S P A C E C R A F T -...
-
Upload
nguyendien -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of S P A C E C R A F T -...
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
S P A C E C R A F T
SIGIT KUSMARYANTO
http://[email protected]
I. Latar Belakang
Spacecraft dalam bahasan ini adalah sebuah piranti dimana peralatan-peralatan
komunikasi dapat ditempatkan dan difungsikan pada orbit yang diinginkan. Desain dari
spacecraft itu sendiri sangat kompek antara komponen elektroniknya maupun komponen
fisiknya. Dimana banyak hubungan antara unjuk kerja dari komunikasi yang diinginkan,
penciptaan lingkungan yang sesuai dengan pelaksanaan komunikasi di luar angkasa, dan
bagaimana cara untuk menempatkan satelit itu sendiri di orbit yang diinginkan.
Untuk menguasai teknologi komunikasi satelit, terutama unjuk kerja dari komunikasi
yang akan dijalankan, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang satelit itu sendiri. Biaya
untuk pengadaan piranti komunikasi itu sendiri hanyalah sekitar 20%. Sedangkan sebagian
besar yang lain adalah biaya untuk fisik satelit itu sendiri dan peluncurannya ke orbit yang
diinginkan.
Masalah desain spacecrat tidak dibahas secara mendalam pada makalah ini, namun
lebih pada memberikan apresiasi ruang lingkup dari masalah dan interaksinya satu sama lain
pada perencana sistem. Karena sistem komunikasi satelit membutuhkan biaya hingga ratusan
juta dolar, maka keputusan yang dibuat perencana sistem sangat penting.
Pembahasan termasuk diskusi mendetail tentang jangka waktu dan keandalan satelit,
ditentukan oleh persyaratan pendorong stasiun pemeliharaan dan probabilitas kegagalan tiap
kesempatan. Juga membahas prosedur penentuan kebutuhan daya primer spacecraft dan
massanya pada orbit.
II. Desain Spacecraft
2.1 Metode Stabilisasi
Karakteristik mendasar dari satelit komunikasi terletak pada metode stabilisasinya,
yang tergantung pada faktor berwujud (tangible), seperti tipe orbit dan spesifikasi payload,
Diktat Komunikasi Satelit
1
dan tak berwujud (intangible), seperti filosofi desain dan kompatibilitas dengan satelit yang
ada di dalam sistem.
Metode stabilisasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu pasif dan aktif. Metode
pasif adalah metode yang digunakan pada spacecraft yang mengorbit pada jarak yang rendah
dari permukaan bumi, terdiri dari stabilisasi gradien-gravitasi dan selubung magnetik. Metode
gradien-gravitasi mengeksploitasi perbedaan gaya gravitasi yang terjadi pada elemen satelit
dengan jarak terdekat dan terjauh dari pusat bumi. Gradien menghasilkan hubungan pasangan
yang bertujuan menjaga satelit dengan vertikal lokal. Gradien-gravitasi bertindak sebagai
fungsi jarak dari pusat bumi, sehingga terlalu rendah untuk stabilisasi satelit pada orbit
geostationer. Sedangkan selubung magnetik menggunakan bom berisi magnet yang
berinteraksi dengan medan dipole bumi.
Metode aktif termasuk stabilisasi spin dan stabilisasi 3-axis, merupakan satu-satunya
alternatif untuk satelit geostasioner. Berikut ini contoh dari 2 tipe spacecraft,
Gambar 2.1 Satelit stabilisasi dual-spin Gambar 2.2 Satelit stabilisasi 3-axis
Pada awalnya, satelit stabilisasi spin dengan orientasi sumbu axis tegak lurus pada
bidang orbit. Karena berbentuk cakram menyebabkan orientasi dari axis spin stabil, dan pola
antena yang omni-directional dalam bidang, normal terhadap axis spin. Persyaratan untuk
menjaga satu atau beberapa narrow beams pada bumi harus bertemu pada jenis satelit ini
adalah dengan despinning atau counterrotating antena. Seiring dengan meningkatnya jumlah
beam dan kompleksitas transponder, menjadi kebutuhan untuk keseluruhan platform antena.
Diktat Komunikasi Satelit
2
Konfigurasi ini disebut satelit stabilisasi dual-spin atau gyrostat. Sel solar digunakan untuk
daya menutupi eksterior drum satelit.
Satelit stabilisasi 3-axis atau body-stabilized menjaga orientasinya dengan beberapa
rotasi kecepatan tinggi momentum roda. Orientasi ini umumnya dijaga secara otomatis dengan
servosistem yang menambah atau mengurangi momentum angular dari roda yang berputar.
Bentuk satelit umumnya kotak sederhana, dan sel solar ditempatkan pada panel tersendiri atau
pada sayap.
Stabilisasi dicapai pada kedua tipe satelit dengan menyimpan momentum angular.
Sistem otomatis pada spacecraft harus menjaga stabilitas dan satelit harus digunakan secara
periodik untuk menyimpan kondisi inisial. Fungsi ini dikenal sebagai attitude control dan
merupakan tanggung jawab dari salah satu subsistem satelit.
2.2 Desain Trade-Off
Karena rotasinya, spinner memiliki stabilitas temperatur yang baik. Subsistem
propulsion hanya membutuhkan 2 axial thruster dan dari 2 ke 4 radial thruster untuk attitude
control dan stasiun pemeliharaan dan gaya sentrifugal membantu dalam pengiriman propellan.
Hal ini merupakan sistem mekanis yang sederhana. Walau demikian, sebuah spinner
membutuhkan kontrol nutation aktif untuk menjaga kestabilan.
Gambar 2.3 Spacecraft dry mass terhadap daya primer
Gambar 2-3 menunjukkan massa total spacecraft sebagai fungsi dari daya primer
spacecraft pada setiap jenis stabilisasi. Dapat disimpulkan bahwa di samping persyaratan daya
Diktat Komunikasi Satelit
3
primer tertentu, sistem body-stabilization akan menjadi superior. Titik persilangan merupakan
perpotongan dari 2 garis, dimana tidak bervariasi satu sama lain pada kemiringannya. Lokasi
dari titik persilangan akan menjadi fungsi sensitif dari sel solar, batterai, dan teknologi lain.
Pada akhirnya, spinner dapat dianggap sebagai lebih sederhana, lebih murah, dan
mudah dijaga sehingga lebih cocok untuk komunikasi yang relatif sederhana dan berdaya
rendah.
2.3 Subsistem
Satelit terdiri dari komunikasi dan jaringan pendukung subsistem atau bus. Subsistem
pendukung adalah :
1. struktur
2. daya primer
3. kontrol thermal
4. telemetri, tracking, dan command
5. attitude control
6. propulsion
III. Struktur
Struktur untuk menyatukan spacecraft harus didesain agar tahan terhadap berbagai
beban. Berbagai macam material dan teknik telah digunakan untuk struktur spacecraft.
Beberapa material yang umum digunakan adalah aluminium, magnesium, stainless steel,
invar, titanium, Graphite Reinforced Phenolic (GFRP), fiber-glass epoxy, dan beryllium.
Gambar 3-1 menunjukkan beberapa tipe struktur yang umum digunakan,
Gambar 3 Tipe-tipe struktur
IV. Daya Primer
Terdapat 2 sumber daya primer untuk satelit yaitu nuklir dan solar. Supply nuklir
dapat dibagi menjadi 2 kategori, yang pertama merupakan sistem dimana reaktor nuklir kecil
Diktat Komunikasi Satelit
4
memanasi boiler. Tipe yang kedua adalah sebuah Radioisotope Thermoelectric Generator
(RTG) yang membangkitkan listrik. Kedua tipe ini ditujukan pada penggunaan untuk supply
daya kecil, keuntungannya tidak membutuhkan baterai selama eclipse sedang kerugiannya
adalah membutuhkan perisai yang substansial untuk melindungi elektronik spacecraft dari
kerusakan akibat radiasi.
Meskipun supply daya nuklir dapat digunakan pada saat dibutuhkan, semua
komunikasi satelit komersial dari orbit bumi menggunakan energi solar dengan efisiensi sel
solar yang terus ditingkatkan.
4.1 Perkiraan Kebutuhan Daya Primer
Perkiraan daya total yang digunakan harus mempertimbangkan keanekaragaman tipe
pemancar, daya penerima, daya housekeeping, dan layanan batterai selama eclipse. Gambar 4
adalah blok diagram dari sistem daya solar primer secara umum. Jika ni, Pi, dan ηi adalah
jumlah, daya RF yang ditransmisikan, dan efisiensi, maka daya pemancar total adalah,
Gambar 4 Sistem daya primer satelit dasar
Daya penerima Pr dapat diketahui secara terpisah dan ditambahkan ke Pt atau
diestimasikan sebagai faktor a dari daya pemancar. Sehingga daya transponder total,
PT = Pt + Pr = aPt
Daya housekeeping Ph termasuk daya untuk subsistem telemetri, tracking, dan
command (TT&C), attitude control, pendorong, dan memiliki komponen konstan Ph0 dan
komponen hPT proporsional dengan daya transponder total,
Ph = Ph0 + hPT
Selama eclipse, daya housekeeping juga termasuk daya pemanas eclipse Phe atau,
Ph = Ph0 + Phe + hPT
Diktat Komunikasi Satelit
5
Daya yang harus disediakan oleh baterai selama eclipse,
Pe = eP P e h P P PT h
d
T h he
d
+=
+ + +η η
( ) 0
dimana e adalah faktor eclipse dan ηd adalah efisiensi pengosongan baterai, termasuk
regulator dan rangkaian kondisioner. Energi total batterai adalah,
U = P t
de e
dan kapasitas baterai adalah, CU
V
P t
V dd
e e
d
= =
dimana te adalah periode eclipse maksimum, d adalah kedalaman pengosongan, dan Vd adalah
tegangan pengosongan. Jika baterai diisi selama waktu tc dengan efisiensi ηc, maka daya
pengisian adalah
Pc = dU
t
P t
tc c
e e
c cη η=
Sehingga daya primer total yang harus disediakan oleh array solar adalah,
P = k(PT + Ph + Pc) = k[a(1+h)Pt + Ph0 + Pc]
dimana k adalah faktor margin desain.
4.2 Kebutuhan Array Solar dan Ukuran
Array solar harus diukur untuk menyediakan daya sebagaimana tersebut di atas.
Kerapatan fluks solar G bervariasi sepanjang tahun karena variasi jarak ke matahari dan
variasi declinasi. Hal ini dapat dihitung dari,
G = cosδ
r 2 Φ = FΦ
dimana Φ = 1360 W/m2 adalah fluks radiasi solar tiap unit area pada jarak 1 AU, r adalah
bumi dari matahari, dan δ adalah declinasi matahari.
Daya yang dibangkitkan oleh sebuah sel solar adalah,
Psc = ηsc ηcg GAsc
dimana ηsc adalah efisiensi sel (yang berubah terhadap waktu), ηcg adalah efisiensi cover
glass, G adalah kerapatan fluks solar, dan Asc adalah area sel solar. Ukuran array didesain
untuk kondisi daya solar minimum. Jumlah total dari sel pada array adalah,
N = g
S
P
Pw a scη η
Diktat Komunikasi Satelit
6
dimana ηw adalah efisiensi wiring panel menyeluruh, ηa adalah faktor untuk menghitung
kerugian cosine karena kelakuan spacecraft, g adalah faktor geometrik yang sama dengan
rasio area total terhadap area penyinaran efektif, S adalah faktor bayangan, dan P adalah daya
total yang dibutuhkan (termasuk margin). Oleh karena itu, area array sel solar adalah
A = NA
f
gP
G Sfsc
sc cg w a
=η η η η
dimana f adalah pecahan packing.
V. Subsistem Termal
Temperatur spacecraft dan temperatur dari semua subsistem dijaga pada batas yang
sesuai untuk operasi. Unjuk kerja dan keandalan dalam spacecraft sangat sensitif terhadap
temperatur, beberapa peralatan seperti katub, thruster, bearing, dan mekanisme penyebaran
dapat gagal beroperasi secara lengkap bila temperatur menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
Sebagai sistem tertutup, panas yang ditambahkan (dengan absorpsi dari matahari,
bumi dan pembangkit internal) dan panas yang hilang akibat radiasi harus seimbang. Area dari
radiator Optical Solar Reflector (OSR) ditentukan oleh persamaan keseimbangan panas
sebagai berikut,
solar energy absorbed+heat generated internally = heat radiated
atau αAaG + P = εδσηAeT4
dimana Aa adalah area absorpsi, Ae adalah area emitting, α adalah absorptansi solar, ε adalah
emitansi, η adalah efisiensi radiator, G adalah kerapatan solar tiap unit area, σ adalah
konstanta Stefan-Boltzman, dan T adalah temperatur termodinamik.
Pada satelit stabilisasi spin, radiator merupakan band circumferential yang
ditempatkan di atas drum panel solar. Spinner memiliki keuntungan hanya area proyeksinya
saja yang disorot oleh matahari. Akibatnya Aa = Dh dan Ae = πDh, dimana D adalah diameter
satelit dan h adalah tinggi radiator. Area emitting menjadi 3 kali dari area absorpsi efektif,
sehingga
h = P
D T G( )επση α4 −
Temperatur equilibrium dari sel solar menjadi,
Diktat Komunikasi Satelit
7
T = απεσ
G
1 4/
Keseimbangan termal pada spacecraft dicapai melalui kombinasi dari teknik pasif
sederhana, seperti pilihan material yang tepat, akhir permukaan, insulation, dan konduktor
panas.
VI. Telemetry, Tracking, dan Command
Tiga fungsi yang berhubungan yaitu pemantauan keadaan satelit, posisi satelit, dan
pengiriman perintah-perintah kepada satelit dapat dikelompokkan menjadi satu subsistem
yaitu telemetry, tracking, and command (TT&C), atau mungkin telemetry, tracking, command
and ranging (TTC&R). Hampir semua parameter yang ada di satelit terpantau oleh subsistem
ini. Sebuah blok diagram sederhana dari sistem TT&C spacecraft ditunjukkan pada gambar
berikut,
Gambar 6 Sistem TT&C spacecraft secara umum
Telemetry berfungsi untuk mematau seluruh keadaan satelit yang diminta oleh
stasiun di bumi. Parameter-parameter itu seperti tegangan, arus, suhu, tekanan, status saklar,
keadaan gelombang, dan lain sebagainya. Semuanya digabung dan ditransfer dari bentuk
analog ke digital dan kemudian dikirim ke bumi.
Tracking berfungsi untuk mengetahui posisi satelit selama peluncuran dan
pengoperasian. Posisi satelit ini maksudnya adalah keberadaannya terhadap bumi dan
matahari.
Diktat Komunikasi Satelit
8
Command sistem berfungsi untuk memberikan perintah-perintah manual dari bumi
yang dirasa perlu dilaksanakan melihat dari kondisi-kondisi terbaru. Perintah-perintah itu bisa
berupa pengontrolan komunkasi yang ada seperti : switching, pengontrolan gain, atau yang
lainnya. Atau perintah-perintah fisik seperti perubahan koordinat, pengarahan antena dan sel
surya, pemulaian pembakaran, perpisahan dengan roket pendorong, atau yang lainnya.
Antena pada subsistem TT&C biasanya berbeda dengan antena-antena yang biasa
dikomersilkan. Antenanya biasa menggunakan omnidirectional. Terkadang terdapat kasus-
kasus dimana satelit berada diluar jangkauan. Hal ini dimaksudkan bahwa antena satelit itu
berada pada sudut yang diluar stasiun bumi.
VII. Attitude Control
Ada dua fungsi utama dalam subsistem ini. Pertama adalah harus memastikan
bahwa antena harus selalu tepat mengarah ke bumi atau sasaran lain yang
diperintahkan. Kedua, memastikan agar sel surya selalu mengarah pada matahari.
Pada subsistem ini juga termasuk sensor-sensor posisi. Dimana sensor ini akan
segera melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan dan langsung memberikan perintah
aktif pada subsistem pendorong sampai posisi menjadi benar. Sensor tersebut bisa
berupa optic atau berupa frekuensi radio. Acuan utama pada sensor posisi ini bisa
berupa titik pusat matahari atau garis equator bumi.
Gambar 7.1 Subsistem attitude control dasar
Semua macam satelit, baik itu dual-spin maupun three-axis, membutuhkan atau perlu
mengaktifkan sistem pendorong untuk memperbaili kesalahan-kesalahan besar. Pada gambar
berikut diperlihatkan empat macam active attitude control
Diktat Komunikasi Satelit
9
Gambar 7.2 (a) Kontrol stabilisasi spin; (b) Kontrol active 3-axis;
(c) Kontrol bias momentum; (d) Kontrol dual-spin
Selain itu penggunannya saat sudah berada di orbit semisal pemetaan posisi satelit adalah
tampak sebagai berikut:
Gambar 7.3 Satelit body-stabilized Gambar 7.4 Axes untuk satelit body-stabilized
Diktat Komunikasi Satelit
10
Gambar 7.5 Satelit spinner atau drum-stabilized
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam subsystem attitude control, terdapat
sensor-sensor antara lain : sensor matahari, sensor bumi, sensor bintang, sensor magnet, dan
lain sebagainya. Spesifikasinya adalah sebagai berikut :
Keakuratan massa power (‘) (Kg) (W) Sensor bumi Generator pulsa 0.1-0.5 0.05-1.0 1.0 Scanner pasif 0.5-3.0 1.0-10.0 0.5-14.0 Scanner aktif 0.05-0.25 3.0-8.0 7.0-11.0 Sensor matahari Generator pulsa 0.2 0.1 none Aspek sinar 0.01-1.0 0.05-0.2 none Null seeker 0.01-0.2 0.05-1.5 none Magnetometers 1.0-5.0 1.0-2.0 2 Sensor bintang 0.02-0.1 1.5-10.0 1.5-20 Inertial 0.01/h-0.05/h 0.1-1.0 0.3-8
VIII. SUBSISTEM PENDORONG.
Komunikasi satelit dalam melaksanakan misinya membutuhkan subsistem pendorong
untuk mempertahankan arah dan lintasannya secara tepat pada orbit, sehingga satelit dapat
memposisikan dirinya pada orbit geostasioner. Pergerakan menuju orbit geostasioner biasanya
dijalankan menggunakan a solid rocket apogee kick motor (AKM) yang diintegrasikan dalam
spacecraft. A liquid propellant, seperti hydrazine digunakan untuk manuver berpindah dan
mengapung pada orbit, stasiun penjaga, dan control perilaku. Subsistem liquid-propellant
seringkali disebut sebagai reaction-control subsystem (RCS).
Pada awalnya sistem pendorong seperti yang digunakan pada program SYNCOM,
menggunakan gas dingin seperti nitrogen dan hidrogen peroksida. Kedua gas tersebut
Diktat Komunikasi Satelit
11
mempunyai spesifik impulses yang rendah dan cepat bereaksi dengan monopropellant
hydrazine. Anhydrous hydrazine sifatnya bersih, cairan tak berwarna dengan titik uap pada
114 C0 dan titik beku pada 2 C0 . Anhydrous hydrazine dapat dipisahkan secara exotermal
menggunakan katalis platinum, seperti Shell 405 menurut reaksi sebagai berikut :
423 HN 234 NNH + + 335 kJ
34NH 22 62 HN + - 184 kJ
Reaksi pertama terjadi pada temperatur 1649 K. Jika reaksi pemisahan amonia menuju ke
tahap penyempurnaan, maka reaksi yang terjadi adalah:
42HN 22 2HN + + 50 kJ
dan temperatur dari reaksi sebesar 867 K. Spesifik impulse yang dihasilkan sebesar 220 s.
Sistem penggerak pada dasarnya ada 2 macam yaitu monopropellant system dan
bipropellant system. Monopropellant system menggunakan satu pembangkit untuk
menyalakan beberapa motor, sedang bipropellant system menggunakan dua pembangkit untuk
mensupply satu motor. Gambar 8.1 dan 8.2 berikut merupakan skematik tipikal dari
monopropellant system dan bipropellant system.
Gambar 8.1 Skematik dari Monopropellant System
Diktat Komunikasi Satelit
12
Gambar 8.2 Skematik dari Bipropellant System
Transfer Orbit
Jendela peluncuran ditentukan dengan pembatasan pada sudut dengan matahari dan
waktu gerhana. Pada saat tranfer orbit, orientasi dari spacecraft harus dipertahankan pada
sudut yang menguntungkan agar mendapatkan tenaga matahari yang besar dan menjaga
keseimbangan termal. Sudut antara poros spacecraft dengan garis matahari diusahakan
mendekati 900 , biasanya range pendekatan antara 650 sampai 1150 .
Selama berpindah orbit, kestabilan spacecraft dipertahankan dengan memutarnya
pada poros satelit. Satelit dapat tinggal dalam orbit lintasan sebanyak empat kali revolusi
sampai subsistem diperiksa, untuk membuktikan benar tidaknya orientasinya. Tidak lama
sesudah pergerakan menuju orbit lintasan, reorientasi manuver dibuat untuk meluruskan poros
spacecraft sepanjang arahnya dibutuhkan kecepatan AKM di apogee. Manuver ini merupakan
hal yang menarik dalam dinamika rotasi. Jika orientasi dari poros putar harus dikoreksi dari
sudut θ∆ , perubahan dalam momentum angular adalah :
2sin2
θω ∆=∆Η I
I merupakan momen inersia dari poros putar dan ω adalah sudut rata-rata angular.
Diktat Komunikasi Satelit
13
Penyisipan Menuju Orbit Geostasiner
Jika 0m adalah banyaknya spacecraft saat pemisahan dari mesin peluncur,
dikurangkan dengan banyaknya bahan bakar yang digunakan dalam transfer orbit, propellant
yang dibutuhkan untuk penyisipan orbit geostasioner pada apogee yaitu :
∆−−=∆gI
vmm
sp
exp10
Persediaan propellant juga mengijinkan adanya kesalahan kecil dari pointing dan v∆
magnitude dan untuk rugi cosinus karena sedikit penyimpangan dari poros spacecraft (kurang
lebih beberapa derajat).
Drift Orbit
Sesudah AKM (apogee kick motor) hidup, satelit akan berada sedekat mungkin
dengan orbit geosinkronus, biasanya diperkirakan mendekati sekitar radius final untuk
meminimalkan pengkoreksian adanya kesalahan transfer orbit. Orbit nonsirkular yang tersisa
dipindahkan, dengan memperkecil apogee dan meningkatkan perigee. Ketika satelit datang
maka diarahkan ke lokasi geostasioner, dan proses terapungnya berhenti. Jika satelit
mempunyai penstabil putaran ganda, antena platform adalah despun dan lipatan antena-antena
dibuka. Pada saat ini operasional hidupnya komunikasi satelit dimulai.
Stasiun Penjaga dan Attitude Control
Dalam pendorongan satelit ke orbit dibutuhkan stasiun penjaga pada utara-selatan
dan timur-barat, kontrol perilaku, relokasi longitudinal, dan pemberhentian saat menuju orbit
tertinggi.
Sekitar 95 % dari persediaan bahan bakar stasiun penjaga digunakan oleh stasiun
penjaga utara-selatan karena adanya gangguan bulan-matahari. Pengkoreksian tahunan pada
inklinasi orbit dapat direpresentasikan dengan persamaan sebagai berikut :
( ) ( )22 sincos Ω+Ω+=∆ CBAi deg
Untuk penambahan kecepatan v∆ yang dibutuhkan untuk koreksi peningkatan inklinasi dari
i∆ dapat ditentukan lewat rumus :
2sin2
ivv
∆=∆
Diktat Komunikasi Satelit
14
besar kecepatan v adalah 3075 m/s pada orbit geostasioner.
Banyaknya propellant yang dibutuhkan untuk mensuplai stasiun penjaga dapat
dihitung dengan rumus :
∆−−=∆gI
vmm
sp
exp10
0m adalah banyaknya spacecraft pada saat dihidupkan, spI adalah spesifik impulse efektif
selama masa hidup satelit, dan v∆ adalah kebutuhan total kecepatan. Pada umumnya, spesifik
impulse adalah fungsi dari tekanan balik helium dan bisa direpresentasikan secara grafik atau
dengan mengasumsikan beberapa bentuk polynomial lewat eksperimen dengan koefisien yang
ditentukan. Satelit dengan subsistem pendorong hydrazine mempunyai masa hidup lebih dari
10 tahun, nilai dari spI mungkin berkurang dari sekitar 220 s sampai 190 s.
Spesifik impulse harus dikoreksi dari rugi-rugi dorongan. Sebagai contoh, jika
kemiringan dorongan ada pada sudut δ untuk meminimalkan penyimpangan plume dalam
perluasan drum solar panel dari alat pemutar (seperti yang ditunjukkan oleh gambar 8.3), atau
untuk mecegah penyimpangan dari solar wings atau penopang dari satelit dengan tiga poros
penstabil.
Gambar 8.3 Spacecraft HS-376 dalam konfigurasi full-up
Pada umumnya kebutuhan kontrol perilaku kecil dan harus dihitung dari disturbing
torque. Untuk satelit dengan tiga poros penstabil, pendorong harus digunakan untuk
menghasilkan a counter-torque sementara momentum angular dari roda penyeimbang
diperkecil dan juga untuk koreksi lintasan panjang, dan untuk gangguan cross-track dihasilkan
oleh manuver stasiun penjaga.
Untuk satelit dengan penstabil putaran, kebutuhan pendorong untuk kontrol perilaku
adalah kebanyakan karena tekanan radiasi matahari, yang menyebabkan poros putar menjadi
Diktat Komunikasi Satelit
15
miring terhadap orbit normal. Pendorong axial dibangkitkan untuk menyediakan penyimpanan
torque. Untuk durasi pembangkitan t∆ , besar efisiensi ( ) ( )2/sin2/ 1 ψψη ∆∆= − dengan
t∆=∆ ωψ (Kaplan, 1976). Bahan bakar yang dibutuhkan untuk perubahan kecil dalam
pengorientasian yaitu :
grI
I
gI
tFm
spsp ηθω∆=∆=∆
Untuk satelit istimewa rata-rata ketelitian dapat mencapai sekitar 0,03 deg/day pada
awal hidup dan sekitar 0,05 deg/day pada akhir hidup, menguntungkan misi rata-rata sebesar
0.04 deg/day. Jika batasan kontrol perilaku adalah 15,0± deg, pengkoreksian frekuensi akan
dilakukan rata-rata sekali tiap tujuh hari.
Perhitungan Bahan Bakar
Dalam misi sangat penting untuk tetap memperkirakan sisa bahan bakar stasiun
penjaga dalam badan spacecraft sehingga dapat dilakukan perbandingan antara jumlah bahan
bakar yang dipunyai dengan bahan bakar yang sudah digunakan dan mungkin bisa didapatkan
perbaikan prediksi dari berakhirnya masa hidup. Dua metode yang digunakan yaitu metode
bookkeeping dan metode gas law.
Dalam metode bookkeeping, interval waktu dorongan dari setiap manuver dijaga
dengan hati-hati, dan jumlah aliran dihitung menggunakan model empirik. Jumlah total
propellant yang digunakan merupakan produk jumlah rata-rata aliran dan penjumlahan
interval waktu dari seluruh manuver. Pada prinsipnya, metode ini mempunyai tingkat akurasi
yang tinggi, tetapi terdapat beberapa kesalahan sistematik, seperti penghapusan secara tidak
sengaja dari beberapa manuver, akan mempengaruhi seluruh bagian dari jumlah estimasi
secara berturut-turut.
Pada metode gas law, penekanan temperatur helium dan tekanannya diukur dengan
telemetri, propellant yang tersisa dihitung dari volume helium menggunakan rumus ideal gas.
Volume bahan bakar didapatkan dari volume helium dan volume yang terbaca di tangki, dan
kemudian besar volume didapatkan dari densitas produk propellant dan propellant volume.
Metode ini tergantung dari titik suhu yang ditentukan dan keakuratan tekanan. Metode ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setiap pengukuran baru tidak tergantung dari
sebelumnya tetapi kelemahannya yaitu menjadi kurang tepat dalam memberikan pangaturan
pengukuran yang tak menentu seperti penurunan jumlah bahan bakar dan penambahan gas.
Diktat Komunikasi Satelit
16
IX. KEANDALAN SISTEM
Reliabilitas sistem merupakan bahasan yang rumit, didasarkan pada teori
probabilitas, dan beberapa pengaplikasiannya meragukan sejak jumlahnya pemakaiannya
kecil. Aplikasi intensif teori untuk komponen dan kualitas subsistem kontrol tidak begitu
diperhatikan.
Kesalahan Acak dan Wear-out
Reliabilitas sistem spacecraft tergantung pada kesalahan acak dan wear-out.
Perbedaan rata-rata kesalahan selama misi total pada bagian yang berbeda ditunjukkan dalam
gambar 2, sedang pada gambar 3 menunjukkan perbedaan antara kesalahan acak dan wear-out.
Gambar 9.1 Rate kegagalan terhadap usia satelit
Gambar 9.2 Wear-out dan kegagalan acak
Kejadian acak, seperti kesalahan komponen, merupakan distribusi Poisson. Ini
berarti, probabilitas tepat dari n kejadian., jika dalam waktu yang diberikan, jumlah rata-rata
dari semua kejadian adalah a, maka probabilitas adalah:
( ) an
en
anP −=
!
Diktat Komunikasi Satelit
17
dengan ta λ= adalah jumlah rata-rata kesalahan dalam waktu t dan λ adalah perubahan
kesalahan rata-rata.
Desain Aktif
Kita dapat membatasi kinerja atau misi aktif U pada service akhir yang dipepatkan.
Dalam kasus ini, rata-rata aktif τ dihitung dengan menjumlahkan dua integral, kemudian yang
kedua adalah fungsi delta yang dinormalisasi dengan faktor TUe /− sehingga probabilitas
kumulatif kesalahan adalah sama dengan satu. Untuk masalah yang dipepatkan ini, rata-rata
aktifnya adalah :
( )∫ ∫∞
−− −+=U
TUt dtUttedtte0 0
/ δλτ λ
maka:
( )TUeT /1 −−=τ
T merupakan waktu paruh kesalahan, yang siap dibatasi, untuk rata-rata kesalahan konstan
dan T/τ adalah probabilitas kesalahan selama masa penggunaannya. Persamaan ini sangat
berguna untuk merencanakan jumlah peluncuran yang dibutuhkan untuk periode yang lama.
Sistem yang menggunakan lebih dari satu satelit untuk menjangkau daerah operasi
(contohnya :Intelsat dan wide area direct broadcasting system) dapat menggunakan ide dasar
yang sama tetapi harus mempertimbangkan setiap satelit sebagai Bernoulli trial. Jika satelit
dapat saling berpindah dan kita mempunyai sistem dari N satelit operasional dan S
persediaan, probabilitas dari sedikitnya n satelit dihitung dari rumus Bernoulli untuk k
ketelitian yang dihasilkan dalam n percobaan :
( ) knk ppk
nkP −−
= 1)(
Pemodelan sistem
Reliabilitas seluruh sistem adalah model serial dengan probabilitas keberhasilan
(tidak ada kesalahan) yang merupakan hasil dari reliabilitinya subsistem yang dipilih.
Reliabiliti subsistem sendiri, biasanya adalah jaringan kecil serial-paralel yang tergantung dari
redudansi. Pada prinsipnya, luas jaringan ini ditunjukkan dalam gambar 4. Jika R adalah
reliabilitias dari blok yang dipilih atau probabilitas keberhasilan, dan ( )RQ −= 1 adalah
probabilitas kesalahan. Kemudian akan didapatkan reliabilitas keseluruhan0R dari combinasi
serial-paralel yaitu :
Diktat Komunikasi Satelit
18
( ) 43211 RRQQRo −=
= ( ) 432121 RRRRRR −+
Redundansi 2 : 1
Gambar 9.3 Reliabilitas model subsistem dasar
Pada tingkat kompleksitas tinggi, subsistem berisikan komponen elektronik dan
mekanik yang bisa dipertimbangkan untuk mempunyai rata-rata kesalahan konstan. Beberapa
elemen ada yang tergantung dari waktu dan beberapa cenderung menjadi tergantung siklus.
Reliabilitas waktu t untuk N elemen pada serial dengan tidak ada redundansi adalah :
= ∑=
ii
N
t
tR λ1
exp
dengan iλ adalah rata-rata kesalahan komponen tunggal dan it adalah total periode waktu.
Redundansi aktif dibatasi dalam penyusunan beberapa komponen operasional paralel
yang lebih sedikit daripada jumlah total yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Jika
ada n elemen paralel dalam suatu sistem, dan operasi nN ≤ elemen diperoleh sebagai kondisi
keberhasilan misi. Biasanya, subsistem kritikal dibuat dengan standby redundansi, terdapat
satu atau lebih komponen yang disimpan untuk berjaga-jaga jika ada kesalahan pada
operasional komponen. Untuk subsistem dengan satu komponen operasional dengan rata-rata
kesalahan aλ dan satu komponen standby dengan rata-rata kesalahan bλ saat diaktifkan,
reliabilitasnya adalah :
t
ab
at
ab
b ba eeR λλ
λλλ
λλλ −−
−−
−=
1
2
3 4
Diktat Komunikasi Satelit
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Dennis,Roddy.1996. Satellite Communications. USA :Mc.Graw Hill Company Inc
2. Henry G, Robert A, Wilbur L.1993. Satellite Communication Systems Engineering,
Prentice Hall PTR, New Jersey
3. Roody, Denis and John Coolen. 1997. Electronic Communication, Third Edition . Alih
bahasa : Kamal Idris, Penerbit Erlangga. Jakarta
4. Kusmaryanto, Sigit. Komunikasi Satelit:Diktat, Jurusan Teknik Elektro Universitas
Brawijaya, Malang
5. PRITCHARD, WILBUR L., SUYDERHOUD, HENRI G. dan NELSON, ROBERT. 1993.
Satellite Communication System Engineering, second edition, Prentice Hall Inc., New
Jersey