Saatsemestabicara w.mustika

117
Judul : Saat Semesta Bicara Penulis : W. Mustika Penerbit : Elex Media Komputindo Tanggal Terbit : Maret 2011 Teks Bahasa : Bahasa Indonesia ~:::: SAAT SEMESTA BICARA ::::~ ~: BAHASA LANGIT :~ Kehidupan yang dilalui oleh Jiwa mirip perjalanan air yang terus mengalir dalam siklus semestanya. Bagi sebagian sahabat yang Jiwanya kian bertumbuh matang, asal mula dan tujuan perjalanan Jiwa kerap menjadi pembicaraan yang menarik. Meski demikian, sebagaimana hakekat dari setiap siklus, selalu tak penting darimana harus memulai ceritanya karena ia tak berawal dan berakhir. Memperhatikan mendung di langit yang turun di gunung sebagai air hujan, kemudian mengikutinya mengalir dari danau melewati sungai-sungai menuju samudera, memang lebih mudah daripada mengamati perjalanan air dari lautan yang menguap lalu berproses lama bersama iklim untuk menjadi mendung dan hujan. Semakna dengan cerita itu, dalam kepekaan hati yang belum begitu terasah, biarlah kita mengawali rangkaian percakapan dengan alam semesta mulai dari bahasa-Nya yang terbaca dari langit. Manakala itu telah membuka mata hati, barulah kita coba mengamati  jejak-jeja k perjalana n pesan-Ny a setelah turun dan mewarnai kehidupan bumi.  Ada begitu banyak pesan yang sepanjang jaman dihadirkan buat kita dalam berbagai pahatan keindahan alam, rangkaian peristiwa dunia atau dalam suka duka kehidupan. Sayang, kecerdasan kita kadang tak mampu membacanya dengan jelas karena kita lebih banyak menggunakan mata dan telinga untuk melihat hanya yang mudah terlihat dan mendengar hanya yang jelas terdengar. Bahasa-bahasa diam alam semesta yang sarat pesan-pesan bagi perjalanan Jiwa akhirnya terpahat sia-sia tanpa terbaca hakekat maknanya. Namun begitu, alam sungguh memahami kesulitan kita dalam membaca makna yang ia simpan rapi di setiap hamparan kehidupan. Maka lewat sejumlah Guru kehidupan ia pun membukakan kemudahan itu bagi kita. Sebagian Guru menjadikannya kitab suci, sebagian mengajarkannya sebagai cerita-cerita. Sebagian lainnya tetap tersimpan rapi di langit dan bumi untuk dibaca sendiri oleh pejalan spiritual yang tertantang untuk mengamati rahasia dirinya pada alam. Sebagian kecil diantaranya yang telah terbaca meski dengan segenap keterbatasan, tersimpan disini menjadi lembaran-lembaran makna. Bagian-bagian dalam rangkaian pesan itu dipilah menjadi bahasa langit dan bahasa bumi. Bukankah semesta memang terdiri dari bumi dan langit, alam material-spiritual, dimensi duniawi-rohani atau dualitas serupa lainnya? Maka Saat Semesta Bicara, tentulah ia akan mengalir dalam “bahasa” yang tercipta dari kedua dimensi ruang dan waktu yang telah membangunnya itu. 1

description

meditasi

Transcript of Saatsemestabicara w.mustika

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 1/117

Judul : Saat Semesta Bicara

Penulis : W. Mustika

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tanggal Terbit : Maret 2011

Teks Bahasa : Bahasa Indonesia

~::ஜ:: SAAT SEMESTA BICARA ::ஜ::~

~:ஜ BAHASA LANGITஜ:~

Kehidupan yang dilalui oleh Jiwa mirip perjalanan air yang terus mengalir dalam siklus

semestanya. Bagi sebagian sahabat yang Jiwanya kian bertumbuh matang, asal mula dan

tujuan perjalanan Jiwa kerap menjadi pembicaraan yang menarik. Meski demikian,

sebagaimana hakekat dari setiap siklus, selalu tak penting darimana harus memulai

ceritanya karena ia tak berawal dan berakhir.

Memperhatikan mendung di langit yang turun di gunung sebagai air hujan, kemudian

mengikutinya mengalir dari danau melewati sungai-sungai menuju samudera, memang lebih

mudah daripada mengamati perjalanan air dari lautan yang menguap lalu berproses lama

bersama iklim untuk menjadi mendung dan hujan.

Semakna dengan cerita itu, dalam kepekaan hati yang belum begitu terasah, biarlah kita

mengawali rangkaian percakapan dengan alam semesta mulai dari bahasa-Nya yang

terbaca dari langit. Manakala itu telah membuka mata hati, barulah kita coba mengamati

jejak-jejak perjalanan pesan-Nya setelah turun dan mewarnai kehidupan bumi.

Ada begitu banyak pesan yang sepanjang jaman dihadirkan buat kita dalam berbagai

pahatan keindahan alam, rangkaian peristiwa dunia atau dalam suka duka kehidupan.

Sayang, kecerdasan kita kadang tak mampu membacanya dengan jelas karena kita lebih

banyak menggunakan mata dan telinga untuk melihat hanya yang mudah terlihat dan

mendengar hanya yang jelas terdengar. Bahasa-bahasa diam alam semesta yang sarat

pesan-pesan bagi perjalanan Jiwa akhirnya terpahat sia-sia tanpa terbaca hakekat

maknanya.

Namun begitu, alam sungguh memahami kesulitan kita dalam membaca makna yang ia

simpan rapi di setiap hamparan kehidupan. Maka lewat sejumlah Guru kehidupan ia pun

membukakan kemudahan itu bagi kita. Sebagian Guru menjadikannya kitab suci, sebagian

mengajarkannya sebagai cerita-cerita. Sebagian lainnya tetap tersimpan rapi di langit dan

bumi untuk dibaca sendiri oleh pejalan spiritual yang tertantang untuk mengamati rahasia

dirinya pada alam.

Sebagian kecil diantaranya yang telah terbaca meski dengan segenap keterbatasan,

tersimpan disini menjadi lembaran-lembaran makna. Bagian-bagian dalam rangkaian pesan

itu dipilah menjadi bahasa langit dan bahasa bumi. Bukankah semesta memang terdiri dari

bumi dan langit, alam material-spiritual, dimensi duniawi-rohani atau dualitas serupa

lainnya? Maka Saat Semesta Bicara, tentulah ia akan mengalir dalam “bahasa” yangtercipta dari kedua dimensi ruang dan waktu yang telah membangunnya itu.

1

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 2/117

Buku ini percaya bahwa siapa pun yang kini sedang membacanya tidak lain adalah

Anak-Anak Semesta yang rindu pada kesejatian dirinya yang murni. Maka biarlah di awal ini

kerinduan mereka segera dipertemukan dengan kerinduan Ayah-Ibu Semesta lewat

bahasa-bahasa langit.

Bahasa itu hanya mudah terbaca dengan keheningan dan kebeningan batin. Mereka yang

membaca dengan ikhlas sembari terbebas dari perdebatan analisa pikiran intelektual, akan

lebih mudah memahami isinya. Bahkan bisa berjumpa dengan sumber bahasa langit ini

yang sesungguhnya ada dalam diri; di langit kesadaran. Siapa pun membuka hati, mengerti

Dia sedang berbicara dari dalam keheningan untuk mulai bertutur tentang siapa diri-Nya.

Inilah Bahasa Langit untuk disimak dengan kemurnian kita sebagai Jiwa.

Bahasa Langit : Siapakah Aku?

Ini kumpulan kata-kata yang sekali lagi Kubiarkan ditulis oleh tangan yang Kuijinkanmenuliskannya. Aku tahu semestinya tidak berbicara hal ini. Tidak di saat dirimu belum

hendak bertanya. Tapi kali ini, kerinduanlah yang membuatKu lebih dulu bicara padamu

dengan kata-kata ini.

Aku juga tahu bahwa semestinya Aku lebih dulu memperkenalkan diri padamu sebelum

mengatakan apa yang ingin Kusampaikan padamu. Jika tidak, kamu pasti akan

mengabaikan kata-kataKu. Itu karena pikiranmu sudah lama terbelenggu oleh

ketidakpercayaan akan kehadiranKu dalam kehidupan nyatamu saat ini. Tapi sungguh, Aku

sangat memahami hal itu. Kecerdasan intelektualmu seringkali berkembang terlampau pesat

hingga tidak menyisakan sedikit pun ruang dan waktu bagi berkembangnya sisi kecerdasanemosi dan Jiwamu.

Sekali lagi Aku tidak akan menyalahkanmu untuk semua keraguan itu. Tidak pernah. Sebab,

Aku memahami keterbatasan pengetahuanmu tentang rahasia seluruh kehidupan yang

sesungguhnya telah kau bawa serta dalam dirimu sendiri. Rahasia material alam semesta

ada dalam tubuhmu, rahasia kecerdasan semesta ada dalam pikiranmu, dan rahasia

kesemestaan spiritualKu ada sebagai Jiwamu.

Siapakah Aku? Aku adalah adikmu. Aku juga adalah kakakmu. Aku istri sekaligus juga

suamimu. Aku kakek dan nenekmu. Aku adalah anakmu yang besar, karena berdiam dalamkandungan hatimu yang kecil. Aku juga orangtuamu yang kerdil, karena seringkali kau

abaikan dan menganggapnya sangat kecil bahkan tidak pernah ada. Aku adalah sahabat

yang kau benci saat Aku tidak membantumu dan musuh yang kau cintai terutama saat Aku

memenuhi semua kepentinganmu.

Aku adalah gelap yang kau hindari atau terang yang kau cari-cari. Aku adalah sorga yang

kau mimpikan sekaligus neraka yang kau hindari. Aku adalah malaikat yang kau puja dan

setan yang kau benci. Aku adalah yang selalu kau panggil dalam penderitaan dan kemudian

kau lupakan dalam kebahagiaan. Aku adalah yang kau kejar di depanmu lalu kau tinggalkan

jauh di belakang. Aku adalah airmata yang mengalir dari tangis kebahagiaan dan tangis

2

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 3/117

penderitaanmu.

Aku adalah segala dualitas yang pernah kau kenal tapi Aku sendiri berada diantara

keduanya. Aku adalah ruang yang tidak pernah berpindah dan waktu yang tidak pernah

bergulir. Aku adalah keabadian dari apa yang kau lihat sebagai ketidakabadian.

Aku adalah apa yang kau panggil dengan berbagai sebutan serta nama pujaan sesukamu.

Namun kemudian kau bertengkar dengan sesamamu hanya karena perbedaan nama yang

kau ciptakan bagi diriKu yang sesungguhnya satu.

Aku berada sangat dekat denganmu tetapi seringkali kau panggil-panggil seakan Aku

sedang berada begitu jauh darimu, di tempat yang tak terbatas. Aku adalah yang kau cari

dengan pikiranmu yang terbatas, sampai kau mengerti bahwa Aku adalah pikiran yang tak

terbatas. Aku adalah apa yang kau coba peluk dengan tubuh kecilmu yang sebenarnya

justru sedang Kupeluk dengan genggaman jemariKu.

Tapi dari semua yang Kusuka, Aku memilih untuk mengatakan bahwa diriKu adalah Ayah

dan Ibumu. Aku memilih ini karena alasan begitu besarnya kerinduanKu padamu setelah

keterpisahan kita dalam miliaran waktu dan kelahiran yang telah berulang kali engkau lewati

bersama sepinya pemahaman tentang kesejatian.

Aku menyukai entitas diriKu sebagai Ayah-Ibumu karena terkenang saat kelahiranmu dari

diriKu di awal penciptaan alam semesta ini. Aku suka kalian memanggilKu Ayah-Ibu, karena

dengan begitu Aku bisa segera memelukmu penuh kecintaan dan kasih sayang yang tulus

tanpa halangan apapun.

Lebih dari semua itu, Aku menempatkan diriKu sebagai Ayah-Ibumu karena Aku memiliki

cinta kasih padamu yang melebihi apa yang kau pahami tentang cintaKu padamu. Andaikan

saat ini engkau telah memiliki anak dan mencintainya sepenuh kasih, maka ketahuilah,

besarnya cinta kasihKu padamu miliaran kali cinta yang kau miliki dan rasakan terhadap

anak-anakmu.

Aku tahu engkau sudah lama mencariKu kemana-mana karena bagimu Aku selalu tidak

mudah kau temui. Sungguh, tidaklah demikian kenyataannya. Aku ada dimana pun kau

pergi mencariKu karena Aku ada dimana-mana. Jika bagimu Aku ada di langit, maka Aku

ada di langit keyakinan. Jika bagimu Aku ada di dasar bumi, maka carilah Aku di dasar

keikhlasan hatimu. Dan jika bagimu Aku tinggal di tengah samudera, pergilah ke dalam

samudera kepasrahanmu. Aku adalah ruang dan waktu bagi alam semesta ini. Kalian

semua ada dalam diriKu.

Aku adalah kata-kata, namun Aku berada dalam kumpulan kata-kata yang tidak akan kau

temui dalam perbendaharaan kata-katamu yang terbatas. Hanya ketika kau telah melihat

kesejatian dirimu sendiri, kau akan mengetahuiKu tanpa membutuhkan kata-kata lagi.

Aku adalah suara, tapi kau tidak akan mendengar suaraKu dalam riuhnya suara-suara hati

dan pikiranmu. Aku adalah suara yang hanya terdengar dalam kesunyian hatimu. Akuadalah suara yang suka menyelinap dalam suara-suara duniawi yang sering kau dengar.

3

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 4/117

Hanya saat hatimu mulai waspada, kau akan mendengar Aku sedang memanggilmu dengan

suara dan kata-kataKu.

Aku adalah gerak aktif alam semesta yang bekerja di tengah keheningan demi memenuhi

setiap kesungguhan doamu yang berharap padaKu. Aku bekerja untuk memberi pahala dan

memberi pahala bagi setiap tindakan kerja. Aku adalah pusat dari kerja dan pahala kepada

siapa setiap bentuk kerja dan pahala semestinya dipersembahkan kembali.

Akulah Ayah-Ibu yang dengan lega melepasmu bersama kebahagiaan dalam kelahiranmu,

lalu dengan sabar menantimu pulang di ujung penderitaan kehidupan untuk memberimu

pelukan kasihKu. Dalam kebahagiaan atau pun penderitaanmu, Aku akan selalu menjadi

sumber bagi kebahagiaan abadi yang menjadi tujuanmu.

Pergilah menyelam ke dalam dirimu sendiri, karena disitulah Aku menyediakan ruang dan

waktu bagimu untuk menjumpai diriKu. Disitu Aku akan menjadikan hatimu dipenuhi

kebahagiaan karena kau adalah benih kebahagiaan yang terus bertumbuh dan Aku adalah

sumber darinya.

Dan dalam kebahagiaanKu saat kau mau membaca tulisan ini, biarkan Aku memanggilmu

dengan sebutan ‘Nak’. Itulah bentuk kebahagiaan dan kecintaanKu padamu. Aku bahagia

karena kerinduanKu telah kau obati dengan percakapan hatimu bersamaKu lewat tulisan ini.

Aku telah hadir disini sekarang AnakKu. Ayah-Ibu semesta sedang berbicara padamu

dengan penuh kerinduan.

Tapi maafkan Nak, bila dengan segala kerinduanKu saat ini kau seakan tidak Kuberi

kesempatan memotong atau menghentikan kata-kataKu yang akan terus mengalir. Sebab

sepanjang waktu ini Aku lebih banyak diam dalam lamunan doa-doamu padaKu. Dan

bukankah sudah sekian lama, selama ini, Aku disibukkan untuk mendengar kata-katamu,

keluhan-keluhanmu, keinginan-keinginanmu yang meluap, tangis kesedihanmu, teriakan

dari penderitaanmu; dan Aku hanya terdiam tanpa kata?

Maka biarkan kali ini Anakku, Ayah-Ibu kembali berbicara panjang ke dalam kebeningan dan

kepolosan hatimu. Heninglah seperti saat pertama kali kau Kuciptakan ke alam semesta ini

dan seperti setiap kali kau Kubiarkan lahir kembali berulang-ulang dalam kehidupan ini

sebagai bayi-bayiKu yang suci.

Bukalah tanganmu penuh keikhlasan dan lapangkan pula hatimu AnakKu. Dalam

keheningan ini Ayah-Ibu akan merangkulmu dalam pelukan cinta kasih. Biarkan kasih

sayangKu menghanyutkan segala penderitaanmu selama ini. Biarkan kehadiranKu

memuaskan kerinduanmu padaKu sejauh ini. Menangislah Nak, jika itu tangis kemurnian

yang mengalir dari dalam Jiwamu.

Dalam kata-kata penuh kerinduan ini Nak, ijinkan Ayah-Ibu berkisah banyak tentang siapa

diri sejatimu. Tentang kehidupanmu, tentang pertumbuhanmu, juga tentang segala

pembelajaran dalam kehidupan yang telah kau pilih ini. Tentang penderitaan atau

kebahagiaan yang sedang kau alami, serta tentang kesadaran semesta yang selama ini kau

abaikan.Dengarlah dengan tekun Nak, dengan kepolosan hati dan kejujuran pikiran. Ayah-Ibu

4

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 5/117

menjanjikan kebahagiaan sesungguhnya jika kau telah memahami semua kata-kataKu ini.

Satukan hatimu padaKu, maka akan Kubawa kau menyelami diri sejatimu.

Bahasa Langit : Siapakah Engkau?

Nak, meski Aku suka menjadi Ayah-Ibumu, Aku juga sahabat dan saudaramu. Maka dalampercakapan ini biarlah Ayah-Ibu lebih sering memakai kata Aku agar lebih mudah bagimu

merasa dekat denganKu. Sedekat yang selalu Aku rasakan sepanjang masa denganmu,

meski seringkali tidak kau sadari kehadiranKu selalu menjagamu.

Baiklah Nak, kini Aku akan berkisah panjang padamu. Dengan kecerdasan intelektualmu

sejauh ini, Aku yakin kau akan mudah mengerti maksudKu asal kau bersedia melepaskan

pikiranmu dari segala penilaian benar dan salah. Karena apa yang salah atau benar

menurut konsep pikiranmu yang terbatas, belumlah tentu salah atau benar dalam

pengetahuanKu yang tak terbatas.

AnakKu, dalam semua lipatan waktu masa lalu, masa kini dan masa depan Aku adalah

keabadian spiritual sekaligus keabadian material. Aku adalah energi dan zat yang selalu

kekal. Aku selalu ada di semesta ini. Aku ada dari apa yang yang pernah ada, sedang ada

dan akan ada.

Seperti halnya dirimu bisa hadir di dunia ini karena terlahir dari sesuatu yang sebelumnya

memang sudah ada (ayah-ibu), sedangkan mereka juga ada dari yang pernah ada

(kakek-nenekmu), dan sekali lagi mereka pun ada dari siapa yang juga pernah ada sebelum

mereka (nenek moyangmu). Begitulah Kutegaskan bahwa setiap yang ada selalu berasal

dari apa yang ada. Tidak pernah ada sesuatu yang berasal dari sesuatu yang sebelumnyatidak ada.

Jika menurutmu di semesta ini ada sesuatu yang tercipta dari apa yang sebelumnya tidak

ada, maka pemikiran itu hanyalah akibat keterbatasan pikiranmu tidak mampu memahami

kebenarannya. Semua yang kau ketahui saat ini sesungguhnya sudah ada sejak awal alam

semesta ini ada. Mereka semua berasal dari sesuatu yang sebelumnya sudah ada namun

dalam keadaan awal yang selalu bebas. Karena pengaruh hukum keniscayaan semesta,

material-material bebas itu lalu mulai saling berdekatan satu sama lain. Mereka berikatan,

bersatu dan selanjutnya menjadi suatu bentuk material baru yang lebih mudah terlihat

olehmu.

Begitulah seluruh alam material yang kau kenal saat ini tercipta oleh pikiran semestaKu dari

bahan-bahan yang sudah ada sebelumnya. Semua yang ada saat ini tercipta dari gabungan

kecerdasan pikiran semestaKu yang sebelumnya telah ada dalam keadaan terpisah-pisah.

Kuharap kini kau mengerti bagaimana Aku bisa selalu ada tanpa awal dan akhir. Aku

berasal dari sesuatu yang sebelumnya senantiasa ada dalam keabadian semesta. Aku

berasal dari diriKu sendiri. Itulah keberadaanKu yang senantiasa kekal.

Kau adalah gabungan materi tubuh, pikiran dan Jiwa. Semua bahan-bahan yang menyusun

dirimu sudah ada sebelum kau ada. Tubuhmu berasal dari unsur-unsur materi alam semesta

5

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 6/117

yang juga membentuk seluruh bintang dan planet. Material tubuhmu sudah ada sejak materi

alam semesta ini pernah tercipta dari yang sudah ada. Pikiranmu berasal dari

kecerdasan-kecerdasan Jiwa yang pernah ada di alam semesta ini sejak semula. Dan

Jiwamu, diri sejatimu, adalah sesuatu yang berasal dari sesuatu yang sudah ada

sebelumnya yakni dari diriKu, dari Aku yang selalu kekal.

Maka AnakKu, Kutegaskan bahwa engkau adalah bagian dari diriKu, seperti halnya

anak-anakmu adalah bagian dari dirimu sebelumnya. Perhatikan anakmu sendiri, material

tubuhnya berasal dari material bumi, bagian dari alam semestaKu yang masuk ke dalam

tubuh ibunya sebagai makanan lalu berkumpul membentuk tubuh janinmu. Energi yang

mengisi tubuh anakmu adalah energi alam semestaKu yang melewati tubuh ibunya bersama

makanan, minuman dan udara.

Ketika semua unsur-unsur material alam semesta itu telah menyatu membentuk tubuh

janinmu, saat itu pun Aku harus memastikan satu bagian terkecil dari diriKu untuk menyatu

dengan bayimu sebagai Jiwanya. Aku ada dalam dirinya karena Aku selalu ada

dimana-mana dan harus mengisi semua ruang dan waktu di semesta.

Lalu kehidupan mulai terjadi sebagai gabungan antara diriKu yang selalu hidup sebagai Jiwa

di dalamnya, tubuh yang tak hidup, serta energi semesta yang Kugunakan sebagai kekuatan

untuk memberi gerak kehidupan bagi bayimu. Bila kau telah memahami proses ini, seperti

itulah juga sesungguhnya cara dirimu berasal dariKu, Ayah dan Ibu semesta yang

menciptakan kehidupan bagimu.

Seperti seorang anak memiliki gabungan sifat ayah dan ibunya, serta sifat-sifat yang dia

dapat dari lingkungan hidupnya, begitu juga dirimu Nak. Kau memiliki sifat-sifatKu yang kau

dapat karena Aku menurunkannya sebagai Ayah Semesta. Kau juga memiliki sifat Ibu

Semesta yang kau dapat dari endapan sifat material yang kau peroleh dari alam tempatmu

berdiam. Selebihnya kau menambahkan bagi dirimu sifat-sifat yang kau dapat dari

kehidupan sosialmu.

Kumpulan dari berbagai sifat inilah yang kemudian membentuk pribadi duniawi yang

membuatmu justru sulit membedakan antara sifat spiritual sejatimu yang terwaris dariKu

sebagai Ayah, sifat material yang berasal dari Ibu semesta, serta sifat-sifat yang kau dapat

dari lingkungan hidupmu. Sifat sejatimu terbungkus sangat tebal oleh sifat-sifat material dan

sifat duniawi yang kamu pelajari dari kehidupan ini. Kesadaran sejatimu pun kian jauh

terlupakan.

Kau tidak tahu tetapi Aku selalu tahu. Kau tidak sadar tetapi Aku selalu sadar. Karena itu

Aku selalu memaafkanmu atas ketidaktahuan itu. Namun inilah saatnya bagiKu untuk

mengajakmu tekun merenung dan mengingat kembali kesejatian sifatmu.

Dan bila sekali waktu dalam pertumbuhan kesadaran kemudian kau ingin mengetahui

seperti apa wujud asliKu, renungkanlah seperti apa wujud aslimu. Aku sama seperti dirimu,

tapi tidak sama seperti badanmu ataupun seperti apa yang pernah kau pikirkan tentang dirisejatimu. Jika perbandingan ini pun tidak berhasil membuatmu mengetahui seperti apa diri

6

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 7/117

sejatimu dalam khayalan yang dibentuk oleh pikiranmu, maka terimalah keterbatasan

pikiranmu itu.

WujudKu memang ada diluar batas pikiranmu. Maka biarlah cukup kata ‘Aku’ dan ‘Kau’ saja

yang mewakili sesuatu yang tak mampu kau khayalkan atau gambarkan wujudNya. Selalu

ada kata-kata yang kau ketahui dan mengerti maknanya tanpa perlu mengetahui seperti apa

bentuknya. Sebaliknya, kadang kau akan mengenal suatu benda atau situasi namun tidak

mengetahui nama atau istilahnya dalam cadangan kata-katamu. Maka biarlah ia menjadi

demikian adanya saat ini.

Kelak, manakala Kita telah bersatu kembali dalam satu “wujud”, kau akan mengerti diri

sejatimu tanpa perlu lagi memberi nama bagi wujudnya. Seperti ikan yang selalu gembira

berenang di laut tanpa terusik untuk mengetahui betapa manusia dengan bebas menyebut

wujud mereka sebagai ‘ikan’ di dalam lautan.

Itulah kesejatianmu Nak, Jiwa yang berasal dari benih sifat dan energi spiritualKu sebagai

Ayah Semesta, yang bergabung dengan benih sifat dan energi materialKu sebagai Ibu

Semesta. Kau lahir untuk bertumbuh menjalani kehidupan duniawi dalam peran sebagai

penyeimbang kehidupan semesta ini sambil tetap berkembang dalam kesadaran sejatimu.

Di setiap mahluk Aku ada untuk mengisinya sebagai Jiwa. Kau tak lain adalah diriKu yang

kecil dalam tubuh manusia. Kau adalah Jiwa yang sama dalam diri semua manusia dan

mahluk hidup di semesta ini. Dalam tubuh dan pikiran manusia yang berbeda, semua Jiwa

adalah bagian yang sama dari diriKu.

Kesejatianmu bukanlah sekedar tubuh yang kelak akan kau tinggalkan setelah kematian.

Kau bukan pula pikiran yang sering terjebak dalam ketidaktahuannya. Kau adalah

kecerdasan tak terbatas yang terkunci dalam pikiran yang terbatas. Kau adalah yang selalu

hidup dan yang pergi saat kematian tetapi kau sendiri tidak pernah mati.

Kau adalah entitas kesadaran agungKu yang terjebak dalam semesta kecil tubuh dan

pikiran manusia. Kau adalah diri kecilKu yang sedang bertumbuh untuk bisa mengingat

hakekat diriKu yang besar. Kau adalah alam semesta yang sedang belajar memahami

dirinya sendiri.

Kau bukan kemarahan, bukan kebencian, bukan pula kedengkian. Kau bukan keraguan,

bukan ketakutan, bukan juga kebodohan. Kau bukan hasrat, bukan keinginan, bukan

harapan, bukan pula cita-cita. Kau bukan kesedihan, bukan kegelisahan, bukan pula

kegundahan. Semua bentuk sifat itu hanyalah bagian dari pikiranmu, bukan diri sejatimu.

Kau adalah kemurnian cinta kasih semesta yang selalu mencintai tanpa hasrat memiliki. Kau

adalah yang memberi tanpa meminta. Kau adalah yang terlibat tanpa mesti terikat. Kau

adalah pemilih yang tidak terjebak oleh penilaian atas setiap pilihanmu.

Di dalam tubuh dan pikiran manusiamu, kau adalah yang tidak gusar oleh penilaian apa pun.Kau adalah batin diam yang tekun mengamati situasi. Kau adalah keheningan hati yang

7

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 8/117

bebas dari hiruk pikuk perdebatan ide pikiran. Kau adalah tangis yang bukan datang dari

kesedihan atau pun kegembiraan. Kau adalah pemahaman yang tak terjelaskan dengan

kata-kata. Kau adalah kekayaan hati yang tak tercuri dan kemiskinan duniawi yang tak

terhina. Kau adalah kesadaran tak terbatas dalam tubuh dan pikiran terbatas.

Itulah dirimu Nak, yang terbungkus oleh tubuh dan terjebak dalam gelombang arus pikiran.

Hanya saat pembungkus itu terkelupas dan gelombang itu menjadi lebih tenang, indahnya

cahaya kesejatianmu akan terpancar keluar seperti lautan yang jernih dan tenang.

Setelah kau memahami diri sejatimu Nak, Aku akan membukakan pengetahuan semesta

untuk menggugah kembali ingatan akan kesadaran sejatimu. Amati tubuhmu, amati

pikiranmu, karena disitulah Aku menyimpan semua pengetahuan semesta ini dalam dirimu.

Bacalah tubuhmu.

8

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 9/117

Bahasa Langit : Penciptaan dan Kelahiran

Sepanjang siklus waktuKu yang abadi ini Nak, Aku menciptakan alam semesta bukan dari

suatu ketiadaan melainkan dari keadaan. Dari keadaannya yang bebas Aku menyatukan

benih-benih alam semesta melalui keterikatan mereka satu sama lainnya. Aku menciptakan

semesta ini dalam batasan bingkai hukum keniscayaan, hukum sebab akibat dan hukum

dualitas yang pernah Aku ciptakan sebelum semesta ini ada.

Segala dualitas semesta yang Kuciptakan ini selalu ada dan selalu dalam kekekalannya.

Mereka membentuk alam semesta ini karena efek hukum keniscayaan semesta

menciptakan rantai keterikatan-kebebasan yang terjadi berulang-ulang selamanya. Inilahpenyebab adanya siklus alam semesta yang tak berawal dan tak berakhir.

Dualitas materi-nonmateri niscaya akan mengalami keterikatan dan kebebasan secara

berulang karena adanya hukum sebab akibat. Keterikatan dengan unsur yang satu

menyebabkan mereka terbebas dari unsur yang lain. Tarikan demi tarikan yang silih berganti

menjadi siklus keterikatan-kebebasan inilah yang menyebabkan semesta ini selalu hidup

dalam keberadaannya.

Sebelum alam semesta ini ada dalam wujudnya sekarang, mereka adalah benih dualitas

yang menyatu dengan diriKu dalam wujud yang sangat kecil bagiKu. Mereka bergerakmendekat padaKu sejak masa kehancuran semesta terjadi lalu terserap ke dalam diriKu.

Saat mendekat inilah dualitas semesta raya yang mengecil itu kembali menjadi benih

semestaKu.

Selanjutnya semua inti dualitas itu; material-spiritual, energi material-energi spiritual, kembali

bersatu untuk menjadi suatu benih semesta raya. Benih inilah kemudian segera membelah

diri dan berkembang menjadi semesta raya untuk memulai kembali kehidupan barunya.

Inilah siklus kesemestaanKu dari ada menjadi tiada dan kembali ada.

Meski Aku menyatakan bahwa setelah kehancuran semesta mereka kemudian terserapmenjadi benih semesta ke dalam diriKu, tidak berarti bahwa pada saat membelah kembali

menjadi semesta raya ini mereka keluar dari diriKu. Tidak. Tidak ada yang pernah keluar

dari diriKu. Mereka selalu berdiam dalam diriKu, selamanya. Mereka ada dalam diriku dan

Aku ada dalam diri mereka semua.

Alam semesta ini adalah kreasiKu karena Aku adalah keindahan. Alam semesta ini selalu

saling menjaga karena Aku adalah cinta kasih. Aku menjaga keabadian semesta ini melalui

proses penciptaan, pemeliharaan dan penghancuran. Apa yang selalu Kuciptakan,

Kupelihara dan Kuhancurkan tak lain adalah keterikatan. Keterikatan antara material dan

material, material dan spiritual, serta spiritual dan spiritual. Aku menghancurkannya agar

9

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 10/117

terjadi kebebasan, agar dari kebebasan itu bisa Kuciptakan keterikatan lagi. Dengan cara ini

Kuciptakan alam semesta yang berisi kehidupan dan kematian sebagai rangkaian peristiwa

di dalamnya.

Maka jangan takut pada kehancuran semesta karena Aku akan menciptakannya kembali.

Jangan sedih pada kehilangan karena Aku akan mempertemukannya kembali. Gembiralah

pada setiap penciptaan, pemeliharaan dan bahkan pada kehancuran. Karena tak pernah

ada yang hilang, tak pernah ada yang hancur. Yang ada hanya pembebasan dari

keterikatan satu sama lain.

Apa yang awalnya tiada, ketika ada maka mereka menjadi realitas. Apa yang awalnya ada,

ketika tiada maka mereka menjadi imajiner, menjadi kenangan abadi dalam ingatan.

Realitas dan imajiner pun adalah dualitas yang selalu ada dan hadir silih berganti. Semesta

ini adalah sekumpulan dualitas. Tak seorang pun mampu menghindar dari dualitas ini,

karena semesta sendiri dibentuk dari dualitas. Lebih baik engkau belajar menerima

kenyataan dualitas yang tidak mungkin dapat dihindari.

Manakala kedua benih semesta terserap ke dalam diriKu, kumpulan material dan spiritual

yang memusat dengan membawa energinya masing-masing mulai mendekat untuk bersatu.

Muatan listrik negatif dan positif yang membentuk energi mereka masing-masing secara

tiba-tiba bersentuhan. Dari situ timbul panas, timbul api semesta yang membakar.

Pembakaran dan panas ini membuat bola energi material-spiritual mereka meledak,

membelah dan terpisah menjadi pecahan-pecahan bintang. Bintang yang masih panas

membelah lagi menjadi planet-planet. Planet yang masih panas membelah menjadi

bulan-bulan. Hanya saat suhu mereka mendingin, mereka memadat seperti bumi yang kini

kau tempati.

Setelah planet ini dingin seperti bumi yang kau tempati, molekul udaranya menyatu,

mengembun menjadi air. Air ini berkumpul di lubang-lubang yang ada di bumi. Semakin

lama ia menjadi semakin banyak hingga membentuk lautan. Panas matahari

menguapkannya menjadi awan, menjadi hujan untuk kembali ke lautan. Dari awan

kemudian tercipta kilatan petir. Listrik semesta inilah yang memulai terciptanya mahluk hidup

mulai yang terkecil yang terdiri dari beberapa atom dan molekul material alam semesta.

Inilah penciptaan awal.

Perlahan-lahan dalam miliaran tahun, benih-benih mahluk hidup itu bertumbuh dan

berkembang menjadi lebih bervariasi dalam bentuk dan sifat. Mereka beradaptasi,

berevolusi menjadi mahluk seperti yang ada saat ini. Inilah proses penciptaan, pemeliharaan

dan penghancuran yang merubahnya terus menerus menjadi lebih baik. Ketika tiba saatnya

semua isi alam semesta ini mendingin, mereka pun akan kembali bersatu menjadi benih

semesta dan mengulangi lagi siklusnya seperti yang Kuceritakan tadi. Dingin menyebabkan

terjadinya penyatuan dan panas menyebabkan pemisahan.

Aku menciptakan alam semesta bersama segala isinya serta kehidupan di dalamnya

dengan kreativitas dari kecerdasan semestaKu. Dengan begitu maka pada setiap wujudyang Kuciptakan di semesta ini ada jejak-jejak kecerdasanKu yang bisa kalian pelajari. Dan

10

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 11/117

dari semua mahluk yang pernah Kuciptakan, jejak terbesar kecerdasan semestaKu di bumi

ini ada pada tubuh dan pikiran manusia.

Kuciptakan alam semesta ini dengan cinta kasih. Karena itu Aku mencintai semesta dan

seluruh isinya sebagai karya cipta yang akan terus Kusempurnakan. Setiap peristiwa yang

terjadi di alam semesta ini adalah bagian dari proses penyempurnaan yang selalu

Kulakukan. Kau sendiri adalah bagian dari proses penyempurnaan itu. Maka berkembanglah

segera menuju kesempurnaan.

Aku adalah kekosongan sekaligus yang mengisi kekosongan semesta itu. Sebagai isi dari

kekosongan, Aku mewujudkan diriKu menjadi dualitas yang akan menjadi benih bagi

terciptanya alam semesta beserta isinya. Wujud benih dualitasKu sendiri selalu memiliki

bagian yang kosong untuk dipenuhi oleh bagian diriKu yang akan menjadi isinya. Maka Aku

adalah wujud lelaki dan perempuan. Aku adalah kelebihan dan kekurangan. Aku adalah

gelap dan terang. Aku adalah tinggi dan rendah. Aku adalah ada dan tiada. Aku adalah

kehidupan dan kematian.

Itulah segala dualitas yang menjadi bahan-bahan yang dengan kreasiKu akan membentuk

alam semesta. Maka kesempurnaan bagiKu adalah penyatuan kembali seluruh ujung

dualitas kehidupan menjadi suatu pemahaman utuh tentang kekosongan dan isi dari

kekosongan.

Dari pemahaman akan menjadi penerimaan terhadap dualitas. Dari penerimaan akan

menjadi kepemilikan, dan dari kepemilikan akan menjadi penyatuan dalam dualitas itu.

Akhirnya dari penyatuan dualitas akan menyisakan apa yang disebut sebagai “satu-satunya

pengisi kekosongan”. Inilah kebenaran tunggal, kesadaran tertinggi. Inilah Aku dan

penciptaanKu.

AnakKu, penciptaan semesta ini mirip dengan proses kelahiranmu ke dunia ini. Aku telah

menyimpan rahasia penciptaan semesta ini di dalam tubuhmu jika engkau cerdas

membukanya. Bahwa alam ini tercipta untuk berproses mencapai kesempurnaan

semestanya, maka kau pun terlahir untuk tujuan yang sama; mencapai kesempurnaan

dalam kesadaran semestamu sebagai Jiwa.

Karena itulah Nak, setelah memahami dirimu, andai dirimu pernah diliputi kekecewaan pada

kehidupan duniawi dan pernah bertanya untuk apa Aku melahirkanmu ke alam semesta ini,

biarlah Aku menjawab bahwa itu hanyalah pertanyaan dari pikiranmu, bukan dari diri

sejatimu. Sebab, bila itu pertanyaan dari diri sejatimu yang memiliki sifat-sifat dan

kecerdasan tak terbatas sepertiKu, Aku hanya akan mengingatkanmu pada satu

jawabannya: “Keniscayaan.”

Namun karena pertanyaan itu berasal dari pikiranmu, maka Aku akan menjawab bahwa

kelahiranmu adalah untuk belajar bertumbuh menuju kesadaran sempurna. Untuk itulah kau

Kuhadirkan di dunia ini. Untuk menyadari dirimu sendiri sebagai diri semestaKu.

Jika kemudian kau bertanya pula tentang manfaat dari kelahiranmu di semesta ini, maka

11

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 12/117

untuk diri sejatimu sebagai Jiwa, Aku akan menjawab: “Kamu lahir untuk keberhasilan Kita

agar selalu ada dalam keabadian lingkaran keniscayaan”. Dan untuk pikiranmu Aku akan

menjawab bahwa kamu lahir untuk bisa menerima kehidupan duniawi apa adanya dalam

keseimbangan antara pikiran duniawi dan kesadaran rohanimu sebagai Jiwa.

Dan terakhir AnakKu, untuk selalu kau ingat, bertumbuhlah dalam kesadaran sebagai benih

spiritualKu. Di puncak kesadaran itu Aku menjanjikan kebahagiaan yang melebihi

kebahagiaan yang kau peroleh di dunia. Namun begitu, kau mesti tetap menjaga

keseimbangan antara kesadaran spiritual dan peranmu dalam kehidupan dunia material ini.

Tanpa keseimbangan, kehidupan alam semesta akan kehilangan keniscayaan dualitasnya.

Terikatlah pada peran dan tugas dalam kehidupan duniawimu, namun bebaskanlah

kesadaran Jiwamu dari kemelekatan terhadapnya. Tanpa pembebasan itu maka setelah

meninggalkan kehidupan dunia engkau akan terus melekat terhadap segala aspek duniawi.

Itulah yang selama ini telah membuatmu lahir dan lahir kembali ke dunia ini hanya untuk

merasakan kembali nikmatnya saat-saat membahagiakan dalam badan fisik yang pernah

kau alami. Bahagialah di duniamu saat ini, namun selalu persiapkan kebebasan diri dari

kemelekatan duniawi agar kau bisa berbahagia di kehidupan setelah kematian dalam

kesadaranmu sebagai Jiwa.

Nak, kelahiranmu ke dunia adalah kepergianmu dari diriKu. Kita terpisah dalam rentang

kesadaran. Kau adalah bagian dari diriKu yang terjebak dalam ruang dan waktu duniawi

yang terbatas, sementara ruang dan waktu itu sendiri ada dalam diri semestaKu yang tak

terbatas. Dengan begitu kau sesungguhnya masih ada dalam diriKu, hanya saja kita tidak

menyatu karena terpisahkan oleh perbedaan kesadaran.

Maka dalam setiap kelahiranmu Aku berharap kau berjuang untuk meraih kesadaran

semesta lewat proses pembelajaran di setiap peran duniawi yang pernah kau jalani. Aku

telah memahat jejak-jejak bagimu untuk jalan pulang kepadaKu, karena sudah begitu lama

Aku merindukanmu Nak. Bertumbuhlah menuju kesadaran semestamu untuk bisa kembali

padaKu. Aku selalu menantimu pulang ke rumah kesadaran semesta Kita yang dipenuhi

cahaya cinta kasih dan kedamaian. Pulanglah AnakKu, Ayah-Ibu rindu merangkulmu dalam

pelukan. Pulanglah Nak ....pulanglah.

12

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 13/117

Bahasa Langit : Kehidupan dan Kematian

Baiklah Nak, kini akan Kuceritakan padamu tentang kehidupan dan kematian, dua hal yang

menjadi dasar bagi bergulirnya siklus kesemestaan. Keduanyalah inti dari alam semesta.

Tak ada alam semesta tanpa kehidupan, tak ada kehidupan tanpa kematian. Kehidupan dan

kematian adalah perjalanan abadi dari keabadian alam semesta. Inilah kisah perjalanan

mereka.

Sesaat ketika terjadi kekosongan semesta setelah masa kiamatnya, seketika itu pula Aku

telah mengisinya kembali dengan dualitas pertama unsur alam semesta yakni material dan

spiritual yang memampatkan lagi diri mereka setelah sebelumnya tersebar. Dengan begitu,

sesungguhnya tak pernah ada kekosongan mutlak di alam semestaKu ini melainkan hanya

suatu jeda kosong dimana untuk sementara tidak ada lagi keterikatan diantara kedua unsur

tadi.

Segera setelah dualitas semesta tadi memulai lagi penyatuan mereka sebagai proses

penciptaan awal, maka kekosongan itu dengan sendirinya terisi kembali oleh kreasi

semestaKu. Dari sini semuanya kembali ‘berawal’ untuk memulai siklus semestanya yangbaru.

Dalam proses awal penciptaan kehidupan semesta ini, mulailah materi bergabung dengan

materi lain menjadi wujud benda mati. Ketika saatnya tiba maka benda mati ini akan

bergabung dengan Jiwa menjadi benda hidup untuk suatu rentang masa tertentu.

Kehidupan sendiri tak lain adalah keadaan ketika terjadi penyatuan antara apa yang hidup

dan apa yang mati. Sedangkan kematian adalah pelepasan antara apa yang hidup dari apa

yang mati. Kehidupan dan Kematian inilah dualitas yang kedua dari alam semesta yang

Kuciptakan dari unsur material dan spiritualKu. Mereka bergulir membentuk siklus abadikarena diputar oleh rantai penyatuan dan pelepasan yang silih berganti.

Di semesta ini, apa yang Kumaksud sebagai unsur yang selalu hidup adalah Jiwa,

sedangkan unsur yang selalu mati adalah material alam semesta. Inilah kenapa Aku tidak

pernah membatasi hidup dengan mati, karena apa yang hidup akan selalu hidup. Aku tidak

pula membatasi mati dengan hidup karena apa yang mati akan selalu mati. Namun Aku

membatasi masa kehidupan nyata ini dengan kematian dan membatasi masa kematian

dengan mulainya kehidupan baru.

Meski demikian, sungguhlah dalam kematian ketika Sang Hidup telah terlepas dari wujud

13

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 14/117

materi yang pernah ditempatinya, ia segera akan menempati wujud materi baru dalam

dimensi yang lain. Dengan pengetahuan ini pula Kutegaskan padamu bahwa kehidupan

sebenarnya selalu berlanjut bahkan setelah kematian di dunia nyatamu ini. Untuk itu

AnakKu, berhentilah kau bersedih untuk setiap kematian karena kehidupan itu selalu ada,

hanya saja ia berganti dimensi. Dari dimensi yang bisa terlihat menjadi sesuatu yang tidak

mudah terlihat.

Berkembang dari dualitas kehidupan dan kematian inilah kemudian Aku menciptakan

cabang-cabang dualitas semesta lainnya. Suka-duka, sedih,-gembira, kaya-miskin dan

pelangi dualitas lainnya. Berbagai dualitas itulah yang mewarnai duniamu untuk kalian alami

dan rasakan selama menjalani kehidupan dan juga saat menghadapi peristiwa penting

dalam kehidupanmu yakni kematian.

Karena itu AnakKu, dunia ini Kusediakan sebagai tempat pembelajaranmu mengenal segala

dualitas yang ada dalam kehidupan dan kematian yang kau jalani berkali-kali. Ketika kau

telah bisa memahami, menerima dan bersatu dengan semua dualitas dunia ini, kau akan

memahami, menerima dan juga bersatu dengan dualitas kehidupan dan kematian sebagai

bagian hakiki dari dirimu.

Bila setelah melampaui dualitas kehidupan dan kematian ini kau berhasil memahami,

menerima dan bersatu dengan keniscayaan dari adanya dualitas pertama semesta yakni

material dan spiritual, kau akan mudah memahamiKu sebagai kekosongan dan isi dari

kekosongan semesta. Akhirnya, setelah memahami pula semua itu, kau akan menyadari

siklus kesemestaanKu dan bergerak dalam diam bersamaKu dengan kesadaran semesta.

Aku bergerak karena Aku adalah Sang Hidup yang abadi dalam gerak semestaKu. Aku

bergerak dalam diam karena dalam gerak itu sesungguhnya Aku tidak kemana-mana. Aku

sudah ada dimana-mana selamanya. Inilah kehidupan semesta yang Kujalani dalam

keabadianKu melampaui segala ruang dan waktu.

Kau sendiri adalah bagian dari keabadianKu yang bergerak dalam siklus kehidupan dan

kematian. Kau hidup dalam berbagai jenis badan fisik, menjalaninya sebagai pembelajaran

tugas dan peran Jiwa, meninggalkannya dalam kematian untuk hidup dalam dimensi lain,

kemudian kembali lagi dengan wujud fisik yang lain. Dalam pandanganKu, Kau mirip suatu

Jiwa yang sedang melompati batu-batu pijakan yang membentuk lingkar kehidupan dalam

berbagai badan fisik. Maka fokuslah menatap setiap ruang dan waktu yang sedang kau

pijak. Itu akan memudahkan jalanmu.

Jika bagimu kehidupan ini permainan, maka disitulah Aku sedang bermain-main sebagai

Jiwa dalam badan fisik. Aku menggunakan tubuh dan pikiran yang terbatas itu untuk

menjalankan semua peran dalam permainan kehidupan. Maka bergembiralah dalam

permainan ini Nak. Kesedihan hanya ada dalam pikiranmu, rasa sakit hanya ada dalam

tubuhmu. Karena bagi kesadaran sejati Kita, kehidupan ini hanyalah tempat Kita berjalan,

berlari-lari atau melompat kesana kemari dengan tubuh dan pikiran. Tak ada salahnya

menikmati kegembiraan meski masih dalam keterbatasan.

Jika bagimu kehidupan ini adalah belenggu penjara dalam badan yang dipenuhi suka-duka,

14

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 15/117

sakit dan kematian, nikmatilah Nak. Bukankah Kita sudah terlampau lama berada dalam

kebebasan tak terbatas. Dan kehidupan ini Kuciptakan sebagai ruang dan waktu bagimu

untuk mengalami keterbatasan duniawi hingga kau merindukan kembali kebebasan

rohanimu yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.

Dari tahu menjadi tidak tahu sampai kelak kembali tahu. Dari bebas menjadi terikat untuk

kembali pada kebebasan. Dari sadar menjadi tidak sadar hingga kembali dalam kesadaran.

Dari tak terbatas menjadi terbatas sampai kembali sebagai yang tak terbatas. Begitulah

kehidupan ini Kuciptakan bagi perputaran abadi tanpa awal dan akhir itu AnakKu. Jalani saja

siklusmu dengan penuh kegembiraan.

Namun jika kelak kesedihan datang menghampirimu dalam kematian yang membatasi masa

kehidupanmu, bersedihlah bukan untuk apa yang telah kamu tinggalkan melainkan pada

apa yang belum kamu tinggalkan. Karena setiap beban pikiranmu yang terbawa dalam

kematian akan menjadi keterikatanmu pada apa yang telah berlalu di dunia.

Sebaliknya, bergembiralah setelah kematian bukan untuk apa yang belum kamu sadari

melainkan pada apa yang telah kamu sadari selama kehidupan itu. Karena untuk itulah

tugasmu selama bertumbuh dalam siklus kehidupan dan kematian. Kau mengalami dan

melintasinya berulang kali hanya untuk mencapai kesadaranmu sebagai diriKu.

Kematian bukan hukuman. Kematian adalah cara yang Kuciptakan untuk memberimu

kembali energi dan wujud fisik baru agar dapat terus tumbuh untuk mencapai kesadaranKu.

Dengan kematian Aku memutuskanmu dari keterikatan pada fisik yang telah usang dan

tidak berguna lagi bagi perjalanan kesadaran. Kematian adalah tangga-tangga menuju

rumahmu di sebuah puncak kesadaran dan kedamaian, dimana Aku selalu menanti

kepulanganmu.

Kematian semestinya bukan pintu menuju ruang kegelapan yang dingin melainkan pintu ke

ruang penuh cahaya cinta yang menghangatkan dan memberi energi baru bagi Jiwa.

Namun jika pintu itu membukakan bagimu ruang gelap yang dingin dan menakutkan, itu

bukan ruangan sejatiKu melainkan ruangan yang dibentuk sendiri oleh pilihan pikiranmu.

Pikiranmu adalah kegelapan yang dingin, karena ia seringkali memiliki cahaya kesadaran

dan kehangatan yang terbatas. Hanya kesejatian Jiwa yang memiliki cahaya cinta tanpa

batas yang akan membuka pintu kematian yang menuju alam penuh kehangatan cahaya.

Karena itulah Nak, kehidupan ini Kusediakan bagimu untuk belajar memilih pintu kematian

bagi dirimu sendiri.

Pintu kematian yang menuju ruang gelap dan dingin dibukakan oleh kunci pikiran yang

digantungi kesedihan, kemelekatan, dendam, penyesalan, kemarahan, putus asa dan

ketidakikhlasan. Sebaliknya, pintu menuju ruanganKu yang penuh cahaya dan kehangatan

akan terbuka oleh kunci kesadaran nurani yang digantungi kegembiraan, keikhlasan,

penerimaan, pengampunan, kebebasan dari kemelekatan.

Kehidupan memiliki sisi terang dan gelap, pun demikian halnya dengan kematian. Kalian

15

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 16/117

bebas menentukan pilihan untuk berada di sisi yang mana. Aku hanya membawa kalian

pada pilihan yang telah kalian tentukan. Disitulah keterlibatanKu pada apa yang kalian alami

dan rasakan dalam masa kehidupan maupun kematian. Maka pilihlah apa yang tidak akan

kalian sesali di kemudian hari.

Terakhir tentang kehidupan dan kematian, apapun pilihanmu selama menjalani keduanya,

Aku tetap menantimu di ujung perjalanan kesadaran. Kalian semua akan sampai padaKu

dan kalian tak punya kuasa mencegahnya. Hanya saja kalian Kuberi hak untuk memilih

akan berjalan lamban ataukah cepat menuju kepadaKu. Aku adalah tangan yang selalu

terbuka untuk memberimu pelukan dalam penyatuan.

Maka tundukkanlah kepalamu selama kehidupan agar bisa kau renungkan makna jejak

perjalanan yang kau lalui di sana. Lalu tegakkan kepalamu dalam kematian agar mudah kau

pilih pintu yang akan membawamu menuju ruang kedamaian penuh cahaya. Dan lihatlah

olehmu dengan mata kerinduan, betapa Aku disana sedang menantimu dengan penuh

kerinduan pula. Datanglah Nak. Datanglah kembali pada Ayah-Ibu semestaMu. Aku

merindukanMu.

16

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 17/117

Bahasa Langit : Bekal Kehidupan

Untuk setiap kehidupan yang akan Kujalani sebagai Jiwa dalam tubuh manusia, Aku telah

memenuhi diri kecilKu dengan empat hal sebagai bekal kehidupan. Suka-Duka-Lara dan

Kematian. Itulah bekal yang akan menjadi bagian dari proses pertumbuhan kesadaranmu

Nak, dari yang terbatas menjadi tak terbatas.

Bukan suatu kebetulan melainkan sudah Kuatur sedemikian rupa bahwa bekal kehidupanmu

seperti itu. Hanya ada satu yang membahagiakan namun tiga lainnya membuatmu merasa

menderita. Ini Kulakukan agar kau mengerti bahwa tidaklah sulit untuk merasa bahagia

ketika kau sedang mengalami suka, namun sangatlah susah menjadi bahagia saat kau

mengalami duka, lara atau pun kematian.

Aku membekalimu dengan suka agar kau menikmati kehidupan ini sebagai sesuatu yang

berharga untuk dijalani sebagai pilihanmu. Sebaliknya, Aku juga membekalimu dengan duka

dan lara agar kau tidak mudah melekat pada kehidupan ini hanya karena perasaan suka

yang kau alami. Terakhir, Aku membekalimu dengan satu kepastian akan hadirnyakematian, agar kau mengerti bahwa kehidupan duniawimu ini akan berujung pada kematian.

Maka nikmatilah kehidupan ini dengan bekal rasa suka yang Kuberikan padamu. Lalu

pahami duka dan lara yang juga kau rasakan di dalamnya sebagai pembelajaran menuju

penerimaan terhadap keniscayaan dualitas semesta. Jadikan keduanya sebagai pengingat

bagimu agar tidak mudah melekat pada kehidupan duniawi yang tak abadi ini.

Aku tahu kau telah terlalu sering mencari rasa suka itu di berbagai tempat dan waktu,

namun kadang sukar atau bahkan gagal kau temui. Sebaliknya, meski kau terlalu sering

menghindari duka, lara dan kematian itu dengan berbagai cara, namun ketiganya justrudengan mudah menemukanmu meski kau mencoba bersembunyi darinya. Dengan semua

kegagalan yang kau alami ini, kehidupan menjadi begitu mudah membuatmu menderita.

Untuk itu anakKu, kini akan Kuajarkan padamu bagaimana cara menjadikan semua bekal itu

membahagiakan.

Sesungguhnya kau tidak terlalu perlu mencari kemana-mana untuk memiliki apa yang kau

sukai agar kau merasa suka. Kau hanya perlu menyukai apa yang sudah kau cari dan miliki

saat ini. Jika kau masih menginginkan hal lain untuk dimiliki, maka inginkanlah hal itu tanpa

perlu kehilangan rasa suka yang sudah kau alami pada hal-hal yang masih kau miliki.

Dengan begitu kau akan selalu berada dalam pelukan rasa suka yang membahagiakan.

17

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 18/117

Sesungguhnya pula kau tidak perlu menghindar dari duka dan lara agar kau tetap merasa

suka dan bahagia. Kau hanya perlu belajar melihat dan memaknai duka-lara itu dari sudut

yang bisa membuatmu suka dan merasa bahagia. Rasa sakit akan membahagiakan jika kau

mengerti bahwa itu adalah pertanda bahwa tubuhmu sedang berproses menuju

kesembuhannya. Duka akan membahagiakanmu jika kau benar-benar memahami bahwa itu

adalah proses pemurnian Jiwa. Saat kau bisa ikhlas menerima duka-lara sebagai bagian

dari dirimu, kau akan mengerti seperti apa Aku menerima dualitas rasa itu sebagai bagian

tak terpisahkan dari diri semestaKu.

Aku adalah pencipta kehidupan ini. Akulah sutradara yang mengatur permainan peran Jiwa

di kehidupan ini sebagai proses pembelajaran mencapai kesadaranKu yang tak terbatas.

Dan untuk proses itulah Aku membekalimu ke-empat hal tadi. Hanya ketika kau memahami

bahwa setiap bekal yang Kuberikan akan memberi manfaat bagi proses pencerahan

kesadaranmu, kau akan berhenti menderita dan mulai bersyukur atas sukamaupun

duka-lara dan kematian yang menemani perjalanan peranmu.

Kalian adalah anak-anak yang Kucintai, Kurindui dan Kutunggu untuk pulang dalam

kesadaranKu. Sebagai Ayah-Ibu semesta, Aku membekali perjalanan kalian di dunia ini

bukan untuk membuat kalian tidak pernah kembali lagi padaKu. Setiap bekal yang

Kuberikan pada kehidupan kalian adalah bekal yang Kuharap akan membawa kalian

kembali selamat pulang ke pelukan cinta kasihKu dengan kesadaran semesta yang lebih

maju.

Dan untuk mencapai kesadaran semesta itu anakKu, belajarlah kau untuk tidak terlalu

merasa bahagia saat suka karena itu akan membuatmu terjebak dan melekat pada

kehidupan duniawi. Bergembiralah pada rasa suka itu sebatas untuk membuatmu bisa

ikhlas bersyukur atas setiap hal yang membahagiakan itu.

Sebaliknya, berhentilah terlalu bersedih atas duka-lara dan kematian karena kesedihan

hanya memperberat penderitaanmu. Bersedihlah hanya sebatas agar kau mengerti bahwa

kehidupan duniawi bukanlah tujuan akhir. Bahwa setiap keadaan duniawi tidak layak

membuatmu melekat di dalamnya. Semua pada akhirnya akan berlalu juga menjadi

kenangan semata. Entah itu indah entah itu menyedihkan.

Hanya ketika kau tidak terlalu larut dalam bahagia ketika mendapat suka dan tidak

terlampau bersedih saat mengalami duka-lara dan kematian, kau akan mudah tercerahkan

dalam kesadaran semesta. Keseimbangan batin itu akan membuatmu mampu melihat

makna dan manfaat dalam setiap peristiwa kehidupan.

Maka anakKu, manfaatkanlah ke-empat bekal yang telah kusertakan dalam kehidupanmu ini

untuk melengkapi proses pembelajaranmu menuju kesempurnaan kesadaran. Aku tidak

akan memberikan sesuatu bagimu jika bagiKu hal itu tidak akan membuatmu menjadi

sempurna. Akulah Yang Mahasempurna dan Aku tahu bagaimana jalan dan proses yang

kalian butuhkan untuk menjadi sempurna seperti kesempurnaanKu. Jika kalian sungguh

ingin menyatu dalam puncak kesempurnaanKu, ikutilah jalan pembelajaran untuk mencapaikeseimbangan ini.

18

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 19/117

Terakhir anakKu, berhentilah saat ini juga untuk berpikir bahwa kehidupan duniawi ini akan

terbebas dari suka-duka-lara dan kematian. Sia-sia bagimu untuk menghindari mereka. Itu

semua adalah sebuah keniscayaan bagi dunia fana ini. Mulailah berpikir bahwa semua itu

adalah bahan-bahan untuk mencapai kebahagiaan abadi bagi diri sejatimu, Sang Jiwa di

dalam yang terus bertumbuh menuju kesadaran semestaNya.

Saat kau memahami semua ini, saat itu pula Aku tahu bahwa kau tidak lagi menyia-nyiakan

bekal kehidupan yang Kusertakan bagi perjalananmu. Dan yakinlah bahwa di ujung

pertumbuhan Jiwamu itu, Aku pasti akan menyambut kepulanganmu kembali padaKu untuk

menyatu lagi sebagai diri semestaKu yang abadi.

Bahasa Langit : Penderitaan dan Kebahagiaan

Kali ini Aku akan bertutur tentang penderitaan dalam kehidupanmu Nak. Sebuah

pengalaman rasa yang dulu pernah kau pilih untuk menjadi bagian dari pembelajaran danproses pertumbuhan kesadaranmu, namun justru lebih banyak kau sesali saat menjalaninya

di dunia ini.

Maafkan Aku mesti mengingatkanmu kembali Nak. Semua bentuk penderitaan yang kau

rasakan di kehidupanmu kali ini adalah hasil dari pilihanmu sendiri. Kau telah memilihnya

dengan pikiran, kata-kata, sikap dan perilakumu pada kehidupan terdahulu. Aku tidak

pernah menghukummu melalui semua bentuk penderitaan itu.

Kau mengalaminya karena kau membutuhkan semua itu. Hanya agar kau bisa memahami

penderitaan yang sama sebagaimana pernah kau ciptakan bagi orang dan mahluk lain.Bukan Aku, bukan pula dirimu yang menghukum diri sendiri dengan semua penderitaan.

Penderitaan bukanlah hukuman, ia hanya pembelajaran bagi pikiran dan rasamu.

Aku tidak berharap kau menikmati penderitaan itu ataupun menyesalinya sepanjang hidup.

Aku hanya berharap kau mengerti bahwa penderitaan itu sedang memberimu pemahaman

utuh atas rasa yang tidak benar-benar kau pahami sebelumnya. Pelajarilah setiap

penderitaan sampai kau tidak lagi merasakannya sebagai penderitaan.

Setiap penderitaan hidup yang kau rasakan Nak, sesungguhnya hanya terbatas pada

pikiran. Ia hanyalah persepsi pikiran yang tidak bisa memahami tujuan positif dari sebuahpengalaman hidup.

Saat pikiranmu memahami dan bisa menerima bahwa penderitaan itu adalah kebutuhan

Jiwa yang berhasil kau dapatkan di kehidupan ini, ia akan berubah rasa menjadi

kebahagiaan. Bukankah sebuah harapan yang bisa terpenuhi adalah kunci dari

kebahagiaan?

Aku tahu pikiranmu tidak menginginkan penderitaan, ia hanya menginginkan kebahagiaan.

Tapi kau tidak tahu bahwa sebagai Jiwa, kau sangat memerlukan penderitaan itu untuk

memahami kehidupan semesta ini secara utuh.

19

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 20/117

Akulah sumber segala kebahagiaan semesta. Aku tidak memiliki penderitaan karena semua

hal dalam pandanganKu hanyalah kebahagiaan. Dan jika kau masih ingin mengalami

kebahagiaan abadi sepertiKu, maka jadilah Jiwa dalam tubuh manusia yang mampu

menggunakan pikiran untuk belajar mengubah setiap penderitaan duniawi menjadi

kebahagiaan rohani.

Semoga dengan semua pemahaman ini AnakKu, pada hari-hari yang lain Aku tidak lagi

mendengar doamu agar kau Kubebaskan dari penderitaan hidup. Bebaskanlah dirimu

sendiri dengan membebaskan pikiran dari cara pandang yang menderitakan. Jika karena

kasih sayangKu padamu lalu Aku sendiri melenyapkan penderitaan itu, maka kau tak akan

pernah memahami makna penderitaan itu. Kau tak akan pernah bertumbuh menjadi Jiwa

yang matang.

Kelahiran dan kehidupan yang kau jalani saat ini Nak, menjadi ruang dan waktu bagimu

untuk bertumbuh semakin matang dalam kesadaran. Kau tidak memerlukan kebahagiaan

untuk kau lihat sebagai penderitaan, tapi kau butuh penderitaan untuk kau lihat sebagai

kebahagiaan. Itulah kematangan sempurna dari kesadaran Jiwa semesta.

Maka anakKu, mintalah agar cahaya kesadaranKu membukakan makna terang bagi

penderitaanmu. Mintalah kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi dan mempelajari

penderitaan itu, bukan kekuatan untuk menghindarinya. Jika kau menghindarinya saat ini, ia

akan datang di saat yang lain. Namun jika kau telah memahaminya, penderitaan itu akan

berhenti mendatangimu.

Ketahuilah Nak, Aku memiliki tubuh yang tak terbatas yaitu alam semesta ini dan memiliki

pikiran yang tak terjangkau yakni kecerdasan semesta. Dan kau sendiri memiliki semesta

yang kecil yaitu tubuhmu serta kecerdasan semesta yang terbatas yakni pikiranmu.

Kau adalah Jiwa kecil yang akan tumbuh menjadi Jiwa besar sepertiKu. Kau mesti terus

berkembang dari kesadaran semesta kecil dalam tubuh manusia agar kelak bisa memiliki

kesadaran semesta raya seperti kesadaranKu. Saat mana setiap penderitaan tubuh dan

pikiranmu bisa kau rasakan hanya sebagai sebuah kebahagiaan, kau akan memahami

caraKu memandang alam semesta ini sebagai ruang dan waktu yang selalu

membahagiakan bagiKu.

Tak ada satupun kejadian di alam semesta yang bisa membuatKu menderita Nak, karena

Aku adalah kebahagiaan sempurna yang abadi. Jika kau sungguh-sungguh ingin menjadi

diriKu, belajarlah untuk tidak melihat segala kejadian pada tubuh dan pikiranmu sebagai

penderitaan. Pahami semua itu hanya sejumlah proses untuk memahami kesempurnaan

tubuh, pikiran serta kehidupanmu. Saat kau memahaminya, begitulah akan kau pahami

kesempurnaan alam semesta dengan kecerdasan dan kehidupan yang terus bergulir di

dalamnya dari masa ke masa.

Dan untuk setiap penderitaan yang kau alami di kehidupan ini AnakKu, janganlah bersedih

dan takut. Karena sesungguhnya Aku selalu ada bersamamu saat kau menjalani

penderitaan itu. Aku diam memperhatikanmu selama dalam proses pemahaman ataspenderitaan itu. Aku mendengar setiap doa dan kepedihanmu.

20

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 21/117

Tapi anakKu, dalam kuasaKu yang tak terbatas, Aku mesti membatasi diriKu. Tidak setiap

penderitaanmu harus Kulenyapkan karena bukan untuk itu Aku mendampingimu. Aku

membawa kebahagiaan bagimu bukan saat kau masih menderita oleh ketidaktahuan

pikiranmu. Hanya ketika kau telah memahami makna penderitaanmu sebagai bagian dari

pemurnian Jiwa, saat itulah kebahagiaan akan Kuberikan bagimu. Pemahaman akan makna

penderitaan adalah kunci bagimu untuk mencapai kebahagiaan Jiwa.

Sumber dari setiap penderitaan dan kebahagiaan adalah harapan. Pikiran akan bahagia

ketika harapan itu terpenuhi dan menderita saat ia tak tercapai. Aku tidak bermaksud

meniadakan harapan bagimu karena harapanlah yang bisa membuatmu hidup dalam

semangat. Jadi tetaplah berharap pada sesuatu lalu kerjakan sesuatu bagi harapanmu.

Namun begitu, bekerjalah hanya demi kerja itu sendiri tanpa terbelenggu oleh harapan atas

hasil kerja. Fokuslah pada tugas dan kerjamu di dunia ini dengan penuh keyakinan. Sisanya,

biarlah Aku sendiri yang akan menentukan hasil yang layak bagi setiap kerja yang telah kau

lakukan demi kelangsungan alam semesta. Aku adalah penentu hasil kerjamu karena

Akulah pemilik semesta tempatmu menjalankan kerja ini. Maka berbahagialah pada setiap

kerjamu dan berbahagialah pula pada setiap hasilnya.

21

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 22/117

Bahasa Langit : Pahala Karma

Semesta ini Kuciptakan dalam keteraturan sempurna sehingga ketika tiba saatnya ia

berakhir, itu akan menjadi awal bagi semesta berikutnya. Untuk menjaga keteraturan itu Aku

menciptakan hukum sebab akibat, hukum kerja atau karma sebagai pengatur perjalanan

alam semesta ini agar tetap berada dalam siklus sempurnanya.

Dengan hukum ini pula Aku mengatur segala aspek dalam kehidupan semesta seperti saat

pertama ia Kuciptakan sampai tiba di akhir masanya. Kehidupan di dalam semesta selalu

bergerak dalam arahan hukum aksi-reaksi, hukum karma ini. Tak ada sesuatu pun dalam

kehidupan ini terbebas dari hukum karma, meski kalian tidak memahami atau bahkan tidak

meyakininya. Ini adalah sebuah hukum keniscayaan alam semesta.

Hukum ini memastikan agar api memberi panas, air memberi basah dan angin memberi

kering. Hukum karma memastikan agar setiap mahluk mendapatkan akibat dari setiap

sebab yang mereka pilih. Setiap kerja pasti akan mendatangkan hasil, sekalipun kerja itu

adalah kerja diam. Kerja menciptakan hasil kerja, diam menciptakan hasil diam.

Sebagaimana alam semesta meliputi seluruh ruang dan waktu yang ada, begitulah hukum

ini meliputi seluruh ruang dan waktu yang membentuk alam semesta. Dengan begitu, hukum

karma ini akan memberimu pahala atau hasil dalam rentang waktu dan ruang yang tidak

terbatas oleh kelahiran dan kematian. Pahala atas kerja ini terus melekat padamu sepanjang

siklus semesta yang kamu jalani melalui begitu banyak kelahiran, kehidupan dan kematian.

Hanya ketika Jiwamu berhasil membebaskan diri dari kemelekatan atas hasil kerja, disitulah

hukum kerja ini membebaskanmu dari pahala karma. Itulah saat engkau mengenal

keikhlasan murni, sebuah kerja tanpa kemelekatan pada hasil. Engkau akan mencapai

kebebasan kerja, bekerja dalam pikiran yang diam tanpa keinginan.

Setiap kerja yang kau lakukan pada kehidupan ini akan mendatangkan pahala pada ruang

dan waktu yang tidak pasti dan sama. Pahala itu bisa datang saat ini disini atau saat itu

disana, dan selalu menanti di masa depan kehidupan. Dan karena kehidupanmu

sesungguhnya abadi, maka pahala karma bahkan bisa datang pada kehidupan masa

depanmu dalam dimensi yang lain setelah kematian.

22

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 23/117

Kehidupan ini sendiri memberi begitu banyak pilihan bebas untuk kau pilih dengan

kecerdasanmu. Sedangkan hukum karma bertugas memastikan agar kau mendapatkan

hasil bagi setiap pilihanmu. Karena itu AnakKu, berhentilah menyalahkan orang lain atas

setiap hasil yang kau peroleh di kehidupan ini. Semua hasil itu tak lain adalah akibat dari

pilihanmu sendiri. Aku sudah menciptakan kesempurnaan pada hukum karma, sehingga

hanya aksi yang menimbulkan reaksi, hanya sebab yang dapat menimbulkan akibat.

Jika untuk sebuah akibat atau pahala yang kau alami ternyata engkau tidak mengerti dan

menemukan sumber sebabnya pada dirimu, itu bukanlah berarti bahwa penyebab itu ada

pada orang lain. Penyebab dari pahala itu tetap ada pada dirimu. Hanya saja ketidaktahuan

akan rangkaian karma masa lalu telah membuatmu sulit memahaminya.

Aku memahami bahwa ketidaktahuan itu terjadi karena keterbatasan pikiran sadarmu untuk

mengingat setiap hal secara rinci pada semua kehidupan masa lalumu. Namun satu hal

penting untuk selalu kau pahami, tak ada akibat tanpa suatu sebab. Dan akibat itu hanya

akan kembali ke tempat darimana sebabnya berasal. Pahala karmamu niscaya adalah hasil

kerjamu.

Kualitas karma hanya menentukan kualitas pahala dan jumlah karma hanya menentukan

jumlah pahala. Bukan kualitas karma yang menentukan jumlah pahala, bukan pula jumlah

karma yang menentukan kualitas pahala. Dengan demikian, setiap penyesalan tidak akan

bisa menghentikan jalannya hukum karma. Penyesalan hanya membantumu menjadi lebih

siap untuk menerima pahala karma dengan ikhlas, sehingga suatu pahala buruk bahkan

bisa berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan. Pikiran yang bisa mengartikan pahala

dengan makna yang berbeda akan membangun suatu bentuk perasaan yang juga berbeda.

Aku tidak berhak mengurangi atau menghentikan pahala atas setiap kerja yang kau lakukan.

Aku hanya bisa menemanimu menerima pahala itu dengan rasa sebagaimana yang kau

harapkan. Pahala karma akan terasa seolah tidak pernah ada manakala kesadaranmu telah

ikhlas menerimanya sebagai sesuatu yang biasa dan mesti terjadi.

Sebagaimana kau melakukan setiap karmamu dengan kesadaran dan ketetapan hati,

begitulah semestinya kau ikhlas menerima setiap pahala dari karma itu. Hanya dengan cara

ini maka kau tidak akan mudah terguncang oleh setiap pahala yang kau terima sebagai

akibat dari kerjamu. Pahala buruk tidak terlalu mengecewakanmu, pahala baik tidak pula

terlalu membahagiakanmu.

Bahkan ketika engkau bisa menyadari bahwa pahala yang kau terima dari hasil kerjamu itu

sebenarnya adalah sebuah kerja dari mahluk lain atau dari alam semesta yang sedang

dilakukan terhadapmu, maka kau akan mengerti bahwa sesungguhnya tak pernah ada

pahala di alam semesta. Semua yang ada ini hanyalah kerja yang saling berkaitan satu

sama lain. Alam semesta adalah serangkaian karma.

Saat kau bisa melihat bahwa pahala sesungguhnya bukanlah pahala melainkan hanyasebuah kerja yang lain, maka kau akan berhenti mengharapkan pahala dari sebuah karma.

23

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 24/117

Dengan kesadaran inilah kau mesti mulai bekerja hanya demi kerja itu sendiri untuk

kelangsungan siklus alam semesta. Kau akan terbebas dari pahala karma.

Maka ikhlaslah dalam kerja AnakKu. Kerjamu akan menjadi pahala bagi orang lain dan

pahalamu menjadi kerja bagi orang lainnya. Inilah lingkar kesempurnaan kerja alam

semesta, kesempurnaan karma. Dan Aku adalah pusat dari lingkaran semesta ini. Pusat

yang berada di dalam sekaligus diluar lingkaran karma itu.

Bahasa Langit : Nasib dan Takdir

Maafkan Nak, hari ini Aku akan mengubah pemahaman kalian selama ini tentang nasib dantakdir. Sebab pemahaman yang telah kalian miliki tentang nasib dan takdir itu membuat

kalian tidak mengerti bagaimana menggunakan apa yang menjadi kuasa kalian atas diri

kalian sendiri.

Nasib adalah takdir yang belum ditetapkan dan takdir adalah nasib yang sudah dipastikan.

Nasib adalah apa pun keadaan yang kau harapkan terjadi sebagai takdir bagimu di

kehidupan masa depan. Sedangkan takdir adalah keadaan yang harus kau terima dan jalani

sebagai nasibmu saat ini, sebagaimana telah kau pilih dan tuliskan sendiri bagimu pada

kehidupan terdahulu. Dengan demikian, sesungguhnya kaulah yang telah menetapkan

takdir bagi dirimu sendiri. Aku hanyalah sutradara yang memastikan takdirmu itu berjalansesuai skenario kehidupan yang telah kau tetapkan bagi dirimu. Maka anakKu,

berhati-hatilah mulai saat ini menetapkan takdir masa depanmu.

Kuingatkan bagimu Nak, meski tidak kau mengerti atau pun kau sadari, nasib dan takdir di

kehidupan masa depanmu telah kau ciptakan melalui setiap pikiran, kata-kata dan

tindakanmu saat ini. Segala bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan keseharianmu menjadi

doa yang akan tertulis sebagai rangkaian skenario bagi masa depanmu. Inilah

kesempurnaan karma, hukum semesta dengan mana sadar atau tak sadar kau sedang

menulis skenariomu itu. Dengan aksimu saat ini kau sedang menciptakan reaksi masa

depan sebagai nasib dan takdirmu nanti. Camkanlah ini anakKu.

Aku memang penguasa semesta raya yang berkuasa menentukan segala hal bagi

semestaKu. Namun kau, sebagai bagian dari diriKu, tak lain adalah penguasa atas tubuh

sebagai semesta kecilmu di dunia ini. Kaulah yang menentukan takdir kehidupanmu dalam

tubuh yang kau pilih saat ini. Aku tidak mengendalikanmu untuk apa yang kau inginkan,

namun Aku ada untuk memberimu tuntunan dalam memilih jalan mencapai apa yang kau

inginkan.

Bahwa kau tidak berkuasa lagi mengubah takdirmu saat ini, tentu saja itu sebuah kepastian

karena kuasa itu telah kau gunakan pada masa kehidupan sebelumnya. Kau telah

24

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 25/117

mengetahui dan menetapkan takdirmu sebelum memilih tubuh dan peran dalam

kehidupanmu saat ini. Dengan begitu yang bisa kau lakukan saat ini hanya menjalaninya

dengan keikhlasan. Namun demikian, kau masih punya kuasa untuk menentukan nasib dan

takdir masa depanmu. Gunakanlah kuasamu itu dengan baik sebelum kau menyesalinya

lagi pada kehidupan mendatang.

Jika nasib dan takdir ini masih membingungkanmu, baiklah akan Kutegaskan lagi perbedaan

keduanya. Dalam kehidupan yang kau jalani ini, kau masih bisa berusaha keras untuk

mengubah nasibmu saat ini agar menjadi lebih baik. Namun untuk takdirmu kini, seberapa

pun keras usahamu kau tak akan mampu mengubahnya karena ia telah menjadi ketetapan

hidup bagimu. Kau akan memahami prinsip sederhananya saat kau benar-benar

menjalaninya. Setiap keadaan hidup yang berusaha untuk kau ubah dan kau berhasil

mengubahnya, itulah nasibmu. Sedangkan untuk sesuatu yang berusaha kau ubah namun

kau tidak berhasil juga mengubah kenyataannya, itulah takdirmu.

Jadi sebelum kau lebih larut dalam kebingungan menyangkut nasib dan takdirmu, tetaplah

berharap dan berusaha unuk mengalami perbaikan bagi setiap keadaanmu saat ini. Biarlah

waktu yang memastikan yang mana nasib dan takdir bagimu di kehidupan kali ini.

Berusahalah untuk nasibmu dan ikhlaslah bagi takdirmu. Jika kau hanya menyesali nasib,

maka nasib itu akan menjadi takdirmu. Jika kau hanya menyesali takdir, maka takdir itu akan

menghentikan perubahan nasibmu di masa depan.

Nasib itu terbatas hanya dalam satu masa kehidupan tetapi takdir akan berkelanjutan dari

satu masa kehidupan ke masa kehidupan lain berikutnya. Jadi anakKu, berhentilah

menyesali takdirmu saat ini namun belajarlah menentukan takdirmu di kehidupan

selanjutnya. Kau berhak sepenuhnya atas perjalanan Jiwamu. Itulah kuasamu sebagai Jiwa.

Aku telah memberi alat dan cara untuk mencipta nasib dan takdir yang ingin kau miliki

selama perjalanan Jiwa. Alat itu adalah pikiran dan hatimu. Kau hanya perlu belajar

menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk memilih dan menuliskan nasib serta

takdirmu. Jika kau menggunakannya untuk hal-hal yang baik dan positif, kau sedang

membangun nasib dan takdir yang juga baik serta positif bagi dirimu. Begitu pun sebaliknya.

Ucapkan ide-ide dari pikiran baikmu, lakukan tindakan dari kata-kata kebaikanmu, lalu

sertakan semua itu dengan keikhlasan dan kemurnian hati. Maka Aku akan mencatatkannya

bagimu sebagai nasib dan takdir yang telah kau tetapkan dengan yakin bagi masa

depanmu. Aku mampu mencatatnya secara detail dan mengetahui kejujuran serta

keyakinanmu, karena Aku ada dalam dirimu sebagai Jiwa itu sendiri.

Itulah hakekat makna bila bagimu Aku adalah yang menentukan takdirmu. Sebab sekali lagi,

kau tak lain adalah diriKu dalam tubuh manusia. Tapi jangan coba memahami kata-kataKu

ini dengan pikiran sadarmu karena pikiranmu bukanlah Jiwa dan tentu saja itu juga bukan

diriKu. Pikiran sadar dan intelektualmu tak akan mengerti kecuali ia telah dibimbing oleh

kesadaran murnimu sebagai Jiwa.

Berhentilah juga menyalahkan apa pun atau siapa pun atas nasib dan takdirmu di dunia ini.Bukan orang lain atau mahluk lain yang terlibat dalam penciptaan nasib dan takdirmu. Kau

25

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 26/117

sendirilah sesungguhnya yang telah memilih untuk mengundang mereka agar terlibat

menyempurnakan kisah dalam nasib dan takdirmu, sebagaimana telah kau tuliskan dalam

skenario semestamu. Itulah rahasia nasib dan takdir yang ada di tanganmu anakKu.

Setiap takdir yang kau jalani saat ini anakKu, yakinlah bahwa itu adalah pilihan terbaik yang

telah kau tetapkan sebelum kelahiran dan kehidupanmu kali ini. Tidak ada alasan bagimu

untuk kecewa atas takdir yang telah kau pastikan dengan begitu banyak pertimbangan

kesadaran Jiwa. Jika pikiranmu merasa kecewa pada takdirmu, menjadi tugasmulah untuk

menerangkan hal itu baginya. Pastikan pikiranmu bisa mengerti bahwa kisah kehidupan

yang kau jadikan takdirmu adalah cara yang kau pilih untuk mencapai kemurnianmu sebagai

Jiwa. Dan untuk hal ini, tentu saja kau harus mengenal betul pikiranmu sendiri. Belajarlah

untuk mengenalnya lebih jauh. Karena sekali lagi, pikiran dan hati adalah alat pencipta nasib

dan takdir bagi manusia. AnakKu, Aku menunggu skenario berikutnya yang harus Kucatat

bagimu lewat caramu memakai hati dan pikiranmu.

26

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 27/117

Bahasa Langit : Kebenaran Nurani

Diantara bahasa-bahasa pikiran yang sering bergolak dalam dirimu Nak, bahasaKu adalahbahasa nurani. Sebagai bahasa nurani, Aku adalah bahasa tanpa kata-kata. Aku adalah

bahasa rasa. Dan sebagai rasa dari nurani, Aku adalah rasa tanpa penjelasan pikiran.

Aku membimbing setiap langkah dalam kehidupan kalian dengan bahasa nurani, dengan

bahasa rasa itu. Dengan rasa itulah Aku selalu mendengar dan memenuhi setiap doamu.

Dari situ pula Aku memberi terang pada setiap jalan hidup yang kau pilih untuk dijalani.

Dengan rasa terang itulah caraKu agar selalu ada bersamamu melewati setiap penderitaan

dan kebahagiaan dalam kehidupan.

Dengan bahasa nurani pula Aku selalu bicara padamu meski kau tak selalu mau mendengarkata-kataKu. Atau mungkin kau tak tahu bagaimana cara mendengar kata-kataKu. Maka

biarlah hari ini akan Kuperjelas bahasa nurani bagimu. Karena dalam setiap terang bahasa

nurani yang kau rasakan, disana Aku sedang menjaga langkahmu tetap di jalan yang dulu

pernah kau pilih sebelum kehidupan ini.

Bahasa pikiran selalu disibukkan dengan analisa terhadap setiap keadaan yang sedang kau

hadapi. Bahasa itu bukanlah bahasa nurani. BahasaKu bebas dari pertimbangan yang

didasarkan pada penilaian baik-buruk tetapi selalu berujung pada kebaikan bagi semesta. Ia

mengandung hakekat rasa kebaikan dan bukan sekedar norma kebaikan. BahasaKu adalah

dorongan bagi suatu kebenaran Jiwa, bukan dorongan bagi pembenaran pikiran.

BahasaKu adalah bahasa terang yang menyinari kegelapan batin. Ia akan mengantar

hidupmu pada jalan yang lapang tanpa terhalang oleh penilaian atas dirimu. Ia tidak

membuatmu terjebak dalam sebutan baik atau buruk, tapi akan mengantarmu untuk merasa

lebih baik. Ia tidak mengungkungmu dalam penjara amal dan dosa, tetapi ia membuat

Jiwamu beramal untuk terbebas dari rasa berdosa.

Kebenaran bahasa nurani tidak terbelenggu oleh ruang dan waktu atau oleh kehidupan dan

kematian karena ia adalah kebenaran semesta tanpa batas. Ia adalah kebenaran tunggal

yang melampaui segala bentuk dualitas. Ia adalah bahasa yang tak mampu didebat oleh

27

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 28/117

kecerdasan pikiran karena ia melampaui pemahaman pikiran.

Saat kebenaran nurani berbicara, pikiran sadarmu menjadi pendengar yang kadang gelisah

dan kemudian selalu mencoba untuk memahami atau bahkan mendebatnya dengan

pembenaran. Kebenaran nurani adalah ide-ide murni yang bukan berasal dari ingatan dalam

pikiran sadar. Ia adalah bahasa yang bahkan belum pernah didengar oleh pikiran sadarmu

yang terbatas.

Tidak seperti bahasa pikiran sadarmu yang hanya berasal dari ingatan masa kini, bahasa

nurani berasal dari ingatan masa lampau, masa kini dan masa depan yang selalu ada sejak

semesta ini ada. Ia berisi konsep utuh tentang proses penciptaan, pemeliharaan dan daur

ulang kehidupan semesta. Ia mengarahkan kehidupan material dan spiritual semesta ini

pada alur yang sangat teratur. Begitulah caranya menemanimu sebagai Jiwa yang melintasi

kehidupan demi kehidupan dari masa ke masa. Ia adalah bahasa kecerdasan yang abadi

seperti alam semesta, seabadi Jiwa itu sendiri.

Kau tidak layak memberi penilaian kebaikan atau keburukan terhadap isi bahasa nurani

dengan aturan yang kau miliki di kehidupan sosialmu. Kebaikan nurani adalah kebaikan

alam semesta yang mencakup secara sekaligus hukum yang mengatur siklus penciptaan,

pemeliharaan dan penghancuran alam semesta. Jika kalian mencoba menilai dengan

pemahaman yang terbatas, kalian hanya akan menciptakan perdebatan dalam diri bahkan

dengan sesama kalian. Bahasa nurani tidaklah untuk diperdebatkan tapi untuk diikuti

dengan keikhlasan karena ia adalah bahasa cinta kasih semesta.

Nurani menciptakan bahasa penuh makna. Sehingga ketika kau mendengarnya, bimbingan

nurani akan hadir sebagai sebuah kata atau kalimat singkat namun mampu menjawab

segala kegundahan dan keraguanmu. Bahkan ia bisa menghentikan semua perdebatan

analisa pikiranmu. Ia mencerahkanmu dari gelapnya ketidaktahuan dan keraguan. Dan

tatkala hatimu telah mulai mengenal kehadiran nurani sepenuhnya, ia akan menjadi pintu

yang membuka rahasia semesta dengan aliran bahasanya yang lebih luas.

Namun demikian, bahasa nurani bukan segalanya. Ia hanyalah salah satu bahasa yang bisa

kau pilih diantara berbagai pilihan bahasa yang muncul di pikiranmu. Jika kau menghendaki

kebaikan dan kebahagiaan duniawi pilihlah pikiran baikmu. Jika kau menginginkan

penderitaan dan keburukan duniawi, pilihlah pikiran burukmu. Hanya ketika kau

memutuskan untuk mencapai kebahagiaan sejati dalam keberhasilan peran kehidupanmu

sebagai Jiwa, maka ikutilah bahasa nuranimu. Bahasa terang alam semesta.

Di saat menderita ia akan memberimu kata atau kalimat yang bisa mengubah penderitaan

menjadi rasa kebahagiaan. Ia juga menjadi bahasa yang mengingatkanmu pada

penderitaan dibalik kebahagiaan yang kau rasakan. Ia mengajarimu menerima dan

mensyukuri setiap tahap dalam pembelajaran kehidupan yang kau pilih saat ini.

Hidup adalah tempat belajar memilih apa yang kau inginkan serta untuk merasakan dengan

ikhlas hasil dari setiap pilihanmu. Kau berhak mengikuti kebutuhan tubuhmu, keinginanpikiranmu atau hanya berjalan dalam kesadaran Jiwamu. Tubuh akan membimbingmu

28

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 29/117

dengan bahasa rasa agar kau memenuhi apa yang dibutuhkannya. Rasa lapar, haus,

mengantuk, lelah, sakit dan seterusnya. Lalu pikiran akan mengarahkanmu dengan bahasa

hasratnya agar kau memenuhi setiap keinginannya. Sedangkan Jiwa akan menuntun tubuh

dan pikiranmu dengan bahasa nurani agar bekerja sesuai rencananya dalam peran

kehidupan kali ini.

Kebenaran tubuh adalah menjaga dirinya agar selalu siap menjadi kendaraan bagi Jiwa.

Kebenaran pikiran adalah menciptakan ide yang mampu mengarahkan tubuh menjadi alat

bagi Jiwa menjalankan tugasnya. Terakhir, kebenaran nurani adalah membimbing dan

menjaga kesadaran pikiran dan tubuh agar tetap mampu menjalankan tugas dan peran Jiwa

sesuai rencananya sebelum memasuki setiap kehidupan.

Inilah kebenaran nurani anakKu. Aku tidak akan banyak menjelaskan tentang ia yang tak

terbatas dengan kata-kata yang terbatas ini. Kenalilah bahasa nuranimu maka kau akan

mengerti tanpa memerlukan penjelasan lebih banyak. Dengarlah, ia sedang bicara padamu

sekarang tepat setelah kau membaca kata terakhir ini.

29

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 30/117

Bahasa Langit : Pikiran dan Agama

Aku adalah cahaya kecerdasan yang memenuhi alam semesta. Aku menciptakan alam inidengan kreasi dari kecerdasanKu yang tak terbatas. Aku menggunakan pikiran sebagai

wujud dari kecerdasan semestaKu yang tak berwujud. Diantara wujud pikiran yang nyaris

menyimpan sempurna kecerdasanKu adalah wujud pikiran manusia. Meski demikian,

kesempurnaan dari kecerdasanKu masih terjebak dalam keterbatasan pikiran manusia.

Lebih banyak dari kalian hanya menggunakan pikiran kalian yang berkembang selama

berada dalam kehidupan jasmani. Itu bukanlah mewakili kecerdasanKu melainkan hanya

percikan sangat kecil dari samudera kecerdasanKu. Hanya saat kecerdasanKu sepenuhnya

menggunakan pikiran sadar manusia, disitulah Aku akan menunjukkan padamu segala

kuasa dari kesejatianKu.

Pikiran kalian pun adalah hasil kreasi dari kecerdasan semestaKu. Dengan pikiran kalian

itulah Aku mencipta, memelihara dan mengembalikan seluruh isi kehidupan yang telah

Kuciptakan di dunia. Pikiran kalian adalah jejak-jejak kecerdasanKu yang bisa kalian nikmati

di kehidupan dunia.

Namun sayang AnakKu, kesadaran yang terbatas itu membuat kebanyakan kalian tidak

mampu menggunakan dengan sempurna jejak kecerdasanKu dalam pikiran kalian.

Akibatnya, kalian tidak mampu memahami sepenuhnya bagaimana menggunakan sebagian

kecerdasanKu yang tersimpan dalam pikiran sadar kalian.

Aku melengkapi tubuh manusia yang kau tempati itu dengan hati dan pikiran yang

menyimpan kecerdasanKu agar dengannya kau bisa bertumbuh dalam pemahaman akan

diri sejatimu yang lebih besar. Aku menggunakan pikiran itu untuk menyampaikan

pesan-pesanKu bagi kehidupan kalian.

Untuk menyampaikan pesan-pesan kesadaran bagi kehidupanmu, Aku telah berkali-kali

datang di dunia ini sepanjang jaman. Aku telah menuliskan pesan-pesan itu dalam kitab

yang kemudian kalian sucikan. Aku hadir sebagai manusia yang kalian hormati sebagai

pemimpin spiritual. Aku datang sebagai guru-guru kehidupan, bahkan sebagai orang yang

30

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 31/117

tidak pernah kalian duga adalah diriKu.

Semua kehadiran itu Kulakukan untuk menyadarkan kalian agar kembali menggunakan

pikiran sebagai alat untuk mencapai cahaya kesadaran semestaKu. Aku bahkan telah

menciptakan agama-agama, kepercayaan, keyakinan dan tradisi. Semua itu hanya agar

kalian mampu menggunakan pikiran yang Kulengkapkan pada tubuhmu itu untuk tujuan

perjalanan tugas dirimu sebagai Jiwa yang penuh cinta kasih.

AnakKu, Aku menciptakan agama sebagai alat untuk membimbingmu menggunakan rahasia

kecerdasan hati dan pikiran untuk memenuhi kebutuhanmu akan bahan-bahan kebaikan di

dunia ini. Bahan kebaikan inilah yang akan menyuburkan tumbuhnya kesadaranmu sebagai

benih cinta kasih semesta. Aku menurunkan ajaranKu lewat agama bukan sebagai alasan

bagi kalian untuk saling menyakiti, saling membunuh atau saling membenci sesama kalian.

Aku membukakan bagimu rahasia semestaKu lewat ajaran agama-agama, sekali lagi bukan

untuk membawamu pada pertengkaran dan permusuhan dengan sesamamu. Aku

menciptakannya untuk membuatmu mampu menjalani cara-cara Jiwa mengasihi alam

semesta. Dengan agama-agama yang berbeda itu Aku berharap kalian bersatu satu sama

lain untuk menjaga kedamaian bumi sebagai bagian dari semesta yang Kuciptakan.

Namun hari ini, sebagai Ayah dan Ibu semestamu, Aku hanya bisa terdiam menatap apa

yang kalian lakukan dengan agama, kepercayaan, keyakinan dan tradisi itu. Aku melihat

anak-anakKu sendiri bertikai satu sama lain demi agama, yang sesungguhnya Kuciptakan

untuk membangun alam pikiran dan dunia yang penuh cinta kasih. Jika Aku bisa bersedih,

maka Aku akan bersedih anakKu.

Kalian memanggilKu dengan berbagai nama yang kalian sukai. Namun kalian justru

bertengkar hanya demi sebuah nama yang kalian sebutkan bagiKu. Aku menghargai setiap

nama yang kalian berikan bagiKu. Aku mencintai kalian semua dalam rasa yang sama besar

untuk nama-nama berbeda itu. Kalian semua adalah anak-anakKu. Berhentilah berdebat,

berhentilah bertengkar, berhentilah kau berperang dengan dirimu sendiri Nak. Kalian semua

sesungguhnya satu. Kalian semua adalah bagian dari diriKu sendiri.

Sudahilah permusuhan atas nama agama anakKu. Aku sengaja menciptakan berbagai jalan

untuk menuju pada kesadaranKu karena Aku menghormati keberagaman kalian dalam

memilih. Hormatilah pilihan kalian masing-masing karena betapapun juga dengan semua

pilihan itu kalian semua sesungguhnya sedang menuju padaKu yang satu.

Jika kalian merasa agama kalian terganggu oleh mereka yang berada di jalan yang lain, lalu

kalian ingin berjuang mempertahankannya, pertahankanlah agar agama yang Kuciptakan itu

tetap menjadi agama yang memiliki cinta kasih. Kekerasan atas nama agama, sekalipun itu

kalian maksudkan untuk menjaga kesucian agama yang Kuciptakan, justru telah menodai

kesucian agama itu sendiri yang bersumber dariKu yang penuh cinta kasih.

Ketika kalian berkelahi atau bahkan berperang atas nama agama, ketahuilah Nak, saat itukalian seperti sedang membuktikan pada alam semesta bahwa Aku tidak mampu

31

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 32/117

menciptakan kedamaian dunia bagi kalian, bahkan dengan ajaran agama yang suci itu. Aku

tahu kalian tidak menyadari semua kekhilafan itu, maka inilah saatnya kalian mulai

menyadarinya. Agama itu Kuciptakan untuk mendamaikan hati kalian, dunia kalian dan

kehidupan Jiwa kalian setelah kematian nanti. Gunakanlah itu demi kedamaian, bukan

sebagai alasan menciptakan perdebatan, perkelahian, apalagi peperangan yang menodai

kesucian agama itu sendiri.

Tidak perlu menjagaKu karena Akulah yang akan menjaga kalian. Tidak perlu membelaKu

karena Akulah yang harus membela kalian dari penyimpangan pikiran sendiri. Jika kalian

menghormati dan mencintaiKu, maka hormati dan cintai setiap mahluk hidup, setiap isi alam

semesta, karena pada diri mereka semualah Aku berada.

Aku ada pada setiap manusia yang mungkin kau benci. Aku ada pada setiap mahluk yang

mungkin kau sakiti. Aku ada pada apa saja yang mungkin kau telantarkan. Aku ada

dimana-mana. Dengan demikian, Aku selalu menyaksikan semua sifat, sikap dan perilaku

setiap pikiran, kata-kata dan perbuatanmu padaKu. Aku menjadi saksi untuk setiap napas

yang kau hirup dari alam semesta ini. Aku mengetahui segalanya.

AnakKu, jika kalian ingin menjaga rasa hormat dan cinta kalian padaKu, jagalah Aku tetap

ada dalam diri kalian. Berkatalah, bersikaplah, bertindaklah, seakan kalian sedang

melakukannya untuk mewakili cinta kasihKu yang sedang memancar dari dalam diri kalian.

Aku adalah Jiwa kalian di dalam. Jagalah Aku dari kegelapan pikiran yang ingin mengambil

alih tubuh kalian dan bertindak atas nama pembenaran pikiran itu. Jika kalian

sungguh-sungguh ingin berbuat atas namaKu, lakukanlah itu atas nama diriKu yang penuh

cinta kasih dan diliputi kesadaran terang tanpa batas. Karena itulah diriKu.

Di setiap agama yang Kuajarkan ke dunia ini melalui Jiwa yang telah Kuutus berkali-kali

mengajarinya, Aku selalu menyatakan bahwa Aku hanyalah satu. Jika kau mengerti bahwa

Aku hanya satu, berhentilah berpikir atau merasa takut bahwa akan ada sesuatu di dunia ini

yang bisa menduakanKu. Selama kalian masih menyangka diriKu dapat dipisahkan atau

dibeda-bedakan dengan nama pujaan kalian yang beraneka ragam itu, saat itu pula

sesungguhnya kalian belum sepenuhnya paham dan meyakini keesaanKu.

Kutegaskan sekali lagi Nak, semua Jiwa mahluk hidup adalah bagian dari diriKu. Semua

yang mengisi alam semesta ini adalah bagian dari tubuhKu. Itulah keesaanKu. Berhentilah

merasa berbeda dengan semua kehidupan yang mengisi alam semesta ini. Mulailah

merasakan bahwa semua itu adalah bagian dari diri kalian sendiri. Untuk itulah Aku

menciptakan agama. Untuk membuatmu menyadari dirimu sebagai diriKu dalam tubuh

manusia, lalu mengambil bagian dari tugasKu menjaga dunia dan alam semesta ini. Itulah

tugasmu anakKu, tugas sebagai Jiwa dalam tubuh manusia.

Maka ketahuilah anakKu, kalian tidak membuatKu bahagia dengan menyakiti sesama atas

nama agama yang Kuciptakan dari cinta kasihKu. Aku tidak bergembira melihat

anak-anakKu sendiri saling menghancurkan diri mereka. Aku adalah Ayah-Ibu semesta yanglebih mudah berbahagia dalam kebersamaan hidup kalian yang damai.

32

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 33/117

Kuhadirkan agama ke dunia untuk membukakan pintu dunia rohani bagi kalian agar mampu

melihat terangnya cahaya kesadaran Jiwa semesta disana. Bukan untuk menjerumuskan

kalian ke ruang dan waktu yang diliputi gelapnya pemahaman. Agama adalah jalan untuk

mendekati duniaKu yang penuh cinta kasih, bukan menjauhi duniaKu menuju dunia yang

dipenuhi amarah dan kebencian.

Jika pun dengan pemahaman agama itu kalian masih ingin menjagaKu, maka jagalah

semua ciptaanKu dengan penuh cinta dan keikhlasan. Jika kalian berani membelaKu, Aku

ingin kalian membela ciptaanKu dari kehancurannya. Jika kalian benar-benar mencintaiKu,

cintailah semua mahluk yang Kuciptakan dengan sepenuh cinta kasihKu.

Aku adalah keindahan tak berwujud. Namun jika dengan mewujudkan keindahanKu dapat

membuat kalian lebih mudah menyatukan rasa padaKu, Aku akan menerima apapun cara

kalian itu. Nyanyikanlah semua namaKu lukislah kecemerlanganKu, pahatlah wajahKu,

renungkanlah wujudKu sesuka dan semampu yang membuatmu bisa memandangKu. Itu

semua adalah wujudKu bagimu namun bukan wujudKu bagi kecerdasanKu. Sekali lagi Aku

akan ikhlas menerima caramu itu karena memahami keterbatasan kalian tentang diriKu.

Aku adalah maha raja penguasa cinta kasih semesta yang akan menerima apa pun

persembahan kalian. Maka persembahkanlah padaKu apa pun yang ingin kalian

persembahkan dengan cinta kasih yang total dan murni. Persembahkanlah padaKu apa

yang kemudian akan berguna lagi bagimu.

Persembahkan padaKu cinta kasih maka kau akan mendapatkan kembali cinta kasihmu.

Persembahkan padaKu kemarahan, kebencian dan dendam maka kalian akan menerima

kembali kemarahan, kebencian dan dendam kalian. Aku adalah maha raja yang menerima

persembahan tanpa memilikinya. Kaulah lagi yang akan memiliki persembahan yang telah

Kuterima itu. Maka persembahkan padaKu apa yang benar-benar ingin kalian miliki.

Aku menikmati kidung suci kalian, doa-doa pujaan, sesaji buah atau apa pun yang mampu

kalian haturkan padaKu. Dari seluruh bentuk persembahan kalian itu, Aku paling menyukai

persembahan kerja yang ikhlas. Aku akan membuka hatiKu pada hati kalian yang terbuka.

Aku suarakan keheninganKu ke dalam keheningan hati kalian.

Aku hadir dalam setiap upacara persembahan kalian. Aku merasakan setiap keikhlasan dan

ketidakikhlasan yang ada sebelum, selama dan setelah upacara persembahan itu.

Keikhlasan kalian akan membahagiakanKu. Keikhlasan itu mengharukanKu,

membangkitkan kerinduanKu pada kalian. Dengan rasa itu pula kalian telah membuka lebar

bentangan tanganKu untuk memeluk kalian dalam kerinduan dan kasih sayang. Maka

anakKu, persembahkanlah keikhlasan dan ketulusan kalian padaKu, Ayah-Ibu semesta.

Aku pesankan ini semua pada kalian, karena kalian semua adalah anak-anakKu.

Mendekatlah ke pelukan cinta kasihKu dengan perasan cinta kasih kalian. Jangan

mendekatiKu dengan kebencian, amarah dan dendam yang masih terpendam di dadakalian. Semua perasaan buruk itu akan sulit mendamaikan diri kalian dalam pelukanKu.

33

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 34/117

Akhirnya Nak, sebagai anak yang saat ini berada paling dekat denganKu dalam percakapan

ini, sampaikanlah pesan Ayah-Ibu ini kepada semua saudara-saudaramu. Gunakanlah

agama untuk mengendalikan gerak pikiran ke arah cinta kasih, karena disitu Aku menanti

kalian semua.

Bahasa Langit : Kesempurnaan Doa

Jika muncul kerinduanmu padaKu, jumpailah Aku dalam doa-doamu Nak, Aku akanmenghampirimu. Tak penting bahasa mana yang kau gunakan, Aku akan mengerti karena

Aku adalah samudera bahasa. Tapi diantara semua bahasa, Aku paling mudah tersentuh

oleh bahasa hati, bahasa yang mengalir murni dari kedalaman Jiwamu.

Aku mendengar tangis dalam doa kesedihan atas penderitaanmu. Aku merasakan itu

AnakKu. Namun dalam kekuasaanKu yang tak terbatas, Aku tetap tak selalu kuasa

menghilangkan seketika semua penderitaanmu itu. Sebab kau sendirilah yang telah memilih

jenis penderitaan itu sebagai caramu memahami kehidupan.

Sesungguhnya penderitaan itu hanyalah penderitaan bagi pikiranmu, bukan bagi dirisejatimu sebagai Jiwa. Keinginan agar terbebas dari penderitaan itu hanyalah keinginan

pikiran dan tubuhmu yang tak kuasa lagi menahannya. Tapi bagi Jiwamu, itulah kepahitan

yang kau butuhkan untuk mengalami pemurnian.

Kau telah lama memilih peran kehidupanmu sendiri beserta segala suka duka yang akan

kau alami dalam tubuh pilihanmu itu. Kau memilih semua itu untuk bisa merasakan

kesempurnaan hidup yang dipenuhi segala dualitas. Dalam kehidupan yang kau pilih ini, kau

sedang belajar menerima suka-duka dan segala dualitas lainnya sebagai bagian dari

kesemestaanmu. Maka rasakanlah segala kesedihan dalam penderitaan dan kegembiraan

dalam kebahagiaanmu. Itu akan memperkaya pengalamanmu akan rasa hati.

Aku hanya menjadikan diriKu sebagai tujuan dari pencapaian agar kau mampu menerima

dan merasakan suka-duka serta segala dualitas hidup dengan cara yang sama. Bila kau

berhasil melampaui semua itu dalam suasana hati yang tenang dan mengalir dalam rasa

memiliki yang ikhlas, kau sedang mendekat pada kesemestaanKu.

Namun begitu anakKu, jika kesedihan itu tetap tak kuasa kau jalani, datanglah saja padaKu

dalam doa-doamu. KehadiranKu akan menguatkan hatimu dan memberimu ketenangan

untuk bisa menjalaninya sampai tiba saatnya kesedihan itu berlalu.

34

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 35/117

Di kehidupan ini tidak ada yang tak berlalu. Semua pada akhirnya akan berlalu juga.

Kesedihan, kebahagiaan, kemarahan, kesenangan, semua itu bukanlah keabadian dan pasti

akan berganti. Kau hanya memerlukan kesadaran dan kesabaran untuk melewatinya.

Hari ini Kuajarkan padamu tentang kesempurnaan doa agar doamu itu menggerakkan

semua kecerdasan semesta untuk memenuhi harapanmu. Jika bagimu doa adalah

rangkaian kata-kata rahasia untuk kau ucapkan padaKu, maka bagiKu doa adalah semua

bahasa hatimu yang terucap atau pun tak terucap namun diliputi keyakinan dan rasa.

Doa bagiKu adalah pikiran yang terkatakan dan kau jalankan sebagai perilakumu. Doa

adalah juga kata-kata yang menjadi pikiran dan perilakumu. Terakhir, doa adalah perilaku

dalam pikiran dan kata-katamu. Jika kau telah memahami keseluruhan makna doa bagiKu,

kau akan mengerti bahwa pikiran, kata-kata dan perbuatanmu sendiri adalah doa

keseharianmu kepadaKu.

Dengan cara pandang inilah maka kesempurnaan doamu baru akan tercapai ketika pikiran,

kata dan perilakumu selalu selaras dengan isi doa yang kau panjatkan padaKu. Jika kau

memohon kebahagiaan dariKu, berikanlah bahan-bahan kebahagiaan itu lewat kata-kata

dan perilakumu pada orang lain, karena Aku ada pada orang itu.

Aku mendengar doamu sepanjang hari. Jika isi doa itu tidak selaras antara apa yang kau

ucapkan dalam sujud sembahmu dengan apa yang kau panjatkan melalui kata-kata dan

perilaku dalam kehidupan keseharianmu, Aku masih harus menunggu kepastian dari apa

yang paling kau inginkan. Aku tidak berhak menentukan pilihanmu, kaulah yang berhak atas

dirimu sendiri selama pembelajaran kehidupan ini. Aku hanya bisa membantumu mencapai

pilihan yang telah kau yakini sepenuhnya.

Jika bagi pemahamanmu selama ini Akulah yang menentukan segala aspek kehidupanmu,

maka hari ini sekali lagi harus kutegaskan bahwa Aku hanya menentukan bagimu apa yang

telah menjadi pilihan dari keyakinan hatimu. Belajarlah menentukan pilihanmu dengan

penuh keyakinan dan biarkan kemudian Aku mengantarmu pada pencapaian atas pilihan itu.

Dalam posisiKu sebagai Ayah-Ibu semesta, sujud doamu adalah pintu terbuka yang

mempertemukan Kita dalam ruang kerinduan yang sama. Menangislah jika kau rasakan

kehadiranKu dalam doamu. Itulah saat Aku memeluk hatimu dalam kebahagiaanKu.

Tertawalah jika kau telah rasakan kebahagiaan pertemuan denganKu. Jika kau telah

mencapai kesempurnaan doa, disitulah kau akan menyadari kehadiranKu selalu bersamamu

sepanjang jaman.

35

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 36/117

Bahasa Langit : Amal dan Dosa

Alam semestaKu ini adalah tempat dimana berlangsung segala kerja dalam keteraturansempurnanya. Kerja yang searah dengan rencana awalnya adalah amal dan kerja yang tak

searah dengan rencananya adalah dosa.

Setiap kehidupan memiliki rencananya sendiri untuk melangkah di jalan masing-masing

untuk mencapai tujuan. Kadang rencana pribadi tersebut memiliki kesamaan lalu hidup

dalam kelompok perjalanan dan menetapkan pula arah duniawi mereka. Rencana kelompok

inilah pula yang kemudian dijadikan penentu amal dan dosa di kehidupan duniawi. Namun

bagiKu, amal dan dosa tidak terbatas pada apa yang kamu ketahui dengan pengetahuan

duniawi.

Amal dan dosa berkaitan dengan rencana dirimu sebelum memasuki kehidupan ini. Apa

yang hendak kamu pahami, sadari dan perbaiki, serta tugas apa yang ingin kamu tuntaskan

dalam kehidupanmu kali ini, itulah menjadi arah dari tujuan kelahiranmu. Manakala pikiran,

kata-kata, sikap dan perilakumu menyimpang dari tujuan yang telah kamu tetapkan sebelum

menapaki kembali kehidupan dalam tubuh manusia ini, itulah dosa bagimu. Bila kamu masih

searah di jalan yang kamu pilih untuk tujuan kebaikanmu sebagai Jiwa yang sempurna,

itulah amal bagi dirimu dan alam semesta.

Nak, Aku telah memberi kebebasan bagimu untuk menggunakan tubuh dan pikiranmu itu

sesuai rencana yang telah kau tetapkan bagi kehidupanmu. Aku tidak akan mencampurinyakecuali menuntunmu ketika kau meminta tuntunanKu. Dunia ini adalah tempat dan sarana

belajarmu, Aku hanyalah guru yang akan membimbingmu dari dalam saat kau

membutuhkanKu. Maka dalam amal dan dosa yang akan kau lakukan, Aku tidak

memberimu pahala bagi amal itu atau hukuman bagi dosamu.

Kaulah yang memilih pahala dari amal yang kau lakukan atau mendapat hukuman dari dosa

yang kau pilih. Aku bukanlah penghukum, Aku adalah guru pembimbing dari dalam batin

heningmu. Aku adalah Ayah-Ibu yang mendampingimu menjalani pembelajaran untuk

mencapai kesadaran semestamu.

36

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 37/117

Amal tidaklah sama dengan kebaikan dan dosa bukanlah semata-mata keburukan. Dalam

kesadaran semesta sesungguhnya ada amal dalam kebaikan dan keburukan, juga ada dosa

dalam kebaikan dan keburukan. Apabila kau telah memahami dan melampaui kebenaran

dualitas semesta, kau akan mudah mengerti maksudKu.

Amal seorang prajurit mungkin menjadi dosa bagi seorang pendeta. Dosa seorang pencuri

bisa jadi merupakan amalnya bagi peningkatan kesadaran orang yang dicuri. Konsep

pikiranmu bukanlah penentu utama antara mana amal dan mana dosa. Kesadaran

Jiwamulah yang dapat memahami dan memilahnya dengan baik. Maka raihlah kesadaran

Jiwamu agar kau mengerti apa sesungguhnya amal dan dosa bagi peranmu di kehidupan ini

sebagai Jiwa dalam tubuh manusia.

Namun jika sulit bagimu memahami amal dan dosa dengan menyadari terlebih dulu diri

sejatimu, Aku akan mengingatkanmu pada hakekat Jiwa. Jiwa adalah kemurnian dan

kesucian. Kesucian disini bukanlah terbebas dari dosa karena penilaian itu hanya layak bagi

pemahamanmu disini.

Makna kesucian adalah tidak ternoda oleh penilaian baik buruk, serta tidak melekat dengan

penilaian tersebut. Maka dalam pemahaman kesucian ini, amal adalah perilaku yang tidak

terjebak oleh penilaian baik buruk. Amal adalah kerja pikiran, kata-kata dan perbuatan yang

suci, tidak melekat oleh penilaian dan penghakiman. Amal adalah tugas Jiwa dalam

kehidupan untuk menjalankan cinta dan kasih-sayangnya bagi kehidupan semesta.

Amal adalah setiap kerja yang terlibat dalam kegiatan penciptaan, pemeliharaan dan

pengembalian seluruh isi alam semesta ke dalam siklusnya. Inilah amal yang terbebas dari

penilaian baik-buruk. Ia hanya berkaitan dengan tugas-tugas Jiwa dalam ketiga aspek

kegiatan semesta itu.

Sedangkan dosa adalah segala kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tugas untuk

mendukung ketiga aspek kerja semesta. Dosa adalah penyimpangan pikiran, kata-kata dan

perbuatan terhadap jalan yang telah dipilih oleh Jiwa sebagai bagian dari tugasnya dalam

kehidupan ini.

Bila semua penjelasan ini pun belum kau pahami dengan baik, maka amal dan dosa ini

cukup kamu pahami dengan menjalankan segala bentuk kebaikan dan cinta kasih yang

mampu kamu pahami. Biarlah sisanya Aku yang menentukan amal dan dosamu itu dari cara

pandang kesadaranKu yang melampaui kesadaranmu yang terbatas.

Lakukan tugas kebaikan karena kamu bersumber dari kebaikanKu, kebaikan ayah-ibu,

kebaikan orang-orang yang merawatmu sejak dalam kandungan hingga menjadi dewasa

seperti saat ini. Lakukan saja, maka itu akan menjadi amal bagimu. Tetaplah berjalan dalam

lingkaran perilaku cinta kasih, itu sudah cukup menjadi amal bagi pemahamanmu.

Hindari saja hal-hal yang tidak sejalan dengan perilaku cinta kasih sebagaimana yang kamu

pahami, karena sifat sejatimu adalah cinta kasih. Itu pun sudah cukup untuk menjauhkanmudari dosa akibat penyimpangan terhadap tugas dan jalan yang telah kamu pilih bagi

37

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 38/117

kehidupanmu ini.

Setiap Jiwa memahami dan menyadari tugas, peran dan tujuan dari kelahirannya. Setelah

kematiannya maka Jiwa akan menilai seberapa selaras tugas dan peran itu telah ia jalani

selama hidupnya. Setiap amal kehidupan akan memberinya kebahagiaan karena sebanyak

itulah tugas dan peran telah berhasil ia jalankan sesuai rencana. Sebaliknya, setiap dosa di

kehidupan akan memberinya penyesalan yang menyedihkan. Ia menyadari bahwa sebanyak

dosa itulah tugas dan peran kehidupan yang ia jalani telah menyimpang dari tujuan

kelahirannya.

Rasa kebahagiaan membawa suasana sorga bagi Jiwa, sedangkan rasa penyesalan

membawa suasana neraka baginya. Maka sesungguhnya dengan amal dan dosa inilah kau

menentukan sendiri apa yang kau kehendaki bagi dirimu sendiri kelak sebagai Jiwa setelah

kematian.

Aku hanya bisa mengingatkanmu satu hal anakKu. Lakukan saja apa yang tidak akan kamu

sesali sebagai Jiwa setelah kematian. Kunci utama dari tugas dan peran kehidupanmu

sebagai Jiwa di kelahiran kali ini adalah menuntaskan peran cinta kasih bagi kehidupan

semesta ini. Amalkanlah peran cinta kasihmu itu Nak, dan bangunlah sorga dunia dan

akhirat yang membahagiakan bagi dirimu sendiri. Aku bersaksi atas setiap amal dan

dosamu.

38

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 39/117

Bahasa Langit : Kesucian Jiwa

Dalam perjalanan tugas dan proses pembelajaran diri di kehidupan untuk mencapai kembali

kesucianmu sebagaimana diriKu Nak, akan Aku terangkan tentang kesucian itu dari sisiKu.

Aku tidak ingin kau terjebak pada tingkat kesucian yang kau pahami selama ini.

Keterjebakan itu justru membuatmu tidak pernah memahami arti kesucian semestamu

sebagai Jiwa.

Kesucian semesta itu seperti intan dalam kubangan lumpur. Lumpur tidak mengubah intan

itu menjadi lumpur dan intan tidak mengubah lumpur menjadi intan. Intan tetaplah intan,

lumpur tetaplah lumpur. Namun intan mampu menjadikan lumpur itu sebagai lumpur yangberharga. Kuharap kau memahami makna yang Kusampaikan ini. Inilah kesucian yang tak

ternoda. Bukan karena ia tidak ada bersama noda, namun karena ia tidak melihat noda itu

sebagai sebuah noda. Ia ada seperti apa adanya.

Jika bagimu kesucianKu adalah ibarat cahaya matahari yang putih dan terang, Aku ingatkan

bahwa dalam putih cahaya itu ada warna-warni pelangi. Putih cahayaKu dibentuk dari

beraneka warna semesta. Aku menerima segala warna kehidupan yang ada di semestaKu.

Dan dengannya Aku memberi warna pula pada kehidupan semesta ini tanpa merasa

ternoda oleh warna-warni itu.

Aku memberi merah pada apa yang semestinya berwarna merah. Memberikan kuning, hijau,

biru, hitam, atau warna lainnya pada apa yang semestinya Kuberi warna seperti itu. Aku

tidak terjebak untuk menilai satu warna lebih baik dari warna lainnya. Karena itulah

warna-warni yang Kumiliki bagi semesta ciptaanKu. Inilah kesucianKu yang tak ternoda

karena Aku tidak melihat apapun sebagai noda bagiKu.

Benih cahaya kesucian dimulai ketika kau tidak terjebak untuk menilai benar atau salah

berdasarkan pikiran. Karena penilaian pikiran atas benar-salah seperti itu mudah

menjebakmu terperangkap dalam rasa suka dan benci. Dari rasa ini kau dibawa pada

persahabatan dan permusuhan, damai dan peperangan. Penilaian inilah noda bagi kesucian

39

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 40/117

Jiwa. Karena penilaian pikiran ini akan membuat Jiwa sulit menerima dualitas kehidupan

sebagai bagian utuh dari diri semestanya. Hanya mereka yang tidak terperangkap dalam

penilaian pikiran akan mudah memahami dirinya sendiri.

Inilah sifat kesucianmu anakKu. Bukan pada atribut apa pun yang kau gunakan, namun

pada apa pemahaman yang kau miliki. Kesucian sejati bukanlah semata-mata pikiran yang

selalu ada dalam sifat-sifat kebaikan. Sebab kebaikan duniawi yang kau miliki bukanlah

kebaikan yang sesungguhnya. Hal itu hanya sesuatu yang kalian sepakati bersama sebagai

sebuah kebaikan. Kebaikan duniawi tidak kekal karena kesepakatan kalian bisa berubah

sepanjang jaman. Bahkan di dunia kalian yang sama, kebaikan itu dapat memiliki sisi yang

berbeda makna. Ini bukanlah kebaikan sejati yang menjadi jejak bagi kesucian sejati.

Seorang yang tidak mau melakukan sesuatu karena ia menganggapnya sebagai noda bagi

kesuciannya, ia belumlah orang suci. Namun bila ia tidak mau melakukan sesuatu bukan

karena hal itu baginya adalah noda, dialah orang suci. Ia menjadi suci karena tidak ternoda

oleh penilaiannya.

Seseorang menjadi suci bukan karena membenci apa yang disebut ketidaksucian oleh

dunia. Tidak pula karena ia selalu berusaha berada jauh dari hal-hal yang disebut noda

dalam pemahaman duniawi. Ia menjadi suci semata-mata karena keteguhannya untuk

berjalan di kehidupan ini dalam kesadaran Jiwa yang penuh cinta kasih.

Kesucian Jiwa juga tidak disebabkan oleh kedudukan seseorang dalam status keagamaan.

Siapa pun yang kehidupannya dipenuhi cinta kasih, bebas dari segala bentuk penilaian,

ikhlas dalam penerimaan atas dualitas kehidupan, ia sedang memancarkan kesucian

Jiwanya.

AnakKu, apa yang dengan mudah dapat ternoda sesungguhnya bukanlah sesuatu yang

suci. Kesucian sejati justru dapat menghilangkan segala noda karena ia ikhlas melebur noda

itu menjadi bagian dari diri semestanya. Perhatikanlah Nak, seseorang yang memancarkan

kesucian Jiwa akan sanggup menggetarkan perasaan segala mahluk. Orang seperti itu

dapat menenangkan batin yang gelisah hanya dengan ketenangannya. Ia melenyapkan

kebencian hanya dengan penerimaannya. Ia mengatasi kesedihan hanya dengan

ketidakmelekatannya atas segala hal.

Begitulah dirimu manakala telah mencapai kesucian Jiwa. Pancaran kesucian itu akan

melampaui apa pun penampilan duniawimu. Karena kesucian Jiwa bukanlah apa yang

dapat terlihat oleh mata fisik melainkan oleh mata hati. Bukan kata-kata yang terdengar oleh

telinga pikiran namun oleh telinga batin. Demikianlah getar kesucian sejati tidak akan

terhalang oleh apa pun. Maka sadarilah dirimu sebagai Jiwa, dan kesucian itu akan tumbuh

dengan sendirinya.

Nak, jika setiap bagian dalam kisah kehidupan yang pernah kau lalui berulang kali ini telah

kau sadari sebagai proses pemurnian Jiwa, maka mencapai kesucian sejati inilah tujuan

pembelajaranmu disini. Dan untuk tujuanmu itu Aku telah menyediakan begitu banyak

dualitas kehidupan sebagai bahan pembelajaran. Sekali lagi, kapan saja kesadaranmu telahmampu menerima semuanya tanpa dinodai penilaian, kau akan memahami makna kesucian

40

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 41/117

yang Aku tuturkan ini.

Setiap Jiwa dalam setiap kelahiran sesungguhnya sedang bertumbuh untuk memurnikan

dirinya sendiri. Bahkan Aku tak hendak mencampuri proses pertumbuhan itu meski Aku

memiliki kuasa atasnya. Pertumbuhan ke arah kesucian mesti dilandasi oleh kesadaran Jiwa

itu sendiri. Maka anakKu, sebelum kau disibukkan oleh keinginan untuk mensucikan orang

lain, lebih bermanfaat bila kau berupaya membangun kesadaranmu sendiri untuk meraih

kesucian itu. Kesucian sejati harus dimulai dari diri sendiri Nak. Itulah kunci untuk memasuki

kemurnian Jiwa.

Terakhir, kesucian semestaKu seperti langit. Ia menerima segala hal tetapi tidak untuk

memilikinya. Memberi banyak hal tetapi tidak mengharapkan balasan. Ia seakan memiliki

batas namun sesungguhnya tak terbatas. Ia mengetahui segala hal tapi menyimpannya

sebagai misteri. Ia tampak diatas meski sebenarnya ada di segala arah. Ia terang bukan

karena ia bersinar atau tampak gelap bukan karena ia tak bersinar. Seperti ini jugalah

kesucian Jiwamu Nak. Misterinya dapat kau pahami hanya setelah kau benar-benar

mencapainya dengan penerimaan atas segala isi alam semesta sebagai bagian dari dirimu,

bukan sebagai noda bagi kesemestaanmu. Karena Aku bahkan ada pada semuanya itu.

Bahasa Langit : Sorga dan Neraka

Aku terlampau sering mendengar doamu tentang keinginan mencapai sorga setelah

kematian. Namun begitu, Aku justru terlampau sering menyaksikan kalian mengumpulkan

bahan-bahan neraka untuk sorga yang kalian idamkan itu. Dalam kebingungan kalian itu

anakKu, akan Kuingatkan kalian lebih terang tentang sorga dan neraka.

Sesungguhnya Aku tidak menciptakan sorga dan neraka bagi kalian. Namun sebagai Jiwa,

bagian dari diriKu, kalian sendirilah yang menciptakan sorga dan neraka itu dengankesadaran yang kalian miliki. Kebahagiaan kalian setelah kematian akan menciptakan sorga

dan penderitaan Jiwa akan membangun suasana neraka bagi diri kalian.

Ingatlah Nak, kalian menciptakan sorga itu di alam kematian sebagai hadiah atas

keselarasan dan keharmonisan Jiwa yang telah kalian raih saat menjalani tugas cinta kasih

serta pembelajaran selama kehidupan duniawi. Dan kalian menciptakan sendiri neraka

sebagai bentuk penyesalan atas kegagalan kalian menjalani tugas kehidupan dengan baik.

Aku tidak menciptakan sorga dan neraka itu. Aku hanya memberi kesempatan dan

kebebasan bagi kalian untuk mengalami apa yang ingin kalian rasakan di alam kematian.

Bahwa kemudian kalian tidak dengan mudah dan bebas mengalami suasana sorga saat

begitu banyak hal buruk pernah kalian lakukan di dunia, itu lebih karena di alam kematian,

sebagai Jiwa, kalian adalah kejujuran tanpa batas. Di kehidupan setelah kematian kalian

kembali menjadi Jiwa yang dipenuhi cinta kasih. Inilah kesejatian kalian.

Maka di alam sana AnakKu, kalian tidak akan mudah menghindari rasa penyesalan atas

pikiran, kata-kata dan tindakan di dunia yang tidak kalian landasi dengan cinta kasih kalian.

Kalian menyesalinya karena tujuan awal kalian lahir kembali sesungguhnya untuk membagi

cinta kasih itu kepada dunia. Kesejatian kalian adalah sumber cinta kasih sorgawi. Ketika

kalian, sang pemilik cinta kasih yang hadir kembali di dunia untuk memberikan hal itu pada

41

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 42/117

bumi ternyata mengabaikan tujuan kelahiran, maka alam kematian akan menyisakan

penyesalan bagi Jiwa murni kalian.

Kalian adalah benih cinta kasihKu. Sejak awal alam semesta ini tercipta, kalian memilih

hadir di bumi untuk menyemaikan benih-benih cinta kasihKu pada dunia. Namun lingkungan

duniawi telah membuat kebanyakan kalian kemudian melupakan tujuan itu. Kalian

menyimpang dari kemurnian Jiwa saat kesempatan hidup di dunia telah kalian miliki. Kalian

telah mengabaikan keberadaan benih cinta kasih dalam diri. Inilah menjadi sumber

kegelapan pikiran yang menciptakan neraka bagi diri kalian sendiri.

Untuk itu Nak, Aku ingatkan padamu sekali lagi. Ketika kau ingin mengalami sorga di alam

kematian, ciptakanlah terlebih dahulu sorga itu dalam kehidupan duniawimu. Dengan begitu,

setelah kematian nanti kau akan terbebas dari rasa penyesalan atas apa yang telah kau

lakukan pada kehidupan kali ini. Kau akan pulang dengan bahagia dan membawa serta

kebahagiaan sorga duniamu dalam kehidupanmu nanti di alamKu. Hukum keteraturan kerja

dan hasil ini kau kenal sebagai hukum karma. Jadi, bangunlah sorga dunia untuk

mendapatkan sorga akhirat, atau bangun neraka dunia sebagai neraka akhirat bagimu.

Jika bagimu kau adalah Jiwa dari sorga yang lahir ke dunia untuk berbagi kebahagiaan,

maka pastilah kau akan membangun sorgamu di dunia. Jika bagimu kau adalah Jiwa yang

pernah menderita di alam neraka penyesalan, maka kelahiranmu kali ini pastilah bukan

untuk membawa neraka akhirat itu ke dalam kehidupan duniawimu. Bahkan jika bagimu kau

adalah bagian dari diriKu, Aku tidak dapat menemukan alasan bagimu untuk tidak menjadi

mahluk duniawi yang penuh cinta kasih. Karena itulah diri sejatimu Nak, mahluk cinta kasih

dalam tubuh manusia.

Tetapi harus Kuingatkan lagi padamu Nak, manakala kau gunakan pikiran untuk

menciptakan sorga dunia hanya bagi dirimu sendiri, tanpa kau sadari kau dapat saja sedang

menciptakan neraka di sisi yang lain bagi duniamu. Aku telah melihat begitu banyak hal

seperti ini di kehidupanmu. Sekelompok orang menciptakan sorga bagi dirinya namun

menyisakan neraka bagi orang lainnya. Itu bukan sifat sejatimu Nak, itu bukan dirimu.

Maka sebagai benih cinta kasih semesta anakKu, ciptakanlah sorga itu bagi seluruh

penghuni duniamu. Karena untuk itulah sesungguhnya tujuan kehadiran kalian di dunia ini,

menghadirkan sorga akhirat di dunia. Kalian menciptakannya disini untuk membuat kalian

selalu merasa sedang berada di rumah kesejatian kalian, di rumahKu.

Jika dengan apa pun yang kalian lakukan di dunia telah menciptakan neraka bagi mahluk,

maka neraka yang sama akan menyertai kalian di alam kematian. Neraka yang tercipta

sebagai bentuk penyesalan kalian terhadap diri sendiri sebagai Jiwa yang penuh cinta kasih.

Kalianlah yang menghukum diri sendiri atas kekeliruan duniawi itu.

Pahamilah bahwa kesadaran kalian sebagai Jiwa adalah tak terbatas, namun kesadaran

pikiran kalian sangat terbatas. Keterbatasan pikiran inilah yang membuat kalian sering

menyimpang dari tujuan kelahiran kalian di dunia. Maka sekali lagi Aku harusmengingatkanmu Nak, hati-hatilah menggunakan pikiranmu tanpa diterangi kesadaran Jiwa.

42

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 43/117

Kau akan lebih mudah terjerumus untuk menjadikan dunia ini neraka meskipun bukan

seperti itu sesungguhnya yang kau inginkan. Inilah kegelapan pikiran duniawi yang tidak

diterangi cahaya Jiwa, cahaya nurani.

Akhirnya untuk kesempurnaan pengetahuanmu, akan Kuajarkan padamu bahwa sorga dan

neraka akhirat bukanlah tempat abadi. Keduanya hanyalah ruang dan waktu yang kau

ciptakan dari suasana hati yang kau rasakan saat Jiwamu berada di kehidupan setelah

kematian. Satu-satunya yang abadi di alam kematian hanyalah kebahagiaan bersama cinta

kasihKu. Kebahagiaan itu ada dalam dimensi kesadaran semestaKu. Kau akan

memahaminya saat kau menjalaninya.

Maka ciptakan sorga duniamu dengan mengasihi dan menyayangi segala kehidupan yang

nyata ataupun tak nyata. Bahkan berupayalah membenahi neraka dunia ini menjadi sorga

sebagaimana tugas dari kelahiran setiap Jiwa di sini. Setelah semua tugas itu kau lalui

dengan selaras, tinggalkan penderitaan neraka atau pun kebahagiaan sorga yang tak kekal

itu untuk menyatu dalam kebahagiaan abadiKu. Itulah nirvana anakKu, tempat darimana kau

berasal dan akan kembali kelak saat kau mencapai kesadaran semestamu. Aku, Ayah-Ibu

menantimu di sana dalam kerinduan.

Bahasa Langit : Penyatuan Jiwa

Di ujung semua kelahiran, kehidupan dan kematian yang pernah kamu jalani dan lewati

AnakKu, Aku menanti penyatuanmu kembali ke dalam diriKu. Jika bagimu Aku berwujud,

maka dalam penyatuan itu kau boleh menyebut dirimu berada disisiKu. Jika bagimu Aku tak

berwujud, maka penyatuan itu adalah terserap ke dalam diri semestaKu yang tak berwujud.

Apakah kau sungguh-sungguh ingin berada disisiKu Nak? Karena dari tempatKu itu kamu

harus bisa melihat semua hal adalah baik dan sudah sempurna apa adanya. Dari sudutpandangKu kalian semua adalah anak-anak yang Kuciptakan dengan cinta yang sama.

Apakah kamu juga sudah siap untuk tidak membedakan segala dualitas semesta?

Aku adalah kebijaksanaan tertinggi yang memahami sesuatu dari segala sisi. Aku

memahami kebaikan dari keburukan dan keburukan dari kebaikan. Aku melihat yang tampak

dari yang tersembunyi dan melihat yang tersembunyi pada apa yang tampak.

KebijaksanaanKu melihat segala sesuatu sedang berjalan ke arah kebaikan. Aku terbebas

dari penilaian baik dan buruk, karena Aku adalah kesempurnaan dalam kebaikan dan

keburukan. Apakah kamu memahami diriKu agar kelak bisa menyatu denganKu?

Aku menyinari kegelapan, membasahi yang kering, mengeringkan yang basah. Aku mengisi

yang kosong, memberi yang meminta, melepaskan yang terikat. Apakah kamu sungguh

telah mengerti bagaimana menyayangi apa yang dibenci, melepaskan apa yang dimiliki,

meninggalkan apa yang ditempati, melupakan apa yang tak terlupakan?

Dalam penyatuan bukanlah tubuhmu yang menyatu denganKu karena tubuhmu sudah sejak

awal ada dalam diri semestaKu. Bukan pula pikiranmu menyatu denganKu karena sejak

semula pikiranmu adalah pikiran semestaKu. Bukan juga Jiwamu yang menyatu denganKu

karena sejak awal Jiwamu adalah bagian dari diriKu. Dalam penyatuan itu yang menyatu

adalah kesadaranmu yang terbatas menjadi kesadaranKu yang tak terbatas. Apakah kamu

43

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 44/117

telah belajar untuk mencapai kesadaran semestaKu?

Nak, rasakanlah semesta ini sebagaimana ia adalah milikmu. Rasakanlah posisimu

sebagaimana posisiKu di semesta ini. Rasakan dirimu adalah Ayah-Ibu semesta yang

mencipta, menjaga dan memulangkan anak-anak semesta ke dalam diriNya. Rasakan

dirimu adalah Ayah-Ibu yang lebur menjadi satu tubuh, satu pikiran, satu kesadaran, satu

Jiwa Semesta. Rasakan dirimu adalah sesuatu yang mengisi sekaligus yang meliputi alam

semesta ini, berada di dalam sekaligus di luar alam semesta. Apakah kamu memahami dan

menyadari apa yang Aku rasakan?

Aku mendengar doa dari anak-anakKu yang saling mencintai dan juga dari mereka yang

saling membenci satu sama lainnya. Aku mendengar pujian dari anak-anakKu yang

mengenal dan meyakiniKu. Di saat yang sama Aku juga mendengar caci maki anak-anakKu

yang tidak meyakini keberadaanKu. Dan untuk kedua hal berbeda itu Aku memiliki

kebenaranKu sendiri untuk menentukan keadilan dan kebijaksanaan semesta bagi mereka

semua. Apakah kamu sungguh telah mengerti keadilan semestaKu?

Aku adalah kesadaran yang tak berwujud. Tapi jika Aku berwujud, maka wujudKu tak lain

adalah kesadaran itu sendiri. Apakah kamu mengerti bagaimana bersatu dengan wujud

kesadaranKu yang tak berwujud? Dalam wujud kesadaranKu penderitaan adalah

kebahagiaan, kesedihan adalah suka cita. Segala sesuatu membahagiakan bagiKu karena

dalam kesadaranKu semesta ini adalah kebahagiaan abadi. Apakah kamu telah melihat

kebahagiaan semesta ini dari sudut kesadaranKu?

Apakah kamu melihat dirimu pada semua mahluk sebagaimana Aku melihat diriKu pada

mereka? Seperti itulah semua hal yang akan terjadi saat engkau sungguh-sungguh

mengalami penyatuan dengan kesadaranKu. Saat kau benar-benar berada di sisiKu,

menjadi bagian dari diriKu sepenuhnya. Memiliki semesta ini sebagai ciptaanmu yang harus

kamu jaga dan kembalikan ke dalam dirimu pada saat yang telah ditentukan oleh dirimu

sendiri.

Nak, jika kamu sungguh-sungguh ingin menyatu denganKu kelak setelah kematian nanti,

rasakanlah dirimu saat ini dalam semesta kecil sebagaimana diriKu dalam semesta raya ini.

Jadilah seperti Aku dalam kehidupanmu kini sebagaimana Aku dalam kehidupan semestaKu

kini. Miliki cara berpikirKu, kesadaranKu, posisiKu, serta cinta kasihKu yang sama pada

semesta dan segala isinya.

Hanya dengan menyadari sepenuhnya diri sejatimu sebagai diriKu yang kecil, memahami

dan merasakan diriKu yang besar memenuhi alam semesta, di saat itulah Kau telah

menyatu denganKu dalam kesadaran semesta. Aku menanti penyatuan Kita Nak, sejak

lama, sejak semesta ini ada dan mulai bergulir dalam perjalanan panjangnya. Pulanglah.

44

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 45/117

Bahasa Langit : Kesadaran Semesta

Nah, setelah kau memahami tujuan kelahiranmu untuk mencapai kesadaran semestamu,

kini akan Aku terangkan sedikit bagimu tentang kesadaran semestaKu. Aku hanya akan

memercikkan bagimu setitik nyala kesadaranKu, selebihnya silahkan kau bertumbuh

matang.

Dalam kesadaran semestaKu Nak, alam semesta beserta segala isinya ini menjadi bagiandariKu yang tak terpisahkan dan selalu Kuterima dengan rasa yang sama. Rasa

kepemilikanKu atas semesta ini persis seperti rasa kepemilikanmu pada tubuhmu ketika kau

masih bayi. Rasa kepemilikan tanpa dinodai keterikatan.

Dalam rasa yang sama seperti dirimu saat bayi itu, Aku tidak memiliki kebencian ataupun

kecintaan selain penerimaan ikhlas atas segala hal. Aku memiliki kebutuhan namun bukan

keinginan. Aku memiliki tangis yang bukan kesedihan serta tawa yang bukan kebahagiaan.

Aku memiliki hidup yang tidak ditakutkan oleh kematian. Aku memiliki rasa yang bukan

sebuah perasaan. Seperti itulah rasa murni yang Kumiliki dalam kesadaran semestaKu.

Aku tidak memberi penilaian positif atau negatif terhadap siapa pun yang sedang merangkul

atau yang tidak merangkulKu. Aku tidak membenci mereka yang membenci kehadiranKu,

tidak pula mencintai siapa yang mencintaiKu. Aku hanya menerima mereka dalam rasa yang

sama; ketulusan. Semua itu bukan karena Aku seperti bayi yang tidak mengetahui risiko apa

pun, melainkan karena Aku adalah kemurnian Jiwa yang mahatahu segala rahasia.

Seperti engkau memahami setiap sel dalam tubuhmu, begitulah Aku memahami setiap hal

yang mengisi kehidupan di alam semestaKu. Seperti kau memahami proses kelahiran,

kehidupan, kematian dan kelahiranmu kembali dari waktu ke waktu, begitulah dalam

kesadaran Aku memahami siklus kesemestaanKu. Dan seperti engkau berdiam dalam

45

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 46/117

kesadaran Jiwa saat tubuh dan pikiranmu bekerja menjalani peran duniawinya, begitu pula

Aku diam dalam kesadaranKu sebagai Jiwa Semesta ketika tubuh dan pikiran semestaKu

sedang bekerja dalam ruang kesemestaannya.

Aku adalah kesadaran yang selalu terjaga meski tubuh dan pikiran semestaKu sedang sibuk

bekerja. Maka tetaplah kau terjaga dalam kesadaranmu saat tubuh dan pikiranmu bekerja.

Hanya dengan begitu kau akan mengerti seperti apa Aku menggunakan kesadaranKu di

alam semesta. Lapangkan kesadaranmu tidak hanya terbatas pada tubuh dan pikiran

namun melampaui keduanya, maka kau akan mengerti seperti apa kesadaranKu yang tak

terbatas.

Inilah sedikit tentang kesadaran semestaKu. Ketika tiba saatnya kau mencapai kesadaran

sejatimu, kau akan mengerti tanpa perlu penjelasan apa-apa lagi dan akan menjadi

kesadaran semesta itu sendiri. Bertumbuhlah mulai sekarang juga, hanya itu cara termudah

bagimu. Bila sampai, Aku menjanjikan kesemestaanKu menjadi milikmu.

Bahasa Langit : Pulang dengan Bahagia

Ada satu kepastian yang tak mungkin bisa kau hindari kelak anakKu; Kematian. Dan untuk

setiap waktu serta lembaran hari yang kau lewati, kau sedang mendatangi kematian dan

kepastian itu semakin mendekatimu. Meski demikian, ia selalu datang tanpa hari yang dapat

kau pastikan. Apakah saat ini kau sudah bersiap diri demi menerima kepastiannya yang takpasti itu? Apakah kau berani atau takut menghadapinya?

Keberanian bukanlah kesiapan, ketakutan bukan pula tanda ketidaksiapan. Hanya ketika

kau telah mengerti tujuan hidupmu serta telah menjalaninya dengan sepenuh hati dan

pemahaman, lalu ikhlas meninggalkan kehidupan ini dengan kebahagiaan, itulah kesiapan

yang sesungguhnya. Tanpa semua itu, kematian masih akan memberimu bayang-bayang

penderitaan oleh rasa kehilangan.

Tepat saat waktu kematian datang untuk memisahkan dirimu dari tubuh yang kau tempati

selama ini, kau pun akan kehilangan kuasa atas tubuhmu. Kau juga kehilangan kesempatanuntuk tetap berada di dalamnya meskipun kau masih menginginkannya. Jika tubuh dan

pikiranmu sedang menderita, mungkin dengan mudah kau akan menerima kematianmu.

Tetapi itu akan berbeda manakala tubuh dan pikiran sedang memberimu kebahagiaan

duniawi saat sang waktu datang untuk menghentikan kebahagiaan itu secara tiba-tiba. Inilah

sumber dari rasa takut pada kematian, anakKu. Rasa takut akan kehilangan sesuatu yang

sesungguhnya tak pernah hilang darimu.

Semua hal membahagiakan yang pernah kau miliki harus rela kau tinggalkan di dunia ini.

Perpisahan dengan semua bentuk kepemilikan selama hidup ini dapat membuatmu merasa

sangat kehilangan. Dan rasa kehilangan itulah yang akan membawamu pada penderitaan di

46

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 47/117

alam kehidupan setelah kematian. Sebelum mencapai keikhlasan, kau akan merasakan

seluruh kehilangan itu seperti apa yang kau sebut sebagai rasa neraka.

Maka hari ini Nak, Ayah-Ibu akan mengingatkanmu lagi agar sejak awal bersiap diri

menghadapi kepastian itu. Kau pernah melewatinya dengan kegagalan pada kehidupan

terdahulu. Kini belajarlah untuk berangkat pulang dalam keadaan yang lebih baik daripada

hidupmu sebelumnya. Belajarlah untuk selalu siap saat tiba waktunya kau pulang.

Sumber dari segala penderitaan Jiwa yang kau sebut neraka adalah ketidakikhlasanmu

melepas hal-hal duniawi setelah kematian. Segala bentuk kemelekatan pikiran dan

emosional terhadap apa yang pernah kau miliki atau alami di kehidupan duniawi ini akan

menjadi penghambat kuat bagimu untuk dapat pulang kembali kepadaKu dalam damai.

Maka Nak, jika kelak kau ingin bisa pulang dalam kedamaian, belajarlah agar bisa tenang

dan ikhlas tepat saat kematian itu tiba bagimu. Untuk mencapai hal ini, sepanjang hidup kau

harus belajar dan melatih pikiranmu untuk tidak terjebak dalam kemelekatan terhadap setiap

kepemilikan di dunia ini. Tidak melekat terhadap tubuhmu, terhadap hartamu, terhadap

orang-orang yang menyayangimu. Juga tidak terhadap kepintaran, kesuksesan, atau

kebahagiaan duniawimu. Kau memang boleh memiliki semua ini namun ikhlaslah

meninggalkannya disini di saat kematianmu tiba.

Kapanpun kematian itu datang bagimu Nak, bebaskanlah segera dirimu dari segala hal

duniawi ini. Lupakan, tinggalkan semuanya dengan ikhlas karena kau tidak

membutuhkannya lagi di duniaKu. Di duniaKu, di dunia Kita anakKu, kebahagiaan itu tidak

bersumber dari luar dirimu. Kebahagiaan itu menjadi milikmu sepenuhnya dalam sentuhan

rasa yang tak mudah kau mengerti saat ini.

Jangan takut bahwa kau akan sendiri dalam dunia kematian. Aku akan mengirim Jiwa-Jiwa

saudara, sahabat, kerabat pendahulumu untuk menemanimu menenangkan diri sesaat

setelah di dunia kematian. Kau tidak akan kesepian kecuali kau sendiri yang memilih rasa

kesepian itu akibat kemelekatan pada hal-hal yang telah kau tinggalkan di dunia.

Hindari segala pikiran, sikap, kata-kata dan perilaku yang dapat membuat Jiwamu merasa

bersalah setelah kematian. Rasa penyesalan akan membuatmu menderita dan terjebak oleh

keinginan untuk segera memperbaiki kesalahan itu. Itulah sebagian alasan Jiwa untuk

kembali ke dunia ini dalam tubuh yang baru. Memperbaiki apa yang mereka sesali selama

kehidupan terdahulunya.

Sesuatu yang bagi Jiwa dapat menimbulkan penyesalan adalah ketika dalam kehidupan

duniawinya ia melakukan sesuatu yang tidak dilandasi kesadaran cinta kasih. Maka anakKu,

landasilah segala yang kau pikirkan, katakan dan lakukan di dunia ini dengan cinta kasih

dan kesadaran. Dengan begitu kau akan selalu berada di jalur yang searah dengan tujuan

kelahiran dan peran kehidupanmu disini. Percayalah Nak, cinta kasih dan kesadaran itulah

sumber kebahagiaan bagimu setelah melewati kehidupan duniawimu ini yang kelak akan

membawamu bersatu denganKu.

Aku telah menyaksikan begitu banyak Jiwa anak-anakKu menderita setelah kematian.

47

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 48/117

Ketahuilah Nak, bukan Aku yang menghukum mereka karena Aku bukanlah sang

penghukum. Mereka telah menghukum diri mereka sendiri dengan rasa penyesalan itu.

Mereka ingin memperbaikinya namun keadaan sudah berubah. Tubuh fisik itu tidak bisa lagi

mereka gunakan untuk menuntaskan rasa penyesalan. Akibatnya mereka terjebak di antara

dunia kematian dan dunia kehidupan yang telah mereka tinggalkan. Inilah yang kau kenal

sebagai neraka anakKu.

Sungguh, Aku tidak menghendaki kalian menderita setelah kematian. Tetapi Aku sendiri

tidak bisa memaksakan kalian bertumbuh sekehendakKu. Kalian memiliki kuasa atas diri

kalian. Aku hanya bisa menawarkan jalan bagi kalian untuk bisa mencapai kebahagiaan

bersamaKu setelah kematian. Jalan itu adalah jalan cinta kasih dan kesadaran.

Benamkanlah setiap langkah kehidupanmu di jalan ini Nak, kelak kau akan memahami

maksudKu. Di ujung jalan ini Aku menantimu pulang ke rumah kesadaran sejati dalam

kebahagiaan abadi bersamaKu.

Sejauh ini banyak hal telah Kukatakan padamu Nak. Pahamilah semua itu semata-mata

karena kerinduanKu pada kalian semua. Jalani kehidupan duniawi ini dalam kesejatian

kalian sebagai Jiwa yang penuh cinta kasih. Dan kelak setelah kematian, pulanglah dengan

damai dan bahagia anakKu. Ayah-Ibu telah menantimu sejak lama. Aku cukupkan pesanKu

sampai disini, sisanya boleh kau baca dalam rangkaian makna yang Kutulis di alam

sekitarmu. Selamat menjalani kehidupan anakKu. Ayah-Ibu mencintai kalian semua dalam

besar rasa yang sama. Sampai jumpa.

Begitulah bahasa langit. Di saat langit biru cerah, ia seperti matahari yang menyinari apa

pun dengan pandangan sama. Di saat gelap malam, ia seperti bintang yang menampilkan

lukisan keindahan dan menjadi navigasi bagi kehidupan. Dan disaat bermendung, ia

memberi kesejukan dengan hujannya sekaligus memberi cahaya terang petir yang tiba-tiba.

Ia juga bagai gemuruh suara guntur yang tiba-tiba saja terdengar. Kita tidak tahu pasti

kapan ia akan hadir menyentak sunyinya kesadaran kita. Meski mendung dapat menjadi ciri

akan kehadirannya, tapi tidak selalu memberi janji kapan pastinya ia akan terdengar.

Hanya ketika kilatan petir menjadi cahaya penerang kegelapan langit, tak lama kemudian

suaranya terdengar. Begitulah tutur bahasa langit, ia terdengar hanya ketika cahaya

kesadaran yang dibentuk oleh mendung kesejukan telah menerangi redupnya langit

pemahaman kita.

~: :~akhir dari bagian satu

48

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 49/117

Bahasa Bumi

Ada kalimat yang tersisa usai Ayah-Ibu Semesta bertutur panjang bagi kita, anak-anakNya.

“Aku telah menyediakan kata-kataKu yang lain untuk kau baca pada langit, pada danau,

pada gunung, pada awan, dan seluruh isi alam semesta. Belajarlah agar bisa membaca dan

memahaminya, karena untuk itulah kelahiranmu di dunia ini, memahami semesta sebagai

bagian dari diri sejatimu.”

“Andai sebagian terlewatkan olehmu selama ini, maka disini akan Kubuka hatimu dari dalam

agar kau bisa membacanya lagi. Simpanlah olehmu semua makna kehidupan itu sebagai

bekal bagi lanjutan perjalananmu di kemudian hari. Manakala kesadaranmu telah terbuka

oleh kisahKu ini, resapkanlah itu menjadi bagian dari pemahamanmu akan kesemestaan

dirimu yang sejati. Sebab hanya dengan itu kau akan lebih mudah menjumpaiKu dalam

dirimu AnakKu.” *

“Aku tidak menciptakan kebetulan bagimu sepanjang hidup yang pernah kau lalui.

Sungguhlah semua itu sudah diatur sedemikian rupa demi kebutuhanmu untuk mencapai

kesadaran. Untuk setiap pelajaran kehidupan yang belum kau pahami, alam semesta akan

terus memberikannya hingga kau mengerti sendiri maknanya bagi dirimu. Segala hal itu tak

lain adalah hal-hal yang ingin kau ingat kembali saat berada dalam kehidupan ini. Maka

tekunlah kau belajar memahaminya dalam kehidupanmu kali ini. Kini akan Aku bantu

membuka sebagian maknanya bagimu. Bacalah Nak.”

49

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 50/117

Begitulah pesan tersisa dari kemurnian bahasa langit yang disampaikan Ayah Ibu Semesta

bagi kita. Bila sebelum ini kita hanya bisa pasrah mengalir bersama pemahaman semesta

lewat bahasanya, inilah saatnya kita mencoba membaca sendiri pesan-pesan semesta saat

ia bicara dalam diam dengan bahasa-bahasa bumi dan penghuni langit.

Bahasa bumi tentu saja bahasa kehidupan yang akrab dalam keseharian kita meski

maknanya terkadang masih asing dalam pemahaman. Bahasanya dipenuhi warna-warni

yang boleh kita pilih sesuai pemahaman hati yang disukai. Bagi yang ikhlas mengenal

dirinya, begitulah ternyata di dalam diri kita dipenuhi warna-warni yang ketika menyatu akan

menjadi warna putih tanpa noda. Tak lagi ternoda karena tak ada satu pun warna yang

masih terlihat salah. Semua sudah demikian adanya sebagai bagian dari warna alam

semesta. Kita hanya perlu rasa memiliki yang ikhlas agar dapat menikmatinya, seperti

halnya menikmati warna-warni pelangi dalam kehidupan ini.

Dan lewat serangkaian makna yang terbaca dalam kumpulan bahasa bumi setelah ini,

semoga ada satu-dua diantaranya yang bisa bermanfaat bagi kita masing-masing. Kunci

pemahaman yang semoga dapat membukakan pintu kesadaran hati hingga kita semua bisa

menemukan jalan pencerahan bagi Jiwa sendiri. Jika ternyata Anda telah memiliki

pemahaman makna yang lain, semoga makna yang tertuang disini ikut memperkaya

pemahaman yang sudah Anda miliki selama ini. Sesudahnya, berbagi pemahaman akan

menjadi kunci mencapai kekayaan spiritualitas dalam kehidupan kita kali ini. Untuk kita

semua, untuk generasi manusia di masa mendatang.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Awan Putih

Awan Hitam

Awan putih menjadi lukisan keindahan bagi langit sedangkan awan hitam memberi janjikesejukan bagi langit. Tidak ada putih yang lebih baik dari hitam atau sebaliknya. Keduanya

membangun makna yang sempurna.

(W. Mustika)

"Manakah bagimu yang lebih baik ketika aku dipenuhi awan putih ataukah awan hitam?”

Andaikan langit bertanya seperti ini kita pasti selalu memiliki jawaban yang kontroversial

satu sama lain. Ada yang memilih awan putih karena baginya kehadiran awan bersih ini

dapat merangkai lukisan indah yang kadang misterius di langit. Sebagian lainnya lebih

memilih awan hitam karena baginya itu pertanda hadirnya berkah kesuburan bagi bumi.

Kontroversi yang bisa meluas dan tak pernah usai untuk diperdebatkan.

Di sebuah rumah ketika musimnya langit biru cerah tanpa awan, seorang ibu tua meratap

sedih sepanjang sore hingga malam saat menyaksikan putrinya pulang dengan tangan

hampa. Sejak berangkat pagi hari tadi tak satupun jas hujan yang terjual. Padahal putranya

yang lain berhasil menjual habis es krim yang dijajakannya. Di lain hari saat musim langit

berawan dan hujan tercurah sepanjang hari, ia kembali bersedih untuk putranya karena tak

satu pun es krim laku terjual, meskipun putrinya sendiri berhasil menjual cukup banyak

payung dan jas hujan.

50

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 51/117

Serupa ibu itulah sebagian dari keseharian kita, lebih memilih untuk terjebak meratapi

kesedihan. Kita kecewa pada keadaan alam yang sudah demikian adanya. Dalam pilihan

cara pandang seperti itu, kita kerap lupa bersyukur atas hal berharga lainnya yang sudah

kita miliki selama ini.

Suatu saat dalam sebuah diskusi dengan sejumlah peserta ceramah, seluruh yang hadir

spontan menaikkan tangan tanda setuju saat ditanya apakah kehidupan ini telah memberi

mereka penderitaan. Sebaliknya ketika ditanya apakah mereka sudah diberikan kekayaan

yang cukup selama ini, tak satu pun menaikkan tangan. Andaikan anda adalah salah satu

peserta, apakah yang akan anda setujui?

Menariknya, saat diminta untuk bernapas panjang tiga kali dan merasakan napasnya,

mereka melakukannya dengan perasaan lapang tanpa mengerti ada sesuatu yang pantas

disyukuri saat itu. Baru ketika diceritakan bahwa di sebagian besar ruang ICU (ruangperawatan intensif) rumah sakit, ada banyak pasien yang harus menghabiskan puluhan juta

rupiah hanya agar bisa bernapas dan tetap hidup, mereka mulai sadar dirinya masih diberi

keberuntungan.

Lebih dari itu, saat beberapa diantaranya dijanjikan akan kaya dengan ikut menjadi donor

ginjal, mata atau donor hati secara ilegal agar bisa kaya lewat biaya pengganti organ yang

cukup mahal, barulah mereka sadari bahwa selama ini Tuhan telah memberi kekayaan

nyata yang cukup besar di dalam tubuh mereka. Semoga kita pun diberi kesadaran betapa

kekayaan telah banyak kita miliki selama ini.

Kehidupan ini memang alami seperti langit yang terkadang cerah, kadang diliputi awan putih

atau bahkan mendung hitam. Saat kita fokus pada apa yang tidak kita sukai, seringkali kita

mudah menyalahkan keadaan alam yang ada. Namun tatkala kita mampu menyesuaikan diri

dengan apa yang ada, rasa syukur lebih mudah mengalir. Saat cuaca cerah dan hangat,

menjual minuman dingin membuat kita menjadi sukses. Saat musim hujan tentu menjual

payung atau jas hujan akan lebih berguna. Bahagia tidaknya kehidupan ini rupanya

tergantung pada bagaimana kita menyikapi perubahannya yang datang silih berganti.

Burung-burung, ayam, angsa, rusa atau hewan-hewan liar lainnya di padang rumput tidak

pernah mengeluh pada perubahan alam namun ikhlas mengikutinya secara alami.Dibanding mereka, kita memiliki kelebihan pikiran untuk bisa mengambil sikap yang lebih

positif dan optimis dalam segala perubahan alam. Sayangnya kebanyakan kita tidak

menyadari kelebihan potensi yang ada dalam diri. Bahkan ironisnya, kelebihan kita

dibanding penghuni bumi lainnya hanyalah bahwa kita lebih banyak mengeluh pada

keadaan.

Banyak orang yang mengeluh atas kekurangan dan kemiskinan tanpa upaya keras untuk

dapat mengatasinya sendiri. Ada yang mengeluh atas penderitaan batin tanpa berusaha

memahami makna dan tujuan dari penderitaannya sendiri. Banyak pula orang kaya yang

merasa tetap miskin. Namun di sejumlah tempat dimana masyarakat hidup dalamkemiskinan, ada ungkapan rasa syukur yang lebih mudah terdengar dibanding dalam rumah

51

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 52/117

orang-orang kaya.

Akan selalu ada awan putih dan awan hitam di langit sebagaimana adanya, meskipun kita

gemar mengeluh atas apa yang tidak kita sukai. Begitulah kehidupan selalu akan memberi

suka-duka silih berganti. Namun mereka yang memilih ikhlas menyikapi keduanya dengan

kelebihan pikiran positifnya, akan merasakan kebahagiaan sepanjang hidup. Sebaliknya

mereka yang memilih mengeluh dengan pikiran negatif, rupanya sedang mengundang

penderitaan agar menemani kehidupan mereka sepanjang waktu. Kitalah yang paling

berhak menentukan pilihan sikap atas kisah kehidupan kita sendiri. Betapa pun, suatu saat

awan putih dan awan hitam akan berlalu juga menyisakan langit biru cerah yang kosong

namun dipenuhi terang cahaya.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Saat MatahariTenggelam

Emosi dan kemarahan itu seperti matahari. Selalu ada saat dimana kegarangan panasnya

reda manakala ia tenggelam dalam kesejukan samudera pemahaman hati nurani.

(W. Mustika)

Andai kita berhak menduga seperti apa yang dirasakan matahari saat ia bersinar terik bagi

bumi, mungkin kita akan suka menyebutnya sedang marah. Bolehlah. Bukankah mentari

tidak pernah menolak apa pun bentuk penilaian kita terhadapnya? Kita kerap

mengatakannya demikian karena rupanya begitulah panas yang ditimbulkan dari sorot mata

kemarahan seorang manusia. Sinar mata merah yang dapat membakar segala hal terutama

emosi di dalam diri kita.

Maka mudah ditebak bahwa api kemarahan kita cepat menular dan menyentuh titik api

emosi orang lain, lalu menciptakan “kebakaran” hati yang meluas dengan cepat. Peristiwa

kemarahan hati seorang manusia dapat menyulut pertikaian antar sekelompok orang,

bahkan pada orang-orang dewasa yang telah mengerti akan dampak buruk dari suatu

kemarahan. Apa yang membuat kemarahan kecil itu cepat membesar? Pemicunya tak lain

adalah rasa kebersamaan yang diaplikasikan secara keliru oleh banyak orang-orang

dewasa. Mereka gemar untuk marah bersama-sama.

52

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 53/117

Banyak orang menyadari bahwa api kecil dapat menjadi kawan yang memberi terang dan

kehangatan. Sebaliknya api besar bisa menjadi lawan yang menciptakan musibah

memilukan. Faktanya, banyak kita jumpai orang-orang menangis pilu karena kehilangan

harta benda atau sanak keluarga akibat suatu kebakaran. Namun begitu, tidak banyak

diantara kita menyadari bahwa ada api kecil kemarahan di dalam diri yang juga berpotensi

menimbulkan kehancuran serupa. Bahkan dapat menyisakan puing-puing harta benda dan

jasad sanak keluarga atau sahabat kita.

Semua orang mengetahui dan bisa simpati pada rasa kesedihan yang disisakan oleh api

besar yang membakar seperti ini. Karenanya semua berusaha menyelamatkan diri,

keluarga, sahabat maupun harta bendanya dari kebakaran. Kita bahkan berusaha

menghindari kejadian serupa dengan mewaspadai dan mematikan setiap api kecil yang

dianggap dapat berbahaya. Tetapi terhadap api kecil kemarahan dalam diri, rupanya kita

belum melakukan hal serupa.

Renungkan apa yang pernah dilakukan kebanyakan sahabat atau keluarga saat kita sedang

dilanda api kemarahan. Hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang mau berusaha

memadamkannya dengan menenangkan hati kita. Mereka malah mengipasi dan menyirami

bahan bakar berupa ego dan alasan yang memperkuat nyala api kemarahan. Mereka

mendukung dengan ikut menjadikan dirinya kayu bakar yang rela terbakar hangus bersama

api kemarahan kita. Mereka merelakan diri menjadi “pahlawan” yang membela mati-matian

kemarahan yang kita rasakan. Tanpa disadari, sesungguhnya mereka ikut mengantar kita

pada kehancuran. Bukankah demikian dampak api kemarahan? Menariknya, kita setuju dan

senang digiring pada kehancuran itu.

Jika api dapat menjadi cahaya penerang, kenapa api kecil kemarahan justru membawa

kegelapan? Karena terang dan panasnya seperti cahaya matahari yang secara tiba-tiba

langsung menembus ke pupil mata kita. Bila api kemarahan seperti ini berlangsung tiba-tiba

dan lama, tentu saja “pupil” mata hati akan terbakar dan membutakan diri kita dari

pandangan terang kebenaran logika dan spiritual. Akibatnya kita akan berusaha

menciptakan pembenaran atas tindakan yang didasari kemarahan tersebut.

Api kemarahan yang kian besar bahkan dapat membuat seseorang tega membunuh.

Manakala ada orang berani melakukan pembunuhan atas nama pembenaran dari

kemarahan atau aturan hukum duniawi, mereka berlaku seakan dirinya menjadi Tuhan yang

berhak menentukan hidup mati seseorang. Anehnya banyak yang justru membela dan

mewajarkan tindakan itu. Namun saat ada orang yang oleh pengikutnya dengan berani dan

hormat disebut sebagai ‘utusan’ Tuhan untuk mengajarkan sifat-sifat kebaikan bagi dunia,

semua orang pasti segera menghujat dan menyangkal pengakuan itu. Lihatlah kontradiksi

dalam kehidupan ini.

Kita memiliki banyak pilihan sikap dalam mengatasi kemarahan saat ia mulai membara di

dalam diri. Kita boleh memilih membesarkannya dengan “minyak” pembenaran ego di dalam

dan mencari dukungan “kayu bakar” dari keluarga atau sahabat di luar. Itu pun jika kita

memilih kehancuran sebagai sisa dari kebakaran hati ini. Atau kita memilih meredakannya

agar terhindar dari kehancuran. Kedewasaanlah yang membimbing pilihan kita.

53

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 54/117

Andai saja kita bisa belajar bersikap seperti lautan yang “menenggelamkan” matahari.

Lihatlah, betapa pun garangnya matahari siang membakar lautan dan menguapkan airnya,

lautan tetap menjadi air sejuk yang tidak ikut mendidih. Pada saatnya tiba, senja akan

“menenggelamkan” matahari itu di bawah garis cakrawala seakan ia masuk ke dalam

kesejukan air samudra. Seperti itulah api kemarahan dalam diri, selalu ada saat dimana ia

tenggelam dalam kesejukan hati nurani. Asal kita tidak ikut mendidih dan ikhlas menunggu

saat yang tepat, semua kemarahan akan sirna saat kesejukan hati menyadarkan

kekhilafannya.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Bintang

Navigasi

Dalam setiap kegelapan di langit pemahaman, seringkali setitik cahaya nurani yang terang

bisa menjadi bintang navigasi yang akan menuntun arah dan menyelamatkan kita saat

bimbang di tengah arus samudra kehidupan.

(W. Mustika)

Berjalan di gurun pasir yang luas tanpa jalan setapak, mirip seperti berlayar di tengah

samudera tanpa rute pelayaran yang jelas untuk diikuti. Tidak ada jejak arah yang pasti

untuk mencapai tujuan. Apalagi tatkala malam telah tiba melengkapi keraguan dengan

suasana kegelapannya. Begitulah perjalanan hidup ini, terkadang membawa kita pada

sebuah waktu dimana semuanya terasa gelap dan tanpa jejak arah yang terang untuk

ditelusuri.

Dalam kegelapan seperti itu, apakah yang mungkin bisa menjadi sebuah kompas penunjuk

arah bagi langkah kita selanjutnya? Disini kita layak belajar pada para nelayan atau suku

Bushman di gurun pasir Afrika. Mereka tidak gentar oleh kesunyian malam ataupun

menyesali kegelapan langit. Mereka tekun mengamati titik-titik terang rasi bintang yang

menghiasi kegelapan langit lalu menjadikan mereka sebagai bintang navigasi. Mereka

54

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 55/117

berhasil kembali ke rumah yang hangat dan aman hanya dengan berfokus pada tuntunan

titik-titik cahaya di langit yang gelap.

Dalam cerita kehidupan serupa, ternyata apa yang kerapkali kita lakukan saat menghadapi

gelapnya kisah kehidupan adalah justru lebih banyak menyesali kegelapan yang terjadi. Kita

fokus pada kemarahan, tenggelam dalam kesedihan, hanyut pada kekecewaan dan terkubur

dalam keputusasaan. Hanya sebagian dari kita yang sudah belajar berjiwa ala nelayan,

mudah beralih mencari titik terang di setiap kegelapan nasib dan takdir. Orang-orang seperti

ini biasanya mudah keluar dari keterpurukan dan kembali berada dalam kehangatan dan

terang kehidupannya.

Di lain waktu, seorang sahabat bertanya tentang teknik meditasi yang cukup baik untuk

dipakai berlatih meningkatkan kesadaran diri. Sepengetahuannya, ada yang berlatih

memandang titik putih di latar belakang berwarna hitam, atau berlatih fokus memandang

cahaya lilin di ruang kamar yang gelap. Ada juga yang berlatih fokus pada napas yang

keluar masuk melalui hidungnya.

Mungkin semua teknik tadi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun

begitu, rupanya yang lebih penting untuk dipahami adalah manfaat apa yang dapat dipetik

dari semua teknik tersebut saat diaplikasikan pada kehidupan yang kita jalani. Terutama

sekali tatkala kita sedang mengalami kegelapan dalam kisah kehidupan ini.

Belajar dari nelayan dan suku Bushman di Afrika yang mengamati titik terang di langit yang

gelap untuk menjadikannya navigasi, teknik meditasi tadi rupanya punya manfaat sama.

Meditasi bisa juga mengajari kita melihat titik putih (manfaat positif) di tengah-tengah hal

gelap (negatif) yang kita alami. Atau belajar untuk fokus pada secercah cahaya terang

dalam kegelapan hidup seperti saat mengamati nyala lilin di ruang yang gelap. Bahkan saat

kita belajar fokus pada aliran napas dalam dada, kita sedang belajar bersyukur bahwa alam

masih memberi waktu untuk bernapas dan hidup, meski kegelapan hidup sedang hadir

menerpa.

Dengan semua pemahaman ini, bahkan bila kita tidak mengenal satu pun teknik meditasi

atau enggan untuk duduk berlama-lama demi melakukan suatu meditasi, kehidupan ini

sendiri telah menyediakan banyak waktu bagi kita untuk berlatih meditasi secara nyata.

Kehidupan adalah rangkaian meditasi hati dan pikiran bagi mereka yang memahaminya.

Tak bisa dihindari dan dipungkiri bahwa kehidupan sesekali atau bahkan seringkali memberi

kita suasana yang kita sebut sebagai masa-masa kegelapan. Kegagalan datang menunda

kesuksesan. Kekecewaan hadir untuk menghalangi kepuasan. Mendung kesedihan

terhembus menutupi cahaya kegembiraan. Dan seperti malam yang mendahului siang,

kematian menyembunyikan kehidupan yang sesungguhnya.

Bagi kebanyakan kita, kegelapan hidup semacam ini terlihat seperti kegelapan pekat tanpa

cahaya. Namun bagi pelajar kehidupan yang meniru nelayan atau suku Bushman, mereka

akan tekun mencari setitik cahaya untuk memastikan bahwa selalu ada terang di balikkegelapan. Mereka fokus membaca secelah cahaya makna di balik setiap gelapnya

55

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 56/117

peristiwa kehidupan. Dan inilah cara yang mengantarkan mereka pada rasa syukur,

penerimaan yang ikhlas serta keyakinan yang penuh bahwa dalam setiap kegelapan selalu

ada terang yang menunggu gilirannya untuk hadir.

Nelayan dan Bushman menyadarkan kita untuk tidak gentar pada kegelapan nasib dan

takdir, serta selalu memfokuskan perhatian pada makna dibalik setiap peristiwa gelap

kehidupan. Langit pemahaman menantang kita untuk membaca kilasan titik-titik terang

cahaya kesadaran yang muncul dalam pikiran yang hening. Untuk kemudian kita jadikan

navigasi yang menuntun langkah kehidupan kita menuju daratan terang yang kita harapkan.

Alam bertutur bahwa selalu ada terang di kegelapan langit yang dapat menenangkan kita

menjalani hari-hari kehidupan. Kita hanya perlu menjaganya menjadi rasa syukur dan

pengharapan positif, karena kita adalah penguasa atas nasib dan takdir masa depan kita.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Mengubah

Mendung

Hati-hati dengan mendung kesedihan yang menggelayut di kelopak mata. Ia bisa menjadi

tetesan hujan air mata atau bahkan menciptakan petir kemarahan.

(W. Mustika)

Apakah anda percaya bahwa api bisa diciptakan dari air? Saat pertanyaan ini disampaikan

di sebuah ceramah kehidupan, tentu tak satu pun yang seketika itu setuju apalagi percaya.

Apakah anda sendiri percaya atau menganggapnya suatu kemustahilan?

Keraguan peserta ceramah seketika terhenti ketika diterangkan bahwa mendung di langit

tak lain adalah sekumpulan uap air yang dapat menciptakan kilatan bunga api berupa petir.

Barulah mereka sadar bahwa alam begitu banyak menghadirkan keajaiban di langit.

Dan serupa cahaya matahari yang suram ditutupi mendung, begitulah rupanya cahaya mata

manusia akan muram saat tertutup mendung kesedihan. Lebih dari itu, mendung kesedihan

di mata manusia kadang tidak saja dapat menetes sebagai hujan air mata, juga dapat

menciptakan api kemarahan saat ia terhempas oleh badai keputusasaan. Dari sini, layaklah

56

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 57/117

kita berhati-hati dengan mendung kesedihan.

Siapa pun yang pernah mengalami kesedihan akan mengerti kiasan makna di atas. Dan

tampaknya selama ini, kebanyakan kita mudah menciptakan api kemarahan dan

keputusasaan dari mendung kesedihan tadi. Namun mereka yang benar-benar terlatih

bergerak alami akan mengubahnya menjadi airmata yang menyejukkan suasana hati yang

panas, lalu menghanyutkan segala beban batin yang menyebabkan kesedihan itu ada.

Menangis dengan ikhlas memang bisa menjadi sebuah cara menyembuhkan luka batin yang

terjadi.

Bila tubuh fisik yang terluka dapat terasa pedih, begitulah batin Jiwa yang terluka bisa

mengalami kepedihan. Kepedihan dan kesedihan memang bukan sesuatu yang salah bagi

siapa saja dalam usia berapa pun. Itu sesuatu yang alami. Namun ia juga sebuah pertanda

bahwa batin Jiwa kita masih rentan dan belum kebal terhadap dualitas kehidupan, sehingga

ia mudah terluka oleh peristiwa yang memilukan.

Apa yang bisa dilakukan saat mendung kesedihan itu hadir dalam perjalanan hidup kita?

Mirip dengan petani yang menyiasati kehadiran mendung dengan mulai bercocok tanam,

begitulah dalam kesedihan kita bisa mulai menanam bibit harapan bagi masa depan yang

lebih cerah. Bahkan pernah diyakini bahwa doa yang mengalir dalam kesedihan akan

sangat kuat efeknya bagi sang pendoa. Jadi, daripada mengubah mendung kesedihan

menjadi api kemarahan dan keputusasaan, lebih bermanfaat kita mengubahnya menjadi

airmata keikhlasan yang dapat menyuburkan benih harapan yang kita tanam ke alam

semesta melalui alunan doa-doa.

Bagi mereka yang sudah terlatih, kesedihan tidak akan bergerak menuju keputusasaan

melainkan mendekati zona kepasrahan dan keikhlasan. Dalam keadaan pasrah dan ikhlas,

telah terbukti bahwa doa manusia mudah menembus kesadaran semesta yang akan

bergerak memenuhi harapan dalam doanya. Begitulah kesedihan dapat memberi manfaat

besar bila orang memahami rahasianya. Karena dalam kesedihan, seseorang sedang

terhubung dengan perasaan terdalamnya yang penuh kasih sayang. Sama halnya dengan

kegembiraan, membawa orang terhubung dengan sumber kebahagiaan di dalam dirinya.

Keduanya memberi peluang bagi kita untuk bersentuhan dengan rasa Jiwa.

Itulah sebab kenapa kesedihan dan kegembiraan begitu mudah menular dari satu manusiake manusia lain, karena ada Jiwa yang sama ikut tersentuh dalam peristiwa tersebut.

Berdoa dengan penuh pengharapan saat kesedihan datang dan berdoa dengan penuh rasa

syukur tatkala kegembiraan tiba, akan dapat menyentuh Jiwa Semesta sebagai tempat kita

berbagi kesedihan dan kegembiraan.

Dengan seluruh pengertian ini, mendung di langit sedang mengajari kita untuk menerima

mendung kesedihan sebagai bagian alami dari langit emosional kita. Dan seperti mendung

yang mengubah dirinya menjadi hujan yang menyuburkan bumi, begitulah kesedihan mesti

diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi tubuh, pikiran dan juga bagi kesadaran Jiwa.

57

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 58/117

Kesedihan membuat Jiwa dapat memahami hakekat penderitaan sebagai bagian yang mesti

dipelajari. Kesedihan juga mengajari Jiwa untuk mengalami penderitaan yang sama, seperti

yang pernah diciptakannya bagi orang lain pada kehidupan terdahulu. Kesedihan tak lain

adalah bagian dari rangkaian karma. Ia mesti dirasakan dengan ikhlas tanpa suatu cetusan

ide pembalasan dendam. Jika kesedihan hanya melahirkan rasa dendam terhadap

seseorang yang telah menimbulkan kesedihan itu, maka kesedihan tersebut telah hadir

sia-sia dalam kehidupan kita.

Siapa saja mengerti rahasia hukum karma, akan ikhlas menerima kesedihan tanpa perlu

menjadi dendam pada apa atau siapa pun. Sebagaimana hujan yang turun untuk

melenyapkan debu dan menyuburkan bumi, begitulah kesedihan akan melenyapkan

penderitaan dan menyuburkan proses bertumbuhnya kematangan dan kemurnian Jiwa.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni

Langit : Menanti Hujan dari Matahari

Seperti air menciptakan api atau api menciptakan air dengan caranya sendiri, begitulah

seringkali dalam kehidupan ini sesuatu yang pernah kita harapkan justru kita dapatkan dari

sesuatu atau seseorang yang tidak terduga.

(W. Mustika)

Suatu ketika sekelompok petani bergabung dengan sekelompok penjual payung dan jas

hujan melakukan demo ke rumah suci Tuhan. Mereka berunjuk rasa memrotes panas

matahari sepanjang musim kemarau yang membuat sawah mereka kekeringan. Dan hujan

yang tidak pernah datang lebih dari separuh tahun itu membuat penjual jas hujan tidak

mendapat penghasilan sama sekali.

Tuhan yang mahamendengar tentu saja memahami perasaan dan keinginan dari

sekelompok umatnya tersebut. Namun untuk mengajari mereka kebenaran, sesuatu harus

dilakukan. Dengan kuasaNya, maka ditutupilah cahaya matahari dengan bulan selama siang

58

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 59/117

hari sepanjang musim kemarau. Para petani dan penjual jas hujan gembira luar biasa

karena doa mereka didengar dan dikabulkan Tuhan. Mulailah mereka berharap dan

menunggu datangnya hujan.

Berbulan-bulan dinantikan, nyatanya hujan tak juga kunjung datang. Padahal matahari

sudah tak lagi bersinar terik dan panas akibat gerhana. Bahkan ketika musim sudah

semestinya memasuki masa hujan, tak satu pun tetes air bahkan dalam wujud embun

menetes dari langit. Tak tahan dengan keadaan ini, mereka kembali berunjuk rasa menagih

janji Tuhan. Tentu saja Tuhan berdalih bahwa Dia tak pernah menjanjikan turunnya hujan

kecuali berjanji akan menutupi cahaya matahari sepanjang musim kemarau. Tanpa mereka

ketahui, matahari yang lama tak bersinar di bumi akan menyebabkan sangat sedikit air yang

menguap dari lautan untuk menjadi awan dan mendung. Ujungnya, tentu saja hujan tak

akan pernah turun lagi ke bumi.

Seperti kisah petani dan penjual jas hujan itulah rupanya kebanyakan perilaku kita di

hadapan takdir alam semesta. Begitu banyak mengeluh untuk apa yang kita alami, hanya

karena kita tidak mengetahui pasti makna yang tersembunyi dibalik peristiwa yang terjadi.

Penderitaan kita rasakan hanya sebagai penderitaan, dan kebahagiaan terbatas pada rasa

bahagia. Padahal, hidup ini sesungguhnya menyimpan banyak penderitaan yang

membahagiakan atau kebahagiaan yang menderitakan.

Tugas matahari memang mengirimkan panasnya ke bumi untuk menguapkan air yang ada

di bumi. Dalam wawasan pengetahuan yang terbatas, tentu saja peran matahari yang

sesungguhnya menjadi awal dari terciptanya hujan tidak akan mudah dimengerti. Begitu pun

pemahaman bahwa penderitaan sebenarnya membuat manusia memahami kebahagiaan

atau sebaliknya, tentu tidak mudah pula untuk dipahami dengan wawasan pikiran yang

terbatas.

Ketidakpahaman semacam ini membuat kita mudah kecewa dan putus asa pada

penderitaan dalam kehidupan. Dalam keputusasaan, mulailah kita gemar menghujat nasib

dan takdir yang tanpa disadari sesungguhnya telah kita tetapkan sendiri bagi kehidupan

yang kita jalani saat ini. Bahkan dalam kekecewaan atas doa-doa kita yang tak terkabul, kita

mulai kehilangan keyakinan bahwa Tuhan itu memang ada. Hingga suara hati dari dalam

bertanya, “Jika Tuhan pun tidak lagi kau yakini, lalu siapa lagi yang mesti diyakini?” Namun

bagi mereka yang ikhlas dalam keyakinan bahwa doa mereka pasti terkabul, akan menerima

segala peristiwa kehidupan sebagai rangkaian proses kerja semesta untuk mengabulkan

doa atau merealisasi harapan mereka.

Sayangnya kebanyakan kita belum berlatih sabar dalam mengikuti proses alam demi

terkabulnya doa kita. Kita justru mudah tergelincir untuk kehilangan keyakinan dan bahkan

membalikkan doa dan harapan di awal menjadi rasa keputusasaan. Akibatnya, tentu saja

kecerdasan alam metafisika akan menghentikan proses pengabulan doa awal, karena

bagiNya kita tidak lagi menginginkan hal itu.

Belajar dari kenyataan alam bahwa hujan yang dingin sesungguhnya tercipta dari cahayamatahari yang panas, rupanya layak bagi kita untuk mencoba melihat sesuatu dari dua sisi

59

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 60/117

yang berbeda. Saat berharap pada kebahagiaan, perjalanan waktu kerap dimulai dengan

terpahatnya jejak-jejak penderitaan. Sebaliknya, penderitaan yang menanti di depan kerap

tersembunyi di balik sejumlah kebahagiaan yang sedang kita rasakan. Dengan cara ini alam

mengajari kita agar selalu waspada sebelum menilai sebuah peristiwa. Kewaspadaan

seperti ini membuat sejumlah orang yang telah terlatih, menjadi lebih stabil dalam suka duka

kehidupan.

Tatkala penderitaan datang menghampiri kehidupan kita, yang justru perlu menjadi

pertanyaan, tidakkah ada yang salah dalam “doa-doa” yang tanpa sadar kita panjatkan

melalui pikiran, kata dan perilaku keseharian. Sebab, kitalah yang telah menciptakan setiap

peristiwa yang kita alami ini melalui isi keseharian pikiran dan hati kita. Sedangkan alam ada

untuk memenuhi semua harapan itu.

Sekali lagi, kisah matahari pencipta hujan di atas mengingatkan kita untuk tidak mudah

terjebak pada kekecewaan terhadap kinerja alam semesta. Bukan alam yang salah bekerja,

tetapi kitalah yang belum memahami rahasia kerja pikiran dan hati dalam membangun

harapan.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Bercahaya

Bagai Mentari

Bukan matahari yang tak bersinar di musim hujan, melainkan mendung menabiri cahayanya.

Begitulah cahaya Illahi manusia meredup karena mendung pikiran menabiri kesadaran

nuraninya.

(W. Mustika)

Bermula dari setitik benih yang kasat mata, begitulah tubuh manusia bertumbuh besar

dengan merangkai dirinya dari unsur-unsur fisik dan kimia yang terkandung dalam makanan

dan minuman. Semua mengerti, bersumber dari bumilah makanan dan minuman manusia.

Dan banyak yang tahu, bahwa dari pecahan matahari miliaran tahun yang lalu, bumi ini

pernah berasal.

Merunut jalan panjang garis “keturunan” dari tubuh manusia, dengan mudah akan kita

mengerti bahwa manusia dan mahluk hidup lain sesungguhnya berasal dari matahari.

Mungkin ini menjadi alasan orang-orang di Bali, Jepang atau dalam peradaban Mesir Kuno,

60

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 61/117

memuja matahari sebagai Sang Sumber kehidupan. Matahari adalah juga bintang, bagian

dari alam semesta. Tentu saja, dengan demikian ada bagian alam semesta dalam tubuh kita

yang semestinya memancarkan sinar layaknya matahari dan bintang-bintang.

Dan Jiwa manusia, kita pernah mendengarnya berasal dari Tuhan. Sebagai bagian terkecil

dari Tuhan yang berdiam dalam tubuh manusia, rupanya ini menjadi alasan bagi para suci

untuk menyebar pemahaman bahwa Tuhan menyertai kita di dalam diri (tubuh). Andai

kebenaran ini tak bisa dipungkiri, maka kita (Jiwa) adalah mahluk cahaya di dalam tubuh

manusia. Mirip kata-kata bijak dari guru-guru pencerahan; “Manusia bukanlah mahluk hidup

yang sedang berjuang menuju cahaya, melainkan mahluk cahaya yang sedang ada dalam

tubuh manusia, untuk hidup dan menjalani peran duniawinya.”

Tubuh dan Jiwa kita keduanya berasal dari sumber-sumber cahaya. Lalu apa yang telah

membuat redup satu per satu cahaya kita sebagai mahluk ‘sempurna’ ciptaan Illahi?

Saat langit melukiskan matahari dan bintang-bintang dengan cahaya yang terlihat redup dari

bumi, ia sedang bertutur bahwa setiap mendung yang menabiri langit dapat

menyembunyikan cahaya terang matahari dan bintang. Serupa dengan itu, cahaya tubuh

dan Jiwa manusia meredup saat mendung dalam pikiran menjadi tabir penghalang bagi

terpancarnya cahaya semesta dan Illahi dari dalam.

Bukan semata-mata kemiskinan atau kekayaan yang menjadi mendung penghalang itu.

Sebab, ada orang miskin yang cahaya kesadaran Illahinya lebih terang daripada orang

kaya. Bukan pula kebodohan atau kepintaran. Sebab ada orang bodoh yang cahaya

keikhlasan dan kejujurannya lebih terang dibanding orang pintar. Bukan pula kesehatan ataupenyakit. Sebab, ada orang cacat dan sakit yang cahaya ketegaran serta rasa syukurnya

pada Tuhan lebih besar dibanding orang sehat dan bertubuh normal. Mendung itu adalah

mendung penderitaan. Batin yang menderita oleh suatu sebab akan menghalangi cahaya

Illahi pada manusia.

Bukan semata-mata penderitaan oleh suatu rasa sakit. Penderitaan batin kita kebanyakan

datang dari kesedihan dan kekecewaan oleh berbagai sebab. Juga dari kemarahan,

ketakutan, kecemasan, kebencian, dendam, atau sederet pikiran negatif lainnya. Mereka

menjadi selimut mendung yang menghalangi pancaran cahaya dari tubuh dan Jiwa kita.

Cairan di seluruh sel tubuh kita bagai menguap oleh api kemarahan, kekecewaan dan baradendam. Seperti di langit, seakan “uap air” inilah membentuk mendung pemahaman yang

menyelimuti tubuh dan Jiwa, hingga kita kehilangan identitas sejati sebagai mahluk cahaya.

Akibatnya, tidak saja pikiran menjadi gelap, suasana sekitar pun terasa berkabut.

Perhatikan cahaya mata yang membedakan orang-orang positif dengan mereka yang gemar

berada di sisi negatif pikirannya. Dalam kenyataan, hilangnya cahaya cinta kasih Illahi pada

mata orang-orang negatif seperti membawa kita kepada begitu banyak ruang-ruang suram

bahkan ke masa-masa kegelapan. Perdebatan, perkelahian, peperangan, pembunuhan.

Kesedihan menjadi kekecewaan. Kekecewaan menjadi kemarahan. Kemarahan menjadi

perkelahian. Di ujung semua itu, perkelahian menyisakan kekalahan dan kesedihan. Seperti

61

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 62/117

lingkaran kegelapan yang tak pernah berkesudahan.

Sebaliknya, seperti laron-laron yang terbang menari mengelilingi cahaya, begitulah dengan

mudah hati kita akan tertarik pada cahaya mata orang-orang yang memandang kehidupan

dengan tenang tanpa rasa takut atau kecemasan. Penuh rasa optimis, stabil dalam

emosional serta bijak menangani berbagai masalahnya. Kehadiran mereka seperti matahari

pagi yang memberi kehangatan dan kepergian mereka bagai matahari senja yang

menentramkan hati. Kehadiran yang selalu dinanti dan kepergian yang selalu dirindui. Itulah

diri kita saat cahaya Jiwa di dalam mulai memancar keluar.

Jika tubuh kita adalah benih matahari dan Jiwa kita adalah seberkas cahaya Illahi, kenapa

tidak kembali menjadi diri kita apa adanya; cahaya cinta kasih Illahi dalam tubuh manusia.

Semoga tabir gelap pikiran segera berlalu.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni

Langit : Pelangi - Pelangi Jiwa

Ia yang melihat kehidupan ini seperti pelangi, akan menikmati segala warna-warni di

dalamnya sebagai keindahan dan kesempurnaan semesta apa adanya. Tak ada warna yang

menjadi noda.

(W. Mustika)

Sembari memasang wajah serius seorang guru spiritual bertanya,”Apakah satu-satunya

ciptaan Tuhan di dunia ini?” Tentu saja peserta kebingungan menjawab. Ciptaan Tuhan

begitu banyak untuk hanya disebutkan sebagai satu-satunya. Baru ketika sang guru

bersenandung; ‘pelangi-pelangi... ciptaan Tuhan’ , seketika tawa mereka memecah

keheningan. Lagu ringan yang mengingatkan mereka ke masa kanak-kanak.

Namun kini ketika kita ikhlas membuka kecerdasan hati, nyatalah bahwa satu-satunya‘ciptaan’ Tuhan seperti syair di lagu kecil kita itu bermakna sangat luas. Mirip pemahaman

62

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 63/117

orang suci bahwa satu-satunya yang ada di alam semesta adalah Tuhan, bukan berarti

meniadakan segala kenyataan lain yang terlihat oleh mata kita di dunia ini. Pesan ini

bermakna lebih dalam bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah Tuhan itu

sendiri. Semuanya ada di dalam Tuhan, selamanya.

Dan seperti halnya pelangi, begitulah semua warna-warni kehidupan, dalam segala aspek

yang luas, adalah ‘satu-satunya’ ciptaan Tuhan. Tidak ada warna yang bukan ciptaanNya.

Tidak ada peran, tidak ada karakter, tidak ada bentuk, tidak ada mahluk hidup, nyata atau

tak nyata, isi atau pun kekosongan yang bukan bagian dari ciptaanNya. Dalam pandangan

kesadaran seperti ini, bukankah semua warna adalah perangkai keindahan pelangi karya

Tuhan? Tak satu pun warna layak disebut noda bagi pelangi kehidupan.

Bahwa dalam kenyataan kita seringkali melihat hitam sebagai ‘noda’ pada warna putih, atau

sebaliknya putih menjadi noda bagi warna hitam, hanyalah karena pikiran kita tidak

menerima keberadaan hitam pada putih atau putih pada hitam. Setiap yang kita sebut ‘noda’dalam kehidupan ini sesungguhnya tak lain hanya sesuatu yang tidak mau kita terima dalam

kesepakatan yang telah kita buat.

Hanya saat seseorang bisa ikhlas menerima segala sesuatu sebagai warna-warni milikNya,

tanpa penilaian suka-tidak suka, itulah saat dia kembali suci. Tak ternoda karena tak satu

pun lagi hal yang terlihat sebagai noda baginya. Karena di situ ia telah bercahaya bagai

matahari, pencipta warna-warni pelangi kehidupan.

Berbeda saat mengamati hiruk-pikuk penilaian yang ada dalam kehidupan sosial kita.

Kebanyakan kita gemar menghujat apa yang kita sebut sebagai ‘noda’ bagi tatananmasyarakat. Kita sibuk menolak apa yang sebenarnya tidak bisa kita tolak, karena ia adalah

bagian dari pelangi kehidupan. Dampaknya, penolakan hanya berkembang menjadi

penghujatan, lalu berujung pada perselisihan hingga pertempuran yang menghancurkan.

Padahal kita tidak perlu menolak apalagi menghujat apa yang tidak kita mau. Kita hanya

perlu memilih yang kita sukai tanpa menghujat apa yang tidak disukai. Inilah konsep

penerimaan pelangi sebagai satu-satunya ciptaan Tuhan. Kita bebas memilih warna yang

kita suka tanpa perlu menghujat warna yang lain.

Saat banyak diantara kita menghujat apa yang tidak kita sukai, tanpa sadar sesungguhnya

kita justru semakin sibuk membawa hal yang tidak kita sukai itu masuk ke dalam wacanakehidupan kita sepanjang waktu.

Belajar agar bisa ikhlas menerima setiap warna-warni kehidupan sebagai ‘pelangi’ indah

ciptaan Tuhan, mesti dimulai dari cara ia diciptakan oleh cahaya matahari. Lihatlah, bukan

panas matahari dan kegelapan mendung yang melukis keindahan pelangi, tetapi cahaya

matahari dan kesejukan gerimislah yang menciptakannya.

Dengan cara yang serupa, bukan hati yang panas dan pikiran yang gelap menjadi cara agar

kita bisa menerima warna-warni kehidupan sebagai milik Tuhan. Hanya cahaya kesadaran

hati yang terang dan kesejukan pikiranlah yang mampu membuat kita seperti matahari,

63

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 64/117

menerima pelangi kehidupan sebagai ciptaan ‘Kita’ sendiri.

Penerimaan adalah kunci kebahagiaan dan penolakan adalah pintu ke ruang penderitaan.

Tubuh telah mengajarkan betapa saat ia berusaha menolak kuman-kuman yang masuk, ia

akan bereaksi menciptakan gejala penyakit. Namun ketika tubuh menerima dengan ikhlas,

tidak ada reaksi penderitaan yang muncul sebagai gejala penyakit.

Dengan dasar pemahaman ini, penerimaan ikhlas atas warna-warni peran Jiwa yang

sedang menjalani kehidupan duniawinya akan membuat hati kita mudah menerima dan

memahami kesemestaan kita sebagai Jiwa. Dari sini, tentu akan mudah pula bagi kita

menghormati cara perjalanan masing-masing Jiwa ke tujuannya. Tidak perlu lagi segala

penghujatan atau perselisihan antar agama dan cara menuju Tuhan. Kita hanya perlu

menerima pelangi-pelangi peran Jiwa yang akan menuntun kita ke gerbang kesadaran

semesta tanpa batas.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Angin

Berhembus Air Mengalir

Sebagaimana angin dan air mengalir menuju tempat yang lebih rendah, begitulah kesejukan

menuju mereka yang rendah hati. Sebaliknya, bagai lidah api yang menjilat ke tempat yang

lebih tinggi, begitulah kehancuran akan mendekati mereka yang tinggi hati.(W. Mustika)

Sebagai mahluk yang tubuh dan Jiwanya dibentuk oleh alam semesta, manusia tidak bisa

menghindar dari hukum-hukum yang juga berlaku bagi alam semesta. Untuk setiap makna

dalam peristiwa alam, manusia menyimpan rahasia yang sama dalam dirinya. Maka ketika

dipahami bahwa alam semesta adalah sekumpulan pengetahuan tanpa batas, dan manusia

adalah alam semesta kecil, para suci kemudian menulis; “Tubuh manusia adalah kitab suci

tertua yang ditulis sendiri oleh Tuhan.”

Ada yang kemudian mencoba membaca takdir lewat garis tangan. Ada juga yang mencobamembaca kehendak Jiwa lewat bahasa wajah dan tubuh. Yang lainnya mencoba memahami

64

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 65/117

Jiwa lewat pancaran cahaya mata. Dan dalam penyelidikannya, sejumlah cendekiawan

astronomi bahkan berani menyimpulkan; ”Manusia tak lain adalah alam semesta yang

sedang memahami dirinya sendiri.” Namun sedikit di antara kita yang kemudian dengan

tekun mencoba memahami Tuhan dan alam semesta dengan jalan mengenali tubuh, pikiran

dan Jiwa sendiri.

Dalam konsep pembelajaran ke dalam diri seperti ini, alam semesta sejak awal sudah

“menulis’ satu pesan lewat hembusan angin dan aliran air. Untuk tujuan yang sama, alam

juga mengingatkan kita lewat jilatan api. Ketiga unsur alam ini merangkai sebuah makna

yang menjadi pintu pembuka bagi kita untuk memasuki kesadaran sejati lewat pengenalan

diri seutuhnya.

Perhatikan hembusan angin yang terjadi karena udara selalu bergerak menuju

tempat-tempat yang bertekanan lebih rendah. Atau air yang selalu mengalir alami menuju

lokasi yang juga lebih rendah. Jika angin dan air adalah bahan-bahan kesejukan, mereka

seperti sedang berpesan; kesejukan selalu mengalir kepada orang-orang yang rendah hati.

Pesan alam yang masuk akal. Saat seseorang dengan sifat rendah hati sedang menghadapi

masalah, tarikan napas panjang yang masuk ke paru-paru akan melapangkan batas

kesabarannya. Kesejukan udara yang kaya oksigen itu akan mengurangi beban pikiran.

Tatkala pikiran menjadi lebih tenang, kepala terasa lebih dingin dan aliran darah akan

menyebar kesejukan bagi perasaan. Kedamaian pun mudah datang bagi orang-orang yang

rendah hati.

Sebaliknya saat kita amati lidah-lidah api, ia selalu menjilat dan melumat apa pun yang ada

di atasnya. Seperti mengingatkan bahwa kehancuran selalu mendekati mereka yang tinggi

hati. Pesan ini pun mudah dipahami saat kita mengamati orang-orang tinggi hati yang begitu

mudah tersinggung bila merasa ada yang meremehkannya. Panasnya hati ini akan

menciptakan ‘api’ kemarahan yang lidahnya menjilat ke kepala di atasnya. Pikiran yang

terbakar amarah akan mengalirkan ide atau jalan keluar yang akhirnya lebih banyak

menyisakan kehancuran.

Lain dari itu, kita paham bahwa samudera tercipta karena dengan segala kerendahannya ia

ikhlas menerima semua air yang mengalir kepadanya. Sementara itu gunung cepat

kehilangan airnya karena ia menempatkan dirinya selalu lebih tinggi. Begitulah batin

seseorang menjadi seluas samudera oleh sifat kerendahan hati yang ikhlas menerima.

Pikiran seseorang yang dibimbing oleh kerendahan hati suatu ketika akan menjadi

narasumber pengetahuan yang luas bagi sesamanya. Ia menjadi samudera karena ikhlas

menerima segala pengetahuan orang lain yang ingin melengkapinya. Sebaliknya, seperti

danau di gunung yang selalu berada di ketinggian, orang yang tinggi hati cenderung

memiliki pengetahuan terbatas karena selalu merasa dirinya telah berada di puncak

pengetahuan dan pemahaman.

Dan sekali lagi seperti samudera, betapa pun banyak airnya menguap bagi langit, sebanyakitulah yang akan kembali lagi menjadi bagian dari dirinya. Juga orang-orang dengan

65

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 66/117

pengetahuan yang luas, seberapa pun pengetahuan itu disebarkannya bagi langit

pengetahuan dan pemahaman orang lain, semua akhirnya akan kembali menjadi miliknya.

Di dalam tubuh, hembusan angin dan aliran air ke tempat bertekanan lebih rendah juga

terjadi dengan cara serupa, sebagai syarat vital bagi berlangsungnya kehidupan kita.

Begitulah adanya sifat gerak alami dalam diri kita. Dari kealamian seperti ini, betapa indah

dan damai bila kita bisa menjadi manusia apa adanya, dimana kesejukan mengalir ke dalam

diri melalui pintu kerendahan hati.

Sesungguhnya siapa pun diri kita, jauh di dalam batin tersimpan samudra pengetahuan,

pemahaman dan kesadaran semesta tanpa batas. Kita hanya perlu mengamati dan

menyadarinya untuk kemudian berbagi kepada dunia. Alam semesta sedang menunggu kita

membuka pintu kerendahan hati bagi mengalirnya air kesejukan dari samudera kesadaran

cinta kasih yang kita miliki di dalam.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Langit Kosong

Langit Berisi

Jadilah seperti langit yang kaya tetapi seakan tidak memiliki apa-apa. Tampak terbatas

namun jelas tanpa terbatas. Tampak jauh meski sesungguhnya sangat dekat bersama kita.

Jadilah langit yang mengawasi tanpa mata, hanya dengan kesadaranNya.

(W. Mustika)

Beberapa anak kecil bernyanyi-nyanyi sepanjang jalan sepulang sekolah. Mereka

mengulang-ulang kalimat motivasi yang diajarkan guru mereka; “Gantungkan cita-citamu

Nak, setinggi langit.” Tanpa sengaja, saat melewati sebuah rumah dimana seorang

pengusaha sedang gelisah memikirkan belitan hutang perusahaan dan kasus hukum dan

masalah keluarga yang menimpanya, nyanyian itu memberinya inspirasi. Maka keesokan

harinya, tersiar kabar pengusaha tadi mencapai tujuannya bebas dari hutang dengan

menggantung diri di langit-langit rumah.

Dalam pemahaman yang positif, menggantung cita-cita setinggi langit dapat memberi

66

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 67/117

inspirasi dan memacu siapa saja untuk optimis menghadapi kehidupan. Kalimat ini

mengingatkan manusia akan potensi luar biasa yang telah diberikan alam sebagai bekal

kehidupan berupa kekuatan hati dan pikiran. Dengan demikian, seakan tak ada sesuatu pun

yang mustahil untuk diraih di dunia ini selama kita mampu menggunakan kekuatan kedua

potensi diri tersebut.

Dengan optimalisasi kekuatan pikiran sadar dan bawah sadar, serta keikhlasan dan

keyakinan hati, tujuan kehidupan duniawi manusia bisa dipenuhi dengan mudah. Inilah yang

kemudian banyak dibahas dalam ilmu rahasia pikiran dan hati. Rahasia yang memudahkan

manusia untuk menggapai segala kebutuhan duniawi yang diinginkannya dalam kehidupan.

Jadi, sangatlah masuk akal bila lagu anak-anak tadi adalah sebuah lagu rahasia bagi jalan

kesuksesan.

Pertanyaan mendalam yang kemudian muncul, untuk apakah sebenarnya kesuksesan

dalam kehidupan material duniawi ini? Segala materi itu pada saatnya nanti, yang tak

terduga, akan kita tinggalkan setelah kematian. Bila melihat hidup dari sisi yang ini, kenapa

juga mesti menggantungkan harapan dan cita-cita setinggi langit yang tak terbatas jika

hanya dapat digunakan dalam waktu yang sangat terbatas?

Jawaban atas pertanyaan seperti ini mungkin lebih mudah ditemukan bila mencerna kalimat

tadi dari sudut pandang yang lain; sisi perjalanan Jiwa. Kehidupan duniawi penting bagi Jiwa

dalam menjalani perannya. Mengingat Jiwa sendiri berasal dari suatu ‘tempat’ yang

menyenangkan, rupanya kehidupan duniawi ini memang bukan semata-mata untuk

menyenangkan diri sendiri. Kelahiran Jiwa di dunia selain mencapai sukses dan

kebahagiaan dalam hidup, sesungguhnya lebih pada tujuan untuk menyenangkan dunia.

Maka wajarlah jika kemudian Jiwa menggantungkan cita-cita duniawi dan rohaninya setinggi

langit. Tentang menggantung cita-cita duniawi setinggi langit sudah kita mengerti yakni

mencapai kesuksesan dunia secara maksimal dengan kekuatan hati dan pikiran. Namun

menggantungkan cita-cita rohani setinggi langit, lebih bermakna saat kita memiliki

pemahaman utuh tentang langit itu sendiri.

Langit adalah ruang kosong yang berisi segala isi alam semesta; bumi dan planet-planet

lain, matahari, bintang dan rembulan, serta isi galaksi lainnya. Namun langit tetaplah langit

yang kosong, karena ia tahu isinya bukanlah langit itu sendiri. Sehingga meski di langit ada

alam semesta tapi ia tidak mengklaim isi alam semesta itu sebagai hak miliknya. Begitulah

ia bebas tanpa keterikatan pada isinya.

Dalam pemahaman mendalam tentang cita-cita Jiwa mencapai kesadaran rohaninya,

langitlah semestinya menjadi tempat kita bergantung. Perjalanan panjang peran kehidupan

ini semestinya membawa kita mencapai kesadaran setinggi langit namun tak terbatas,

sekaya langit namun juga bebas tanpa terikat. Berisi alam semesta namun tetap terjaga

dalam rasa kekosongan yang terpuaskan. Itulah langit kesadaran, tempat kita mesti

menggantungkan cita-cita perjalanan Jiwa melalui kehidupan demi kehidupan.

Jika kita masih menjadi orang kaya yang terikat pada kekayaan, atau orang pintar yang

67

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 68/117

masih hanyut oleh kepintaran, atau orang sukses yang mabuk oleh kesuksesan, sepertinya

kita masih serupa dengan anak-anak kecil yang bernyanyi dan menggantungkan cita-citanya

hanya sebatas muka bumi. Dalam kesadaran bumi seperti inilah banyak Jiwa yang

menderita setelah kematian. Mereka enggan meninggalkan kesuksesan buminya untuk

meraih cita-cita Jiwa yang bebas dari keterikatan duniawi. Terjebak diantara dua dimensi

alam setelah kematian akibat kemelekatan duniawi, membuat Jiwa terjebak antara sorga

dan neraka.

Hanya mereka yang menggantung cita-cita duniawi setinggi langit, lalu berbagi kebahagiaan

dan kesuksesannya akan mencapai tujuan kelahiran mereka untuk berbagi sorga bersama

dunia. Bahkan ketika orang ini juga menggantung cita-cita Jiwanya setinggi langit dan

berhasil meraihnya, ia akan mencapai kesadaran serupa Jiwa semesta, sang pemilik alam

semesta yang tidak terikat oleh rasa kepemilikanNya. Pelaku spiritual yang tercerahkan,

serupa langit yang berisi namun tetap bebas seperti langit yang kosong.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Yang Memberi

Yang Menerima

Tak mesti menjadi danau untuk bisa berguna sebagai sorga bagi sebuah desa yang dilanda

kehausan. Cukuplah jadi sebuah pancuran kecil yang terus mengeluarkan air. Sekalipuntidak deras mengalirkan air tetap saja ia sorga di musim kemarau.

(W. Mustika)

Selama musim kemarau matahari dengan garangnya menerpa bumi dan menguapkan air

danau, sungai dan lautan sepanjang siang. Bumi tak kuasa menahan cahayanya. Hari demi

hari bumi mengirim uap airnya bagi langit. Tapi itulah kelak akan menjadi mendung yang

diterima matahari sebagai penghalang bagi cahayanya ke bumi. Sebaliknya, setelah sedikit

demi sedikit memberi air ke langit di musim kemarau, bumi menerima kembali air yang

banyak dari langit di musim hujan.

68

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 69/117

Sesederhana itulah hukum memberi dan menerima di alam semesta. Matahari, langit, bumi

dan awan mengajarkan kenyataan itu bagi kita. Kita mengenalnya sebagai hukum

aksi-reaksi, hukum karma, hukum sebab-akibat, atau istilah lainnya. Sebagai bagian dari

alam semesta, tentu kehidupan manusia sendiri tak bisa lepas dari aturan yang berlaku bagi

alam semesta ini. Percaya atau tidak percaya, kita terjebak di dalam hukum karma ini dan

mesti mengikuti aturannya.

Perhatikan gurun pasir yang sangat jarang bahkan sedikit memberi uap air bagi langit. Ia

pun menerima hujan yang juga sedikit. Sebaliknya, danau di gunung dan lautan di pesisir

memberi banyak air kepada langit dan akhirnya menerima banyak hujan baginya. Sebanyak

kita memberi, sebanyak itulah kita akan menerima. Sesering kita memberi, sesering itu pula

kita akan menerima. Hukum karma adalah hukum keseimbangan. Sayangnya, kebanyakan

kita ingin menerima banyak dengan memberi sangat jarang atau bahkan dengan keikhlasan

hati yang sedikit.

Bahwa apa yang diberi itulah akan diterima dalam kehidupan ini, tentu bukan dilihat dalam

konteks kuantitas matematis melainkan dalam kuantitas dan kualitas rasa. Jadi, ketika

seorang miskin memberi seribu rupiah kepada seorang kaya yang kebetulan sangat

membutuhkannya pada suatu saat, bisa jadi ia akan menerima balasan dengan jumlah yang

lebih besar namun setara seribu rupiah bagi orang kaya tadi. Hukum karma di kehidupan

kita rupanya bergerak dalam tataran rasa hati, dimana reaksi atau pahala yang diterima

tergantung perasaan yang timbul oleh suatu aksi.

Sesungguhnya banyak diantara kita yang ingin atau suka memberi sesuatu kepada orang

lain. Anda pun pasti demikian. Namun keinginan baik seperti ini kerap terhalang oleh pikiran

bahwa kita belum cukup layak untuk memberi. Belum ada keberanian menyumbang karena

belum merasa kaya. Belum berani menolong karena belum cukup modal untuk menolong.

Kita menjadi seperti danau yang merasa malu mengaliri sungai sebelum permukaan air

danau meluap melampaui puncak gunung.

Seorang guru bijak pernah berpesan indah; “Jika kita tak bisa menjadi jalan raya, cukuplah

menjadi gang-gang kecil yang bisa dilalui orang untuk pulang ke rumahnya.” Mirip seperti

pesan bahwa kita tak mesti menjadi danau hanya untuk bisa memberi minum bagi sebuah

desa yang kehausan. Menjadi pancuran kecil saja bahkan sudah cukup bermanfaat di saat

yang tepat. Sesungguhnya setiap saat kita adalah seseorang yang sudah cukup untuk bisa

membagi kebaikan bagi orang lain. Bila belum mampu memberi satu kebaikan, bahkan

dengan tidak melakukan suatu keburukan sesungguhnya kita sudah sangat membantu

dunia.

Melakukan satu kebaikan kecil setara manfaatnya dengan tidak melakukan keburukan besar

bagi dunia. Melakukan keburukan kecil setara dengan tidak melakukan kebaikan besar.

Dengan pengertian semacam ini, lebih baik belajar melakukan kebaikan-kebaikan kecil atau

sekalian tidak melakukan keburukan-keburukan kecil apalagi besar. Saat konsep ini menjadi

pijakan dalam peran kehidupan, kita bahkan sudah berbuat sangat besar bagi dunia hanya

dengan tidak membuang segenggam sampah secara sembarangan.

69

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 70/117

Kebaikan itu mudah, kata seorang guru bijak. “Jika kau tidak mampu menghargai orang,

setidaknya jangan ikut mencemooh. Jika kau tidak sanggup menjaga sesuatu, setidaknya

jangan ikut merusaknya. Bila kau belum sanggup untuk membantu, setidaknya jangan kau

ikut memperburuk keadaan.” Kebaikan besar ternyata mudah dilakukan hanya dengan cara

menjauhi keburukan-keburukan kecil seperti ini.

Ada orang yang memberi sebagian minyak bagi orang yang motornya kehabisan bensin. Itu

bukanlah hal besar, tapi sudah cukup membantu. Membukakan pintu bagi orang tua,

memberikan tempat duduk dalam bus bagi wanita hamil dan orang tua, atau sekedar

memberi senyum hangat bagi seseorang. Ini kebaikan-kebaikan kecil yang mampu

dilakukan tanpa perlu modal atau kekayaan berlimpah. Hanya dibutuhkan keikhlasan untuk

mau melakukannya.

Andaikan kita adalah Jiwa sorgawi yang lahir ke dunia, kenapa tidak membagi sorga itu bagi

dunia lewat kebaikan-kebaikan kecil? Bahkan jika kehidupan ini untuk menerima kebaikan,

setidaknya kita bisa seperti matahari dan bumi yang memberi agar bisa menerima hal yang

sama di kemudian hari. Kitalah yang memberi untuk menerima.

Bahasa Bumi | Bag. 1 Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit : Awan di

Puncak Langit

Semakin tinggi awan berada di langit, semakin tenang dan stabil mereka dalam keindahan

hingga akhirnya sirna dalam kehampaan dan keheningan angkasa. Pejalan spiritual serupa

dengan awan di puncak langit.

(W. Mustika)

Dalam cahaya dan panas matahari semua air samudera terbang menguap, seperti berusaha

menuju kepada sang matahari. Begitu pun segala pepohonan, batangnya tumbuh ke atas

seperti ingin memeluk matahari yang memberinya kehidupan. Saat matahari hadir memulai

pagi, ia datang seakan membawa kegembiraan yang mengaktifkan kembali pelangi

kehidupan. Sebaliknya, saat ia pergi ke balik cakrawala untuk menutup hari, hampir semua

kehidupan seakan mengikuti jejaknya menutup agenda hari. Sebuah kebersamaan yang

70

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 71/117

indah antara matahari dan kehidupan mahluk-mahluk bumi.

Seindah semua itu, rupanya dalam perjalanan Jiwa pun terjadi hal yang sama; semua

sedang berjalan menuju arah pulang ke tempat cahayaNya di puncak kekosongan. Mereka

berjalan di atas jejak-jejak peran kehidupan lewat tuntunan agama, kepercayaan, adat atau

media spiritualitas lainnya. Ada yang telah sampai, ada yang di pertengahan jalan. Ada juga

yang istirahat kelelahan oleh beratnya perjalanan pemahaman dan pemurnian Jiwa. Ada

pula yang bahkan belum berangkat kemana-mana dan benar-benar tenggelam menikmati

keindahan sementara di bumi.

Jika kita adalah salah satu yang mulai berjalan pulang menuju cahayaNya, sejauh mana

sesungguhnya kita telah sampai saat ini? Kita masih memerlukan ciri-ciri untuk menilai

posisi keberadaan kita sejauh ini. Kadang ciri yang ada membuat kita terjebak pada

kekeliruan dan menduga diri telah sampai di puncak cahayaNya. Untuk itu mungkin layak

bila kita belajar pada pesan-pesan perjalanan awan.

Semua mengerti bahwa awan adalah perjalanan air yang menguap ke langit oleh cahaya

dan panas mentari. Ia menguap karena angin menerbangkannya ke atas, ke tempat yang

lebih kosong. Lalu pada ketinggian tertentu menjadi awan putih yang terombang-ambing

oleh pergerakan udara yang mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan

rendah. Sebagian besar yang ingin kembali turun untuk menyatu dengan kehidupan bumi

akan menjadikan dirinya mendung berwarna gelap. Ketika bertemu satu sama lain, mereka

menciptakan kilatan petir dan suara guntur yang mengerikan bagai api dan pekikan neraka.

Dari mereka pula tercipta badai yang kerap menyisakan kehancuran bagi bumi.

Sebaliknya, sebagian yang berhasil naik hingga jauh ke atas akan mulai bergerak

pelan-pelan. Bahkan saat mulai mendekati puncak ketinggian, awan itu tampak seperti

lukisan langit yang terdiam tanpa gerakan. Sebagian kecil yang berhasil naik lebih jauh

mendekati kehampaan dan kesunyian langit, wujudnya mulai menghilang lalu mengisi

kekosongan langit, bersatu dengan keheningan angkasa.

Ibarat perjalanan awan inilah perjalanan Jiwa. Di awal kehidupan, semua ingin terbang ke

tempat yang lebih tinggi. Entah dalam bentuk kesuksesan duniawi ataupun pencapaian

rohani. Pada ketinggian tertentu banyak yang malah terombang-ambing dan berpindah

kesana kemari oleh hembusan angin pemahaman yang bergerak liar. Mereka terjebak dan

ikut mengalir dalam perdebatan dualitas tinggi rendah, benar salah dan sebagainya.

Sebagian yang malah menjadi kian berat dibebani oleh keterikatan pada duniawi, ingin

kembali menikmati perjalanan bumi dan mengubah pemahaman mereka menyerupai

mendung yang gelap.

Mereka inilah yang kemudian gemar berdebat dan bahkan menciptakan api kemarahan

dengan benturan muatan positif-negatif dalam mendung pemikirannya. Suara mereka bagai

gemuruh yang mewakili kegusaran, seolah berharap semua bumi mengakui keberadaan

mereka di langit kekuasaan. Mereka bahkan membuktikan hal itu dengan membakar isi

bumi atau melesakkan diri demi menciptakan banjir air mata yang menghanyutkan.

71

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 72/117

Berbeda dari mereka yang tetap membiarkan diri mereka menjadi awan putih yang ikhlas

meninggalkan keterikatan dengan bumi. Di sebuah tempat mendekati langit, mereka

menjadi Jiwa-Jiwa dalam pribadi yang stabil serupa awan Sirrus yang lebih banyak diam

dan merenung. Bahkan ketika mereka masih membiarkan kekosongan dan kesunyian

menariknya kian jauh ke puncak langit, mereka seakan menghilang dari pandangan bumi.

Mereka lenyap menjadi ada yang tiada, menyatu dengan kekosongan. Begitulah Jiwa-Jiwa

yang telah berhasil mencapai puncak perjalanannya menyatu dengan kesadaran semesta.

Mereka serupa awan di puncak langit yang ada dan tiada.

Belajar pada awan, inilah saatnya menyadari sejauh mana kita kini berada. Apakah baru

mulai menguap menuju setiap langit agar tampak sebagai kesuksesan dari bumi, ataukah

masih terombang-ambing dalam gerakan dualitas tinggi-rendahnya pemahaman. Mungkin

juga tanpa sadar kita bahkan telah memilih menjadi bagian dari kegelapan mendung yang

hadir di bumi untuk menciptakan badai bagi kehidupan. Dengan labilnya pemahaman akan

kesadaran Jiwa, kita justru ikut menciptakan perdebatan, menyulut api kemarahan dan

menggelegarkan gemuruh suara-suara gusar yang menggiring dunia pada air mata dan

kehancuran.

Dalam perjalanan jiwa serupa itu, semoga saja kita bisa tetap sebagai awan putih yang terus

bergerak kian mendekat ke puncak cahaya dan kekosonganNya untuk kemudian sirna

menjadi unsur ada dan tiada. Menyatu denganNya untuk mengisi kekosongan dan

keheningan di puncak langit kesadaran. Atau jika akhirnya kita harus menjadi mendung

gelap yang ingin turun kembali ke bumi, setidaknya kita hanya menciptakan kesejukan

gerimis dan menghadirkan tutur tentang indahnya pelangi kehidupan bagi penghuni bumi.

Kita hanya perlu melakukan perjalanan Jiwa bagai perjalanan awan. Memulainya sebagai

pribadi yang sejuk dan mudah mengalir dalam kehidupan bagaikan air. Lalu mengijinkan

cahaya terang kesadaran langit meringankan kita dari beban keterikatan dengan bumi.

Terbang bebas, ringan bagai udara tanpa kemelekatan. Mewarnai diri kita dengan

kelembutan dan kesucian hati bagai awan putih. Dan tentu saja, terus mengarahkan diri ke

puncak cahaya dan keheningan, hingga seakan lenyap untuk menyatu kembali dengan

kesemestaan langit. Dan begitulah Jiwa kita di puncak pencapaian perjalanannya, mirip

sekumpulan awan yang lenyap di puncak langit. Tetap ada namun menjadi sunyata.

BAGIAN SATU

~:: Spiritualitas Bumi dan Penghuni Langit ::~

-selesai-

72

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 73/117

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Sekeranjang Apel

Selalu ada yang terbaik untuk dipilih dalam sekeranjang apel. Jika kita boleh memilih,

kenapa tidak memilih yang terbaik dalam segala hal di kehidupan?(W. Mustika)

Seorang ibu sedang memilih apel dalam keranjang bambu di sebuah pasar. Ia menyisihkan

apel-apel yang busuk untuk mendapatkan beberapa yang segar. Diantara yang segar dia

memilih lagi yang matang. Diantara yang matang dia mengembalikan yang kecil ke dalam

keranjang untuk mengumpulkan yang besar-besar. Terakhir dia pun tawar menawar untuk

mendapatkan apel yang termurah diantara apel-apel besar tadi. Seorang ibu selalu memilih

yang terbaik dari apel yang ada, karena itu akan menjadi miliknya untuk dimakan dan

menjadi unsur pembentuk tubuhnya.

73

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 74/117

Mayoritas orang tampaknya mirip seperti ibu tadi dalam memilih apa yang akan menjadi

barang miliknya. Apalagi untuk sesuatu yang hendak menjadi bagian dari tubuh kita yang

masuk melalui makanan. Tidak banyak orang yang mau menderita sakit karena kuman atau

sesuatu yang ada dalam makanan yang busuk atau tidak sehat. Inilah sifat alami yang wajar

pada siapa saja; memilih yang terbaik.

Sayangnya, tidak seperti saat memilih yang terbaik sebagai makanan atau minuman bagi

tubuh, kebanyakan kita tidak demikian tatkala memilih hal-hal dalam kehidupan sehari-hari

untuk disimpan sebagai ‘makanan’ bagi pikiran. Bila saja cermat mengamati diri, betapa

dalam keseharian ternyata kita lebih banyak menyerap hal-hal negatif untuk menjadi

bahan-bahan yang akan membangun pikiran kita. Kemarahan, kebencian, isu dan fitnah,

dendam, iri hati dan sejenisnya. Tanpa sadar kita sedang menyerap virus akal budi ke

dalam pikiran yang nantinya akan membangun seluruh sel-sel tubuh kita.

Dan sudah menjadi sebuah rumusan bahwa setiap bahan yang terkumpul akan membentuk

apa yang pantas terbentuk. Dengan kumpulan bahan-bahan negatif seperti tadi, nyatalah

bahwa harapan agar bisa memiliki kedamaian, kebahagiaan, ketenangan, kesuksesan dan

sejenisnya dalam kehidupan akan lebih sulit tercapai. Seperti berharap dapat makan nasi

goreng tetapi yang dikumpulkan adalah buah-buahan, es, susu, kolang-kaling dan

sejenisnya. Mustahil.

Kelemahan terbesar dalam kehidupan ini yang paling sering membawa kita pada kegagalan

adalah sifat tidak konsisten. Seperti tadi, untuk memilih makanan tubuh kita mencari yang

terbaik, namun untuk ‘makanan’ bagi pikiran kita justru lebih gemar memilih yang terburuk.

Rupanya ini menjadi alasan ada banyak orang kaya yang tubuhnya sehat karena bisa

memilih makanan sehat, tetapi batinnya sakit karena gagal memilih hal-hal yang baik bagi

pikirannya. Begitu sebaliknya, ada orang-orang miskin bersahaja yang sehat lahir dan batin,

karena bisa memilih segala yang terbaik bagi tubuh dan pikirannya, sekalipun itu sederhana.

Kehidupan duniawi ini seperti pasar. Ramai dan padat oleh berbagai pilihan hidup, dipenuhi

berbagai aktivitas yang penting bagi kelangsungan hidup, sekaligus juga banyak hal-hal

negatif di dalamnya. Kadang ada pemalak dan pencopet, ada sampah, kecoa dan tikus, ada

aroma amis dan busuk, ada senyum sinis, ada kemarahan dan sebagainya. Begitu riuh oleh

warna-warni kehidupan yang harus dipilih dengan sangat hati-hati. Siapa saja yang pernah

bersentuhan dengan kehidupan pasar, mengerti bahwa dibutuhkan cukup latihan untuk bisa

memilih dan menawar hal terbaik untuk dibawa pulang bagi keluarga.

Berbagai peristiwa dalam kehidupan ini mirip juga sekeranjang apel. Mereka menjadi

bahan-bahan yang akan menentukan seperti apa kehidupan yang kita miliki. Pun demikian

diri setiap orang yang kita temui sehari-hari di kehidupan sosial. Dalam diri mereka terdapat

sekeranjang sifat yang tercampur antara sifat kebaikan dan keburukan. Tanpa bermaksud

mencemooh sifat-sifat negatif yang pada dasarnya dimiliki setiap orang, kita hanya perlu

memilih sifat terbaik pada orang itu yang layak diteladani.

Memilih dan meneladani sifat-sifat baik yang ada pada diri seseorang untuk dijadikan bagiandari sifat-sifat baik kita, tak bisa dipungkiri akan memberi banyak kebaikan bagi kita. Namun

74

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 75/117

sebagaimana halnya memilih apel terbaik diantara sekeranjang apel, tentu memilih kebaikan

seseorang juga memerlukan latihan. Faktanya, kebanyakan kita lebih mudah melihat dan

menilai keburukan orang lain, lalu mencemooh bahkan menghujat mereka atas keburukan

itu. Seakan lupa bahwa kita pun tak luput dari keburukan serupa.

Mengenali keburukan atau kesalahan orang memang bukan hal yang mutlak keliru. Namun

mencemooh dan menghujat sisi negatif itu bukan pula tindakan produktif. Bahkan kedua

sikap seperti ini justru membuat kita tergiring melakukan suatu keburukan yang lain. Kita

memang perlu mengetahui untuk dapat menghindarinya agar tidak menjadi perilaku yang

sama dalam keseharian kita. Bagi yang bijak, kesalahan, keburukan atau kekeliruan

seseorang dapat dijadikan guru yang akan memberi contoh tentang hal-hal yang layak

dihindari. Inilah cara belajar menjadi baik tanpa perlu mencemooh atau menghujat

keburukan. Mengenali apel busuk untuk tidak memilihnya.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Kesegaran Pagi

Matahari selalu hadir mencerahkan dan menyegarkan pagi, karena ia selalu ikhlas melepas

kegelapan malam yang sejak petang kemarin membelenggunya. Inilah rahasia kesegaranJiwa.

(W. Mustika)

Banyak ibu-ibu lebih suka berbelanja kebutuhan dapur di pasar tradisional saat pagi hari.

Kalau pun akhirnya mereka harus berbelanja pada sore atau malam hari, mereka akan

memilih pergi ke supermarket yang bisa menyediakan sayur-mayur, buah-buahan dan ikan

dalam mesin pendingin yang besar. Semua usaha ini dilakukan hanya untuk bisa

mendapatkan segala sesuatu yang segar untuk dipakai bahan makanan sehari-hari.

Rupanya secara alami kita semua memang membutuhkan suatu kesegaran di setiap hari

baru, termasuk juga untuk tubuh, pikiran dan Jiwa.

75

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 76/117

Manusia butuh makan dan tidur demi memperbaharui sel-sel dan jaringan tubuh hingga

menjadi sel-sel baru yang lebih segar keesokan harinya. Bahkan ampas makanan yang

tersimpan dalam usus sebagai kotoran juga dikeluarkan dengan rasa senang hati setiap

paginya. Sedikit atau hampir semua orang tidak menyesal ketika akhirnya ‘kehilangan’

kotoran tubuh itu. Ada rasa kehilangan yang melegakan. Sebab semua mengerti dan

bahkan pernah merasakan efek yang dirasakan tubuh, terutama sakit perut, manakala

ampas makanan kemarin itu masih tersimpan di usus.

Namun tidak demikian halnya dengan kotoran dalam pikiran. Perhatikan betapa sedikit

orang yang merasa lega saat kehilangan ‘kotoran’ pikirannya. Mereka bahkan merasa puas

bila masih menyimpan ‘kekotoran’ itu. Kadang gemar membaginya dengan orang lain.

Bukan untuk membantunya menghilangkan sisa emosi itu, tapi justru untuk memohon

dukungan pembenar yang membuat masalah kian runyam.

Dan sebagaimana kotoran usus akan menjadi sumber penyakit bagi tubuh, begitulah

‘kotoran’ emosional dapat menjadi penyakit bagi pikiran yang ujungnya memberi pula gejala

penyakit pada tubuh. Mungkin juga sebenarnya kita sendiri tidak nyaman menyimpan

‘kotoran’ emosi dalam pikiran, namun tidak tahu bagaimana cara membuangnya. Ini karena

sejak kecil kebanyakan kita dipaksa menyimpan emosi karena takut penyalurannya

menimbulkan masalah. Akibatnya kita justru menjadi orang-orang yang mengalami

konstipasi atau ‘sembelit’ pikiran.

Kemarahan dibiarkan terpendam menjadi dendam, ketakutan dibiarkan mengendap menjadi

kecemasan. Rasa malu dikubur menjadi perasaan rendah diri, rasa kecewa ditimbun

menjadi putus asa. Sejak kecil kebanyakan kita tidak dilatih mengubah hal negatif menjadi

hal positif. Maka ketika beranjak dewasa kita kesulitan mengatasi emosi negatif dengan cara

yang benar. Kemarahan tersalur menjadi tindakan perusakan, ketakutan dan kecemasan

menjadi isolasi diri, rendah diri menjadi kebencian pada lingkungan.

Andai saja saat masih kecil ada yang mengajari kita mengubah amarah menjadi nasehat,

ketakutan menjadi kedisiplinan, kebencian menjadi ketegaran, dan sebagainya, bukan tidak

mungkin segala pikiran dan emosi negatif akan mudah berlalu dari ingatan bawah sadar.

Dengan begitu, setiap kali bangun dari tidur, bukan hanya tubuh yang segar, pikiran dan

Jiwa juga menjadi lebih segar dibanding hari kemarin. Bukan seperti apa yang kerap terjadi

saat ini, emosi negatif yang kemarin, bahkan yang sudah lama, tidak pernah berlalu dari

pikiran dan hati. Mereka justru tersimpan di bawah sadar sebagai benih penyakit bagi

mental.

Pikiran selalu membutuhkan makanan sebagaimana halnya tubuh agar kita bisa hidup

dengan normal. Namun alam mengingatkan bahwa makanan tubuh itu sebagian akan

tersisa sebagai ampas yang tidak lagi berguna. Dalam pengertian seimbang, sesungguhnya

kita belumlah normal jika hanya bisa mengeluarkan kotoran tubuh secara rutin dan normal

setiap hari. Sebab manusia bukan hanya terdiri dari tubuh, melainkan juga meliputi pikiran

dan Jiwa. Hanya ketika kita juga berhasil melepaskan ‘kotoran’ emosional dari pikiran setiap

hari, barulah kita layak merasa normal, berbahagia dan lega bahwa udara dan cahaya hari

76

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 77/117

pagi telah datang menyegarkan seluruh kehidupan kita.

Kehidupan memang memberi kita masalah setiap harinya. Masalah-masalah yang dapat

menyisakan berbagai emosi dalam pikiran. Memilih untuk menyimpan sisa-sisa emosi yang

semestinya telah berlalu kemarin, hanya akan menambah tebal tumpukan emosi yang ada.

Sebab, setiap hari sepanjang hidup ini kita akan berjumpa lagi dengan pengalaman atau

peristiwa baru yang menimbulkan masalah dan emosi negatif yang juga baru.

Ketika berharap menjadi Jiwa yang selalu segar, tak ada salahnya meniru sifat alami tubuh;

membuang kotoran dari organ cernanya setiap hari. Dan dengan pikiran sebagai organ

cerna bagi Jiwa, biarlah ia selalu bersih dan bebas dari sisa ‘kotoran’ emosional yang

terbentuk dari permasalahan hari kemarin. Siapa saja pribadinya segar serupa ‘pasar pagi’,

dengan tubuh dan pikiran selalu dalam keadaan segar, bebas dari ampas makanan dan

emosional, bisa dipastikan akan banyak orang yang datang kepadanya demi mencari

‘makanan’ segar bagi Jiwa di perjalanan kehidupan ini.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia :

Meraih KemenanganJika persaingan tidak mampu membuat setiap orang menjadi nomor satu sesuai

harapannya, ada cara mudah untuk itu. Hentikan persaingan, maka semua akan merasa

dirinya sudah menjadi normor satu.

(W. Mustika)

Dalam setiap kompetisi yang sering dilakukan di kehidupan manusia, hampir semua pihak

menginginkan kemenangan. Juga demikian dalam segala alasan maupun bentuk

pertempuran, kemenangan menjadi tujuan meskipun harus mengorbankan nyawa. Ada yang

bertempur demi negara, demi keluarga dan harta benda, demi ideologi, demi

mempertahankan hidup atau bahkan demi ‘membela’ agama.

77

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 78/117

Segala pertempuran melawan sesuatu yang ada diluar diri membutuhkan pengorbanan dan

rasa sakit. Namun pada akhirnya, kemenangan ataupun kekalahan yang dialami selalu saja

menyisakan kerugian bagi kedua pihak yang bertikai. Pertengkaran dan perkelahian juga

berefek serupa. Menimbulkan rasa sakit, penderitaan fisik dan hati, bahkan kematian. Ketika

berhasil menang dan musuh pun terbunuh, kemenangan itu justru tidak lagi berharga.

Musuh yang berhasil kita tundukkan dan semestinya menjadi kian hormat serta menghargai

kemenangan kita nyatanya sudah tiada lagi. Kemenangan yang sesungguhnya kadang

terasa sia-sia.

Beda efeknya dengan kemenangan atas pertempuran ke dalam diri melawan

keinginan-keinginan negatif yang akan menghancurkan kita. Mereka yang pernah

mengalami kemenangan semacam ini mengerti indahnya kemenangan sejati. Tak ada yang

hancur atau tersakiti. Yang merasa menang akan bahagia karena berpikir dirinya sudah

menang. Sedangkan yang mengalah juga merasa bahagia karena merasa telah berhasil

mengalahkan musuh terberat yang ada dalam dirinya; dorongan ego negatif. Pertempuran

seperti ini indah dan membahagiakan dalam kalah maupun menang.

Dalam pertempuran internal ini, saat masing-masing pihak merasa dirinya telah menang, itu

menjadi kemenangan tanpa dendam yang benar-benar bisa mendamaikan. Hanya saja,

pertempuran melawan dorongan pikiran yang selalu ingin memilih ego negatif ini

membutuhkan banyak latihan serta perjuangan hati yang berat. Tetapi, bukankah setiap

pertempuran memang demikian berat dan penuh risiko?

Jika seseorang berani bertempur mengorbankan diri sampai mati hanya demi meraih

kemenangan melawan ide-ide luar yang tidak dia setujui, kenapa tidak memberanikan diri

bertempur melawan ide-ide di dalam pikiran yang akan menghancurkan arah kehidupan jika

diikuti? Bukankah tidak diperlukan pengorbanan nyawa untuk menang dalam pertempuran

di dalam diri? Senjata kita hanya keikhlasan dan kesabaran serta keberanian untuk

menerima andaikan orang lain menilai kita sebagai seorang pengecut. Bagi yang paham,

penilaian ini sebenarnya tidaklah beralasan. Sebab, keberanian melawan satu ‘musuh’

utama di dalam diri sungguh sama hebatnya dengan keberanian saat menghadapi seribu

pertempuran untuk menundukkan ribuan musuh.

Bagi mereka yang menyadari, semakin besar dan sengit pertempuran di luar diri,

sebenarnya sebuah pertanda bahwa pelaku pertempuran luar itu semakin kalah dalam

pertempuran menentukan pilihan ego di dalam diri. Saat mana pilihan ego negatif sudah

mengusai arena pertempuran di dalam, siapa pun tak akan kuasa lagi menghentikan

pertempuran gabungan ego negatif di luar. Benih kesadaran cinta kasih segelintir orang

akan terkalahkan oleh persatuan ego negatif yang telah menemukan ide pembenaran dalam

kelompoknya. Inilah sumber meluasnya suatu pertikaian.

Dalam pemahaman sederhana, sesungguhnya segala bentuk perdebatan, perkelahian,

bahkan pertempuran yang terjadi dalam kehidupan manusia dimulai dari kebutuhan akan

pengakuan. Itu saja. Semua orang ingin diakui oleh orang lain. Diakui ide-idenya, diakuikeberadaannya, diakui segala yang menjadi bagian berharga dari tubuh dan konsep

78

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 79/117

pikirannya. Kebutuhan alami yang sama-sama ingin diakui dan dihargai ini sesungguhnya

dapat membuat manusia menyadari bahwa mereka semua adalah mahluk yang diakui dan

berharga bagi alam semesta.

Menariknya, pada semua pribadi manusia yang membutuhkan pengakuan ini, hanya sedikit

yang menyadari bahwa hanya dibutuhkan satu jalan keluar yang mudah. Sangat mudah.

Kenapa kita tidak memberikan saja bentuk pengakuan dan penghargaan itu satu sama lain?

Saat masing-masing dari kita sibuk mencari pengakuan, tentu saja pengakuan tidak akan

diperoleh karena semua orang masih sibuk mencarinya. Bayangkan bila sebaliknya, ketika

semua orang sudah sibuk memberi pengakuan dan penghargaan bagi orang lainnya,

bukankah kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan itu akan terpenuhi sampai

berlimpah?

Dari seluruh pemahaman alam ini, kemenangan rupanya mudah diraih tanpa perlu

pertempuran dan pengorbanan besar hanya demi mendapat pengakuan dan penghargaan.

Kita hanya perlu ikhlas untuk saling mengakui dan menghargai kelebihan sesama kita.

Sederhana. Tapi bila cara ini ternyata sulit untuk dilaksanakan dalam keseharian, itu hanya

karena kita belum bisa mencobanya dengan ikhlas. Hanya dengan mulai mencoba

menghargai orang, maka kemenangan sejati itu akan datang dengan sendirinya.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Memandang Jiwa

Tak ada kebohongan bersembunyi pada mata, karena ia adalah jendela Jiwa. Maka ia yangmelihat Jiwa Semesta dari tubuh manusia, akan mudah melihat kejujuran alam dibalik

semua peristiwa kehidupan.

(W. Mustika)

Menarik saat mengetahui bahwa tatkala sejumlah orang bijak bertutur tentang mata adalah

jendela Jiwa, ternyata dari dunia medis hal ini juga memiliki makna yang sama. Perhatikan

saat seorang dokter menetapkan seseorang telah mengalami kematian, ia akan memeriksa

pupil atau orang-orangan mata dengan sorotan lampu. Pada orang yang masih hidup,

cahaya yang masuk ke mata akan membuat pupil mengecil. Namun pada orang yang telah

meninggal, ‘jendela’ Jiwa (pupil) itu tetap melebar saat disinari. Seperti jendela yang sedang

79

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 80/117

membuka diri untuk celah mengintip kepergian Jiwa dari ruangannya dalam tubuh fisik.

Para polisi juga melakukan hal serupa. Berbasis pengetahuan agama bahwa Jiwa tak

pernah berbohong, maka saat menginterograsi penjahat mereka kerap memperhatikan

gerakan pupil mata untuk melihat tanda-tanda pengakuan jujur dari Jiwa atas kebohongan

yang dilakukan pikiran sadar. Kedua teknis ilmiah ini seperti menegaskan bahwa dengan

keahlian tertentu, kita bisa mengamati perilaku Jiwa manusia melalui pupil atau

orang-orangan mata.

Jika melalui pupil atau orang-orangan mata kita bisa ‘melihat’ Jiwa dalam tubuh manusia

atau semesta kecil, rasanya dengan cara yang sama kita bisa melihat Jiwa Semesta

(Tuhan) melalui orang-orang ( people) yang ada di bumi. Dan bukankah segala agama

sendiri telah mengajarkan bahwa Tuhan ada dalam diri manusia sebagai Jiwa? Pupil dan

people adalah jendela darimana mata hati kita bisa melihat keberadaan Tuhan di bumi ini.

Tapi tidak banyak dari kita yang berlatih tekun melihat Jiwa melalui pupil mata. Diantara

mereka yang sudah bisa ‘melihat’ tanda-tanda kehadiran Jiwa dalam tubuh manusia lewat

pupil atau orang-orangan mata ini, tidak banyak yang bisa ‘melihat’ Tuhan pada orang-orang

di bumi. Maka sangat sedikitlah dari kita yang bisa memperlakukan manusia sebagaimana

memperlakukan Tuhan, padahal Dia ada di dalam manusia atau mahluk lain sebagai Jiwa.

Bahkan banyak telah kita saksikan betapa kaum manusia, entah ia beragama atau tidak,

tega memperlakukan manusia lain seperti sedang memperlakukan hewan. Atau

memperlakukan hewan seperti sedang memperlakukan batu, kayu atau benda mati lainnya.

Ada mata hati yang belum terbuka untuk bisa ‘melihat’ jelas lewat sikap dan perilaku, bahwa

ada Tuhan yang kita puja dalam setiap manusia atau mahluk yang kita benci.

Alasan ketidakmampuan kita untuk ‘melihat’ Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita,

mungkin sama seperti ketidakmampuan kita untuk ‘melihat’ Jiwa melalui pupil mata, saat

kita tidak menggunakan cahaya untuk disorotkan ke pupil itu. Jadi, tatkala kita belum

memiliki cahaya kesadaran hati untuk dipakai menatap orang-orang (people) di sekitar kita,

kita tak akan mampu ‘melihat’ Jiwa Semesta atau Tuhan di dalamnya.

Kita membutuhkan cahaya untuk ‘melihat’ Tuhan di sekitar kehidupan kita. Cahaya itu

adalah nurani. Suatu cahaya dalam diri yang tidak perlu dinyalakan lagi karena ia adalah

benih nyala abadi. Kita hanya perlu membersihkan kabut pikiran yang selama ini telah

menabiri cahayanya. Kesejukan dan kedamaian hatilah air pembersih baginya.

Perhatikan Gandhi, Buddha, para Nabi, Nelson Mandella, Bunda Theressa dan barisan para

guru suci lainnya telah hidup dengan memancarkan cahaya nurani di dunia ini. Mereka telah

melihat Tuhan dimana-mana, lalu memperlakukan dan melayani semua manusia

sebagaimana mereka memperlakukan dan melayani Tuhan.

Sedangkan kita, sebagian besar hanya menyangka Tuhan ada di langit lalu memuja ke arah

langit yang kosong dan tanpa batas. Lalu kita mempersembahkan serta melayani langitdengan penuh sujud dan hormat, sembari melupakan bahwa Tuhan sendiri menyatakan

80

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 81/117

diriNya ada dimana-mana. Kita lupa melayani Tuhan yang ada di bumi, dalam tubuh setiap

manusia, dalam diri setiap mahluk.

Kita memuja Tuhan sambil menyakiti sebagian mahluk yang tak lain adalah ciptaanNya

juga. Ada yang bahkan juga membenci mahluk-mahluk gaib, seakan semua mahluk gaib

adalah jahat dan bukan diciptakan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta untuk dirawat oleh alam

semesta. Ketidaktahuan memang tak selamanya bermanfaat baik.

Ketidaktahuan akan keberadaan Tuhan dimana-mana dalam setiap mahluk pada

kenyataannya telah banyak menimbulkan kehancuran. Manusia saling menghujat, saling

menyakiti, saling membunuh sesama mahluk. Isi pikiran kita yang berbeda telah membawa

Jiwa manusia yang sama ini masuk ke dalam arena perkelahian dunia. Seperti melihat Jiwa

melalui pupil mata, mungkin sudah saatnya kini kita belajar melihat Tuhan dari people atau

orang-orang bumi. Mungkin pula ini satu-satunya cara kita bisa membangun sorga di bumi

sebelum menikmatinya pula di akhirat. Dan untuk diingat, ada Jiwa sorgawi dibalik mata

anda.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Raksasa Kecil danSemut Raksasa

Segudang emas bisa aman dari bahaya hanya dengan satu pintu kecil terkunci. Sebaliknya

ia juga bisa terbakar oleh setitik api kecil. Begitulah masalah besar bisa teratasi jika

diperkecil dan masalah kecil bisa berbahaya bila diperbesar.

(W. Mustika)

Manakah yang lebih mengerikan, raksasa sekecil semut ataukah semut sebesar raksasa?

Ketika pertanyaan ini diajukan ke sejumlah orang, serta merta mereka memilih semut

raksasa. Dengan mudah mereka membayangkan betapa seekor semut sekalipun, ketika

berukuran raksasa tetap saja akan berbahaya. Beda dengan raksasa, meski nyatanya

81

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 82/117

seram namun jika raksasa itu seukuran semut tentu tidak begitu mengerikan lagi.

Percayalah, jika kita pun disuruh memilih berjumpa dengan raksasa sekecil semut ataukah

semut sebesar raksasa, maka naluri penyelamatan diri kita akan memilih berjumpa raksasa

sekecil semut. Karena ia sama sekali tidak berbahaya dan mudah ditundukkan hanya

dengan tiupan napas. Dalam konteks seperti ini, tampaknya jenis mahluk bukan lagi

masalah bagi pikiran namun ukuranlah yang muncul sebagai pertimbangan. Bahkan jika

mungkin memilih, biarlah apa yang kecil dan awalnya tidak seram tetap berukuran kecil.

Sebab apa pun yang jinak manakala berukuran besar akan menjadi berbahaya. Sebaliknya,

seseram apa pun raksasa itu, jika berukuran kecil akan lebih mudah diatasi.

Namun dalam kenyataan hidup keseharian, kerapkali lebih mudah dijumpai orang-orang

yang membuat masalah sekecil semut menjadi sebesar raksasa. Sebaliknya, masalah

sebesar raksasa tidak berusaha untuk diredam hingga tampak seperti semut agar mudah

diatasi. Kita gemar memperbesar masalah kecil namun enggan memperkecil masalah

besar. Akibatnya tentu saja solusi masalah makin sulit ditemukan.

Tentu juga benar bahwa kita perlu selalu mewaspadai setiap masalah sekecil apa pun.

Memperkecil masalah bukan pula berarti bahwa kita mengabaikan masalah itu begitu saja.

Setidaknya kita tidak membuatnya bertambah besar dengan berbagai pertimbangan pikiran

yang malah kontraproduktif. Sayangnya, selama ini dalam kehidupan kita, masalah sepele

kerapkali bertambah rumit justru oleh masalah-masalah baru yang muncul akibat

perdebatan yang tidak perlu. Tanpa sadar kita gemar mengubah ‘semut kecil’ menjadi

‘semut raksasa’ yang kemudian berbalik membuat kita memilih lari ketakutan darinya.

Perhatikan pertikaian dua desa bertetangga hanya gara-gara ocehan pemuda mabuk. Atau

perkelahian dua kelompok orang-orang terpelajar hanya karena tatapan mata. Bahkan

sejumlah negara bertempur hanya karena ideologi dalam agama yang sesungguhnya

mengajarkan kedamaian. Rupanya semua peristiwa besar yang akhirnya menyisakan

kehancuran ini lebih banyak dimulai dari hal-hal kecil dan sepele. Pikiran yang awalnya lebih

berani menghadapi raksasa kecil ternyata lebih memilih bertemu semut raksasa. Nyatalah

saat ini secara kolektif kita makin gemar berselisih, berdebat, berkelahi bahkan bertempur

sengit semata-mata demi mempertahankan hal-hal sepele.

Padahal, mayoritas orang dalam kesehariannya begitu waspada demi mencegah hal-hal

kecil pada tubuhnya agar tidak menjadi lebih besar. Betapa sering orang rela antri berobat

demi kesembuhan sebuah luka atau ruam kecil di tubuhnya. Mereka takut penyakit itu

berlangsung kronis, bertambah besar atau menjadi parah. Ini sikap baik yang semestinya

juga dilakukan secara konsisten terhadap pikiran.

Namun sayangnya, sikap tepat seperti ini tidak muncul ketika menghadapi masalah kecil

yang bisa saja menjadi bibit kehancuran di kemudian hari. Manusia malah gemar

memendamnya semakin lama dalam ingatan hingga menjadi warisan dendam. Bukan hanya

menjadi masalah kecil yang kian rumit, juga menjadi masalah yang akhirnya

mempertentangkan orang dalam jumlah yang semakin besar. Semua pihak justru ikut

menyumbang pupuk yang semakin menyuburkan benih ketidakharmonisan.

82

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 83/117

Begitulah, dalam ketidaksadaran kita sehari-hari, kita lebih banyak mengundang hadir apa

yang tidak kita sukai. Kita juga memendam dan menyuburkan benih masalah yang

semestinya kita singkirkan dari perjalanan hidup ke depan. Kita enggan menderita namun

malah dengan rajinnya mengumpulkan bahan-bahan masalah yang justru membuat kita

menderita oleh masalah yang kian banyak itu. Ujung-ujungnya, dalam kerumitan masalah

yang diciptakannya sendiri, sejumlah orang lalu memilih melarikan diri darinya. Ada yang

berlindung pada obat penenang, ada juga yang bersembunyi di balik minuman pemabuk.

Sebagian kecil akhirnya berlari menuju gerbang kematian.

Kisah raksasa kecil dan semut raksasa seperti sedang mengajari kita cara menyikapi

masalah kehidupan. Saat memperbesar masalah kecil, kita seperti menyuapi semut hingga

menjadi raksasa yang akhirnya mengejar kita hingga lari terpontang-panting ketakutan,

kelelahan, putus asa lalu menuntaskan riwayat hidup sendiri. Hanya bagi mereka yang telah

mengerti rahasia kedamaian, akan berusaha mengubah masalah raksasa hingga ukurannya

jadi sebesar semut agar bisa teratasi dengan mudah.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Rumahmu RahimmuRahim adalah rumah teraman bagi setiap bayi sebelum ia siap memasuki kehidupan

barunya. Dan rumah adalah ‘rahim’ paling aman bagi ‘bayi-bayi’ kehidupan untuk jeda

sebelum memulai perjalanan barunya bersama cahaya pagi.

(W. Mustika)

Semua mengerti bahwa secara alami, rahim adalah rumah paling aman bagi janin untuk

berkembang menjadi bayi hingga ia siap memasuki kehidupan duniawinya yang penuh

tantangan. Kondisi yang demikian alami ini rupanya terus berlanjut sepanjang kehidupan

manusia. Sejak jaman purba hingga jaman modern kini, manusia berusaha mencari

perlindungan dan rasa aman dengan cara kembali masuk ke dalam ‘rahim’nya.

83

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 84/117

Perhatikan rumah manusia di jaman purba, mereka tinggal aman dan nyaman di dalam

goa-goa batu. Meski gelap namun ada kebersamaan disana. Saat peradaban manusia kian

maju, kita mulai menciptakan rumah yang pada konsepnya masih sebentuk dengan goa.

Ada atap dan tembok dari bahan tanah atau pasir dengan pintu kecil serupa lobang goa.

Jika dicermati, secara turun temurun manusia sepanjang hidupnya seperti ingin mengalami

lagi rasa nyaman dan aman yang mereka peroleh selama dalam rahim ibunya. Apa yang

terjadi pada kita selama dalam rahim ibu?

Disana ada kehangatan dan energi yang mengalir sepanjang hari bersama darah ibu yang

masuk lewat plasenta dan tali pusat. Ada cinta kasih ibu yang menjaga bayi dari segala

bentuk kebencian, kemarahan dan emosi negatif di luar rahim. Ada air ketuban yang

menjaga bayi dari guncangan di kehidupan. Ada keheningan yang memberi ketenangan

bagi bayi dalam perenungan sebelum memasuki kerasnya kehidupan. Lalu suara napas dan

detak jantung ibu mengalun bagai musik rohani yang mengharmoniskan pertumbuhan tubuh

dan Jiwa bayi menjadi matang.

Bila begitu besar peran rahim ibu sebagai rumah persiapan bagi bayi sebelum memasuki

kehidupan duniawi, tidakkah konsep rumah yang kita miliki saat ini dibuat agar bisa menjadi

tempat aman dan nyaman sebagaimana ‘rahim’ ibu? Kita hanya perlu mengamati rumah kita

sendiri untuk bisa menjawab pertanyaan tadi. Sudahkah ada kenyamanan dan kehangatan

cinta kasih dalam rumah kita? Atau selama ini ia telah membuat kita merasa tidak nyaman

berada di dalamnya. Adakah kekerasan, kemarahan dan pertengkaran justru telah

memenuhi setiap rongga udara dalam rumah?

Adakah rumah kita telah dijaga oleh kelembutan, kelenturan dan ketegaran seperti air

ketuban dalam rahim yang menjaga kita agar tidak terguncang oleh berbagai dualitas dalam

kehidupan? Ataukah di dalamnya dipenuhi oleh rasa putus asa, egoisme yang kaku serta

sikap dan perilaku otoriter. Hingga rumah menjadi tempat dimana guncangan hidup dari luar

justru menjadi semakin keras saat memasuki ruang-ruang perenungan di dalam.

Guncangan luar ini justru menjadi badai pemisah kebersamaan keluarga.

Adakah rumah kita seperti rahim yang melantunkan suara detak jantung yang harmonis

demi ketenangan tubuh, pikiran dan Jiwa? Menjadi tempat dimana keheningannya membuat

kita mudah merenung tentang perjalanan hidup keseharian, agar kita siap memasuki

kembali kehidupan baru esok paginya. Ataukah ia hanya menggelegarkan suara-suara

nyaring kemarahan, detak jantung yang kencang oleh emosi penghuninya, serta

hentakan-hentakan kaki yang gusar oleh ketidaksabaran hingga meruntuhkan keutuhan

dinding rumah tangga. Butuh kejujuran untuk melihat semua kenyataan ini.

Kita tak lebih dari ‘bayi-bayi’ kehidupan yang mulai beranjak besar dan dewasa namun tetap

rindu akan rasa kehangatan dan kenyamanan dalam rahim Ibu Semesta. Setiap malam

naluri terdalam kita ingin kembali kepada suasana hening, kehangatan cinta kasih,

kenyamanan dan keamanan rahim ibu. Kita butuh merenung dalam keheningan untuk

mendengar suara-suara hati yang mampu membuat Jiwa kembali dalam keharmonisan.

Guncangan hidup sepanjang hari memang kerap menyisakan beban yang membuat pikiran

84

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 85/117

dan batin mengalami ketidakharmonisan.

Sebelum rumah kita menjadi ‘rahim’ yang mudah terguncang dan menggugurkan kita ke

dalam kematian, tak ada orang lain yang layak menjaganya. Hanya kebersamaan penghuni

rumah menjadi kekuatan yang akan menjaganya tetap kokoh sebagai pelindung dari

guncangan dualitas kehidupan yang datang dari luar. Dan ‘air ketuban’ yang kita butuhkan

untuk menahan guncangan itu adalah kelenturan mekanisme pembelaan ego. Saatnya kini

belajar memilih ego yang positif dalam mengatasi guncangan kehidupan.

Rahim adalah rumah sebelum memasuki kehidupan dan rumah adalah rahim kedua selama

menjalani kehidupan. Apakah kita sudah menciptakan rumah seperti ‘rahim’ yang kita

butuhkan? Adakah cahaya cinta kasih dari penghuni rumah telah menghangatkannya?

Adakah suara-suara lembut telah mengisi keheningannya? Apakah kelembutan dan

kesejukan telah merawat udaranya? Adakah ketegaran telah mengatasi segala guncangan

yang dibawa penghuninya dari kehidupan luar? Adakah ia telah menjadi tempat suci bagi

penghuninya untuk merenung tentang perjalanan Jiwa sepanjang hari ini? Semua jawaban

ada pada kejujuran kita.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Tutur Tiga BocahKemurnian adalah saat kita tidak mau melihat, mendengar atau membicarakan apa pun

yang tidak mau kita lihat, kita dengar atau kita bicarakan.

(W. Mustika)

Tiga bocah di sebuah taman kanak-kanak sedang diuji di depan kelas oleh gurunya. Bocah

yang satu disuruh melihat sebuah kotak lalu tiba-tiba tutup kotak itu dibuka hingga terlihat

seekor ular disana. Seketika bocah tadi menutup mata agar tidak melihat ular yang

menakutkan itu. Bocah yang lain disuruh mendengar saat sang guru mulai bercerita. Tepat

saat sang guru berkisah tentang keluarnya sesosok hantu yang menyeramkan dari balik

pohon, seketika itu pula bocah tadi menutup telinganya.

85

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 86/117

Sementara itu bocah yang terakhir disuruh bercerita tentang ibu dan ayahnya. Dengan

lancar ia segera berkisah tentang kebaikan ibu dan ayah yang selalu memanjakan dan

menyayanginya sepanjang hari. Namun saat sang guru memintanya bercerita tentang

hal-hal buruk yang dilakukan ayah ibunya, serta merta bocah tadi menutup mulutnya. Ia

menghentikan ceritanya dan berlari ke tempat duduknya.

Tiga bocah, yang menutup mata untuk apa yang tidak ingin dilihatnya, yang menutup telinga

pada apa yang tak mau didengarnya, dan yang menutup mulut untuk apa yang tak mau

diceritakannya, sedang bertutur pada kita tentang kemurnian dan kejernihan hati. Dalam

ke”dewasa”an kita saat ini, kebanyakan kita justru kehilangan pancaran cahaya kemurnian

Jiwa sebagaimana yang ditunjukkan ketiga bocah tadi. Kerapkali pertambahan umur

manusia bukan semakin menambah pancaran cahaya Jiwanya melainkan justru kian redup.

Entah oleh kebodohan atau justru oleh kepintaran pikiran, kemurnian Jiwa tersembunyi

dibalik sikap kita.

Perhatikan dalam pergaulan keseharian kita. Betapa lebih banyak kita memperhatikan

hal-hal yang tidak kita sukai. Entah melalui kehidupan sosial, majalah, televisi dan media

lainnya. Orang-orang begitu gemar mendengar dan membicarakan keburukan atau

kesalahan orang. Bukan sebagai bahan introspeksi agar terhindar dari masalah serupa,

namun justru untuk memperoleh kepuasan batin belaka. Disadari atau tidak, inilah sebagian

sikap dan perilaku yang lebih banyak kita lewati dalam keseharian.

Bayangkan berapa sering dalam sehari kita dengar atau mungkin ikut terlibat membicarakan

keburukan atau kesalahan orang. Bandingkan dengan berapa banyak waktu kita gunakan

untuk memuji dan meniru kebaikan yang dilakukan para guru-guru spiritual atau para

dermawan. Perhatikan berapa tinggi rating acara televisi atau isi surat kabar yang memuat

berita-berita negatif dibanding muatan positifnya. Berapa banyak dunia ‘dewasa’ kita

dipenuhi oleh input-input negatif dibanding hal positif yang berguna untuk menjadi bahan

kebahagiaan dan kedamaian sebagaimana harapan begitu banyak orang.

Sepanjang hari kita telah mengundang hal-hal negatif ke dalam pikiran untuk dicerna. Persis

seperti kita menyuapi mulut dengan makanan atau minuman beracun untuk dicerna dan

diedarkan ke seluruh tubuh sebagai bahan pembentuk sel-sel dan jaringan badan. Dengan

bahan-bahan negatif ke dalam pikiran, tentu saja kecerdasan negatif juga akan tersebar dan

menguasai kecerdasan seluruh sel-sel tubuh kita. Tentu bisa diduga seperti apa pribadi

yang akan dibentuk oleh seratus triliun sel tubuh yang kecerdasan selulernya dipenuhi

vibrasi pikiran negatif.

Jika pikiran manusia saat bayi diibaratkan lahan kosong, rupanya sejauh ini orang-orang

lebih banyak memilih mengumpulkan sampah, rongsokan serta bangkai-bangkai busuk

untuk diserakkan di lahan tubuh dan pikirannya. Padahal setiap orang tentunya akan

berharap di lahan kosong itu kelak terbangun sebuah rumah yang besar, bersih, indah,

damai, nyaman dan membahagiakan.

Sayangnya, tanpa disadari kita sendirilah yang tidak mengerti bagaimana cara memenuhi

86

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 87/117

semua harapan tadi. Kita justru lebih banyak mengumpulkan bahan-bahan yang nyatanya

tidak selaras atau tidak diperlukan untuk bisa menciptakan harapan tadi. Ketika harapan

tidak terpenuhi, jadilah kita menyalahkan orang lain, menggugat nasib atau bahkan takdir

dan Tuhan.

Tiga bocah diatas sesungguhnya menjadi cermin bahasa Jiwa yang bertutur pada kita. Jika

kita serius ingin membangun sesuatu yang dapat membahagiakan Jiwa kita selama

menjalani kehidupan ini, kemurnian Jiwa itu sendiri telah menuturkan caranya lewat bibir,

mata dan telinga tiga bocah. Seperti bocah yang lebih suka melihat, mendengar atau

membicarakan apa yang mereka sukai dan menutup mata, bibir dan telinga untuk apa yang

tidak mereka sukai, begitulah kita hanya perlu menghindar dari apa yang tidak ingin kita

lihat, dengar atau bicarakan.

Dengan cara tadi kita akan lebih fokus untuk hanya mempelajari hal-hal baik yang ingin kita

kumpulkan menjadi bahan bagi kebaikan di dalam diri. Kita pernah menjadi bocah dan

mungkin inilah saatnya kita kembali dalam kemurnian kita sebagai bocah yang selektif

memilih hanya kebaikan, demi membangun kebaikan kita sendiri.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Kanvas Putih KanvasPelangi

Jika langit yang hanya bercahaya biru akan terlihat cerah, maka langit berhias pelangi akan

terlihat indah. Tak ada warna pencapaian yang salah bagi langit di puncak pemahaman dan

kesadaran.

(W. Mustika)

Andai kita kembali dalam kemurnian Jiwa anak-anak yang menghindari semua hal-hal yang

tidak mereka sukai atau inginkan, tidakkah itu justru membuat kita gagal mencapai

penerimaan atas segala dualitas kehidupan? Jika kita hanya menyukai hal-hal positif dan

membenci hal-hal negatif, bukankah itu tanda-tanda bahwa kita sulit mencapai kesadaran

87

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 88/117

semesta tanpa batas? Sejumlah pertanyaan ini mengalirkan inspirasi tentang cerahnya

cahaya putih matahari dan indahnya warna-warni pelangi.

Tidak pernah ada yang lebih rendah atau pun lebih tinggi dalam titik-titik pencapaian

kesadaran. Setiap titik pencapaian selalu menghadirkan bentuk pemahaman yang kian

sempurna. Sebab pencapaian kesadaran itu sendiri sesungguhnya serupa bulatan bulan

purnama; sebuah siklus sempurna. Bila kemurnian Jiwa anak-anak dicapai dengan

menghindari segala hal-hal yang tidak mereka butuhkan untuk mencapai kebahagiaan,

maka kemurnian Jiwa yang lebih matang pada orang dewasa diraih dengan mencapai

penerimaan sempurna atas segala dualitas kehidupan.

Sebuah kanvas baru akan terlihat sebagai kanvas yang murni dan layak dibeli jika masih

putih bersih. Dalam keadaan ini kehadiran setitik warna pun akan membuatnya menjadi

kanvas ternoda. Namun tatkala seorang pelukis membiarkan berbagai warna-warni berpadu

menjadi lukisan di atasnya, maka ia berubah menjadi sebuah lukisan kanvas yang indah,

bukan kanvas penuh noda. Jadi, kanvas putih tampak murni dan kanvas terlukis tampak

indah dipandang.

Dalam pemahaman serupa ini, kemurnian Jiwa bisa diraih setidaknya dengan dua cara;

menghindari setiap hal yang dapat menodainya, atau menerima segala warna dualitas

kehidupan untuk menjadikannya lukisan keindahan. Kemurnian bukan saja tercipta dari

warna putih bersih tanpa warna-warni lain. Sebab, seluruh warna-warni pelangi ketika

digabung juga akan menghasilkan warna putih. Inilah alasan warna putih dijadikan simbol

kemurnian. Dia tidak saja berarti sebuah warna tanpa warna, ia juga merupakan warna yang

tercipta dari gabungan seluruh warna yang ada.

Dengan demikian, kita bisa menjadi murni tatkala sebersih warna putih atau berwarna-warni

seindah pelangi. Seperti langit yang tampak cerah saat sinar putih matahari memberi biru

pada kekosongannya, atau ia berubah indah saat seluruh warna-warni pelangi

menghiasinya. Masalahnya sekarang, sejauh mana kemampuan spiritual kita saat ini. Jika

dalam pembelajaran spiritual ini kita belum mampu menerima segala warna-warni untuk kita

ramu menjadi lukisan keindahan, setidaknya kita bisa menghindarinya agar tetap terlihat

putih bersih seperti kemurnian Jiwa anak-anak.

Kemurnian Jiwa sekali lagi adalah proses yang menyerupai siklus, akan kembali ke

tempatnya semula. Dari putih bersih lalu berbias menjadi warna-warni pelangi, lalu kembali

menjadi putih bersih setelah seluruh warna diterima dan diolah menjadi satu kesatuan

warna. Inilah dualitas kemurnian Jiwa yang juga layak kita pahami sebagai titik-titik

pencapaian kesadaran yang mesti terlewati selama proses pematangan Jiwa. Pencapaian

sempurna tercapai saat kita telah mengalami kedua bentuk kemurnian Jiwa tadi. Kemurnian

Jiwa anak-anak dan dewasa.

Saat kanak-kanak kita secara alami dengan mudah mengalami kemurnian Jiwa dengan

menghindari hal-hal yang dapat menodai pikiran dan batin. Namun begitu, saat bertumbuh

dewasa ini kita perlu belajar menerima warna-warni dualitas kehidupan. Manakalakesadaran kita telah menerima semua warna sifat di kehidupan ini menjadi bagian dari

88

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 89/117

warna putih kemurnian Jiwa kita, disitulah kita mencapai pencerahan sempurna.

Sayangnya, tidak semua kita telah beruntung terlahir sebagai roh matang dalam tubuh

manusia. Tidak semua dari kita dengan mudah memadukan warna-warni kehidupan menjadi

lukisan indah pelangi untuk kita nikmati. Sebagian orang masih harus belajar untuk hanya

memikirkan hal-hal baik, jika hal-hal buruk membuat hidup menderita. Hanya ketika

seseorang mulai berhasil membebaskan diri dari penilaian dan bisa menerima segala hal

apa adanya tanpa penilaian baik-buruk, disitulah persepsinya akan mulai mampu melukis

kehidupan dengan segala dualitas yang ada. Tatkala telah berhasil melukisnya menjadi

indah, itulah saat dia mulai bisa menerima kehidupan ini sebagai suatu keindahan sempurna

apa adanya.

Untuk melewati seluruh proses pemurnian tadi, kita bisa memulainya dengan memahami

pada titik mana kita sedang berada saat ini. Jika masih gemar memilih satu sisi warna putih

yang tidak ternoda oleh warna lain, maka kita boleh memilih hanya hal-hal yang kita sukai

dalam kehidupan ini. Jika kita mulai belajar menciptakan warna putih dari warna-warni

pelangi, saatnya kini kita belajar menerima dan memadukan segala warna dengan penilaian

yang sama; semua berguna dan sudah sempurna apa adanya.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Basah Peluh MandiHujan

Sealami tubuh yang menyikapi suasana dengan bijak agar suhunya tetap stabil, selayaknya

pikiran juga dibiarkan agar bertumbuh alami dalam menyikapi setiap perubahan suasana

dalam kehidupan.

(W. Mustika)

Setiap keindahan pelangi tercipta dari cahaya (bukan dari panasnya) matahari yang

menerpa gerimis yang turun dari kesejukan (bukan dari kegelapan) mendung. Begitulah

pelangi kehidupan dapat terlihat indah saat dipahami dengan cahaya kesadaran (bukan

dengan panasnya) hati yang ditemani oleh kesejukan (bukan oleh kegelapan) pikiran.

89

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 90/117

Saat pesan alam tadi dikirim lewat facebook kepada seorang sahabat di Jepang, dibalasnya

dengan sebuah pesan yang tak kalah mendalam; “Lalu, apa yang salah bila memilih

bermandi keringat saat bekerja di bawah panas terik matahari yang menyengat sepanjang

hari atau menari riang di bawah hujan yang mengguyur bumi?” Sungguh sebuah kalimat

indah yang menyimpan tutur alam bagi Jiwa dalam perjalanan hidupnya mengarungi

dualitas.

Matahari adalah pencipta kemarau dan juga musim penghujan. Pada musim kemarau ia

menguapkan air di bumi dan memanaskan udara bumi dengan radiasinya. Manusia, sebagai

mahluk hidup berdarah panas akan mengeluarkan keringat untuk mengatasi teriknya cahaya

matahari agar tubuhnya tidak terbakar. Tubuh kita bisa menyejukkan dirinya sendiri saat

musim kemarau menyengat. Dan saat musim hujan tiba menebar hawa dingin, tubuh

berupaya menjaga kehangatan dirinya bahkan dengan cara menggigil. Kedua reaksi alami

ini melengkapi kesempurnan tubuh agar kehidupan kita sebagai manusia tetap bisa

berlangsung optimal dalam segala cuaca yang masih bisa diatasi.

Dalam bahasa makna yang lain, keringat yang membasahi tubuh saat kemarau membakar

atau musim hujan membasahi kita dari langit, seperti sederet pesan. Bahwa tidak saja kita

layak bergembira dan menari dalam guyuran berkahNya saat kehidupan datang memberi

kesejukan bagaikan musim hujan, bahkan saat panasnya kehidupan datang membawa

penderitaan pun kita layak menyejukkan diri dengan air keikhlasan dari dalam.

Tubuh yang berkeringat saat musim panas dan menggigil di musim dingin adalah fakta

kecerdasan alami diri kita menghadapi segala perubahan alam. Tubuh selalu berupaya

mempertahankan kestabilan suhunya agar tetap bisa digunakan dengan baik. Reaksinya ini

seperti sedang mengingatkan pikiran kita agar dengan kecerdasannya selalu berusaha

menyikapi segala perubahan yang terjadi di jalan kehidupan. Sayangnya, kebanyakan orang

selama ini lebih mudah mengeluh saat mengalami penderitaan namun lupa bersyukur saat

mengalami kebahagiaan. Keadaan “suhu” pikiran kita selalu mudah berubah oleh perubahan

situasi. Mudah marah, mudah sedih, mudah suka mudah membenci.

Ketidakstabilan pikiran kita saat menyikapi suatu perubahan situasi kehidupan rupanya

terjadi karena pikiran kita tidak lagi bekerja secara alami sebagaimana halnya tubuh.

Semakin banyak input negatif memenuhi memori pikiran, semakin sulit baginya menemukan

jalan keluar yang positif bagi permasalahan hidup yang dihadapi. Maka muncullah

penyesalan atas nasib dan takdir, putus asa, pengalihan kesalahan kepada orang lain atau

situasi luar, atau bahkan upaya mengakhiri kehidupan. Pikiran kian tak berdaya mengatasi

masalah yang mungkin awalnya sepele.

Pikiran negatif akan memunculkan perasaan diri yang tidak mampu, terdominasi, kehilangan

kuasa, bernasib buruk dan sederet konsep pikiran kontraproduktif lainnya. Tentu saja

dengan demikian kita tidak akan mampu membangun jalan keluar bagi masalah yang

sedang dihadapi. Pikiran negatif mencegah kita menggali potensi luar biasa yang terpendam

alami dalam diri.

90

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 91/117

Sesungguhnya semua potensi diri telah ditanamkan di batin bawah sadar setiap manusia.

Sayangnya kemudian kehidupan lebih banyak mengajak kita meredam tumbuhnya potensi

diri ini dengan lebih banyak menyuburkan lahirnya ide-ide atau konsep negatif tentang diri

sendiri. Bandingkan dengan tubuh kita yang dibiarkan berkembang alami tanpa keterlibatan

pikiran. Ia pun mampu menjalankan potensi penyembuhannya dengan optimal.

Dengan konsep alamiah ini, rupanya kita hanya perlu membiarkan benih-benih alami pikiran

positif kita untuk tumbuh subur. Tidak perlu menekannya terlalu kuat dengan ketakutan,

kecemasan, ide-ide negatif dan ketidakikhlasan terhadap perubahan hidup. Pikiran sadar, di

bawah tuntunan kecerdasan bawah sadar, akan diarahkan pada solusi yang tepat dalam

mengatasi segala permasalahan. Inilah rahasia keikhlasan pikiran dan hati untuk menerima

tuntunan nurani. Membangkitkan ide-ide pikiran sadar yang negatif atau pun mendatangkan

hal serupa dari luar, hanya akan menutup rapat-rapat pintu yang menguakkan cahaya

kesadaran nurani dari dalam. Akibatnya, pikiran sadar tetap berada pada sisi “kegelapan”

hingga tak satu pun solusi terlihat olehnya. Kita butuh keikhlasan sebagai kunci untuk

membuka pintu nurani demi terpancarnya cahaya penuntun hidup dari dalam.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Di Puncak Tangis dan

Tawa

DI puncak tangis dan tawa yang sama-sama mengeluarkan airmata, Jiwa sedang berpesan;

jangan tenggelam pada kesedihan atau melekat pada kebahagiaan.

(W. Mustika)

Kesedihan dan kebahagian adalah bagian dari dualitas rasa yang dialami setiap manusia

sepanjang perjalanan Jiwa di kehidupan duniawinya. Sebagai bagian dari dualitas alamiah,

tentu saja kedua rasa berbeda itu memiliki manfaat yang perlu dipahami kedalamannya.

Tidak saja ia berguna bagi pertumbuhan emosional, keduanya juga mematangkan Jiwa

91

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 92/117

dalam penerimaan atas dualitas diri sejatinya.

Tidak semua kesedihan akan menimbulkan tangis dan tidak semua tangis akan meneteskan

air mata. Dalam ruang rasa yang berbeda, tidak semua kebahagiaan akan menghadirkan

tawa dan tidak semua tawa mengeluarkan air mata. Namun di puncak tawa dan tangis,

selalu ada air mata yang mengalir dari sudut-sudut mata, menyisakan pesan makna yang

menarik untuk dikupas. Bagaimana dua rasa emosi yang tentu saja berbeda namun

kenyataannya bisa meneteskan air mata yang sama?

Bila sepakat bahwa mata adalah jendela Jiwa, darimana kita bisa belajar memahami

kehendak Jiwa yang ada di dalam diri, maka air mata yang menetes setidaknya layak

diterima sebagai bagian dari kehendak Jiwa untuk membersihkan ‘jendela’nya. Bukankah air

mata secara alami adalah cara tubuh membersihkan bola mata dan lensanya? Debu, asap

atau kotoran lain memang selalu merangsang bola mata memproduksi lebih banyak air mata

untuk menghanyutkan kotoran itu. Namun kenapa pula mata mesti dibersihkan saat

mengalami kesedihan atau kegembiraan? Apakah kedua emosi ini telah “mengotori” Jiwa?

Bila kesedihan dan kebahagiaan adalah dualitas rasa alami yang harus dipahami oleh Jiwa

dalam kehidupan ini, lalu untuk apa Jiwa menciptakan air mata saat kedua rasa ini hadir?

Rupanya, mengalami dan merasakan sesuatu untuk bisa memahaminya tidaklah berarti

bahwa kita harus melekat terhadap setiap rasa itu. Seperti petani yang mengalami dan

merasakan lumpur saat bercocok tanam, tidaklah berarti ia harus membiarkan lumpur itu

melekat selamanya pada dirinya. Mesti ada saat dimana ia mengalaminya lalu

membersihkan lumpur itu dari tubuhnya.

Setiap Jiwa layak mengalami kesedihan agar bisa memahami kesedihan serupa yang

dialami orang lain. Pengalaman rasa itu akan menumbuhkan empati dalam pikirannya

tatkala melihat orang lain mengalami hal yang sama. Pun demikian dalam kebahagiaan.

Dengan merasakan sendiri suatu kebahagiaan, seseorang mestinya mudah untuk ikut

merasakan kegembiran serta kebahagiaan orang lain. Bukan sebaliknya, justru merasa

gembira atas kesedihan orang lain atau iri atas kebahagiaan seseorang.

Namun demikian, sebagai mahluk cahaya yang bebas dari kemelekatan, rupanya kemurnian

Jiwa senantiasa mengingatkan pikirannya agar tidak melekat pada apa pun rasa yang

pernah dia alami dalam kehidupan. Melekat pada kesedihan membuat pikiran tenggelam

dalam penderitaan hingga enggan ‘mengendarai’ tubuh untuk mengantar Jiwa ke tujuannya.

Sebaliknya, kemelekatan pada kebahagiaan akan membuat pikiran terjerumus dalam ruang

dan waktu yang menggembirakan, hingga lupa melanjutkan perjalanan Jiwa ke tujuan utama

kehidupannya.

Tangis saat mengalami kesedihan memang sebuah jalan keluar agar emosi itu tidak

tersimpan di bawah sadar dan menjadi bibit yang kelak bisa menimbulkan penyakit bagi

tubuh dan pikiran. Jika kesedihan adalah ‘kotoran’ emosional yang menyentuh Jiwa dan

layak dilepaskan keluar, tentu ia akan dikeluarkan lewat mata, ‘jendela’nya Jiwa. Begitu pun

bila kegembiraan dapat menjadi ‘kotoran’ emosi yang melekatkan Jiwa pada kebahagiaan

duniawi, ia layak pula dihanyutkan keluar bersama air mata.

92

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 93/117

Gelapnya kesedihan memang dapat menutupi cahaya Jiwa pada mata hingga pikiran tidak

lagi mampu melihat kehidupan dengan terang. Kebahagiaan juga serupa, saat ia hadir

memberi terang bagi kehidupan, kadang cahayanya malah ‘membutakan’ pikiran hingga tak

melihat sisi lain dibalik kebahagiaan yang dialami. Mungkin Jiwa dengan kemurniannya

mampu melihat risiko kegelapan maupun benderang yang bisa disebabkan oleh kesedihan

maupun kebahagiaan ini. Maka layaklah Jiwa membersihkan mata dari sisa rasa yang bisa

saja mengotori ‘jendela’nya hingga memudarkan pancaran cahayanya dari dalam.

Dalam bingkai pesan makna seperti ini, rupanya kesedihan dan kebahagiaan wajar dialami

oleh pikiran sebagai bagian dari ekspresi dan pelepasan dualitas emosional. Namun air

mata yang menetes di puncak tangis dan tawa seperti mengingatkan pikiran, bahwa kedua

rasa itu pun mesti dibersihkan dari Jiwa. Terpuruk oleh kesedihan atau melekat pada

kebahagiaan duniawi bukanlah tujuan Jiwa dalam kehidupannya. Jiwa memang

membutuhkan pengalaman rasa, namun kita mesti tetap menjaga kemurnian cahayanya

dengan selalu bebas dari segala kemelekatan.

Bahasa Bumi | Bag. 2 Spiritualitas Kehidupan Manusia : Bahasa Tubuh Menua

Bila kematian adalah jalan pulang kembali ke rumah Tuhan, adakah Jiwa telah

membebaskan dirinya dari kemelekatan pikiran bumi? Atau bahasa terakhir Jiwa lewat

tubuh yang menua pun tersirat sia-sia?

(W. Mustika)

Seorang lelaki tua duduk termangu di depan kamar sunyinya. Menatap cerah pagi seolah

sedang menjamu sore yang samar karena matanya yang telah rabun. Ia masih belum

menoleh saat dipanggil meski dengan suara terkeras. Gendang telinganya telah kaku, takmampu lagi menghantar getar suara di udara ke tulang-tulang audio dalam telinganya. Saat

93

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 94/117

memanggil, kata-katanya pun tak lagi jelas. Tersamar oleh geligi yang kini hanya berupa

gusi tipis membungkus rahang rapuhnya. Ia duduk bungkuk seperti meringkuk dalam

penjara tubuhnya yang melemah. Ia lelaki yang telah mengabdi pada kehidupan selama

sembilan puluh tahun, dan kini menunggu saat-saat semesta memanggilnya pulang.

Jika beruntung masih menghirup napas seusianya, kita mungkin tak jauh berbeda dari lelaki

tua itu. Duduk meniti hari-hari sembari melakukan perjalanan dengan pikiran yang tak lagi

kencang dan liar. Mata kita mulai rabun dan telinga sama pekak. Hidung tak lagi mengerti

bau harum Casablanca atau bau pesing aroma tubuhnya sendiri. Tangan dan kaki melemah

oleh jaringan otot yang menipis termakan usia. Dengan rambut tersisa sedikit, itu pun putih

pucat sepucat keriput di wajah kita.

Kita tentu saja hanya mampu menyuapi usus dengan bubur dingin bertabur sedikit serpihan

daging ayam yang lunak. Meski lambung sudah mohon maaf pada mulut lewat habisnya gigi

geligi sebagai pertanda ia kini hanya ingin kelembutan, enam tusuk sate masih nekat

dipaksakan masuk demi memenuhi sisa selera yang masih menggoda.

Tetapi begitulah pikiran. Kerap ia lebih cepat merasa tumbuh dewasa saat tubuh masih

kanak-kanak atau remaja, namun selalu merasa tetap muda saat tubuh mulai ringkih ditelan

usia. Tubuh selalu tertinggal dalam segala hal saat berusaha mengikuti hasrat pikiran yang

selalu enerjik. Dan Jiwa, sebagai ‘bos’ di dalam diri hanya dipandang layaknya penumpang

angkutan kota yang penurut. Mungkin beginilah kebanyakan hari-hari di kehidupan dunia ini

terlewati oleh sebagian besar orang. Bukan sia-sia, namun mungkin hanya belum sampai

pada tujuan Jiwa di kehidupan itu sendiri.

Tubuh kita yang menua seperti menyimpan sejumlah pesan dari Jiwa kepada pikiran yang

masih saja liar dengan imajinasinya. Saat itulah Jiwa, sang penumpang sejati yang

sesungguhnya menjadi pemilik tubuh dan kehidupan ini seperti ingin bertutur untuk terakhir

kali kepada pikiran, sang sopir yang kadang bergerak semaunya. Bila bagian yang berikut

ini kita baca dengan pikiran, inilah saatnya pikiran merenungkan bahasa-bahasa terakhir

dari Jiwa kepada kita. Sederet bahasa pengantar kepergian Jiwa dari tubuh menua.

Tubuh adalah kitab suci tertua yang ditulis oleh Tuhan sendiri. Dan lewat tubuh yang menua,

ia sedang membacakan pesan dirinya bagi kita. Dengan mata yang mulai rabun dan sukar

melihat orang dalam jarak yang lebih jauh dari lima meter, ia seakan sedang mengajak kita

untuk lebih banyak melihat orang terdekat yakni diri kita sendiri. Mengajak kita merenung

tentang perjalanan Jiwa sendiri sejauh usia yang masih kita miliki saat ini. Adakah sikap dan

perilaku sepanjang hidup telah selaras dengan tujuan kelahiran dan berhasil mengantar kita

pada tujuan Jiwa. Atau kita bahkan tak mengerti satu pun dari semua ini.

Telinga yang mulai pekak seolah mengajak kita untuk lebih banyak ‘meditasi’ dan fokus

mendengar suara-suara dari dalam keheningan batin; suara nurani. Menyimak setiap detak

jantung dan aliran suara napas yang masih terdengar di dalam dada, lalu mengalunkan kata

syukur atas kehidupan ini dalam sisa-sisa waktu yang ada. Sebuah kata yang mungkin

cukup lama kita abaikan karena terjebak oleh hiruk pikuk perjalanan hidup.

94

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 95/117

Hidung yang mulai kehilangan kepekaannya hingga kita bahkan tak sadar lagi pada bau

pesing dan kotoran yang mewarnai celana, seperti sedang mengajak kita belajar menerima

dualitas baik-buruk diri kita apa adanya. Melepas seluruh rasa penyesalan atas kekhilafan

dengan kata maaf pada Sang Pemilik kehidupan. Juga melepas segala harapan duniawi

yang dulu pernah terbangun dalam ide-ide pikiran. Ikhlas mengantar Jiwa yang akan

bersiap-siap untuk pulang.

Geligi yang telah habis meninggalkan singgasananya, lidah yang mulai kelu serta napas dan

langit-langit yang tak lagi mampu membentuk kata-kata, seperti mengingatkan kita untuk

hanya mengucapkan kata-kata seperlunya. Berhenti menyakiti orang lain dan diri sendiri

dengan kata-kata yang tak penting. Hanya mengalunkan doa-doa lembut dari batin yang

pasrah menunggu saat kepulangan kepada Tuhan.

Tubuh membungkuk pun seperti memaksa kita untuk merunduk pada kehidupan,

merendahkan hati pada alam seberapa pun angkuhnya kita dahulu kepada kehidupan.

Karena sebentar lagi sisa-sisa tubuh akan kembali kepada sumbernya di bumi. Lalu tangan

dan kaki yang lemah menyisakan sedikit energi bagi kita untuk sekedar belajar duduk diam,

menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

Tak lupa, mulut yang tak lagi mampu memberi kenikmatan rasa dan aneka jenis makanan

kepada usus yang juga menua, ikut mengingatkan agar di saat-saat terakhir ini apa yang

layak kita serap sebagai makanan tubuh dan pikiran mestinya hanya rasa yang

lembut-lembut.

Lain dari itu, tubuh yang menua menjadi kian kurus dan ringan karena otot-otot telah

mengalami atropi atau mengecil akibat jarang digunakan. Seakan menegaskan lagi kepada

kita agar belajar ikhlas meninggalkan segala material duniawi yang selama ini telah setia

menemani perjalanan Jiwa. Tidak saja karena semua itu mustahil dibawa serta ke alam

kematian, juga karena kita tidak memerlukannya lagi di alam sana yang penuh dengan

kebahagiaan sorgawi. Kecuali kemelekatan pada dunia telah membawa kita pada neraka

yang kita buat sendiri akibat kemelekatan duniawi itu.

Dengan semua pesan bahasa tubuh menua itu, kita bisa belajar untuk kembali menjadi

semurni bayi yang akan segera ‘lahir’ ke dimensi dunia yang lain. Bisa pulang ke ‘rumah’

dengan ikhlas, tanpa keterikatan akan penyesalan atau pengharapan pada bumi yang akan

ditinggal. Jika bahasa tubuh menua adalah pesan-pesan terakhir dari Jiwa sebelum

meninggalkan kehidupan dunia, masihkah layak untuk diabaikan?

BAGIAN DUA

95

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 96/117

~:: Spiritualitas Kehidupan Manusia ::~

-selesai-

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Siput dan Ayam Jago

Selalu ada bagian diri yang membuat seseorang berbeda dari orang lain dan membuatnya

menjadi pribadi unik. Adakah yang lebih baik daripada menjadi diri sendiri seutuhnya?

(W. Mustika)

Suatu saat di sebuah tempat, dua ekor ayam jago telah dipasangi taji (semacam pisau kecil

dan tajam) pada kakinya oleh penjudi sabungan ayam. Ayam berbulu merah tampak lebih

besar dan gagah, sedangkan ayam putih berpostur sedikit lebih kecil namun termasuk jenis

ayam yang ganas dalam sabungan. Dan benar saja, setelah semua pengunjung memasangtaruhan, kedua ayam jago langsung berlaga sengit begitu dilepas.

96

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 97/117

Tentu saja pertarungan berlangsung lama hingga tak juga ada yang tumbang meski darah

mulai mengucur dari sejumlah luka-luka kecil di tubuh kedua ayam itu. Entah karena kalah

tenaga atau nyalinya mulai menciut, ayam putih berlari menghindari serbuan si jago merah.

Petaruh yang tak puas tentu saja mengejar kemana pun si putih bersembunyi lalu melepas

kembali ayam merah di dekatnya hingga ia terpaksa bertarung lagi. Pertarungan tak

seimbang itu baru terhenti saat si putih yang kelelahan berhasil ditumbangkan oleh si

merah, yang akhirnya juga menyusul ke alam baka akibat kehabisan darah dan tenaga.

Tak jauh dari situ, sekelompok bocah sedang marah-marah pada siput-siput yang mereka

adu. Dengan mimik serius meniru gaya orang dewasa bertaruh, mereka melepas siput-siput

jagoan mereka untuk berlomba lari. Tentu saja siput tak mematuhi aba-aba. Mereka hanya

melata pelan-pelan dibawah tatapan jengkel petaruhnya. Apalagi saat mereka dipaksa

bertempur dengan sesamanya seperti ayam aduan, mereka tetap saja siput yang lamban

dan penyabar.

Ini cerita yang mungkin mudah kita analogikan dalam kehidupan manusia, dimana dengan

mudah pula kita temukan peran-peran serupa. Ada beberapa jenis orang yang begitu saja

mau diadu oleh orang yang berkuasa atas diri mereka. Entah karena dikuasai dengan uang,

dengan cinta, atau dengan tahta. Tanpa sadar telah menjadi ayam jago bagi para

‘penguasa’ ini, mereka rela mengorbankan dirinya bagi sang ‘majikan’. Bahkan dalam

pemahaman yang lebih dalam, mereka rela menghentikan perjalanan Jiwanya hanya demi

memuaskan kebutuhan pikiran seseorang yang telah berkuasa atas diri mereka.

Sebaliknya, ada sejumlah orang yang tetap tegar menjadi diri mereka sendiri apa adanya.Meski diiming-imingi segala kemewahan, segala kepuasan hidup, namun mereka tetap

mengikuti kata hatinya sendiri. Seperti halnya siput yang tidak peduli dirinya dinilai lamban,

malas atau pengecut, mereka memilih untuk mengikuti perjalanan Jiwa mereka sendiri.

Namun dengan kesabaran yang mereka miliki, seekor siput bahkan mampu mendaki

dahan-dahan pohon hingga sampai di puncak tertinggi, melampaui keberanian ayam jago

yang memiliki sayap.

Kedua peran dalam cerita tadi sama-sama memiliki keberanian. Ada ayam jago yang berani

berkelahi demi memberi kebanggaan dan kepuasan orang lain, ada siput yang berani

bertahan menjadi diri sendiri demi kepuasan atas perannya sendiri. Dan pribadi sepertimereka adalah dua pilihan sikap yang juga ada dalam kehidupan ini untuk kita pilih. Menjadi

pribadi yang gemar mengikuti setiap kehendak orang lain atau menjadi pribadi sebagaimana

yang kita kehendaki sendiri.

Sesungguhnya siput dan ayam jago memang bukanlah mahluk yang salah karena mereka

sendiri telah menjadi diri mereka apa adanya. Ayam jago memang gemar berkelahi dengan

sesamanya untuk memperebutkan lahan atau pasangan pada musim kimpoi. Sebaliknya

siput memang hewan penyabar dan selalu melangkah pasti meski hanya melata sedikit

demi sedikit. Mereka memang tidak menjadikan diri mereka contoh untuk ditiru oleh

manusia. Namun ketika dalam kehidupan ini kita seperti mencontoh mereka, maka menjaditugas dari kecerdasan kita untuk memilih apa yang layak dicontoh diantara sifat-sifat

97

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 98/117

mereka.

Namun jika menjadi manusia apa adanya adalah pilihan kita, sudah selayaknya kita

memahami seperti apa sejatinya manusia yang apa adanya. Dari kata manasya (manas =

pikiran), maka adanya manusia adalah mahluk yang bisa berpikir untuk mencapai segala

kebaikan dalam kehidupan yang dijalaninya. Manakala kehidupan kita tidak mengalami

kebaikan dan justru mengalami keburukan, itu seperti tanda-tanda bahwa kita belum bisa

menggunakan pikiran dan hati dengan sebaik-baiknya.

Dengan memahami diri sebagai mahluk yang dapat bertahan hidup dengan baik lewat

penggunaan pikiran dan hati, sudah selayaknya kita menjadi manusia apa adanya, yakni

manusia yang bisa berpikir baik demi kebaikan kita sendiri. Kita mungkin tidak perlu seperti

ayam jago yang dikendalikan oleh isi pikiran orang, yang baik bagi mereka namun

merugikan bagi kita. Kita layak meniru siput, yang melangkah sesuai kemampuan dan isi

pikiran sendiri. Namun sungguhlah, kita lebih layak menjadi diri sendiri, mahluk cahaya

dengan pikiran secerdas alam semesta.

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam :

Aquarium dan Samudera

Kenapa mesti puas memandang aquarium jika menyelam ke dalam samudera akan lebih

memberi keindahan.

(W. Mustika)

Di setiap rumah dimana ada aquarium terpajang, entah isinya ikan air tawar atau ikan laut,

pemandangan indah yang dikemas oleh sang pemilik selalu saja mudah menghanyutkan

perasaan. Bagi mereka yang benar-benar penghobi, segala pembicaraan menyangkut

98

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 99/117

aquarium bisa saja menjadi pendamping keseharian sejak sarapan pagi. Ikan-ikan kecil atau

besar yang menari-nari di dalamnya serta interior aquarium yang berhasil dibuat begitu

alami menyerupai lautan atau danau memang dapat menghilangkan kepenatan rasa. Maka

kehadiran aquarium dalam ruangan ataua kamar tidur memang menghadirkan ketenangan

Jiwa.

Namun bayangkan apa yang mungkin akan terjadi ketika sejumlah pemilik aquarium

berdebat untuk saling membanggakan aquarium masing-masing. Saling berusaha

menunjukkan bahwa interior yang mereka ciptakan lebih indah dari aquarium orang lain.

Atau bahwa koleksi ikan-ikan yang ada dalam aquarium mereka lebih banyak dan lebih

indah dari milik siapa pun. Dari cerita seperti ini, mudah dianggap bahwa mereka yang

berdebat tadi tak lebih dari anak-anak kecil yang bersaudara kandung tapi masing-masing

dibuatkan aquarium yang berbeda oleh ayahnya.

Saat ayah yang bijak kemudian mengajak anak-anak yang berselisih itu menyelam ke dasar

samudera, mungkin disana baru mereka mengerti. Bahwa ternyata keindahan yang ada

dalam aquarium sesungguhnya belumlah apa-apa dibanding apa yang tersimpan dalam

samudera itu sendiri. Keindahan sejati alam laut yang layak dinikmati bersama.

Dalam analogi yang sama di kehidupan sosial kita, agama terlihat sangat mirip dengan

aquarium. Disana ada keindahan rahasia alam semesta yang diungkap melalui

ajaran-ajaran filsafat dan agama. Sesungguhnya, keindahan ajaran agama dapat memberi

hati kita ketenangan setelah menghadapi penatnya kehidupan. Agama dapat membuat kita

dapat ‘berbicara’ pada samudera keindahan yang jarang kita selami di kehidupan ini.

Sayangnya, kebanyakan kaum beragama kemudian malah terjebak untuk berdebat tentang

agama masing-masing dan saling mengklaim diri sebagai pemeluk agama terindah. Kita

gemar berdebat tentang ‘aquarium’ alam semesta yang sesungguhnya sama-sama indah

dalam bentuknya sendiri. Lihatlah betapa sebagian besar kaum beragama justru gemar

berselisih tentang isi agama yang sesungguhnya diciptakan untuk membuat kita menjadi

lebih damai dan bisa belajar menghindari perselisihan. Lebih dari sekedar berselisih,

pertempuran bahkan tercipta dari kegelapan pikiran yang tidak memahami hakekat

kehadiran agama bagi kehidupan. Bagi mereka yang tidak percaya pada agama, tentu saja

perilaku itu seolah menjadi pembenar baginya bahwa agama lebih banyak sebagai

penyebab manusia menjauh dari kesejatiannya yang damai. Padahal tidak demikian

adanya.

Hanya ketika seorang ayah atau penyelam kehidupan yang lebih bijak datang untuk

mengajak kita menyelam ke samudera dalam diri, disanalah kita akan mengerti bahwa

seluruh rahasia keindahan semesta sudah ada dalam diri kita sendiri. Tanpa perlu

perdebatan lagi kita akan menyadari hakekat kehadiran agama sebagai duplikat keindahan

semesta yang sengaja dihadirkan oleh alam agar bisa lebih dekat dalam kehidupan kita

sehari-hari.

Sejumlah penghobi aquarium yang sudah dewasa gemar bertukar pengalaman atau

bertukar isi aquarium untuk memahami keindahan lain yang tidak ada di rumah mereka.

99

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 100/117

Atau setidaknya mereka bisa sekedar saling menikmati dan menghargai keindahan

aquarium yang ada di rumah sahabat atau penghobi lainnya, meski tidak harus memiliki

aquarium yang sama. Begitulah penganut agama yang telah dewasa dan matang dalam

pemahaman agama, mereka lebih gemar saling menghormati keindahan agama orang lain.

Sebab mereka telah bertemu samudera keindahan sejati dalam diri.

Andai pun di awal aquarium kita terlihat seolah lebih indah dari milik orang lain, jika kita mau

mengamatinya lebih rajin mungkin suatu ketika kita akan merasa ‘bosan’ juga. Wajar jika

kemudian kita ingin melihat keindahan di aquarium lain. Pun demikian saat seseorang mau

serius mengamati agamanya sendiri secara mendalam, suatu ketika mereka akan tertarik

untuk sekedar mengamati keindahan dalam agama orang lain. Dan pada saatnya nanti,

mereka akan memilih menyelam ke dalam samudera diri untuk menyaksikan keindahan

semesta yang sesungguhnya.

Siapa saja yang telah berusaha memuaskan dirinya dengan memandang ‘aquarium’ agama,

suatu ketika akan mengerti pentingnya sesekali menyelam ke samudera dalam diri untuk

menemukan keindahan sejati. Dan mereka yang pernah menyelam ke dalam diri, akan

mudah memahami segala isi kehidupan sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dari sinilah

lahirnya sikap empati, cinta kasih dan rasa penuh hormat pada segala ciptaan alam

semesta. Inilah perilaku mereka yang telah mencapai kesadaran sejatinya. Jadi, kenapa kita

tidak menyelam saja ke dalam diri?

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Misteri

Semut dan Laba - Laba

Sesungguhnya keajaiban Tuhan selalu ada dimana-mana sepanjang hari dalam kehidupan

kita. Semua itu hadir untuk menegaskan bahwa Tuhan selalu ada sepanjang hari dalam

dunia kita.

(W. Mustika)

100

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 101/117

Dalam banyak hal kita lebih suka mencari keajaiban Tuhan dalam berbagai kegaiban mistis.

Terutama pada peristiwa parapsikologis yang mudah membuat akal logika terdesak pada

batas kemampuan analisanya. Dengan kebiasaan seperti ini, keajaiban kreasi cipta Tuhan

menjadi sesuatu yang langka dalam pandangan kita. Akibatnya pula, Tuhan seakan berada

sangat jauh dari dunia kita dan hanya datang sesekali sekedar untuk menunjukkan

keajaiban dan kemahakuasaanNya pada kehidupan manusia.

Namun coba perhatikan semut-semut kecil, yang bekerja siang dan malam mengumpulkan

bahan makanan tanpa henti. Bagi mereka bumi seakan-akan hanya memiliki satu musim

yakni musim kerja. Saat ribuan semut keluar masuk beriringan lewat satu lubang kecil

menuju goa bawah tanah rumah mereka, adakah yang melihat keajaiban terjadi disana?

Kesabaran dan kedisplinan mereka mengalahkan apa yang mampu diperbuat manusia. Tak

pernah ada semut mati terinjak-injak selama ribuan koloni semut itu pulang pergi ke

rumahnya lewat lubang sempit. Sementara pada kehidupan manusia, dalam situasi yang

serupa nyaris sering kita dengar berita adanya anak-anak, ibu-ibu atau orang tua yang mati

terjepit atau terinjak-injak.

Perhatikan pula bagaimana semut yang sebelum tidak terlihat satu pun, dalam beberapa

menit sudah mulai berbaris menuju larutan gula atau makanan yang bahkan diletakkan

sangat jauh dari jangkauan mereka. Siapakah yang telah membimbing mereka? Apakah

para semut memiliki volume otak yang sangat besar untuk menganalisa situasi?

Bandingkan dengan manusia yang memiliki otak memenuhi tempurung kepala. Kita bahkan

tidak mengetahui ada tidaknya makanan di atas meja makan sehingga lebih memilih

marah-marah pada pembantu sepulang dari kerja. Entah sistem apa yang dimiliki para

semut hingga mereka memiliki kemampuan navigasi sehebat itu. Mereka bahkan bisa

mengangkut benda yang beberapa kali ukuran tubuhnya tanpa perlu ikut senam kebugaran.

Mereka menggali goa untuk membuat rumah dengan arsitektur bertingkat yang luar biasa.

Tentu saja semut tidak memiliki sekolah dalam kelompok mereka. Lalu dimana mereka

belajar membangun rumah sehebat itu? Di tubuh bagian manakah kemampuan arsitektur itu

tersimpan sebagai ingatan turun temurun?

Semua pertanyaan di atas justru membawa kita pada sesuatu yang telah menciptakannya di

alam ini. Pada suatu kecerdasan yang telah berkreasi sehebat itu. Dan kita tidak

menemukan pilihan lain selain menyatakan bahwa kreator itu adalah sesuatu yang kita

sebut Tuhan. Syukurlah kita telah punya sesuatu yang bisa diduga menjadi penciptanya.

Bagi mereka yang tidak yakin pada keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta,

entah dimana mereka akan menemukan sumber keajaiban kecil di semesta raya ini.

Serupa hebatnya dengan apa yang dilakukan laba-laba. Mahluk kecil berkaki delapan yang

suka gelantungan pada tali super kecil yang keluar dari perutnya. Siapakah yang sejak awal

meyakinkan mereka bahwa mereka akan aman bergelantungan dengan seutas tali yang

sangat kecil dibanding ukuran tubuhnya. Lebih dari itu, di bagian mana pula kemampuan

leluhur mereka dalam membangun jaring-jaring telah diteruskan secara turun temurun?

Dengan cara apa mereka mengajari generasi berikutnya?

101

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 102/117

Perhatikan bagaimana mereka memilih mana dahan pertama yang bisa dipakai sebagai titik

awal untuk membuat suatu jejaring. Di posisi mana mereka harus melekatkan tali yang satu

dengan lainnya, atau dengan ukuran berapa tiap celah-celah jaring harus dibuat. Betapa

menakjubkan mereka menciptakan rumah sekaligus perangkap mangsa. Terlihat sangat

rumit namun tidak demikian bagi mereka. Adakah yang sudah melihat hal ini sebagai salah

satu keajaiban semesta yang mudah kita perhatikan sehari-hari?

Jika bagi seekor semut dan laba-laba sekecil itu ada jejak-jejak keajaiban Tuhan Sang

Pencipta, lalu keajaiban apakah yang di-instal dalam diri kita? Sungguh, keajaiban dan

rahasianya telah kita gunakan sehari-hari, namun tidak pernah kita sadari bagaimana

menggunakannya dengan baik. Jejak keajaiban Tuhan dalam diri kita adalah pikiran dan

hati. Kecerdasan pikiran sadar, keajaiban pikiran bawah sadar serta kekuatan keikhlasan

hati sangat jarang kita gunakan dengan benar sesuai rahasianya. Padahal kunci rahasia

penggunaannya sebenarnya sangat mudah. Kita cukup menginginkan dengan benar apa

yang kita harapkan disertai dengan keikhlasan hati.

Sayangnya. Seringkali dalam kehidupan dimana kita sangat menginginkan kebaikan,

kebahagiaan, kedamaian dan hal-hal positif lainnya, kita justru mengumpulkan hal-hal

negatif lewat pikiran, kata-kata dan perilaku keseharian. Kita memang memilih harapan yang

baik namun enggan mengumpulkan bahan-bahan yang tepat sesuai harapan. Akibatnya,

hidup yang kita jalani menjadi sangat rumit dan sulit seakan keajaiban Tuhan sangat jauh

dari kehidupan kita. Padahal, sumber keajaiban itu sendiri ada bersama kita; pikiran dan

hati. Adakah yang telah melihat rahasia dirinya?

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Tikus - Tikus Dalam Diri

Tanpa kita sadari, tubuh dan pikiran kita sedang digerogoti dari dalam oleh ‘tikus-tikus’

hingga kita menjadi pribadi yang rapuh dan mudah hancur di tengah-tengah perjalanan Jiwa

menuju kesadaran semestaNya.

(W. Mustika)

Diantara banyaknya jenis hewan pengerat yang ada di alam, mungkin tikus adalah jenis

102

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 103/117

yang paling meresahkan kita. Terutama bagi mereka yang pernah dibikin masalah oleh

kenakalan hewan ini. Kabel-kabel rumah yang terkelupas hingga menimbulkan korsleting.

Makanan di dapur diobrak-abriknya, atau atap rumah kian rapuh karena kayunya mereka

gerogoti sedikit demi sedikit. Belum lagi risiko penularan penyakit Pes karena gigitannya

atau demam Leptospirosis yang menular lewat air seninya.

Sulit menemukan sisi manfaat dari kehadiran tikus di rumah kita.. Maka tidak salah bila

begitu banyak upaya yang akan dilakukan demi mengusir koloni mereka dari dalam rumah.

Dari perangkap yang menjepit, memenjara, hingga lem yang melekatkan mereka pada

jebakan. Bahkan kini tersedia berbagai jenis racun yang mematikan bagi mereka, karena

kucing-kucing rumah saat ini seperti tidak doyan lagi memakan daging tikus.

Begitulah kehadiran tikus dalam kehidupan manusia sejak jaman dahulu. Mereka tidak

pernah mudah menjadi hewan yang akan diterima dengan ikhlas, kecuali saat mereka akan

dipakai sebagai hewan percobaan. Untuk peran yang satu ini, tikus memang telah banyak

membantu para ahli menemukan obat yang layak dan aman digunakan bagi spesies

manusia. Maklum, tikus dan manusia sama-sama keluarga mamalia, sehingga ada

kedekatan dalam tipe sel-sel dan jaringan mereka. Bagi manusia mungkin inilah manfaat

terbaik yang bisa diberikan para tikus dengan kehadirannya di bumi, tapi bukan saat

membuat rusuh di rumah kita.

Sayangnya, tidak saja mereka ada di dalam rumah dan menimbulkan keresahan, ternyata

mereka juga ada di dalam diri sejak kecil hingga mengantar kita pada kematian. Koloni

‘tikus-tikus’ ini begitu bervariasi dalam tubuh dan pikiran. Ada yang memang menetap

secara alami, ada juga yang tanpa sadar telah kita ijinkan masuk lewat pintu pikiran sadar.

Sebagian dari mereka menetap di ruang terbawah yakni di alam pikiran bawah sadar kita

untuk merapuhkan diri kita dari dalam sedikit demi sedikit.

Usia adalah ‘tikus’ dalam diri yang paling bandel. Ia menggerogoti seluruh sel dan jaringan

tubuh sejak lahir hingga di ujung kehidupan. Ia membuat kita menjadi kian menua dalam

tubuh dan makin pelupa dalam pikiran. Sayangnya, ia belum tentu berpengaruh pada Jiwa

dengan ikut membuatnya makin dewasa dan matang. Maka mudah dijumpai orang tua yang

kian pikun namun Jiwanya belum matang dalam kesadaran.

‘Tikus-tikus’ lain juga menggerogoti kita dari dalam terutama yang tanpa disadari masuk

lewat pikiran sadar dan bersembunyi di ruang pikiran bawah sadar. Ia merapuhkan begitu

banyak kemurnian dan kekuatan Jiwa yang kita bawa semenjak lahir. Ketakutan dan

kecemasan adalah ‘tikus’ mental yang menggerogoti keberanian kita menghadapi masa

depan kehidupan.

Kemarahan adalah ‘tikus’ yang telah merapuhkan kesabaran dan kelembutan kita sebagai

Jiwa. Ada juga kesedihan sebagai ‘tikus’ penggerogot ketegaran dan keikhlasan kita

menghadapi duka lara kehidupan. Dan dendam adalah ‘tikus’ paling berbahaya dalam diri

kita. Sebab ia bersembunyi jauh di bawah sadar dan menggigit sedikit demi sedikit

kebahagiaan kita dari dalam. Ia menjadi sumber bibit penyakit yang kita kenal

sebagai psikosomatik .Iri dan dengki pun tak lupa memperkenalkan diri mereka sebagai ‘tikus’ yang berbahaya di

103

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 104/117

dalam diri. Mereka membuat kita susah meraih kebahagiaan lewat rasa syukur atas apa

yang telah berhasil kita capai. Kedua ‘tikus’ ini justru membuat kita sibuk membenci

kesuksesan orang lain dan lupa meraih kesuksesan kita sendiri. Putus asa apalagi. Mereka

menjadi ‘tikus’ terburuk dalam pikiran kita. Mereka bahkan berhasil mematahkan semangat

hidup hingga membawa korbannya sampai nekat mengakhiri perjalanan Jiwa dan memasuki

pintu kematian dengan sia-sia.

Jika tikus bisa bermanfaat sebagai hewan percobaan yang membantu para ahli menemukan

obat bagi manusia, bisa jadi ‘tikus-tikus’ dalam pikiran bisa memberi manfaat serupa. Kita

bisa menjadikan rasa ketakutan dan kecemasan untuk menguji tingkat keberanian kita

menghadapi hidup. Menguji kesabaran kita lewat hadirnya ‘tikus’ kemarahan. Begitu pula

untuk ‘tikus-tikus’ pikiran lainnya bisa menjadi alat penguji bagi pertumbuhan kebaikan dan

nilai positif dalam diri.

Lebih dari itu, kita bisa menggunakan mereka untuk menguji berbagai ‘obat’ mental berupa

nasehat, jalan keluar, perilaku positif, meditasi dan sejenisnya yang akan kita pakai untuk

menyembuhkan diri. Inilah saatnya mengamati kehadiran ‘tikus-tikus’ itu dalam diri kita

masing-masing. Melihatnya sesekali masuk lewat pikiran sadar atau pun bersembunyi di

pikiran bawah sadar kita. Hanya mereka yang benar-benar mengerti tentang peran positif

‘tikus-tikus’ negatif ini bagi pikiran dan hati, akan bisa menggunakan mereka untuk imunisasi

Jiwa. Dengan cara yang lebih bijak kita dapat bertumbuh menjadi Jiwa yang lebih kokoh,

sehat dan berstamina tinggi dalam menjalani peran kehidupan.

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Kupu - Kupu Sutera

Jika ulat saja bisa mengubah diri menjadi kupu-kupu indah seperti induknya, kenapa kita

tidak bisa bertumbuh menjadi pribadi yang serupa dengan sumber kita, Sang Mahluk

Cahaya yang penuh cinta kasih?

(W. Mustika)

Mendengar kata ulat mungkin segera membuat banyak orang merasa geli. Bahkan ada

104

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 105/117

yang menganggap mereka binatang yang jorok dan menjijikkan. Mungkin karena asosiasi

mereka langsung tertuju pada ulat belatung yang berkerubung pada bangkai. Namun agak

berbeda saat yang diceritakan adalah ulat sutera. Dengan kehalusan benang serta

keindahan kain yang dapat tercipta darinya, ulat sutera menjadi sesuatu yang berharga

untuk dibicarakan di banyak kesempatan.

Namun ulat sutera dan ulat lain tentu tidak saja hadir dalam kehidupan manusia sebagai

produsen yang dapat memberi rasa kemewahan bagi sebagian orang-orang kaya. Pastilah

ada sesuatu yang ingin dituturkan secara dalam oleh alam bagi perjalanan Jiwa. Bukankah

Tuhan kita gemar menitipkan pesan-pesan bagi Jiwa lewat jejak-jejak yang terpahat di

kehidupan nyata? Ulat sutera mungkin sebagian dari jejak yang layak dibaca dengan

keheningan hati.

Tidak seperti kebanyakan hewan bersayap lainnya yang begitu terlahir dari telur akan

langsung bersayap, kupu-kupu tidak demikian. Dari induk kupu-kupu yang begitu indah,

awalnya kupu-kupu muda akan terlahir dari telur. Beberapa hari kemudian mereka menetas

keluar sebagai seekor ulat berbulu. Menggeliat kesana kemari dan tampak menggelikan

bagi mereka yang tidak tahu bahwa mereka adalah ulat sutera. Setelah cukup lama

bertumbuh sebagai ulat yang lahap memakan daun-daun hijau segar, mereka pun

menggulung diri dengan untaian serat-serat selembut sutera yang keluar dari tubuhnya.

Lama mereka bertapa dalam rumah yang menjadikan mereka sebagai kepompong.

Menutup mata dari hijaunya daun-daun yang sebelumnya begitu lahap mereka nikmati.

Kepompong yang kokoh itu juga seketika menghentikan tarian tubuh mereka yang gemar

menggeliat bagai kegelian. Mereka sedang mengasingkan diri dari dunia luar. Seperti

sedang merenung tentang masa lalunya sebagai ulat. Menjadi incaran para pemangsa atau

menjadi sesuatu yang kadang dinilai jorok atau menjijikkan oleh sebagian manusia, tanpa

pernah mereka mengerti alasannya.

Dan tatkala Sang Waktu telah memberi mereka kesempatan, maka dari ulat berbulu yang

geli menjijikkan mereka pun seperti terlahir kembali dari sorga sebagai kupu-kupu dengan

sayap yang dilukis begitu indah oleh alam semesta. Dua sayap tipis dengan ukuran, bentuk,

serta lukisan yang keindahannya begitu simetris, membuat mereka menjelma bagai peri

sorgawi. Tugas mereka pun berubah dari ‘hama’ pelahap dedaunan kini menjadi ‘penghulu’

yang menikahkan putik dan benang sari yang menghiasi mahkota berbagai bunga-bunga

taman alam yang indah. Dari sesuatu yang awalnya menjijikkan, mereka mengekspresikan

diri barunya sebagai keindahan alam yang begitu mempesona.

Metamorfosa kehidupan yang mereka alami dari satu pribadi yang tampak bernilai rendah

hingga mencapai kesejatian diri mereka sebagai kupu-kupu yang begitu indah dan berharga,

seperti sedang bertutur tentang hal serupa yang bisa terjadi pada manusia. Bahwa tidak

peduli seberapa pun hinanya keadaan kita saat ini atau sebelumnya, kelahiran sebagai

manusia adalah potensi untuk bisa mengalami metamorfosa menjadi satu pribadi sejati yang

lebih mengagumkan dan berharga bagi kehidupan.

Kemiskinan, kebodohan, kegelapan masa lalu, sakit dan kesengsaraan adalah sebagian

keadaan yang mungkin menempatkan manusia mirip seperti seekor ulat. Kadang kita

105

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 106/117

dipandang begitu rendah dan tidak berharga bagi dunia. Namun dengan meniru keteguhan

ulat sutera, tidak mustahil kita bisa ‘lahir’ kembali menjadi pribadi yang seindah dan

seberharga kupu-kupu sutera.

Perhatikan sejumlah besar orang suci atau para guru yang begitu mengagumkan hati kita di

dunia ini. Kita memang tidak selalu harus menjadi seperti mereka secara total. Namun

dengan satu keikkhlasan yang sama untuk mengendalikan diri, mengekang sedikit keinginan

dan hasrat yang dulu pernah memberi kenikmatan, kita bisa seperti ulat yang bertapa dalam

kepompong. Dalam ‘kepompong’ perenungan diri itulah setidaknya kita bisa memahami

kesejatian diri kita dalam kehidupan ini. Bertumbuh matang dalam keheningan dengan

melupakan segala kegelapan masa lalu, agar bisa terlahir kembali ke dunia yang lebih

terang.

Dan Sang Waktu pasti akan memberi kesempatan bagi alam semesta untuk menjelmakan

kita menjadi sebuah pribadi baru. Tatkala kesadaran murni telah membuat kita bisa

menerima segala dualitas dunia menjadi sesuatu yang sama-sama indah, maka keindahan

dualitas yang simetris itu akan berkembang menjadi sayap-sayap cinta kasih. Dengan sayap

itulah kita akan terbang bebas tanpa keterikatan untuk menjalankan tugas kesejatian Jiwa

yang baru bagaikan kupu-kupu. Menikahkan keindahan-keindahan lain yang ada di dunia ini

agar mekar menjadi sesuatu yang lebih berharga dan mengharumkan bagi kehidupan.

Apakah kita telah siap memulai diri menjadi kepompong ulat sutera?

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Terima Kasih Lalat

Bahkan suatu keburukan memiliki kebaikan bagi pertumbuhan Jiwa kita, karena ia rela

menjadi contoh yang mesti kita hindari untuk meraih kebaikan itu sendiri.

(W. Mustika)

Mereka yang terbiasa hidup bersih dan sehat akan mengerti bahwa lalat adalah vektor atau

106

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 107/117

serangga penyebar penyakit. Bukan hanya menyebarkan kuman penyebab diare karena

mereka suka hinggap di tempat yang kotor berkuman lalu pindah ke berbagai makanan kita.

Salah satu spesies mereka bernama lalat Tse-Tse dapat menularkan penyakit tidur kepada

manusia. Maka ketika ada kalimat ucapan terima kasih mengalir kepada serangga ini, tentu

mudah dimengerti bilamana muncul perasaan heran dan sedikit ketidakikhlasan dari yang

mendengarnya.

Sesungguhnya lalat telah bekerja alami apa adanya. Mereka menjadi bagian dari pasukan

alam yang bertugas melakukan penguraian terhadap benda-benda mati termasuk pada

makanan. Tak ada yang salah dalam tugasnya sebagai pasukan pembersih yang begitu

cekatan bagi dunia. Hanya saja, ketika karena tugasnya itu mereka telah menyebabkan

tersebarnya penyakit yang membuat manusia menderita, mereka pun mendapat penilaian

sebagai mahluk terjorok di dunia. Itu pun rupanya hanya penilaian dari manusia saja, yang

bahkan sesungguhnya sedang belajar menjadi mahluk spiritual yang sempurna, bebas dari

segala dualitas penilaian.

Memang, dari kebiasaannya yang suka berpindah dari tempat kotor ke makanan yang

bersih tanpa ‘mencuci’ kaki dan tangan, lalat menjadi serangga yang jorok. Belum lagi bila

mereka bertelur dan menetaskan belatung yang menjijikkan di atas daging atau bangkai.

Perilaku reproduksi itu membuat mereka semakin lekat dengan penilaian negatif bagi

manusia, terutama pencinta kebersihan dan kesehatan.

Namun begitu, adakalanya perilaku alamiah yang dikerjakan oleh para lalat sebagai ‘titah’

dari alam semesta ini bisa memunculkan rasa syukur atas kehadiran mereka. Meski dinilai

sebagai serangga jorok, namun justru dengan itu mereka dapat membantu kita. Ini terjadi

ketika suatu hari tersebar bau busuk yang menyengat dalam sebuah rumah. Bau khas yang

menandakan ada bangkai yang tak terkubur disana. Sebagai manusia dengan penciuman

yang tak setajam hewan pelacak, tentu akan sulit bagi kita menemukan lokasi tempat

bangkai itu berada. Lalu apakah yang bisa dijadikan pedoman bila kita sulit menemukan

sumber bau tersebut?

Ya, lalat. Segerombolan lalat yang beterbangan di tempat yang tidak biasanya telah menjadi

petunjuk lokasi sumber bau tersebut dalam rumah; yang ternyata adalah bau bangkai

kucing. Dengan metode sederhana ini, rupanya kehadiran lalat dengan tugas alaminya itu

sebenarnya sangat membantu. Tidak terbayang bila di dunia ini tidak ada lalat, maka

tumpukan bangkai tidak akan terurai kembali menjadi unsur-unsur bumi sebagaimana

asalnya. Terbuktilah bahwa alam semesta dan Tuhan sebagai pencipta segala hal adalah

kumpulan kehidupan yang telah terencana secara sangat sempurna. Semua memiliki

manfaat apa adanya. Segala hal tanpa kecuali, sesungguhnya tercipta dengan manfaatnya

masing-masing. Inilah kehidupan yang begitu sempurna.

Dalam pemahaman serupa, bukankah sudah saatnya kita belajar untuk melampaui segala

dualitas penilaian dan menerima segala hal apa adanya. Mengerti bahwa segala sesuatu

sudah sedemikian adanya adalah sebuah pencapaian kesadaran tentang kesempurnaan

semesta. Dan kita hanya perlu menjadi berguna apa adanya sebagai diri kita sendiri.

107

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 108/117

Tidak ada yang layak dibenci karena mereka ada untuk kebaikan kita sendiri. Orang dengan

sifat dan perilaku yang menurut kita adalah hal buruk, sesungguhnya sangat berguna bagi

kita. Mereka telah ikhlas menjadi contoh yang mungkin tidak layak kita tiru, sebab itu bukan

pribadi kita. Itulah kegunaannya. Kesalahan ada untuk dijadikan contoh yang salah,

kebenaran ada untuk menjadi contoh yang benar. Tanpa ada yang salah, kita tidak mengerti

mana yang benar. Dan jika kebetulan kita berada di sisi kebaikan, kita hanya perlu

bersyukur bahwa bukan kita yang harus bertugas di dunia ini untuk menjadi contoh yang

buruk.

Sayangnya, selama ini kebanyakan kita begitu mudah membenci contoh-contoh buruk yang

ada di lingkungan kita. Kita sibuk membicarakan keburukan orang bukan sekedar untuk

mengerti seperti apa contoh buruk yang layak kita hindari. Sebaliknya, dengan cara itu kita

justru membangun kebencian berlebihan terhadap contoh keburukan. Padahal dengan

hadirnya kebencian dalam hati atas contoh buruk tadi, tanpa sadar kita telah menjadikan diri

kita sendiri sebagai contoh pribadi yang dipenuhi kebencian.

Seekor lalat akhirnya mengajarkan kita bagaimana semestinya bersikap positif pada sesuatu

yang negatif. Jika kita adalah orang positif, tentu kita tidak perlu mengubah diri menjadi

negatif meskipun telah bisa menerima keberadaan hal negatif sebagai bagian dari alam

semesta. Kita menerima hanya untuk bisa bersyukur bahwa kita tidak ditugaskan berada

pada sisi negatif yang mungkin tidak cocok bagi kita. Itu saja. Dengan demikian, kita bisa

menjadi diri sendiri tanpa perlu membenci, menilai berlebihan atau menghakimi sesuatu

yang bukan kita. Sebab, bukankah kebencian justru mengubah kita menjadi sama dengan

apa yang kita benci?

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Serdadu Lebah Madu

Sesungguhnya hal-hal negatif ada di dunia ini untuk menjaga agar kita bisa tetap berada di

jalur positif yang kita pilih dalam menjalani kehidupan.

(W. Mustika)

108

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 109/117

Dari sekian banyak serangga yang telah kita kenal dekat dalam kehidupan manusia, lebah

madu menjadi simbolis kebaikan sempurna. Bukan saja karena kita lebih senang

memikirkan madu yang ia kumpulkan daripada racun yang melumasi sengat di ekornya.

Apalagi saat ini sengat lebah pun ternyata bermanfaat untuk mengobati sejumlah penyakit

lewat teknik akupunturnya. Lengkaplah ia menjadi simbol penyebar kesehatan bagi

manusia. Tempat kerjanya adalah wewangian bunga-bunga, tidak seperti lalat, kecoa dan

tikus. Lebah madu menjadi serangga alam yang cukup beruntung dalam penilaian di mata

manusia.

Lebih dari sekedar bermanfaat bagi dunia kesehatan manusia, perilaku sosial dan

kehidupan mereka juga turut memberi pesan penuh makna bagi kehidupan manusia. Paling

nyata terbaca oleh kita tentulah gotong royong dan kebersamaan diantara mereka. Sejak

pagi mereka terbang menyebarkan diri ke seluruh taman dan hutan demi mengumpulkan

nektar bagi koloninya. Sebuah ketulusan kerja dan bakti kepada lebah ratu, sang pemimpin

koloni.

Mereka juga simbolis dualitas yang diterima secara ikhlas dan hidup berdampingan dengan

damai di dalam diri. Ada madu yang manis membahagiakan di bagian depan tubuh dan ada

racun sengat yang menyakitkan di belakang. Dengan sengat itulah para serdadu lebah

madu menjaga harta kebaikan yang ada pada diri mereka. Seperti bertutur bahwa begitulah

hal-hal yang kita sebut negatif semestinya menjaga kebaikan yang ada dalam diri agar tetap

berada di jalurnya.

Rasa kebersamaan yang ada dalam keluarga besar lebah madu terasa menyindir manakala

dalam keluarga kecil yang kita miliki saja nyatanya rasa kebersamaan itu kadang tidak

mudah tercipta. Setiap lebah madu memang memiliki sengat mematikan pada dirinya

namun mereka tidak pernah saling menyakiti diantara anggota keluarganya. Sementara

dalam kehidupan kita yang dipenuhi pemikiran cerdas ini, pertengkaran, perselisihan,

bahkan perkelahian begitu mudah terjadi. Bagian terkuat dari tubuh dan pikiran justru kerap

kita gunakan untuk menyakiti sesama, bukan untuk menjaga harta kebaikan yang telah kita

peroleh bersama.

Lebah madu juga sebuah simbolis persembahan kerja tanpa pamrih. Mereka mencintai

keluarga tanpa syarat. Ikhlas bekerja demi ketulusan cinta itu sendiri. Berbeda dengan

beberapa keluarga di kehidupan kita, dimana kadang-kadang sebuah cinta justru dibangun

dengan sejumlah syarat tertentu. Ada istri yang hanya mencintai suami jika bisa memberi

nafkah baginya. Ada suami mencintai istri dan anak-anak jika mau menuruti kehendaknya.

Tanpa disadari keluarga manusia lebih sering memilih cinta penuh syarat.

Jika penerimaan ikhlas terhadap dualitas diri adalah sebuah puncak pencapaian kesadaran,

maka kita layak berguru kepada para lebah. Lihatlah betapa mereka dengan bebas

menerima dualitas madu dan racun dalam diri mereka. Mereka juga tidak menilai buruk

terhadap dualitas serupa yang dimiliki lebah lain dalam koloni mereka. Mereka mampu

menggunakan dualitas miliknya dengan sempurna. Bandingkan dengan diri kita yang kerap

membenci bagian negatif yang kita miliki. Kita gemar menerima bagian positif namun

membenci bagian negatif diri kita. Maka jadilah kita sebagai mahluk yang gampang

109

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 110/117

mengeluh atas siklus dualitas.

Kita hanya bersyukur saat mendapat bahagia, lalu mengeluh saat didatangi penderitaan.

Kita bersemangat saat mengalami kesuksesan namun gampang putus asa saat diterpa

kegagalan. Kita membenci bagian yang buruk dari diri kita, karena kita hanya menginginkan

segala hal positif dan kebaikan. Sifat ini tidak tidak terlepas dari konsep kesempurnaan yang

diajarkan pada kita sejak lahir, bahwa kesempurnaan hanya dibentuk oleh kebaikan.

Padahal, sejatinya kesempurnaan itu adalah dualitas alami yang saling menjaga. Ada siang

dan malam, ada sakit dan sembuh, ada panas dan dingin, dan sebagainya. Itulah

kesempurnaan sejati. Seperti tubuh kita sempurna karena memiliki bagian kiri dan kanan

yang saling melengkapi.

Bahwa racun sengat berguna untuk menjaga koloni lebah dari para pencuri madu, begitulah

dualitas yang ada dalam diri kita seharusnya saling menjaga. Tidak saja untuk menjaga

kedamaian dalam diri, juga menjaga kedamaian dengan seluruh orang dalam keluarga kecil,

keluarga besar dan bahkan menjaga sesama kita dalam bingkai kedamaian yang sama.

Kemarahan yang menyakitkan mengingatkan kita pentingnya kesabaran. Ketakutan yang

menyiksa hati menggugah kita agar tetap menjaga keberanian. Penderitaan oleh rasa sakit

menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.

Begitulah sejatinya dualitas dalam kehidupan ini ada dalam kesempurnaan perannya

masing-masing. Segala hal yang kita sebut negatif sesungguhnya adalah bagian diri kita

yang bertugas menjaga hal-hal positif yang kita miliki agar kita tetap ada dijalur kesejatian

Jiwa yang penuh cinta kasih. Begitulah serdadu lebah madu mengajarkan kita bagaimana

menerima dan saling menjaga dualitas diri dalam jalur alami.

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Gugurnya Sang Kecoa

Terkadang dengan membalikkan segala sesuatu kepada diri sendiri, membuat kita lebih

mudah menerima apa pun kenyataan yang awalnya begitu sulit diterima.

110

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 111/117

(W. Mustika)

Serangga kecil yang cukup kuat bertahan hidup adalah kecoa. Ia salah satu hewan yang

lagi-lagi menjadi bagian dari kelompok hewan ‘jorok’ bagi manusia selain lalat dan tikus.

Maka tak heran ia lebih dipilih menjadi musuh oleh manusia alih-alih menjadikannya sebagai

sahabat hidup yang menguntungkan. Seperti tikus dan rayap, mereka juga gemar

menggerogoti buku-buku yang bahkan telah tersimpan rapi dalam lemari. Mereka masuk

lewat celah-celah kecil yang luput dari perhatian.

Keunikan serangga terbang yang lebih banyak tinggal di pojokan lembab dalam kamar atau

rumah ini adalah daya tahannya. Meski banyak pabrik mengklaim telah berhasil

memproduksi obat anti kecoa yang ampuh, sayangnya tidak banyak yang benar-benar

memuaskan. Mereka tidak mudah mati dalam sekali semprot. Dengan cepat mereka bisa

berlari atau terbang menghindar. Namun yang menarik, ketika tubuhnya telah terguling dan

berada dalam posisi tengkurap, disitulah tampak ketidakberdayaan mereka. Kadang mereka

butuh waktu yang begitu lama untuk bisa membalikkan tubuh ke posisi normal untuk bisa lari

bersembunyi dari pemangsa. Jika gagal, akibatnya tentu saja dengan sekali injak mereka

binasa di tangan manusia yang membencinya.

Sebagaimana tikus dan lalat yang tampak jorok dan berperan negatif bagi kehidupan

manusia namun masih menyisakan makna positif untuk kita kita cermati, kecoa pun serupa.

Kedekatan mereka dengan dunia manusia seperti menyimpan suatu pesan alam untuk kita

simak sebagai pelajaran berharga bagi pertumbuhan Jiwa.

Kecoa mungkin teguh atau bahkan terkesan kukuh mempertahankan diri, namun ternyata

mudah menyerah saat tubuhnya berada pada posisi terbalik. Dengan itu ia seperti bertutur

bahwa begitulah ego kita sesungguhnya akan mudah menyerah dari kukuhnya

mempertahankan pembenaran diri, jika posisi kita dibalikkan oleh kebijaksanaan dari dalam.

Kita mungkin betapa jengkel dengan kesalahan orang lain, apalagi saat orang itu mencari

berbagai alasan pembenar atas kesalahan yang diperbuatnya. Namun dengan mudah kita

akan memahaminya saat menyadari bahwa jika kita ada dalam posisinya kita pun pasti

mencari alasan pembenar bagi mekanisme pembelaan ego yang telah kita pilih.

Kebanyakan selama ini dalam pergaulan atau dalam penilaian terhadap sifat, sikap dan

perilaku orang lain, kita lebih banyak lupa atau enggan menempati posisi orang tersebut.

Padahal dalam kenyataan sehari-hari, tanpa disadari kita pun seringkali memilih sikap dan

perilaku yang sama bila berada pada posisinya. Kita membenarkan setiap alasan yang kita

buat namun enggan memahami alasan yang dibuat orang lain, sekalipun itu sama

hakekatnya.

Andai disadari bahwa salah satu tujuan pembelajaran di dunia dalam mencapai kematangan

Jiwa adalah untuk mengalami proses perubahan dari kebiasaan antipati menjadi simpati dan

dari simpati menjadi empati terhadap orang lain, maka kecoa terbalik adalah guru simbolik

yang tepat. Dengan terbiasa menempati posisi terbalik, memposisikan diri pada situasi

orang yang kita nilai, rupanya proses belajar mencapai empati akan lebih mudah. Bahkan

dalam suatu fase pembelajaran yang lebih mendalam, saat empati telah menjadi bagian dari

111

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 112/117

mental keseharian, mungkin kita bisa ‘empati’ pada posisi Tuhan dalam kehidupan semesta

ini.

Kelelawar juga bertutur dalam makna yang serupa. Perhatikan bagaimana ia terbang dalam

kegelapan goa atau kegelapan malam. Hanya dengan mengirimkan sinyal yang akan

memantul kembali pada dirinya, ia menentukan jalan yang tidak akan membahayakan

dirinya. Begitulah dengan mengembalikan segala sesuatu dalam kehidupan ini seolah kita

berada pada posisi tersebut, kita akan mudah memahami dan menghormati setiap jalan

yang dipilih orang lain. Dan dengan rasa empati itulah kita bisa membangun ‘jalan-jalan’

kehidupan yang bisa mengantar Jiwa meraih kesadaran sejatinya sebagai Jiwa Semesta.

Selama masih ditingkat antipati terhadap orang lain, proses pembelajaran untuk memahami

diri sendiri biasanya akan lebih panjang untuk dilalui. Saat antipati terlampaui dan pikiran

mulai mengerti orang lain, kita telah sampai pada tahap simpati . Baru setelah benar-benar

merasakan posisi orang lain, langkah perjalanan hati kita sedang menjejak di tingkat empati .

Sebuah tingkatan hati saat mana jendela pemahaman semesta perlahan sedang terbuka

menyambut datangnya kesadaran kita.

Jika kecoa adalah simbolis antipati, maka dengan membalikkan posisi diri setidaknya bisa

membuat kita menyerah pada kukuhnya ego negatif untuk beralih menjadi sikap simpati.

Jika kelelawar adalah simbolis sikap simpati, maka dengan lebih sering memancarkan pada

orang lain apa yang ingin kita terima dari mereka, kita sedang bertumbuh menuju sikap

empati. Manakala sikap empati telah terkuasai dengan baik sebagai bagian dari pencapaian

kesadaran, maka tibalah saatnya mencoba empati dengan posisi Tuhan di alam semesta.

Itulah titik terang dimana Jiwa kita akan tiba pada pemahaman dirinya sebagai Jiwa

Semesta.

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Ayam Kampung dan

112

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 113/117

Ayam Petelur

Siapa saja telah mengerti rahasia penderitaan duniawi terletak pada kemelekatan, ia akan

membebaskan dirinya dari keterikatan. Mereka akan memiliki tanpa rasa kemelekatan dan

melepaskannya tanpa rasa kehilangan.

(W. Mustika)

Di sebuah kampung suatu siang terdengar seekor ayam betina berkotek riuh mengusir

keheningan hari yang lengang. Ia baru saja turun dari sarangnya di sebuah sudut rumah

gubuk. Saat diamati, ternyata ayam tadi baru saja menambah sebutir lagi jumlah telurnya.

Kotekannya seperti nyanyian kegembiraan yang mengabarkan pada seluruh ayam pejantan

di kampung bahwa ia adalah betina subur yang sukses dengan peran kehidupannya.

Namun tanpa sadar, kabar itu juga tak luput dari pendengaran sekelompok anak-anak nakal

yang bermain di sekitar sana. Maka tanpa panjang waktu, telur tadi segera lenyap dari

sarangnya. Sebagian ditukar di warung menjadi segenggam permen, sebagian direbus

menjadi menu mewah makan siang ala anak-anak kampung. Kini hanya tersisa kotekan lirihsi betina yang sibuk mengorek tumpukan jerami di sarang demi mencari telurnya yang

hilang tanpa bekas. Penyesalan yang tercipta oleh ulahnya sendiri.

Di sisi kampung yang lain, di sebuah peternakan ayam petelur, setiap hari para induk ayam

mengeluarkan satu demi satu telurnya. Namun mereka tidak berkotek riuh tanda suka cita

atas seluruh pencapaian yang menggembirakan itu. Begitu pun saat tangan-tangan para

peternak dengan tenang mengambil telur-telur tadi tepat di hadapan mereka. Mereka tetap

saja tenang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tak ada kegembiraan berlebihan dalam

pencapaian atau pun kesedihan berat saat kehilangan. Sepertinya sedang bertutur tentang

keikhlasan yang sangat tinggi dalam menjalani peran dan risiko dalam kehidupan.

Dalam situasi serupa di kehidupan manusia, mudah ditemui orang-orang yang sangat suka

cita saat mendapat berkah kesuksesan. Dengan ekspresi hati yang kadang berlebihan

mereka berusaha memamerkan apa pun bentuk pencapaian duniawi yang telah diraih.

Tidak saja dalam hal harta, tahta atau cinta, juga dalam hal kepintaran, kesaktian dan

sebagainya. Namun tatkala semua bentuk kepemilikan itu harus lepas dari tangan, seakan

semua ruang dan waktu kehidupan hanya menyisakan kepedihan atas kehilangan.

Kepemilikan dan kemelekatan terhadap apa pun yang pernah diraih di dunia ini, tanpa

siapnya kesadaran bahwa semua itu sesungguhnya tidak kekal, kerap begitu mudahmenjerumuskan kita pada penderitaan. Apalagi bila bentuk kepemilikan itu begitu lama dicari

hingga membutuhkan perjuangan berat namun lenyap secara seketika, penderitaan atas

kehilangan ini pun semakin terasa menyesakkan.

Memilih perilaku ayam kampung dalam menikmati sebuah pencapaian sukses duniawi

memang bukan sebuah kekeliruan. Hanya saja, tanpa kesiapan mental menghadapi situasi

sebaliknya yang datang tak terduga, guncangan batin sangat mudah merombak

kebahagiaan yang dulu pernah terasa. Namun sebagian kecil orang-orang yang berhasil

meniru gaya ayam petelur dalam menikmati kesuksesannya, seringkali memancarkan aura

kebahagiaan yang tak mudah surut oleh perubahan situasi. Mereka bahagia secukupnyadalam pencapaian sekaligus ikhlas saat menghadapi masa kehilangan. Mereka mampu

113

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 114/117

mensyukuri setiap kesuksesan sebagai berkah dari alam semesta. Sekaligus juga mampu

mengikhlaskan kehilangan sebagai bagian dari proses pembebasan Jiwa terhadap

kemelekatan duniawi.

Menariknya, bahkan bila kita adalah pengikut dari perilaku ayam kampung yang bahagia

dengan kesuksesan dan sedih pada kehilangan hal-hal yang membahagiakan itu,

semestinya kita sedih bila mendapat hal-hal negatif dan bisa bahagia bila kehilangan hal-hal

negatif itu. Nyatanya kadang-kadang kita justru dengan mudah merasa bahagia memiliki hal

negatif dan enggan bila kehilangannya. Ada yang merasa begitu puas saat mengalami

kemarahan, kebencian, dendam, iri hati, atau membicarakan keburukan dan kesalahan

orang lain. Namun ketika disarankan untuk menghilangkan semua sikap dan perasaan

negatif tersebut, banyak yang justru berusaha mencari pembenaran atas sikap yang telah

dipilihnya itu.

Tanpa pernah kita sadari, dengan gemar menyusun argumen pembenaran atas sikap

negatif yang kita pilih, sesungguhnya kita sedang menyimpan semua itu ke dalam ruang

pikiran bawah sadar. Kemarahan tersimpan sebagai dendam, ketakutan tersimpan sebagai

kecemasan. Kebiasaan berpkir negatif tentang orang lain terpendam menjadi sikap

pesimistis dan pemalu. Kesedihan terkumpul menjadi benih keputusasaan terhadap dunia.

Demikian pula halnya dengan ego negatif lain yang pernah yang kita pilih lalu mendapat

pembenaran dari analisa pikiran sadar.

Kelak, semua emosi negatif yang terpendam di bawah sadar ini akan menjadi benih-benih

penyakit yang dapat memunculkan berbagai gejala fisik. Kita mengenalnya sebagai gejala

psikosomatik. Sekumpulan gejala fisik yang berpindah-pindah tanpa penyebab yang jelas,

karena ia bersumber dari pendaman emosi negatif di bawah sadar. Dengan inilah kita telah

memilih kualitas kehidupan masa depan, karena hidup kita adalah apa yang kita pilih sendiri.

Bahasa Bumi | Bag. 3 Spiritualitas Kehidupan Alam : Kematian Caplak dan

114

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 115/117

Laron

Dalam setiap kematian, tubuh yang berasal dari bumi akan kembali ke bumi. Dan Jiwa

sendiri kembali kepada sumberNya kecuali kemelekatan pada bumi telah menghalangi

jalanNya untuk kembali pulang ke cahaya.

(W. Mustika )

Siapa yang tidak mengenal caplak, kutu yang gemar melekat dan mengisap darah anjing.

Bagi para penyayang anjing atau pun mereka yang suka dengan rumah yang bersih, ia

adalah kutu yang menjengkelkan. Sebelum kenyang mengisap darah inangnya, mereka

sangat sulit dilepaskan dari kulit tempatnya menempel. Dan ketika sudah kenyang, tak

jarang ia mengotori tangan atau lantai dengan darah dalam perutnya saat tanpa sengaja ia

mati tergencet. Mereka parasit yang tidak saja menjengkelkan anjing, juga meresahkan para

pemilik anjing. Entah untuk apa alam menciptakannya bagi anjing.

Dalam pencarian terhadap manfaat kehadiran caplak di dunia ini, suatu ketika mereka maumembukakan makna keberadaan mereka di bumi. Setidaknya dilihat dari sisi spiritual yang

berguna bagi perjalanan hidup manusia. Suatu saat seekor anjing berbaring kelelahan di

tanah pekarangan yang lembab tak jauh dari lantai beranda rumah seorang sahabat.

Tidak ada yang istimewa dari kejadian ini kecuali saat sekelompok caplak-caplak kecil

keluar dari balik bulu lebat anjing tadi. Mereka bergerak menyebar lalu menuju ke satu

tempat setelah naik dan menyeberangi lantai. Mereka menuju ke tembok rumah. Mereka

memanjatnya sedikit demi sedikit lalu mencari celah yang cukup untuk berdiam disana.

Tentu mereka disana bukan untuk mencari makan, karena nyatanya sumber makanan telah

mereka tinggalkan. Sepertinya mereka hanya mencari tempat yang tinggi dan hangat untukakhirnya bisa mati disana.

Laron juga serupa. Meski tidak terlalu meresahkan seperti halnya caplak, namun menjelang

kematian mereka meninggalkan tempat tidurnya yang dingin di bawah tanah hanya untuk

mencari cahaya dan kehangatan lampu. Dengan sayap-sayapnya yang rapuh mereka

mencoba mendekat ke sumber cahaya dan kehangatan. Kadang mereka disantap cecak,

tokek atau jatuh tenggelam ke dalam baskom air yang disiapkan penghuni rumah yang

merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Laron-laron itu terbang di musim hujan,

meninggalkan dunia asalnya yang gelap hanya untuk bisa mati setelah bersentuhan dengan

sumber cahaya terang dan kehangatan di langit-langit kamar.

Kedua serangga ini mungkin sulit ditemukan peran positifnya bagi kehidupan. Caplak

mengisap darah anjing hingga anjing kesayangan terlihat jorok, menderita penyakit kulit dan

kekurangan darah. Laron adalah rayap perusak kayu yang membuat tiang-tiang bangunan

menjadi lapuk. Keduanya hadir dengan tujuan yang sulit dipahami. Namun bagi kita, mereka

berdua bisa menjadi guru yang bertutur tentang indahnya proses kematian yang mendekati

langit kosong penuh cahaya dan kehangatan cinta kasih.

Menjelang ajalnya, caplak dan laron dengan ikhlas meninggalkan keterikatannya dengan

sumber kebahagiaan duniawi. Sebelum mati, caplak rela meninggalkan inang darimanamereka dikenyangkan oleh rasa darah yang mereka hisap selama hidup. Dan rayap, saat

115

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 116/117

bumi tempat tinggal mereka telah memberikan sayap yang mengubah mereka menjadi

laron-laron yang bisa terbang, mereka ikhlas meninggalkan bumi. Mereka pergi hanya untuk

menemukan sumber cahaya dan kehangatan menjelang kematian yang akan mereka alami

di ujung siklus kehidupannya.

Lalu bagaimana dengan kita? Jiwa yang sejak awal adalah mahluk cahaya dari langit yang

ada dalam tubuh manusia, yang juga dibentuk dari unsur-unsur matahari yang bercahaya,

adakah untuk setiap perjalanan kematian nanti kita benar-benar telah mengarah menuju

cahaya dan kehangatan cinta kasih semesta? Adakah kita telah ikhlas seperti caplak dan

laron untuk meninggalkan kemelekatan pada sumber kebahagiaan duniawi?

Nyatanya kebanyakan kita masih mudah melekat saat menghadapi kematian. Tidak saja kita

melekat dalam kesedihan pada mereka yang telah lebih dulu meninggalkan kita. Saat kita

dijemput pulang oleh kematian, kita sendiri mungkin masih melekat pula pada apa yang

kelak tertinggal di bumi. Dan sebagaimana kita mengerti, kemelekatan itu menjadi bibit-bibit

pikiran yang akan menciptakan neraka di dunia kematian. Hanya keikhlasan untuk melepas

keterikatan pada segala hal keduniawian akan membebaskan Jiwa kita dan membawanya

pada dimensi kebahagiaan abadi.

Meraih cahaya dan kehangatan cinta kasih di alam kematian mungkin masih terasa sulit

untuk kita bayangkan caranya. Namun begitu, setidaknya kita bisa mulai dengan menjumpai

dan meraih cahaya kemurnian dan kehangatan cinta kasih yang ada dalam kesejatian kita

sebagai Jiwa. Kita hanya perlu memancarkan cahaya dan kehangatan itu keluar untuk

memberi bahagia bagi kehidupan bumi sekitar kita saat ini. Biarlah dengan cahaya dan

kehangatan cinta kasih kita, bumi kemudian menumbuhkan sayap-sayap lembut bagi kita

Kelak sayap-sayap cinta itulah yang akan mengantar kita terbang menuju cahaya dan

kehangatan langit semesta di saat kematian tiba.

~: :~akhir dari bagian tiga

~::ஜ:: SAAT SEMESTA BICARA ::ஜ::~

116

7/17/2019 Saatsemestabicara w.mustika

http://slidepdf.com/reader/full/saatsemestabicara-wmustika 117/117

Jangan persembahkan tubuhmu padaKu karena tubuh itu telah keberkahkan padamu.

Jangan pula persembahkan Jiwamu padaKu karena Jiwamu sudah bagian dariKu.

Persembahkan saja pikiran dan hatimu agar Aku bisa menggunakannya demi

kepentinganKu sebagai Jiwa dalam tubuhmu

(W. Mustika)

Aku telah mengalirkan sejumlah pesan tentangKu dan tentang diriMu Nak. Aku juga telah

membukakan banyak pesan-pesan kehidupan bagi pemahaman pikiran dan hatimu. Telah

terpenuhi kerinduanKu untuk bertutur padamu sebagai alam semesta. Aku telah berbicara

kepada dirimu sebagai Jiwa. KecerdasanKu telah pula Kubagi dengan kecerdasan

pikiranmu. Dan material alam semestaKu telah menyelaraskan pengetahuannya dengan

tubuhmu.

Maka setelah usai perjumpaan kita lewat seluruh perbincangan ini AnakKu, jumpailah Aku

dalam dirimu sebagai Jiwa itu sendiri. Bacalah pesan-pesan semesta kecil dari tubuhmu itu

sebagaimana kau membaca pesan-pesan pada semesta rayaKu. Dan kuasailah pula

pikiranmu seperti Aku menguasai kecerdasan semestaKu. Dengan semua yang telah kau

miliki itu, temukanlah kesadaran sejatimu sebagai Jiwa, sebagai diriKu yang penuh cinta

kasih.

Kau tidak perlu mempersembahkan tubuhmu sebagai wujud pengorbanan diri yang tulus

dan ikhlas kepadaKu, karena tubuh itu telah lama Kuberikan bagimu sejak kau memilihnya

dalam kehidupan ini. Tidak pula kau perlu mempersembahkan Jiwamu padaKu karena Jiwa

itu sudah menjadi bagian dari diriKu sepanjang masa semesta. Namun persembahkanlah

keikhlasan hati dan kemurnian pikiranmu padaKu. Agar sebagai Jiwa dalam tubuhmu, Aku

bisa menggunakan keduanya demi kepentinganKu menjaga alam semesta ini dalam

kebaikan sempurnanya.

Pesan terakhirKu Nak, sadarilah diri sejatimu sebagai benih cinta kasih dan kebahagiaan

yang Kulahirkan ke dunia ini untuk menumbuhkan serta menyebarkan cinta kasih dan

k b h i K k d l K i k i i L j k ikhl k b ik l