S2-2016-371973-introduction -...

29
1 Platelet merupakan mediator yang berperan penting pada proses hemostatis (Broos dkk., 2011); trombosis (de Witt dkk., 2014); pertahanan terhadap bakteri patogen (Yeaman, 2010); ateroskelosis (Massberg dkk., 2002); inflamasi (Nording dkk., 2015); imunitas (Elzey dkk., 2011) dan metastase kanker (Lowe dkk., 2012). Peran utama platelet adalah pada proses hemostatis di mana platelet akan beragregasi membentuk suatu sumbat hemostatis saat terjadi luka pada pembuluh darah (Clemetson, 2012). Walaupun mempunyai peran dalam proses hemostatik aktivasi platelet yang tidak terkontrol menyebabkan peningkatan agregasi dan trombogenesis yang menghasilkan trombus oklusif. Trombus pada arteri menyebabkan lesi aterosklerosis dan menyebabkan gangguan kardiovaskuler seperti jantung iskemik dan stroke (Kurabayashi dkk., 2010). Platelet berkontribusi pada proses awal aterosklerosis dan robeknya plak aterosklerosis. Inflamasi kronik pada dinding pembuluh darah yang diinduksi oleh platelet meningkatkan lesi ateroskelotik dan aterotrombosis (Massberg dkk., 2002). Robeknya plak aterosklerosis menciptakan lingkungan protrombik yang mengaktivasi platelet sebagai respon fisiologi untuk proses perbaikan, namun proses perbaikan yang tidak terkontrol menyebabkan pembentukan trombus, penyempitan pembuluh darah dan iskemia (Okafor dan Gorog, 2015). Regulasi platelet dengan antiplatelet merupakan salah satu strategi pendekatan untuk mencegah terjadinya trombus arteri. Antiplatelet yang digunakan

Transcript of S2-2016-371973-introduction -...

Page 1: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

1

Platelet merupakan mediator yang berperan penting pada proses hemostatis

(Broos dkk., 2011); trombosis (de Witt dkk., 2014); pertahanan terhadap bakteri

patogen (Yeaman, 2010); ateroskelosis (Massberg dkk., 2002); inflamasi (Nording

dkk., 2015); imunitas (Elzey dkk., 2011) dan metastase kanker (Lowe dkk., 2012).

Peran utama platelet adalah pada proses hemostatis di mana platelet akan

beragregasi membentuk suatu sumbat hemostatis saat terjadi luka pada pembuluh

darah (Clemetson, 2012). Walaupun mempunyai peran dalam proses hemostatik

aktivasi platelet yang tidak terkontrol menyebabkan peningkatan agregasi dan

trombogenesis yang menghasilkan trombus oklusif. Trombus pada arteri

menyebabkan lesi aterosklerosis dan menyebabkan gangguan kardiovaskuler

seperti jantung iskemik dan stroke (Kurabayashi dkk., 2010).

Platelet berkontribusi pada proses awal aterosklerosis dan robeknya plak

aterosklerosis. Inflamasi kronik pada dinding pembuluh darah yang diinduksi oleh

platelet meningkatkan lesi ateroskelotik dan aterotrombosis (Massberg dkk., 2002).

Robeknya plak aterosklerosis menciptakan lingkungan protrombik yang

mengaktivasi platelet sebagai respon fisiologi untuk proses perbaikan, namun

proses perbaikan yang tidak terkontrol menyebabkan pembentukan trombus,

penyempitan pembuluh darah dan iskemia (Okafor dan Gorog, 2015).

Regulasi platelet dengan antiplatelet merupakan salah satu strategi

pendekatan untuk mencegah terjadinya trombus arteri. Antiplatelet yang digunakan

Page 2: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

2

secara klinik untuk pencegahan trombus antara lain yaitu aspirin yang bekerja

dengan menghambat pembentukan tromboksan, ticlopidin, klopidogrel dan

ticagrelor yang bekerja dengan menghambat reseptor ADP P2Y12; abciximab,

eptifibatide dan firofiban yang bekerja dengan menghambat reseptor GP IIb/IIIa.

Selain itu terdapat golongan penghambat fosfodiesterase seperti cilostazol dan

dipiridamol serta golongan antagonis PAR-1 seperti vorapaxaar dan atopaxar

(Capranzano dan Angiolillo, 2013).

Walaupun beberapa antiplatelet tersebut secara klinik digunakan sebagai

pilihan terapi, namun menimbulkan problem antara lain kegagalan relatif untuk

menghambat agregasi platelet dan atau kegagalan untuk memperpanjang waktu

perdarahan, atau perkembangan kejadian klinis sepanjang terapi (Sambu dkk.,

2013) dan efek samping perdarahan lambung (Casado-Arroyo dkk., 2012) seperti

yang ditunjukkan oleh aspirin. Polimorfisme genetik pada enzim CYP2C19

menyebabkan penurunan respon individu terhadap klopidogrel (Mega dkk., 2009)

yang berdampak pada kegagalan terapi (Louca dkk., 2014).

Penelitian tentang antiplatelet yang berasal dari tanaman terus dilakukan

sebagai salah satu usaha untuk mengurangi resistensi, efek samping dan

polimorfisme genetik dari pemakaian obat-obat sintetis serta pemanfaatannya

sebagai agen prevalensi yang relatif aman. Beberapa tanaman menunjukkan

aktivitas sebagai antiplatelet antara lain bawang putih (Allison dkk., 2012) dan

Ginseng Korea (Jeon dkk., 2015).

Daun sukun secara empiris digunakan sebagai obat tradisional untuk

mengobati berbagai penyakit seperti gangguan hati, hipertensi, dan diabetes (Jagtap

Page 3: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

3

dan Bapat, 2010). Oleh masyarakat di daerah Kendal, Jawa Tengah digunakan

sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015). Kandungan kimia

yang terdapat pada daun sukun antara lain steroid, fenol, tanin, fitosterol, gum, resin

dan terpenoid (Pradhan dan Mohanty, 2014). Daun sukun juga mengandung

flavonoid terprenilasi (Lan dkk., 2013), flavonoid geranilasi (Yu Wang, 2007) dan

flavonoid auron tergeranilasi (Mai dkk., 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mozef dkk. (2011) menunjukkan flavonoid

tergeranilasi yang diisolasi dari ekstrak etil asetat daun sukun mempunyai aktivitas

penghambatan agregasi platelet yang diinduksi epinefrin, adenosin difosfat dan

kolagen. Selain itu isolat flavonoid terprenilasi dari akar tanaman sukun

menunjukkan aktivitas antiplatelet secara in vitro (Weng dkk., 2006). Flavonoid

terprenilasi dan tergeranilasi juga menunjukkan efek lain yang berhubungan dengan

penyakit kardiovaskuler antara lain sebagai antioksidan (Lan dkk., 2013),

antiinflamasi (Paoletti dkk., 2009) dan antiaterosklerosis (Wang dkk., 2006).

Penelitian yang dilakukan Fajaryanti (2015) menunjukkan ekstrak etil asetat

dan ekstrak etanol 96% daun sukun menunjukkan profil kromatogram yang mirip.

Penelitian-penelitian tersebut mendasari dilakukan penelitian uji aktivitas anti

agregasi platelet dan antitrombotik ekstrak etanol daun sukun (EEDS).

Page 4: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

4

1.

1.

2.

3. Apakah pemberian EEDS mampu memberikan proteksi terhadap kematian dan

atau paralisis, menurunkan jumlah dan ukuran trombus pada acute pulmonary

thromboembolism?

4. Berapa persentase kemampuan proteksi EDDS terhadap kematian dan atau

paralisis pada acute pulmonary thromboembolism?

2.

Penelitian yang dilakukan oleh (Weng dkk., 2006) menunjukkan 3 senyawa

flavonoid yaitu dihydroantomunoxanthone, artochamins dan artocommunol CC

yang diisolasi dari akar sukun mempunyai aktivitas anti agregasi platelet. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Mozef dkk. (2011) menunjukkan senyawa 2-

Geranyl- -tetrahydroxydihydrochalcone mempunyai aktivitas anti agregasi

platelet yang diinduksi dengan epinefrin, ADP dan kolagen. Daun sukun diketahui

banyak mengandung senyawa flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi lainnya yang

kemungkinan mempunyai aktivitas sebagai anti agregasi platelet dan antitrombotik.

Sejauh ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti

agregasi platelet dan antitrombotik ekstrak etanol daun sukun.

3.

Daun sukun secara empiris digunakan untuk membantu pengobatan stroke.

Beberapa penelitian menunjukkan isolat flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi

Page 5: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

5

dari daun sukun mempunyai aktivitas antiplatelet. Daun sukun berpotensi untuk

dikembangkan sebagai sediaan obat tradisional atau fitofarmaka sehingga perlu

dilakukan penilaian aktivitas anti agregasi platelet dan antitrombotik dari EEDS.

1.

2.

3. Untuk mengetahui apakah pemberian EEDS mampu memberikan proteksi

terhadap kematian dan atau paralisis, menurunkan jumlah dan ukuran trombus

pada acute pulmonary thromboembolism.

4. Untuk menentukan persentase kemampuan proteksi EDDS terhadap kematian

dan atau paralisis pada acute pulmonary thromboembolism.

Page 6: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

6

A.

Tanaman sukun (Gambar 1) memiliki habitus pohon yang tingginya dapat

mencapai 30 m, namun rata-rata tingginya berkisar 12-15 m. Pohon sukun dapat

tumbuh baik sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis basah dan serta di daerah

yang beriklim lembab tropika. Batang pohon memiliki kayu yang lunak, bertajuk

rimbun dengan percabangan melebar ke arah samping. Kulit batang berwarna hijau

kecokelatan, berserat kasar dan pada semua bagian tanaman memiliki getah encer.

Sukun memiliki daun yang lebar, tebal, kasar dan menjari dan merupakan daun

tunggal, berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal runcing, tepi bertoreh, panjang

50-70 cm, lebar 25-50 cm dan pertulangan daun menyirip. Warna daun di sebelah

atas hijau tua mengkilap, di sebelah bawah berwarna hijau pucat dan kasar dan

berbulu halus. Pangkal daun utuh dan kukuh, panjangnya sekitar 3-5 cm. Tepi daun

bercangap atau melekuk sekitar ¾ daun (Ragone, 1997).

a.

Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS) (2014) tanaman

sukun diklasifikasikan sebagai berkut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Page 7: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

7

Gambar 1. Tanaman sukun

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus J.R. Forst. & G. Forst.

Spesies : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

(Dokumentasi pribadi, 2015)

b.

Seperti spesies Artocarpus lainnya, tanaman sukun memiliki banyak

komponen fenolik, yaitu flavonoid, stilbenoid, dan arilbenzofuran (Jagtap dan

Bapat, 2010). Kandungan senyawa yang terdapat di dalam daun sukun sukun antara

lain steroid, fenol, tanin, fitosterol, gum, resin dan terpenoid (Pradhan dan Mohanty,

2014).

Page 8: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

8

Beberapa senyawa yang terkandung dalam daun sukun merupakan senyawa

flavonoid terprenilasi. Prenilasi merupakan istilah umum dari penambahan rantai

samping isoprenoid hidrofobik pada molekul penerima (isoprenoid lain, misalnya

molekul aromatis, protein). Prenilasi dari produk natural aromatis berperan penting

dalam biosintesis bermacam-macam bahan aktif dalam tanaman maupun hewan.

Banyak terdapat produk bahan alam yang terprenilasi telah menunjukkan aktivitas

antitumor, antikanker, dan anti inflamasi yang baik (Kuzuyama dkk., 2005).

Sebagian besar flavonoid terprenilasi yang berhasil diisolasi berasal dari keluarga

Leguminosae dan Moracea (Botta dkk., 2005).

Penambahan rantai prenil pada flavonoid meningkatkan lipofilitas flavonoid

yang berdampak pada peningkatan afinitas terhadap membran sel sehingga

menghasilkan aktivitas famakologi yang meningkat atau termodifikasi (Chen dkk.,

2014). Terdapat 4 tipe dari rantai samping prenil yang telah teridentifikasi

berdasarkan ukuran karbon yaitu: C5 11 (isopentenyl), C10 (geranyl), C15

(farnesyl), dan C20 (geranyl geranyl) (Kuzuyama dkk., 2005). Subsitusi gugus

prenil pada flavonoid mempunyai pola tertentu. Pada keluaga Moraceae subsitusi

flavonoid aglikon umumnya terdiri dari 5 atau 10 unit karbon .

Flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi berhasil diisolasi dari daun sukun, antara

lain altilisin H, I dan J (Gambar 2) yang mempunyai aktivitas inhibitor tirosinase

(Mai dkk., 2012).

Page 9: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

9

O

O H

H O

O H

O H

(Mai dkk., 2012)

Selain itu fraksi etil asetat daun sukun mengandung 2-Geranyl- -

tetrahydroxydihydrochalcone (Gambar 3) yang mempunyai aktivitas antiplatelet

(Mozef dkk., 2011).

(Mozef dkk., 2011)

Altisilin H Altisilin I

Altisilin J

Gambar 2. Struktur kimia altilisin H, altilisin I dan altisilin J

Gambar 3. 2-Geranyl- -tetrahydroxydihydrochalcone

Page 10: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

10

(Fajriah dkk., 2008)

Fraksi diklorometan juga mengandung flavonoid terprenilasi [1-(2,4-

dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-

benzopyran-5-yl]-1-propanone] (Gambar 4) yang mempunyai aktivitas antioksidan

(Fajriah dkk., 2008).

Wang, dkk. (2006) telah melakukan isolasi senyawa yang mempunyai

aktivitas antisklerosis dari ekstrak etil asetat daun sukun yaitu -sitosterol, 1-(2,4-

dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-benzopy

ran-5-yl-1-propanone, 8-geranyl- -tirhydroxyflavone, 2-geranyl- -

tetrahydroxydihydrochalcone, cyclochampedol, -trihydroxy-7-methoxy-8-

prenylflavone dan -geranyl- ,7-trihydroxyflavone (Gambar 5).

O

O

OH

HO OH

Gambar 4. [1-(2,4- Dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-

methyl-3- pentenyl)-2H-1- benzopyran-5-yl]-1-propanone]

Page 11: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

11

1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl-1-

propanone

8-geranyl- -tirhydroxyflavone 2-geranyl- -

tetrahydroxydihydrochalcone

-sitosterol

cyclochampedol -trihydroxy-7-methoxy-8-prenylflavone

2 -geranyl- ,7-trihydroxyflavone

O H O

O H

O H

Gambar 5. Tujuh senyawa yang mempunyai aktivitas antisklerosis

Page 12: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

12

B.

1.

Platelet dihasilkan dari megakariotik sumsum tulang belakang, sebuah sel

raksasa yang memiliki 8-32 inti hasil dari pembelahan inti tanpa disertai

pembelahan sel. Platelet merupakan komponen korpuskular terkecil pada sirkulasi

darah dengan diameter 2-4 µm. Kontras dengan leukosit dan sel eukariotik lainnya,

platelet tidak memiliki inti sel. Meskipun platelet tidak berinti tetapi masih dapat

melakukan sintesis protein walaupun sangat terbatas, karena di dalam sitoplasma

masih terdapat sejumlah RNA (Gawaz, 2001).

Secara normal, platelet beredar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi

menjadi aktif karena berbagai rangsangan. Rangsangan dapat muncul oleh adanya

perlukaan pada sel endotel ataupun pemberian agonis pada platelet (White dkk.,

1999). Platelet yang tidak teraktivasi berbentuk cakram dengan luas permukaan

rata-rata 8 µm2. Aktivasi platelet oleh agonis seperti ADP dan thrombin

menyebabkan perubahan bentuk menjadi sferis berpseudopoda (echinosperochytes)

dan peningkatan area permukaan rata-rata hingga 13 µm2 (White, 1994).

Struktur anatomi platelet dapat dibagi menjadi 4 zona dengan masing-masing

zona mempunyai fungsi khusus. Keempat zona tersebut adalah zona perifer, zona

sol gel, zona organel dan zona membran. Zona perifer berguna untuk agregasi dan

adhesi. Zona ini mengandung membran sitoplasma yang dilindungi oleh lapisan

tipis yang terdiri dari beberapa glikoprotein, protein dan mukopolisakarida

(Glycocalix) (Gawaz, 2001). Zona sol-gel menunjang struktur dan mekanisme

kontraksi, terdiri dari matriks interior trombosit atau sitoskeleton, termasuk di

Page 13: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

13

Gambar 6. Struktur platelet

dalamnya adalah mikrofilamen aktin, struktur filamen (myosin) dan sirkum

ferensial mengelilingi sel trombosit, mengandung 5-20 bundel (White, 1994). Zona

organel termasuk di dalamnya adalah mitokondria, peroksisom, lisosom dan

granula, yang berperan pengeluaran isi trombosit. Zona sistem membran terdiri dari

Surface-connected Open Canalicular System (SCOCS), dense tubular system

(DTS), dan sistem membran kompleks (Gawaz, 2001).

Zona Organel mengandung -granul dan dense granul yang memiliki peran

dalam aktivasi agregasi platelet. -granul mengandung beberapa protein seperti

fibrinogen, Factor V, vWF, glikoprotein. Dense granul mengandung ADP,

serotonin, serta kalsium (Gambar 6) (Ziedins dkk., 2014).

(de Jong dan Dekker, 2010)

Terdapat 4 reseptor glikoprotein yang penting pada membran platelet, yaitu

Kompleks Gp Ib-V-IX yang berikatan dengan vWF pada kolagen; Gp Ia/IIa

yang berikatan dengan kolagen; GP VI yang berikatan dengan

kolagen dan yang berikatan dengan fibrinogen dan

vWF (White dkk., 1999).

Page 14: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

14

2.

Platelet bergerak lambat sepanjang endotelia dalam pembuluh darah dan

akan membentuk sumbat mekanis berupa bekuan darah yang terbentuk dari agregat

platelet atau yang disebut sebagai trombus sebagai respon hemostatik terhadap

cedera vaskular (Rumbaut dan Thiagarajan, 2010). Pada keadaan patologi,

kerusakan vaskular tanpa transeksi pembuluh darah dapat memicu pembentukan

trombus dan menyebabkan penyumbatan pada vaskuler dan menyebabkan penyakit

kardiovaskular antara lain infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer

lainnya (Weyrich dan Zimmerman, 2013).

Menurut Franchi dan Angiolillo (2015) aktivasi platelet melibatkan tiga

langkah utama yaitu adhesi platelet; aktivasi dan rekruitmen platelet; agregasi

platelet. Adhesi platelet berkaitan dengan peningkatan daya lekat satu platelet

dengan platelet lainnya juga perlekatan antara platelet dengan endotel atau jaringan

yang cedera sehingga menghasilkan sumbat hemostatik primer. Adhesi platelet

terjadi karena interaksi antara reseptor glikoprotein (GP) Ib/V/IX pada permukaan

platelet dengan Von Willebrand Factor (vWF) dan juga interaksi antara GP VI dan

GPIa dengan kolagen pada tempat terjadinya kerusakan. Interaksi antara vWF dan

reseptor GP Ib/V/IX pada permukaan platelet membutuhkan inisiasi perlekatan

platelet dengan lapisan sub endotelia pada keadaan tegangan geser yang tinggi

seperti pada arteri dan stenosis arteri (Ruggeri dkk., 2006). Von Willebrand Factor

pada kondisi normal berada dalam kondisi terlarut sehingga tidak berinteraksi

secara signifikan dengan GPIb/V/IX (Jennings, 2009).

Page 15: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

15

Ikatan GPVI dan GPIa/IIa dengan kolagen merupakan ikatan dengan afinitas

lemah dan tidak dapat untuk memediasi adhesi itu sendiri, namun hal ini dapat

memicu sinyal intraseluler yang mengakibatkan perubahan bentuk platelet serta

menginduksi pelepasan beberapa faktor aktivasi seperti ADP, epinefrin, serotonin,

trombin dan tromboksan A2 yang mempropagasi agregasi melalui pengikatannya

pada reseptor yang khas. Sebagai secondary mediators, ADP dan TXA2 akan

memberikan kontribusinya terhadap aktivasi sel dengan menstimulasi reseptor G

protein (Gq, G12/G13, Gi), yang akan memberikan pesan yang berbeda untuk

menginduksi platelet. ADP akan berperan pada terjadinya perubahan konformasi

yang diperlukan reseptor GP IIb/IIIa-kalsium platelet untuk dapat berikatan dengan

fibrinogen. Fibrinogen secara simultan akan berikatan dengan reseptor GP IIb/IIIa-

kalsium dari 2 platelet yang terpisah dan menyebabkan terjadinya agregasi platelet

(Jennings, 2009). Aktivasi platelet juga dimediasi oleh kolagen yang menginduksi

perubahan platelet dan pelepasan molekul proinflamasi. Agregasi platelet yang

terjadi ditingkatkan oleh trombin (IIA) yang diaktivasi oleh protease (PAR 1 dan

PAR 4) (Coughlin, 2000).

3.

Aktivasi platelet dapat pula terjadi bila suatu agonis seperti epinefrin, ADP,

atau trombin berikatan pada permukaan reseptornya pada platelet. Ikatan tersebut

mengaktivasi platelet dan menstimulasi reaksi kaskade berikutnya hingga terjadi

agregasi platelet. Beberapa agonis menunjukkan efek sinergis dalam mengaktivasi

platelet (Huang dan Detwiler, 1981); (Sturk dkk., 1985). Aktivasi platelet secara

independen dapat terjadi jika agonis-agonis tersebut tersedia pada konsentrasi

Page 16: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

16

tinggi (Hayward dan Moffat, 2012). Tabel 1 menunjukkan beberapa agonis dan

reseptornya.

Tabel 1. Agonis dan Reseptor yang berperan dalam aktivasi platelet

(Badimon dan Vilahur, 2008)

Agonis Reseptor Platelet

ADP P2Y1, P2Y12

ATP P2X1

Kolagen GPIa/IIa, GP IIb/IIIa, GP IV, GP VI Ephrin Reseptor Ephrin

Ga s6 Ax1

Tyro-3 Mer

Adrenalin -2 Platelet Activating Factor Reseptor PAF

Von Willebrand Factor -V-IX), GP IIb/IIIa,

Fibrinogen GP IIIb/IIIa Fibronectin GP Ic/II a, GP II b/III a

Laminin GP Ic/II a

Serotonin 5-HT2 Thrombin PAR-1, PAR-4,

Trombospodin Reseptor Vitronectin, GP IIb/IIIa

Tromboksan A2 TP

Vasopressin V1 Vitronectin Reseptor Vitonectrin

a.

(Woulfe

dkk., 2001)

(Dorsam dan Kunapuli, 2004)

Page 17: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

17

Gambar 7. Aktivasi platelet oleh ADP

(Dorsam dan Kunapuli, 2004)

b.

Aktivasi platelet oleh epinefrin dimediasi oleh interaksinya dengan reseptor

adrenergik . Ikatan epinefrin pada 2AR menyebabkan aktivasi Protein Gi,

akibatnya akan menurunkan aktivitas adenilil siklase yang pada akhirnya akan

menurunkan kadar cAMP. Penurunan kadar cAMP menyebabkan peningkatan

kadar Ca2+ intrasel yang selanjutnya dapat menginduksi perubahan bentuk dan

pelepasan granul platelet yang mengamplifikasi agregasi platelet (Spalding dkk.,

1998). Epinefrin merupakan agonis lemah yang dapat meningkatkan kerja agonis

lainnya (Nilsson dkk., 2002). Spalding dkk., (1998) menunjukkan potensiasi

epinefrin pada aktivasi platelet yang diinduksi trombin.

c. Aktivasi Platelet oleh kolagen

Platelet merupakan agen trombogenik pada subendotelia yang paling kuat.

Platelet berperan pada adhesi platelet melalui ikatannya dengan integrin (Ruggeri

dan Mendolicchio, 2007) dan pada aktivasi platelet melalui ikatannya dengan GPVI

Page 18: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

18

Gambar 8. Aktivasi platelet oleh kolagen

(Santoro dkk., 1991). GPVI merupakan kompleks konstitusif dengan yang

memiliki Immunoreceptor Tyrosine Based Activation Motif (ITAM). ITAM

berfungsi sebagai sub unit signal transduksi. Ikatan Kolagen dengan GPVI

menyebabkan fosforilasi urutan ITAM oleh scr kinase. Fosforilasi ini

kemudian mengaktivasi syk dan selanjutnya mengaktivasi

2) (Rivera dkk., 2009). phosphatidylinositol 4,5-

bisphosphate menjadi inositol 1,4,5-trisphosphate dan 1,2-diacylglycerol. Inositol

1,4,5-trisphosphate akan berikatan dengan molekul spesifik pada retikulum

endoplasmik (RE) yang terkait dengan kanal Ca2+ memicu pelepasan Ca2+ dari RE

ke sitosol sehingga meningkatkan kadar Ca2+ intrasel yang selanjutnya dapat

menginduksi perubahan bentuk dan pelepasan granul platelet yang

mengamplifikasi agregasi platelet (Gambar 8) (Roberts dkk., 2004).

Page 19: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

19

4.

Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai adanya

akumulasi lipid ekstra sel, rekruitmen dan migrasi leukosit, pembentukan sel busa

dan deposit matrik ekstraseluler yang menimbulkan penebalan dan kekakuan arteri.

Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan endapan

dari lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman

tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Aterosklerosis bukan merupakan suatu

proses degeneratif, tetapi merupakan proses inflamasi kronik yang diikuti oleh

suatu proses reparasi di dinding arteri (Libby dkk., 2009).

Platelet berperan pada tahap awal inflamasi yang memicu terjadinya plak dan

juga pada tahap akhir yaitu pecahnya plak aterosklerosis. Platelet berperan pada

awal aterogenesis dengan melepaskan kemokin (Koenen dkk., 2009; Strüßmann

dkk., 2013; Rossaint dkk., 2014). Selain itu Platelet juga berasosiasi dengan oxLDL

yang menghambat regenerasi endotelia dan meningkatkan jumlah foam (Daub dkk.,

2010). Platelet pada keadaan teraktivasi akan melepaskan P-selektin yang dapat

memfasilitasi perkembangan lesi ateroskerotik (Burger dan Wagner, 2003). Platelet

CD40 L juga diketahui memediasi terjadinya trombus dan inflamasi pada

ateroskeloris (Elzey dkk., 2011). Platelet pada plak ateroskeloris tetap aktif pada

waktu yang lama dan membantu produksi agen proinflamasi IL- (Lindemann

dkk., 2001). Selain beberapa peran platelet tersebut, salah satu peran platelet yang

paling penting dalam ateroskeloris adalah rekrutmen leukosit melalu ikatan

langsung reseptor-ligan dengan melepaskan kemokin (Gawaz dkk., 2005).

Page 20: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

20

Platelet juga berperan pada tahap rupturnya plak dengan beberapa

mekanisme antara lain dengan memodulasi angiogenesis yang berperan dalam

stabilitas plak. Platelet juga meningkatkan rekrutmen progenitor sel otot polos

(SMC) melalui signal CRC4-SDF-1 , dimana sel-sel otot polos tersebut berperan

pada stabilitas sel ekstraseluler matriks fibrous cap plak (Nording dkk., 2015).

Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi platelet sehingga

menyebabkan terhambatnya pembentukan plak yang terutama sering ditemukan

pada sistem arteri. Aktivasi platelet diketahui berperan penting pada pembentukan

trombus, dimana aktivasi tersebut dianggap sebagai proses yang melibatkan ikatan

kovalen antara integrin IIb 3 dengan reseptornya pada permukaan platelet

dengan bantuan protein fibrinogen. Penelitian menunjukkan bahwa proses

pembentukan trombus lebih kompleks dari mekanisme yang diketahui sebelumnya.

Aktivasi platelet melibatkan mekanisme yang melibatkan reseptor dan ligan yang

berbeda juga transduksi sinyal yang berbeda (Lazarus dkk., 2003). Proses ini

melibatkan berbagai agonis agregasi platelet, dan protein G (Offermanns, 2006).

Proses ini bertambah kompleks dimana hampir sebagian agonis berikatan lebih dari

satu reseptor (vWF mengikat GPIb dan IIb 3, kolagen mengikat GPVI dan 2 1,

trombin berinteraksi dengan reseptor PAR maupun GPIb dan ADP berikatan

setidaknya dengan dua reseptor ADP di platelet). Selain itu aktivasi platelet juga

secara cepat menginduksi sekresi agonis lain (Tromboksan A2, ADP, 5-HT dan

ATP) sebagai mediator feed back positif yang memperkuat sinyal untuk aktivasi

dan perekrutan platelet menjadi trombus. Berdasarkan sinyal aktivasi platelet

Page 21: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

21

terdapat sekurangnya empat strategi penghambatan fungsi platelet dan target

antiplatelet yaitu a). Penghambatan regenerasi agonis, b). Penghambatan reseptor,

c). Penghambatan protein G dan d). Penghambatan proses kaskade enzimatik.

Beberapa obat antiplatelet yang digunakan secara klinik diketahui memiliki

mekanisme kerja yang berbeda. Aspirin mempunyai mekanisme penghambatan

enzim siklooksigenase, dipiridamol dan cilostazol sebagai penghambatan enzim

fosfodiesterase, tiklopidin, klopidogrel, ticagrelor dan prasurgel sebagai

penghambat P2Y12 dan abciximab, eptifibatid serta tiroban yang menghambat

reseptor IIb/IIIa (Xiang dkk., 2008).

Ticagrelor merupakan antiplatelet yang bekerja dengan menghambat

reseptor P2Y12 secara langsung yang tidak membutuhkan proses metabolisme

seperti klopidogrel (Capodanno dkk., 2010). Penelitian menunjukkan ticagrelor

lebih efektif didalam pencegahan kejadian iskemik pada pasien acute coronary

syndrome tanpa peningkatan resiko perdarahan mayor (Kowalczyk dkk., 2009).

Secara klinik ticagrelor diberikan sebanyak 180 mg sebagai dosis dalam dosis

tunggal dilanjutnya dengan 180 mg dalam 2 dosis sebagai dosis pemeliharaan (Park

dkk., 2016).

5.

Salah satu pemeriksaan untuk menilai aktivitas antiplatelet adalah

menggunakan metode turbidimetri mengikuti model Born dengan menggunakan

light transmission aggregometry (LTA) (Vogel dan Vogel, 2013). LTA sendiri

merupakan gold standart untuk pemeriksaan fungsi trombosit pada klinik (Cattaneo

dkk., 2009). Prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur perubahan transmisi cahaya

Page 22: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

22

Gambar 9. Prinsip kerja aggregometer

yang melewati suspensi platelet yang ditambahkan agonis pada kondisi

pengadukan. Sebelum penambahan agonis, transmisi cahaya melalui platelet rich

plasma (PRP) rendah karena platelet masih tersuspensi homogen dan menyebabkan

skatering cahaya. Penambahan agonis menyebabkan agregasi platelet dan

menyebabkan kenaikan transmisi cahaya yang diteruskan karena berkurangnya

kekeruhan platelet. Sinar yang diteruskan dicatat dan dihitung sebagai ukuran

kepadatan optik dari suspensi platelet dan di konversi menjadi suatu kurva grafik

yang paralel terhadap kenaikan transmisi cahaya selama agregasi platelet

berlangsung (Gambar 9) (White dkk., 1999).

Kalibrasi diperlukan sebelum menggunakan aggregometer untuk

menghitung densitas optik. Prinsip kalibrasi adalah dengan menggunakan platelet

poor plasma (PPP) sebagai standar baku 100% transmitan dan PRP sebagai standar

baku 0% transmitan. Beberapa aggregometer menghasilkan output kalibrasi berupa

superimpose waktu dan grid kalibrasi (Jarvis, 2004).

(White dkk., 1999)

Page 23: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

23

Untuk mengukur persentasi agregasi yang terjadi, jarak antara baseline dan

100% agregasi diukur dan dibandingkan dengan jarak antara baseline dengan

amplitudo maksimum yang terbentuk. Pembagian jarak antara baseline dan 0%

amplitudo maksimum dengan baseline dan 100% merupakan persentasi maksimal

agregasi (Jarvis, 2004).

Pola agregasi yang tercatat merupakan kurva waktu terhadap optical density

(OD), yang dapat memperlihatkan lag phase, shape phase, gelombang pertama dan

kedua dari proses agregasi. Agonis yang berbeda menghasilkan pola agregasi yang

berbeda. Pola agregasi platelet dikenal dengan istilah respon primer platelet yang

timbul akibat penambahan agonis eksogen seperti ADP, diikuti oleh respon

sekunder yang timbul dari pelepasan adenin nukleotida yang terdapat dalam dense

granul platelet. Respon bifasik ini dapat tidak terlihat pada penambahan agonis

konsentrasi tinggi (White dkk., 1999). Agonis kuat seperti kolagen juga

menyebabkan pelepasan isi dense granul secara langsung dengan mengaktivasi

reseptor GP VI dan GP Ia/IIa sehingga juga tidak memperlihatkan kurva bifasik.

Berikut beberapa agonis yang biasa digunakan dalam aggregometri (Tabel 2).

Tabel 2 . Agonis yang digunakan pada studi agregasi platelet

(Hayward dan Moffat, 2012).

Agonis LTA Whole Blood (Impedance)

ADP 0,5-20 µM 5-10 µM

Epinefrin 0,5-10 µM Not recomended

Kolagen (type 1) 11-5 µM/mL- 2 µM 1,5 µM/mL

Asam Arakidonat 0,5-1,6 mM 0,5-10 mM

Tromboksan 1-2 µM Not provided Ristocetin ,6 mg/mL (low dose) 0,25 mg/mL

0,8-1,5 mg/mL (high dose) 1,0 mg/mL

Keterangan :

ADP : Adenosine diphosphate

LTA : Light transmission aggregometer

Page 24: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

24

Menurut Cattaneo, dkk (2013) beberapa hal berpengaruh terhadap

pemeriksaan agregasi platelet yang harus dipertimbangkan selama studi dilakukan

yaitu :

1. Sampel darah diambil setelah subyek diistirahatkan untuk mengurangi efek

induksi pelepasan adrenalin karena exercise.

2. Darah diambil dari subyek yang tidak merokok setidaknya 30 menit sebelum

pengambilan darah.

3. Darah diambil dari subyek yang tidak mengkonsumsi kafein setidaknya 2 jam

sebelum pengambilan darah.

4. Penggunaan obat-obatan yang secara reversible mengurangi fungsi platelet

(NSAID) tidak boleh digunakan setidaknya 3 hari sebelum pengambilan darah.

5. Penggunaan obat-obatan yang secara ireversible mengurangi fungsi platelet

(aspirin dan golongan thienopyridines) tidak boleh digunakan setidaknya 10 hari

sebelum pengambilan darah.

6. Pengambilan darah (venipucture) pada orang dewasa dianjurkan menggunakan

jarum dengan ukuran setidaknya 21 Gauge.

7. Antikoagulan yang sesuai untuk pemeriksaan agregasi trombosit adalah sodium

sitrat (0,109 M, 0,129 M sitrat buffered atau non buffered) dengan rasio

perbandingan 9 bagian darah dengan 1 bagian antikoagulan.

8. Darah ditampung pada tabung plastik atau tabung kaca yang dilapisi silikon.

Tabung kaca yang tidak dilapisi akan menyebabkan aktivasi platelet, dan

akhirnya mempengaruhi hasil.

Page 25: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

25

9. Darah yang diambil dibiarkan pada temperatur kamar selama 15 menit sebelum

disentrifugasi.

10. Jumlah Platelet yang digunakan tidak boleh di bawah 150.000/µL.

11. Suhu Pemeriksaan agregasi platelet dilakukan pada suhu 37o C.

6.

Page 26: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

26

7.

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut. Ekstraksi

dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

Maserasi merupakan metode penyarian yang digunakan secara luas,

umumnya dengan merendam serbuk bagian tanaman atau tanaman utuh dengan

pelarut yang cocok pada suhu ruangan dalam wadah tertutup. Pengadukan secara

konstan dapat menjamin homogenitas dan meningkatkan kecepatan ekstraksi.

Ekstraksi di hentikan setelah terjadi kesetimbangan antara metabolit di dalam

ekstrak dan dalam tanaman. Setelah diekstraksi, maserat dipisahkan dari sisa bahan

tanaman, didekantasi dan dilanjutkan dengan filtrasi. Kerugian metode maserasi

adalah membutuhkan waktu yang lebih lama, menggunakan pelarut yang lebih

Page 27: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

27

banyak dan beberapa metabolit sekunder tidak dapat ditarik secara optimal pada

suhu ruangan (Sarker dkk., 2005).

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive

extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) (Depkes RI, 2000).

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Depkes RI, 2000).

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan

dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati

dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit (Depkes RI, 2000)

Kandungan senyawa yang terdapat di dalam daun sukun sukun antara lain

steroid, fenol, tanin, fitosterol, gum, resin, terpenoid, flavonoid terprenilasi dan

tergeranilasi. Flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi diketahui memiliki aktivitas

Page 28: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

28

anti platelet dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan penyakit

kardiovaskuler seperti antioksidan, antiateroslerotik dan antiinflamasi. Selain

senyawa -sitosterol yang terkandung dalam daun sukun juga menunjukkan

aktivitas sebagai antiateroslerotik. Penelitian yang dilakukan oleh Weng dkk.,

(2006) menunjukkan 3 senyawa flavonoid yaitu dihydroantomunoxanthone,

artochamins dan artocommunol CC yang diisolasi dari akar sukun mempunyai

aktivitas antiplatelet. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Mozef dkk., 2011)

menunjukkan senyawa 2-Geranyl- -tetrahydroxydihydrochalcone yang

diisolasi dari ekstrak etil asetat daun sukun mempunyai aktivitas antiplatelet yang

diinduksi dengan epinefrin, ADP dan kolagen. Penelitian lain juga menunjukkan

bahwa flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi memiliki aktivitas yang berhubungan

dengan penyakit kardiovaskuler seperti antioksidan (Lan dkk., 2013), anti

inflamasi (Paoletti dkk., 2009), antiaterosklerosis (Wang dkk., 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh (Fajaryanti, 2015) menunjukkan ekstrak etil

asetat dan ekstrak etanol 96% daun sukun menunjukkan profil kromatogram yang

mirip. Penelitian-penelitian tersebut mendasari dilakukan penelitian uji aktivitas

anti agregasi platelet dan antitrombotik ekstrak etanol daun sukun.

Page 29: S2-2016-371973-introduction - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/102076/potongan/S2-2016...sebagai terapi tambahan pada penyakit stroke (Fajaryanti, 2015).

29

1.

2.

3. EEDS mampu memberikan proteksi terhadap kematian dan atau paralisis,

menurunkan jumlah dan ukuran trombus pada acute pulmonary

thromboembolism.

4. EDDS memberikan persentase kemampuan proteksi yang besar terhadap

kematian dan atau paralisis pada acute pulmonary thromboembolism.