S Efri Meikel Chlorine

170
UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI SISTEM PENYIMPANAN CHLORINE DI INSTALASI CHLORINE UNIT CHLORINASI PADA PT. PAM LYONNAISE JAYA (PALYJA) TAHUN 2011 Oleh EFRI MEIKEL 0906615360 PROGRAM SARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2012 Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Transcript of S Efri Meikel Chlorine

Page 1: S Efri Meikel Chlorine

UNIVERSITAS INDONESIA

SKRIPSI

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI SISTEM PENYIMPANAN

CHLORINE DI INSTALASI CHLORINE UNIT CHLORINASI PADA

PT. PAM LYONNAISE JAYA (PALYJA) TAHUN 2011

Oleh

EFRI MEIKEL

0906615360

PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2012

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 2: S Efri Meikel Chlorine

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

SKRIPSI

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI SISTEM PENYIMPANAN

CHLORINE DI INSTALASI CHLORINE UNIT CHLORINASI PADA

PT. PAM LYONNAISE JAYA (PALYJA) TAHUN 2011

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan serta memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh

EFRI MEIKEL

0906615360

PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2012

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 3: S Efri Meikel Chlorine

HALAMAN PER}{YATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya seya sendirf

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun diruiuk

Telah saya nyatakan dengan benar

Nama

NPM

Tanda Tangan

Tanggal

Meikel: Efirt

:0901

lll

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 4: S Efri Meikel Chlorine

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama

NPM

Program Studi

Judul Skripsi

Penyimpanan Chlorine Di Instalasi

Chlorine Unit Chlorinasi Pada PT PAM

LYONNAISE JAYA (PALYJA) Tahun

20tt

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan

diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada

Program Studi Sarjana Ekstensi Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Un iversitas Indonesia

DEWAI\ PENGUJI

Pembimbing : dr. Chandra Satrya, M.App.Sc

Penguji I : dra. Fatma Lestari, M.Si, PhD

Penguji II : Yuni Kusminanti, SKM, M.Psi

Efri Meikel

09066rs360

S-l Ekstensi Kesehatan Masyarakat

Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Sistem

Ditetapkan di

Tanggal

: Depok

:24lanuad.Z0l}

lv

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 5: S Efri Meikel Chlorine

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda

tangan dibawah ini:

Nama

NPM

Program Studi

Departemen

Fakultas

Jenis Karya

Efri Meikel

0906615360

Sarjana Ekstensi Kesehatan Masyarakat

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan Masyarakat

Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada

universitas Indonesia IIak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-

Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yangberjudul :

Evaluasi Dan Analisis Konsekuensi Sistem Penyimpanan Chlorine

Di Instalasi chlorine unit chlorinasi Pada PT. PAM LYONNAISE

JAYA (PALYJA) Tahun 2011

Berserta peringkat yang ada fiika diperlukan)' Dengan Hak Bebas

Royalti Nonekslusif ini universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik

Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal :24 Jarruari 2012

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 6: S Efri Meikel Chlorine

Saya yangbertanda tangan di bawah ini:

SURAT PERNYATAAN

Efri Meikel

0906615360

Sarj ana Ekstensi Kesehatan Masyarakat

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2009

Sarjana

Nama

NPM

Program Studi

Peminatan

Angkatan

Jenjang

Menyatakan bahwa saya

saya yang berjudul :

tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI SISTEM PENYIMPANAN

CIILORINE DI INSTALASI CHLORINE UNIT CHLORINASI PADA

PT. PAM LYONNATSE JAYA (PALYJA) TAHUN 2011

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

VI

Depok, 24 Januwi2012' : - r'''-"----:-a"A : \.{- " "-..'

- AAE'FERA'tr N.s/

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 7: S Efri Meikel Chlorine

vii

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT-UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Januari 2012

Efri Meikel (0906615360)

“Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Sistem Penyimpanan Chlorine Di

Instalasi Chlorine Unit Chlorinasi Pada PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

Tahun 2011”

xxi + 140 halaman + 21 tabel + 19 gambar + 5 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Sistem penyimpan chlorine pada instalasi pengolahan air bersih digunakan

sebagai salah satu upaya untuk melindungi pekerja, proses kerja, tangki chlorine,

masyarakat, dan lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

sistem penyimpan chlorine yang ada di PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

tahun 2011. Hasil penelitian sistem penyimpanan chlorine di PT PALYA

membutuhkan pengecekan tangki serta variable yang terjadwal, penambahan

MSDS pada tangki, melakukan pelatihan bahaya chlorine kepada pekerja dan

penambahan peralatan keselamatan pada ruang penyimpanan.

Kata Kunci : Klorin, Tangki Penyimpanan, Sistem Penyimpanan, Pengolahan Air

Bersih

Daftar Pustaka : 29 (1976 – 2011)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 8: S Efri Meikel Chlorine

viii

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Januari 2012

Efri Meikel (0906615360)

“Evaluation And Analysis Of The Consequences Of Chlorine Storage

Systems In The Installation Of Chlorine Unit Chlorinasi On PT PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA) 2011”

xxi + 140 pages + 21 table + 19 pictures + 5 chart + 5 attachment

ABSTRACT

Chlorine storage system on the installation of clean water treatment is used

as one of the efforts to protect workers, work process, chlorine tanks, community,

and environment around. This study aims to evaluate storage system of chlorine

present in PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) in 2011. Chlorine storage systems

research results in PT need checking as well as tank PALYJA variable are

scheduled, the addition of MSDS in tank, do chlorine hazard training to workers

and chlorine addition of safety equipment in storage space.

Key Words : Chlorine, Storage Tank, Storage Systems, Clean Water Treatment

Bibliography : 29 (1976-2011)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 9: S Efri Meikel Chlorine

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

Ini ku Ini ku Ini ku Ini ku persembahkan kepada kedua orang tercintapersembahkan kepada kedua orang tercintapersembahkan kepada kedua orang tercintapersembahkan kepada kedua orang tercinta

Bapa, Mama yang selalu mendukung dalam doa dan memotivasi kuBapa, Mama yang selalu mendukung dalam doa dan memotivasi kuBapa, Mama yang selalu mendukung dalam doa dan memotivasi kuBapa, Mama yang selalu mendukung dalam doa dan memotivasi ku

Berawal dari tangis saat masa kecil ku dan tawa kuBerawal dari tangis saat masa kecil ku dan tawa kuBerawal dari tangis saat masa kecil ku dan tawa kuBerawal dari tangis saat masa kecil ku dan tawa ku

Bapa, Mama kau mengucapkan sebuah beberapa kalimat Bapa, Mama kau mengucapkan sebuah beberapa kalimat Bapa, Mama kau mengucapkan sebuah beberapa kalimat Bapa, Mama kau mengucapkan sebuah beberapa kalimat

AGAR KELAK KAU SELALU MEMBERIKAN KEBAHAGIAANAGAR KELAK KAU SELALU MEMBERIKAN KEBAHAGIAANAGAR KELAK KAU SELALU MEMBERIKAN KEBAHAGIAANAGAR KELAK KAU SELALU MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN

Ku teKu teKu teKu telah memberikan salah satu kebahagian kecil dalam langkah ku saat inilah memberikan salah satu kebahagian kecil dalam langkah ku saat inilah memberikan salah satu kebahagian kecil dalam langkah ku saat inilah memberikan salah satu kebahagian kecil dalam langkah ku saat ini

Membahagiakan Bapa, Mama dengan menyelesaikan perkuliahan iniMembahagiakan Bapa, Mama dengan menyelesaikan perkuliahan iniMembahagiakan Bapa, Mama dengan menyelesaikan perkuliahan iniMembahagiakan Bapa, Mama dengan menyelesaikan perkuliahan ini

Ku berharap kebahagian ini terus aku bisa berikan kepada Bapa, MamaKu berharap kebahagian ini terus aku bisa berikan kepada Bapa, MamaKu berharap kebahagian ini terus aku bisa berikan kepada Bapa, MamaKu berharap kebahagian ini terus aku bisa berikan kepada Bapa, Mama

Tuhan Yesus Kristus memegang tiap langkah kuTuhan Yesus Kristus memegang tiap langkah kuTuhan Yesus Kristus memegang tiap langkah kuTuhan Yesus Kristus memegang tiap langkah ku

Puji Puji Puji Puji syukur ku ucapkan atas waktu yangsyukur ku ucapkan atas waktu yangsyukur ku ucapkan atas waktu yangsyukur ku ucapkan atas waktu yang

KAU ciptakan, ku taati, ku hargai di dalam kata dan perbuatan ku,KAU ciptakan, ku taati, ku hargai di dalam kata dan perbuatan ku,KAU ciptakan, ku taati, ku hargai di dalam kata dan perbuatan ku,KAU ciptakan, ku taati, ku hargai di dalam kata dan perbuatan ku,

Agar nyata hidup beriman, agar nyata hidup berimanAgar nyata hidup beriman, agar nyata hidup berimanAgar nyata hidup beriman, agar nyata hidup berimanAgar nyata hidup beriman, agar nyata hidup beriman

Bersama Tuhan Yesus Kristus ’Ku tak akan bimbang,Bersama Tuhan Yesus Kristus ’Ku tak akan bimbang,Bersama Tuhan Yesus Kristus ’Ku tak akan bimbang,Bersama Tuhan Yesus Kristus ’Ku tak akan bimbang,

Walaupun badai menerpa ku.Walaupun badai menerpa ku.Walaupun badai menerpa ku.Walaupun badai menerpa ku.

Aku percaya akan bimbingan Aku percaya akan bimbingan Aku percaya akan bimbingan Aku percaya akan bimbingan NYA.NYA.NYA.NYA.

Hidupku damai bersama NYAHidupku damai bersama NYAHidupku damai bersama NYAHidupku damai bersama NYA

”Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, ”Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, ”Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, ”Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya”kamu akan menerimanya”kamu akan menerimanya”kamu akan menerimanya”

(Matius 21:22)(Matius 21:22)(Matius 21:22)(Matius 21:22)

” TUHAN BEKERJA LUAR BIASA DALAM HIDUPKU”” TUHAN BEKERJA LUAR BIASA DALAM HIDUPKU”” TUHAN BEKERJA LUAR BIASA DALAM HIDUPKU”” TUHAN BEKERJA LUAR BIASA DALAM HIDUPKU” - Aku bersyukur selalu kepadaMu Aku bersyukur selalu kepadaMu Aku bersyukur selalu kepadaMu Aku bersyukur selalu kepadaMu ----

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 10: S Efri Meikel Chlorine

x

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

EFRI MEIKEL BUKIT

Jl. Nangka No. 50 RT 004 / RW 005

Tanjung Barat , Jakarta Selatan 12530

(Ph) : +62-21 7810270

(Hp) : +62-852 17360588

e-mail : [email protected]

DATA PRIBADI :

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Mei 1988

Agama : Kristen

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Hobi : Travelling, Photography, Volly, Swim,

Marching Band.

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN :

2009 – 2011 Program Sarjana Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Jurusan: Kesehatan Keselamatan Kerja (K3),Univ. Indonesia.

2006 – 2009 Program Diploma III Departemen Fisika,

Jurusan : Instrumentasi Elektronika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Univ.Indonesia.

2003 – 2006 Sekolah Menengah Umum (SMU) Kartika Sari XI-1 Jakarta.

2000 – 2003 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 98 Jakarta.

1994 – 2000 Sekolah Dasar (SD) Negeri 05 Pagi Tanjung Barat,Jakarta.

1993 – 1994 Taman Kanak-kanak (TK) Mekar Sari Tanjung Barat, Jakarta.

PENGALAMAN BEKERJA:

Juli – Agustus 2011 Kerja Praktek di Medical Services Departement,

Divisi Health Promotive and Preventive,

VICO Indonesia, Samarinda, Indonesia.

Juli – Agustus 2008 Quality Control, PT. Tjokro Bersaudara, Jakarta,

Indonesia.

PELATIHAN DAN SEMINAR :

Juli 2011 Basic Life Support Training (First Aid) at VICO Indonesia.

Juli 2011 Occ. Health and Industrial Hygiene Training at VICO Indonesia.

Juni 2011 Basic Fire Fighting Drill at Pertamina Maritime Training Center.

Maret 2011 Seminar Process Safety: “Basic Safety in Oil and Gas Industries”

At Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok.

Feb 2010 Safety in Campus Seminar “Emergency Response Preparedness

ERP): Fire and Earthquake at Building” Faculty of Public Health,

University of Indonesia, Depok.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 11: S Efri Meikel Chlorine

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus,

karena berkat dan kasihnya penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan

kegiatan penelitian serta mendapatkan banyak kemudahan dan kelancaran dalam

berbagai hal selama proses pengumpulan data. Selain itu penulis juga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Dalam proses pencarian data, penulisan dan konsultasi, penulis banyak

dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada :

1. Allah Bapa dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

berkat, rahmat, perlindungan, kesehatan, penyertaan selama ini juga

telah mengaruniakan pemikiran dan logika yang tidak terbatas untuk

terus dipakai atas kehendak NYA.

2. Kedua Orang Tua, Bapa Bukit, Mama br Ginting, Adik-adik Eliawaty

Tri Andani dan Eva Febrianta yang selalu memberi dukungan moral,

moril, dan doa sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Sarjana Kesehatan Masyarakat ini dengan baik.

3. Pembimbing Akademik yakni dr. Chandra Satrya M.App.Sc yang

dengan baik dan penuh dengan kesabaran dalam membimbing dan

memberikan inspirasi dan ilmu yang baru yang tidak didapatkan selama

kuliah juga telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi

arahan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik.

4. dra. Fatma Lestari, M.Si, PhD yang telah meluangkan waktunya untuk

menjadi Tim Penguji sidang skripsi pada penelitian ini. Terima kasih

banyak atas saran dari ibu, saya ucapkan terima kasih banyak.

5. Yuni Kusminanti, SKM, M.Psi yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk menjadi Tim Penguji sidang skripsi pada penelitian ini. Terima

kasih banyak atas saran saya ucapkan terima kasih banyak.

6. Drs. Ridwan Z Sjaaf, MPH selaku Ketua Departemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Indonesia.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 12: S Efri Meikel Chlorine

xii

7. Bapak Suwondo dan Adis sebagai Maintenance Officer yang sudah

banyak membantu penulis dalam melakukan pengambilan data, dan

pemberian pengetahuan ilmu baru spesialis teknik dan chlorine.

8. Teman-teman di Teknik Kimia UI Rofa “Udjo”, Ius, Shufi, Esza terima

kasih atas bantuannya dengan ilmu.

9. Iffa terimakasih banyak sudah membantu dalam melakukan penelitian,

mencari alamat kantor, mengirim pulsa saat kekurangan pulsa walau

tidak diminta ☺ Terimakasih banyak iffa, akhirnya….

10. Duo Library (Winda Utamy dan Erina Wahyu) selalu menemani disaat

penulis menjadi galau akan skripsi dan selalu mengingatkan akan

skripsi.

11. BeSeven (Erina, Febreza, Grace, Adel, Ferdy dan Aswin) selalu

bersama saat konsultasi tentang skripsi. Thanks atas bantuan dan

supportnya. Akhirnya kita bisa….

12. 3G (Arini Febrina, Dystiria F “Dee”, Soraya M, Aulia Rizqi P) Thanks

atas dukungan selama penulisan sampe gak bisa ketemu semua,karena

kesibukan semua..

13. Team Renang K3 Ekstensi 2009 ( Arinanda Utomo, Aris T, Andhika H,

Hasan A, Lutfi, Khurnia Adi, Dinar, Bang Roy) maaf jadi terganggu

latihan kita. Hehehehe

14. Pianggy O dan Liza J, thanks tante atas dukungannya selama penulisan

dan selalu mengingatkan kalo lagi males…. Akhirnya bisa…

15. Anak-anak SKRIPSI 2012 (Ayu, Benny, Mba Ai, Agam, Widi, Nifa,

Rendy, Rengga, Davi, Syukra, Monic, Mariah, Hanny, “beibeb” Agnes,

Nita, Nisa, Pramesthi, Mba Ratna, Ajeng, Roro, Dhiba, Anyunn, Icha,

Reno, Ifan, Upi, Shelma, Mami Ida, Hurin, Taufik, Eka, Sharmina)

selamat kita sudah selesai semoga kita dapat melajutkan ilmu kita

ditempat kerja..

16. Teman-teman K3 Ekstensi 2009 yang selalu menggila dikala senang,

Teh Mirna, Dikto Vally, Herlan, Kochan, Selvi, Aji, Mas Uul, Dandin,

Fiqri, Cornel… We Are One…

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 13: S Efri Meikel Chlorine

xiii

17. Teman-teman 2010 serta Teman-teman FKM Arini Melisa “makasih

ya mba”, Ayu Merina, Eske, Damar, Altri, Choki, Shinta, Nurul, Kikit

Fisika Instrumentasi Elektronika dan Industri 2006 Ina, Rian, Lika,

Andien, Andrew, Dodo, Thia terimakasih atas dukungan serta doa yang

diberikan, kita bertemu ditempat kerja.

18. Teman-teman ekstensi 2008 (Ridwan “longor”, Ozie, Ester, Risda,

Bona, Rico, Noerdin, dan Diah) thanks atas wejangan kalian selama ini.

19. Teman-teman ASDOS, terima kasih atas bantuannya selama penulisan

20. Para teman dan sahabat alumni SMP 98 Jakarta 2003, Echa, Nia, Jo,

Ogy, Andri, Imam, Adit, Mia, Megan… Thanks atas dukungan kalian

21. Teman-teman di Hanggugo Dongari UI yang sudah memberikan

semangat dalam penulisan, maaf jadi gak bisa belajar bahasa korea

lagi.hehehe – Himnae!!

22. Teman-teman di GKP Tanjung Barat dan KOPERSIS Jakarta, thanks

atas dukungan doa serta semangat yang diberikan selama penulisan,

mohon maaf saat ada kegiatan tidak bisa membantu… Jc BU

23. Teman-Teman Alumni Ekstensi 2009 Laura Elizabeth “@uwlla”, Vina,

Wandha, Karin, Widya, Anita, Detha juga semua…. Thanks banget atas

dukungan dan doanya…

24. Bapa petugas perpus lantai 5, makasih atas supportnya kepada penulis..

25. Serta pihak yang telah membantu baik langsung ataupun tidak langsung

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak

bantuannya…. GBU All

Penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat kesalahan atau

kekurangan dalam penelitian ini, maka penulis menghaturkan mohon maaf.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sebagai masukan untuk

perbaikan pada penulisan dimasa yang akan datang

Depok, 24 Januari 2012

Penulis

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 14: S Efri Meikel Chlorine

xiv

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ............................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT...................................................................................................... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... x

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Pertanyaa Penelitian ...................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 7

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................... 7

1.5.2 Bagi Perusahaan ..................................................................................... 8

1.5.3 Bagi Universitas Indonesia ..................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9

2.1 Instalasi Berisiko Tinggi ............................................................................... 9

2.2 Kebocoran dan Klasifikasi Zat Kimia .......................................................... 10

2.3 Klasifikasi Kontaminan Kimia di Udara ...................................................... 13

2.3.1 Klasifikasi Umum ................................................................................ 13

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Pembentukan .................................................. 14

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 15: S Efri Meikel Chlorine

xv

2.3.3 Definisi Gas dan Uap ........................................................................... 14

2.4 Chlorine ...................................................................................................... 15

2.4.1 Sifat Reaktif Chlorine .......................................................................... 17

2.4.2 Kegunaan Chlorine .............................................................................. 17

2.4.2.1 Chlorine dalam Produksi Air Bersih .............................................. 18

2.4.2.2 Recommendation for a chlorine standard ...................................... 22

2.4.3 Toksisitas Chlorine .............................................................................. 26

2.4.4 Dampak Chlorine Terhadap Lingkungan .............................................. 28

2.5 Chlorine Feed System (Sistem Pemberian Klorin) ....................................... 29

2.5.1 Chlorine Cylinder ................................................................................ 31

2.5.2 Chlorine Ton Container ....................................................................... 33

2.5.3 Chlorine Tank Cars .............................................................................. 35

2.5.4 Storage Tanks ...................................................................................... 36

2.6 Khlorinator ................................................................................................. 36

2.6.1 Khlorinator Sistem Hampa ................................................................... 36

2.6.2 Khlorinator Sistem Konvensional ......................................................... 37

2.6.3 Khlorinator Sistem Langsung ............................................................... 37

2.6.4 Bagian-bagian Utama Khlorinator ........................................................ 38

2.7 Korosi ......................................................................................................... 40

2.7.1 Bentuk Korosi ...................................................................................... 42

2.7.2 Klasifikasi Korosi ................................................................................ 42

2.7.3 Delapan Bentuk Korosi ........................................................................ 42

2.8 Jenis Metode Risk Assesment ...................................................................... 49

2.8.1 Checklist .............................................................................................. 50

2.8.2 What If / What If Checklist ................................................................... 51

2.8.3 Hazard Operatibility Study (HAZOPS) ................................................ 51

2.8.4 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) .......................................... 52

2.8.5 Fault Tree Analysis (FTA) ................................................................... 53

2.8.6 Event Tree Analysis (ETA) ................................................................... 55

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEPSIONAL, DAN

DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 59

3.1 Kerangka Teori ........................................................................................... 59

3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 61

3.3 Definisi Operasional ................................................................................... 63

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 65

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 65

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 16: S Efri Meikel Chlorine

xvi

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 65

4.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 65

4.4 Pengumpulan Data ...................................................................................... 65

4.5 Instrumen Pengumpulan .............................................................................. 66

4.6 Manajemen Data ......................................................................................... 66

4.7 Analisis Data .............................................................................................. 66

BAB 5 GAMBARAN PERUSAHAAN ............................................................ 69

5.1 PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) ........................................................... 69

5.2 VISI, MISI, dan NILAI PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)...................... 71

5.3 Maintenance Central Departement ............................................................. 72

5.4 Sistem Chlorine di Instalasi Pengolahan Air Minum II Penjompongan. ....... 72

5.4.1. Ruang Utama Unit Chlorinasi .............................................................. 73

5.4.2. Tahapan Proses .................................................................................... 74

5.4.2.1 Pengaliran Chlorine ....................................................................... 74

5.4.2.2 Evaporasi ...................................................................................... 74

5.4.2.3 Chlorinasi ...................................................................................... 75

5.4.2.4 Pembubuhan .................................................................................. 75

5.5 Kebijakan dan Program K3 tentang Chlorine di Instalasi Pengolahan Air

Minum II Pejompongan .............................................................................. 76

5.5.1. Prosedur Cara Kerja Aman ................................................................... 77

5.5.2. Pelatihan Pekerja .................................................................................. 77

5.5.3. Simulasi ............................................................................................... 77

5.5.4. Penyedia Fasilitas Kerja ....................................................................... 78

5.6 Pemeliharaan Sistem Chlorine .................................................................... 80

5.7 Pekerja Chlorine ......................................................................................... 80

BAB 6 HASIL .................................................................................................. 82

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 82

6.2 Gambaran Chlorine ..................................................................................... 82

6.3 Gambaran Ruang Tangki Chlorine .............................................................. 85

6.4 Pemilihan Chlorine Ton Container dan Variabel ......................................... 89

6.5 Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP ...................................................... 95

6.6 Perawatan serta Tindakan Pencegahan ........................................................ 99

BAB 7 PEMBAHASAN ................................................................................. 103

7.1 Identifikasi Bahaya Kebocoran ................................................................. 103

7.2 Instalasi Chlorine ...................................................................................... 104

7.3 Ruang Tangki Chlorine ............................................................................. 104

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 17: S Efri Meikel Chlorine

xvii

7.4 Pemilihan Chlorine Ton Container dan Variable ....................................... 106

7.5 Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP .................................................... 108

7.6 Perawatan serta Tindakan Pencegahan ...................................................... 109

7.7 Konsekuensi Hasil Evaluasi Instalasi Chlorine .......................................... 111

7.7.1 Event Tree Analysis ........................................................................... 111

7.7.2 Penjelasan Barrier .............................................................................. 113

7.7.2.1 Barrier 1 (Pemilihan Tangki dan Variable) .................................. 113

7.7.2.2 Barrier 2 (Tempat Penyimpanan) ................................................. 116

7.7.2.3 Barrier 3 (Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP) ..................... 119

7.7.2.4 Barrier 4 (Perawatan serta Tindakan Pencegahan) ....................... 122

7.7.3 Diagram Event Tree Analysis ............................................................. 125

7.7.4 Skenario Konsekuensi ........................................................................ 126

7.7.4.1 Skenario 1 (Tangki tidak mengalami kebocoran) ......................... 126

7.7.4.2 Skenario 2 (Tangki bocor, tidak ada pemilihan tangki dan

variable)……………………………………………………………………127

7.7.4.3 Skenario 3 (Tangki bocor, tidak ada perawatan dan tindakan

pencegahan) ............................................................................................. 127

7.7.4.4 Skenario 4 (Tangki bocor, kurang pengetahuan bahaya chlorine dan

SOP)……………………………………………………………………….128

7.7.4.5 Skenario 5 (Tangki bocor, tidak sesuainya tempat penyimpanan)..128

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 130

8.1 Kesimpulan ............................................................................................... 130

8.1.1 Jumlah Tangki Penyimpanan Bahan Kimia ........................................ 130

8.1.2 Evaluasi chlorine ton container pada Instalasi Chlorine di Unit

Chlorinasi PALYJA ..................................................................................... 130

8.1.2.1 Pemilihan tangki dan variable ...................................................... 130

8.1.2.2 Tempat penyimpanan .................................................................. 131

8.1.2.3 Pengetahuan bahaya Chlorine dan SOP ....................................... 132

8.1.2.4 Perawatan serta tindakan pencegahan .......................................... 132

8.1.3 Konsekuensi kebocoran chlorine to container .................................... 133

8.1.3.1 Tingkat Kesesuaian ..................................................................... 133

8.1.3.2 Skenario Konsekuensi ................................................................. 133

8.2 Saran ......................................................................................................... 135

8.2.1 Saran Skenario Konsekuensi ............................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 138

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 18: S Efri Meikel Chlorine

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Toksisitas Relatif Hodge dan Strener .................................................. 11

Tabel 2.2 Skala NFPA ....................................................................................... 12

Tabel 2.3 IDLH (Immedieatly Dangerous To Life and Death) ............................ 13

Tabel 2.4 Properti Gas Chlorine ......................................................................... 16

Tabel 2.5 Properti dari Chlorine Cair ................................................................ 16

Tabel 2.6 Kriteria desain Unit Chlorinasi ........................................................... 19

Tabel 2.7 Recommendation for a Chlorine Standard from NIOSH ..................... 22

Tabel 2.8 Simbol-simbol logic dalam FTA ......................................................... 54

Tabel 3.1 Definisi Operational ........................................................................... 62

Tabel 6.1 Spesifikasi dari Ton Container ........................................................... 84

Tabel 6.2 Hasil Observasi pada Ruang Tangki Chlorine ..................................... 85

Tabel 6.3 Hasil Observasi mengenai posisi Chlorine Ton Container,

Arah, Jumlah dan Status Pengoperasian ............................................. 90

Tabel 6.4 Hasil Observasi kondisi Chlorine Ton Container ................................ 92

Tabel 6.5 Hasil Observasi Tangki Chlorine dan Variabel pendukung ................. 93

Tabel 6.6 Hasil Observasi dan Wawancara Pengetahuan Bahaya Chlorine

dan SOP pada pekerja ........................................................................ 96

Tabel 6.7 Hasil Observasi dan Wawancara Pekerja mengenai Perawatan

serta tindakan Pencegahan ................................................................. 99

Tabel 7.1 Tingkat Kesuksesan PemilihanTangki dan Variabel ........................ 113

Tabel 7.2 Tingkat Kesuksesan Ruang Tangki Chlorine

(Tempat Penyimpanan) .................................................................... 116

Tabel 7.3 Tingkat Pengetahuan bahaya chlorine dan SOP ................................ 120

Tabel 7.4 Tingkat Kesuksesan Perawatan serta Tindakan pencegahan .............. 122

Tabel 7.5 Diagram Event Tree Analysis ........................................................... 125

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 19: S Efri Meikel Chlorine

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skematik Sistem Chlorine ............................................................... 21

Gambar 2.2 Kode NFPA untuk Gas Chlorine ..................................................... 27

Gambar 2.3 Chlorine Cylinder ........................................................................... 33

Gambar 2.4 Chlorine Ton Container .................................................................. 35

Gambar 2.5 Injektor ........................................................................................... 38

Gambar 2.6 Katup Pengatur ............................................................................... 39

Gambar 2.7 Rotameter & V-Notch ..................................................................... 39

Gambar 2.8 Katup Pengatur (Peringan Tekanan) ................................................ 40

Gambar 2.9 Skema korosi galvanic dari dua logam yang berbeda ...................... 43

Gambar 2.10 Mekanisme Korosi Celah ............................................................. 44

Gambar 2.11 Mekanisme Korosi Sumuran ......................................................... 45

Gambar 2.12 Proses Autokatalik Sumuran ......................................................... 46

Gambar 2.13 Konsep S-P-T ............................................................................... 56

Gambar 5.1 Pemetaan Area PALYJA ................................................................ 70

Gambar 6.1 ChlorineTon Container pada Ruang Tangki Chlorine ..................... 84

Gambar 7.1 Pintu Tanpa Kaca Inspeksi dan Batalan Karet perlu ditambah ....... 106

Gambar 7.2 Pintu dengan Kaca dan terdapat Sign ............................................ 106

Gambar 7.3 Kondisi Tangki dan Ider Valve ...................................................... 108

Gambar 7.4 Perbaikan header valve dengan Tools Kits Tipe B ....................... 110

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 20: S Efri Meikel Chlorine

xx

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bentuk Korosi ................................................................................... 42

Bagan 3.1 Kerangka Teori dari White (2010), U.S. EPA & NOAA (2007),

Fontana (1987), Rausand (2005) ........................................................ 60

Bagan 3.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 62

Bagan 5.1 Tahapan Pembubuhan Chlorine ......................................................... 76

Bagan 7.1 Event Tree ....................................................................................... 119

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 21: S Efri Meikel Chlorine

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Hasil Observasi di PALYJA

Lampiran 2 Form Checklist

Lampiran 3 MSDS Chlorine

Lampiran 4 Part of Drum

Lampiran 5 Chlorine Institute Emergency Kit “B”

For Chlorine Ton Container

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 22: S Efri Meikel Chlorine

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan industrialisasi semakin berkembang dari tahun ke tahun, dimana

perkembangan itu sejalan dengan teknologi yang tiada henti untuk berkembang

dan maju. Teknologi yang berkembang pada industrialisasi saat ini hanya sebagai

penunjang dari proses industri dan produktivitas, dimana hanya untuk

memberikan peningkatan efektivitas dalam proses industri yang ada sehingga

hasil produksi meningkat. Pada sisi lain pengembangan teknologi serta kemajuan

yang ada belum serta menjamin suatu pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan

menghilangkan risiko bahaya yang ada, hal tersebut dikarenakan suatu teknologi

yang berkembang dan tingkat risiko bahaya memiliki efek kebersamaan.

Dampak dari sebuah kebocoran tangki penyimpanan atau proses pembuatan

bahan kimia pada sebuah industri dapat menimbulkan berbagai macam kerugian

seperti rusaknya peralatan perusahaan, timbulnya korban jiwa, dan kerusakan

lingkungan hingga pada akhirnya berhentinya produksi dari industri tersebut.

Kebocoran tangki penyimpanan dalam proses kerja sering mengeluarkan isi dari

bahan kimia yang berasal tangki tersebut dan yang dikeluarkan tidak hanya bahan

kimia dalam tangki juga zat-zat kimia yang lain yang terkadung didalamnya

terkadang bersifat mudah terbakar (flammable material) atau beracun (toxic

material). Bahan kimia yang mudah terbakar terlepas ke udara dan akan

membentuk flammable cloud selain itu dapat menimbulkan kebakaran atau

ledakan yang dapat merusak area dan mengancam bagi pekerja juga lingkungan

sekitarnya. Sedangkan bahan kimia beracun yang terlepas (release) ke atmosfer

akan membantuk awan gas beracun ini dapat merusak lingkungan dan

membahayakan pekerja yang berada disekitar area penyebaran (Less,1996)

Berdasarkan ILO Code of Practise, instalasi berisiko tinggi berdasarkan

jenis dan kuantitasnya antara lain: industri kimia dan petrokimia, industri

penyulingan minyak, instalasi penyimpanan gas alam cair (LNG), instalasi

penyimpanan gas dan cairan yang mudah terbakar, gudang bahan-bahan kimia,

instalasi penyulingan air bersih dengan menggunakan chlorine, industri pupuk dan

pestisida.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 23: S Efri Meikel Chlorine

2

Universitas Indonesia

Penerapan panduan praktis ini dilakukan pada instalasi berisiko tinggi yang

diidentifikasi dengan keberadaaan zat-zat berbahaya yang membutuhkan perhatian

tinggi. Di Indonesia, terdapat berbagai macam industri yang memiliki risiko tinggi

dan termasuk kedalam kategori instalasi berisiko. Salah satu industri di Indonesia

yang termasuk kedalam kategori ini adalah industri pelayanan dan penyediaan

jasa air bersih. Industri pelayanan dan penyediaan jasa air di Indonesia merupakan

industri yang mengalami perkembangan pesat berhubungan semakin

meningkatnya kebutuhan air bersih di Indonesia dan berkurangnya air tanah

dilingkungan. Perkembangan dari industri ini berkembang pesat dan menuntut

pengkajian yang lebih mendalam terhadap bahaya dan risiko dari setiap proses

produksinya berhubungan banyak berbagai macam bahan kimia berbahaya yang

digunakan pada industri ini.

Berdasarkan aktifitas produksi yang dilakukan, industri pelayanan dan

penyedia jasa air termasuk dalam kategori instalasi berisiko karena dapat

menimbulkan kebocoran tangki penyimpanan bahan kimia berbahaya. Pada

industri tersebut, terdapat instalasi water treatment yang menggunakan bahan

kimia chlorine.

Chlorine adalah gas yang sangat berbahaya dan bersifat toksik dan korosif.

Menurut pajanan konsentrasi yang diperbolehkan menurut ACGIH 2006 adalah

0,5 ppm untuk TLV-TWA (Threshold Limit Value – Time Weighted Avarange)

dan 1 ppm untuk TLV-C (Threshold Limit Value – Ceiling). Sedangkan batasan

konsentarsi untuk lingkungan kerja yang dikeluarkan DEPNAKER adalah 1 ppm

(SE NO.2/MEN/1978) dampak kebocoran gas chlorine dapat dilihat pada tabel

dibawah ini ;

Tabel.1 Dampak gas chlorine terhadap kesehatan.

KONSTRASI

(ppm) WAKTU DAMPAK

3 – 6 - Merasa terbakar tanpa akibat sakit selama 1

jam.

10 1 Menit Batuk –batuk.

10 – 20 30 Menit Berbahaya gatal pada tenggorokan hidung,

mata, disertai batuk dan pedih.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 24: S Efri Meikel Chlorine

3

Universitas Indonesia

100 – 150 5 – 10 Menit Rawan terhadap manusia, menyebabkan

kematian.

300 - 400 30 Menit Akan mengakibatkan kematian 50% orang

sehat yang terkena.

1000 Sesaat Menyebabkan kematian

Kejadian yang sama juga terjadi pada tahun 2002, di Missouri AS dimana

terjadi kebocoran pada kereta yang sedang mengangkut chlorine. Hal ini terjadi

karena automatic shutdown tidak bekerja. Akibatnya 14 ton chlorine lepas ke

udara selama 3 jam dan menyebabkan 63 orang harus di rawat di rumah sakit.

Pada bulan November tahun 2005, dilaporkan di Penn State University terjadi

kebocoran gas chlorine yang menyebabkan 6 orang harus dirawat di rumah sakit.(

http://smk3ae.wordpress.com/)

Pada bulan Juli 2006, sedikitnya 164 orang dibawa ke rumah sakit karena

menghisap gas beracun yang disebabkan bocornya dari pipa di sebuah pabrik

kimia di China Barat Laut. Kantor berita Xinhua melaporkan kebocoran gas

chlorine itu terjadi pada waktu Minggu malam di sebuah pabrik kimia Xin’erte.

Pejabat setempat menyatakan bahwa penyebab kebocoran pipa gas itu adalah

rusaknya katup tangki chlorine akibat tekanan yang berlebihan. Sedikitnya 123

orang dibawa ke rumah sakit mengeluhkan gejala-gejala seperti batuk-batuk,

pusing, dan pembengakak di beberapa bagian tubuh. Dokter mendiagnosis mereka

keracunan gas chlorine. (www.suaramerdeka.com)

Menurut buku Pedoman Praktis Manajemen Risiko K3, Manajemen Risiko

K3 adalah suatu upaya mengelola K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang

tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam kesisteman

yang baik (Ramli,2010) Untuk itu perlunya dilakukan proses manajemen risiko,

dimana dalam proses tersebut beberapa prosedur yang ada dapat dipilih seperti

menetukan konteks, identifikasi bahaya, analisis risiko, evaluasi risiko dan

pengendalian risiko. Penilaian risiko pada tempat kerja merupakan salah satu

aspek yang ada didalamn proses manajemen risiko dengan menganalisis risiko

dan mengevaluasi risiko. Dalam menganalisis suatu sistem diperlukan beberapa

hal yang didalamnya mengenai kendala apa saja yang akan dihadapi, hal tersebut

menjadi latar belakang dimana perlu melakukan analisis dari faktor pendukung

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 25: S Efri Meikel Chlorine

4

Universitas Indonesia

yang berisiko pada suatu sistem, untuk lebih dimengerti dan diketahui sebagai

sebuah antisipasi juga pencegahan nantinya.

Pada tahun 2007 terjadi beberapa kasus kebocoran tangki penyimpanan

chlorine di PT. Thames PAM JAYA (TPJ). Pada kasus tersebut dilakukan

penelitian tentang Analisis Faktor Penyebab Kebocoran Gas Chlorine Pada Unit

Penyimpanan Bahan Kimia PT. TPJ Tahun 2007 oleh Andriyani, dengan melihat

hasil temuan dari beberapa kasus yang ada pada PT. TPJ kebocoran gas chlorine

didapatkan hal-hal yang sering terjadi diseperti kebocoran pada pipa intermediate

Ø 4’’, bocornya flexible joint jaringan pembubuhan intermediate chlorine Ø 4” ,

pecahnya pipa pre chlorine Ø 6”, Bocor pada jaringan pipa intermediate No.2

pembubuhan chlorine Ø 4”, kebocoran chlorine karena flange lepas dari dudukan,

kebocoran chlorine pada gelas rotarimeter (05/07/06), kebocoran chlorine pada

gelas rotarimeter (11/07/06), dan kebocoran chlorine pada baut vaccum regulator

no. 2 di ruang evapator buaran 1. Dari hasil penelitian tidak terdapat korban jiwa

akan tetapi menganggu sistem produksi yang ada, dan dari investigasi tersebut

insiden pada unit chlorine adalah, kerusakan pada alat atau kebocoran pipa terjadi

karena lifetime dari alat atau pipa tersebut yang sudah seharusnya diganti oleh

yang baru, ada peralatan atau pipa yang lifetime-nya belum lama tapi juga

mengalami kerusakan ataupun kebocoran, seperti kebocoran chlorine pada gelas

rotarimeter, telah dilakukan penggantian gelas rotarimeter dengan gelas

rotarimeter yang baru tetapi ternyata gelas tersebut pecah lagi tidak lama setelah

dilakukan penggantian hal-hal ini yang belum diketahui penyebab hingga saat ini.

Dari hasil penelitian didapatkan kebocoran dikarenakan adanya kondisi tidak

aman dimana pekerja tetap melakukan pengoperasian walau alat rusak, lifetime

dari variable, pengetahuan pekerja, tidak adanya program yang cukup baik

(Andriyani,2007)

PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) merupakan sebuah perusahaan

penyediaan dan pelayanan air bersih, PALYJA merupakan bagian dari SUEZ

ENVIRONNEMENT, lini usaha dari Group GDF SUEZ Prancis dimana bergerak

dibidang: air, pelayanan limbah, peralatan terkait bagi kehidupan sehari-hari dan

pelestarian lingkungan, dan perusahaan ini juga bagian dari PT Astratel

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 26: S Efri Meikel Chlorine

5

Universitas Indonesia

Nusantara masuk dalam usaha Grup ASTRA Indonesia dimana bergerak di bidang

infrastruktur. (palyja.com,2011)

PALYJA mempunyai tempat penyimpanan chlorine di sebut Unit

Chlorinasi, dimana dalam Unit Chlorinasi terdapat ruangan, yaitu ruang tangki

chlorine yang berfungsi untuk menyimpan chlorine juga awal proses pemisahan

awal, ruang evaporator yang berfungsi untuk mengubah chlorine cair menjadi gas,

ruang chlorinator yang berfungsi untuk mengatur besarnya dosis chlorine yang

akan di alirkan, ruang pompa netralisator, ruang injector pump sebagai ruang

pemberian chlorine ke air baku juga air bersih dan ruang netralisator yang

berfungsi untuk mengisap chlorine jika terjadi kebocoran pada ruangan

penyimpanan tangki dan ruang chlorinator lalu dilakukan penetralisir tangki

netralisator. Mengingat kompleksitas Unit Chlorinasi dan potensi bahaya dari

chlorine, maka jika terdapat kesalahan dalam pengoperasian (failure) atau

pressure dari tangki yang disebabkan dari kegiatan yang ada pada unit maka dapat

menimbulkan kebocoran gas chlorine dan mengakibatkan kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, maupun pencemaran lingkungan.

Melihat dari beberapa kejadian yang pernah ada dan sudah adanya

penelitian yang dilakukan mengenai Unit Chlorinasi pada PT. TPJ, maka peneliti

akan melakukan penelitian kembali terkait sistem pengelolaan chlorine dengan

industri penyedia dan pelayanan air bersih di PALYJA. Dengan konsentrasi dan

ruang lingkup penilaian risiko pengelolaan sistem chlorine ditempat penyimpanan

tangki chlorine dan melihat keefektifan sistem yang ada Unit Chlorinasi dengan

mengevaluasi proses instalasi chlorine dan menganalisis konsekuensi yang akan

ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, kebocoran bahan kimia beracun dapat

menimbulkan dampak yang buruk terhadap pekerja, lingkungan perusahaan dan

lingkungan sekitar. Salah satu bahan kimia yang beracun yaitu chlorine, dimana

penggunaan chlorine sering dipakai pada industri atau instalasi air bersih. Salah

satu industri atau instalasi air bersih yang menggunakan chlorine adalah PT. PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA). Pada industri atau instalasi air bersih PALYJA

terdapat sistem pengelolaan chlorine pada Unit Chlorinasi yang merupakan unit

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 27: S Efri Meikel Chlorine

6

Universitas Indonesia

dengan menggunakan bahan kimia chlorine yang termasuk dalam bahan kimia

yang bersifat toksik dan korosif. Didalam Tangki penyimpanan chlorine terdapat

dua material chlorine yaitu liquid dan gas. Tangki Chlorine berisiko dan dapat

menimbulkan dampak yang buruk apabila terjadi kebocoran pada tangki

penyimpanan chlorine dan tangki proses. Dimana dampak yang ditimbulkan jika

terjadi kebocoran tangki penyimpanan chlorine tersebut nantinya mulai dari

munculnya penyakit, kematian pada pekerja dan tercemarnya lingkungan kerja

dan lingkungan setempat sehingga dapat menghetikan proses industri.

Melihat dari penelitian sebelumnya mengenai insiden-insiden kebocoran gas

chlorine pada pengelolaan instalasi chlorine. Adanya risiko kebocoran ini

mengharuskan PALYJA melakukan maintenance untuk pencegahan dan

pengendalian risiko kebocoran pada tangki penyimpanan chlorine. Salah satu

diantaranya dengan melakukan penilaian risiko dengan melihat keefektifan sistem

yang ada Unit Chlorinasi dengan mengevaluasi proses instalasi chlorine dan

menganalisis konsekuensi yang akan ditimbulkan di Unit Chlorinasi PT. PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA) Tahun 2011.

1.3 Pertanyaa Penelitian

1. Berapa jumlah tangki penyimpanan bahan kimia chlorine yang tersedia di

ruang tangki chlorine Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya

(PALYJA) pada tahun 2011 ?

2. Bagaimana evaluasi pengelolaan Instalasi Chlorine di Uni Chlorinasi di

PT PAM PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011 yang

meliputi pemilihan tangki dan variable, tempat penyimpanan, pengetahuan

bahaya chlorine dan SOP pada pekerja, dan perawatan serta tindakan

pencegahan?

3. Bagaimana analisis konsekuensi yang ditimbulkan dari hasil evaluasi

pengelolaan Instalasi Chlorine di Unit Chlorinasi di PT PAM PT. PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011 yang telah diperoleh ?

4. Bagaimana kesesuaian dari pengelolaan Instalasi Chlorine di Unit

Chlorinasi di PT PAM PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun

2011 dengan hasil analisis konsekuensi ?

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 28: S Efri Meikel Chlorine

7

Universitas Indonesia

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui keefektifan sistem pengelolaan Instalasi Chlorine diUnit

Chlorinasi PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui jumlah tangki penyimpanan bahan kimia chlorine yang

tersedia di ruang tangki chlorine Unit Chlorinasi di PT. PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011 ?

2. Mengevaluasi pengelolaan Instalasi Chlorine di Uni Chlorinasi di PT

PAM PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011 yang

meliputi pemilihan tangki dan variable, tempat penyimpanan,

pengetahuan bahaya chlorine dan SOP pada pekerja, dan perawatan

serta tindakan pencegahan?

3. Menganalisis konsekuensi yang ditimbulkan dari hasil evaluasi

pengelolaan Instalasi Chlorine di Unit Chlorinasi di PT PAM PT.

PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011 yang telah

diperoleh ?

4. Mengetahui kesesuaian dari pengelolaan Instalasi Chlorine di Unit

Chlorinasi di PT PAM PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada

tahun 2011 dengan hasil analisis konsekuensi ?

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Sebagai wadah pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis

sebagai sarana untuk dapat menerapkan ilmu dan teori yang di dapatkan

selama berkuliah di bidang K3 juga menambah pengetahuan yang tidak

didapatkan dibangku kuliah khususnya berhubungan dengan engineering.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 29: S Efri Meikel Chlorine

8

Universitas Indonesia

1.5.2 Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dalam upaya pencegahan risiko terhadap

kebocoran tangki bahan kimia pada ruang tangki chlorine dengan

mengevaluasi tangki chlorine dan menilai status dari tangki yang ada pada

Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) pada tahun 2011.

1.5.3 Bagi Universitas Indonesia

Sebagai tambahan informasi mengenai analisis risiko kebocoran

tangki bahan kimia chlorine bagi penelitian yang lain. Penulis juga

memberikan beberapa informasi mengenai proses kerja di perusahaan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dimana melakukan evaluasi

terhadap sistem penyimpanan chlorine di instalasi chlorine dan menganalisis

konsekuensi dari risiko kebocoran tangki penyimpanan bahan kimia

chlorine,dimana sebagai diketahui sifat dari chlorine adalah korosif dan toksik.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 – Januari 2012 diruang tangki

chlorine Unit Chlorinasi di PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) yang berlokasi di

Jln. Penjernih 1, Pejompongan , Jakarta Pusat.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 30: S Efri Meikel Chlorine

9 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Berisiko Tinggi

Menurut ILO Code of Practise (1991), Instalasi berisiko tinggi adalah

instalasi industri permanen atau sementara, yang menyimpan, memproses atau

memproduksi zat-zat berbahaya dalam bentuk dan jumlah tertentu menurut

peraturan yang berlaku yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan

besar. Kategori kecelakaan besar yang dapat ditimbulkan oleh instalasi berisiko

tinggi antara lain :

• Pelepasan bahan kimia beracun seperti acrylonitrle, ammonia,

chlorine,sulfur dioxide, hydrogen sulphide, hydrogen cyanide,

carbon disulphide, hydrogen fluoride, hydrogen chloride, sulfur

trioxide, dalam jumlah besar (ton) yang berakibat membahayakan

jiwa atau kesehatan walaupun jarak antara sumber dan daerah

terpengaruh sangat jauh.

• Pelepasan bahan kimia mematikan (extremely toxic) seperti methyl

isocyanate atau phosgene dalam jumlah kilogram yang dapat

membahayakan jiwa atau kesehatan walaupun jarak antara sumber

dengan daerah terpengaruh sangat jauh.

• Pelepasan cairan atau gas mudah terbakar dalam jumlah besar (ton)

yang dapat menghasilkan radiasi panas yang tinggi atau membentuk

awan uap yang dapat meledak (explosive vapour cloud)

• Ledakan yang diakibatkan material aktif yang tidak stabil seperti

ammonium nitrate, nitroglycerine, trinitrotoluene.

Instalasi berisiko tinggi tersebut berdasarkan jenis dan kuantitasnya menurut

ILO Code of Practise antara lain:

• Industri Kimia Dan Petrokimia.

• Industri Penyulingan Minyak.

• Instalasi Penyimpanan Gas Alam Cair (LNG).

• Instalasi Penyimpanan Gas dan Cairan yang Mudah Terbakar.

• Gudang bahan-bahan kimia.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 31: S Efri Meikel Chlorine

10

Universitas Indonesia

• Instalasi Penyulingan Air Bersih dengan Menggunakan Chlorine

• Industri Pupuk dan Pestisida.

Instalasi berisiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya diluar cakupan

panduan praktis antara lain:

• Instalasi Nuklir.

• Pangkalan Militer (instalasi biologi, nuklir , dan kimia serta pusat

persenjataan)

Peraturan atau standar ILO berupa panduan yang ditetapkan di industri

dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan besar seiring dengan

kenaikan produksi, penyimpanan, dan penggunaan bahan berbahaya. Tujuan dari

standar ini adalah untuk memberikan arahan tentang pengaturan administrasi,

hukum, dan sistem teknis untuk mengendalikan instalasi berisiko tinggi yang

dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada pekerja, masyarakat dan

lingkungan dengan mencegah terjadinya kecelakaan besar yang mungkin terjadi

dan meminimalisasikan dampak dari kecelakaan tersebut. Oleh karena itu, analisis

bahaya dan risiko seperti analisis konsekuensi dari kecelakaan yang terjadi

terhadap pekerja dan masyarakat sekitar harus dilakukan dalam rangka

manajemen pengendalian risiko kecelakaan dan pengamanan pada instalasi

berisiko tinggi (ILO,1991)

2.2 Kebocoran dan Klasifikasi Zat Kimia

Kebocoran suatu zat kimia ke udara terjadi sebagai akibat dari suatu

kegagalan proses pada industri kimia. Jika pabrik berada di kawasan terbuka,

maka penyebaran zat kimia dari kebocoran zat kimia tersebut dipengaruhi oleh

angin. Sedangkan pabrik yang berada pada kawasan tertutup atau dalam ruangan

maka yang harus diperhatikan adalah penyediaan ventilasi. Banyak toksik dari

suatu zat kimia harus menjadi salah satu pertimbangan utama dalam

menempatkan unit di bagian dalam atau di bagian luar ruangan (Less, 1996)

Dalam buku Loss Prevention in The Process Industries (Less, 1996)

menyebutkan bahwa salah satu bahaya utama dalam industri proses setelah

terjadinya kebakaran serta adanya ledakan adalah kebocoran zat kimia toksik.

Bahaya tersebut tergantung dari kondisi pajanan dan substansi zat kimia itu

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 32: S Efri Meikel Chlorine

11

Universitas Indonesia

sendiri. Mulai dari pajanan tiba-tiba dalam waktu singkat dengan konsentrasi

tinggi hingga pajanan dalam waktu lama pada konsentrasi rendah selama masa

kerja karyawan. Kedua kondisi tersebut memberikan bahaya serius.

Zat-zat kimia berbahaya dapat didefinisikan sebagai bahan kimia berbentuk

gas, cairan atau pun padat, dimana sifat-sifat kimianya bisa menyebabkan cidera

maupun mengakibatkan kematian jika berhubungan dengan sel-sel tubuh (Grossel

& Crow, 1995) Sebuah tingkat toksisitas dari suatu bahan kimia hanya bisa

dipastikan oleh uji coba laboratorium dimana menggunakan binatang uji coba atau

apparatus. Namun demikian hasil dari uji coba tersebut tidak bersifat mutlak

(Grossel & Crow, 1995).

Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor tidak tetap dari beberapa

populasi target. Seperti, kondisi fisik perorangan saat itu, umur, jenis makanan

dan lain-lain. Hal ini menghasilkan data yang kemungkinan berbeda dari setiap uji

coba bagi setiap populasi target. Keadaan demikian menyulitkan dibuatnya

klasifikasi jenis bahan kimia yang termasuk bahan kimia sangat mematikan

(highly toxic material). Walaupun secara garis besar bahan kimia sangat

mematikan adalah bahan kimia yang menimbulkan efek berbahaya dalam dosis

yang kecil (Grossel & Crow, 1995)

Keadaan demikian menimbulkan beberapa perbedaan klasifikasi bagi

beberapa bahan kimia pada beberapa klasifikasi yang dikeluarkan oleh pihak

berwenang atau literatur-literatur toksikologi. Hodge dan Strener (1949) membagi

tingkat toksisitas menjadi enam skala secara terpisah yang didasarkan kepada

dosis memastikan dari bahan kimia tersebut. Skala 6 dan 5 merupakan bahan

kimia dengan tingkat toksisitas tinggi.

Tabel 2.1 Toksisitas Relatif Hodge dan Strener (1949)

Kategori Tingkatan Toksik Kemungkinan Dosis (manusia)

Kadar 70 Kg berat badan

6: Super Toksisitas < 5 mg/kg < 0.35ml

5: Amat Sangat Toksisitas 5-50 mg/kg 0.35 ml – 4.92 ml

4: Sangat Toksisitas 50-500 mg/kg 4.92 ml - 29.57 ml

3: Toksisitas Sedang 0.5-5 g/kg 29.57 ml – 473.17 ml

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 33: S Efri Meikel Chlorine

12

Universitas Indonesia

2: Toksisitas Ringan 5-15 g/kg 473.17 ml – 946.35 ml

1: Praktis Tidak Toksik > 15 g/kg < 946.35 ml

Sumber: (Grossel & Crow, 1995)

Sedangkan NFPA (National Fire Protection Association) menggunakan

skala 0 hingga 4 bagi bahaya kimia yang memiliki bahaya terhadap kesehatan.

Penilaian dititik beratkan sebagai peruntukan bagi personil tanggap darurat. Hal

ini tanpa memperhitungkan bahaya dari pembakaran zat kimia.

Tabel 2.2 Skala NFPA

Rating Definition

4

Terlalu berbahaya untuk kesehatan jika terpajan dari hasil

pemadaman kebakaran yang ada dimana beberapa bau dari

pemakaran dapat menyebabkan kematian yang bisa berasal dari

uap atau cairan, dan mengatasi hal tersebut digunakan pakaian

pelindung anti api secara menyeluruh, penggunaan breathing

apparatus untuk pernafasan ketika melakukan pemadaman dan

pakaian untuk menjaga kulit dari kontak langsung.

3

Bahan sangat berbahaya untuk kesehatan, dapat dilakukan

pemadaman secara hati-hati. Menggunakan pakaian pelindung

khusus, breathing apparatus, mantel, sarung tangan, sepatu boat,

pelindung kaki, lengan dan pinggang yang seluruhnya anti panas,

kulit harus tertutupi oleh pelindung.

2 Berbahaya bagi kesehatan, daerah dapat dimasuki dengan

penggunaan full face mask, breathing apparatus pribadi, dan alat

pelindung mata.

1 Sedikit bahaya bagi kesehatan, dapat dimasuki tanpa

menggunakan alat pelindung diri hanya menggunakan breathing

apparatus.

0 Material yang terkena panas tidak menimbulkan kebakaran dan

tidak menimbulkan bahaya karena tidak adanya material yang

mudah terbakar.

Sumber: (Grow & Crow, 1995)

Sedangkan menurut EPA (Environtmental Protection Agency)

menggunakan penilaian konsentrasi paparan dimana berdasarakan LOC (level of

concern) atau sama dengan sepersepuluh dari bahaya bagi kesehatan atau IDLH

(Immedieatly Dangerous To Life and Death) dari NIOSH (National Institute for

Occpational Safety and Health).

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 34: S Efri Meikel Chlorine

13

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 IDLH (Immedieatly Dangerous To Life and Death)

Level of Concern

(LOC;ppm)

EPA LRATE

Value

> 500 0

50 – 500 1

5 – 50 2

0.5 – 5 3

0 – 0.5 4

Sumber : (Grow & Crow, 1995)

IDLH dianggap sebagai konstrasi maksimum vapour dalam ppm (part per

million) yang dapat mengakibatkan suatu kegagalan pernafasan jika melebihi

paparan selama 30 menit. Skala 4 (empat) pada tabel dianggap sebagai bahan

sangat beracun (highly toxic).

2.3 Klasifikasi Kontaminan Kimia di Udara

Terdapat berbagai jenis-jenis kontaminan udara di tempat kerja dimana jenis

bahan kimia yang terlepas ke udara sangat tergantung pada material yang di

gunakan di tempat kerja tersebut dan proses operasi yang berjalan. Klasifikasi

kontaminan kimia di udara dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi secara umum

dan klasifikasi berdasarkan proses pembentukannya (Lestari, 2007)

2.3.1 Klasifikasi Umum

Secara umum, klasifikasi kontaminan kimia di udara pada dasarnya

dapat dibagi menjadi dua kelas besar, yaitu:

a. Gas dan Uap

b. Partikulat di Udara atau Aerosol

Kelompok gas dan uap dapat disubklasifikasikan lagi menjadi masing-

masing gas dan uap. Partikulat atau seringkali disebut aerosol, pada dasarnya

dapat disubklasifikasikan lagi menjadi aerosol padat dan aerosol cair. Aerosol

padat dapat berupa debu, fiber, asap (smoke), dan fume. Aerosol cair dapat

berupa mist dan fog (Lestari,2007)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 35: S Efri Meikel Chlorine

14

Universitas Indonesia

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Pembentukan

Selain klasifikasi secara umum sebagaimana dijelaskan pada bagian

terdahulu, kontaminan kimia di udara juga dapat di klasifikasikan

berdasarkan proses pembentukannya, yang dapat di klasifikasikan menjadi

dua kelompok berikut (Lestari,2007):

a. Terbentuknya secara alami (natural airbone contaminat).

Contohnya adalah ozon yang terbentuknya melalui reaksi

fotokimia di udara saat terjadinya petir; aktivitas gunung berapi

yang melepaskan HF, H2S ; partikel garam di udara pantai yang

terbentuknya dari percikan air laut yang airnya menguap dan yang

tersisa adalah partikel garamnya di udara; debu yang tertiup

angin. Kontaminan udara yang terbentuk secara alami biasanya

konsentrasinya rendah sehingga mudah di netralisir oleh alam.

b. Terbentuk karena aktivitas manusia. Beberapa kontaminan udara

yang di hasilkan akibat aktivitas manusia. Contohnya adalah

kontaminan kimia yang dihasilkan oleh industri.

2.3.3 Definisi Gas dan Uap

Menurut Leidel et al pada tema Occupational Exposure Sampling

Strategy Manual di NIOSH dan menurut Lestari dalam buku Bahaya Kimia :

Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara, gas dan uap

merupakan kontaminan yang berbeda. Gas adalah fluida tak terbentuk yang

dapat menyebar dan memenuhi ruang yang ditempatinya. Gas merupakan

wujud materi yang molekul-molekulnya tidak terikat oleh gaya kohensif. Gas

dapat dicairkan dengan mengkombinasikan antara menurunkan temperatur

dan menaikan tekanan. Contoh adalah Oksigen (O2), Karbon Dioksida (CO2),

Sulfur Dioksida (SO2), Klorin (Cl2).

Uap dihasilkan bila cairan atau padatan dikonversikan dengan

pemanasan menjadi wujud gas melalui proses penguapan (dari cairan) atau

sublimasi (dari padatan). Contoh cairan yang dapat melepaskan uap adalah

pelarut-pelarut yang memiliki titik didih rendah seperti benzene, toluene,

formaldehida. Padatan dengan tekanan uap yang tinggi akan mudah

mengalami proses sublimasi dan melepaskan uap seperti kamfer. Selain

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 36: S Efri Meikel Chlorine

15

Universitas Indonesia

berbeda menurut proses pembentukannya, gas dan uap juga dapat dibedakan

sebagai berikut. Pada kondisi ruang (T = 25oC dan P = 1 atm) gas berwujud

gas, tetapi uap berwujud cairan padatan. Sifat lain dari gas dan uap adalah

mengikuti hukum difusi normal dan bercampur sempurna dengan atmosfer di

sekitarnya.

2.4 Chlorine

Chlorine merupakan salah satu elemen kimia yang termasuk dalam

golongan halogen. Chlorine dapat berbentuk gas chlor maupun cairan chlorine

yang tergantung temperaturnya. Jika pembentuk Chlor hidrat (Cl28H2O)

bereaksi dengan udara lebab pada suhu 10OC dan 1 atm. Chlorine dalam bentuk

gas atau cairan, gas cholrine menimbulkan bau dan berwarna kuning kehijauan

dimana berat jenis dua setengah kali berat jenis udara, akibat jika tetap di udara

akan menempati posisi terendah. Bau chlorine yang bersifat merangsang untuk

cepat dikenali secara spesifik, jika seseorang dapat mengetahui adanya chlorine

di udara pada konsentrasi rendah dari baunya yang khas, sebelum mencapai

konsentrasinya yang membahayakan.

Salah satu sifat dari chlorine dimana zat yang tidak terbakar dan meledak

akan tetapi dapat bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Kelarutan Chlorine dalam

air sangat kecil (7.30 gr/lt air pada suhu 20OC). Oleh karena itu, chlorine ton

container yang bocor tidak boleh disiram dengan air karena akhirnya hanya akan

memperbesar kebocoran tersebut. Chlorine cair mendidih pada tekanan 1 atm dan

temperatur -34OC, cairan chlorine berwarna kuning sawo dengan berat jenis satu

setengah kali berat jenis air. Satu bagian volume cairan chlorine jika menguap

akan membentuk 460 bagian volume gas. Pada cholrine kering tidak bersifat

korosif terhadap besi dan baja, tetapi chlorine yang basah sangat korosif terhadap

bahan-bahan tersebut. Laju korosi gas chlorine naik dengan makin meningkat

kadar uap air (moisture) yang dikandungannya. Oleh karena itu, penting sekali

untuk memberi perlindungan terhadap chlorine ton container, bejana, pipa-pipa

dan valve dari pengaruh kelembaban.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 37: S Efri Meikel Chlorine

16

Universitas Indonesia

Tabel 2.4 Properti Gas Chlorine

Symbol : Cl2

Atomic weight:35.457

Atomic number: 17

Isotopes: 33,34,35,36,37,38,39

Density (see Appendix) at 34OF (1.1

OC) and 1 atm:0.2006 lb/ft

3

Spesific gravity at 32OF (0OC) and 1 atm:2.482 (air=1)

Lyquefying point at 1 atm: -30.1 OF (-34.5

OC)

Viscosity (see Appendix) at 68OF (20

OC):0.01325cP (approximately the

same as saturated steam between 1 and 10 atm)

Specific heat at constant pressure of 1 atm and 59OF (15

OC):0.115 Btu/lb/

OF

Specific heat at constant volume at 1 atm pressure and 59OF (15

OC):0.085

Btu/lb/OF

Thermal conductivity at 32 OF(

OC):0.0042 Btu/h/ft

2/ft

Heat of reaction with NaOH:626Btu/lb Cl2 gas

Solubility in water at 68OF (20

OC) and 1 atm 7.29 g/l.

Sumber: (White,2010)

Tabel 2.5 Properti dari Chlorine Cair

Critical temperature 144OC;291,2

OF

Critical pressure 1118.36psia

Critical density 573g/l;35.77lb/ft3

Compressibility 0.0118% per unit vol pet atm

increase at 68OF (20

OC)

Density (see Appendix) at 32OF 91.67lb/ft

3

Specific gravity at 68OF 1.41 (water = 1)

Boiling Point (liquefaction point) at 1 atm -34.5OC; -30.1

OF

Freezing point -100.98OC; -149.76OF

Viscosity (see Appendix) at 68OF 0.35cP [approximately 0.35

times water at 68OF (20

OC) ]

1-vol liquid at 32OF and 1 atm 457.6-vol gas

1-lb liquid at 32OF and 1 atm 4.98-ft

3 gas

Specific heat 0.226 Btu/lb/OF

Latent heat of vaporization 123.8 Btu/lb at -29.3 O

F

Heat of fusion 41.2 Btu/lb at -150.7 O

F

Sumber: (White,2010)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 38: S Efri Meikel Chlorine

17

Universitas Indonesia

2.4.1 Sifat Reaktif Chlorine

Chlorine bersifat reaktif dengan beberapa unsur dan senyawa yaitu,

logam, hydrogen, ammonia, dan senyawa organik (Gatot,1992)

• Reaksi dengan Logam

Chlorine bereaksi dengan hampir semua jenis logam dan

membentuk senyawa klorida. Reaksi akan makin mempercepat

dengan makin meningkatkan temperatur. Gas chlorine yang

kering bereaksi sedikit sekali dengan besi pada temperatur kamar.

• Reaksi dengan Hidrogen

Campuran gas chlorine dengan hydrogen bersifat eksplosif.

Reaksi ekplosif akan bertambah hebat dengan bantuan sinar

matahari langsung atau panas, dengan menghasilkan senyawa

hydrogen klorida.

• Reaksi dengan Amonia

Gas chlorine beraksi dengan ammonia, bila chlorine bereaksi

dengan ammonia sebagai excess maka hasil reaksi berupa

ammonium klorida dan gas N2. Akan tetapi, bila chlorine sebagai

excess, maka akan terbentuk nitrogen triklorida (NCl3) yang

bersifat eksplosif. Deteksi kebocoran chlorine dapat dengan

mudah dilakukan dengan memakai ammonia yang menghasilkan

asap putih dari senyawa ammonium klorida yang terbentuk.

• Reaksi dengan Senyawa Organik

Chlorine sangat reaktif terhadap semua senyawa organik seperti

benzene, phenol, dll. Dengan melepaskan panas yang tinggi

selama reaksi dan menghasilkan senyawa chlorinated organic dan

asam klorida.

2.4.2 Kegunaan Chlorine

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi telah

banyak mendorong penggunaan bahan kimia, salah satu penggunaan bahan

kimia tersebut ialah chlorine. Semakin luasnya penggunaan chlorine sehingga

dapat dijadikan sebuah indikator sebagai tingkat kemajuan dari industri yang

ada di suatu negara dengan hanya mengetahui tingkat penggunaan dan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 39: S Efri Meikel Chlorine

18

Universitas Indonesia

konsumsi chlorine. Secara garis besar, kegunaan chlorine adalah sebagai

berikut (White,1972);

• Pemakaian Secara Langsung , bleaching pulp, kertas, serat-serat

(rayon), untuk disenfeksi air minum, chlorinasi air pendingain

dan air buangan, untuk keperluan sanitasi, dan lain-lain.

• Pemakaian Secara Tak Langsung, digunakan untuk bahan

pembantu dalam pembuatan vinyl chloride (VCM), vinylidene

chloride, chlorinated solvent, pembuatan zat warna, pembuatan

insektisida, pembuatan bahan kimia organik dan anorganik.

• Pembuatan Logam, untuk ekstrasi logam titanium.

Di Indonesia, pemakaian chlorine sampai saat ini masih terbatas pada

pemakaian untuk bleaching pulp, kertas, tekstil, pembuatan bahan kimia (zinc

chloride, monosodium glutamate), pickling liquor pada industri galvanizing,

Chlorinasi air minum dan air pendingin, sanitasi pada industri cold storage

dan industri makanan.

2.4.2.1 Chlorine dalam Produksi Air Bersih

Pada proses produksi air bersih, terdapat salah satu tahapan

proses dimana digunakannya air bersih dalam prosesnya yaitu proses

Chlorinasi, yang berfungsi sebagai disenfektan. Tujuan dari proses

tersebut adalah untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat

pantogen. Dalam industri umumnya prosesnya desinfektan

menggunakan panas, ultraviolet, gamma, x-ray, ataupun dengan

pemanasan. Dalam produksi air bersih, proses-proses tersebut tidak

dapat digunakan dikarenakan proses-proses tersebut tidak memiliki sisa

desinfektan untuk menghambat masuknya mikroorganisme. Umumnya

penggunaan desinfektan yang di gunakan dalam produksi air bersih

adalah chlorine, chloramines atau chlorine dioksida. Pemilihan

desinfektan ini berdasarkan keefektifan desinfektan itu sendiri, dilihat

dari kekuatan sisa desinfektan dalam air, ataupun harga dari desinfektan

itu sendiri. Pada seluruh Instalasi air minum menggunakan Chlorine

(Cl2) desinfektan dalam proses produksi air bersihnya.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 40: S Efri Meikel Chlorine

19

Universitas Indonesia

Chlorinasi dalam proses produksi air bersih dimulai di

Amerika sejak tahun 1903. Chlorine dalam air akan membentuk reaksi

kimia Cl2, asam hypochlorite (HOCI) ataupun ion hypoclorite (OCl-).

Reaksinya yang didapat hasil pembentukan berada dibawah ini.

NaOCl + H2O NaOH + HCl

HOCl H+ +OCl

-

HOCl +HCl H2O + Cl2

Setelah gas Chlorine (Cl2) bereaksi dengan air (H2O) maka

akan terbentuk asam hypochlorite (HOCl), HOCl ini kemudian akan

menjadi residual desinfektan didalam air bersih. Banyak faktor yang

mempengaruhi dari efektivitas suatu proses Chlorinasi seperti pH,

temperatur, waktu kontak, dan residual chlorine. Idealnya pada proses

desinfektan tersebut berlangsung pada pH (6 – 7 ), temperatur 20 – 25

OC, waktu kontak lebih dari 30 menit, dan residual chlorine dalam air

lebih dari 0,5 mg/l. Kriteria desain unit Chlorinasi berdasarkan Susuma

Kawamura (1991) adalah

Tabel 2.6 Kriteria desain Unit Chlorinasi

No. Unit Chlorinasi Deskripsi

1. Jumlah Chlorine feeder Minimum dua

2. Evaporator

Dibutuhkan, jika chlorine

yang digunakan adalah

lebih dari 550 kg/hari

3. Gas Cylinder Dibutuhkan, minimum 1

buah

4. Chlorine expansion tank Dibutuhkan untuk saluran

chlorine

5. Chlorine gas strainer Dibutuhkan

6. Chlorine gas pressure regulatory valve Dibutuhkan

7. Chlorine gas pressure gauges Dibutuhkan

8. Chlorine educators Dibutuhkan

9. Water supply to eductor

Adanya supply dua arah

untuk kebutuhkan air

diperlukan. Perlu juga ada

alat untuk mencegah aliran

balik (backflow)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 41: S Efri Meikel Chlorine

20

Universitas Indonesia

No. Unit Chlorinasi Deskripsi

10. Chlorine solution rotometers Optimal

11. Chlorine gas leak detectors Dibutuhkan

12. Chlorine residual analyzer Dibutuhkan

13. Chlorine container

Sebaiknya untuk keperluan

chlorine dari 100 kg/hari,

disediakan 1 buah cylinder

dengan kapasitas 1 ton

14. Housing

Tempat penyimpanan

chlorine sebaiknya tidak

terletak di bawah tanah,

bangunan chlorine tersebut

sebaiknya didesain dapat

menampung semua tabung

chlorine minimal untuk

kebutuhan 15 hari.

15. Ventilation

Setiap ruangan harus

memiliki ventilasi udara.

Tempat keluarnya udara

dibuat dekat dengan lantai

diusahakan udara

dikeluarkan ke tempat

yang aman, hal ini sebagai

tindakan preventif jika

terjadi kebocoran.

Sedangkan untuk udara

yang masuk, sebaiknya

dibuat ventilasi dekat

dengan langit-langit.

16. Inspection window

Di ruang penyimpangan

chlorine dan ruang

pembubuhan chlorine,

selain diberi pintu juga

harus diberi jendela kaca

yang bening untuk melihat

kondisi di kedua ruang

tersebut tanpa harus

memasuki ruangan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 42: S Efri Meikel Chlorine

21

Universitas Indonesia

No. Unit Chlorinasi Deskripsi

17. Acces door

Semua pintu akses yang

ada harus dapat di tutup

dan dibuka untuk keluar

dari unit. Jika diperlukan

pintu diantara ruang-ruang

unit chlorinasi, maka pintu

tsb harus memiliki airtight

seal.

18 Heating

Jika unit chlorinasi tidak

miliki evaporator,

sebaiknya harus memiliki

pemanas

19. Safety Equipment

Obat mata, shower, dan

masker harus disediakan

sesuai dengan standar

OSHA

20. Chlorine Cylinders

Semua tabung harus

dirantai untuk keamanan,

dan sebaiknya diletakan di

tempat yang tidak rawan

gempa.

Sumber : (Kawamura ,1991)

Sedangkan dibawah ini adalah sistematik dari unit chlorine

yang umumnya digunakan

Gambar 2.1 Skematik Sistem Chlorine

Sumber : (PALYJA,2011)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 43: S Efri Meikel Chlorine

22

Universitas Indonesia

2.4.2.2 Recommendation for a chlorine standard

The National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) merekomendasikan standar kerja pada pekerjaan yang

menggunakan chlorine. Dengan standar yang mengatur keamanan dari

kesehatan dan keselamatan kepada pekerja yang bekerja selama 10 jam

perhari dan 40 jam perminggu. Chlorine dapat berbentuk gas chlor

maupun cairan chlorine yang tergantung temperaturnya. Standar yang

ada untuk pekerja dan proses chlorine untuk menjaga agar chlorine

tidak keluar atau terpapar kepada pekerja.

Tabel 2.7 Recommendation for a Chlorine Standard from NIOSH

No Section Point Deskripsi

1 Environmental (Work Air)

• Konsentrasi chlorine di tempat

kerja dibawah 0,5 untuk periode 15

menit.

• Prosedur pengambilang sample,

pengkalibrasian dan analisis chlorine terdapat metode pada alat khusus

• Melakukan

sampling pada

tempat kerja

2 Medical • Adanya MCU kepada pekerja,

secara berkala dari dan adanya

pencatatan serta dilaporkan kepada pekerja

• Melakukan

MCU pertahun

3 Labeling

(posting) • Pemberian label ditangki dan

ruang kerja dengan melihat status,

peraturan, tata cara kerja, MSDS

(bahaya bahan kimia dll ), informasi

penggunaan APD

• Melakukan

pemberian label

pada ruang

penyimpanan

dan tangki dll

4

Personal Protective

Equipment

(PPE)

• Protective Clothing (long pants

over boots, rubber boots, long rubber

gloves, goggles, respirator, face

shield, oksigen tank) digunakan pada

saat terjadi kebocoran besar.

• Respirator protection, rubber

boots, long rubber gloves, goggles:

penggunaan saat terjadi kebocoran

kecil dan melakukan maintenance.

• Pekerja harus

membersihkan

PPE setelah

digunakan serta

penyimpanan

yang layak,

pengantian filter

ketika setelah

melakukan maintenance

tangki yang

bocor.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 44: S Efri Meikel Chlorine

23

Universitas Indonesia

Repirator Selection Guide

Chlorine Concentration Respirator Type

• Less than or equal to 25 ppm 1. Chemical cartridge respirator

with full facepiece and

cartridge(s) and filter(s) providing protection against

chlorine.

2. Full face gas mask, chest or back mounted type, with industrial size

chlorine canister

3. Any supplied air respirator with

a full facepiece, hood, or helmet

with shroud

4. Any self contained breathing

apparatus with full facepiece.

• Greater that 25 ppm and

emergencies

1. Self contained breathing

apparatus with full facepiece, prseeure demand or other

positive pressure type

2. Combination respirator which includes type C supplied air

respirator with a full facepiece

operated in pressure demand or

other positive pressure or

continuous flow mode, and an

auxiliary self contained breathing apparatus, pressure

demand or other positive

pressure type.

• Evacuation or Escape 1. Self contained breathing

apparatus with full facepiece. 2. Full face gas mask with

industrial size chlorine canister

No Section Point Deskripsi

5 Informating

Employees of Hazard from

Chlorine

• Pelatihan untuk memberi

pengetahuan kepada pekerja akan

bahaya chlorine.

• Dilakukan pelatihan bahaya

chlorine, pelatihan penanganan

terjadi kebocoran (besar atau kecil), pelatihan emergency response,

pelatihan first aid

• Penggunaan

PPE saat

bekerja.

• Penyedia

nomor darurat

6 Work

Practices • Emergency Procedurs: terdapat

team terpadu, tanda jalur evakuasi,

terdapat fasilitas medis, membuat

desain jalur khusus (kebakaran,

kebocoran chlorine, gempa bumi)

• APAR yang

digunakan

tidak

mengadung air

(vapour)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 45: S Efri Meikel Chlorine

24

Universitas Indonesia

No Section Point Deskripsi

6 Work

Practices • Team penanganan kebocoran

tangki harus sudah terlatih pada saat

terjadi bencana.

• Penyediaan fasilitas keselamatan

khusus untuk kebakaran dan

kebocoran chlorine.

• Penyediaan fasilitas keselamatan

pendeteksi chlorine.

Penyediaan fasilitas keselamatan jika

terkena chlorine.

• Chlorine

detector

Shower, eyes wash, tabung

oksigen, PPE

(breathing

apparatus)

• General Work Practice:

melakukan pengontrolan konsentrasi

chlorine pada ruang kerja untuk

menjaga suhu ruang penyimpanan,

pemberian safety lock/penahan pintu

yang tersedia untuk saat maintenance

• Penyediaan

ventilasi,

exhaust,

penyedot

chlorine

• Safety lock

pada pintu

• Storage:

- diluar ruang penyimpanan

chlorine harus terhindar dari matahari dan hujan ,

- didalam ruangan memiliki

ventilasi untuk menjaga sirkulasi

serta suhu ruang, dijaga agar tetep

kering, sejuk, bersih,

- Terdapat pintu keluar dari

ruangan penyimpanan,

- Terdapat jendela pada pintu,

untuk melihat proses chlorine tanpa masuk kedalam ruangan,

- Tempat penyimpanan terisolasi

(ruang tertutup), - Terdapat ventilasi khusus untuk

menjaga ruangan dari kebocoran

gas,

- Tersedia tempat penyimpanan

yang dapat menopang agar tidak

jatuh, mengelinding serta salah

penempatan,

- Tangki harus terhindar dari

panas, korosi, cairan bahan kimia

lain dan bahaya mekanik, - Penyimpanan tangki terhindar

dari akumulasi chlorine jika

terjadi kebocoran,

- Penggunaan chlorine first-in-first-

out (FIFO),

- Terdapat sign ketika penggunaan

tangki yang beroperasi dan tidak.

• Peneduh bagi

outdoor

• Ventilasi bagi

indoor

• Terdapat dua

pintu keluar

• Inspection

windows pada

pintu

• Chlorine

detector dan

pipa

netralisator

• Tempat

penyimpanan terlapisi karet

• Tempat

penyimpanan

diberi ruangan

tersendiri

• Pemberian

tanda operasi tangki.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 46: S Efri Meikel Chlorine

25

Universitas Indonesia

No Section Point Deskripsi

6 Work

Practices • Handling:

- Pengecekan tangki chlorine dan

variable serta sistem dilakukan pengecekan,

- Adanya pencatatan dalam

melakukan pengecekan,

- Menjaga kelembapan suhu ruang

penyimpanan dan pengecekan

pada pipa, valve, tangki untuk

terhindarnya kebocoran dan

releasenya chlorine ke udara,

- Pemindahan tangki chlorine menggunakan alat bantu untuk

menjaga klorin tidak terjatuh,

- Tidak melakukan modifikasi pada tangki dan valve

- Pengatur suhu pada tangki proses

dan terdapat thermometer untuk mengetahui suhu pada ruangan

- Gasket baru digunakan jika

mengganti tabung

- Valve tabung tidak diputar lebih

dari satu kali

- Pengecekan tekanan pada tangki

dilakukan per 5 tahun - Pemeriksaan sambungan dan

penyetelan kembali dilakukan

saat penggantian tabung - Tabung dipindahkan dengan

peralatan khusus (alat angkut dan

alat angkat) dengan beban sesuai

dan teruji

• Melakukan

pengecekan

rutin pada tangki, pipa,

variable dan

sistem yang

ada

• Terdapat SOP

dan checklist

sebagai

pencatatan

• Penggunaan

forklift

• Jika

mengalami kerusakan

pada variable

segera diganti

• Work Areas:

- Terdapat fasilitas keselamatan

diri (eyewash dan safety shower) - Area chlorine dalam sistem

tertutup, tersedia prosedur

kedalam area chlorine - Tersedianya dua breathing

apparatus sebagai alat handling

ketika terjadi kebocoran

- Ruang area selalu bersih dan

kering

• Pembersihan

ruangan tangki

penyimpanan

• Waste Disposal:

- Terdapat alat khusus untuk melakukan penetralan

- Terdapat pada ruang khusus dan

membuang chlorine ke luar menjadi netral

• Terdapat ruang

netralisator (penyaring dan

penyedot

chlorine)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 47: S Efri Meikel Chlorine

26

Universitas Indonesia

No Section Point Deskripsi

• Confine Space:

- Terdapat peraturan untuk memasuki ruang terbatas (tanks,

pits, tank cars, barges)

- Dilakukan pengecekan ruang

terbatas dan dilengkapi dengan

PPE yang sesuai

- Terdapat ventilasi pada ruang

terbatas untuk mengatur laju

udara

- Pekerja yang masuk harus menggunakan PPE

• Terdapat

prosedur saat masuk

kedalam

• Pemberian

PPE yang

sesuai

• Penyediaan

ventilasi tambahan

untuk laju

udara

7 Sanitation

Practices • Terdapat sertifikasi pada

perusahaan mengenai sanitasi,

• Terdapat tempat khusus

penyimpanan PPE dan pembuangan

PPE yang telah dipakai (filter)

• Pekerja wajib menjaga kebersihan

• Dilarang makan, minum, merokok

pada area chlorine

• Pembersihan PPE selalu dilakukan

• Penyediaan

ruang loker,

dan tempat

khusus

(makan,minu

m dan

merokok)

8 Monitoring

and Recordkeeping

Requirments

• Memonitoring konsentrasi

chlorine pada lingkungan kerja setiap

per 3 tahun atau 1 bulan ketika terjadi

kebocoran

• Pengantian PPE (filter) jika tidak

digunakan 6 bulan, jika terdapat

kebocoran langsung diganti,

penggunaan perawatan diganti per 3

bulan

• Melakukan pencatatan hasil

sampling

• Pencatatan

dan

monitoring

yang

dilakukan saat

kerja

Sumber : (NIOSH,1976)

2.4.3 Toksisitas Chlorine

Menurut EPA Chemical Emergency Preparedness and Prevention

Advisory (1990), Chlorine termasuk kedalam extreamly hazardous substance

(EHS) karena memberikan dampak yang dapat mengakibatkan luka atau

kematian pada seseorang apabila terpajan dalam jumlah yang cukup. Lethal

Concentration (LC 50) pada tikus adalah 293 ppm/1 jam secara inhalasi.

NFPA memberikan hazard symbol untuk gas chlorine yaitu merah (0) non

flammable, biru (4) sangat berbahaya bagi kesehatan jika memajan dalam

bentuk cair atau gas, kuning (0) stabil, putih (OX) oxidizer.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 48: S Efri Meikel Chlorine

27

Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Kode NFPA untuk Gas Chlorine

Sumber: (NIOSH, 2003)

Dampak pajanan chlorine terhadap organ tubuh manusia adalah

sebagai berikut (Japan Soda Industri Association,1977);

• Organ mata terkena Chlorine (eyes contact)

Pada pernapasan dengan konsentrasi 2-5 ppm, bahkan pada 1

ppm, chlorine sudah dapat memberikan gejala sedang pada mata

seperti air mata mengalir keluar deras. Bila meningkat pada

konsentrasi 5-30 ppm, chlorine dapat menimbulkan gejala berat,

pandangan mata terganggu. Mata sakit terkena sinar

(photopobia), pedih, conjunctiva merah dan bengkak, kelompak

mata bengkak sehingga mata dapat tertutup. Kornea dapat terluka

dan terkelupas, jaringan lebih dalam dapat rusak, terjadi necrose

dan ulcerasi yang hamper selalu berakhir dengan kebutaan.

• Organ Kulit terkena Chlorine (skin contact)

Kulit biasanya tidak mudah terangsang oleh chlorine, tetapi

menurut Flury dan Zernih (1931) membuktikan bahwa kontak

dengan chlorine dalam kadar tinggi dapat menimbulkan perasaan

panas seperti tersengat, tertusuk, atau seperti terbakar terkena api.

Kulit akan bergelembung berisi air, mengelupas, bahkan

mengalami keradangan. Bila kulit terkena chlorine dalam jumlah

yang cukup banyak, dapat menimbulkan frost-bite, yaitu perasaan

sakit karena terkena dingin ektrim.

• Organ Pernafasan terkena Chlorine (inhalasi)

Pada indera penciuman bau khas chlorine dapat tercium pada

konsentrasi 0,1-0,4 ppm, bahkan bagi mereka yang baru pertama

kali mencium chlorine sudah dapat merasakan hanya pada

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 49: S Efri Meikel Chlorine

28

Universitas Indonesia

konsentrasi 0,06 ppm. Chlorine merupakan zat iritan yang kuat

denga bau khas. Seseorang sudah dapat mengetahui keberadaan

chlorine di udara pada konsentrasi jauh dibawah konsentrasi yang

membahayakan.

Bila menghirup gas chlorine akan menimbulkan perasaan tidak

enak yang mula-mula terasa adalah rangsangan gatal pada hitung

yang sudah terjadi pada konsentrasi 0,2 ppm dalam pajanan

selama 2-20 menit. Bila konsentrasi 1,3-3,5 ppm, clorine

menimbulkan gejala sedang seperti batuk-batuk, kesukaran

bernafas, bersin-bersin, dan sniverlling. Pada konsentrasi yang

lebih tinggi yaitu 5-30 ppm, chlorine dapat menimbulkan

gangguan pada pernafasan seperti batuk-batuk, tercekik

(choking), kesukaran bernafas, sakit di dada di sertai rasa sakit

dan berat dikepala dan kelemahan badan. Hal ini dapat terjadi

karena adanya mucous secretion oedem dan keradangan ringan

paru-paru yang dapat menimbulkan penyempitan pada saluran

udara.

Pada pemajanan 30-60 ppm, chlorine memberikan critical

symptoms. Orang tak mungkin dapat bernafas dan bila pemajanan

berlanjut sampai ½ - 1 jam akan menimbulkan kematian. Jika

pemajanan mencapai di atas 1000 ppm, dapat mengakibatkan

kematian seketika. (Japan Soda Industri Association,1977)

2.4.4 Dampak Chlorine Terhadap Lingkungan

Chlorine yang bersifat mengiritasi sistem pernafasan pada konsentrasi

yang tinggi dapat menimbulkan efek kesehatan terhadap binatang. Gejala

yang ditimbulkan sama dengan gejala pada manusia jika terpajan Chlorine.

Sistem aquatic juga akan mengalami gangguan jika chlorine mencari air.

Akan tetapi, gangguan yang di alami pada hewan dan tumbuhan air tidak

bersifat permanen.

Apabila gas chlorine mengenai tumbuhan dan pepohanan maka daun-

daunan pada pohon tersebut akan menjadi putih dan segera rusak. Gas

chlorine akan menghambat menghentikan tanaman untuk memproduksi

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 50: S Efri Meikel Chlorine

29

Universitas Indonesia

klorofil sehingga memperlambat pertumbuhan dari tanaman tersebut. Ketika

molekul chlorine menjadi gas hydrogen chloride dan jatuh ke bumi terbawa

oleh air hujan, akan berkonstribusi menimbulkan hujan asam (The Chlorine

Institute,1999)

2.5 Chlorine Feed System (Sistem Pemberian Klorin)

Chlorine didistribusikan ke water treatment plant dan waste water treatment

plants sebagai campuran dari cairan dan gas. Meskipun fire codes mendefinisikan

chlorine sebagai gas karena sifatnya pada kondisi atmosfer standar berbentuk gas,

chlorine disimpan sebagai cairan. Cairan chlorine lebih padat dari pada gas

chlorine, proporsi yang ada lebih banyak cairan. Kondisi ini yang membuat

chlorine lebih efektif disimpan dalam bentuk cair. Walaupun volume storage

kecil, jumlah chlorine yang disimpan besar. Bentuk cair dan gas dari chlorine

harus ditindak dengan cara yang berbeda-beda termasuk dalam tata cara

penanganan atau pemeliharannya. Chlorine merupakan bahan kimia yang sangat

berbahaya (extremely dangerous) dimana sebuah pemahaman menyeluruh atas

sifat fisik serta sifat kimia dari chlorine, serta metode yang digunakan dalam

penyimpanan dan pemberian chlorine sangat penting untuk mendesain atau

mengoperasikan sebuah sistem chlorine dengan cara yang aman (White,2010)

Gas chlorine yang ada pada sistem chlorine memiliki dua perbedaan, yaitu

gas chlorine yang berada pada tekanan tertentu (memiliki tekanan) dan gas

chlorine yang tidak memiliki tekanan (vacuum). Perbedaan ini mempengaruhi

beberapa aspek dari desain dan operasi dari sistem chlorine itu sendiri yang

meliputi material dari peralatan, pipa, valve yang digunakan pada sistem, dan

pertimbangan rancangan (layout) sistem (White,2010)

Chlorine dapat disimpan di area pabrik dengan beberapa cara. Metode

penyimpanan yang dipilih biasanya berdasarkan dari jumlah kebutuhan chlorine

untuk disimpan dan jumlah maksimum yang dibutuhkan pada sebuah unit

instalasi. Dari beberapa metode yang digunakan untuk menetapkan jumlah

penggunaan yang dibutuhkan dalam penyimpanan, tetapi pada umumnya sebuah

storage dapat mensuplai selama 30 hari dengan dosis rata-rata (pada konteks ini,

dosis adalah jumlah chlorine yang diberikan dalam milligram per liter atau parts

per million) dan rata-rata aliran pabrik (plant flows).

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 51: S Efri Meikel Chlorine

30

Universitas Indonesia

Persyaratan yang kedua adalah tujuh hari penyuplaian dengan dosis dan

aliran pabrik maksimum. Beberapa fasilitas tidak menggunakan kedua kriteria

diatas tetapi menggunakan 14 hari dengan dosis maksimum dan aliran pabrik rata-

rata atau mensuplai dengan dosis rata-rata dan aliran pabrik maksimum.

Perbedaan situasi mempengaruhi keperluan ini, termasuk jarak jauh atau dekatnya

sumber dari suplai, kemungkinan adanya gangguan, atau gangguan karena

bencana alam. Terdapat lima perbedaan dari metode penyimpanan chlorine di site

dari penyimpanan terkecil hingga yang terbesar yaitu;

• 150-lb / 68 kg cylinder (cylinder),

• 2000-lb / 907 kg container (container),

• 17-ton trucks,90-ton tank cars (railcars), dan

• On-site storage tanks. (White,2010)

Ketika memilih storage dan sistem pemberian chlorine, laju alir maksimum

seketika harus dipertimbangkan karena jumlah dari chlorine yang dapat diberikan

berhubungan dengan jumlah panas yang dapat disalurkan ke chlorine di dalam

container. Jika panas disalurkan ke chlorine tidak cukup, maka aliran chlorine

akan berkurang dan akan secepatnya berhenti. Pada kondisi normal, laju

pemberian chlorine maksimum tidak akan dilewati. Jumlah panas yang dapat di

salurkan ke container secara langsung berhubungan dengan temperatur ambient,

area permukaan container, dan kondisi aliran konveksi disekitar container.

Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan persamaan di bawah ini; (White,2010)

Keterangan:

Q : Jumlah panas yang ditransfer ke container

h : rate / kecepatan dari panas yang ditransfer ke container

A : Permukaan area container

∆T : Perbedaan temperatur di antara container dengan sekitar

Dapat kita lihat, perbedaan temperatur yang lebih besar (∆T ) diantara

chlorine dengan sekitarnya, area permukaan container yang lebih besar (A), dan

transfer panas ke container yang lebih cepat (h), jumlah panas yang ditransfer ke

Q = h.A.∆T

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 52: S Efri Meikel Chlorine

31

Universitas Indonesia

container yang lebih besar, akan memberikan jumlah chlorine yang lebih besar

dari sebuah container. Berdasarkan hal demikian, dapat ditemukan berbagai cara

untuk meningkatkan kecepatan aliran maksimum dari container chlorine, dalam

menempatkannya dibutuhkan ruangan pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ambient merupakan sebuah pilihan. Kecepatan dari transfer panas (h)

ke container sangat dipengaruhi oleh cepatnya udara yang jatuh di sekitar, ton

container. Udara yang jatuh di sekeliling container merupakan udara sekitar

container yang dingin dan menjadi lebih padat daripada udara sekitar, membuat

arus konveksi udara yang alami. Segala sesuatu yang dapat meningkatkan

kecepatan pergerakan udara di atas container akan meningkatkan kecepatan aliran

maksimum dari container. Sebuah kipas akan menjadi efektif dalam disituasi

seperti ini.

Kedua cara diatas bukan merupakan strategi yang seharusnya dilakukan

ketika mendesain sebuah sistem chlorine, cara-cara tersebut lebih baik digunakan

untuk waktu yang sementara atau dalam keadaaan darurat (emergency).

Mempertimbangkan semua ini, jelas bahwa kondisi ambient memiliki peran yang

penting dalam mendesain sistem chlorine. Untuk desain ekonomis, sebaikknya

tidak hanya jumlah bahan kimia minimum, rata-rata, dan maksimum yang

ditentukan, tetapi juga permintaan kebutuhan yang secara tiba-tiba yang akan

terjadi. Sebagai contoh, jika keperluan maksimum terjadi di musim panas ketika

temperatur udara mencapai lebih dari 100 OF (37,78

OC), temperatur ambient yang

lebih tinggi dapat dimasukkan ke dalam perhitungan. Bagimana juga, sangat

penting untuk menentukan jumlah kebutuhan chlorine maksimum di berbagai

macam kondisi (White,2010).

2.5.1 Chlorine Cylinder

Chlorine cylinder terdiri dari berbagai ukuran, tetapi yang paling besar

dalam tipenya adalah yang berukuran 150lb. Semua chlorine cylinder harus

di konfirmasi oleh spesifikasi Departement of Transportation (DOT) yaitu

3A480 atau 3AA480. Sebuah chlorine cylinder memiliki satu pembuka

dilengkapi dengan slow opening valve. cylinder memiliki diameter luar

maksimum sebesar 10,75 in (273 mm/27,3 cm) dan tingginya 59 in (1499

mm/149,89 cm) (White,2010)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 53: S Efri Meikel Chlorine

32

Universitas Indonesia

Sebuah 150-lb cylinder dapat mengandung lebih dari 150-lb dari

chlorine. Bagaimanapun juga, hal ini tidak pernah diikuti karena cairan

chlorine tidak dapat dikempa yang akan mengembang apabila dipanaskan.

Jika tidak memiliki volume yang cukup untuk mengembang, tekanan di

dalam akan meningkat dan dapat dengan mudah melewati kapasitas

kemampuan menahan tekanan cylinder. Hal ini akan mengakibatkan

kegagalan katastropik. Chlorine cylinder harus dipindahkan secara hati-hati

dengan crane / sling yang kuat dan sesuai pemindahan dapat dilakukan.

Menghubungkan cylinder ke sistem dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu vacuum regulator secara langsung disambungkan ke cylinder valve atau

dengan menggunakan pemasangan valve atau dengan menggunakan

pemasangan yoke untuk penarikan bertekanan. Pemasangan yoke terdiri dari

sebuah yoke, flexible connection. dan valve. Sebuah yoke membungkus atau

menyegel cylinder valve secara menyeluruh dan mengeratkan valve dengan

putarannya. Sebuah flexible connection tersambung dengan yoke yang

terhubung ke isolation valve pada sistem chlorine. Valve dari chlorine

cylinder adalah valve bertipe slow-opening yang terintegrasi dengan fusible

link. Valve body dibuat dari logam campuran silicon-lead bronze yang cocok

digunakan untuk chlorine. Fusible link pada valve sangat penting untuk

sebuah chlorine cylinder, tanpa fusible tank, ledakan pada cylinder dapat

terjadi yang merupakan hasil tidak terkontrolnya gas chlorine yang keluar.

Sangat penting ketika membuka valve cylinder dengan peralatan. Ketika

cylinder yang baru akan dihubungkan ke sistem chlorine, tekanan pada

cylinder akan tinggi (85 psig), ketika tekanan pada sistem adalah rendah

(vaccum). Dengan menggunakan valve bertipe slow-opening, sistem akan

menerima tekanan yang rendah dari cylinder (White,2010)

Chlorine dapat dikeluarkan dari cylinder dalam bentuk cair dan gas.

Untuk mengeluarkan gas chlorine, cylinder harus dihubungkan ke valve

dengan posisi tegak lurus. Untuk mengeluarkan cairan chlorine, cylinder

harus dibalikkan. Hal ini membuat isu keselamatan dan sebaiknya dihindari.

Gas chlorine maksimum diberikan dari cylinder sebanyak 1 – 1,5 lb/hari/OF,

ini cocok untuk kebutuhan 60-90 lb/hari (White,2010)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 54: S Efri Meikel Chlorine

33

Universitas Indonesia

Gambar 2.3 Chlorine Cylinder

Sumber: (Indiansprings, 2011)

2.5.2 Chlorine Ton Container

Ton container dapat membuat 2000lb / 907 kg chlorine dan harus

memenuhi spesifikasi dari DOT 106A500X. Ton container memiliki bebrapa

pembuka pada salah satu ujung dari container dan memiliki empat

penghubung dikepala untuk valve dan berbagai penghubung untuk fusible

link. Didalam container, setiap tube yang diperluas ke tepi lapisan luar dari

bagian dalam container. Ton Container memiliki diameter luar maksimum 30

in (762 mm) dan panjang 82,5 in (2096 mm). Ton Container memiliki satu

kelengkapan keselamatan keselamatan yang tidak memiliki chlorine cylinder.

Kelengkapan itu adalah concave head yang didesain untuk membalikkan

tekanan ketika ton container berada dalam kondisi overpressure. Bentuk

concave memberikan ruang atau volume tambahan dan membuat tekanan

dalam container lebih rendah (White,2010)

Chlorine dapat diberikan dari container dalam bentuk gas dan cairan.

Setiap ton container memiliki empat valve yang hampir mirip dengan valve

yang dimiliki chlorine cylinder. Perbedaannya adalah pada valve container

tidak terdapat fusible plug. Ton container diletakkan dalam posisi horizontal

dengan dua valve arah vertical (satu di atas yang lain) dan dua valve arah

horizontal (slide by side). Jika ton container hanya memiliki dua valve, maka

valve tersebut sebaiknya pada posisi vertical. Cairan chlorine akan terdapat

pada dasar atau bagian bawah container dan gas chlorine akan mengumpul di

bagian atas. Untuk mengeluarkan gas chlorine dari container, valve yang

berada di atas harus digunakan. Tube yang berada di dalam vessel akan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 55: S Efri Meikel Chlorine

34

Universitas Indonesia

membawa gas yang berada di bagian atas container menuju valve. Untuk

mengeluarkan cairan chlorine, valve yang berada di bawah harus digunakan,

tube yang berada dalam vessel akan membawa cairan yang terletak di bagian

bawah container menuju valve bersangkutan (White,2010)

Sama seperti dengan chlorine cylinder, terdapat batas jumlah chlorine

yang dapat diberikan oleh ton container, Jumlah maksimum gas chlorine

yang dapat diberikan adalah sebanyak 6-8 lb/hari/OF. Pada temperatur 60

OF,

ini cocok untuk kebutuhan 360-480 lb/hari. Sedangkan untuk chlorine cair,

jumlah maksimum yang dapat diberikan adalah sebanyak 400 lb/jam (9600

lb/hari) (White,2010)

Pada ton container, terdapat beberapa bagian yang berperan penting

dalam proses pengeluaran gas chlorine dari container. Bagian-bagian tersebut

antara lain valve, flexible copper connector, dan fusible plug. Valve pada ton

container terdiri dari gas valve dan liquid valve, valve tersebut digunakan

untuk mengatur tekanan chlorine yang keluar dari ton container. Flexible

copper connector atau bisa disebut dengan pipa flexible digunakan untuk

mengguhubungkan valve dengan pipa koneksi yang terhubung dengan sistem.

Apabila yang diinginkan dengan valve yang berada di atas. Akan tetapi, jika

chlorine dibutuhkan dalam jumlah yang besar, maka flexible copper

connector dihubungkan dengan valve yang berada di bagian bawah untuk

mengeluarkan dan menyalurkan chlorine cair yang selanjutnya menuju

evaporator untuk menghasilkan gas chlorine dalam jumlah yang lebih besar.

Sedangkan fusible plug (sumbat pengaman) berfungsi sebagai pengaman

untuk tekanan berlebih dan tempat dimana dilakukan pemeriksaan bagian

dalam container ketika proses pemeliharan (maintenance). Terdapat tiga

fusible plug (sumbat pengaman) pada ton container yang terletak disetiap

sudut kepada container. Bagian-bagian dari head container tersebut

ditampilkan pada gambar dibawah ini

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 56: S Efri Meikel Chlorine

35

Universitas Indonesia

Gambar 2.4 Chlorine Ton Container Sumber : (White, 2010)

Pada bagian tersebut, terdapat sebuah bagian yang merupakan

kelemahan dari jenis ton container. Bagian itu adalah flexible connection /

flexible copper connector / pipe flexibel. Bagian ini merupakan bagian yang

rawan dan harus di inspeksi secara rutin dan diganti apabila kondisinya sudah

tidak baik. Merujuk pada chlorine institute, copper tubing dengan diameter ¼

in atau 3/8 in, sangat direkomendasikan. Selang karet fleksibel atau

flowoplastic hose sebagaimana yang dijelaskan pada Institute Pamphlet 6

merupakan bahan yang cocok. Akan tetapi, chlorine akan menembus dan

memasuki lapisan bahan tersebut pada suatu saat sehingga dapat merusak

flexible connection (White,2010)

2.5.3 Chlorine Tank Cars

Tank truck digunakan untuk pelayanan chlorine yang memiliki

kapasitas 15-22 ton, pada umumnya 17 ton. Terdapat dua bagian dari tank

truck yaitu vessel dan perlengkapan tambahan dari trailer (roda, as roda,

chock, dll). Vessel tersebut harus memenuhi spesifikasi dari DOT yaitu

MC311. Untuk jenis vessel yang lebih tua, maka harus disesuaikan dengan

MC330 (White,2010)

Tank truck dapat digunakan untuk mentrasfer chlorin ke tangki

penyimpanan atau diberikan secara langsung layaknya ton container yang

dapat memberikan chlorine dalam bentuk cair atau gas. Pada bagian atas tank

truck terdapat pelindung berlapis baja yang didalamnya terdapat empat slow-

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 57: S Efri Meikel Chlorine

36

Universitas Indonesia

opening-angle valve dan sebuah valve pengatur tekanan. Dua sudut valve

untuk memberikan chlorine cair dan dua valve, pada valve yang satu

bertujuan untuk memberikan chlorine dalam bentuk gas, sedangkan pada

valve yang lain untuk mengeluarkan chlorine cair yang dihubungkan ke pipa

yang diperpanjang ke bagian bawah vessel sehingga chlorine cair dapat

disalurkan. Panjang dan lebar 17-ton tank truck pada umumnya tidak

melebihi standar truck trailer (White,2010)

2.5.4 Storage Tanks

Cylinder, ton container, tank trusck atau rail car merupakan tipe

penyimpanan chlorine yang dapat dipindah tempatkan. Berbeda dengan

storage tank atau tangki penyimpanan chlorine. Fasilitas ini merupakan

fasilitas yang tidak bergerak atau didesain untuk berada si satu tempat yang

telah ditentukan. Ukuran fisik dari fasilitas ini tidak dibatasi oleh peraturan-

peraturan. Storage tank dapat dibuat dari carbon steel dan memiliki

persyaratan yang sama dengan tank truck (DOT specification MC331).

Semua penghubung terletak di bagian atas tangki, dan platform beserta

tangganya harus cukup untuk mengakses shutoff valve. Ketika mensuplai

chlorine dari tangki tersebut, sebaiknya ditangani langsung oleh operator

dengan tim yang lengkap dan di awasi isinya atau muatan yang berada di

dalam tangki dengan menggunakan indikator skala (Chlorine Institute

Pamphlet #5)

2.6 Khlorinator

Khlorinator adalah alat pembubuh dan pengukur laju alir gas chlorine pada

suatu proses atau bagian dari suatu proses. Jenis-jenis khlorinator terbagi menjadi

tiga, yaitu khlorinator sistem hampa, khlorinator sistem konvensional, dan

khlorinator sistem langsung (Isnadi,1992).

2.6.1 Khlorinator Sistem Hampa

Dasar kerja dari khlorinator ini adalah kondisi hampa yang

ditimbulkan injektor digunakan untuk mengalirkan chlorine dari tabung ke

dalam air injeksi. Gas chlorine masuk melewati katup pengatur (peringan

tekanan), sebuah pegas dalam katup akan mempertahankan kestabilan kondisi

hampa pada rangkaian sebelum rotameter. Pada kondisi dibawah hampa

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 58: S Efri Meikel Chlorine

37

Universitas Indonesia

normal (tekanan absolute besar), ujung katup pada aliran gas chlorine yang

masuk akan menutup, sedangkan ujung katup pada pangkal sekat akan

membuka, ventilasi akan membuka ke udara jika tekanan gas berlebih.

Setelah gas chlor melewati rotameter dan takik ‘V’, gas chlorine akan masuk

ke dalam katup pengantar (katup peringatan tekanan). Dalam katup ini

terdapat pegas yang akan mempertahankan kondisi hampa (vacuum) yang

stabil. Bila kondisi hampa berlebih, katup ini akan dimasuki udara dan udara

tersebut bersama gas chlorine menuju injektor. Takik ‘V’ akan mengatur

besar kecilnya laju alir gas yang melalui rotameter, injector dilengkapi

dengan katup pengendali yang akan menghindari tekanan balik air kedalam

chlorinator. Dalam setiap katup terdapat sekat (diafragma) yang pada bagian

tepinya merupakan lembaran tipis sehingga sekat bisa bergerak secara

dinamis menjalankan fungsi dari masing-masing katup. Berdasarkan

observasi dan data yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dari Kepala

Bagian Unit Untility Kujang IA dan IB, sistem chlorinator yang diterapkan

pada ton container adalah chlorinator sistem hampa. (Abdima,2011)

2.6.2 Khlorinator Sistem Konvensional

Dasar kerja dari sistem khlorinator ini hampir sama dengan sistem

khlorinator hampa yaitu kondisi hampa yang ditimbulkan injektor digunakan

untuk mengalirkan gas chlorine dari tabung kedalam injeksi. Gas chlorine

masuk melalui tabung cerat, dimana tabung ini sebagai pencerat kotoran

(cairan) yang terbawa gas chlorine. Pada tabung cerat dilengkapi dengan

katup cerat. Katup ini membuka pada periode tertentu sewaktu diperlukan

pembuangan kotoran, Penunjuk laju alir digunakan rotameter yang dikedua

ujungnya dilengkapi dengan “glove valve”. Pipa pintas digunakan bila

rotameter mengalami kerusakan, pada injektor tanpa dilengapi dengan

pengendalian aliran balik air kedalam khlorinator maupun tabung chlorine

cair sehingga pengaturan laju aliraan tersebut dengan katup tabung chlorine

cair. (Abdima,2011)

2.6.3 Khlorinator Sistem Langsung

Dasar kerja dari sistem ini yaitu tekanan chlorine dalam tabung

digunakan untuk mengalirkan gas dari tabung ke dalam air. Gas chlorine

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 59: S Efri Meikel Chlorine

38

Universitas Indonesia

masuk kedalam khlorinator yang dihubungkan langsung dengan tabung

chlorine cair. Pertama kali gas chlorine dikurangi tekanannya dengan katup

pengurangan tekanan (pressure reducing valve) menjadi 20 psi. Gas chlorine

menuju rotameter dan pengatur “dasering” setelah gas chlorine melewati

pengatur akan melalui katup pengeluaran. Katup ini akan bekerja bila

diperlukan untuk menggeluarkan gas dari sistem chlorinasi. Sebelum gas

chlorine sampai ke alat penyebar gas melewati katup pencegahan aliran balik.

Katup ini akan terbuka bila tekanan pada gas yang masuk ke katup lebih besar

2 psi dari tekanan titik penyebaran gas.

2.6.4 Bagian-bagian Utama Khlorinator

Sistem khlorinator tersebut memiliki bagian-bagian utama yang terdiri

dari injektor, katup pengatur peringan hampa (vacuum regulating or relief

valve), rotameter dan takik ‘V’, katup peringan tekanan (pressure regulating

or pressure relief valve), dan heater. (Isnadi,1992)

a. Injektor

Injektor merupakan bagian utama dari khlorinator. Alat ini

berfungsi untuk menghampakan sistem khlorinator sehingga

gas chlorine terhisap ke dalam air injektor menjadi chlorine.

Injektor dilengkapi dengan katup pengendali yang akan

mencegah terjadinya aliran balik dari pada air yang akan

masuk ke sistem khlorinator. Alat ini juga dilengkapi dengan

katup pengatur yang tergerakkan oleh sekat (diafragma) yang

dapat bergerak secara otomatis. Bila kondisi hampa katup akan

membuka, sebaliknya bila ada tekanan dari injektor katup akan

menutup.

Gambar 2.5 Injektor

Sumber : (Isnadi, 1992)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 60: S Efri Meikel Chlorine

39

Universitas Indonesia

b. Vacuum Regulating/ Relief Valve

Vacuum Regulating/ Relief Valve atau katup pengatur peringan

hampa berfungsi untuk mengatur hisapan dari injector. Katup

ini bekerja secara otomatis. Bila hisapan dari injektor besar,

maka katup aliran chlorine menuju injektor akan menutup,

sebaliknya bila hisapan kecil, maka katup akan membuka. Bila

kondisi hampa berlebihan, katup yang berada pada sekat

(diafragma) akan membuka dan udara akan masuk bersama

gas chlorine menuju injektor.

Gambar 2.6 Katup Pengatur

Sumber : (Isnadi,1992)

c. Rotameter dan Takik ‘V’ (V-Notch)

Fungsi dari rotameter adalah untuk mengukur atau

menunjukkan laju alir gas chlorine yang dikeluarkan oleh

khlorinator. Fungsi takik ‘V’ adalah untuk mengatur besar-

kecilnya laju alir gas chlorine yang melewati rotameter.

Pangkal takik ‘V’ dihubungkan dengan ulir dimana ulir ini

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Pada khlorinator yang

otomatis pengatur takik ‘V’ dijalankan secara otomatis. Alat

ini bekerja berdasarkan jumlah “residual chlorine” yang

terdapat pada pipa induk setelah air di khlorinaasi

Gambar 2.7 Rotameter & V-Notch

Sumber : (Isnadi,1992)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 61: S Efri Meikel Chlorine

40

Universitas Indonesia

d. Pressure Regulating/Relief Valve

Pressure Regulating/Relief Valve atau katup pengatur tekanan

berfungsi untuk mengatur kondisi hampa yang berada sebelum

rotameter dalam sistem khlorinator. Pada bagian ini terdapat

kondisi operasi dibawah hampa normal, ujung katup yang satu

menutup aliran gas chlorine dari container, sedangkan ujung

katup yang berada di pangkal sekat akan membuka dan

chlorine akan terbuang ke sistem ventilasi. Pada kondisi

hampa yang normal, ujung katup dari arah masuknya gas

terbuka sedangkan yang lain berada dalam kondisi tertutup

oleh sekat.

Gambar 2.8 Katup Pengatur (Peringan Tekanan)

Sumber : (Isnadi,1992)

e. Heater

Alat pemanas (heater) berfungsi untuk mencegah pengedapan

yang terjadi akibat gas chlorine mencair kembali pada sistem

khlorinator. Apabila chlorine yang dibutuhkan dalam bentuk

gas dan jumlah yang diinginkan tidak begitu besar, maka alat

ini dipasang sebelum katup pengatur atau peringan tekanan.

2.7 Korosi

Korosi didefinisikan sebagai sebuah kehancuran atau kerusakan bahan

material (logam dan non logam) karena terdapat reaksi dengan lingkungan

sekitar. (Fontana, 1986). Korosi adalah hasil merusak dari sebuah reaksi kimia

antara logam atau campuran logam dan lingkungan. (Janes, 1996).

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 62: S Efri Meikel Chlorine

41

Universitas Indonesia

Definisi klasik korosi adalah suatu proses elektrokimia, sedangkan menurut

NACE (National Association of Corrosion Engineer) “ corrosion is the

deterioration of subtane, usually a metal, or its properties because of a reaction

with its environment”. Korosi dipengaruhi dikarenakan lingkungan yang ada

diantaranya,

• Udara (uap air di dalam udara),

• Fresh, distilled, salt and mine water, rulal,

• Rulal, urban and industrial atmosphere,

• Uap air dan berbagai jenis gas,

• Berbagai jenis produk makanan

Beberapa contoh bahwa korosi bisa terjadi pada bahan apa saja seperti pada

alumunium dimana alumunium dapat bertahan terhadap karat atmosfer, akan

tetapi tidak tahan terhadap mercury, Logam mulia (emas) dan platina sangat kebal

dengan besarnya karat akan tetapi jika terkena bromine basah atau karbon

tertraklorida dengan konsentrasi di atas 60% akan terdapat karat kepada emas dan

platina. Faktor pemilihan bahan dan ketahanan dapat mencegah adanya korosi,

jika pada pemilihan bahan dapat dilihat bahan pelapis atau material dilihat dari

kekuatan, ketahanan korosi, kemampuan fabrikasi, ketersediaan, appearance

(tampilan) dan biaya. Hal ini faktor pendukung dari material pembuatan,

sedangkan untuk ketahan dari korosi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek

seperti

• Elektrokimia,

• Metalurgi,

• Fisika Kimia,

• Thermodinamika.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 63: S Efri Meikel Chlorine

42

Universitas Indonesia

2.7.1 Bentuk Korosi

Beberapa bentuk korosi menurut jenisnya dan menurut tempatnya

yaitu;

Bagan 2.1 Bentuk Korosi Sumber: (Fontana,1986)

2.7.2 Klasifikasi Korosi

Menurut Fontana (1986) korosi dapat diklasifikasikan dengan dua

jenis korosi diantaranya korosi basah dan korosi kering.

• Korosi basah : Korosi basah terjadi ketika ada cairan di

sekitarnya, biasanya mencakup larutan elekrolit.

• Korosi kering : Korosi kering terjadi dimana tidak adanya fase cair

atau diatas titik embunya. Bahan yang membuat korosi biasanya uap

atau gas. Biasanya terjadi pada suhu tinggi. Contoh: hantaman gas

pembakar pada baja.

2.7.3 Delapan Bentuk Korosi

Dalam bukunya Corrosion Engineering, Fontana (1986) menjelaskan

delapan klasifikasi bentuk korosi, berdasarkan tampilan logam yang terkorosi.

Masing-masing bentuk itu bisa dilihat secara visual, baik dengan mata

maupun dengan pembesaran (alat), dibawah ini kedelapan bentuk korosi :

1. Uniform/General Attack :

Korosi yang paling banyak ditemui dimana reaksi kimia

atau elektrokimia sering terjadi dihampir seluruh permukaan

logam, dan membuta logam menjadi semakin tipis. Pencegahan

yang dapat dilakukan untuk menghambat Uniform/General Attack

Korosi

Korosi Merata Korosi Setempat

Makroskopik

• Korosi Galvanik

• Korosi Celah (crevise)

• Korosi Sumuran (pitting)

• Korosi Selektif

• Korosi Erosi

Mikroskopik

• Korosi Intergranular

• Stress Corrosion Cracking

• Hydrogen Induced Cracking

• Sulfide Stress Cracking

• Fatigue Corrosion

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 64: S Efri Meikel Chlorine

43

Universitas Indonesia

dengan cara, pemilihan bahan yang tepat termasuk coating,

pemakai inhibitor (penghambar), pemakai cathodic protection

atau dengan mengkombinasi ketiga pencegahan tersebut. Contoh:

Baja atau Zn dicelupkan kedalam laurtan asam sulfat setelah itu

akan dihasilkan bagian yang terkorosi secara merata dipermukaan

logam.

2. Galvanic or Two metal corrosion :

Korosi yang terjadi jika terdapat dua logam yang berbeda

pada lingkungan penghantar. Adanya perbedaan potensial yang

akan menyebabkan produksi aliran electron diantara kedua logam

tersebut dimana logam yang kurang kuat akan mengalami korosi,

sebagai anoda dan logam yang lebih tahan terhadap korosi

menjadi katoda. Faktor yang mempengaruhi galvanic corrosion,

EMF (Electromotive Force and Galvanic Series), pengaruh

lingkungan, pengaruh jarak dan pengaruh luas permukaan. Pada

faktor EMF dan lingkungan terdapat tabel standard emf series

metals dan pada pengaruh jarak juga luas pada korosi galvanis.

• Pengaruh Jarak : Korosi akibat pengaruh galvanis akan

terakselerasi jika jarak antara satu jenis logam dengan

logam yang lain relatif dekat untuk konduktifitas larutan

tertentu.

• Pengaruh luas : Perbandingan luas permukaan anoda

dengan katoda dapat mempengaruhi kecepatan korosi

galvanis. Jika luas katoda jauh lebih besar dari luas anoda,

untuk aliran arus tertentu, maka kerapatan arus (densitas

arus) di anoda jauh lebih besar menjadi laju korosi besar

pada anoda.

Gambar 2.9 Skema korosi galvanic dari dua logam yang berbeda Sumber: (Fontana,1986)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 65: S Efri Meikel Chlorine

44

Universitas Indonesia

Pencegahan korosi galvanis dapat dilakukan dengan cara

dengan beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk

meminimalkan korosi galvanis:

• Pemilihan kombinasi logam yang sedekat mungkin

potensial elektrodanya (urutan galvanis pada tabel emf)

• Hindari sebisa mungkin pengaruh luas (luas anoda lebih

kecil dari luas katoda)

• Isolasi atau sekat diantaranya dua logam yang berbeda.

• Penggunaan coating (pelapis/cat). Penambahan inhibator,

jika dimungkinkan dapat menurunkan agresivitas

lingkungan.

• Pemasangan logam ketiga yang berfungsi sebagai anoda

terhadap kedua logam yang terpasang

3. Crevice Corrosion :

Terjadinya korosi celah (crevice) jika terdapat larutan

diam (stangnat) dengan jumlah kecil yang disebabkan adanya

lubang kecil, terdapat pada permukaan gasket, lap joint, endapan

berada dipermukaan atau cekung di bawah baut. Dimana faktor

lingkungan membuat korosi celah menjadi sangat terlihat akibat

endapan pasir, kotoran atau produk yang mengalami korosi.

Kontak antara logam dan non logam juga mendorong terjadinya

korosi celah seperti logam dengan kayu, plastik, glass, beton,

asbes dan lilin.

Gambar 2.10 Mekanisme Korosi Celah

Sumber: (Fontana,1986)

Mekanisme korosi celah, M+Cl

- + H2O MOH + H

+Cl

-

melihat hasil reaksi yang ada kekurangan oksigen mempunyai

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 66: S Efri Meikel Chlorine

45

Universitas Indonesia

dampak secara tidak langsung. Setelah oksigen berkurang, tidak

terjadi lagi reduksi, sementara itu produksi ion M+ terjadi terus

menerus. Hal ini cenderung membentuk muatan positif didalam

larutan untuk mengimbanginya dengan cara migrasi ion negative

Cl (Cl-)

Untuk pencegahan korosi celah dapat menggunakan

sambungan dengan pengelesan, dari pada dengan skrup atau baut

pada sambungan-sambungan peralatan baru, menutup lubang-

lubang kecil, baik dengan pengelasan maupun dengan solder,

perancangan vessel dengan sistem drainase yang baik hindari

disain sudut-sudut dan daerah stagnan hal ini mencegah

terjadinya penumpukan endapan dibagian bawah vessel,

dilakukan inspeksi (pemeriksaan) secara berkala dan

membersihkan endapan yang ada, pisahkan padatan didalam

suspensi pada disain proses jika dimungkinkan, gunakan bahan

Teflon sebagai pelapis, jika memungkinkan dan yang terakhir

melepas atau menganti bahan packing atau gasket yang

digunakan untuk fasilitas cair pada saat pabrik berhenti

4. Pitting :

Pitting atau disebut korosi sumuran, korosi yang pada

konsentrasi tertentu dan kondisi tertentu yang membuat terjadinya

korosi sumuran. Pitting terjadi pada rongga yang ada didalam

atau permukaan logam, sangat destruktif dan menyebabkan

perforasi (lobang) pada logam, sangat sulit dideteksi karena

ukuran yang sangat kecil dan terkadang tertutup oleh produk

korosi (karat).

Gambar 2.11 Mekanisme Korosi Sumuran Sumber: (Fontana,1986)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 67: S Efri Meikel Chlorine

46

Universitas Indonesia

Korosi sumuran tidak dapat diprediksi, sehingga

kegagalan alat akibat korosi ini seolah-olah bisa terjadi secara

tiba-tiba padahal terjadinya korosi sumuran ini memakan waktu

berbulan-bulan bahkan tahunan dan dipengaruhi oleh konsentrasi

adanya temperatur lingkungan. Pitting atau korosi sumuran

terjadi diantara keadaan atau tahapan total korosi (general overall

corrosion) dan tahapan korosi.

Faktor penyebab korosi sumuran:

• Spesimen : Stainless steel 18-8 di dalam larutan yang

mengandung FeCl3 dengan konsentrasi dan temperatur

yang berbeda-beda.

• Gambar di bawah ini menunjukkan bentuk A sama sekali

tidak terjadi korosi (konsentrasi rendah dan temperatur

rendah). Sedangkan bentuk C menunjukkan terkorosi

merata di seluruh permukaan (konsentrasi tinggi dan

temperatur tinggi). Untuk bentuk B terjadi korosi pada

lokasi tertentu saja (konsentrasi dan temperatur tertentu

diantara kondisi A dan C)

A (no corrosion) B (pitting) C (over all corrosion)

Gambar 2.12 Proses autokatalik sumuran Sumber : (Fontana,1986)

Proses autokatalik korosi sumuran, terdapat reduksi

oksigen pada permukaan akan proses stimulasi dan propagasi

oksidasi logam, produksi ion logam pada rongga, akan

meningkatkan muatan positif di rongga tersebut. Ion Cl akan

bergerak masuk secara alamiah untuk menjaga elektronetralitas,

pada rongga tersebut konsentrasi MCl sangat tinggi, sebagaimana

akibatnya akan terjadi hidrolisis, M+Cl

- + H2O MOH + H

+Cl

-

sehingga konsentrasi H+ juga tinggi baik ion H

+ dan Cl

+ dapat

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 68: S Efri Meikel Chlorine

47

Universitas Indonesia

mendorong proses oksidasi logam. Fenomena autokatalistik pada

pitting (sumuran) adalah similar dengan mekanisme pada korosi

crevice (celah). Menurut Fontana, semua sistem yang

menunjukkan fenomena korosi pitting bisa diterima sebagai

korosi crevice. Tetapi tidak selalu benar jika pernyataan ini

dibalik.

Pengaruh kecepatan korosi sangat berpengaruh, pitting

sering terjadi pada kondisi yang stagnan, seperti cairan dalam

tangki, cairan yang terpengaruh pada bagian terendah sistem

perpipaan, dengan meningkatnya kecepatan, serangan korosi

pitting cenderung berkurang. Pencegahan korosi sumuran secara

umum sama dengan korosi crevice dimana menggunakan

stainless steel

5. Intergranular Corrosion

Pengaruh grain boundary (batas grain) atau intergranular

pada proses korosi relative kecil, dari sudut pandang mikro: batas

grain mempunyai kecendrungan lebih reaktif dari pada grain. Ini

yang mendorong terjadinya intergranular akibat dari korosi ini,

suatu logam alloy menjadi berkurang kekuatannya.Pada korosi

jenis ini bisa disebabkan karena faktor kekotoran (impurities)

pada batas grain, sedikit besi dalam alumunium atau chromium di

batas grain SS dapat menyebabkan korosi ini.

Metode meminimalisasi pada stainless steel dengan cara

menggunakan temperatur tinggi pada saat dilakukannya

perlakuan panas (Heat Treatment) biasa disebut quench-

annealing atau solution quenching, menambah unsur yang

berfungsi sebagai penguat pada daerah batas grain (stabilizier),

dan memperkecil kandungan carbon hingga dibawah 0.03%.

Quenching adalah suatu tindakan dengan memperlakukan

solution quenching secara komersil meliputi melakukan

pemanasan hingga 1950 – 2050 OC dan water quenching, proses

quenching sangat berpengaruh pada korosi intergranular seperti

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 69: S Efri Meikel Chlorine

48

Universitas Indonesia

memperlambat quenching yang lambat akan mendorong

terbentuknya intergranular lebih banyak.

6. Selective Leaching

Selective leaching adalah dealloying, demetalification dan

parting. Jenis korosi terjadi pada beberapa larutan padat, ketika

kondisi metal mengalami kehabisan unsur pada material yang

ada. Pada demetalification terdapat beberapa cara hilangnya

material seperti

dezincification: pencucian selektif dari seng dari beberapa

kuningan dengan konten yang kurang dari 85% dari tembaga.

Korosi graphitic: adalah pencucian selektif dari besi cor kelabu

dari besi, di mana besi akan dihapus dan biji-bijian grafit tetap.

Dealuminification adalah proses yang sesuai untuk paduan

aluminium, efek yang sama untuk logam yang berbeda

dekarburisasi (penghapusan karbon dari permukaan paduan),

decobaltification, denickelification, dll)

7. Erosion Corrosion

Kerusakan permukaan logam yang disebabkan oleh aliran

fluida yang sangat cepat, dimana kerusakan akan lebih cepat jika

ada partikel-partikel padat atau gelembung gas yang ikut dalam

aliran tersebut. Ciri-ciri terjadi korosi erosi, terdapat cekungan

bergelombang, keruskan yang diakibatkan mempunyai arah

tertentu. Penyebab korosi erosi dapat disebabkan banyak media

seperti cairan, gas, cairan tersuspensi dan slurry (cairan dengan

jumlah padatan tertentu atau lumpur). Tempat yang sering terkena

korosi adalah bagian pipa (elbow, tee valve), pompa atau

compressor (impeller), dan alat ukur (orifice). Pengaruh

kecepatan dan turbulensi aliran sangat berpengaruh pada korosi

erosi semakin tinggi kecepatan atau semakin tinggi kecepatan

atau semakin tinggi tingkat turbulensi suatu aliran akan

mempercepat terjadinya korosi erosi. Selain faktor kecepatan dan

turbulensi fluida faktor lain yang mempengaruhi kecepatan korosi

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 70: S Efri Meikel Chlorine

49

Universitas Indonesia

erosi adalah tumbukan partikel yang terbawa oleh fluida.

Kecepatan tumbukan partikel dan ukuran partikel mempengaruhi

kecepatan korosi jenis ini.

Penanggulangan korosi erosi dengan cara pemilihan bahan

yang lebih baik dan tahan terhadap korosi erosi, aspek disain

dimana memperbesar ukuran pipa agar kecepatan fluida bisa

berkurangm memperkecil jumlah beloka pipa, melakukan coating

dengan menambah lapisan pada permukaan logam maka akan

mengurangi tingkat korosi erosi.

8. Stress Corrosion

Stress corrosion adalah sebuah proses yang melibatkan

inisiasi dan propagasi keretakan disuatu material, dimana

kegagalan sampai kepada bagian komponen dikarenakan adanya

gabungan antara mekanisme beban tarik dan media yang

terkorosi.

Retakan dari stress corrosion sering terjadi pada baja

dimana tidak tahan karat dengan yang mempengaruhi suhu tinggi

dan uap tinggi. Pencegahan terjadinya stress corrosion dengan

melakukan perengangan agar tidak terlalu padat saat mengalami

panas, melakukan perawatan untuk menghilangkan panas dan

stress, pemurnian material, memilih bahan yang tepat,

memperbaiki kondisi permukaan, menghidari mesin dari

permukan yang menekan bagian atas, melakukan perawatan pada

tempat penyangga untuk menginduksi tegangan pada permukaan

tekan, menerapkan eksternal metode dengan perlindungan

(katodik, inhibitor, dan lapisan pelindung organik atau

anorganik).

2.8 Jenis Metode Risk Assesment

Dalam melakukan risk assessment evaluasi dan analisis pada instalasi

chlorine, ada banyak metode atau cara yang dapat digunakan, seperti Checklist,

What If or What if Checklist, Hazard Operatibility Study (HAZOPS), Failure

Mode and Effect Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA), Event Tree

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 71: S Efri Meikel Chlorine

50

Universitas Indonesia

Analysis (ETA), dan masih banyak lagi metode lain yang dapat digunakan.

Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga

dalam melakukan suatu penilaian risiko dibutuhkan pertimbangan yang matang

dan pasti untuk memilih salah satu metode yang akan digunakan supaya efektif

dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Untuk melakukan risk assessment, berikut adalah yang tidak dapat dipakai

sesuai dengan jenis risk assessment yang dapat dipergunakan sebagai berikut:

(Hernantyo,2007)

• Checklist

• What If / What If Checklist

• Hazard Operatibility Study (HAZOPS)

• Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

• Fault Tree Analysis (FTA)

• Event Tree Analysis (ETA)

Selanjutnya dalam tinjauan pustaka akan dibahas secara umum masing-

masing metode diatas termasuk Event Tree Analysis (ETA) yang masuk dalam

kategori metode tersebut dan cocok untuk penelitian ini.

2.8.1 Checklist

Checklist sebuah metode analisis serba guna dimana mudah

dijalankan pada setiap tahap dalam suatu proses yang di analisis. Pada

umumnya, checklist di pergunakan untuk menganalisis sejauh mana

pemenuhan peraturan (compliance) dicapai dan juga efektif untuk

mengidentifikasi bahaya (hazard). Kendala yang didapat dalam penggunaan

metode ini adalah sumber atau panduan yang tidak sesuai dengan proses yang

sedang di analisis, sehingga hal ini menyulitkan untuk menyakinkan bahwa

bahaya tersebut sudah di analisis atau belum. Selain itu, metode ini hanya

mengidentifikasi bahwa bahaya itu ada, namun tidak dapat menjelaskan jenis

kecelakaan yang berhubungan dengan bahaya tersebut.

Dalam penelitian ini metode checklist digunakan sebagai identifikasi

bahaya untuk mengetahui ketidak beresan pada sistem yang ada pada proses

kerja dan peralatan yang akan menyebabkan kebocoran.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 72: S Efri Meikel Chlorine

51

Universitas Indonesia

2.8.2 What If / What If Checklist

Metode analisis what if bertujuan dalam mengidentifikasi jenis

bahaya, situasi bahaya atau keadaan yang memungkinkan terjadinya

kecelakaan yang tidak diinginkan. Metode ini melibatkan uji terhadap

kemudian ketidaksesuain desain, konstruksi, modifikasi atau proses.

Menurut Ericson (2005) pada analisis ini dimulai dengan sebuah

pertanyaan what if, melalui pertanyaan tersebut, team memulai identifikasi

hazard, konsekuensi bahaya tersebut, tingkat keselamatan yang ada serta

memberi rekomendasi untuk menurunkan risiko.

2.8.3 Hazard Operatibility Study (HAZOPS)

Menurut Ericson (2005), studi HAZOPS dikembangkan untuk

mengidentifikasi bahaya didalam fasilitas proses dan permasalahan

operasional dari peralatan yang ada. Konsep dasar HAZOPS adalah proses

berada dibawah desain operasi. Karena itu jika terjadi penyimpangan kondisi

operasi diluar kondisi desain maka akan terjadi kecelakaan.

Kata-kata panduan digunakan bagian khusus dari suatu proses dan

digabungkan dengan parameter-parameter operasi yang digunakan untuk

mengindetifikasi bahaya. Langkah-langkah dalam metode HAZOPS

mengidentifikasi secara khusus tentang bejana, peralatan dan instrument yang

dipergunakan. Untuk melakukan analisis HAZOPS maka diperlukan suatu

P&ID (process,instrument diagram) yang menggambarkan semua peralatan

utama, sistem instrumentasi dan kondisi proses yang terjadi.

Bagian-bagaian khusus P&ID yang diidentifikasi dalam metode

HAZOPS ini disebut sebagai “node”. Masing-masing note ini kemudian akan

dianalisis dengan menggunakan kata-kata panduan dengan parameter yang

digunakan dalam HAZOPS seperti dibawah ini;

• Flow : More / No / Reverse,

• Pressure : High / Low,

• Temperature : High / Low,

• Corrosion/Erosion,

• Startup/Operability, Shutdown/Maintenance, Composition,

Instrument/Utility Failure, Other.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 73: S Efri Meikel Chlorine

52

Universitas Indonesia

Hal yang menjadi masalah saat melakukan studi HAZOPS adalah

waktu. Sebab studi ini dirancang untuk melakukan suatu analisis yang

menyeluruh, sehingga banyak menghabiskan waktu untuk pembahasan dan

perdebatan antar anggota team.

2.8.4 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Pada metode ini dipakai untuk menguji setiap model kegagalan atau

failure dari sebuah proses menentukan efek dari kegagalan tersebut. Model

failure yang terjadi berupa gejala, kondisi atau gangguan pada equipment.

Menurut Ericson (2005) metode ini pada dasarnya ditentukan oleh tanggapan

sistem terhadap suatu kegagalan atau failure. Dalam metode FMEA ini

digunakan istilah-istilah berikut dalam analisis bahaya:

• Causes : jika diharapkan, maka akar masalah dari failure mode

harus diidentifikasi. Hasil identifikasi ini merupakan informasi

yang sangat berharga menyusun rangking bahaya.

• Operational Mode : jika analisis dilakukan terhadap suatu

peralatan, maka harus bagian dari mode operasi yang berbeda,

dimana masing-masing mode harus diidentifikasi dan di analisis

terpisah.

• Effect : untuk setiap failure mode yang sudah teridentifikasi maka

team harus mengantisipasi efek tersebut secara keseluruhan

terhadap sistem operasi. Biasanya efek ini diambil pada kondisi

terburuk sebagai safety faktor

• Failure Detection Method : semua failure detection harus

diidentifikasi seperti peralatan detector baik yang otomatis atau

manual. Tujuan identifikasi ini adalah untuk memastikan bahwa

semua peralatan deteksi berfungsi dengan baik.

• Compensating Provision : untuk setiap failure mode yang

teridentifikasi, maka team harus menggambarkan tujuan rancangan,

peralatan safety atau apa yang harus diperbuat oleh operator.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 74: S Efri Meikel Chlorine

53

Universitas Indonesia

• Severity Class : tingkat keparahan yang ditentukan harus mengacu

criteria berikut, Katergori I (Catastrophic), Kategori II (Critical),

Kategori III (Marginal), Kategori IV (Minor).

Kelemahan analisis dengan metode FMEA adalah bahwa kesalahan

operator dalam mengoperasikan peralatan tidak diidentifikasi, namun

kesalahan manusia (human error) teridentifikasi lewat failure mode dari

peralatan. Metode ini juga jarang mengidentifikasi kerusakan atau korban

yang mungkin ditimbulkan akibat adanya failure mode dari peralatan. Hal ini

disebabkan karena FMEA hanya memusatkan pada kasus failure tunggal, dan

tidak efesien didalam mengidentifikasi gabungan dari gangguan peralatan

yang terjadi yang menimbulkan kecelakaan.

2.8.5 Fault Tree Analysis (FTA)

Menurut Ericson (2005) metode Fault Tree Analysis (FTA) ini

bersifat sistematis, pendekatan failure analyses dari awal dan memusatkan

analisis pada kasus kecelakaan khusus atau kejadian yang tidak diinginkan

yang disebut sebagai ”top event”, kemudian mengembangkan analisis dari

beberapa faktor penyebab terjadinya “top event” tersebut. Karena itu FTA

harus dilakukan untuk masing-masing “top event”.

Metode FTA ini bersifat dedukatif yang menggunakan lambang

Boolean Logic seperti (AND, OR) untuk mencari faktor-faktor terkait dengan

“top event”. Analisis dimulai dari “top event” dan dilanjutkan dengan

identifikasi penyebab dan hubungan logis antara penyebab dan “top event”.

Masing-masing kasus disebut “intermediate event”. Penyusunan FTA ini

diawali dari “top event” kemudian dianalisis faktor-faktor apa saja yang

mendukung terjadinya “top event” tersebut. Hal ini dilakukan terus sampai

pada faktor dasar “basic event” yang tidak dapat lagi diuraikan. Ada 4

tahapan didalam melakukan FTA ini yakni:

• Tentukan sistem atau proses yang akan dianalisis

• Susunlah fault tree

• Analisis fault tree tersebut

• Catat hasil analisis fault tree

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 75: S Efri Meikel Chlorine

54

Universitas Indonesia

Didalam menentukan proses penentuan analisis secara FTA, perlu

dimasukkan kedalam kondisi-kondisi batas sebagai berikut: Batas fisik

sistem, tingkat ketajaman, susunan peralatan awal, kondisi actual dan asumsi

lainnya. FTA ini dirancang untuk menyusun suatu gerbang logika gabungan

dari failure yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu event. Namun FTA

ini mempunyai kelemahan yaitu tidak efisien, kaku sebagai suatu metode

praktis untuk identifikasi adanya bahaya didalam suatu sistem atau proses.

Adapun simbol-simbol yang dipakai dalam metode FTA adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.8 Simbol-simbol logic dalam FTA

Top event merupakan suatu kejadian yang tidak

dikehendaki (mewakili potensi high loss atau

high risk)

OR gate menunjukkan bahwa output event akan

terjadi jika salah satu event ada

AND gate akan menunjukkan bahwa output event

akan terjadi seluruh input events

INHIBIT gate menunjukkan output event akan

terjadi jika input event ada dan inhibit condition

terpenuhi

DELAY gate menunjukkan bahwa output event

akan terjadi jika input event ada dan ”specified

delay time” akan expired

BASIC event menggambarkan suatu “basic

equipment fault or failure” yang tidak

memerlukan penguraian lebih lanjut.

INTERMEDIATE event menggambarkan suatu

”fault event” yang dihasilkan dari kejadian

kegagalan lainnya (other fault event) yang

disusun dengan menggunakan ”logic event”

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 76: S Efri Meikel Chlorine

55

Universitas Indonesia

UNDEVELOP event menggambarkan suatu

”fault event” yang tidak diperiksa lebih lanjut

karena keterbatasan informasi atau karena

dianggap kurang penting.

TRANSFER Symbol menunjukkan bahwa fault

tree berhubungan lebih lanjut dengan fault tree

dilembaran lain, terdapat dua jenis transfer

symbol in dan transfer symbol out

Sumber : (Ericson, 2005)

Untuk menyakinkan bahwa analisis risiko dengan FTA berhasil,

maka hal-hal berikut perlu diperhatikan:

• Masukkan faktor manusia (human factor) didalam analisis

• Pemahan yang baik dan benar terhadap sistem proses dan operasi

• Lakukan dengan runut masing-masing analisis sebuah logika

proses

• Taruh keterangan disetiap 3 cabang sebagai gambaran dari failure

yang terjadi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kecendrungan terjadinya

accident tersebut akan terjadi. Umumnya accident yang terjadi karena

beberapa hal di bawah ini:

• Equipment failure, seperti kegagalan instrumentasi, kerusakan

pompa, dsb

• Kondisi lingkungan, seperti banjir, gempa bumi, angin, dsb

• Human error, seperti pekerja tidak mengikuti prosedur, kelalaian

operator, dsb

• Faktor eksternal, seperti adanya bom, sabotase, teroris, dsb

2.8.6 Event Tree Analysis (ETA)

Event Tree Analysis (ETA) merupakan suatu prosedur deduktif yang

menggambarkan semua kemungkinan konsekuensi atau dampak yang

dihasilkan dari accident event (suatu penyimpangan signifikan yang

mengawali konsekuensi yang tidak diinginkan). ETA ini dapat digunakan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 77: S Efri Meikel Chlorine

56

Universitas Indonesia

untuk mengidentifikasi kemungkinan dampak dari kegagalan sistem, karena

dapat mengurutkan peristiwa termasuk sukses atau gagalnya komponen

sistem (Rausand,2005).

ETA dapat digunakan untuk menganalisis skenario dari

pengendalian, sistem atau prosedur yang telah dilakukan untuk merespon

initializing event. ETA dapat digunakan untuk mengetahui konsekuensi yang

dapat ditimbulkan dan dari hasil penilainnya maka akan dapat ditentukan

pengendalian yang harus dilakukan (Green,1999).

Secara khusus ETA digunakan untuk menganalisis berfungsinya

suatu peralatan untuk pencegahan (protective devices), system emergency

response. ETA dapat digunakan untuk mengevaluasi operating procedure,

keputusan management. ETA ini biasanya digunakan pada tahap desain

maupun pada tahap pengoperasian bahkan dapat juga digunakan

mengevaluasi atau mengetes suatu sistem proteksi (Clemens,1998).

Untuk melakukan ETA diperlukan suatu masukan yang sistematis

(systematic inputs) untuk penyusun struktur ETA dan memusatkan pada

potensial risiko pada target akhir systematic inputs yang dipakai adalah teori

S-P-T : Source-Pathways-Target, dengan systematic inputs ini akan

didapatkan dengan jelas alur terjadinya event ditempat target. (Barry,2003)

Gambar 2.13 Konsep S-P-T

(Sumber : Barry, 2003)

Penjelasan:

Source : mencakup hal yang memulai atau penyebab terjadinya

kejadian

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 78: S Efri Meikel Chlorine

57

Universitas Indonesia

Pathways Faktor: tahapan yang mencakup proses ETA untuk

menuju hasil targer atau konsekuensi yang akan timbul.

Target : hasil dari nilai yang didapat pada hasil perhitungan

pathways faktor.

Melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai ETA serta adanya

skema ETA pada Clemens (2002), disimpulkan Perhitungan nilai barrier

dimana dapat diketahui tingat kesuksesan, tingkat kegagalan serta skenario

konsekuesi yang didapatkan dari diagram event tree analysis, dengan cara:

• Menghitung Barrier dari data checklist

Nilai Probability of Succes �Total Checklist �YA�

Total Checklist �YA� � Total Checklist �TIDAK�

Nilai Probability of Failure � 1 ! Nilai Probability of Success

Ket : Ps = Probability of Success

Pf = Probability of Failure

• Menghitung nilai tingkat kesuksesan

Tingkat Sukses � Nilai Probability of Succes X 100 %

• Menghitung Diagram Event Tree Analysis, sehingga

mendapatkan skenario atau hasil konsekuensi.

Skenario 1 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Ps Barrier 3 x Ps Barrier 4

Skenario 2 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Ps Barrier 3 x Pf Barrier 4

Skenario 3 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Pf Barrier 3

Skenario 4 � Ps Barrier 1 x Pf Barrier 2

Skenario 5 � Pf Barrier 1

Keterangan: Total nilai skenario bernilai 1

Dapat disimpulkan bahwa ETA merupakan salah satu safety system

risk management yang dapat digunakan untuk mengetahui konsekuensi atau

dampak yang akan ditimbulkan apabila suatu sistem pencegahan atau

keselamatan mengalami kegagalan. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 79: S Efri Meikel Chlorine

58

Universitas Indonesia

pengendalian yang harus dilakukan berdasarkan nilai dari setiap komponen-

komponen tersebut yang mengalami kegagalan.

Menurut Rasusand (2005) hal-hal yang perlu diketahui dalam

menggunakan metode event tree analys antara lain:

1. Event Tree Logic dimulai dari kiri ke kanan.

2. Sistem ini mengindikasi nilai didepan (Yes) dengan nilai

probability of success = 1 – probability of failure.

3. Branch line probability dihitung dengan mengalikan nilai-nilai

yang ada

4. Identifikasi peristiwa accident mungkin terjadi yang dapat

menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

5. Identifikasi barrier (pengendalian) yang didesain.

6. Buat pohon kejadian.

7. Tentukan dampak yang mungkin terjadi dari urutan kejadian.

8. Tentukan frekuensi accident event dan probabilitas dari setiap

cabang yang di identifikasi.

9. Hitung probabilitas dari masing-masing cabang untuk

mengetahui skenario konsekuensi.

Keuntungan menggunakan metode event tree analysis (NIOSH

instructional module)

1. Mampu menilai kegagalan sistem yang ada.

2. Dapat mengetahui fungsi gagal atau suksesnya secara

bersama-sama.

3. Kegagalan dari suatu sistem dapat diketahui dan diantisipasi.

4. Dapat menjadi masukan kepada metode fault tree analysis

(FTA)

5. Dari hasil analisi tersebut akan diketahui skenario konsekuensi

yang mungkin timbul.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 80: S Efri Meikel Chlorine

59 Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEPSIONAL

DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Menurut White (2010) pada buku White’s Handbook of Chlorination and

Alternative Disinfectants menjelaskan bahwa penyebab kebocoran pada chlorine

ton container dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam peralatan

tangki dan faktor eksternal (ruang penyimpanan), dari beberapa faktor yang ada

White juga menjelaskan ada beberapa skenario kebocoran tangki seperti

kebocoran minor, mayor, dan katastropik yang menjelaskan kepada faktor proses

dari suatu kegagalan. Sedangkan faktor penyebabnya ialah penyimpanan, api

(kebakaran), kecerobohan sehingga menyebabkan kecelakaan, kegagalan pada

koneksi fleksibel, korosi pada fusible plug, korosi pada valve, kegagalan pada

valve packing, kegagalan gasket, kegagalan pada pipa, kegagalan pada peralatan,

kegagalan pada penunjuk ukuran tekanan chlorine, kegagalan container, dan

kegagalan pressure gauge.

Sedangkan faktor lain penyebab kebocoran tangki menurut U.S

Environmental Protection Agency (U.S. EPA) dan National Oceanic and

Atmospheric Administration (NOAA) pada tahun 2007, dalam kasus penyebaran

zat kimia chlorine ke atmosfer pada chlorine ton container disebabkan oleh faktor

kebocoran pada dinding container dan kebocoran pada valve or short pipe.

Pada buku Corrosion Engineering (3rd

ed) dari Fotana (1986) menjelaskan

korosi terjadi pada bagian-bagian yang ada pada tangki, bagian yang terdapat

pengelasan, sambungan seperti pipa dan peralatan yang menggunakan komponen

dari metal. Penyebab terjadi korosi dan munculnya perporasi (lobang) pada

bagian-bagian tangki atau pipa adanya faktor dari material, geometry dan

environment.

Penelitian ini dilakukan dengan metode Event Tree Analysis (ETA) dari

teori Rausand (2005) yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kemungkinan dampak dari kegagalan sistem, karena dapat

mengurutkan peristiwa termasuk sukses atau gagalnya komponen sistem. Rausand

menjelaskan bahwa event tree dimulai dari sebuah accident event yang dapat

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 81: S Efri Meikel Chlorine

60

Universitas Indonesia

diartikan sebagai suatu penyimpangan yang signifikan dari keadaan normal dan

dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Accident event biasanya disebabkan karena kegagalan sistem, kesalahan

manusia, dll. Oleh karena hal tersebut, untuk meminimalisir atau menghilangkan

konsekuensi tersebut maka diperlukan barrier or protection layer (pengendalian)

(Rausand,2005). Suatu barrier ada dikarenakan adanya probability dan

konsekuensi yang ada pada suatu sistem atau proses kerja. Faktor-faktor penyebab

kebocoran pada chlorine ton container dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Penyebab Kebocoran

• Penyimpanan

• Api (kebakaran)

• Kecerobohan sehingga

menyebabkan kecelakaan

• Kegagalan pada koneksi

fleksibel

• Korosi pada fusible plug

• Korosi pada valve

• Kegagalan pada valve packing

• Kegagalan gasket

• Kegagalan pada pipa

• Kegagalan pada peralatan

• Kegagalan pada penunjuk

ukuran tekanan klorin

• Kegagalan container

• Kegagalan pressure gauge

Sumber: (White,2010)

Penyebab Kebocoran

• Kebocoran pada dinding

container

• Kebocoran pada valve or short

pipe

Sumber: (U.S EPA & NOAA,2007)

Bagian-bagian yang terjadi Korosi

• Tangki

• Pengelasan yang ada ditangki

• Sambungan

• Peralatan yang terbuat dari metal

atau material lain

Sumber: (Fontana,1986)

Faktor Penyebab Kebocoran

Chlorine ton container

dan Melihat status tangki

penyimpanan.

Bagan 3.1 Kerangka Teori dari

(White, 2010), (U.S. EPA &

NOAA, 2007) , (Fontana,1987),

(Rausand,2005)

Event Tree Analysis

• Identifikasi kegagalan

sistem tangki

• Kesalahan Manusia

• Meminimalisir atau

Menghilangkan

Konsekuensi

Sumber: (Rausand, 2005)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 82: S Efri Meikel Chlorine

61

Universitas Indonesia

3.2 Kerangka Konsep

Chlorine ton container yang terdapat pada ruang tangki chlorine di PT. PT

PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk

bagi kesehatan, lingkungan kerja dan sekitar juga proses kerja jika terjadi

kebocoran. Container berisikan chlorine yang bersifat korosif dan toksik dimana

hal tersebut berbahaya kepada kesehatan, lingkungan kerja, dan material

penyimpan. Jumlah chlorine yang disimpan dalam tangki mencapai 907 kg per

tangki, dan karakteristik ton container yang memiliki potensi untuk terjadi

kebocoran. Oleh Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi serta

menganalisis dari kebocoran chlorine pada instalasi penyimpanan chlorine di Unit

Chlorinasi pada ruang tangki chlorine di PALYJA dengan melihat penelitian

sebelumnya dan teori-teori yang ada mengenai penyebab terjadinya kebocoran

pada chlorine ton container.

Didapatkan beberapa faktor untuk mendukung kerangka konsep,

berdasarkan dari teori, penelitian sebelumnya juga observasi yang ada terdapat

faktor proses dimana kegagalan yang terjadi seperti pada, koneksi fleksibel,

pressure gauge, gasket, valve packing, header valve, ider valve, aselari valve,

perpipaan dan valve pada pipa. Sehingga dapat dijelaskan kegagalan didapat bisa

terjadi karena pemilihan variable/peralatan, pengetahuan pekerja akan SOP kerja,

serta perawatan dan tindakan pencegahan.Pada faktor yang disebabkan tangki

didapatkan terdapatnya karat pada valve, fusible plug, body tank, sambungan las,

tekanan pada tangki. Sehingga dapat dijelaskan pemilihan tangki, tempat

penyimpanan serta perawatan menjadi bagian penting untuk pencegahan

terjadinya kebocoran.

Penyebab kebocoran juga berasal dari faktor eksternal dimana kurangnya

maintenance, kecerobohan kerja sehingga menyebabkan kecelakaan dan api

(kebakaran) maka diperlukan tempat penyimpanan khusus, adanya pelatihan

kepada pekerja serta membuat desain ruangan penyimpanan yang sesuai standard

yang ada.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 83: S Efri Meikel Chlorine

62

Universitas Indonesia

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

Tangki Chlorine

Pemilihan

Tangki serta

Variable

Tempat

Penyimpanan

(Ruang Tangki

Chlorine )

Pengetahuan

Bahaya

Chlorine serta

SOP pada

pekerja

Perawatan

serta tindakan

Pencegahan

Evaluasi

Analisis Kebocoran Chlorine

pada Instalasi Chlorine

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 84: S Efri Meikel Chlorine

63 Universitas Indonesia

3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Tangki Chlorine Wadah penyimpanan berisi

chlorine yang terbuat dari

campuran baja dan besi

dengan bentuk silinder

dengan kapisitas 907 kg

berwarna kuning.

Data Sekunder dari

PT. PALYJA,

Jakarta

• Checklist

• Observasi

Unit Ordinal

Pemilihan

Tangki serta

Variable

Tindakan pengecekan secara

visual kondisi dari tangki

serta variable/peralatan,

secara menyeluruh pada

bagian (valve, fusible plug

,pipa, flexible connection,

gasket, pressure gauge, body

tank)

Data Sekunder dari

PT. PALYJA,

Jakarta

• Checklist

• Observasi

• Sesuai

• Tidak Sesuai

Ordinal

Tempat

Penyimpanan

(Ruang Tangki

Chlorine)

Salah satu bentuk wadah

yang besar yang dapat

berisikan beberapa proses

yang ada didalam untuk

menunjang suatu kebutuhkan

kerja yang khusus pada

sistem chlorine

• Data Sekunder

dari PT.

PALYJA,

Jakarta

• Standard NIOSH

dan Kawamura

• Checklist

• Observasi

• Sesuai

• Tidak Sesuai

Ordinal

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 85: S Efri Meikel Chlorine

64 Universitas Indonesia

Pengetahuan

Bahaya

Chlorine serta

SOP

Bagian dari pemikiran

pekerja yang mengetahui

akan konsekuensi pada

tempat kerja yang

menggunakan chlorine

sehingga harus dilakukan

kerja sesuai dengan prosedur

yang benar.

Data Sekunder dari

PT. PALYJA,

Jakarta

Data Primer dari

Observasi

• Checklist

• Observasi

• Wawancara

• Sesuai

• Tidak Sesuai

Ordinal

Perawatan serta

tindakan

Pencegahan

Segala usaha dan tindakan

yang dilakukan secara

berkala dengan baik dan

benar untuk menjaga dan

memastikan pengoperasian

tetap berjalan baik dan

berlangsung lama.

Data Sekunder dari

PT. PALYJA,

Jakarta

Data Primer dari

Observasi

• Checklist

• Observasi

• Wawancara

• Sesuai

• Tidak Sesuai

Ordinal

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 86: S Efri Meikel Chlorine

65 Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

semikualitatif. Penelitian deskritif dimaksudkan dengan menggambarkan kondisi

instalasi chlorine mengenai penyimpanan dan perawatan chlorine ton container

yang bertujuan untuk menjaga chlorine ton container dan proses instalasi

didalamnya tetap aman yang selanjutnya dievaluasi berdasarkan stadart yang ada.

Setelah didapat hasil evaluasi tersebut dilakukan analisis mengenai konsekuensi

kebocoran chlorine ton container jika tempat penyimpanan dan perawatan tidak

dilakukan dengan menggunakan metode event tree analysis.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada ruang tangki chlorine di Instalasi Pengolahan

Air II Unit Chlorinasi di PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) yang berlokasi di

Jln. Penjernih 1, Pejompongan , Jakarta Pusat. Pada bulan Desember 2011 –

Januari 2012

4.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah ruang tangki chlorine Instalasi

Pengolahan Air II Unit Chlorinasi dimana terdapat chlorine ton container dan

proses instalisasi chlorine di PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA).

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua

jenis data, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data tersebut dilakukan

guna menunjang penelitian yang dilakukan dengan wawancara pihak terkait,

observasi ;

• Data primer : dilakukan dengan cara observasi langsung ke objek

penelitian serta lingkungan sekitarnya. Selain itu juga dilakukan

wawancara dengan petugas operator dan maintenance dan pihak –

pihak yang terkait didalam Unit Chlorinasi.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 87: S Efri Meikel Chlorine

66

Universitas Indonesia

• Data sekunder, dilakukan dengan menelaah dokumen – dokumen

terkait seperti Material Safety Data Sheet (MSDS), spesifikasi teknis

penyimpanan tangki bahan kimia chlorine, Standard ruang

penyimpanan chlorine ton container, Standard Operating

Procedure (SOP) pada Unit Chlorinasi dan data pendukung

lainnya.

4.5 Instrumen Pengumpulan

Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

hasil identifikasi bahaya pada unit chlorinasi yang sudah ada pada perusahaan dan

melihat MSDS untuk melihat sifat fisik dan kimia dari bahan kimia yang

mengalami kebocoran, melihat instrument yang ada pada tangki penyimpan,

melihat SOP pada pengerjaan pada unit dan tindakan perawatan pada unit

chlorinasi, melihat hasil checklist yang telah dibuat dengan melihat standar

NIOSH, Kawamura (1991), serta penelitian sebelumnya.

4.6 Manajemen Data

Data primer yang didapatkan pada saat observasi dengan melakukan

wawancara serta checklist, dan data sekunder didapatkan dari perusahaan juga

melihat teori, penelitian sebelumnya dan standar yang ada, dikumpulkan,

dimasukkan kedalam variable-variable yang sesuai dari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan kebocoran tangki penyimpanan bahan kimia didalam tabel.

4.7 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

yang dimaksudkan untuk mengetahui analisis faktor risiko dari kebocoran tangki

penyimpanan bahan kimia chlorine, ketersediaan pada ruang penyimpanan tangki,

jenis bahan kimia yang disimpan, mengetahui material tangki penyimpanan,

mengetahui kondisi dari unit kerja, mengetahui pengetahuan pekerja akan bahaya

chlorine, mengetahui tindakan perawatan tangki serta pencegahan yang akan

dilakukan jika terjadi kebocoran bahan kimia di Instalasi Pengolahan Air II

Penjompongan Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA).

Pada melakukan observasi dilakukan penilaian risiko pada tempat

penelitian menggunakan checklist dimana, penggunaan checklist ini di adaptasi

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 88: S Efri Meikel Chlorine

67

Universitas Indonesia

dari teori yang ada pada penyebab terjadinya kebocoran White (2010) , EPA

(2007) serta melihat dari penelitain yang sebelumnya mengenai kegagalan pada

tangki, mengetahui korosi berasal dari Fontana (1986), mengetahui kesesuaian

tempat penyimpanan, tindakan pencegahan dari pekerja dengan melihati

pengetahuan pekerja tentang bahaya chlorine dan SOP kerja, tindakan perawatan

serta pencegahan terjadi kebocoran menggunakan recommendations for a chlorine

standard NIOSH dan Kawamura (1991).

Didapatkan beberapa tipe variable dari checklist yang ada;

1. Hasil observasi tempat penyimpanan:

Didapatkan 36 daftar elemen checklist dengan jumlah hasil

observasi YA : 68 dan TIDAK 9.

(elemen checklist: pintu, window inspection, MSDS dan SOP yang

ada pada pintu, luas ruangan, penandaan ruangan, terhindar dari

panas/hujan, temperatur ruangan, tempat penyimpanan,alas

penyimpanan, cara peletakan,alat khusus pemindah tangki, chlorine

detector, peralatan safety, checklist kerja dan tata letak)

2. Hasil observasi pemilihan chlorine ton container dan variable :

Didapatkan 27 daftar elemen checklist dengan jumlah hasil

observasi YA : 268 dan TIDAK : 120

(elemen checklist: kapasitas ruang penyimpanan, jumlah tangki

yang ada “20 tangki”, pengecekan perlengkapan “valve, fusible

connection, gasket, header valve, flexible connection, pipa, tangki,

timbangan”, pengantian komponen/variable

3. Hasil observasi dan wawancara pengetahuan bahaya chlorine dan

SOP pada pekerja :

Didapatkan 26 daftar elemen checklist dengan jumlah hasil

observasi YA: 125 dan TIDAK 19

(elemen checklist : jumlah pekerja “7”, pengetahuan pekerja

“mendapatkan pelatihan atau belum”, melakukan kerja sesuai

prosedur, pembersihan APD)

4. Perawatan serta tindakan pencegahan :

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 89: S Efri Meikel Chlorine

68

Universitas Indonesia

Didapatkan 26 daftar elemen checklist dengan jumlah hasil

observasi YA : 48 dan TIDAK 19.

(elemen checklist: pekerja khusus penanganan “3”, pengecekan,

pengatian peralatan, peralatan dan fasilitas safety, penggunaan

APD, inspeksi)

Perhitungan nilai barrier dimana dapat diketahui tingat kesuksesan, tingkat

kegagalan serta skenario konsekuesi yang didapatkan dari diagram event tree

analysis, dengan cara:

• Menghitung Barrier dari data checklist

Nilai Probability of Succes �Total Checklist �YA�

Total Checklist �YA� � Total Checklist �TIDAK�

Nilai Probability of Failure � 1 ! Nilai Probability of Success

Ket : Ps = Probability of Success

Pf = Probability of Failure

• Menghitung nilai tingkat kesuksesan

Tingkat Sukses � Nilai Probability of Succes X 100 %

• Menghitung Diagram Event Tree Analysis, sehingga

mendapatkan skenario atau hasil konsekuensi.

Skenario 1 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Ps Barrier 3 x Ps Barrier 4

Skenario 2 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Ps Barrier 3 x Pf Barrier 4

Skenario 3 � Ps Barrier 1 x Ps Barrier 2 x Pf Barrier 3

Skenario 4 � Ps Barrier 1 x Pf Barrier 2

Skenario 5 � Pf Barrier 1

Keterangan: Total nilai skenario bernilai 1

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 90: S Efri Meikel Chlorine

69 Universitas Indonesia

BAB 5

GAMBARAN PERUSAHAAN

5.1 PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) hadir di Jakarta untuk meningkatkan

penyediaan dan pelayanan air bersih kepada masyarakat di wilayah Barat DKI

Jakarta sejak 1 Februari 1998, melalui 25 tahun kerjasama dengan PAM Jaya.

PALYJA merupakan bagian dari Suez Environnement, lini usaha dari Grup

GDF SUEZ – Perancis, yang bergerak di bidang: air, pelayanan limbah, peralatan

terkait yang penting bagi kehidupan sehari-hari dan pelestarian lingkungan.

Dengan kepemilikan saham 51% Suez Environnement memberikan solusi inovatif

bagi jutaan orang dan industri terutama bidang air bersih, pengolahan limbah, area

manajemen limbah. 49% merupakan bagian dari PT Astratel Nusantara, lini usaha

Grup ASTRA – Indonesia yang bergerak di bidang infrastruktur dan saat ini

menjadi salah satu perusahaan ternama di Indonesia. PT Astratel Nusantara adalah

merupakan bagian dari PT ASTRA International Tbk, salah satu grup pemimpin

bisnis terbesar di Indonesia.

Salah satu misi PALYJA adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan

dengan tingkat pelayanan yang tinggi dan dengan menyediakan air bersih dengan

kuantitas, kesinambungan dan kualitas yang baik melalui operasi yang unggul.

Sejak tahun 1998 PALYJA telah berhasil meningkatkan akses air bersih menjadi

lebih dari 419 ribu sambungan bagi lebih dari 3 juta penduduk di wilayah Barat.

PALYJA memiliki beberapa tempat Instalasi Pengolahan Air yang terdapat

di sekitar DKI Jakarta yaitu Pejompongan 1 dan 2, BCR 5 yang terdapat di Lebak

Bulus, Cilandak dan pada saat ini akan segera di operasikan BCR 4 yang terdapat

pada Kebun Jeruk. Dengan jumlah karyawan yang total keseluruhan 1,403 orang (

Laki-laki : 1145, Perempuan: 258) dan memiliki total jam kerja 2.606.533 pada

tahun 2010.

Pelayanan air di Jakarta Barat bergantung pada sumber air yang sama sejak

13 tahun perjanjian kerjasama dimulai. Secara umum sistem sumber air saat ini

mencukupi penyediaan air secara berkelanjutan untuk 5 juta penduduk Jakarta

Barat yang berkembang terus dengan pesat.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 91: S Efri Meikel Chlorine

70

Universitas Indonesia

Penyebab yang paling utama adalah karena sumber air saat ini dan pasokan

transmisi dari fitur utamanya sangat rawan terganggu:

- Segi kualitas (tergantung polusi dan kekeruhan tinggi selama musim

hujan lebat).

- Segi kuantitas (tergantung pada peristiwa alam eksternal: air pasang,

banjir, kekeringan, pendangkalan dan keadaan yang tidak terduga seperti

gangguan PLN, dan risiko potensi gangguan pada kedua stasiun

pemompaan di Curug dan Cawang.

- Kebutuhan pembiayaan alternative merupakan sumber dana untuk

investasi utama yang berkaitan dengan peningkatan sumber air dan

pelaksanaan jalur transmisi ke daerah yang sangat membutuhkan, baik

melalui pembiayaan bersama melalui APBD, APBN atau lembaga

keuangan international dan kontributor donor, harus dimobilisasi.

Gambar 5.1 Pemetaan Area PALYJA

Sumber: id.palyja.co.id (2011)

Dengan jumlah tersebut PALYJA telah melayani jumlah penduduk yang ada

2.9 millions dari 4.5 millions penduduk yang ada dengan 3 UPP (Unit Pelayanan

Pelanggan) dan 1 UPP untuk Pelanggan Utama (UPPU) pada 45 Permanent Area

dan memiliki jumlah sambungan hamper 420.000 pada tahun 2010.

(http://id.palyja.co.id)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 92: S Efri Meikel Chlorine

71

Universitas Indonesia

5.2 VISI, MISI, dan NILAI PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

• VISI

Menjadikan perusahaan penyedia pelayanan air pilihan di Indonesia

dengan memberikan kepuasan pelanggan dan nilai tambah kepada para

stakeholder.

• MISI

- Untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan kita dengan tingkat

pelayanan yang tinggi dan dengan menyediakan air dengan kuantitas,

kontinuitas dan kualitas yang baik melalui operasi yang unggul.

- Untuk menjaga kerjasama yang berkesinambungan dengan

stakeholder publik untuk kepentingan masyarakat seraya tetap

memenuhi peraturan yang berlaku.

- Untuk mengembangkan potensi karyawan agar karyawan dapat

memaksimalkan kinerja, puas dalam bekerja serta memberikan kepada

karyawan lingkungan yang sehat dan aman.

- Untuk memberikan kepada stakeholder kita tingkat pengembalian

modal pada waktunya.

- Untuk memberikan pertanggungjawaban sosial, melindungi

lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.

- Berhubungan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam

pengelolaan sumber air dalam rangka meningkatkan kesadaran umum

tentang kelangkaan air.

- Untuk mengembangkan kerjasama strategis jangka panjang dengan

rekan bisnis kita.

- Untuk menjaga citra perusahaan yang baik.

• NILAI

- Tanggung jawab sosial dengan memperhatikan kepentingan semua

pelanggan.

- Akuntabilitas dan Tanjung jawab terhadap masalah.

- Profesionalisme dan Upaya mencapai keunggulan.

- Tata kelola yang baik (Good Governance) dan keterbukaan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 93: S Efri Meikel Chlorine

72

Universitas Indonesia

- Penghargaan terhadap individu/lingkungan/masyarakat.

- Komitmen, Kesetiaan dan Dedikasi kepada perusahaan.

- Kepercayaan/Etika.

- Kerjasama dan Semangat Kelompok.

- Keadilan (Fairness).

- Kejujuran.

- Kepedulian (melebihi yang wajib).

5.3 Maintenance Central Departement

Merupakan salah satu Departement yang ada di PT. PAM Lyonnaise Jaya

(PALYJA) dimana program kerja yang terutama adalah melakukan perawatan

kepada fasilitas yang dimiliki oleh PALYJA agar fasilitas dan property yang ada

terus terjaga juga terawat. Salah satu tugas yang ada adalah pengawasan dan

melakukan tindakan preventif kepada peralatan yang digunakan pada produksi

dan proses yang ada pada PALYJA. Salah satu tugas tersebut adalah melakukan

pengawasan, pengecekan dan perbaikan kepada Instalasi Pengolahan Air II Unit

Chlorinasi. Unit Chlorinasi adalah salah satu unit dibawah MTC Departement

yang segala kegiatan di pengawasan oleh MTC bekerja sama dengan department

yang lain, dimana pada Unit Chlorinasi ini merupakan unit dimana bahan baku

yang digunakan oleh PALYJA untuk memproduksi air bersih, air minum dan

pengolahan air limbah. Unit Chlorinasi merupakan salah satu sistem proses untuk

melakukan instalasi pengolahan air minum.

5.4 Sistem Chlorine di Instalasi Pengolahan Air Minum II Penjompongan.

Salah satu tahapan proses yang dilakukan pada unit pengolahan air minum

adalah chlorinasi, yaitu proses pembubuhan chlorine sebagai desinfektan ke unit

pengolahan. Besarnya suatu kebutuhan chlorine untuk tiap proses pengolahan air

per harinya tergantung pada besarnya kapasitas pengolahannya. Total dosis yang

dipakai rata-rata sekitar 14 ppm dengan perincian 5 ppm untuk prechlorination, 5

ppm untuk intermediate chlorination, 2 ppm untuk post backwash pump. Proses

chlorinasi sebagaian besar berlangsung pada suatu bangunan sistem tertutup

dengan 5 ruangan utama, diantaranya;

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 94: S Efri Meikel Chlorine

73

Universitas Indonesia

5.4.1. Ruang Utama Unit Chlorinasi

Ruang utama unit chlorinasi dibagai atas beberapa ruangan yang ada

diantaranya;

1. Ruangan Tabung Chlorine

Kegiatan yang rutin dilakukan pada ruangan tabung adalah:

- Penerimaan tabung dari supplier

- Pengecekan variable tabung dari supplier

- Pengecekan kondisi ruangan penyimpanan

- Penggantian tabung yang beroperasi

- Pengontrolan kondisi sistem

- Pemeliharaan sistem

2. Ruangan Evaporator

Kegiatan rutin yang dilakukan di ruang evaporator adalah:

- Pengontrolan kondisi sistem chlorine

- Pemeliharaan sistem

3. Ruangan Chlorinator

Kegiatan yang dilakukan diruangan ini pada umumnya sama

dengan ruangan evaporator dimana dilakukan

- Pengontrolan kondisi sistem chlorine

- Pemeliharaan sistem

4. Ruangan Pompa

Kegiatan yang dilakukan diruangan ini menyedot gas chlorine

yang keluar pada saat melakukan pengantian tabung atau ketika

terjadi kebocoran. Pompa menyedot dan mengalirkan ke ruang

netralisator untuk diproses dengan caustic soda (NaOH) untuk

dilakukan penetralan.

5. Ruangan Netralisator

Kegiatan yang dilakukan diruangan ini melakukan penetralan

gas chlorine dengan caustic soda (NaOH), dimana gas chlorine

yang bocor di sedot oleh pipa yang disambungkan kepompa

netralisator lalu masuk ke tangki proses penetralan yang

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 95: S Efri Meikel Chlorine

74

Universitas Indonesia

didalamnya terdapat caustic soda. Dalam tangki netralisator

chlorine yang tersedot dicapurkan dengan cautic soda untuk

dilakukan penetralan agar gas chlorine yang dapat saat

penyedotan dapat dibuang ke udara dengan komposisi netral.

6. Injector Pump

Kegiatan pemberian chlorine kepada air baku (air kali) dan air

bersih (hasil dari penyulingan air baku) yang akan dipakai dalam

proses chlorinasi dan disalurkan ke tempat instalasi selanjutnya

yang akan menyalurkan air, pada proses injector pump terdapat

dua proses yaitu post: pemberian chlorine kepada air baku

sekitar 500 kg chlorine tergantung kualitas air baku dan free:

pemberian chlorine kepada air bersih bisa mencapai ¼ dari

chlorine tergantung kualitas air bersih yang dihasilkan.

5.4.2. Tahapan Proses

Adapun tahapan proses yang dilakukan pada sistem chlorine adalah

sebagai berikut:

5.4.2.1 Pengaliran Chlorine

Persentase kandungan cairan dan gas chlorine dalam tabung

tergantung pada temperatur, dimana makin tinggi temperatur maka makin

besar persentase cairan chlorine. Karena chlorine yang dibutuhkan untuk

proses chlrorinasi dalam jumlah yang cukup besar dimana kecepatan

pengaliran chlorine lebih besar dari kecepatan penguapan chlorine dari

cair ke gas, maka yang disuplai dari tabung adalah cairan chlorine. Proses

pengaliran chlorine ini berfungsi untuk mengalirkan cairan chlorine dari

tabung yang ada di ruang penyimpan ke Unit Evaporasi. (Andriyani,2007)

5.4.2.2 Evaporasi

Cairan chlorine jauh lebih berbahaya dari gas chlorine karena satu

bagian volume cairan jika menguap akan membentuk 460 bagian volume

gas. Oleh karena itu yang dibubuhkan ke unit pengolahan harus dalam

bentuk gas chlorine. Pada unit evaporasi berfungsi merubah cairan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 96: S Efri Meikel Chlorine

75

Universitas Indonesia

chlorine yang disuplai dari tabung menjadi gas chlorine dengan cara

penguapan. (Andriyani,2007)

5.4.2.3 Chlorinasi

Proses ini mengatur dosis chlorine yang akan dibubuhkan pada unit

pengolahan air dan pada proses ini terjadi pencampuran gas chlorine

dengan air yang berfungsi untuk pengeceran dan memberikan tekanan

yang cukup sampai ke titik pembubuhan. Proses berlangsung pada ruangan

chlorinator. (Andriyani,2007)

5.4.2.4 Pembubuhan

Proses ini merupakan tahapan akhir dari semua proses chlorinasi,

dimana chlorine gas yang telah dilarutkan dengan air dibubuhkan pada

titik-titik pembubuhan di unit pengolahan, yaitu titik pembubuhan

prechlorination, titik pembubuhan intermediate chlorination, dan titik

pembubuhan post chlorination. Selain itu ada satu titik pembubuhan

tambahan yaitu pembubuhan backwash pump. (Andriyani,2007)

Untuk menjalankan sistem chlorine tersebut diperlukan unit-unit

tambahan antara lain:

- Pompa tekana yang berada pada ruangan pompa, berfungsi

mengalirkan air bersih sebagai pengencer gas chlorine pada

chlorinator. Debit aliran air pengencer tergantung pada dosis

pembubuhan.

- Netralisasi pada ruangan netralisasi berfungsi untuk mengikat

chlorine yang ada di ruangan. Bahan netralisasinya adalah larutan

caustic soda (NaOH) 15% berat. Unit ini beroperasi otomatis jika

konsentrasi chlorine di lingkungan kerja lebih dari 0,5 ppm.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 97: S Efri Meikel Chlorine

76

Universitas Indonesia

Tahapan pembubuhan chlorine dapat dilihat pada gambar alur

dibawah ini;

Bagan 5.1 Tahapan Pembubuhan Chlorine

Sumber : (Andriyani,2007)

5.5 Kebijakan dan Program K3 tentang Chlorine di Instalasi Pengolahan

Air Minum II Pejompongan

Pihak manajemen dan perusahaan telah melakukan kebijakan K3 untuk

pengolahan chlorine seperti prosedur cara kerja aman (SOP), pelatihan untuk

pekerja, penyediaan fasilitas kerja , alat pengaman saat bekerja (APD) , dan

pemeriksaan kesehatan berkala untuk pekerja chlorine dan seluruh pekerja yang

ada.

Ruang Netralisator dan

Gas Detector

beroperasi

Kompresor

udara

beroperasi

Titik pembubuhan

prechlorinasi, dan

post chlorinasi

beroperasi

Evaporator beroperasi Pompa bertekanan

beroperasi

Valve tabung terbuka

Valve inlet evaporator terbuka

Valve outlet evaporator terbuka

Valve inlet chlorinator terbuka

Pengaturan aliran gas Chlorine

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 98: S Efri Meikel Chlorine

77

Universitas Indonesia

5.5.1. Prosedur Cara Kerja Aman

Manajemen telah mengeluarkan beberapa prosedur cara kerja untuk

masalah chlorine, seperti:

- SOP untuk proses operational chlorine, seperti SOP untuk

operational sistem chlorine, SOP penanganan chlorine, SOP

transportasi chlorine, dan segalanya.

- SOP untuk kondisi darurat dan evakuasi jika terjadi kebocoran

pada Unit Chlorinasi dan unit penggunaan chlorine.

- SOP yang dibuat semua di tempelkan pada ruangan yang

mengandung chlorine dan ruangan proeses kerja, jalur evakuasi

ditempelkan pada setiap tempat kerja berserta rute evakuasi.

5.5.2. Pelatihan Pekerja

Manajemen mengadakan pelatihan kepada para pekerja chlorine dan

karyawan lain diluar Unit Chlorinasi, dan juga para security. Pelatihan-

pelatihan tersebut umumnya dilaksanakan secara berkala, beberapa pelatihan

yang telah diberikan seperti:

- Pelatihan chlorine handling untuk pekerja chlorine

- Pelatihan tentang kondisi darurat dan evakuasi untuk pekerja

chlorine, karyawan di luar Unit Chlorinasi, dan security.

- Pelatihan menggunakan dan memelihara breathing apparatus

- Pelatihan pengenalan gas chlorine untuk seluruh karyawan

PALYJA

- Safety Induction bagi pekerja di Unit Chlorinasi

5.5.3. Simulasi

Berbagai kegiatan simulasi yang dilakukan adalah:

- Simulasi untuk kondisi darurat karena kebakaran dan kebocoran

gas chlorine yang dilaksanakan rutin setiap tahun.

- Simulasi untuk penggunaan breathing apparatus dan pemakaian

APD

- Adanya pengecekan rutin dan simulasi untuk pengetesan fungsi

sirine dan alarm chlorine yang dilakukan setiap minggu (Friday

inspection)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 99: S Efri Meikel Chlorine

78

Universitas Indonesia

5.5.4. Penyedia Fasilitas Kerja

Fasilitas kerja yang disediakan untuk pengelolaan chlorine adalah sign

proses tank dan proses kerja, tanda dan pelabelan, APD dan Breathing

Apparatus, Netralisator, perlengkapan kondisi darurat, fasilitas kondisi

darurat, emergency system chlorine, dan bangunan sistem chlorine.

- Sign Proses Tank

Sudah tersedia untuk chlorine ton container dan proses kerja yang

sedang berlangsung dan jumlahnya cukup banyak.

- Tanda dan Pelabelan

Sudah tersedia tanda dan pelabelan disetiap ruangan Unit

Chlorinasi berserta APD apa saja yang harus dipakai ketika ingin

masuk kedalam ruangan. Pada tabung juga sudah tersedia label

yang memuat status, sifat, dan kondisi bahan (MSDS) yang berasal

dari pihak ketiga (supplier), walaupun peletakannya di tempat yang

tidak mudah terlihat, sudah rusak, terkena cat atau piloks.

- APD dan Breathing Apparatus

APD seperti masker dimiliki oleh setiap pekerja seperti operator

dan maintenance dan penggunaanya selalu di awasi, sedangkan

Breathing Apparatus tersedia ada 2 set berserta 1 tabung yang

standby, terletak di ruang operator. Juga terdapat pakaian khusus

ketika terjadi kebocoran dengan ppm > 25 ppm (Pelatihan Bahaya

Chlorine Palyja,2011)

- Netralisator

Netralisator yang tersedia berupa unit netralisasi, dimana sistemnya

terletak pada ruangan netralisasi dengan inlet penyerap berada pada

tiap-tiap ruangan bangunan chlorine. Unit netralisator mengandung

caustic soda (NaOH) 15% dengan kapasitas 1m3 dan mampu untuk

mengikat gas chlorine konsentrasi tinggi dalam beberapa jam.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 100: S Efri Meikel Chlorine

79

Universitas Indonesia

- Perlengkapan kondisi darurat

Perlengkapan kondisi darurat, seperti (tools kit) untuk menangani

dan memperbaiki sistem chlorine yang rusak tersedia dengan jenis

tank yang sesuai dengan peralatan, walau ada beberapa tools kit

yang tidak sesuai dengan tangki yang dipakai. Sedangkan

perlengkapan pertolongan pertama yang tersedia adalah kotak P3K,

alat-alat spare part untuk Unit Chlorinasi yang berada ruang

operasi, maintenance, APAR khusus pada setiap pintu pada ruang

Unit Chlorinasi.

- Fasilitas kondisi darurat

Fasilitas kondisi darurat, seperti safety shower, larutan pencuci

mata untuk penanganan ketika pekerja mengalami atau terpapar

chlorine pada pekerja.

- Emergency System Chlorine

Terdapat pada Unit Chlorinasi berupa sensor pendeteksi kebocoran

gas chlorine yang diletakan pada ruang tangki chlorine dan ruang

evaporator. Sistem ini langsung terhubung oleh alarm yang ada jika

kapasitas kebocoran chlorine besar dan tidak dapat ditangani

langsung, dengan mengirim hasil data sensor keruang operator.

- Bangunan Sistem Chlorine

Bangunan sistem chlorine yang tersedia di Instalasi Pengolahan Air

II adalah bangunan yang menggunakan sistem tertutup untuk

menghindari penyebaran release chlorine ke lokasi lain. Bangunan

tersebut memiliki sistem ventilasi untuk sirkulasi udara, ventilasi

terletak pada sisi bagian atas dinding tempat penyimpanan dengan

tinggi ± 1,8 – 2 meter untuk membantu sirkulasi yang ada pada

ruangan agar tidak panas. Sistem netralisator yang terletak pada

tempat proses dengan pipa sambungan ke ruang netralisator yang

terletak pada bagian bawah. Pada ruangan tangki chlorine

dilengkapi 2 pintu dan 1 pintu loading juga terdapat safety lock

door pada pintu ketika sedang melakukan maintenance pada pintu

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 101: S Efri Meikel Chlorine

80

Universitas Indonesia

terdapat kaca agar dapat mengontrol dari luar. Bangunan chlorine

semua terdiri dari atas 6 ruangan, satu ruangan besar untuk

penyimpanan dan lima ruangan untuk pengoperasian, dengan

ruangan yang bersih dan kering.

5.6 Pemeliharaan Sistem Chlorine

Ada tiga orang tenaga teknis dari team maintenance yang mengetahui

tentang unit chorinasi yang melakukan kegiatan pemeliharaan sekaligus

perbaikan, biasanya pengontrolan yang dilakukan adalah melihat kondisi pipa,

kondisi dari tangki secara visuap, kondisi fusible connection, fusible plug, gasket

dan valve yang tersedia pada proses chlorinasi mengecek jika ada kebocoran dari

variable yang ada juga melihat kelengkapan fungsi alat. Untuk kegiatan perbaikan

dan pemeliharaan tidak tersedia jadwal pemeliharaan maupun perbaikan pada Unit

Chlorinasi

Sedangkan ada beberapa operator yang bertugas sehari-hari di unit chlorine

melakukan pemeliharaan Unit Chlorine hanya untuk kebersihan sistem dan

peralatan. Ada tabel laporan harian yang harus diisi oleh operator, laporan tersebut

diisi tiap jam, setiap harinya. Laporan tersebut berisi tentang:

- Berat dan tekanan tabung chlorine tiap jam

- Voltase dan tekanan booster pump tiap jam

- Temperatur air, temperatur gas,water level, dan tekanan gas di

evaporator tiap jam

- Vacuum regulator yang sedang berfungsi tiap jamnya

- Chlorinator yang sedang berfungsi, dan banyaknya chlorine yang

digunakan dalam proses tiap jamnya.

5.7 Pekerja Chlorine

Ada 4 orang operator chlorine yang dibagi menjadi 2 shift. Dalam satu shift

terdapat 2 orang operator chlorine yang bertugas. Umumnya operator chlorine

bertugas:

- Melakukan pembersihan sistem dan perpipaan setiap harinya, dan

melaporkan jika ada kerusakan atau ada yang tidak beres pada sistem

kepada maintenance.

- Melakukan penggantian dan pengisian tabung chlorine.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 102: S Efri Meikel Chlorine

81

Universitas Indonesia

- Mengisi tabel atau checklist laporan harian peralatan chlorine tiap

jamnya.

- Mengatur jumlah chlorine pada chlorinator sesuai dengan kebutuhan

proses.

- Melaporkan jika terjadi kebocoran gas chlorine dan dapat melakukan

tindakan gawat darurat.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 103: S Efri Meikel Chlorine

82 Universitas Indonesia

BAB 6

HASIL

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki beberapa keterbatasan

yaitu :

• Dalam melakukan penulisan ini, sebenarnya ada element lain yang

belum dimasukkan kedalam analisis, yaitu pengecekan korosi tangki,

pengecatan tangki, dan penambahan MSDS dari pihak ketiga

(supplier). Hal ini dikarenakan, penulis tidak melakukan wawancara

dengan pihak ketiga (supplier).

• Tidak dilakukannya pengetesan fasilitas kondisi darurat yang

tersedia.

6.2 Gambaran Chlorine

PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) berada didaerah Pejompongan -

Jakarta Pusat, terdapat 2 (dua) Instalasi Air PALYJA yaitu Instalasi Pengolahan

Air I dan Instalasi Pengolahan Air II. Pada Instalasi Air I berada di PALYJA I

terdapat kantor produksi, transmisi construction, Environment Health Safety

(EHS), Training Center, Meter Reading, Geographic Information System (GIS) ,

Quality Control dan sedangkan Instalasi Pengolahan Air II berada di PALYJA II

terdapat Maintenance Control Departement, Gudang Maintenance dan tempat

Instalasi Chlorine. Pada Unit Chlorinasi terdapat ruang tangki chlorine (chlorine

ton container) dimana ruangan tersebut diperuntukan sebagai tempat

penyimpanan, loading tangki dan proses instalasi chlorine.

Chlorine tersebut berfungsi sebagai campuran pada bahan baku (air kali)

dan sebagai penunjang kebutuhan operasi kerja Unit Chlorinasi yang akan diolah

untuk menghasilkan produk-produk dari PT PALYJA seperti: air minum, air

bersih, dan pengolahan limbah cair. Semua kebutuhan ini dikelola dibawah Unit

Chlorinasi yang ada pada Maintenance Central Departement , hasil dari instalasi

chlorine disalurkan ke Unit Pengolahan Air (minum dan bersih) atau Produksi dan

Unit Pengolahan Air Limbah.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 104: S Efri Meikel Chlorine

83

Universitas Indonesia

Dalam proses instalasi chlorine pada Unit Chlorinasi dibagi beberapa

tahapan dari ruang tangki penyimpanan chlorine, ruang evaporator, ruang

klorinator, ruang genset netralisator, ruang panel control chlorine, ruang injector

pump dan terdapat ruang netralisator.

Pada proses pengolahan air (water treatment) digunakan bahan kimia

chlorine (Cl2) yang berfungsi sebagai disinfectant. Chlorine yang digunakan

dikirim ke ruang injector pump lalu akan di salurkan ke unit pengolahan air,

disana dilakukan pemberian chlorine dengan komposisi sedikit untuk membunuh

bakteri dan memecahkan zat-zat organik yang berbentuk koloid yang susah di ikat

oleh alum sulfate. Air yang bebas dari jamur dan bakteri akan digunakan pada

proses selanjutnya dan kebutuhan air minum.

Chlorine yang digunakan disimpan dalam ton container horizontal

berwarna kuning dengan kapasitas standar ukuran ton container yang berada di

pasaran, yaitu 2000 lb (pounds) atau 907 kg. Container tersebut merupakan

storage bertekanan yang didalamnya terdapat dua fase, yaitu chlorine cair dan

chlorine gas. Chlorine cair berada dibawah bagian dalam ton container,

sedangkan gas chlorine terdapat di bagian atas pada ton container. Berdasarkan

dari observasi yang dilakukan diketahui, chlorine yang digunakan pada Unit

Chlorinasi di PALYJA adalah chlorine yang berbentuk gas.

Ton Container yang digunakan oleh PALYJA pada Unit Chlorinasi di

Instalasi Pengolahan Air II dengan bekerja sama dengan PT Chlorine Inti dan PT

AINS dalam mensuplai tangki chlorine (chlorine ton container). Container

tersebut disuplai sesuai dengan kebutuhan operasional, dalam waktu satu minggu,

sekitar 10 chlorine ton container digunakan untuk menunjang proses pada Unit

Chlorinasi di Instalasi Pengelolahan Air II Pejompongan, namun hal tersebut tidak

memastikan jumlah penggunaan pemakaian karena disesuaikan dengan

kebutuhan. Terdapat 20 chlorine ton container tersimpan di ruang penyimpanan

(Ruang Tangki Klorin) didalam terdapat proses kerja setelah tangki dipasang

fusible conection untuk disambungkan ke pipa untuk disalurkan ker ruang proses

lainnya. Ketika chlorine ton container habis saat proses berlangsung sudah

terdapat chlorine ton container siap dipakai untuk mengantikan chlorine ton

container yang habis, pada ruangan tangki chlorine pengakutan tangki dilakukan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 105: S Efri Meikel Chlorine

84

Universitas Indonesia

dengan menggunakan alat angkut yaitu forklift. Dimana berfungsi untuk

memindahkan tangki dari ruang loading, ke ruang penyimpanan dan ke tempat

proses.

Gambar 6.1 ChlorineTon Container pada Ruang Tangki Chlorine

Sumber : ( PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), 2011)

Spesifikasi container yang digunakan PALYJA merupakan spesifikasi

standar chlorine ton container yang dijual di pasaran. Ton container yang

digunakan di Unit Chlorinasi memiliki spesifikasi yang sama. Berdasarkan data

yang di dapatkan penulis dari PT Industri Soda Indonesia sebagai pensuplai

pertama ton container, dengan spesifikasi dari ton container adalah sebagai

berikut.

Tabel 6.1 Spesifikasi dari Ton Container

1. Nama Chlorine Ton Container

2. Jenis Vessel

3. Posisi Horizontal

4. Ukuran

• Diameter luas

• Panjang (length)

• Tebal

• Berat

• Volume (bag. Dalam liter)

• 790-800 mm

• 2100 mm

• 9-12 mm

• 400-710kg

• 800-820 liter

5. Fungsi

Berfungsi sebagai disinfectant, membunuh bakteri dan

memecahkan zat-zat 84rganic yang berbentuk koloid

yang susah diikat oleh alum sulfate, mencegah

tumbuhnya lumut pada menara pendingin (cooling

tower)

6 Jenis

Material

Baja Karbon (Carbon Steel) dan Besin (Iron) juga

terdapat campuran material yang lain dengan jumlah

sedikit

Sumber: PT Industri Soda Indonesia

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 106: S Efri Meikel Chlorine

85

Universitas Indonesia

6.3 Gambaran Ruang Tangki Chlorine

Ruang tangki chlorine merupakan salah satu ruang yang ada pada Unit

Chlorinasi yang memiliki karakteristik yang cukup bervariasi. Hal ini didasarkan

bahwa pada ruang tangki chlorine tidak hanya dipergunakan untuk penyimpanan

chlorine ton container sebagai aktifitas utama, tetapi juga terdapat aktivitas

penerimaan tabung dari pihak ketiga (supplier), pengecekan variable tabung dari

pihak ketiga (supplier), pengecekan kondisi ruangan penyimpanan, penggantian

tabung yang beroperasi, pengontrolan kondisi sistem dan pemeliharaan sistem.

Selain itu, pada ruang tangki chlorine juga terdapat proses chlorinasi dimana dari

tabung chlorine diproses lalu disalurkan keruangan proses yang lain

Spesifikasi didalam Ruang Tangki Chlorine berdasarkan jumlah peralatan

yang ada pada ruagan dan bagian yang ada

- Bagian ruang Loading

- Bagian ruang Penyimpanan

- Bagian ruang Proses Chlorine

Tabel 6.2 Hasil Observasi pada Ruang Tangki Chlorine

(Tempat Penyimpanan)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

1

Pintu yang tersedia

terdapat kaca agar

dapat melihat kesisi

dalam

1 1

Pintu pada bagian dekat loading

tidak ada. “Tersedia 2 pintu

keluar dan terdapat kaca

inspeksi” (NIOSH Chlorine 76-

170B)

2

Terdapat lock safety

pada pintu 2 -

Digunakan saat melakukan

pengerjaan agar pintu terbuka.

(Kawamura,1991)

3

Tersedia MSDS pada

pintu masuk

2 -

Sebagai informasi bahaya

ditempat kerja kepada pekerja.

“Pemberian informasi bahaya

pada tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

4

Tersedia SOP pada

ruangan 1 -

Setiap ruang sistem Unit

Chlorinasi

“Pemberian informasi prosedur

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 107: S Efri Meikel Chlorine

86

Universitas Indonesia

pada tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

5

Ruangan cukup luas

untuk penyimpanan,

operasional dan

perawatan chlorine

3 -

Terdapat ruang loading, ruang

penyimpanan dan ruang proses

instalasi chlorine.

(Kawamura,1991)

6

Setiap daerah pada

ruangan diberi tanda

atau warna batasan

khusus 3 -

Ruang loading lantai berwarna

biru, ruang penyimpanan

berlantai semen dan ruang

proses chlorine berlantai

keramik putih. Dan tiap ruang

diberi pembatas 30 cm.

(Kawamura,1991)

7

Ruangan terhindar

dari matahari dan

hujan

2 -

Suhu yang dapat memberi faktor

bahaya kepada tangki.

“Penyimpanan harus terisolasi

dari matahari dan hujan untuk

diluar, untuk didalam ruangan

kering dan sejuk”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

8

Temperatur ruangan

dijaga 29 – 32 OC

1 -

Suhu yang dapat memberi faktor

bahaya kepada tangki.

“Penyimpanan harus terisolasi

dari matahari dan hujan untuk

diluar, untuk didalam ruangan

kering dan sejuk”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

9

Terdapat ventilasi

1 -

Menjaga suhu ruang.

“Penyimpanan harus terisolasi

dari matahari dan hujan untuk

diluar, untuk didalam ruangan

kering dan sejuk”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

10

Terdapat pendingin

ruangan

- 1

Membuat suhu ruangan menjadi

lembab dan mempercepat

korosi pada tangki (valve dan

fusible conection).

“Penyimpanan harus terisolasi

dari matahari dan hujan untuk

diluar, untuk didalam ruangan

kering dan sejuk”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 108: S Efri Meikel Chlorine

87

Universitas Indonesia

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

11

Terdapat tempat

penyimpanan

sementara sebelum

ke ruang

penyimpanan

2 -

Terdapat pada bagian ruang

loading,di fungsikan untuk

mengatur tangki yang akan

dipakai.

12

Alas penyimpanan

terbuat dari karet

1 -

Menjaga bagian tidak terjadi

korosi dan penyok.

“Penyimpanan harus kuat untuk

menghidari jatuh, bergelinding

serta pelatakan tidak terbalik”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

13

Peletakan tabung

kokoh dan aman dari

kebakaran, panas,

korosif dan

kerusakan mekanik

3 1

Korosif bisa terjadi ketika

pemberian supplier tidak

menjamin dari peletakan.

“Penyimpanan harus terhindar

dari bahan kimia lain,panas,

korosi dan bahaya mekanik”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

14

Penyimpanan Tangki

tidak bersusun

1 -

Menjaga kondisi tabung dan

menghindari bahaya tertimpa

tangki.

“Penyimpanan harus kuat untuk

menghidari jatuh, bergelinding

serta pelatakan tidak terbalik”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

15

Terdapat alat khusus

pemindah tabung

chlorine dengan

peralatan khusus (

forklift)

1 -

Sebagai alat bantu pemindah

tangki dari tiap ruangan di ruang

tangki chlorine.

“alat pemindah dan alat bantu

harus berada didalam ruangan”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

16

Terdapat chlorine

detector 1 2

Hanya terletak pada ruang

operasi chlorine tidak ada pada

ruang penyimpanan

17

Sensor chlorine

detector terdapat

dibawah

1 -

Karena sifat chlorine yang

massanya lebih berat dari udara

18

Terdapat pipa

netralisator dekat

dengan tabung proses

1 -

Pipa netralisator untuk

menyedot kebocoran chlorine

ketika pengantian tabung atau

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 109: S Efri Meikel Chlorine

88

Universitas Indonesia

kebocoran

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

19

Terdapat timbangan

ton container 2 -

Sebagai tempat penyimpan dan

melihat kadar penggunaan

chlorine.

20

Terdapat checklist

untuk chlorine dan

berat tangki 2 -

Sebagai informasi proses kerja

dan pengisian tangki chlorine.

“Dilakukannya monitoring dan

recordkeeping”

(NIOSH Chlorine76-170B)

21

Terdapat

pengontrolan rutin

1 -

Selalu dilakukan setiap hari

jumat (Friday inspection)

“Dilakukannya monitoring dan

recordkeeping”

(NIOSH Chlorine76-170B)

22

Terdapat jenis APAR

yang sesuai 1 -

Berisikan vapour.

“Sifat chlorine yang bereaksi

pada air, digunakan vapour”

(NIOSH Chlorine76-170B)

23

APAR mudah

terlihat? 1 -

Terdapat pada dinding.

“Tersedianya safety kit jika

terjadi kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

24

APAR mudah

dijangkau? 1 -

Dekat dengan pintu.

“Tersedianya safety kit jika

terjadi kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

25

Terdapat APAR

terisi dengan baik

(lihat indikator panah

pada APAR)

1 -

Selalu ada pengecekan setiap

bulan. “Dilakukannya

monitoring dan recordkeeping”

(NIOSH Chlorine76-170B)

26

Terdapat smoke

detector api jika

terjadi kebakaran

2 -

Terletak pada ruang bag.

loading dan ruang bag.

penyimpanan

27 Terdapat emergency

stop - 1

Hanya pada ruang evaporator,

ruang netralisator

28

Terdapat sign

operasional 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang ada pada ruang

tangki chlorine

29

Tidak terdapat bahan

kimia selain chlorine 1 -

“pada tempat penyimpanan

chlorine tidak diperbolehkan

bahan kimia lain didalamnya”

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 110: S Efri Meikel Chlorine

89

Universitas Indonesia

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

30

Terdapat tools kit

tangki 1 -

Alat memperbaiki tangki. “alat

pemindah dan alat bantu harus

berada didalam ruangan”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

31

Terdapat APD yang

siap digunakan

didepan pintu - 1

Berada pada ruang operator. .

“Tersedianya PPE untuk bekerja

dan jika terjadi kebocoran”

(NIOSH Chlorine76-170B)

32

Terdapat fasilitas

kondisi darurat

tersedia dalam

jumlah yang cukup

(safety shower,

peralatan oksigen,

larutan pencuci,

P3K)

2 2

Safety shower dan pencuci mata

terdapat didepan pintu

sedangkan peralatan oksigen dan

P3K terletak pada ruang

operator jauh dari ruangan.

“Tersedianya PPE jika terjadi

kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

33

Terdapat tanda

bahaya (alarm) dan

pengaman otomatis

untuk keadaan

darurat serta

kefungsiannya

terjamin

2 -

Terletak pada bagian atas

ruangan dna pengaman otomatis

pada ruang operator.

34

Tata letak ruangan

tidak menyebabkan

terjadinya akumulasi

chlorine (jika terjadi

kebocoran)

1 -

Telah sesuaikan dengan

Kawamura (1991)

35

Sistem Chlorine

menggunakan sistem

tertutup

1 -

Telah sesuaikan dengan

Kawamura (1991)

36

Terdapat alat

pengaman (safety

cap, packing cap

emergency) yang ada

pada ruangan

2 -

Safety tank yang harus

melindungi komponen pada

tangki.

Sumber: (Obsrvasi,2011)

6.4 Pemilihan Chlorine Ton Container dan Variabel

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 111: S Efri Meikel Chlorine

90

Universitas Indonesia

Chlorine ton container terdapat pada setiap Unit Chlorinasi dibawah Unit

Kerja Maintenance Central (MTC) Departement PALYJA yang terletak di

berbagai lokasi seperti Unit Chlorinasi Pejompongan II, Unit Chlorinasi Cilandak

dan Unit Chlorinasi Lebak Bulus.

Penelitian ini mengambil tempat di Unit Chlorinasi Instalasi Pengolahan Air

II Pejompongan yang terletak di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat dan dibawah ini

tabel posisi, arah letak, jumlah dan status pengoperasian chlorine ton container

pada Unit Chlorinasi Instalasi Pengolahan Air II Pejompongan.

Tabel 6.3 Hasil Observasi mengenai posisi Chlorine Ton Container,

Arah, Jumlah dan Status Pengoperasian.

No Lokasi Chlorine Ton

Container

Jumlah dan Status

Pengoperasian

1. A

(sebelah timur jalur loading ) 9 container (standby)

2.

B

(sebelah barat ruang genset

off)

9 container (standby)

3.

C

(berada diatas timbangan,

sebelah timur ruang genset

netralisator)

Satu container

(satu standby)

4.

D

(berada diatas timbangan,

sebelah utara ruang genset off)

Satu container

Sumber: (Obsrvasi,2011)

Total chlorine ton container pada ruang tangki chlorine terdapat 20 chlorine

ton container, dengan kapasitas yang sama, yaitu mengandung 900 kg chlorine

cair. Penggunaan chlorine ton container untuk pengolahan air (minum dan bersih)

atau Produksi dan pengolahan air limbah, akan tetapi dalam prosesnya dibagi

beberapa, laju alir (flow) container pada Unit Chlorinasi terdapat beberapa laju

aliran dimana perbedaan ketika masuk kedalam ruang injector pump dimana

chlorine yang dipakai dibagi 2 untuk flow free clorine dan flow post chlorine.

Dimana penggunaan chlorine pada flow free clorine lebih banyak sekitar 500 kg

hal ini dilakukan dikarenakan pada laju alir free penggunaan air baku (air kali)

memiliki kadar kuman lebih tinggi dan dibutuhkan penjernihan dan memasuki

flow post chlorine penggunaan chlorine bisa ¾ dari flow free chlorine hal ini

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 112: S Efri Meikel Chlorine

91

Universitas Indonesia

dilakukan untuk mematikan kuman dan memberikan penjernihan kembali kepada

air bersih yang sudah di treatment. Pengunaan chlorine pada flow free clorine dan

flow post chlorine tergantung dari kebutuhan operasi atau proses. Pada evaporator

juga tersedia valve proses dan terdapat valve standby, sedangkan pada ruang

khlorinator dibagi menjadi 3 valve, dimana valve yang ada standby, post dan pre,

dimana kegunaan valve tersebut berguna pada saat salah satu valve tidak berfungsi

dilakukan pemindahan ke valve berikutnya dan begitu sebaliknya.

Pada penelitian ini, proses instalasi chlorine dan chlorine ton container akan

dijadikan objek analisis faktor kebocoran berada pada Unit Chlorinasi Instalasi

Pengolahan Air II yang dibawah Unit Kerja Maintenance Central Departement

(MTC) PALYJA. Hal-hal ini menjadi latar belakang pertimbangan pemilih

chlorine ton container yang berada pada ruang penyimpanan klorin di Instalasi

Pengolahan Air II adalah, pertama dari letak chlorine ton container terletak pada

daerah permukiman dan Maintenance Central Departement (MTC) dengan jarak

± 15 meter dari ruang penyimpanan dan ± 50 meter dari Instalasi Pengolahan Air

I, serta kegiatan pengoperasian instalasi chlorine lebih banyak pada Unit

Chlorinasi di Pejompongan, kedua penggunaan chlorine ton container di Instalasi

Pengolahan Air II memiliki risiko besar jika terjadi kebocoran karena bentuk

penyimpanan dan proses yang menjadi satu, ketiga terdapat ruang genset yang ada

disekitar ruang penyimpanan chlorine yang dapat terjadi timbulnya api jika

mengalami kebakaran, keempat melihat pengecekan hanya secara visual dari

tangki yang sudah mengalami banyak karat pada bagian dinding dan head

container, tidak tersedianya MSDS lengkap pada tangki membuat pengetahuan

pekerja menjadi kurang, tidak adanya tindakan langsung kepada tangki yang

terdapat karat, tidak pernah dilakukan pengecekan tangki. Kelima, tidak ada SOP

yang jelas dalam pengecekan tangki dan penilaian kondisi tangki yang dari

supplier dapat membuat terjadinya risiko kebocoran tangki dapat lebih besar. Hal

tersebut membuat faktor risiko kebocoran menjadi lebih besar, maka pengecekan

dari kondisi tangki dan variable perlu dilakukan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 113: S Efri Meikel Chlorine

92

Universitas Indonesia

Tabel 6.4 Hasil Observasi kondisi Chlorine Ton Container

Lokasi Chlorine

Ton Container Kondisi

Ada/Tidaknya

Pengamanan

A

Dari 9 ton container yang

ada terdapat, 3 ton container

memiliki karat lebih banyak

di sekitar dinding dan head

container dan 6 diantaranya

hanya head container dan

sedikit pada dinding, safety

cap yang karat,

Dari 9 ton container yang

ada terdapat status tangki

atau keterangan

penggunaan, dilengkapi

safety cap pada valve,

sedangan 5 ton container

tidak memiliki label

MSDS.

B

Dari 9 ton container yang

ada terdapat, 4 ton container

memiliki karat lebih banyak

di sekitar dinding dan head

container dan 4 diantaranya

hanya head container dan

sedikit pada dinding, 1 ton

container telah dicat oleh

supplier. safety cap yang

karat,

Dari 9 ton container yang

ada terdapat status tangki

atau keterangan

penggunaan, dilengkapi

safety cap pada valve,

sedangan 5 ton container

tidak memiliki label

MSDS.

C Terdapat karat di sekitar

dinding dan head container

Telah dilengkapi safety

cap pada valve dan fusible

plug terhindar dari segala

peralatan dan memiliki

status tangki, status

pengoperasian,

timbangan.

D Terdapat karat di sekitar

dinding dan head container

Telah dilengkapi safety

cap pada valve dan fusible

plug terhindar dari segala

peralatan dan memiliki

status tangki, status

pengoperasian,

timbangan.

Sumber: (Obsrvasi,2011)

Pemilihan tangki dan variable menentukan apakah terjadi kebocoran atau

tidak nantinya, tabel ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada pihak

Unit Chlorinasi dan pekerja maintenance:

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 114: S Efri Meikel Chlorine

93

Universitas Indonesia

Tabel 6.5 Hasil Observasi Tangki Chlorine dan Variabel pendukung

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

1

Kapasitas

penyimpanan pada

ruangan memadai 1 -

Terdapat ruang loading, ruang

penyimpanan dan ruang proses

chlorine.

Telah disesuaikan dengan

Kawamura (1991)

2

Chlorine ton container

pada ruang tangki

chlorine 20 -

Jumlah tangki yang berada pada

ruang tangki chlorine, terdapat

pada ruang simpan dan ruang

proses yang diatas timbangan.

3

Jumlah chlorine ton

container pada ruang

tangki chlorine

dipisahkan antara

tangki yang dipakai

dan siap digunakan

2 18

Pada proses chlorinasi hanya

membutuhkan dua tangki, satu

tangki di pakai dan terdapat

tangki cadangan untuk

digunakan pada saat tangki yang

dipakai habis dan bekerja secara

otomatis

4

Jumlah chlorine ton

container pada ruang

tangki chlorine yang

tidak memiliki karat

banyak

17 3

Kurangnya maintenance dari

pihak supplier dan tidak ada

pengecatan. Perusahaan hanya

pengecekan secara visual

5

chlorine ton container

pada ruang tangki

chlorine yang tidak

memiliki banyak karat

pada head tank

1 19

Kurangnya maintenance dari

pihak supplier dan tidak ada

pengecatan. Perusahaan hanya

pengecekan secara visual

6

Pengecekan

kelengkapan safety

chlorine ton container

(safety cap,packing

cap emergency)

20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine

7

Pengecekan fusible

plug 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine

8

Pengecekan valve pada

pipa 20 -

Disesuaikan dengan jumlah pipa

ketangki yang berada pada

ruang tangki chlorine

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 115: S Efri Meikel Chlorine

94

Universitas Indonesia

9

Pengecekan valve pada

tangki 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

10 Pengecekan dinding

pada tangki (penyok) 20 -

Dilakukan secara visual tanpa

melihat lebih lanjut

11 Pengecekan head tank

20 - Dilakukan secara visual tanpa

melihat lebih lanjut

12 Pengecekan MSDS

pada tangki - 20

Dilakukan secara visual tanpa

melihat lebih lanjut

13

Penambahan MSDS

pada tangki oleh

perusahaan

- 20

Belum direncakan, karena

tangki milik supplier

14

Pengecekan korosi

pada tangki - 20

Belum direncakan, karena

tangki milik supplier dan dilihat

secara visual dari perusahaan

15

Pengecekan korosi

pada safety chlorine

ton container 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

16

Pengecekan korosi ulir

sambungan valve 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

17

Pengecekan gasket

pada pipa 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

18

Pengecekan pressure

gauge 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

19

Pengecekan valve pipa

fleksibel 20 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

20

Pengecekan pipa

fleksibel 1 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

21 Pengecekan

sambungan valve 1 -

Disesuaikan dengan jumlah

tangki yang berada pada ruang

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 116: S Efri Meikel Chlorine

95

Universitas Indonesia

tangki chlorine dan pengecekan

setiap beberapa minggu

22 Pengecekan pada

timbangan 1 -

Dilakuakan jika secara visual

sudah tidak bagus

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

23

Pengecatan pada

tangki - 20

Belum direncakan, karena

tangki milik supplier dan dilihat

secara visual dari perusahaan

24

Pengecatan pada

perpipaan 1 -

Dilakuan tanpa terjadwal namun

dilakukan setelah melihat hasil

dari visual

25

Pengecatan pipa

fleksibel 1 -

Dilakuan tanpa terjadwal namun

dilakukan setelah melihat hasil

dari visual dan diganti per 3

bulan

26

Pengantian pipa

fleksibel 1 -

Dilakuan tanpa terjadwal namun

dilakukan setelah melihat hasil

dari visual

27

Pengantian gasket

1 -

Dilakuan tanpa terjadwal namun

dilakukan setelah melihat hasil

dari visual

Sumber: (Obsrvasi,2011)

6.5 Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pekerja khusus di Unit

Chlorinasi, diketahui bahwa pelatihan tentang bahaya chlorine pernah dilakukan

yang ditunjukan kepada pihak operator dan maintenance . Pelatihan tersebut

terdiri dari pengetahuan bahaya chlorine, proses operasional pada unit chlorine,

penanggulangan ketika terdapat kebocoran tangki chlorine. Pelatihan rutin

dilakukan setiap tahun dengan bekerja sama dengan EHS dan Maintenance

Control Departement. Pelatihan terakhir selain melibatkan operator dan

maintenance, juga melibatkan seluruh pekerja yang terdapat di Unit Chlorinasi

dengan batasan pengetahuan bahaya chlorine dan jalur evakuasi jika terjadi

kebocoran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui jumlah pekerja pada

Unit Chlorinasi khusus menangani chlorine ton container berjumlah 7 orang

pekerja yang terdiri dari 3 tenaga teknis dan 4 operator.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 117: S Efri Meikel Chlorine

96

Universitas Indonesia

Tabel 6.6 Hasil Observasi dan Wawancara Pengetahuan

Bahaya Chlorine dan SOP pada pekerja

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

1

Pekerja pernah

mendapatkan pelatihan

tentang bahaya chlorine,

kerja aman dan proses

operasional chlorine 6 1

Pekerja yang belum pernah

mendapatkan pelatihan

belajar secara otodidak

dengan mempelajari slide

pelatihan.

“Pemberian informasi

kepada pekerja dalam

bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

2

Adanya pelatihan untuk

penanggulangan kondisi

darurat

7 -

Dilakukan tiap tahun dan di

lakukan pengecekan dan

kesigapan setiap Friday

inspection. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

3

Adanya tenaga teknik

yang mengerti sistem

chlorine dan Unit

Chlorinasi

3 -

Terdapat tenaga teknis.

4

Pekerja mengetahui sifat

fisik, kimia dan bahaya

chlorine

7 -

Telah dilakukan pelatihan,

pekerja belajar secara

otodidak dan terdapat

MSDS pada tiap ruang dan

pintu. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

5

Pekerja mengetahui jalur

evakuasi ketika tangki

chlorine mengalami

kebocoran 7 -

Telah dilakukan pelatihan

dan terdapat sign untuk

jalur evakuasi. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

6 Pekerja mengetahui 3 4 Khusus tenaga teknis dalam

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 118: S Efri Meikel Chlorine

97

Universitas Indonesia

penanganan kebocoran

tangki chlorine jika

kebocoran masih dapat

ditangani

penanganan kebocoran

tangki. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

7

Pekerja mengetahui dan

mengerti cara

pengoperasian sistem

chlorine 3 4

Khusus tenaga teknis dalam

penanganan kebocoran

tangki. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

8

Pekerja mengetahui cara

kerja aman

7 -

Terdapat SOP yang jelas

dan pengetahuan dari

pekerja. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

9

Pekerja melihat adanya

SOP pada ruang kerja

7 -

SOP terletak yang mudah

terlihat. “Pemberian

informasi prosedur pada

tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

10

Pekerja selalu

mengerjakan sesuai

dengan SOP 7 -

Pekerja mengetahui kerja

aman. “Pemberian

informasi prosedur pada

tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

11

Pekerja mengetahui

tempat penyimpanan dan

kegunaan dari APD

(masker dan breathing

apparatus)

7 -

Terdapat pada pelatihan,

pengetahuan pekerja.

“Pemberian informasi

kepada pekerja dalam

bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

12

APD selalu dipakai jika

bekerja diruangan

chlorine (safety shoes,

helmet, masker, sarung

tangan) 6 1

Terdapat pada pelatihan,

pengetahuan pekerja,

namun beberapa pekerja

terkadang saat datang ke

ruang tangki tidak memakai

APD. “Tersedianya PPE

untuk bekerja dan jika

terjadi kebocoran”

(NIOSH Chlorine76-170B)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 119: S Efri Meikel Chlorine

98

Universitas Indonesia

13

Pekerja mengetahui

kegunaan APD yang

tersedia 7 -

Terdapat pada pelatihan,

pengetahuan pekerja.

“Pemberian informasi

kepada pekerja dalam

bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

14

Pekerja selalu mengganti

filter masker setelah

bekerja 7 -

Sesuai dengan SOP dan

pengetahuan dari pekerja.

“Pembersihan PEE setelah

melakukan pekerjaan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

15

Pekerja selalu

membersihkan APD

setelah bekerja

5 2

Sesuai dengan SOP dan

pengetahuan dari pekerja

namun beberapa pekerja

tidak melakukan

pembersihan APD.

“Pembersihan PEE setelah

melakukan pekerjaan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

16

Pekerja selalu melakukan

pemeliharaan kebersihan

pada tempat kerja 7 -

Sesuai dengan SOP dan

pengetahuan dari pekerja.

“Pembersihan PEE setelah

melakukan pekerjaan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

17

Pekerja tidak melakukan

kegiatan lain selain

bekerja pada ruangdi unit

chlorinasi 7 -

Sesuai dengan SOP dan

pengetahuan pekerja akan

bahaya ditempat kerja.

“Pemberian informasi

prosedur pada tempat

kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

18

Pekerja mengetahui SOP

pada ruang chlorine 7 -

Ya, “Pemberian informasi

prosedur pada tempat

kerja” (NIOSH Chlorine76-

170B)

19

Pekerja mengetahui

MSDS pada ruang

chlorine 7 -

Ya, karena terletak setiap

ruangan dan pada pintu

ruang tangki chlorine.

“Pemberian informasi

bahaya pada tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

20 Pekerja mengetahui tidak - 7 Ya, karena dari pihak

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 120: S Efri Meikel Chlorine

99

Universitas Indonesia

terdapat MSDS pada

tangki diruang chlorine

supplier terkadang tidak

member stamp MSDS.

“Pemberian informasi

bahaya pada tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

21

Pekerja mengetahui APD

yang sesuai dengan

kondisi kerja dan ketika

kebocoran

7 -

Ya, terdapat pada

pelatihan. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

22

APD yang siap dipakai

jauh dari pajanan chlorine

1 -

Ya, untuk mencegah dari

pajanan chlorine saat terjadi

kebocoran dan letak pada

ruang operator.

“Tersedianya PPE untuk

bekerja dan jika terjadi

kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

Sumber: (Obsrvasi,2011)

6.6 Perawatan serta Tindakan Pencegahan

Suatu insiden terjadi karena adanya akumulasi dari kurang pedulinya

pekerja dan serta tidak adanya tindakan untuk melakukan perawatan dan tidakan

pencegahan dalam suatu proses kerja. Hasil dari wawancara pekerja dan observasi

Unit Chlorinasi didapatkan beberapa tindakan kerja dalam perawatan serta

tindakan pencegahan untuk tidak terjadinya suatu kecelakaan kerja seperti

kebocoran tangki dan rusaknya variable yang ada pada instalasi chlrorine.

Hasil yang didapat dari observasi, wawancara dan melihat SOP yang ada

mengenai perawatan serta tindakan pencegahan didapatkan beberapa hal seperti

pada tabel.

Tabel 6.7 Hasil Observasi dan Wawancara Pekerja

Mengenai Perawatan serta tindakan Pencegahan

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

1

Terdapat pekerja yang

mengerti sistem chlorine

dan unit chlorine

3 -

Ya, Pekerja maintenance.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 121: S Efri Meikel Chlorine

100

Universitas Indonesia

(NIOSH Chlorine76-170B)

2

Terdapat pengecekan

tangki dan variable

2 -

Ya, Pekerja maintenance

secara visual tidak detail.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

3

Terdapat pengecekan

korosi pada tangki dan pipa

- 2

Tidak secara mendalam

hanya secara visual.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

4

Terdapat pengecekan posisi

dudukan valve dan bukaan

2 -

Ya, selalu dilakukan setalah

pengantian tangki.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

5

Terdapat tindakan

pengecatan tangki, pipa,

fusible connection

2 1

Ya, dilakuakan setelah

dilakukan pengecekan

visual dan di angap sudah

harus di cat dan tidak ada

SOP, tangki tidak di cat

karena tangki supplier.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

6

Terdapat pengantian

variable saat rusak (valve

connection, fusible plug,

gasket, pipa) 5 -

Ya, selalu diganti ketika

hasil pengecekan visual

atau jika sudah masa

penggantian dna tidak ada

SOP untuk pengantian.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

7

Terdapat pelatihan tentang

bahaya chlorine

1 -

Ya, dilakukan kepada

pekerja khusus unit

chlorinasi. “Pemberian

informasi kepada pekerja

dalam bentuk pelatihan”

(NIOSH Chlorine76-170B)

8

Terdapat tindakan

pembersihan pada tangki,

perpiaan dan ruangan

3 -

Ya, selalu dilakukan setelah

melakukan pengerjaan dan

penerimaan tangki. “ruang

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 122: S Efri Meikel Chlorine

101

Universitas Indonesia

penyimpanan dalam

kondisi kering dan

terhindar dari material lain”

(NIOSH Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

9

Terdapat penyimpanan

yang jauh dari matahari dan

hujan

1 -

Ya, ruang tangki chlorine

tertutup dan telah sesuaikan

dengan Kawamura (1991)

10

Terdapat fasilitas ventilasi

1 -

Ya, ruang tangki chlorine

tertutup dan telah sesuaikan

dengan Kawamura (1991)

11

Terdapat sign operation

pada semua sistem yang

ada 1 -

Ya, terdapat sign untuk

semua tangki. “Pemberian

informasi bahaya pada

tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

12

Terdapat APD dan

Respirator sesuai

spesifikasi untuk pekerjaan

2 -

Ya, terletak pada ruang

operator dan ruang

maintenance. .

“Tersedianya PPE untuk

bekerja dan jika terjadi

kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

13

Terdapat APD dan

Respirator diluar ruangan

chlorine dengan posisi

mudah terjangkau - 2

Tidak, untuk menghindari

terjadinya kerusakan,

kehilangan dan terpajan

oleh chlorine. .

“Tersedianya PPE untuk

bekerja dan jika terjadi

kebocoran” (NIOSH

Chlorine76-170B)

14

Tersedia fasilitas

netralisator chlorine dengan

kondisi terjamin

1 -

Ya, terdapat ruang

netralisator

15

Terdapat penimbang untuk

mengetahui jumlah tangki

chlorine yang digunakan

2 -

Ya, terdapat dua timbangan

yang dioperasikan untuk

melihat isi tangki

16

Terdapat pipa netralisator

chlorine pada ruangan yang

terdapat chlorine

1 -

Ya, langsung tersambung

ke ruang netralisator

17 Terdapat fasilitas kondisi

darurat diluar dan didalam 4 -

Ya, telah disesuaikan

dengan kondisi kerja seperti

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 123: S Efri Meikel Chlorine

102

Universitas Indonesia

ruangan Unit Chlorinasi shower, pencuci mata,

oksigen, P3K. .

“Tersedianya fasilitas

keselamatan” (NIOSH

Chlorine76-170B)

No Elemen

Jumlah Hasil

Observasi Keterangan

YA TIDAK

18

Tersedianya checklist pada

proses kerja yang ada 1 -

Ya, “Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

19

Tersedianya tool kits (kunci

pas, packing cap

emergency, cap nut, lembar

kerja)

1 -

Ya, untuk maintenance

tangki. “alat pemindah dan

alat bantu harus berada

didalam ruangan”

(NIOSH Chlorine 76-170B)

20

Tersedianya data

konsentrasi chlorine di

lingkungan kerja dan

terpajan pada pekerja

1 -

Ya,selalu ada pengecekan

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

21

Terdapat peralatan

pendeteksi kebocoran 1 -

Ya, terdapat chlorine

detector yang berada pada

tempat proses

22

Semua tabung memuat data

status dan kondisi bahan

(MSDS) 10 10

Ya, sebagain tabung

terdapat dan sebagian

tabung tidak. “Pemberian

informasi bahaya pada

tempat kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

23 Terdapat jalur khusus

chlorine 1 -

Ya, sudah terdapat sign dan

informasinya.

24 Terdapat sign untuk jalur

evakuasi yang terlihat - 1

Tidak terdapat pada daerah

ruang unit

25

Terdapat alarm khusus

chlorine 1 -

Ya, terletak pada bagian

atas ruang tangki dan

didalam ruang evaporator

26

Terdapat inspeksi rutin

(friday inspection)

1 -

Ya, terdapat inspeksi

dilakukan setiap jumat.

“Monioring dan

Recordkeeping kerja”

(NIOSH Chlorine76-170B)

Sumber: (Obsrvasi,2011)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 124: S Efri Meikel Chlorine

103 Universitas Indonesia

BAB 7

PEMBAHASAN

7.1 Identifikasi Bahaya Kebocoran

Berdasarkan teori penyebab kebocoran tangki bahan kimia chlorine yang

dijelaskan bahwa, kebocoran dapat terjadi adanya antara kondisi dari tangki serta

variable yang ada, penyimpanan, perawatan, dan pengetahuan pekerja. Kebocoran

suatu zat kimia ke udara terjadi sebagai akibat dari kegagalan proses pada suatu

industri kimia. (Less,1996) Untuk mengetahui potensi kebocoran tangki bahan

kimia chlorine pada ruang penyimpanan chlorine di Instalasi Pengolahan Air II

maka terlebih dahulu menjelaskan mengenai faktor-faktor terjadinya kebocoran

tersebut, yaitu:

1. Tangki dan Variable

Tangki dan variable yang menyakut dalam penelitian ini adalah

penggunaan chlorine ton container pada perusahaan, pada tangki yang

terdiri dari campuran beja dan besi serta material pendukung lainnya,

pada variable seperti valve, pipa, fusible connection, fusible plug,

flexible connection terdiri dari plastik, tembaga, kuningan dan untuk

gasket terbuat dari Teflon atau timah yang padat.

2. Penyimpanan

Tempat penyimpanan diperlukan untuk menjaga chlorine ton

container agar tetap aman dari kenaikan suhu yang diberikan dari

lingkungan juga sebagai sistem kerja pertama sebelum dilanjutkan.

Tempat penyimpanan secara umum mempunyai tempat loading,

penyimpanan, ruang proses, alat pengangkut, emergency system,

chlorine detector, ventilasi dan yang lainnya seperti pada rekomendasi

NIOSH dan Kawamura (1991).

3. Perawatan

Tindakan perawatan sangat berperan untuk menjaga ruang

penyimpanan dan tangki untuk tetap aman dalam pengoperasian.

Dalam penelitian ini tangki membutuhkan pengecekan berkala seperti

sambungan las, body tank dll , pada variable (valve, fusible plug,

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 125: S Efri Meikel Chlorine

104

Universitas Indonesia

gasket, pipa dll) untuk melihat kelayakan, life time variable dan korosi

yang ada pada keduanya.

4. Pengetahuan pekerja

Faktor ini sangat berperan penting secara eksternal karena

pengendalian langsung diberikan oleh pekerja, pada penelitian ini

melihat pengetahuan pekerja akan bahaya chlorine serta kepedulian

pekerja.

7.2 Instalasi Chlorine

Melihat dari instalasi clorine di PALYJA merupakan salah satu instalasi

berisiko tinggi, dimana pada instalasi chlorine terdapat penyimpanan, memproses

dan memproduksi zat-zat bahaya dalam bentuk dan jumlah tertentu, dan jika

terjadi kecelakaan berisiko tinggi dimana lepasnya bahan kimia yang digunakan

yang bersifat korosif kepada instalasi yang lain dan bersifat toksik kepada

manusia dan lingkungan hidup (ILO,1991)

7.3 Ruang Tangki Chlorine

Setelah dilakukan pengamatan mengenai ruang penyimpanan tangki

chlorine yang dilakukan di Instalasi Pengolahan Air II Unit Chlorinasi, maka

dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tempat penyimpanan tangki chlorine

sesuai. Hal ini dapat dilihat terdapatnya ruang-ruang dimana terdapat ruang

loading, ruang penyimpanan dan ruang pengoperasian chlorine yang dibedakan

setiap tempat serta warnanya, terdapat jalur emergency, terdapat forklift untuk

pemindahan tangki, terdapat chlorine detector, terdapat pipa netralisator, terdapat

fasilitas keselamatan seperti safety shower, pencuci mata, APAR pada ruangan,

terdapat safety cap untuk tangki, tool kits tipe B untuk tangki, SOP dan checklist

pada ruangan penyimpanan, tanda penggunaan APD, MSDS chlorine, sign

pengoperasian pada tangki, terdapat ventilasi untuk menjaga suhu ruangan,

terdapat dua pintu.

Secara keseluruhan, tempat penyimpanan chlorine atau ruang tangki

chlorine sudah sesuai memenuhi standard yang ada menurut recommendations for

a chlorine standard dari NIOSH dan Kawamura (1991) dimana dalam segi desain

Unit Chlorinasi juga keamanan. Seperti pada recommendations for a chlorine

standard dari NIOSH suatu ruangan penyimpanan tangki chlorine dibutuhkan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 126: S Efri Meikel Chlorine

105

Universitas Indonesia

pemberian informasi bahaya tempat kerja dengan memberikan labeling pada

pintu, tangki dan terdapat prosedur akan penanganan ketika terjadi kebocoran.

Informasi yang diberikan seperti penggunaan APD, MSDS dan NPFA yang

terkait akan bahaya bahan kimia. Terdapatnya evacuation procedures dan sign

khusus ketika terjadi kebakaran, gempa bumi dan kebocoran bahan kimia. Pada

ruang penyimpanan, tersedianya ventilasi untuk mengatur suhu dari ruangan agar

selalu kering dan sejuk, terhindar dari paparan matahari dan hujan, memiliki dua

pintu emergency, memiliki pintu berkaca untuk melakukan inspeksi ketika tidak

masuk kedalam ruangan serta safety lock untuk menahan pintu, ruang tangki

chlorine terisolasi dari kegiatan lain juga ruang lain,terdapat ventilasi khusus

untuk melakukan penyedotan chlorine jika terjadi kebocoran ke ruang netralisator,

terdapat tempat khusus penyimpanan tangki untuk menjaga tidak terjatuh atau

mengelinding, tempat penyimpanan khusus harus melindungi tangki korosi, bahan

kimia yang lain dan kegiatan mekanisme, tempat harus didesain ketika terjadi

kebocoran tidak mengalami akumulasi dari tangki yang lain, penggunaan chlorine

selalu first-in-first-out (FIFO), terdapat safety cap yang tersedia ruang

penyimpanan, terdapat alat pemindah tangki (forklift), tersedia SOP pada tiap

ruangan juga checklist kerja serta kondisi isi tangki didalam ruangan, terdapat

chlorine detetector, terdapat fasilitas keselamatan seperti shower, pencuci mata,

oksigen, APD, APAR yang tersedia didalam dan diluar ruangan. Sedangkan

menurut Kawamura (1991) hampir sama dengan NIOSH tetapi lebih ke aspek

teknis serta desain dimana penyediaan tangki, evaporator, netralisator.

Berdasarkan identifikasi penyimpanan chlorine pada ruang tangki chlorine

di Instalasi Pengolahan Air II, Walau sudah sesuai namun masih terdapat pintu

yang tidak memiliki kaca inspeksi pada pintu sebelah tempat khusus loading,

tidak terdapatnya chlorine detector pada ruang penyimpanan pada tangki siap

pakai hanya ventilasi yang berada pada bagian atas. Melihat sifat fisik chlorine

dimana massa gas chlorine lebih besar dari udara sekitar maka perlu adanya

chlorine detector dan pipa netralisator sebab kemungkinan bocor tidak hanya

pada tangki pengoperasian tetapi bisa pada tangki siap pakai, tempat peletakan

tangki perlu penambahan bantalan karet untuk mencegah tangki rusak (penyok)

atau korosi akibat gesekan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 127: S Efri Meikel Chlorine

106

Universitas Indonesia

Gambar 7.1 Pintu Tanpa Kaca Inspeksi dan Batalan Karet perlu ditambah Sumber: (Observasi,2011)

Gambar 7.2 Pintu dengan Kaca dan terdapat Sign Sumber: (Observasi,2011)

7.4 Pemilihan Chlorine Ton Container dan Variable

Melihat dari penelitian sebelumnya dimana kebocoran dapat terjadi tidak

hanya pada chlorine ton container melainkan dapat terjadi pada beberapa hal

seperti pada pipa intermediate Ø 4’’, bocornya flexible joint jaringan pembubuhan

intermediate chlorine Ø 4” , pecahnya pipa pre chlorine Ø 6”, Bocor pada jaringan

pipa intermediate No.2 pembubuhan chlorine Ø 4”, kebocoran chlorine karena

flange lepas dari dudukan, kebocoran chlorine pada gelas rotarimeter (05/07/06),

kebocoran chlorine pada gelas rotarimeter (11/07/06), dan kebocoran chlorine

pada baut vaccum regulator no. 2 di ruang evapator buaran 1(Andriyani,2007)

Maka perlu dilakukan pemilihan tangki serta variable yang ada, dimana

identifikasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran langsung pada tangki

serta variable. Pemilihan tangki dilakukan oleh pihak gudang dan pengecekan

dilakukan bersama dengan pihak ketiga (supplier). Tindakan pemilihan dilakukan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 128: S Efri Meikel Chlorine

107

Universitas Indonesia

dengan melihat kondisi tangki yang tidak memiliki banyak karat diseluruh body

tank, pemilihan variable tangki yang masih baik seperi safety cap yang tersedia di

valve, dan fusible plug. Sedangkan pada variable tangki melihat valve yang ada

apakah sudah terkena karat atau belum, jika terdapat karat tindakan langsung

dapat dilakukan seperti pengantian valve, pengantian fusible conection dan valve

ider serta valve aselerasi sebagai sambungan antara valve pada tangki ke valve

pada pipa. Setelah adanya pengantian variable adanya pencatatan agar mengetahu

life time material. Kondisi tangki yang mengalami korosi diakibatkan dari adanya

reaksi kimia antara material dan lingkungan serta didukungnya bahan kimia yang

ada pada tangki (Fontana,1986), maka dibutuhkan pengecekan secara mendalam

untuk melihat efek dari korosi tersebut apakah akan mengakibatkan kebocoran

atau tidak pada akhirnya. Tindakan prenventif tangki dapat dilakukan dengan

melakukan pengecatan pada tangki sebagai penghambat terjadinya korosi.

Penggantian material variable yang berkala perlu dilakukan sebagai tindakan

prentif untuk terhidar dari korosi pada variable.

Pada pengamatan yang dilakukan didapatkan dari 20 chlorine ton container

di ruang penyimpanan didapatkan 3 chlorine ton container memiliki karat cukup

banyak sedangkan 17 tangki memiliki karat dengan bagian head tank, tidak

adanya waktu yang terjadwal pengantian variable instalasi chlorine dan

pengecatan sambungan pipa, sehingga pengantian material hanya dilakukan jika

material berkondisi sudah tidak layak atau sudah mengalami kebocoran setelah

pengecekan visual dilakukan, tidak adanya pengecatan dan pengecekan korosi

secara mendalam pada tangki dikarenakan perusahaan menyewa tangki pada

pihak ketiga (supplier), pengecekan pada tangki hanya dilakukan secara visual

tanpa menyeluruh. Berdasarkan hasil wawancara diketahui tangki tidak dilakukan

pengecatan dan pengecekan korosi oleh perusahaan dikarenakan tangki dimiliki

oleh pihak ketiga (supplier). Seperti kutipan wawancara oleh pekerja bagian

maintenance berikut:

“tidak dilakukanya pengecatan pada tangki karena tangki chlorine ini kita

sewa dari supplier dan penggunaanya dalam perminggu dapat sekitar 10

tangki,sesuai kebutuhan penggunaan. Jadi pengecatan hanya dilakukan oleh

pihak supplier, seperti halnya pengecekan korosi kita hanya visual tetapi untuk

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 129: S Efri Meikel Chlorine

108

Universitas Indonesia

lebih mendalam kita serahkan ke supplier. Penggantian valve atau variable yang

ada tergantung setelah pengecekan jadi tidak tentu, sedangkan pengecatan pada

pipa jika cat sudah luntur atau terkelupas, jadi tidak terjadwal”

Beberapa variable tidak diganti karena melihat tempat penyimpanan tertutup

membuat beberapa variable terjaga seperti gasket yang beberapa jenisnya terbuat

dari teflon atau timah padat. Tetapi pada ider valve serta aselerasi valve diganti

per tiga bulan atau secepatnya jika telah mengalami korosi, pada flexible

connection selalu dilakukan pengecekan kelenturan juga pengecatan per tiga

bulan.

Gambar 7.3 Kondisi Tangki dan Ider Valve Sumber: (Observasi,2011)

7.5 Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP

Dalam teori White (2010) menjelaskan penyebab kecelakaan dan

mengakibatkan kebocoran tangki berasal dari kecerobohan. Kecerobohan berasal

dari ketidaktahuan pekerja akan bahaya chlorine dan tidak mengetahui SOP yang

harus dijalankan pada instalasi. Tidak adanya pelatihan membuat ketidahtahuan

pekerja akan bahaya chlorine meningkat dan perilaku tidak aman pun dapat terjadi

sebab tidak mengertinya pekerja akan SOP. Oleh karena itu, pelatihan dan

pengenalan SOP kepada pekerja sangat penting sebelumnya untuk menghindari

kecerobohan pada saat bekerja.

Penulis melakukan wawancara kepada beberapa orang untuk mengetahui

tingkat pengetahuan tentang bahaya chlorine dan mengertinya SOP yang harus

dijalankan. Wawancara dilakukan kepada berjumlah 7 orang pekerja yang terdiri

dari 3 tenaga teknis dan 4 operator. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

tindakan apa yang dilakukan pada instalasi chlorine, mengetahui pengetahuan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 130: S Efri Meikel Chlorine

109

Universitas Indonesia

pekerja akan bahaya kerja serta tindakan apa yang harus dilakukan ketika terjadi

suatu kebocoran.

- Dari ke 7 orang pekerja, didapatkan bahwa satu orang pekerja

maintenance belum pernah mendapatkan pelatihan tentang chlorine,

akan tetapi pekerja mempelajarinya sendiri dengan membaca slide

pelatihan yang sudah ada. Pada rekomendasi NIOSH point

Informing Employees of Hazard from chlorine pekerja harus

mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja, emergency procedures,

meminimalisir terjadi kebocoran dll

- Dari ke 7 orang pekerja, didapatkan bahwa satu orang pekerja

maintenance tidak menggunakan APD saat pengecekan ruang tangki

chlorine, hal ini dikarenakan pekerja malas dalam menganti sepatu

dan penggunaan APD. Pada rekomendasi NIOSH point Personal

Protective Equipment (PPE) ke 2 mengaharuskan pekerja harus

menggunakan PPE ketika bekerja pada saat maintenance atau

kebocoran (disesuaikan ppm kebocoran)

- Dari ke 7 orang pekerja, didapatkan bahwa 2 orang pekerja

maintenance tidak melakukan perawatan dan penyimpanan APD

sesuai dengan tempatnya. Pada rekomendasi NIOSH point Personal

Protective Equipment (PPE) ke 4 mengharuskan pekerja merawat

dan membersihan PPE setelah melakukan kegiatan kerja.

- Dari ke 7 orang pekerja, semua mengetahui jika pada tangki chlorine

banyak tidak tercantum MSDS yang lengkap, namun hal ini tidak

menjadi masalah dari pekerja itu sendiri dikarenakan pekerja telah

mendapatkan pelatihan dan mempelajari akan bahaya chlorine. Pada

rekomendasi NIOSH point Informing Employees of Hazard from

chlorine pekerja harus mengetahui kondisi tempat kerja dan bahaya

yang ada pada tempat kerja.

7.6 Perawatan serta Tindakan Pencegahan

Pengetahuan akan bahaya chlorine pada pekerja membuat tindakan pekerja

akan bekerja aman. Pelatihan yang sudah diterima pekerja selain mengetahui

bahaya chlorine juga mengetahui tindakan perawatan dan tindakan pencegahan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 131: S Efri Meikel Chlorine

110

Universitas Indonesia

yang harus dilakukan oleh pekerja ketika terjadi kebocoran. Perawatan serta

tindakan pencegahan dilakukan oleh 3 pekerja maintenance (teknisis) dimana

dilakukan pengecekan pada tangki serta variable yang ada, melakukan

pembersihan pada ruang penyimpanan dan pemberian sign operasi kerja. Selain

melakukan perawatan juga melakukan checklist akan isi tangki yang digunakan,

pada perawatan tangki hanya secara visual dan pengatian valve pada perpipaan ,

ider valve, aselerasi valve, flexible connection dna pengecatan pada pipa. Jika

terjadi kebocoran yang dapat ditangani digunakan tools kits tipe B dimana

disesuaikan dengan jenis tangki. Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas

maintenance tools kits yang tersedia ada tidak sesuai dengan tangki yang ada

tetapi ketidak sesuaian tersebut diakali dengan tindakan lain yang tersedia pada

tools kits B. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut;

“ Tools kits disini menggunakan chlorine institute emergency kit (B) tetapi

penggunaan tools kits ini tidak sesuai pada tangki yang pakai, tools kits ini sudah

sesuai tetapi tangki yang dipakai tidak sesuai, jika tools kits diganti berarti

menganti seluruh tools kit yang ada diperusahan. Jadi cara penganggulanggan

tetap digunakan tools kits B tetapi pada bagian khusus mengunakan secara

manual yang ada pada tools kit B ”

Gambar 7.4 Perbaikan header valve dengan tools kits B Sumber: (Observasi,2011)

Sebagai tindakan pencegahan yang dilakukan pekerja melakukan checklist

kadar chlorine diruangan dan sekitar tempat kerja, melakukan inspeksi pada setiap

hari jumat (friday inspection). Beberapa prosedur perawatan dan pencegahan yang

telah dilakukan masih terdapat kekurangan dimana tidak adanya pencatatan ketika

melakukan perbaikan secara menyeluruh, pengantian material variable yang tidak

ditentukan seperti pada penjelasan sebelumnya, pengecekan pada tangki dan pipa

yang terkorosi masih secara visual, dan tidak adanya sign penujuk arah jalur

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 132: S Efri Meikel Chlorine

111

Universitas Indonesia

evakuasi disekitar ruang tangki chlorine di instalasi chlorine, hanya sign exit pada

ruangan penyimpanan tanpa adanya penunjuk selajutnya.

7.7 Konsekuensi Hasil Evaluasi Instalasi Chlorine

Pembahasan mengenai konsekuensi yang didapat dari hasil observasi

dilapangan mengenai Instalasi Chlorine dengan membahas metode Event Tree

Analysis (ETA), Penjelasan Barrier yang digunakan juga skenario yang didapat;

7.7.1 Event Tree Analysis

Menurut Rausand (2005) Event Tree Analysis (ETA) yaitu suatu metode

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan dampak dari

kegagalan sistem, karena dapat mengurutkan peristiwa termasuk sukses atau

gagalnya komponen sistem. Rausand menjelaskan bahwa event tree dimulai

dari sebuah accident event yang dapat diartikan sebagai suatu penyimpangan

yang signifikan dari keadaan normal dan hal dapat menimbulkan konsekuensi

yang tidak diinginkan. Accident event biasanya disebabkan karena kegagalan

sistem, kesalahan manusia, dll. Oleh karena hal tersebut, untuk meminimalisir

atau menghilangkan konsekuensi tersebut maka diperlukan barrier or

protection layer (pengendalian) (Rausand,2005).

Dalam penulisan ini accident event yang diambil adalah kemungkinan

terjadinya kebocoran pada chlorine ton container dan variable, efek dari

penyimpanan, perawatan dan pengecekan yang dilakukan. Kegagalan pada

proses instalasi chlorine dapat memberi efek besar dimana akan mempengaruhi

aspek pekerja, lingkungan dan keberlangsungan perusahaan. Dilatar belakangi

oleh adanya ruang tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PALYJA yang belum

pernah terjadi kebocoran. Yang kedua adalah status sewa chlorine ton

container kepada pihak ketiga sehingga perawatan dan perbaikan dibebankan

kepada pihak ketiga tersebut termasuk pengecekan korosi pada chlorine ton

container dan pengecatan chlorine ton container. Dan yang ketiga belum

adanya SOP yang baku dalam melakukan inspeksi pada tangki penyimpanan.

Maka perlu dilakukan suatu tindakan evaluasi untuk melihat melakukan faktor

risiko kebocoran pada tangki penyimpanan bahan kimia.

Melihat hasil observasi ruang tangki chlorine pada Unit Chlorinator telah

disesuaikan dengan kriteria desain unit sistem chlorine berdasarkan Susuma

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 133: S Efri Meikel Chlorine

112

Universitas Indonesia

Kawamura (1991) dan rekomendasi The National Institute for Occupational

Safety and Health (NIOSH). Tempat penyimpanan dapat memastikan tangki

tidak akan mengalami kebocoran, namun hal tersebut tidak efektif apabila pada

saat proses pengecekan tangki chlorinasi tidak adanya suatu identifikasi pada

tangki dan variable juga tidak ada pengatian variable rusak juga terdapat

korosi pada body tank hal ini disebabkan tidak adanya perawatan.

Dengan beberapa kesesuaian desain yang dipakai PALYJA tersebut

sangat dimungkinkan terjadi kebocoran pada beberapa valve, perpipaan, dan

sambungan ke pipa. Namun hal tersebut tidak dapat menjadi faktor besar,

ketika lebih efektif jika pada saat pengoperasian identifikasi dan inspeksi

dilakukan pada tangki chlorine yang akan digunakan dan yang disimpan

didalam suatu ruangan atau proses yang ada pada suatu unit. Faktor besar bisa

terjadi ketika tempat penyimpanan, pemilihan material seperti tangki dan

variable, pengetahuan akan jenis bahan kimia juga prosedur kerja yang ada,

dan perawatan juga tindakan jika terjadi kebocoran. Dengan kata lain, dapat

dikatakan suatu tangki akan tidak mengalami kebocoran jika tempat

penyimpanan dan proses yang layak dan tepat dalam melakukan pemilihan

material dan pekerja mengerti bahaya akan bahan kimia yang digunakan

sehingga akan dikerjakan sesuai dengan prosedur dan melakukan perawatan

juga mengetahui tindakan pencegahan apa saja untuk menanggulangi

kebocoran.

Meminimalisir hal tersebut suatu proses kerja dasar yaitu melihat tangki

chlorine (chlorine ton container), pemindahan tangki chlorine, pemasangan

tabung chlorine. Hal-hal tersebut dapat menjadi suatu dasar akan tetapi

pengetahuan dan peraturan yang ada membuat kondisi menjadi aman atau

tidaknya sebuah proses kerja yang dapat dioperasikan dengan baik. Oleh

karena itu untuk meminimalisir hal tersebut maka diperlukan barrier

(pengendalian) yang memastikan bahwa tangki dapat bocor dan menilai status

kelayakkan dari tangki yang ada pada ruang tangki chlorine.

Dalam penelitian ini akan dilakukan Risk Assessment dengan

menggunakan ETA dengan alasan:

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 134: S Efri Meikel Chlorine

113

Universitas Indonesia

1. ETA memberikan gambaran tentang kemungkinan konsekuensi

yang akan terjadi.

2. Hasil perhitungan dengan ETA menghasilkan 2 hal sekaligus

yakni; frekuensi beserta peringkat berdasarkan nilai frekuensi

tersebut.

7.7.2 Penjelasan Barrier

Barrier menurut Guldemund et.al (2006), Polet (2002) dan Zhang et al

(2004) tidak hanya digunakan untuk mencegah events atau accidents tetapi

juga termasuk mengukur atau memprediksi suksesnya dari suatu sistem dan

juga menghitung tingkat keparahan dari konsekuensi yang tidak diinginkan

(Shahrokhi & Bernard). Oleh karena itu, untuk menentukan konsekuensi dari

tempat penyimpanan, tangki dan variable, pengetahuan akan bahaya chlorine

serta standard operating procedure (SOP) yang ada, dan perawatan serta

tindakan pencegahan secara rutin.

Konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari kebocoran tangki chlorine itu

sendiri dapat ditentukan dengan menilai tingkat kegagalan dari masing-masing

barrier. Untuk menentukan tingkat kegagalan dari masing-masing barrier,

maka penulis menilai persentase kesesuaian dari elemen-elemen yang ada pada

hasil evaluasi sebelumnya.

7.7.2.1 Barrier 1 (Pemilihan Tangki dan Variable)

Pemilihan tangki chlorine sebelum loading tangki lalu ke proses

dilakukan pengecekan terlebih dahulu bersama supplier dan pihak

perusahaan, agar dalam pengoperasian tidak terjadi kebocoran pada tangki

pada saat penyimpanan bahkan pada saat melakukan proses. Hal ini dapat

berjalan efektif dengan mengindentifikasi kemungkinan jika terjadi

kebocoran. Berdasarkan turun lapangan yang dilakukan penulis maka

mengenai barrier 2 yang terdiri dari kondisi tangki dan variable yang ada

pada tangki juga sambungan yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

Tabel 7.1 Tingkat Kesuksesan PemilihanTangki dan Variabel

Elemen Jumlah

Kesesuaian

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 135: S Efri Meikel Chlorine

114

Universitas Indonesia

YA TIDAK

Kapasitas penyimpanan pada ruangan yang memadai 1 -

Chlorine ton container pada ruang tangki chlorine 20 -

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Jumlah chlorine ton container pada ruang tangki chlorine

dipisahkan antara tangki yang dipakai dan siap digunakan 2 18

Jumlah chlorine ton container pada ruang tangki chlorine

yang tidak memiliki karat banyak 17 3

Jumlah chlorine ton container pada ruang tangki chlorine

yang tidak memiliki banyak karat pada head tank 1 19

Pengecekan kelengkapan safety chlorine ton container

(safety cap,packing cap emergency) 20 -

Pengecekan fusible plug 20 -

Pengecekan valve pada pipa 20 -

Pengecekan valve pada tangki 20 -

Pengecekan dinding pada tangki (penyok) 20 -

Pengecekan head tank 20 -

Pengecekan MSDS pada tangki - 20

Penambahan MSDS pada tangki oleh perusahaan - 20

Pengecekan korosi pada tangki - 20

Pengecekan korosi pada safety chlorine ton container 20 -

Pengecekan korosi ulir sambungan valve 20 -

Pengecekan gasket pada pipa 20 -

Pengecekan pressure gauge 20 -

Pengecekan valve pipa fleksibel 20 -

Pengecekan pipa fleksibel 1 -

Pengecekan sambungan valve 1 -

Pengecekan pada timbangan 1 -

Pengecatan pada tangki - 20

Pengecatan pada perpipaan 1 -

Pengecatan pipa fleksibel 1 -

Pengantian pipa fleksibel 1 -

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 136: S Efri Meikel Chlorine

115

Universitas Indonesia

Pengantian gasket 1 -

JUMLAH 268 120

Sumber : (Observasi,2011)

Berdasarkan tabel di atas, nilai sukses dari kondisi tangki dan

variable yang ada pada tangki chlorine di tempat penyimpanan chlorine pada

ruang tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya

(PALYJA) dapat dihitung sebagai berikut :

-./

�-./01-2� = 0,69

Jadi dapat disimpulkan bahwa barrier kondisi tangki dan variable

yang ada pada tangki chlorine di tempat penyimpanan chlorine pada ruang

tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PALYJA mempunyai tingkat kesuksesan

0,69. Artinya pengecekan kondisi tangki penyimpanan chlorine dan variebel

yang ada sebelum pengoperasian juga penyimpanan dapat menekan

kemungkinan terjadinya kebocoran pada tangki atau variable yang ada dan

status dari tangki tersebut dapat diketahui, dengan persentase 69%.

Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa kegagalan dapat

terjadi dari kondisi tangki dan variable yang ada dikarenakan oleh beberapa

hal diantaranya:

1. Masih belum adanya pengecekan korosi pada body chlorine ton

container secara menyeluruh, pengecekan korosi sebatas visual saja

(melihat). Seharusnya adanya MOU dan SOP khusus dari pihak ketiga

(supplier) dan perusahaan dalam menanggapi korosi pada tangki,

sebab korosi yang terdapat pada tangki akan memberikan retakan pada

tangki juga sifat kimia dari chlorine yang korosif jika terkena suhu

ruang.

2. Tangki yang berikan dari pihak ketiga (supplier) hampir semua

terdapat karat pada body chlorine ton container dan head tank hal ini

mungkin ditimbulkan dari loading alat, penyimpanan pada pihak

ketiga (supplier) dan konsumen yang terdahulu sebelum digunakan

perusahaan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 137: S Efri Meikel Chlorine

116

Universitas Indonesia

3. Masih belum adanya pengecatan tangki yang dilakukan oleh

perusahaan, hal ini dikarena tangki yang dipakai bersifat pinjaman

atau sewaan dari pihak ketiga (supplier) sehingga perusahaan berhak

mengembalikan lagi kepada supplier dan dalam pengembaliannya

diberikan note tentang kondisi tangki.

4. Belum adanya MSDS pada tangki yang ada, dari turun lapangan yang

dilakukan dari 20 tangki yang ada pada ruang tangki chlorine, 10

tangki tidak ada MSDS. Padahal informasi pada MSDS sebagai salah

satu pencegahan serta pengingat pekerja akan bahaya chlorine itu

sendiri didalam tangki.

5. Hasil checklist yang dilakukan tindakan pengecekan walau sudah

dilakukan akan tetapi belum ada jadwal untuk melakukan pengecekan.

Hal ini dapat memberikan ketidak pastiaan dalam bekerja untuk

melakukan pengerjaan jika tidak ada SOP.

7.7.2.2 Barrier 2 (Tempat Penyimpanan)

Tempat penyimpanan adalah tempat dimana terjadi loading alat dan

proses yang akan dikerjakan pada ruangan tangki chlorine. Pada ruang tangki

chlorine terdapat proses kerja seperti menerima dan melakukan proses kerja

didalamnya. Oleh karena itu, perlu pemilihan dan penempatan yang benar

untuk tangki chlorine yang tepat agar tidak menimbulkan kebocoran dan

penambahan korosi pada tangki chlorine. Berdasarkan hasil turun lapangan

dan melihat kondisi yang ada pada ruangan mengenai hal yang dapat

menyebabkan kebocoran dan penambahan korosi di ruang tangki chlorine di

Unit Chlorinasi di PALYJA terdiri dari fasilitas pendukung, peralatan

loading, safety sistem, maka dapat disimpulkan dalam tabel berikut;

Tabel 7.2 Tingkat Kesuksesan Ruang Tangki Chlorine

(Tempat Penyimpanan)

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Pintu yang tersedia terdapat kaca agar dapat melihat kesisi

dalam 1 1

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 138: S Efri Meikel Chlorine

117

Universitas Indonesia

Terdapat lock safety pada pintu 2 -

Tersedia MSDS pada pintu masuk 2 -

Tersedia SOP pada ruangan 1 -

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Ruangan cukup luas untuk penyimpanan, operasional dan

perawatan chlorine 3 -

Setiap daerah pada ruangan diberi tanda atau warna batasan

khusus 3 -

Ruangan terhindar dari matahari dan hujan 2 -

Temperatur ruangan dijaga 29 – 32 OC 1 -

Terdapat ventilasi 1 -

Terdapat pendingin ruangan - 1

Terdapat tempat penyimpanan sementara sebelum ke ruang

penyimpanan 2 -

Alas penyimpanan terbuat dari karet 1 -

Peletakan tabung kokoh dan aman dari kebakaran, panas,

korosif dan kerusakan mekanik 3 1

Penyimpanan Tangki tidak bersusun 1 -

Terdapat alat khusus pemindah tabung chlorine dengan

peralatan khusus ( forklift) 1 -

Terdapat chlorine detector 1 2

Sensor chlorine detector terdapat dibawah 1 -

Terdapat pipa netralisator dekat dengan tabung proses 1 -

Terdapat timbangan ton container 2 -

Terdapat checklist untuk chlorine dan berat tangki 2 -

Terdapat pengontrolan rutin 1 -

Terdapat jenis APAR yang sesuai 1 -

APAR mudah terlihat? 1 -

APAR mudah dijangkau? 1 -

Terdapat APAR terisi dengan baik (lihat indikator panah

pada APAR) 1 -

Terdapat smoke detector api jika terjadi kebakaran 2 -

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 139: S Efri Meikel Chlorine

118

Universitas Indonesia

Terdapat emergency stop - 1

Terdapat sign operasional 20 -

Tidak terdapat bahan kimia selain chlorine 1 -

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Terdapat tools kit tangki 1 -

Terdapat APD yang siap digunakan didepan pintu - 1

Terdapat fasilitas kondisi darurat tersedia dalam jumlah

yang cukup (safety shower, peralatan oksigen, larutan

pencuci, P3K)

2 2

Terdapat tanda bahaya (alarm) dan pengaman otomatis

untuk keadaan darurat serta kefungsiannya terjamin 2 -

Tata letak ruangan tidak menyebabkan terjadinya

akumulasi chlorine (jika terjadi kebocoran) 1 -

Sistem Chlorine menggunakan sistem tertutup 1 -

Terdapat alat pengaman (safety cap, packing cap

emergency) yang ada pada ruangan 2 -

JUMLAH 68 9

Sumber : (Observasi,2011)

Berdasarkan tabel di atas, nilai sukses dari tempat penyimpanan

chlorine pada ruang tangki chlorine pada Unit Chlorinasi di PT. PAM

Lyonnaise Jaya (PALYJA) dapat dihitung sebagai berikut :

./

�./03� = 0,88

Jadi dapat disimpulkan bahwa barrier tempat penyimpanan chlorine

pada ruang tangki chlorine pada Unit Chlorinasi di PALYJA mempunyai

tingkat kesuksesan 0,88. Artinya tidak terjadi kebocoran tangki chlorine dan

tidak ada korosi yang lebih lanjut, maka probabilitas ruang penyimpanan

tangki chlorine sebesar 88%. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa

kegagalan tempat penyimpanan chlorine sehingga terjadi kebocoran dan

korban disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Belum adanya chlorine detector pada tempat penyimpanan tangki

chlorine yang non operasi, maka jika terjadi kebocoran tidak dapat

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 140: S Efri Meikel Chlorine

119

Universitas Indonesia

diketahui bahwa pada penyimpanan terdapat tangki yang

mengalami kerusakan atau kebocoran yang di akibatkan dari

tekanan dari dalam tangki.

2. Peletakan tabung masih dapat menyebabkan korosi dikarenakan

sebelum proses peletakan pada penyimpanan di loading terlebih

dahulu ke tempat yang tidak ada bantalan karet (kayu)

3. Masih terdapat pintu yang tidak terdapat kaca pada pintu yang

berfungsi sebagai inspeksi kedalam, pada posisi pintu yang berada

dekat penyimpanan, hal ini tidak dapat melihat kearah chlorine ton

container yang non operasi jika terjadi kebocoran atau pengecekan

dari luar ruangan tangki penyimpanan.

4. APD yang siap digunakan tidak tersedia diluar ruangan dan Kotak

P3K terdapat pada ruang operator yang jaraknya 10 m dari ruang

penyimpanan, menyusahkan jika terjadi kebocoran atau

melakukan pertolongan jika terdapat kecelakaan kerja.

5. Tidak adanya alat pendingin untuk menjaga suhu ruang tangki

chlorine dan sifat dari chlorine tersebut yang akan bereaksi pada

suhu lembab akan merusak juga membuat korosi pada valve dan

flexible connection.

7.7.2.3 Barrier 3 (Pengetahuan Bahaya Chlorine dan SOP)

Pengetahuan akan bahaya chlorine dan standard operating

procedure (SOP) yang jelas dan diketahui oleh pekerja sangat menentukan

suatu proses selanjutnya dalam menjaga keselamatan pekerja dan tempat

kerja. Pengetahuan akan bahaya chlorine dan SOP dimaksudkan untuk

memastikan pekerja bekerja aman dalam pengoperasian sistem dan kerja

diruangan. Berdasarkan hasil turun lapangan yang dilakukan penulis

mengenai pengetahuan bahaya chlorine dan SOP dibagi beberapa hal seperti

pengetahuan pekerja atas bahaya chlorine dan SOP, penggunaan APD, dan

tindakan pekerjaan, didapat dalam tabel berikut;

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 141: S Efri Meikel Chlorine

120

Universitas Indonesia

Tabel 7.3 Tingkat Pengetahuan bahaya chlorine dan SOP

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Pekerja pernah mendapatkan pelatihan tentang bahaya

chlorine, kerja aman dan proses operasional chlorine 6 1

Adanya pelatihan untuk penanggulangan kondisi darurat 7 -

Adanya tenaga teknik yang mengerti sistem chlorine dan

Unit Chlorinasi 3 -

Pekerja mengetahui sifat fisik, kimia dan bahaya chlorine 7 -

Pekerja mengetahui jalur evakuasi ketika tangki chlorine

mengalami kebocoran 7 -

Pekerja mengetahui penanganan kebocoran tangki chlorine

jika kebocoran masih dapat ditangani 3 4

Pekerja mengetahui dan mengerti cara pengoperasian sistem

chlorine 3 4

Pekerja mengetahui cara kerja aman 7 -

Pekerja melihat adanya SOP pada ruang kerja 7 -

Pekerja selalu mengerjakan sesuai dengan SOP 7 -

Pekerja mengetahui tempat penyimpanan dan kegunaan dari

APD (masker dan breathing apparatus) 7 -

APD selalu dipakai jika bekerja diruangan chlorine (safety

shoes, helmet, masker, sarung tangan) 6 1

Pekerja mengetahui kegunaan APD yang tersedia 7 -

Pekerja selalu mengganti filter masker setelah bekerja 7 -

Pekerja selalu membersihkan APD setelah bekerja 5 2

Pekerja selalu melakukan pemeliharaan kebersihan pada

tempat kerja 7 -

Pekerja tidak melakukan kegiatan lain selain bekerja pada

ruang di Unit Chlorinasi 7 -

Pekerja mengetahui SOP pada ruang chlorine 7 -

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 142: S Efri Meikel Chlorine

121

Universitas Indonesia

Pekerja mengetahui MSDS pada ruang chlorine 7 -

Pekerja mengetahui tidak terdapat MSDS pada tangki

diruang chlorine - 7

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Pekerja mengetahui APD yang sesuai dengan kondisi kerja

dan ketika kebocoran 7 -

APD yang siap dipakai jauh dari pajanan chlorine 1 -

JUMLAH 125 19

Sumber : (Observasi,2011)

Berdasarkan tabel di atas, nilai sukses dari pengetahuan bahaya

chlorine dan SOP kerja bagi pekerja yang ada ditempat penyimpanan chlorine

pada ruang tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya

(PALYJA) dapat dihitung sebagai berikut :

1-4

�1-4013� = 0,86

Jadi dapat disimpulkan bahwa barrier dari pengetahuan bahaya

chlorine dan SOP kerja yang ada pada tempat penyimpanan chlorine pada

ruang tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PALYJA mempunyai tingkat

kesuksesan 0,86. Artinya pengetahuan pekerja atas bahaya chlorine dan

memahami SOP untuk tidak terjadinya kebocoran dan tindakan apa yang

dilakukan jika terjadi kebocoran juga penggunaan APD saat bekerja dan

kebocoran sebesar 86%. Dari tabel ini juga dapat diketahui bahwa kegagalan

dapat terjadi dari beberapa hal diantaranya :

1. Masih ada beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD saat

bekerja atau pengecekan chlorine, walau ketika pengecekan tidak

ada kebocoran.

2. Pekerja penanganan ketika terjadi kebocoran masih kurang perlu,

penambahan pekerja agar ketika terjadi kebocoran penanganan

cepat dilakukan dan disesuaikan dengan APD yang ada.

3. Perlunya informasi akan perlunya dibersihkan APD oleh pekerja

setelah bekerja dan penggantian filter yang bertahap dan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 143: S Efri Meikel Chlorine

122

Universitas Indonesia

langusung agar ketika di gunakan APD sudah siap dipakai untuk

melakukan pengerjaan.

4. Perlunya penambahan MSDS pada tangki untuk menjadi

peringatan dan informasi untuk mengingatkan bersihdipakai

pekerja agar ketika penggunaan APD dapat , kurang pedulinya

pekerja akan SOP juga mempengaruhi.

5. Perlunya pelatihan kembali kepada pekerja khusus di Unit

Chlorinasi , karena dari observasi dan wawancara masih terdapat

pekerja yang belum mendapatkan pelatihan tetapi pekerja belajar

otodidak dari slide pelatihan terdahulu.

7.7.2.4 Barrier 4 (Perawatan serta Tindakan Pencegahan)

Perawatan dan pencegahan berperan penting dalam suatu proses

kerja, perawatan diperuntukan menjaga suatu instrument atau peralatan agar

tetap berfungsi. Namun jika terjadi kegagalan maka tindakan yang dilakukan

adalah perbaikan serta pencegahan agar kegagalan yang sudah terjadi tidak

terulang dan tidan timbul kembali. Tangki bahan kimia perlu dilakukan

perawatan dan pencegahan agar ketika terjadi kebocoran tindakan yang akan

dilakukan sudah dimengerti. Berdasarkan hasil observasi dan melihat

standard yang ada mengenai perawatan dan pencegahan dilihat pada bangan

dibagi beberapa hal seperti pengetahuan pekerja, tindakan perawatan tangki

dan variable, dan fasilitas pencegahan dan penanganan seperti pada tabel

berikut:

Tabel 7.4 Tingkat Kesuksesan Perawatan serta Tindakan pencegahan

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Terdapat pekerja yang mengerti sistem chlorine dan unit

chlorine 3 -

Terdapat pengecekan tangki dan variable 2 -

Terdapat pengecekan korosi pada tangki dan pipa - 2

Terdapat pengecekan posisi dudukan valve dan bukaan 2 -

Terdapat tindakan pengecatan tangki, pipa, fusible 2 1

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 144: S Efri Meikel Chlorine

123

Universitas Indonesia

connection

Elemen

Jumlah

Kesesuaian

YA TIDAK

Terdapat pengantian variable saat rusak (valve connection,

fusible plug, gasket, pipa) 5 -

Terdapat pelatihan tentang bahaya chlorine 1 -

Terdapat tindakan pembersihan pada tangki, perpiaan dan

ruangan 3 -

Terdapat penyimpanan yang jauh dari matahari dan hujan 1 -

Terdapat fasilitas ventilasi 1 -

Terdapat sign operation pada semua sistem yang ada 1 -

Terdapat APD dan Respirator sesuai spesifikasi untuk

pekerjaan 2 -

Terdapat APD dan Respirator diluar ruangan chlorine

dengan posisi mudah terjangkau - 2

Tersedia fasilitas netralisator chlorine dengan kondisi

terjamin 1 -

Terdapat penimbang untuk mengetahui jumlah tangki

chlorine yang digunakan 2 -

Terdapat pipa netralisator chlorine pada ruangan yang

terdapat chlorine 1 -

Terdapat fasilitas kondisi darurat diluar dan didalam

ruangan Unit Chlorinasi 4 -

Tersedianya checklist pada proses kerja yang ada 1 -

Tersedianya tool kit (kunci pas, packing cap emergency,

cap nut, lembar kerja) 1 -

Tersedianya data konsentrasi chlorine di lingkungan kerja

dan terpajan pada pekerja 1 -

Terdapat peralatan pendeteksi kebocoran 1 -

Semua tabung memuat data status dan kondisi bahan

(MSDS) 10 10

Terdapat jalur khusus chlorine 1 -

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 145: S Efri Meikel Chlorine

124

Universitas Indonesia

Terdapat sign untuk jalur evakuasi yang terlihat - 1

Terdapat alarm khusus chlorine 1

Terdapat inspeksi rutin (friday inspection) 1

JUMLAH 48 16

Sumber : (Observasi,2011)

Berdasarkan tabel di atas, nilai sukses dari perawatan dan tindakan

pencegahan pada chlorine ton container sebelum dan jika terjadi kebocoran

tangki chlorine yang berada di tempat penyimpanan chlorine pada ruang

tangki chlorine di Unit Chlorinasi di PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

dapat dihitung sebagai berikut :

5/

�5/01.� = 0,75

Jadi dapat disimpulkan bahwa barrier dari perawatan dan tindakan

pencegahan jika terjadi kebocoran tangki chlorine yang ada pada tempat

penyimpanan chlorine pada ruang tangki chlorine di Unit Chlorinasi di

PALYJA mempunyai tingkat kesuksesan 0,75. Artinya perawatan dan

tindakan pencegahan jika terjadi kebocoran tangki chlorine yang ada dapat

dilakukan dengan baik sebesar 75%. Dari tabel ini juga dapat diketahui

bahwa kegagalan dapat terjadi dari beberapa hal diantaranya;

1. Belum adanya SOP pengecekan korosi tangki dan pipa yang jelas

membuat, pekerja hanya melakukan pengecekan secara visual

(melihat) dan tidak ada pencatatan pengecekan yang jelas

membuat pengecekan menjadi sia-sia hanya sebatas daya ingat.

Khusus tindakan selanjutnya pengecekan tangki dan pengecatan

dikembalikan lagi oleh pihak ketiga (supplier), perusahaan hanya

memberikan pesan tentang kondisi tangki dan meminta pihak

ketiga untuk melakukan pengecekan korosi lebih mendalam lalu

melakukan pencegahan dengan mengecat tangki.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 146: S Efri Meikel Chlorine

125

Universitas Indonesia

2. APD dan Respirator yang terletak agak jauh dari ruang chlorine

membuat penyelamatan atau melakukan tindakan menjadi agak

terlambat, namun hal tersebut sebagai antisipasi agar APD dan

Respirator tidak terpajan dengan chlorine jika terjadi kebocoran

tangki.

3. Perlunya penambahan MSDS pada tangki sebagai informasi

tambahan dan pengingat bagi pekerja ketika melakukan loading

tangki dan proses chlorine.

7.7.3 Diagram Event Tree Analysis

Accidental

Event Barrier I Barrier II Barrier III Barrier IV

Outcome/

Consequence

Kegagalan

Tangki

Chlorine

Pemilihan

Tangki

dan

Variabel

Tempat

Penyimpanan

Pengetahuan

bahaya

chlorine dan

SOP

Perawatan

dan

Tindakan

pencegahan

Konsekuensi

dari

kebocoran

tangki

chlorine

Tabel 7.5 Diagram Event Tree Analysis

Succes (0,75) 1 (0,39)

Succes (0,86)

Succes (0,88) Failure (0,25) 2 (0.13)

Failure (0,14) 3 (0,09)

Succes (0,69)

Failure (0,12) 4 (0,08)

Failure (0,31) 5 (0.31)

Bagan 7.1 Event Tree

Diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Adanya kebocoran atau tidaknya pada tangki penyimpanan chlorine

(chlorine ton container) ditentukan dari pengendalian yang sukses dimana

pengendalian tersebut terdiri dari pemilihan tempat penyimpanan juga proses

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 147: S Efri Meikel Chlorine

126

Universitas Indonesia

yang ada, pemilihan tangki dan variable pendukung untuk menghindari

kebocoran langsung dari tangki dan variable, melihat pengetahuan pekerja akan

bahaya, proses dan SOP yang berlaku dan perawatan juga tindakan pencegahan

ketika sebelum dan sesudah kebocoran. Apabila semua pengendalian tersebut

berjalan dengan baik maka kebocoran tangki penyimpanan tidak akan terjadi

dan dapat diketahui bahwa ruang tangki chlorine aman sehingga terjadi

kebocoran pada tangki tidak terjadi. Penilaian di atas didapat dengan

mengalikan antara masing-masing barrier. Hasil dari penilaian tersebut maka

dapat diketahui dampak yang paling mungkin terjadi yang dapat dilihat dari

nilai terbesar.

7.7.4 Skenario Konsekuensi

Dari barrier yang didapat dan hasil diagram event tree analysis (ETA)

didapatkan beberapa skenario diantaranya;

7.7.4.1 Skenario 1 (Tangki tidak mengalami kebocoran)

Pada skenario pertama ini, kemungkinan terjadinya kebocoran tangki

dan instalasi chlorine tidak terjadi. Adapun persentase dari skenario ini yaitu

0.39 (39%). Dalam skenario kebocoran tangki dan instalasi chlorine tidak

terjadi kebocoran sebab telah dilakukannya pemilihan chlorine ton container

serta pengecekan pada body tank dan variable pendukung dimana pengecekan

dilakukan bersama oleh pihak ketiga (supplier) juga pihak gudang penerima,

tindakan pengecekan seperti, hasil pengelasan pada body tank untuk melihat

karat atau korosi, pemberian safety cap jika terdapat fusible plug yang tidak

memakai segera diberikan, jika terdapat kerusakan pada variable atau tangki

terdapat tindakan penggatian variable dan pengantian tangki. Selain itu

tempat penyimpanan (ruang tangki chlorine) telah sesuai dengan standard

yang ada, serta, pekerja mengetahui bahaya dari chlorine serta bahaya kerja

didalamnya dan pekerja mematuhi standard operating prosedure (SOP)

seperti penggunaan APD serta mematuhi prosedur dalam proses instalasi

chlorine dengan sesuai tanpa melakukan tindakan yang melanggar prosedur

serta melakukan tindakan perawatan dan pencegahan didalam instalasi, maka

konsekuensi kebocoran tidak akan terjadi kebocoran pada tangki di instalasi

chlorinasi.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 148: S Efri Meikel Chlorine

127

Universitas Indonesia

7.7.4.2 Skenario 2 (Tangki bocor, tidak ada pemilihan tangki dan

variable)

Berdasarkan diagram diatas didapat bahwa kemungkinan

konsekuensi yang kedua pada no 2 dengan nilai 0.31 (31%). Skenario ini

terjadi dimana dalam pemilihan tangki dan variable pendukung gagal atau

tidak sesuai sehingga terjadi kebocoran. Hal ini dikarenakan tidak adanya

pengecekan pada tangki dan variable pendukung dimana pengecekan hanya

dilakukan oleh pihak ketiga (supplier) tanpa ada pihak dari perusahaan (unit

gudang), tidak adanya penggatian variable pendukung seperti valve pada

tangki dan pipa, pengecekan hasil pengelasan pada body tank yang sudah

karat atau korosi, tidak ada safety cap pada fusible plug sehingga

mempercepat korosi, penyimpanan sebelum dikirim ke perusahaan sehingga

tekanan didalam tangki meningkat karena sifat dari chlorine dimana harus

diletakan pada suhu kamar atau terhindar dari matahari. Sehingga dapat

menyebabkan kebocoran pada tangki dan variable sehingga jika terjadi

kebocoran dapat merusak instalasi chlorine yang terdapat pada Unit

Chlorinasi, sehingga menyebabkan kecelakaan pada pekerja dan chlorine

akan menyebar ke lingkungan.

7.7.4.3 Skenario 3 (Tangki bocor, tidak ada perawatan dan tindakan

pencegahan)

Kemungkinan dari skenario ke 3 (tiga) terjadi dimana tidak ada

perawatan dan tindakan pencegahan pada instalasi chlorine khususnya

chlorine ton container dengan nilai persentase 0.13 (13%). Pada skenario ini

telah dilakukan prosedur yang sesuai dimana dilakukan pengecekan tangki

dan variable yang ada lalu ditempatkan pada ruang penyimpanan juga pekerja

mengetahui bahaya ditempat kerja sehingga pengerjaannya dilakukan sesuai

dengan prosedur yang ada namun dikarenakan tidak adanya perawatan yang

baik juga tindakan pencegahan yang sesuai prosedur walau pekerja

mengetahui tetap saja suatu tindakan tanpa adanya prosedur dapat

membahayakan dalam pengerjaan suatu proses kerja, sehingga terjadinya

kebocoran pada instalasi chlorine tidak dapat ditangani.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 149: S Efri Meikel Chlorine

128

Universitas Indonesia

7.7.4.4 Skenario 4 (Tangki bocor, kurang pengetahuan bahaya chlorine

dan SOP)

Kemungkinan konsekuensi ke 4 (empat) ini terjadi dilatar belakangi

oleh ketidaktahuan bahaya chlorine dan SOP oleh pekerja dengan persentasi

0.09 (9%). Pada skenario ini dijelaskan bahwa telah dilakukan pengecekan

pada setiap variable pada tangki oleh pihak ketiga (supplier) dan pihak

gudang untuk memastikan tidak ada kerusakan untuk menghindari kebocoran

pada saat proses chlorine lalu ditempatkan chlorine ton container diruang

penyimpanan chlorine namun, dikarenakan ketidaktahuan pekerja akan

bahaya chlorine dan tidak sesuainya pengerjaan pekerja dengan SOP yang

ada seperti penggunaan APD saat bekerja, tidak adanya pengecekan pada

pengoperasian, kondisi tangki juga variable pendukung yang ada. Selain itu

pula tidak adanya pelatihan, penambahan informasi yang cukup pada chlorine

ton container membuat pekerja kurang memahami akan bahaya dan prosedur

kerja yang baik, dengan demikian ketidaktahuan pekerjaan dapat

menimbulkan kebocoran pada saat bekerja serta tindakan tidak aman

dilakukan pada saat pengerjaan. Sehingga pada skenario ini, jika mengalami

kebocoran maka pekerja tidak tahu bagaimana prosedur yang akan dijalankan

karena kurangnya pelatihan, penambahan informasi bahaya kerja dan

pengetahuan membuat kebocoran bisa menjadi lebih besar jika tidak

dilakukan oleh pekerja.

7.7.4.5 Skenario 5 (Tangki bocor, tidak sesuainya tempat penyimpanan)

Kemungkinan konsekuensi pada skenario ke 5 (lima) ini didapat dari

hasil diagram jika tempat penyimpanan atau ruang tangki chlorine yang tidak

sesuai dengan kebutuhan akan sifat chlorine maka dapat menyebabkan

kebocoran, dengan nilai 0.08 (8%). Dalam skenario ini dimana tangki yang

ada tidak ditempatkan pada ruang penyimpanan yang sesuai dan standard

dimana, tempat penyimpanan tersebut harus didalam suatu ruangan dengan

terdapat ventilasi yang menjaga suhu ruang, terdapat pipa netralisator untuk

menyedot chlorine ketika bocor, chlorine detector, safety cap disetiap fusible

tank dan valve atau terdapat peneduh jika di operasikan di luar ruangan untuk

menghindari matahari dan hujan, hal tersebut dilakukan untuk mencegah

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 150: S Efri Meikel Chlorine

129

Universitas Indonesia

chlorine bereaksi dengan suhu sekitar yang akan mempercepat kerusakan

pada body tank, valve, fusible plug, fusible connection, variable pendukung

disekitar dan safety cap pada valve, fusible plug. Sehingga pada skenario ini,

kebocoran dapat terjadi jika tempat penyimpan tidak sesuai dan

memperhatikan dari sifat chlorine itu sendiri.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 151: S Efri Meikel Chlorine

130 Universitas Indonesia

BAB 8

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

8.1.1 Jumlah Tangki Penyimpanan Bahan Kimia

Jumlah tangki pada ruang penyimpanan pada saat observasi terdapat 20

chlorine ton container, dimana tangki yang digunakan pada proses chlorine

digunakan 2 chlorine ton container dimana satu tangki digunakan untuk

pengoperasian dan satu tangki untuk persiapan ketika tangki pengoperasian

habis.

8.1.2 Evaluasi chlorine ton container pada Instalasi Chlorine di Unit

Chlorinasi PALYJA

8.1.2.1 Pemilihan tangki dan variable

1. Chlorine ton container memiliki material carbon steel dan iron juga

terdapat campuran material yang lain.

2. Tangki yang berikan dari pihak ketiga (supplier) hampir semua

terdapat karat pada body chlorine ton container dan head tank.

Pada saat observasi terdapat 20 chlorine ton container di ruang

penyimpanan didapatkan 3 chlorine ton container memiliki karat

cukup banyak sedangkan 17 tangki memiliki karat dengan bagian

head tank.

3. Pada tangki yang ada, dari hasil observasi yang dilakukan dari 20

chlorine ton container yang ada pada ruang tangki chlorine, 10

chlorine ton container tidak ada MSDS. Padahal informasi pada

MSDS sebagai salah satu pencegahan serta pengingat pekerja akan

bahaya chlorine itu sendiri didalam tangki.

4. Masih belum adanya waktu yang terjadwal dalam pengantian

variable instalasi chlorine dan pengecatan sambungan pipa,

sehingga pengantian material hanya dilakukan jika material

berkondisi sudah tidak layak atau sudah mengalami kebocoran

setelah pengecekan visual dilakukan.

5. Masih belum adanya pengecekan korosi pada body chlorine ton

container secara menyeluruh, pengecekan korosi sebatas visual

(melihat).

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 152: S Efri Meikel Chlorine

131

Universitas Indonesia

6. Belum adanya pengecatan tangki yang dilakukan oleh perusahaan,

hal ini dikarena tangki yang dipakai bersifat pinjaman atau sewaan

dari pihak ketiga (supplier) sehingga perusahaan berhak

mengembalikan lagi kepada supplier dan dalam pengembaliannya

diberikan note tentang kondisi tangki

7. Beberapa variable tidak diganti karena melihat tempat

penyimpanan tertutup membuat beberapa variable terjaga seperti

gasket yang beberapa jenisnya terbuat dari teflon atau timah padat.

8. Pada ider valve serta aselerasi valve diganti per tiga bulan atau

secepatnya jika telah mengalami korosi, pada flexible connection

selalu dilakukan pengecekan kelenturan juga pengecatan per tiga

bulan.

8.1.2.2 Tempat penyimpanan

1. Desain dan beberapa fasilitas pada sistem chlorinasi pada Unit

Chlorinasi sudah cukup sesuai dengan NIOSH Recommendation

for a Chlorine Standard dan Kawamaru (1991).

2. Masih terdapat pintu yang tidak memiliki kaca inspeksi pada pintu

sebelah tempat khusus loading, tidak terdapatnya chlorine detector

pada ruang penyimpanan pada tangki siap pakai hanya ventilasi

yang berada pada bagian atas. Melihat sifat fisik chlorine dimana

massa gas chlorine lebih besar dari udara sekitar maka perlu adanya

chlorine detector dan pipa netralisator sebab kemungkinan bocor

tidak hanya pada tangki pengoperasian tetapi bisa pada tangki siap

pakai dikarena adanya pressure dari dalam.

3. Tempat peletakan tangki perlu penambahan bantalan karet untuk

mencegah tangki rusak (penyok) atau korosi akibat gesekan.

4. Peletakan tabung masih dapat menyebabkan korosi dikarenakan

sebelum proses peletakan pada penyimpanan, terlebih dahulu

loading ke tempat yang tidak ada bantalan karet (kayu).

5. Tidak adanya alat pendingin untuk menjaga suhu ruang tangki

chlorine dan sifat dari chlorine tersebut yang akan bereaksi pada

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 153: S Efri Meikel Chlorine

132

Universitas Indonesia

suhu lembab akan merusak juga membuat korosi pada valve dan

flexible connection.

8.1.2.3 Pengetahuan bahaya Chlorine dan SOP

1. Terdapat pekerja yang belum mendapatkan pelatihan tentang

chlorine tetapi pekerja tersebut mempelajarinya dari slide pelatihan

yang sudah ada.

2. Masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD (helmet,

safety shoes) saat memonitoring kedalam ruangan penyimpanan.

Tidak melakukan perawatan terhadap APD yang telah digunakan.

3. Jumlah pekerja dalam penanganan kebocoran tangki perlu

ditambahkan karena dengan jumlah yang sekarang masih sedikit.

4. Perlunya penambahan informasi pada tangki mengenai MSDS

chlorine sebagai pengingat kepada pekerja akan bahaya chlorine

saat bekerja.

8.1.2.4 Perawatan serta tindakan pencegahan

1. Terdapat pekerja untuk melakukan perawatan dan tindakan

pencegahan yang dilakukan oleh 3 teknisi (maintenance).

2. Adanya inspeksi pada sistem chlorine yang dilakukan setiap hari

jumat.

3. Dari hasil wawancara didapatkan tool kits tipe B tidak sesuai

dengan tangki yang digunakan karena header valve yang ada tidak

terkoneksi dengan baik dengan tools kits. Alternatif perawatan

dilakukan manual tetap menggunakan tool kits tipe B.

4. Perawatan yang dilakukan melakukan pengecatan pada pipa,

pengantian ider valve, aselerasi valve dan flexible connection.

Pengecatan dilakukan jika warna pada pipa sudah memudar,

terkelupas dan tidak ada jadwal pengecatan, pengantian ider valve,

aselerasi valve dan flexible connection dilakukan per tiga bulan

namun jika dalam waktu itu sudah mengalami kerusakan langsung

diganti.

5. Tidak ada jalur evakuasi ketika kebocoran gas pada sekitar area

ruang tangki chlorine hanya ada sign exit tanpa sign jalur evakuasi.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 154: S Efri Meikel Chlorine

133

Universitas Indonesia

8.1.3 Konsekuensi kebocoran chlorine to container

Pada penelitian ini, variable yang digunakan untuk diteliti seperti

pemilihan tangi dan variable, tempat penyimpanan, pengetahuan bahaya chlorine

dan SOP kepada pekerja, dan perawatan serta tindakan pencegahan. Dari hal

tersebut dapat dilihat keefektifan pengelolaan sistem chlorine, dan didapatkan

hasil evaluasi serta analisis yang dibuat untuk menentukan konsekuensi dari

hasil yang didapat. Tetapi dalam penelitian masih kurangnya variable kepada

pihak ketiga (supplier) dan pengetesan fasilitas safety yang tersedia.

8.1.3.1 Tingkat Kesesuaian

Tingkat kesesuaian pengelolaan sistem chlorine ditentukan dari

pengedalian serta fasilitas yang ada secara benar dan tepat. Pengedalian

yang dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan tangki dan variable yang

tepat, menyimpan tangki dan variable secara benar, pengetahuan bahaya

chlorine serta SOP kepada pekerja, dan melakukan perawatan serta tindakan

pencegahan yang benar dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi yang

didapatkan, maka tingkat kesuksesan dari masing-masing barrier

(pengendalian) yaitu:

• Pemilihan tangki dan variable : 69%

• Tempat penyimpanan : 88%

• Pengetahuan bahaya chlorine dan SOP pada pekerja : 86%

• Perawatan serta tindakan pencegahan : 75%

8.1.3.2 Skenario Konsekuensi

Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan event tree

analysis dimana untuk mengetahui probability of failure.= 1 – probability of

success dan untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan mengalikan

barrier yang ada dengan probability of failure dan probability of success.

Maka didapatkan konsekuensi kesesuaian sistem chlorine ;

• Skenario 1

(Tangki tidak mengalami kebocoran) 39%

Pemilihan tangki dan variable yang sesuai – ruang penyimpanan

yang sesuai – pengetahuan pekerja dan melakukan SOP secara

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 155: S Efri Meikel Chlorine

134

Universitas Indonesia

benar dan sesuai – melakukan perawatan serta melakukan tindakan

pencegahan – Tidak mengalami kebocoran

• Skenario 2

(Tangki bocor, tidak ada pemilihan tangki dan variable) 31 %

Pemilihan tangki dan variable yang tidak sesuai membuat

kebocoran langsung – terakumulasi pada ruang penyimpanan dan

mengenai sistem yang ada – pekerja mengetahu penanganan dan

sesuai prosedur namun chlorine telah terakumulasi tidak dapat

ditangai lagi maka chlorine release.

• Skenario 3

(Tangki bocor, tidak ada perawatan dan tindakan pencegahan) 13%

Pemilihan tangki dan variable yang sesuai – ruang penyimpanan

yang sesuai – pengetahuan pekerja dan melakukan SOP secara

benar dan sesuai – namun tidak adanya perawatan serta tidak

melakukan tindakan pencegahan pada tangki – mengalami

kebocoran.

• Skenario 4

(Tangki bocor, kurang pengetahuan bahaya chlorine dan SOP) 9%

Pemilihan tangki dan variable yang sesuai – ruang penyimpanan

yang sesuai – ketidaktahuan pekerja dan tidakn melakukan SOP

secara benar dan sesuai melakukan tindakan tidak aman dalam

bekerja – serta belum pernahnya mendapatkan pelatihan membuat

tindakan pencegahan tidak dilakukan – mengalami kebocoran.

• Skenario 5

(Tangki bocor, tidak sesuainya tempat penyimpanan) 8%

Pemilihan tangki dan variable yang sesuai – ruang penyimpanan

yang tidak sesuai dengan desain, penempatan penyimpanan tangki,

tidak adanya alat pengatur suhu membuat tangki mengalami

pressure dan chlorine terakumalasi pada ruanga – pengetahuan

pekerja dan melakukan SOP secara benar dan sesuai – melakukan

melakukan tindakan pencegahan secara benar dan melakukan

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 156: S Efri Meikel Chlorine

135

Universitas Indonesia

perawatan tidak dapat dilakukan karena adanya akumulasi chlorine

pada ruangan – tangki bocor dan chlorine release ke area kerja

8.2 Saran

1. Perlunya penambahan label MSDS pada tangki chlorine sebagai informasi

tambahan kepada pekeja juga sebagai pengingat akan bahaya kerja.

2. Melakukan pengecekan korosi pada tangki dan variable yang ada,

pengecekan ulir header valve, fusible plug, fusible connection, flexible

connection, ider valve, aselerasi valve, gasket, pipa secara terjadwal.

3. Melakukan pembuatan SOP bersama kepada pihak supplier membahas

tentang korosi yang terdapat pada tangki agar dilakukan pengecatan.

4. Pengecekan korosi secara visual oleh perusahaan perlua dilakukan tetapi

lebih baik lagi jika terdapat teknisi khusus untuk melihat korosi secara

menyeluruh.

5. Pengantian variable, perbaikan tangki, dan pengecatan pipa dibuat

terjadwal dan terdapat pencatatan.

6. Penambahan kaca inspection pada pintu yang terdapat pada samping ruang

loading untuk mempermudah pengawasan.

7. Penambahan chlorine detector dan pipa netralisator pada ruang

penyimpanan tangki non operasi, sebagai antisipasi kedepan.

8. Penambahan bantalan atau pelindung karet pada tempat penyimpanan

untuk mengurangi korosi pada bagian peletakan, dan disediakan tempat

khusus untuk penyimpanan sementara setelah dari ruang loading.

9. Perlunya pelatihan kepada seluruh khusus unit chlorinasi agar pengetahuan

serta informasi yang didapat bertambah dan pekerja melakukan pekerja

sesuai dengan prosedur yang ada.

10. Penggunaan Tool Kit Tipe B sebaiknya diperhatikan dengan seksama

untuk mengatasi kebocoran kecil, karena tidak samanya tangki dan tools

kit.

11. Pemasangan sign jalur evakuasi pada area Unit chlorinasi.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 157: S Efri Meikel Chlorine

136

Universitas Indonesia

8.2.1 Saran Skenario Konsekuensi

Berdasarkan dari hasil ETA sehingga mengetahui konsekuensi yang

timbul dari perhitungan barrier yang ada maka didapatkan pemberian saran

menurut skenario yang ada.

• Skenario 1

(Tangki tidak mengalami kebocoran) 39%

Sistem yang ada perlu ditingkatkan dan dijaga untuk mencegah

kebocoran yang timbul tidak terjadi, dilakukannya perawatan

secara teratur dan terjadwal.

• Skenario 2

(Tangki bocor, tidak ada pemilihan tangki dan variable) 31 %

Pada skenario ini, terjadi kebocoran di sebabkan tidak adanya

pemilihan tangki dan variable(peralatan) hal yang perlu

ditambahkan perlunya pencegahan dan perawatan lebih mendalam,

dengan melakukan MOU dan SOP kerja baru kepada pihak ketiga

untuk penambahan inhibitor pada tangki untuk mencegah

terjadinya korosi, pemberian pelindung organic pada tangki,

pengecekan rutin serta pengakutan yang baik dapat mengurangi

terjadinya korosi pada tang, pada peratan pendukung adanya jadwal

pengantian yang tercatat.

• Skenario 3

(Tangki bocor, tidak ada perawatan dan tindakan pencegahan) 13%

Perlunya penambahan sistem pengecekan terjadwal dan

dilakukannya pengecekan secara rutin, menambahkan chlorine

detector pada tempat tangki penyimpanan siap pakai untuk

meminimalisir penyebaran toksisitas ketika terjadi kebocoran yang

disebabkan tekanan dari tangki karena sifat chlorine yang toksik

dan massa gas chlorine lebih berat dari pada udara, penyediaan

pipa netralisator tambahan pada tempat tangki penyimpanan,

menambahkan bantalan karet untuk mencegah terjadinya korori

atau gesekan pada tangki dengan tempat penyimpan, penambahan

MSDS pada tangki serta jalur evakuasi yang belum terpasang.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 158: S Efri Meikel Chlorine

137

Universitas Indonesia

• Skenario 4

(Tangki bocor, kurang pengetahuan bahaya chlorine dan SOP) 9%

Perlunya adanya pelatihan bahaya chlorine kepada pekerja, serta

penjelasan tentang SOP yang ada, pelatihan mengenai first aid,

emergency prosedur ketika terjadi bencana kebakaran/kebocoran

chlorine/gempa bumi, penambahan informasi mengenai bahaya

chlorine pada tangki, pemberian promosi tentang bahaya chlorine

ditempat kerja,perlunya pelatihan penggunaan tools kits untuk

tangki.

• Skenario 5

(Tangki bocor, tidak sesuainya tempat penyimpanan) 8%

Hal yang perlu perhatikan, tersedianya ruangan yang cukup luas,

terdapat peralatan safety yang selalu di cek seperti chlorine

detector, penyedot netralisator agar penghisap tetap pada tekanan

yang sama, tersedianya area penyimpanan yang khusus yang telah

dilengkapi bantalan karet, adanya pintu yang memiliki inspection

windows, lock safety yang dapat digunakan saat pengecekan.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 159: S Efri Meikel Chlorine

138 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abdima, Garna. (2011). Analisi Konsekuensi Penyebaran Klorin Menggunakan

Piranti Lukan ALOHA Pada Kebocoran Chlorine Ton Container di PT

Pupuk Kujang Cikampek. FKM UI, Depok.

Andriyani. (2007). Analisa Faktor Penyebab Kebocoran Gas Chlorine Di

Vacuum Regulator Dengan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT Thames

Pam Jaya (TPJ). FKM UI, Depok.

Barry, Thomas F. (2003). Event Tree Fire Loss Scenario Analysis,White Papers.

Center for Chemical Process Safety (CCPS). (1992). Guidelines for Hazard

Evaluation Procedures. American Institute of Chemical Engineers

(AIChE), New York.

Chemtech International Inc. (2008). Chlorine Valve and Accessories. Diunduh

dari http://www.chemtech-usa.com

Clemens, PL. (2002). Event Tree Analysis

Clemens, Simmons. (1998). System Safety Risk Management: NIOSH

Instructional Model; A Guide for Engineering Educators. US

Departemen of Health dan Human Services. Public Health Service.

Centers for Disease Control and Prevention. National for Occupational

Safety and Health. OHIO.

Environmental Protection Agency (EPA). (1990). Chemical Emergency

Preparednes and Prevention Advisory. Diunduh dari http://epa.gov

Environmental Protection Agency (EPA). Acute Exposure Guideline Levels

(AEGLs) Program. Diakses pada http://epa.gov/aegl/html

Ericson, Clifton A. (2005). Hazard Analysis Techniques for System Safety (2nd

ed.). A John Wiley & Sons, New Jersey.

Fontana, Mary G. (1986). Corrosion Engineering (3rd

ed.). McGraw-Hill, New

York.

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 160: S Efri Meikel Chlorine

139

Universitas Indonesia

Gatot. (1992). Mengenal Khlor, Sifat-sifat Karakteristik Bahaya Serta

Kegunaannya. Disampaikan pada Training dan Lokakarya

Penanggulangan Khlor Angkatan ke:VII, Waru, Sidoarjo.

Green. (1999). Major Hazard Management. University of South Wales

Grossel,S.S., & Crowl, D. A. (1995). Handbook of Hyghly Toxic Materials

Handling and Management. New York, Marcel Dekker Inc. United State

of America.

Hernantyo, Georgius.S. (2007). Fire Risk Assessment dengan QRA Event Tree

Analysis di Gas Metering Station CNOOC Sec LTD Cilegon. FKM UI,

Depok.

International Labour Organization. (1991) ILO Code of Practise.

Indiansprings. (2011). Chlorine Cylinder Tipe Chlorine UN 1017. Di Unduh dari

http://www.indiansprings.com/clequip.htm

Kawamura, Susumu. (2001). Integrated Design of Water Treatment Facilities. A

Wiley-Interscience Publication, USA

Janes, Denny A. (1996). Principles and Prevention of Corrosion (2nd

ed.).

Prentice Hall, United State of America.

Japan Soda Industry Association. (1997). Safe Handling of Liquefied Chlorine

Revised Edition.

Lees, Frank P. (1996). Loss Prevention in The Process Industrie. Oxford,

Butterworth-Heinemann.

Leidel, Nelson A./ Busch, K.A., Lynch, J (1977). Occupational Exposure

Sampling Strategy Manual. USDH. NIOSH. Tersedia di

http://cdc.gov/niosh

Lestari, Fatma. (2007). Bahaya Kimia : Sampling & Pengukuran Kontaminan

Kimia di Udara. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

NIOSH Manual of Analytical Methods (NMAM). (1994). Chlorine and Bromine:

Method 6011 (4th ed.).

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 161: S Efri Meikel Chlorine

140

Universitas Indonesia

Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Prespektif

K3 OHS Risk Management, Dian Rakyat, Jakarta.

The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). (1976).

Recommendation for a Chlorine Standard 76-170B. Diunduh dari

http://www.cdc.gov/niosh/pdfs/76-170b.pdf

The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). (2003)

Emergency Response Card Chlorine,NFPA Code for Gas Chlorine, Di

unduh dari

http://www.cdc.gov/niosh/ershdb/PrintableERC_29750024.html

The Chlorine Institute, Inc (1999). Chlorine: Effects on Health and The

Environment. Diunduh dari http://www.chlorineinstitute.org/files/pdf

U.S Departement of Energy (DEO) Washington,D.C. 2058, February 1996

(1996). Process Safety Management fo Highly Hazardous Chemical.

Pacific Northwest National Laboratory, Richaland, Washington 99352.

White, Geo. Clifford. (2010). White’s Handbook of Chlorination and Alternative

Disinfectants (5th ed.). A John Wiley & Sons, New Jersey.

______.(2002,-). Kebocoran Chlorine pda kereta pengangkut Chlorine. 23

November, 2011. ( http://smk3ae.wordpress.com/)

______.(2005, November ). Kebocoran Gas Chlorine di Pen State University. 23

November, 2011. ( http://smk3ae.wordpress.com/)

______.(2006,11 Juli ). Pipa Gas Bocor, 164 Orang Keracunan. 23 April, 2011.

http://www.suaramerdeka.com

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 162: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 163: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 1

Pintu Ruang Penyimpanan

Isi Ruangan Tangki Chlorine

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 164: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Kondisi Tangki dan Tempat Proses Tangki

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 165: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Kondisi Tangki dan Bantalan Karet Penyimpanan Tangki

Sign Operasi pada Tangki

Tempat Loading Tangki

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 166: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Chlorine Detector dan Sensor yang diletakkan dibawah

Pipa Netralisator dan Exhaust

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 167: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Alarm

APAR dan Safety Shower berserta eyeswash

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 168: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Tool Kits Tipe dan Penanganannya

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 169: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

PPE yang terdapat pada Unit Chlorinasi

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012

Page 170: S Efri Meikel Chlorine

Universitas Indonesia

Timbangan pada ruang proses dan Alat Pengangkut (forklift)

Evaluasi dan ..., Efri Meikel, FKM UI, 2012