, tenaga medik habis. Harus Mencari bantuan luar.Di Bali, Tim emergency RSD Tabanan mulai bergerakke Yogya, 7 jam setelah gempaMengirim 12 personel dengan 2 mobil ambulans.Tim Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM memfasilitasi penyediaan bantuan tenaga medik dariluar dan logistik untuk klinikSaat itu ada perintah untuk evakuasi pasien ke rS luarYogya. Namun tidak memungkinkanAkibatnya status Klinik berubah menjadi RS Lapangan

Hari 2: Minggu 28 Mei 2006Masing-masing komponen dalammasyarakat bergerak. Bantuan dari luar Jogya masuk, dankoordinasi lapangan mulai berjalan diBantul.Kasus: Tim Medik RSD Tabanan sampai diJogja setelah berjalan 17 jam dari BaliSecara informal Laksono Trisnantoromeminta DinKes Propinsi untuk membentuktim emergency sementara di bawah kendaliDinKes Propinsi

Hari 3: Senin, 29 Mei 2006

Rapat-rapat koordinasi resmi mulaidilakukan di sektor kesehatan termasuk diDinas Kesehatan PropinsiBagian IKM FK-UGM sebagai komponenmasyarakat melakukan kegiatan di 4 hal: pemetaan, Persiapan surveillance, persiapan infrastruktur telekomunikasi, buletin harian, dan fasilitasi pertemuan-pertemuan.

Hari 4: Selasa, 30 Mei 2006Semakin banyak bantuan datang. Di Bantul sudahtercatat lebih dari 100 timMobilisasi tim bantuan sangat banyak. Staf DinasKesehatan Kab. Bantul kewalahan menanganiStaf DepKes semakin banyak datang di YogyaWHO datang untuk set-up sistem manajemenbencanaRS Sardjito menjadi pusat kegiatan di fase emergencyPMI menyelenggarakan rapat koordinasi kesehatanyang dihadiri berbagai NGO

Pada jam 5 sore, pertemuan informal antara UGM, DepKes, dan WHO. Dirasa perlu ada koordinasi lebih baik dimasa emergency dalam desentralisasi.DepKes sebagai Fasilitator. Satuan TugasDepKes dalam kondisi di BKO kanPotensi daerah diharapkan sebagai pelaku. Harus di bawah Dinas Kesehatan Propinsisebagai penanggung-jawab sistemkesehatan wilayah.

Hari 5: Rabu 31 Mei 2006

Pagi: Pembentukan tim emergency bencanadi bawah Dinas Kesehatan Propinsi yang mencakup berbagai komponen dimasyarakat (118, perguruan tinggi, Depkes, WHO, dll) Pembentukan jaringan telekomunikasidengan bantuan PusdatinDi sore hari PMI tetap menyelenggarakanrapat koordinasi kesehatan

Hari 6: Kamis: 1 Juni 2006

Tim manajemen bencana diperkuatinfrastrukturnyaSambungan telepon dan internet diperkuat di berbagai titikRapat PMI dikelola tim koordinasi diRS Sardjito.Proses koordinasi sektor kesehatantermasuk orang asing oleh DinasKesehatan semakin membaik

Hari 7. Jum’at 2 Juni 2006

Tim pengelolaan bencana mulai berjalansecara efektif, termasuk mengatur berbagaipertemuan sub-group.Rapat Koordinasi pkl 5 semakin baik, dihadiri sekitar 90 peserta dari berbagailembaga yang memberi bantuanPersiapan untuk pemindahan lokasi dari RS Sardjito ke Dinas Kesehatan Propinsi.

Terjadi proses perpindahan dari faseemergency ke fase recovery. Kantor emergency perlahan-lahandipindahkan dari RS Sardjito keDinas Kesehatan Propinsi.Mulai hari ini koordinasi kegiatansemakin berada di Dinas KesehatanDIY.

Hari 8: Sabtu 3 Juni 2006Pemerintah (Dinas Kesehatan) semakin berperansebagai koordinator kelompok masyarkat dan usahadalam menangani bencana

Ada berbagai sub-kelompok manajemen bencana;Pertemuan Teknis Imunisasi akibat BencanaSurveillance PenyakitRujukan rumahsakit dan puskesmasLogistikKesehatan Jiwa akibat BencanaPusat Data & Informasi Bencana