S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini,...

30
1 (52-kol-10-220) PROGRAM PENELITIAN PENDIDIKAN DAN KELEMBAGAAN ISLAM 2010 Pengembangan Software Computerized Adaptive Testing (CAT) Berbasis Tingkat Kesukaran, Daya Beda Dan Tingkat Menebak (Guessing) Menggunakan Bahasa Pemogramaan PHP dan My SQL Oleh: 1. Winarno, S. Si, M. Pd. (Ketua Tim) 2. Haryo Aji Nugroho, M. Hum (Anggota) 3. Muh. Muqtafin, A. Md Komp (Anggota) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) S A L A T I G A Nopember 2010

Transcript of S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini,...

Page 1: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

1

(52-kol-10-220)

PROGRAM PENELITIAN PENDIDIKAN DAN KELEMBAGAAN ISLAM

2010

Pengembangan Software Computerized Adaptive Testing (CAT) Berbasis Tingkat

Kesukaran, Daya Beda Dan Tingkat Menebak (Guessing) Menggunakan Bahasa

Pemogramaan PHP dan My SQL

Oleh:

1. Winarno, S. Si, M. Pd. (Ketua Tim)

2. Haryo Aji Nugroho, M. Hum (Anggota)

3. Muh. Muqtafin, A. Md Komp (Anggota)

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

S A L A T I G A Nopember 2010

Page 2: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cara dalam melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah

dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes

menggunakan kertas dan pencil (papper and pencils). Perkembangan terkini dalam usaha

peningkatan pelaksanaan tes dengan kehadiran teknologi komputer telah mulai

dipergunakan untuk kemajuan pengujian (Hambleton, R.K., Swaminathan, H., dan Rogers,

H.: 1991). Komputerisasi penilaian individu lebih efisien dan akurat daripada penilaian

menggunakan kertas dan pensil (pencil and paper test) (Wainer, 1990: 273). Salah satu

prototype komputerisasi penilaian individu yang berkembang saat ini adalah Computerized

Adaptive Testing (CAT). CAT adalah suatu metode pengujian atau evaluasi dengan

menggunakan teknologi informasi yang bersifat adaptif. Adaptif berarti bahwa pemberian

soal ujian berikutnya tergantung pada perilaku peserta ujian dalam menjawab soal

sebelumnya sehingga ujian yang diberikan untuk setiap peserta dapat bersifat unik

berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing peserta

Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh CAT antara lain: 1). CAT lebih efisien

dan akurat dalam mengukur kemampuan peserta tes (Weiss & Schleisman, 1999; Weiss,

2004); 2). CAT tidak memerlukan lembar jawaban karena skor dapat segera diketahui oleh

peserta tes begitu tes telah dinyatakan selesai; 3). Pengembangan item untuk bank soal

mudah dilakukan (Wainer, 1990: 4). CAT memungkinkan siswa untuk bekerja dalam

langkahnya sendiri. Kecepatan siswa dalam menjawab soal dapat digunakan sebagai

informasi tambahan dalam melakukan penilaian terhadap siswa; 3). Soal yang diberikan

memiliki level kesulitan sesuai dengan kemampuan siswa, tidak terlalu susah ataupun

terlalu mudah; 4). Penilaian dapat dilakukan dengan segera sehingga dapat memberikan

umpan balik yang cepat kepada siswa; 5). Keamanan ujian dapat ditingkatkan. Rangkaian

soal yang diberikan akan berbeda untuk setiap siswa sehingga soal yang akan muncul

selanjutnya tidak dapat ditebak. Selain itu, bila jumlah soal banyak, kemungkinan

munculnya soal yang sama lebih dari satu kali sangat kecil sehingga kemungkinan siswa

untuk menghapal soal menjadi sangat kecil. Kerahasiaan soal pun dapat terjaga, karena

soal tersimpan dalam suatu basis data dan hanya pembuat CAT yang membuat soal

Page 3: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

3

tersebut yang dapat mengupdatenya; 6). Ujian dapat dipresentasikan melalui teks,

grafik,audio, dan bahkan video klip.

Dalam Computerized Adaptive Testing (CAT) memerlukan : (a) Bank soal, (b)

Prosedur pemilihan item awal, (c) Prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes, (d)

Metode untuk penskoran tes, (e) Prosedur untuk mengakhiri tes, dan (f) Estimasi

kemampuan peserta tes (Weiss & Schleisman dalam Masters & Keeves, 1999: 130).

Elemen penting dalam CAT adalah bank soal (item bank), bank soal terdiri dari koleksi

item tes, jawaban, tingkat kesukaran tes, daya beda dan tingkat kesukaran (Reckase, 2003).

Dalam prosedur pemilihan item awal diberikan item tes dengan tingkat kesukaran yang

sedang. Prosedur mengakhiri tes diberikan agar tes tidak terlalu panjang.

Saat ini bidang pengukuran di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Penggunaan

software komputer untuk analisis item soal telah mengalami kemajuan yang luar biasa.

Analisis item soal terkini yang sering digunakan adalah menggunakan pendekatan IRT

(Item Response Theory). Dalam IRT bisa dilakukan estimasi kemampuan peserta tes dan

mengetahui karakteristik item soal mengenai daya beda (b), tingkat kesukaran (a) dan

tingkat menebak (c). Dalam pelaksanaannya, analisis secara IRT sangat mudah karena

dalam analisis dapat digunakan program komputer, seperti program RASCAL, PASCAL,

BIGSTEPS, QUEST atau BILOG MG

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut:

1. Tes merupakan salah satu cara dalam melakukan evaluasi dalam proses belajar

mengajar.

2. Komputerisasi penilaian individu lebih efisien dan akurat daripada penilaian

menggunakan kertas dan pensil (pencil and paper test)

3. Dalam mengembangkan Computerized Adaptive Testing (CAT) keberadaan bank

soal (item bank) sangat penting.

4. Bagaimana prosedur pemilihan item awal dalam CAT dilakukan?

5. Bagaimana estimasi kemampuan peserta tes setelah diketahui pola respon

jawabannya?

Page 4: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

4

6. Prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes dalam mengembangkan software

CAT yang berbasis daya beda (b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat menebak (c)

dalam prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes.

7. Prosedur untuk mengakhiri tes (stopping rule) dalam CAT dilakukan.

8. Berapa lama setiap item soal akan ditampilkan oleh komputer sebelum computer

menampilkan soal berikutnya.

9. Metode untuk penskoran dalan CAT

10. Estimasi Kemampuan Peserta tes dalam CAT menggunakan metode Maximum

Likelihood (MLE)

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan agar penelitian lebih terfokus pada permasalahan, maka

penelitian ini dibatasi pada:

1. Bank soal yang diambil dari soal Ujian Plecement Tes Program Studi Intensif

Bahasa Arab (SIBA) Masuk STAIN Salatiga tahun akademik 2009/2010

2. Pembuatan CAT (Computerized Adaptive Testing) berbasis daya beda (b), tingkat

kesukaran (a) dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama

pelaksanaan tes

3. Estimasi kemampuan peserta tes menggunakan metode Maximum Likelihood

(MLE)

D. Rumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah

dalam rancangan penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana mengembangkan bank soal dalam membuat software CAT?

2. Bagaimana mengembangkan software CAT berbasis daya beda (b), tingkat

kesukaran (a) dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama

pelaksanaan tes?

3. Bagaimana mengembangkan software CAT yang mampu mengukur kemampuan

peserta tes dengan tepat dan akurat menggunakan metode Maximum Likelihood

(MLE)?

Page 5: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

5

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengembangkan bank soal dalam membuat softwrae CAT.

2. Membuat, mengembangkan dan menghasilkan software CAT berbasis daya beda

(b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item

selama pelaksanaan tes

3. Membuat, mengembangkan dan menghasilkan software CAT yang mampu

mengukur kemampuan peserta tes dengan tepat dan akurat menggunakan metode

Maximum Likelihood (MLE)

F. Manfaat Penelitan

Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat

1. Secara teoritis

Hasil software Computerized Adaptive Testing (CAT) yang dihasilkan

dalam penelitian ini dìharapkan dapat membantu dalam menemukan solusi untuk

mengetahui kemampuan seseorang yang lebih akurat dan mengurangi kecurangan

dalam sistem pengujian

2. Secara praktis

Hasil software Computerized Adaptive Testing (CAT) dalam penelitian ini

diharapkan dapat berguna bagi pengukuran kemampuan peserta tes di dalam bidang

pendidikan

3. Bagi STAIN Salatiga dan Perguruan Tinggi Islam (PTI)

Dari software CAT ini bisa digunakan untuk semua jenis tes model pilihan

ganda dan untuk mengetahui kemampuan peserta tes secara lebih baik.

Page 6: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Computeriized Adaptive Testing (CAT)

Adaptive testing juga disebut sebagai tailored test, yaitu suatu tes yang

menyesuaikan kemampuan peserta (Lord, 1980). Menurut Wainer (1990) Adaptive testing

merupakan tes yang diselenggarakan bagi peserta tes dengan pertanyaan-pertanyaan /

item-itemnya ditentukan berdasarkan jawaban (respon) awal peserta.

Penyelenggaraan tes adaptif berbeda dengan paper and pencil test (PP test). Pada PP

tes seluruh peserta tes akan diberikan soal yang sama dan dengan jumlah soal yang

tetap/sama, sedangkan pada tes adaptif setiap peserta akan diberikan soal yang berbeda-

beda. Pertanyaan-pertanyaan pada tes adaptif menyesuaikan dengan kemampuan masing-

masing peserta tes.

Adaptive tes memerlukan : (a) bank soal, (b) prosedur pemilihan item awal, (c)

prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes, (d) metode untuk penskoran tes, dan (e)

prosedur untuk mengakhiri tes (Weiss & Schleisman dalam Masters & Keeves, 1999: 130).

Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh CAT antara lain: 1). CAT lebih efisien

dan akurat dalam mengukur kemampuan peserta tes (Weiss & Schleisman, 1999; Weiss,

2004); 2). CAT tidak memerlukan lembar jawaban karena skor dapat segera diketahui oleh

peserta tes begitu tes telah dinyatakan selesai; 3). Pengembangan item untuk bank soal

mudah dilakukan (Wainer, 1990: 4). CAT memungkinkan siswa untuk bekerja dalam

langkahnya sendiri. Kecepatan siswa dalam menjawab soal dapat digunakan sebagai

informasi tambahan dalam melakukan penilaian terhadap siswa; 3). Soal yang diberikan

memiliki level kesulitan sesuai dengan kemampuan siswa, tidak terlalu susah ataupun

terlalu mudah; 4). Penilaian dapat dilakukan dengan segera sehingga dapat memberikan

umpan balik yang cepat kepada siswa; 5). Keamanan ujian dapat ditingkatkan. Rangkaian

soal yang diberikan akan berbeda untuk setiap siswa sehingga soal yang akan muncul

selanjutnya tidak dapat ditebak. Selain itu, bila jumlah soal banyak, kemungkinan

munculnya soal yang sama lebih dari satu kali sangat kecil sehingga kemungkinan siswa

untuk menghapal soal menjadi sangat kecil. Kerahasiaan soal pun dapat terjaga, karena

soal tersimpan dalam suatu basis data dan hanya pembuat CAT yang membuat soal

tersebut yang dapat mengupdatenya; 6). Ujian dapat dipresentasikan melalui teks,

grafik,audio, dan bahkan video klip

Page 7: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

7

Diagram berikut adalah algoritma adaptive test.

Gambar 1. Diagram alur Adaptive Test (Sumber : Wainer, 1990. :108)

Berdasarkan Gambar 1. Pertama-tama kemampuan sementara peserta diestimasi.

Apabila tidak ada informasi kemampuan awal peserta tes maka diambil soal tes dengan

tingkat kesukaran yang sedang. Kemudian estimasi kemampuan peserta tes dari respon

jawaban yang diberikan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil soal berikutnya.

Berikutnya diberikan/disajikan butir soal yang optimal sesuai dengan kemampuan awal,

amati dan evaluasi respon peserta, setelah itu perbaiki estimasi kemampuan peserta,

kemudian berdasarkan aturan pemberhentian tes, dilakukan uji apakah kriteria

pemberhentian tes telah dipenuhi ataukah tidak. Jika telah dipenuhi maka tes berhenti,

sebaliknya jika belum dipenuhi peserta diberikan butir soal yang optimal lainnya, hal ini

terus berlangsung sampai terpenuhinya kriteria pemberhentian tes.

1. Mulai dengan skor awal

3. Amati dan Evaluasi respons

4. Revisi estimasi kemampuan

8. Administrasi

tes berikutnya

7. Akhiri tes?

6. Akhiri Tes

Tidak

Ya

Tidak

Ya

2. Memilih dan menyajikan skala

Item yang optimal

9. Stop

5. Apakah aturan

pemberhentian terpenuhi?

Page 8: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

8

Dalam merancang CAT, pengembang tes harus menentukan bagaimana dan estimasi

kemampuan dihitung sementara, bagaimana item tes dipilih pada estimasi tersebut dan

bagaimana estimasi kemampuan akhir diperoleh (Linden, 2002:3)

1. Sejarah CAT

Gagasan awal dari adaptive test berasal dari seorang psikolog kebangsaan Perancis

bernama Alfred Binet (1859-1911). Computerized adaptive testing (CAT) dirancang untuk

setiap individu peserta tes (Wiener, 1990). Peserta tes akan diberi satu set soal yang

memenuhi spesifikasi rancangan tes (kisi-kisi) dan biasanya sesuai dengan tingkat

kemampuan setiap individu. Tes dimulai dengan soal-soal yang tidak terlalu sukar

(katagori sedang). Setiap peserta tes menjawab soal dan komputer akan memberikan skor.

Jawaban terhadap soal tersebut akan menentukan soal yang akan ditampilkan oleh

komputer selanjutnya. Setiap menjawab soal dengan benar, peserta tes akan diberi soal

yang lebih sukar. Sebaliknya, bila menjawab salah, komputer akan memilihkan soal yang

lebih mudah. Urutan soal disajikan tergantung pada jawaban terhadap soal-soal

sebetutnnya dan pada kisi-kisi tes. Dengan kata lain, komputer diprogram untuk

memberikan soal yang sesuai dengan kisi-kisi tes, sekaligus secara terus menerus mencari

soal-soal yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian. Dalam

hal ini peserta ujian harus menjawab semua soal. Keuntungannya, pada setiap layar hanya

ditampilkan satu butir soal, sehingga peserta tes dapat berkonsentrasi untuk menjawab soal

tersebut. Setelah menjawab soal, peserta ujian tidak akan dapat mengulang soal-soal

sebelumnya dan mengganti jawabannya.

2. Prinsip Computerized Adaptive Testing (CAT)

a. Membangun Item bank

Item bank dalam CAT umumnya menggunakan Item Response Theory (IRT) (Lord

and Novick, 1968; Lord, 1980). Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phi-

gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama

Teori Trait Latent (Latent Trait Theory), kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi

teori jawaban butir soal (Item Response Theory) (McDonald, 1999: 8).

Dalam IRT memiliki kelebihan diantaranya: (1) IRT tidak berdasarkan grup

dependent; (2) Skor siswa dideskripsikan bukan test dependent; (3) Model ini menekankan

pada tingkat butir soal bukan tes; (4) IRT tidak memerlukan paralel tes untuk menentukan

relilabilitas tes; (5) IRT suatu model yang memerlukan suatu pengukuran ketepatan untuk

setiap skor tingkat kemampuan; (6). Asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama,

Page 9: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

9

perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen; (7) Asumsi pada populasi

tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang menggambarkan

untuk tujuan kalibrasi soal; (8) Statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat

kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana, (Hambleton dan Swaminathan, 1985:

11). Jadi IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar

dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.

Dalam pembuatan item bank, akan dilakukan kegiatan menganalisis butir soal yang

merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu soal yang telah

ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan

informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko,

1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar

diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir

soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak

efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka

sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu

adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di

antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi

yang diajarkan pengajar.

Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis

secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan

dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan

secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis

kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif

mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas

soal dan reliabilitasnya

1). Asumsi-asumsi Pendekatan IRT

Pendekatan IRT didasarkan pada model matematika, dimana peluang individu

untuk menjawab butir dengan benar tergantung pada kemampuan individu dan

karakteristik butir. Ini berarti peserta tes dengan kemampuan tinggi akan mempunyai pro-

babilitas menjawab benar lebih besar jika dibandingkan dengan peserta yang mempunyai

kemampuan rendah. Pendekatan ini memiliki asumsi mengenai data dimana model ini

dapat diterapkan.

Page 10: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

10

Hambleton dan Swaminathan (1985: 16) dan Hambleton, Swaminathan, dan

Rogers (1991: 9) menyatakan bahwa ada tiga asumsi yang mendasari teori respon butir,

yaitu unidimensi, independensi lokal dan invariansi parameter. Ketiga asumsi dapat

dijelaskan sebagai berikut. Unidimensi, artinya setiap butir tes hanya mengukur satu

kemampuan. Contohnya, pada tes prestasi belajar bidang studi matematika, butir-butir

yang termuat di dalamnya hanya mengukur kemampuan siswa bidang studi matematika

saja, bukan bidang yang lainnya. Pada praktiknya, asumsi unidimensi tidak dapat dipenuhi

secara ketat karena adanya faktor-faktor kognitif, kepribadian dan faktor-faktor

administratif dalam tes, seperti kecemasan, motivasi, dan tendensi untuk menebak.

Memperhatikan hal ini, asumsi unidimensi dapat ditunjukkan hanya jika tes mengandung

hanya satu komponen dominan yang mengukur prestasi suatu subjek.

Independensi lokal terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi menjadi

konstan, maka respons subjek terhadap pasangan butir yang manapun akan independen

secara statistik satu sama lain. Asumsi ini akan terpenuhi apabila jawaban peserta terhadap

sebuah butir soal tidak mempengaruhi jawaban peserta terhadap terhadap butir soal yang

lain. Tes untuk memenuhi asumsi independensi lokal dapat dilakukan dengan

membuktikan bahwa peluang dari pola jawaban setiap peserta tes sama dengan hasil kali

peluang jawaban peserta tes pada setiap butir soal.

Menurut Hambleton, Swaminathan, dan Rogers (1991: 10), independensi lokal

secara matematis dinyatakan sebagai berikut :

nn upupupuuup ......,...,, 2121

=

n

i

iup1

n

i

uu ii PP1

1)(1)( ....................................................(1)

keterangan : i : 1, 2, 3, …, n

n : banyaknya butir tes

iup : probabilitas peserta tes yang memiliki kemampuan yang

dipilih secara acak dapat menjawab butir ke- i dengan benar.

Invarian parameter artinya karakteristik butir soal tidak tergantung pada distribusi

parameter kemampuan peserta tes dan parameter yang menjadi ciri peserta tes tidak

bergantung dari ciri butir soal. Kemampuan seseorang tidak akan berubah hanya karena

mengerjakan tes yang berbeda tingkat kesulitannya dan parameter butir tes tidak akan

Page 11: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

11

berubah hanya karena diujikan pada kelompok peserta tes yang berbeda tingkat

kemampuannya.

Menunurut Hambleton, Swaminathan, dan Rogers (1991: 18), invarian parameter

kemampuan dapat diselidiki dengan mengajukan dua seperangkat tes atau lebih yang

memiliki tingkat kesukaran yang berbeda pada sekelompok peserta tes. Invarians

parameter kemampuan akan terbukti jika estimasi kemampuan peserta tes tidak berbeda

walaupun tes yang dikerjakan berbeda tingkat kesulitannya. Invarians parameter butir

dapat diselidiki dengan mengujikan tes pada kelompok peserta yang berbeda. Invarians

parameter butir terbukti jika estimasi parameter butir tidak berbeda walaupun diujikan

pada kelompok peserta yang berbeda tingkat kemampuannya.

Dalam teori respons butir, selain asumsi-asumsi yang telah diuraikan sebelumnya di

atas adala ada hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemilihan model yang tepat.

Pemilihan model yang tepat akan mengungkap keadaan yang sesungguhnya dari data tes

sebagai hasil pengukuran.

Selain ketiga asumsi yang dikemukakan Hambleton dkk di atas, Wainer dan

Mislevy mengajukan empat asumsi lain dari pendekatan IRT. Asumsi pendekatan IRT

menurut Wainer dan Mislevy (1990) adalah:

a). Urutan dari pemberian butir tes tidak relevan. Berbeda dengan pendekatan klasik

yang memberikan butir soal yang mudah di awal tes kemudian dilanjutkan dengan

butir soal yang lebih sukar, pemberian butir soal pada pendekatan IRT tidak perlu

melihat urutan dari kesukaran butir soal. Dengan demikian, butir soal dapat

diadministrasikan sesuai dengan kemampuan butir soal.

b). Parameter butir soal yang sama digunakan untuk semua peserta tes. Apabila

sekelompok peserta tes akan diperkirakan kemampuannya dengan seperangkat butir

tes, maka model IRT yang digunakan pada butir-butir soal tersebut harus sama.

Tujuannya agar skor yang diperoleh dapat diperbandingkan satu sama lain.

c). Semua parameter butir soal diketahui. Untuk dapat memperkirakan kemampuan

(proficiency) peserta tes, maka parameter dari setiap butir soal perlu diketahui.

Untuk mengetahui parameter dari setiap butir soal perlu dilakukan kalibrasi atau

pendugaan (estimations).

d). Respons peserta tes tidak terkait dengan parameter butir soal. Asumsi ini sama

dengan asumsi indepedensi local yang dikemukakan Hambleton, Swaminathan dan

Rogers sebelumnya.

Page 12: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

12

2). Model Pendekatan Item Response Theory

Model yang digunakan pada pendekatan IRT adalah falsifiable model (Hambleton,

Swaminathan dan Rogers, 1991: 7). Artinya, model IRT yang digunakan dapat cocok

ataupun tidak cocok dengan data tes yang dianalisis. Dengan kata lain dapat saja model

IRT yang digunakan tidak dapat menjelaskan data tes tersebut. Dengan demikian, perlu

dilakukan analisis kecocokkan model (goodness of fit) terhadap data tes. Sehingga apabila

ditemukan ketidakcocokkan antara data dengan model, artinya model IRT yang digunakan

tidak dapat diterapkan pada data tes yang dianalisis. Hal demikian tidak ditemui pada

pendekatan teori klasik, dimana apabila dari analisis butir soal diperoleh hasil yang tidak

mencapai standard yang ditentukan, maka butir soal tersebut dianggap tidak biak sehingga

didrop dari tes.

Item characteristic function atau item characteristic curve (ICC) merupakan

ekpresi matematika yang menggambarkan peluang menjawab benar pada kemampuan dan

karakteristik item tertentu. Dalam IRT, ada tiga model yang paling banyak digunakan

(Hambleton, Swaminathan dan Rogers, 1991:12), yaitu model satu parameter logistik (1

PL), dua parameter logistik (2 PL), dan tiga parameter logistik (3 PL). Ketiga model ini

digunakan pada asumsi unidimensi dan data butir soal yang diskor dikotomous.

a). Model Logistik Tiga Parameter (3P)

Sesuai dengan namanya, model logistik tiga parameter ditentukan oleh tiga

karakteristik butir yaitu indeks kesukaran butir soal, indeks daya beda butir, dan parameter

pseudoguessing (tingkat menebak). Dengan adanya tingkat menebak pada model logistik

tiga parameter, memungkinkan subyek yang memiliki kemampuan rendah mempunyai

peluang untuk menjawab butir soal dengan benar. Secara matematis, model logistik tiga

parameter dapat dinyatakan sebagai berikut (Hambleton, Swaminathan, dan Rogers, 1991:

17, Hambleton, dan Swaminathan, 1985 : 49).

)(.

)(.

1)1()(

ii

ii

baD

baD

iiie

eccP

; i = 1, 2, ... , n ............................... (4)

Sedangkan : )(iP : peluang peserta tes yang memiliki kemampuan dipilih

secara acak dapat menjawab butir i dengan benar

: tingkat kemampuan subjek

D : faktor skala = 1,7

ai : indeks daya beda dari butir ke-i

bi : indeks kesukaran butir ke-i

Page 13: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

13

ci : indeks tingkat menebak butir ke-i

e : 2,718

n : banyaknya item dalam tes.

Nilai kemampuan peserta () terletak di antara –4 dan +4, sesuai dengan daerah

asal sebaran normal. Pernyataan ini merupakan asumsi yang mendasari besar nilai bi.

Secara teoretis, nilai bi terletak di antara - dan + . Suatu butir dikatakan baik jika nilai

ini berkisar antara –2 dan +2 (Hambleton dan Swaminathan, 1985: 107). Jika nilai bi

mendekati –2, maka indeks kesukaran butir sangat rendah, sedangkan jika nilai bi

mendekati +2 maka indeks kesukaran butir sangat tinggi untuk suatu kelompok peserta tes.

Parameter ai merupakan daya beda yang dimiliki butir ke-i. Parameter ini

menggambarkan seberapa baik sebuah butir dapat membedakan peserta yang

berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah. Pada kurva karakteristik, ai

merupakan kemiringan (slope) dari kurva di titik bi pada skala kemampuan tertentu.

Karena merupakan kemiringan, diperoleh semakin besar kemiringannya, maka semakin

besar daya beda butir tersebut. Secara teoretis, nilai ai ini terletak antara 0 dan +. Pada

pada butir yang baik nilai ini mempunyai hubungan positif dengan performen pada butir

dengan kemampuan yang diukur, dan ai terletak antara 0 dan 2 (Hambleton dan

Swaminathan, 1985: 37 ).

Peluang menjawab benar dengan memberikan jawaban tingkat menebak

dilambangkan dengan ci, yang disebut dengan tingkat menebak. Parameter ini memberikan

suatu kemungkinan asimtot bawah yang tidak nol (nonzero lower asymtote) pada kurva

karakteristik butir (ICC). Parameter ini menggambarkan peluang peserta dengan

kemampuan rendah menjawab dengan benar pada suatu butir yang mempunyai indeks

kesukaran yang tidak sesuai dengan kemampuan peserta tersebut. Besarnya harga ci

diasumsikan lebih kecil daripada nilai yang akan dihasilkan jika peserta tes menebak

secara acak jawaban pada suatu butir. Pada suatu butir tes, nilai ci ini berkisar antara 0 dan

1. Suatu butir dikatakan baik jika nilai ci tidak lebih dari 1/k, dengan k banyaknya pilihan

(Hullin, 1983: 36). Jadi misalnya pada suatu perangkat tes pilihan ganda, ada 4 pilihan

untuk setiap butir tesnya, butir ini dikatakan baik jika nilai ci tidak lebih dari 0,25.

ICC merupakan kurve monoton naik, semakin meningkat tingkat kemampuan

peluang untuk menjawab suatu item meningkat pula. Bentuk ICC tergantung pada model

pengukurannya. ICC menyajikan grafik yang menunjukkan peluang menjawab benar pada

item dari peserta dengan tingkat kemampuan tertentu (Embretson dan Reise, 2000).

Page 14: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

14

Gambar 1 memperlihatkan contoh plot ICC untuk model 3 PL (Hambleton dan

Swaminathan, 1985:39) dengan kemampuan pada absis dan peluang menjawab benar pada

ordinat. ICC pada gambar 1, menunjukkan parameter tingkat kesulitan, b sebesar 0,50.

Parameter daya beda, a sebesar 1,5. Dan parameter tingkat menebak, c sebesar 0,15.

Gambar 2. ICC model 3 PL

Parameter tingkat kesulitan memiliki skala sama dengan tingkat kemampuan ( ),

dengan nilai berkisar antara -4 sampai +4. Dalam ICC, parameter tingkat kesulitan

merupakan titik pada skala kemampuan yang menunjukkan nilai maksimum dari

kemiringan ICC (Hambleton dan Swaminathan, 1985:38). Pada model IRT 3 PL,

maksimum kemiringan berada pada p = (1 + c)/2. Sedangkan pada 2 PL dan 1 PL

maksimum kemiringan berada pada p = 0,5, karena c sama dengan nol.

b). Daya beda (b), Tingkat kesukaran (a) dan Tingkat Menebak (c)

Dalam Item Response Theory (IRT) keberadaan Daya beda (b), Tingkat kesukaran

(a) dan Tingkat Menebak (c) dinamakan Fungsi Informasi Butir. Fungsi informasi butir

(item information functions) merupakan suatu metode untuk menjelaskan kekuatan

suatu butir pada perangkat soal dan menyatakan kekuatan atau sumbangan butir soal

dalam mengungkap kemampuan laten (latent trail) yang diukur dengan tes tersebut.

Dengan fungsi informasi butir diketahui butir mana yang cocok dengan model

sehingga membantu dalam seleksi butir soal. Secara matematis, fungsi informasi butir

didefinisikan sebagai berikut.

ii

i

iQP

P

I

2

………………………………………………………(5)

Page 15: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

15

keterangan :

iI : fungsi informasi butir ke-i

i : 1,2,3,...,n

iP : peluang peserta dengan kemampuan θ menjawab benar butir i

iP : turunan fungsi iP terhadap θ

iQ : peluang peserta dengan kemampuan θ menjawab salah butir i

Fungsi informasi butir untuk model logistik tiga parameter dinyatakan oleh

Birnbaum (Hambleton & Swaminathan, 1985: 107) dalam persamaan berikut.

22

exp1exp

189,2

iiiii

iii

bDabDac

caI

……………….. (6)

keterangan :

iI : fungsi informasi butir i

: tingkat kemampuan subjek

ia : parameter daya beda dari butir ke-i

ib : parameter indeks kesukaran butir ke-i

ic : indeks tebakan semu (pseudoguessing) butir ke-i

e : bilangan natural yang nilainya mendekati 2,718

Berdasarkan persamaan fungsi informasi di atas, maka fungsi informasi

memenuhi sifat: (1) pada respons butir model logistik, fungsi informasi butir

mendekati maksimal ketika nilai bi mendekati 0. Pada model logistik tiga parameter

nilai maksimal dicapai ketika 0 terletak sedikit di atas bi dan indeks tebakan semu

butir menurun; (2) fungsi informasi secara keseluruhan meningkat jika parameter

daya beda meningkat.

Fungsi informasi tes merupakan jumlah dari fungsi informasi butir-butir tes

tersebut (Hambleton & Swaminathan, 1985: 94). Berkaitan dengan hal ini, nilai

fungsi informasi perangkat tes akan tinggi jika butir-butir penyusun tes mempunyai

iungsi informasi yang tinggi pula. Fungsi informasi perangkat tes (l(0)) secara

matematis dapatdi definisikan sebagai berikut.

Page 16: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

16

n

i

iII1

....................................................................................... (7)

Nilai-nilai indeks parameter butir dan kemampuan peserta merupakan hasil

estimasi. Karena merupakan hasil estimasi, maka kebenarannya bersifat probabilistik

dan tidak terlepaskan dengan kesalahan pengukuran. Dalam teori respons butir,

kesalahan pengukuran standar (Standard Error of Measurement, SEM) berkaitan erat

dengan fungsi informasi. Fungsi informasi dengan SEM mempunyai hubungan yang

berbanding terbalik kuadratik, semakin besar fungsi informasi maka SEM semakin

kecil atau sebaliknya (Hambleton, Swaminathan, & Rogers, 1 991, 94). Jika nilai

fungsi informasi dinyatakan dengan I(θ) dan nilai estimasi hubungan keduanya,

menurut (199.l :94) dinyatakan dengan SEM, maka Hambleton, Swaminathan, &

Rogers disajikan grafik nilai fungsi informasi standar suatu butir dengan parameter

I

SEM1ˆ …………………………………………………….. (8)

b. Prosedur Pemilihan Item Awal (Starting Rule)

Computerized adaptive testing (CAT) dirancang untuk setiap individu peserta tes

(Wiener, 1990). Dalam prosedur pemilihan item awal, peserta tes akan diberi satu set soal

yang memenuhi spesifikasi rancangan tes (kisi-kisi) dan biasanya sesuai dengan tingkat

kemampuan setiap individu. Tes dimulai dengan soal-soal yang tidak terlalu sukar atau

tidak terlalu mudah. Jika tidak ada performance awal mengenai kemampuan awal peserta

tes maka CAT dapat dimulai dengan memilih butir soal dengan tingkat kesukaran yang

sedang (Mills, 1999: 123).

Setiap peserta tes menjawab soal dan komputer akan memberikan skor. Jawaban

terhadap soal tersebut dan akan menentukan soal yang akan ditampilkan oleh komputer

selanjutnya. Setiap menjawab soal dengan benar, peserta tes akan diberi soal yang lebih

sukar. Sebaliknya, bila menjawab salah, komputer akan memilihkan soal yang lebih

mudah.

Urutan soal disajikan tergantung pada jawaban terhadap soal-soal sebelumnya dan

pada kisi-kisi tes. Dengan kata lain, komputer diprogram untuk memberikan soal yang

sesuai dengan kisi-kisi tes, sekaligus secara terus menerus mencari soal-soal yang tingkat

kesulitannya sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian. Dalam hal ini peserta ujian

harus menjawab semua soal. Keuntungannya, pada setiap layar hanya ditampilkan satu

butir soal, sehingga peserta tes dapat berkonsentrasi untuk menjawab soal tersebut. Setelah

Page 17: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

17

menjawab soal, peserta ujian tidak akan dapat mengulang soal-soal sebelumnya dan

mengganti jawabannya.

c. Prosedur Pemilihan Item Selama Pelaksanaan Tes

Salah satu prosedur penting dalam CAT adalah pemilihan utem selama pelaksanaan

tes. Prosedur seleksi atau pemilihan item menyangkut beberapa tahap kerja. Prosedur yang

paling sederhana meliputi dua tahap (Azwar, 2003:55), yang akan dijelaskan berikut ini. 1)

Tahap pertama, analisis dan seleksi item berdasarkan evaluasi kualitatif. Evaluasi ini

melihat a) apakah item yang ditulis sesuai dengan blue-print dan indikator perilaku yang

hendak diungkapnya? b) apakah item telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang

benar? c) melihat apakah item-item yang ditulis masih mengandung sosial desirability

yang tinggi? 2) Tahap kedua, adalah prosedur seleksi item berdasarkan data empiris (data

hasil uji coba item pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang

hendak dikenai pengukuran) dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-

parameter item. Pada tahap ini paling tidak dilakukan seleksi item berdasarkan daya

pembeda, tingkat kesulitan item dan tingkat menebak (guessing).

Salah satu metode untuk melakukan prosedur pemilihan item selama pelaksanaan

tes dalam software CAT yang berdasar pada daya pembeda, tingkat kesulitan item dan

tingkat menebak (guessing) adalah sebuah segitiga pohon keputusan (a triangle decision

tree / TDT) (Phankokkruad. 2008: 656). Segitiga pohon keputusan adalah model keputusan

yang berbentuk grafik. Sebuah titik menunjukkan parameter tes sebaliknya ranting

manunjukkan target paramater tes berikunya. Setiap titik hanya ada dua ranting untuk anak

titik dan berisi tiga parameter IRT yaitu tingkat kesulitan, daya beda dan tingkat menebak.

Ranting yang keluar dari titik ada dua yaitu ranting ke arah kiri dan ranting kearah kanan.

Arah ranting ke kanan bila peserta tes menjawab pertanyaan dengan benar dan arah ranting

ke ke kiri bila peserta tes menjawab pertanyaan item yang salah. Gambar dari Segitiga

pohon keputusan

1

2 3

4 5 6 7

Page 18: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

18

Dengan 1,1,,1 jijiji bbb dan jiii bbb ,2,1, ...

Komulatif fungsi fitness:

jicjibjiai ccwbbwaawf 22

aw = bobot dari tingkat kesukaran (a)

bw = bobot dari daya beda (b)

cw = bobot dari tingkat menebak (c)

Maka fungsi fitness adalah

1

1

n

i

ifF

mm FF 1

d. Prosedur Untuk Mengakhiri Tes (Stopping Rule)

Keputusan mengenai kapan harus menghentikan tes CAT adalah elemen yang paling

penting. Jika tes ini terlalu pendek, maka perkiraan kemampuan peserta tes tidak akurat.

Jika tes ini terlalu panjang, maka banyak waktu dan beaya yang terbuang dan

menyebabkan hasil tes tidak valid. Tes CAT berhenti bila: (1) item bank telah habis. Ini

terjadi biasanya dengan bank item kecil ketika setiap item telah diberikan kepada

pengambil tes; (2) seluruh item tes telah diberikan. Jumlah item tes maksimum yang

diperbolehkan untuk diberikan kepada pengambil tes biasanya jumlah item yang sama

seperti pada paper pencils tet; (3) Kemampuan mengukur diperkirakan dengan ketepatan

yang cukup. Setiap respons menyediakan lebih banyak informasi statistik tentang

kemampuan mengukur, meningkatkan presisi dengan menurunkan standar error dengan

pengukuran. Bila ukuran cukup tepat, pengujian berhenti. Error standar yang digunakan

adalah 0,2; (4) Sebuah jumlah minimal item telah diberikan; (5) Setiap kompetensi tes

telah dikerjakan dengan benar; (6) waktu telah habis.

e. Estimasi Kemampuan Peserta tes

Langkah terakhir dalam pengembangan CAT adalah estimasi kemampuan peserta

tes. Banyak metode yang bisa digunakan dalam estimasi kemampuan peserta tes. Salah

satu metode adalah menggunakan Metode Maximum Likelihood (MLE). MLE

menghasilkan estimasi tingkat kemampuan relatif tidak bias (unbiased)

Page 19: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

19

1). Maximum Likelihood

Bila seorang peserta tes dengan tingkat kemampuan θ menjawab tes yang

berisi sebanyak n butir soal pilihan ganda dengan parameter butir (tingkat kesukaran, daya

beda dan guessing) yang sudah diketahui dan sudah diestimasi sebelumnya maka peluang

bersama dari peserta tes sebagai nUUUUp ...., 3,21 . Dalam praktik pengukuran maka

nuuuu ...., 3,21 adalah jawaban dari peserta tes. iu =1 jika jawaban peserta tes adalah benar

dan iu =0 maka jawaban peserta tes yang salah .

Jika asumsi independensi local dipenuhi maka fungsi kemungkinan maximum

likelihood adalah

nn uUuUuUuUpL ....,)( 33,2,211

=

n

i

u

i

u

iii QP

1

1)()( dimana i=1, 2, 3, …n untuk -~ < θ<~ ........

3. Item Pilihan Ganda

Item pilihan ganda (multiple choice) merupakan salah satu bentuk item dari metode

selected response yang paling sering digunakan dan dipilih untuk berbagai keperluan

pengujian. Secara umum item pilihan ganda terdiri dari dua bagian, bagian pertama disebut

stem adalah bagian pokok yang berisi informasi dan permasalahan atau pertanyaan. Bagian

kedua, berupa sejumlah pilihan jawaban (option) yang disediakan untuk menjawab

permasalahan atau pertanyaan stem.

Item pilihan ganda menyediakan sejumlah pilihan tetapi hanya satu jawaban pilihan

jawaban yang benar. Sedangkan yang lain berfungsi sebagai pengecoh (distractors). Model

item pilihan ganda dengan format semacam ini dikategorikan sebagai model konvensional

(Haladyna dkk. 2002; oosterhof: 200)

Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang yang jawabannya dapat diperoleh

dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan ganda ini,

bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup

kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal) adalah kalimat yang berisi

keterangan atau pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan

harus dilengkapi dengan memilih altematif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah

salah satu altematif jawaban yang merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban

yang diinginkan. Sedangkan pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci

jawaban (Mardapi. 2004: 75).

Page 20: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

20

Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:

1). Pokok soal harus jelas

2). Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.

3). Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.

4). Tidak ada petunjuk jawaban benar

5). Hindari mengggunakan pilhan jawaban: semua benar atau semua salah.

6). Pilihan jawaban angka diurutkan.

7). Semua pilihan jawaban logis

8). Jangan menggunakan negatif ganda.

9). Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes

10). Bahasa Indonesia yang digunakan baku.

11). Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Dalam soal pilihan ganda, peserta tes hanya memilih jawabannya tanpa

memberikan alasan mengapa jawaban tersebut dipilih. Butir tes berbentuk pilihan ganda

biasanya diberi skor 1 bila jawaban benar dan diberi skor 0 bila jawaban salah sehingga

butir tes berbentuk pilihan ganda termasuk butir tes dikotomus.

B. Computerized Adaptive Test (CAT) sebagai Sistem Informasi

Sistem informasi yang terkomputerisasi akan melalui siklus-siklus: 1). Identifikasi

Masalah; 2). Penentuan syarat; 3). Analisis kebutuhan sistem; 4). Perancangan sistem; 5).

Implementasi dan mendokumentasikan; 6). Testing dan perbaikan sistem; 7). Evaluasi

sistem (Kendal & Kendal, 2002: 11). CAT sebagai sebuah program adalah termasuk

sebagai software sistem informasi sehingga perlu dipilih dan dilakukan uji kelayakannya.

Program dapat dipilih dengan pertimbangan: 1). Mendapat banyak dukungan dari

lembaga atau pemakai; 2). Mampu meningkatkan kualitas layanan; 3). Basis data yang

dibuat dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan yang banyak; 4). Meningkatkan

proses layanan, dan 5). Mengurangi kesalahan. (Kendal & Kendal, 2002:62). Program

bernilai layak adalah jika dipakai memenuhi kriteria: 1). Kelayakan teknis; 2). Kelayakan

ekonomis dan 3). Kelayakan operasionalitas

Kelayakan teknis, merujuk pada pertanyaan apakah sumber daya teknis yang ada

bisa ditingkatkan sesuai keperluan. Apakah ada teknologi yang memenuhi spesiflkasi yang

diinginkan? Mengenai kelayakan ekonomis, terkait dengan waktu yang dibutuhkan oleh

program, dan nilai uang yang diinvestasikan untuk mengembangkan program terhadap

Page 21: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

21

kemanfaatan yang diperoleh. Di samping itu, biaya operasional juga merupakan faktor

penting yang harus dipertimbangkan. Kelayakan operasional, sangat bergantung pada

sumber daya manusia yang tersedia dan kelangsungan program setelah diinstal. Kriteria

penerimaan adalah adanya permintaan sistem, efektif dan kemudahan operasional.

Dalam penelitian ini hasil software berupa produk CAT memenuhi kriteria-kriteria

yang telah disebutkan di atas. Data untuk menguji pemilihan dan kelayakan dapat

dilakukan melalui wawancara mendetail dan angket terhadap sejumlah pengguna. Grafik

dan diagram dapat digunakan untuk membantu memperkirakan waktu dan beban pekerjaan

yang dilakukan. Untuk penggambaran program yang dihasilkan dapat dilakukan melalui

pembuatan dengan bantuan grafis diagram aliran data atau prototyping (pemodelan) yang

memuat unit antarmuka sistem dengan pengguna.

CAT sebagai sebuah software sistem informasi dalam penelitian ini tak lepas dari

ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Untuk membangun produk software yang efektif dan

berkualitas diperlukan perancangan yang baik mengenai basis data, tampilan output, input,

antarmuka pengguna, dan prosedur masukan data yang akurat

C. Layout Antarmuka Pemakai

Layout antarmuka adalah halaman informasi yang dikirimkan kepada para

pengguna melalui sistem informasi yang dihasilkan oleh peralatan (komputer) (Santoso, I.

2004). Wujud layout dapat berupa data gratis, teks maupun bilangan yang tersimpan dalam

bentuk hard copy laporan tercetak, dan soft copy berupa besaran elektrik pada monitor,

penyimpan elektronik, media magnetik maupun optik.

Pengembangan CAT dalam penelitian ini lebih mengutamakan penampilan output

di layar display. Disain layar yang disarankan oleh Kendal & Kendal, (2002: 28) adalah

sebagai berikut: 1). Buat layar yang sederhana (layout dan pewarnaan); 2). Buatlah

presentasi layar yang tetap konsisten; 3). Tentukan navigasi untuk pengguna se-efektif

mungkin; 4). Ciptakan layar yang menarik.

Produk software tidak hanya dilihat dari segi tampilan, tetapi terkait juga dengan isi

tampilan yang meliputi: Isi, Teks, Grafik, Presentasi dan (Kendal & Kendal, 2002:40).

Isi perlu mempertimbangkan: 1). Mengandung informasi yang penting; 2). Ada

ketersediaan "link" dengan halaman yang lain; 3). Ada bagian untuk saran-saran; 4). Ada

bagian untuk penawaran; 5). Ada kegiatan interaktif yang lain; 6). Gunakan gambar-

Page 22: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

22

gambar metafora dan hindari gambar kartun; 7). Sesuaikan dengan pengguna yang dituju;

8). Gunakan bahasa yang tepat.

Teks perlu mempertimbangkan: 1). Memiliki sebuah judul; 2). Gunakan kata-kata

yang berarti pada kalimat pertama yang muncul; 3). Gunakan kata-kata sedemikian rupa

untuk kemudahan browser; 4). Gunakan model tulisan yang jelas untuk heading, sub-

heading, dan paragraf pertama.

Dalam Grafik, perlu pembuatan grafik yang efektif yaitu: 1). Gunakan format

garnbar yang umum, GIF, JPEG atau BMP, namun dengan ukuran masuk akal; 2). Buat

grafik yang profesional; 3). Buat latar belakang yang sederhana; 4). Gunakan garis

horisontal sebagai penanda batas halaman; 5). Gunakan bullet, tombol navigasi berwarna,

dan bentuk kursor yang berbeda untuk menuju halaman yang lain; 6). Gunakan tiga aturan

klik pada mouse.

Presentasi adalah cara merancang layar tampilan antarmuka agar menarik.

Presentasi yang menarik mempunyai beberapa kriteria diantaranya: 1). Buat desain

tampilan yang menarik; 2). Dapat diakses (down load) dengan cepat; 3). Gunakan ukuran

huruf yang sesuai dan pewarnaan yang serasi; 4). Gunakan garnbar-gambar dan tombol-

tombol yang menarik untuk jalur-jalur akses yang diinginkan; 5). Gunakan gambar grafts

yang sarna dan konsisten dari sejumlah halaman; 6). Hindari penggunaan animasi yang

berlebihan, karena dapat melelahkan penglihatan, dan 7). Sediakan area di sisi halarnan

utama untuk tombol-tombol menuju (hyperlink) ke halarnan yang lain.

Navigasi adalah arah kontrol untuk akses informasi yang diinginkan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pembuatan navigasi diantaranya: 1). Buat perbedaan penunjuk

manakala melintas pada tombol navigasi yang disediakan; 2). Munculkan juga keterangan

singkat target yang dituju saat penunjuk melintas di tombol navigasi; 3) Buat navigasi

yang memungkinkan agar pemakai dapat kembali dengan nyaman jika terjebak pada

halaman yang tidak diinginkan.

D. Pengelolaan Sistem Basis Data.

Pengelolaan sistem basis data merupakan jembatan perantara pengguna dengan

sistem basis data. Menurut Sutanta (1996:24) pengelolaan sistem basis data adalah suatu

perangkat lunak sistem yang memberikan fasilitas untuk melakukan fungsi pengaturan,

pengawasan, pengendalian, pengelolaan dan koordinasi terhadap semua proses yang terjadi

pada sistem basis data. Basis data menurut Kroenke (1995:14) sebagai kumpulan terpadu

Page 23: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

23

mengenai data yang terstruktur atas hubungan data alami yang menyediakan semua

keperluan akses masing-masing unit data yang diperlukan pemakai yang berbeda-beda.

Basis data adalah sekumpulan data yang saling berhubungan dan disimpan bersama dengan

menghindarkan redundansi namun bersifat independent dan dapat diakses oleh pengguna

untuk memenuhi keperluan berbagai aplikasi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan basis data adalah sekumpulan data

materi testing yang saling berhubungan dan disimpan bersama dengan menghindarkan

redundansi namun bersifat independent dan dapat diakses oleh pengguna yaitu

administrator, guru dan siswa untuk memenuhi berbagai keperluan aplikasi pengukuran.

Pengolahan model evaluai pada sistem basis data dengan menggunakan bantuan

komputer memiliki berbagai kelebihan dibanding jika dilakukan secara manual. Kroenke

(1995) menyebutkan bahwa operasi-operasi dasar basis data me1iputi: 1. Pembuatan basis

data baru (create data base), 2. Penghapusan basis data (drop data base), 3. Pembuatan

tabel basis data (create table), 4. Penghapusan tabel basis data (drop table), 5.

Penambahan/pengisian basis data (insert data), 6. Pengambilan/ pencarian data

(retrieve/search), 7. pengubahan data (update), 8. Penghapusan data (delete).

Pengelolaan dan pemanfaatan dengan model sistem basis data secara komputer

memiliki keuntungan (Kendak & Kendal, 2002), sebagai berikut: 1. Kecepatan dan

kemudahan (speed), 2. Efisiensi ruang penyimpan (space), 3. Keakurasian (acuracy), 4.

Ketersediaan (availability), 5. Kelengkapan (completeness), 6. Keamanan (security), 7.

Kebersamaan pemakaian (sharability).

Bangunan model evaluasi dengan sistem basis data secara lengkap diperlukan

adanya komponen-komponen pembangun. Setiap komponen merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Kroenke (1995), komponen utama pembangun

sistem tersebut adalah: 1. Perangkat keras (hardware), 2. Sistem operasi (operating

system), 3. Basis data (data base), 4. Sistem pengelolaan basis data (data base

management system), 5. Pemakai (user), 6. Program aplikasi (aplication program).

E. Kerangka Pikir

Berdasar kajian teori tersebut di atas, maka kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran dengan menggunakan tes.

Sebagian besar bentuk tes selama ini menggunakan metode papper and pancil.

Page 24: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

24

Perkembangan terkini, bentuk tes yang menggunakan bantuan teknologi komputer yang

disebut Computerized Adaptive Testing (CAT). Penggunaan CAT dalam tes memiliki

banyak kelebihan dibanding metode papper and pencils. Dalam pembuatan program CAT,

bank soal yang disiapkan telah dilakukan kalibrasi untuk mengetahui tingkat kesukaran,

daya beda dari butir soal dan tingkat menebak (guessing). Butir soal yang baik adalah yang

memiliki tingkat kesukaran antara 0.0 – 2.0, memiliki daya beda antara -2.0 – 2.0 dan

tingkat menebak = k

1, dengan k = banyak opsi jawaban.

Bank soal yang terdiri dari butir-butir soal yang baik akan menjadi pertimbangan untuk

melakukan prosedur pemilihan item awal, biasanya item tes awal memiliki tingkat

kesukaran, daya beda dan tingkat menebak yang sedang. Hal ini dilakukan bila peserta tes

yang memiliki kemampuan ektrim tinggi apabila diberi item tes awal yang rendah maka

akan memerlukan waktu yang lama untuk mencari soal yang sesuai denga kemampuannya.

Dari respon peserta dalam menjawab benar atau salah dilakukan estimasi kemampuan

menggunakan metode Maximum Likelihood. Dari hasil estimasi kemampuan ini maka

software CAT yang berbasis daya beda (b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat menebak (c)

dalam prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes akan mengambil soal berikutnya

dengan pertimbangan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian dilakukan metode untuk

penskoran tes.

Langkah berikutnya dilakukan prosedur untuk mengakhiri tes agar tes bisa lebih

efisien. Langkah terakhir dalam pembuatan program CAT adalah Estimasi Kemampuan

Peserta tes, estimasi kemampuan peserta tes juga menggunakan metode Maximum

Likelihood. Program Software CAT dibuat menggunakan bahasa pemograman Delphi.

Software basis data menggunakan My SQL

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasar uraian di atas maka pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas butir-butir test pada bank soal dalam pengembangan software

CAT?

2. Bagaimana software CAT yang berbasis daya beda (b), tingkat kesukaran (a) dan

tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes.?

3. Bagaimana mencari estimasi kemampuan peserta tes menggunakan metode

Maximum Likelihood (MLE) dalam pengembangan software CAT?

Page 25: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Dalam penelitian mengembangkan program software CAT yang berbasis daya beda

(b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama

pelaksanaan tes menggunakan pendekatan penelitian Research and Development (R&D).

Ada dua tahapan dalam pelaksanaan yaitu: tahap pengembangan produk dan tahap

implementasi produk.

Pada tahap pertama dalam pengembangan produk, langkah yang diambil mengikuti

yang dikemukakan oleh Kendal dan Kendal serta Pressman dan telah dilengkapi oleh

Rolston (1988: 138) dengan langkah-langkah seperti gambar berikut ini:

Dalam tahap 1 pemilihan dan analisis kebutuhan system yang akan dilakukan

adalah pengumpulan informasi yang berfungsi untuk need assessment sebagai desain

penyusunan model. Berdasarkan informasi yang terkumpul dibuat prototipe perangkat

lunak. Proses kembali ke pemilihan dan analisis kebutuhan jika dalam pengembangan

prototipe ada kekurangan informasi. Langkah ini dinamakan PROBLEM REVISION.

Pada langkah ini dilakukan terus menerus untuk memperoleh langkah yang

representative. Langkah akan berlanjut ke langkah berikutnya apabila ruang lingkup

permasalahan yang diselesaikan telah terpenuhi.

Langkah kedua dalam perancangan logaritma dilakukan pembuatan sistematika

kerja program perangkat lunak (software) yang berdasarkan langkah pertama. Dengan

langkah pada algoritma kemudian menerjemahkan algoritma ke dalam kode program. Pada

langkah kedua ini akan kembali ke langkah perancangan algoritma apabila terdapat kode

program yang tidak sesuai dengan algoritma. Langkah kedua ini dinamakan

FORMALISM REVISION.

Proses ini juga bisa menuju ke langkah pertama bila terdapat informasi yang belum

lengkap dan kurang sesuai dengan langkah pada langkah pertama. Proses pada langkah

kedua ini akan menuju ke langkah ketiga bila target telah terpenuhi yaitu mendapatkan

sebuah program yang mampu digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Langkah ketiga pengujian perangkat lunak (debugging) yaitu langkah untuk

menemukan kesalahan yang mungkin terjadi. Ada tiga kesalahan yang mungkin terjadi

Page 26: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

26

yaitu: 1) Syntax error (kesalahan kalimat), 2). Run time error (kesalahan saat dijalankan),

dan 3). Logic error (kesalahan fungsi dan hasil dari penalaran logika). Dari langkah ini

dijadikan dasar proses perbaikan dan penyempurnaan program. Proses ini akan kembali ke

pengujian program jika masih ada kesalahan yang menyebabkan program belum berfungsi

seperti yang diharapkan. Langkah ketiga ini dinamakan EVOLUTIONARI REVISION.

Proses akan kembali ke langkah kedua (Formalism revision) jika ada kesalahan

yang disebabkan oleh algoritma dan penulisan kode program yang belum sesuai dengan

langkah ke dua. Atau bahkan akan ke langkah pertama (problem revision) apabila ada

kesalahan algoritma dank ode program yang kurang sesuai yang disebabkan oleh adanya

algoritma dan kode program yang belum sesuai pada langkah pertama.

Langkah-langkah ini adalah berbentuk siklus hidup untuk mengembangkan

software CAT . Dalam siklus-siklus ini mengalami proses berulang jika pada langkah

tertentu ada kesalahan. Proses akan berulang pada bagian yang ditemukan kesalahan.

Siklus akan bergerak terus menerus sehingga diperoleh perangkat lunak yang secara

operasional dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Tahap kedua adalah tahap pengembangan, dalam tahap proses pengembangan

menerapkan produk dalam situasi kelas yang sesungguhnya. Proses ini mengikuti langkah

dari Borg & Gall (1983: 774-776)

1. Research and information collecting yaitu melukan review literatur, observasi

kelas yang akan dijadikan implementasi dan mempersiapkan pelaksanaan.

2. Planning yaitu mendefinisikan skill yang akan diamati, menentukan urutan-urutan

tujuan yang hendak dicapai dan menguji

3. Devolop preliminary from product yaitu mempersiapkan materi, instruksional

yang akan diberikan (memilih, mengorganisasi, mengemas materi, buku pegangan,

peralatan evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan.

4. Preliminary field testing yaitu menggunakan produk dalam situasi kelas yang

sebenarnya

5. Main product revision yaitu perbaikan product berdasarkan informasi hasil analisis

data

6. Main field testing yaitu menggunakan product hasil percobaan di kelas

7. Operational product revision yaitu melakukan kembali proses perbaikan dan

penyempurnaan product berdasarkan masukan-masukan dan analisis data yang

terkumpul.

Page 27: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

27

8. Operational field testing yaitu menggukan kembali hasil product yang telah

diperbaiki

9. Final product revision yaitu memperbaiki product akhir dengan diperoleh product

yang lebih sempurna

10. Desimination and implementation yaitu melaporkan hasil product akhir yang telah

disempurnakan dan disebarluaskan untuk lingkup yang leih luas.

B. Uji Coba Produk

Uji coba produk software CAT yang berbasis daya beda (b), tingkat kesukaran (a)

dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes akan

dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Desain Uji Coba

Uji coba dilakukan setelah software CAT jadi kemudian dilakukan uji coba kepada

mahasiswa baru STAIN Salatiga tahun akademik 2010/2011 dalam rangka uji coba

dalam plecement tes SIBA (Studi Intensif Bahasa Arab)

2. Subyek Coba

Subyek coba adalah mahasiswa baru STAIN Salatiga tahun akademik 2010/2011

dalam rangka uji coba dalam plecement tes SIBA (Studi Intensif Bahasa Arab)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini adalah pengembangan perangkat lunak software CAT berbasis daya

beda (b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat menebak (c) dalam prosedur pemilihan item

selama pelaksanaan tes dilakukan di:

1. Tempat penelitian (pengembangan software): Laboratorium Komputer Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

2. Tempat penelitian (implementasi software): STAIN Salatiga.

3. Waktu penelitian: 6 bulan (Juli – Desember 2010).

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang dilibatkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Bank soal ujian

plecemen test SIBA STAIN Salatiga; 2. Uji kelayakan, dan evaluasi produk yaitu: ahli

media, dan teman sejawat (programmer ahli)

Page 28: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

28

E. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian meliputi:

1. Lembar observasi identifikasi kebutuhan

2. Lembar observasi kelayakan produk (pengujian Internal)

3. Lembar evaluasi produk (pengujian eksternal)

Lembar evaluasi produk (pengujian eksternal) meliputi:

a. Validasi produk

b. Verifikasi kriteria produk standar

c. Validasi standar produk

Keterangan: beri nomor dengan ketentuan 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, 4=amat

baik

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan CAT ini

meliputi: 1). Satu unit komputer, untuk membuat software CAT; 2). Scanner, untuk

pengambilan data gambar dan hasil respon peserta tes; 3). Camera digital Handycam untuk

pengambilan gambar hidup yang diperlukan bagi program; 4). Printer, untuk mencetak

hasil-hasil kerja; 5). Perangkat lunak Delphi untuk membuat kode program; 6). Perangkat

keras pendukung: flash disk dan CD.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pengembangan software CAT ini

menggunakan teknik analisis deskriptif evaluatif. Penelitian ini akan menguji kelayakan

produk software yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta menggunakan

software CAT software CAT berbasis daya beda (b), tingkat kesukaran (a) dan tingkat

menebak (c) dalam prosedur pemilihan item selama pelaksanaan tes. Pengujian dilakukan

untuk menentukan kelayakan, kemampuan dan kualitas produk.

Page 29: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

29

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston:

Allyn and Bacon.

Allen, M.J. & Yen, W.M. (1979). Introductions to measurement theory, Belmont, CA:

Wadsworth, Inc.

Ariel, A., Linden, W.J., & Veldkamp, B.P. (2006). A Strategi for Optimizing Item-Pool

Management. Journal of Educational Measurement. Vol. 43, No. 2, p. 85–96.

Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_. New

York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Drasgow, F., & Buchanan, J.B. (1999). Innovations in Computerized Assesment. Lewrence

Erlbaum Associates, Publishers. New Jersey, London.

Flaugher, R. (2000). Item Pool. Dalam Wainer, H. (Ed), Computerized adaptive testing: A

Primer (2 nd ed.) hal. 37 - 59). Mahwah, NH: Lawrence Erlbaum Associates.

Forsyth, I. (1998). Teaching and Learning Material dan the Internet. Second Edition.

London: Bidles Ltd.

Haladyna, T.M., Downing, S. M., & Rodrigues, C. (2002). A Review of Multiple Choice

Item-Writing guidelines for Classroom Assesment. Aplied Measurement in

Education, 15(3) 309-334.

Hambleton, R.K. & Swaminathan, H. & Rogers, H.J. (1991). Fundamental of Item

response theory, Newbury Park, CA: Sage Publication Inc.

Hambleton, R.K. & Swaminathan, H. (1995). Item response theory, Boston, MA: Kluwer

Inc.

Hambleton, R.K. & Linden, W.J. (1997). Handbook of modern item response theory,

Springer, New York: Edwards Brothers Inc.

Hopkins, K.D., Stanley, J.C., & Hopkins, B.R. (1990). Educational and Psychological

Measurement and Evaluation. Sevent Edition. Prentice Hall. Ney Jersey.

Hullin, C.L., et.al. (1983). Item response theory: Application to psichologycal

measurement. Homewood, IL : Dow Jones-Irwin.

Keung, C., Chang, H.H., & Hua. (2003). Computerized Adaptive Testing : Comparison of

Three Content Balancing Methods. Journal of Technology, Learning, and Assesment.

Vol. 2, No. 5.

Kit, T.H., & Chang, H.H. (2001). Item Selection in Computerized Adaptive Testing :

Should More Discriminating Item be Used First? Journal of Education Measurement.

Vol. 38. No. 3. p:249 – 266.

Kroenke. J.M. (1975). Computer Database Organization. NJ: Prentice Hall International.

Inc.

Linden, W.J., & Veldkamp, B.P. (2004). Contraining Item Exposure in Computerized

Adaptive Testing. Journal of Educational and Behavioral Statistics. Vol. 29, No. 3 p.

273. Washington.

Linden, W.J., Ariel, A., & Veldkamp, B.P. (2006). Assembling a Computerized Adaptive

Testing Item Pool as a Set of Linear Tests. Journal of Educational Behavioral

Statistics. Vol. 31, No. 1, p. 81 – 99.

Page 30: S A L A T I G Ae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1213/1...dengan menggunakan tes. Selama ini, sebagian besar alat untuk mengukur tes menggunakan kertas dan pencil (papper and

30

Linden, W.J. (2006). Optimal Assembly of Test With Item Sets. Computer Testing Report

99 - 04.

Mardapi, Djemari (2004). Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: PPs UNY

Yogyakarta.

Masters, N.G. & Keeves, P.J. (1999). Advances in Measurement in Educational Research

and Assesment. Pergamon, An Imprint of Elsevier Science, New York.

Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. (1973). Measurement and evaluation in education and

psychology. New York : Hold, Rinehart and Wiston, Inc.

Mislevy, R.J. & Bock, R.D. (1990). BILOG 3 : Item analysis & test scoring with binary

logistic models. Moorseville: Scientific Software Inc.

Murshel, J.L. (1954). Successfull Teaching, Its Psychological Principles. USA: Mc. Graw

Hill Book Company Inc.

Lord, F.M. (1980). Applications of item response theory to practical testing problems,

Hillsdale, NJ : Erlbaum.

Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio:

Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.

Nunally, Jum C. (1978). Psychometric Theory, Second Edition. New Delhi: Tata

McGrawHill Publishing Company Limited.

Oosterhof, A. (2003). Developing and Using Classroom Assesment (3th ed). Upper Saddle

River: Merrill Prentice Hall

Popham, W. J. (1995). Classroom Assesment: what Teachers need to know. Boston: Allyn

and Bacon.

Reckase, M. D. (2003). Item pool design for computerized adaptive testing. Annual

meeting of the national council of measurement in education, Chicago, IL, April

2003.

Sutanta, E. (1996). Sistem Basis Data; Konsep Dan Peranannya Dalam Sistem Informasi

Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset

Syaifudin Azwar. (2004). Reliabilitas dan validitas (Edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wainer, H. (1990). Computerized Adaptive Testing : A Primer. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates, Publisher

Weiss, D.J. (2004). Computerized Adaptive Testing for Effective and Efficient

Measurement in Counseling and Education. Measurement and Evaluation in

Counseling and Development. Vol. 37, pg. 70.

Yan, D., Lewis, C., & Stocking, M. (2004). Adaptive Testing With Regression Trees in

Presence of Multidimensionality. Journal of Educational and Behavioral Statistics,

Vol 29, No. 3. p.293 -316.

Yi, Q., Tiangyou, & Ban, C.J. (2001). Effects of scale transformation and test-termination

rule on the precision of ability estimation in computerized adaptive testing.

JEM., Vol. 38, Iss. 3; pg. 267, 26 pgs.