ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

26
I. PENDAHULUAN Isu nasional tentang kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan manifestasi dari kebutuhan energi yang semakin hari semakin meningkat. Sementara itu ketersediaan sumber energi utama berupa minyak bumi semakin menipis. Estimasi Indomigas (2009) menyatakan bahwa ketersediaan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan untuk jangka waktu 15 tahun ke depan sehingga akan menjadi ancaman serius bagi ketersediaan energi nasional. Kondisi tersebut memerlukan upaya preventif dini terhadap krisis energi serta menemukan solusi terhadap sumber energi alternatif pengganti BBM dari sumber-sumber terbarukan atau bioenergi. Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari mataerial biologis baik tumbuhan maupun hewan melalui serangkaian proses spesifik seperti ekstraksi dan fermentasi yang menghasilkan sumber energi seperti; biodisel dan bioetanol (IAEA, 2009). Selain itu juga biogas, biobriket dan biooil. Jenis energi ini diketahui sangat ramah lingkungan sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan dalam jumlah yang besar, karena bahan bakunya berasal dari singkong, tebu, jagung, kelapa, biji jarak, kelapa sawit, bunga matahari, kotoran hewan, kulit hewan, lemak hewan dan sebagainya. Jenis bioenergi ini sangat tepat dikembangkan 1

description

 

Transcript of ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Page 1: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

I. PENDAHULUAN

Isu nasional tentang kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan manifestasi

dari kebutuhan energi yang semakin hari semakin meningkat. Sementara itu ketersediaan

sumber energi utama berupa minyak bumi semakin menipis. Estimasi Indomigas (2009)

menyatakan bahwa ketersediaan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan untuk

jangka waktu 15 tahun ke depan sehingga akan menjadi ancaman serius bagi

ketersediaan energi nasional. Kondisi tersebut memerlukan upaya preventif dini

terhadap krisis energi serta menemukan solusi terhadap sumber energi alternatif

pengganti BBM dari sumber-sumber terbarukan atau bioenergi.

Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari mataerial biologis baik tumbuhan

maupun hewan melalui serangkaian proses spesifik seperti ekstraksi dan fermentasi yang

menghasilkan sumber energi seperti; biodisel dan bioetanol (IAEA, 2009). Selain itu

juga biogas, biobriket dan biooil. Jenis energi ini diketahui sangat ramah lingkungan

sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan dalam jumlah yang besar,

karena bahan bakunya berasal dari singkong, tebu, jagung, kelapa, biji jarak, kelapa

sawit, bunga matahari, kotoran hewan, kulit hewan, lemak hewan dan sebagainya. Jenis

bioenergi ini sangat tepat dikembangkan di pedesaan seluruh Indonesia. Usaha ini dapat

mengurangi jmulah pengangguran dan krisis energi serta mampu menggerakan sektor

agribisnis.

Program pemanfaatan bioenergi dalam skala industri merupakan salah satu

prioritas utama pemerintah dalam rumusan strategi pembangunan jangka panjang. Salah

satu jabaran spesifik dari program ini adalah mewiraswastakan produk bioenergi pada

masyarakat umum khususnya di wilayah pedesaan (ground level). Dalam menjalankan

program tersebut masih ditemukan permasalahan kewiraswastaan bioenergi untuk dapat

diterapkan secara terpadu dalam konteks pemberdayaan dan pengembangan yang

berorientasi kepada lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan kewirausahaan inovatif.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam mewiraswastakan bioenergi di

pedesaan antara lain meliputi keterbatasan teknologi, finansial, sumber daya manusia

1

Page 2: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

dan arah kebijakan pemerintah. Meski telah dilakukan beberapa studi pemetaan terhadap

sumber bahan baku bioenergi dan teknologi pengelolaannya di Indonesia, akan tetapi

realisasinya belum memperlihatkan dampak yang signifikan. Beberapa program

pemberdayaan bioenergi di pedesaan selama ini hanya bersifat temporer dan belum

memasyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat melalui program kewiraswastaan bioenergi pedesaan perlu

dilakukan analisis yang mendalam mengenai beberapa hal penting yaitu :

1. Jenis bioenergi seperti apasaja yang bisa dikembangkan di wilayah pedesaan

Indonesia?

2. Faktor-faktor kunci apasajakah yang memungkinkan mendukung

pengembangan kewiraswastaan bioenergi yang berorientasi kepada

lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan yang beorientasi

kepada kewirausahaan inovatif?

Penulisan makalah ilmiah ini bertjuan unttuk mengikuti final Olimpiade Sains

Nasional Perguruan Tinggi Indonesia (OSN PTI) 2010 tingkat provinsi Sumatera Barat,

namun hasil penelitian juga diharapkan mampu memberikan gambaran spesifik tentang

konsep bioenergi yang dapat diterapkan di pedesaan. Serta faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan konsep bioenergi tersebut di pedesaan.

2

Page 3: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Urgensi Konversi Energi

Para ilmuwan menyatakan bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak

dapat diperbarui serta tidak ramah lingkungan. Selain terancam punah, bahan bakar jenis

ini dikenal pemicu polusi udara yang sangat membahayakan bagi kesehatan. BBM yang

digunakan oleh kendaraan bermotor saat ini menghasilkan zat beracun seperti CO2, CO,

HC, NOX, SPM dan debu. Hal ini menyebabkan gangguan pernapasan, kanker, dan

kemandulan (Tusdian, 2009).

Tingginya harga bahan bakar fosil menutut berbagai negara untuk mencari

sumber-sumber energi alternatif terbarukan, seperti bioenergi. Sumber daya energi ini

jika dikelola dengan baik, mampu menjadi sumber energi yang berkelanjutan dan dapat

memenuhi kebutuhan energi nasional serta ramah lingkungan. Pemanfaatan bioenergi

terbarukan yang sedang digalakan adalah energi biomassa. Energi biomassa ini berasal

dari bahan organik yang sangat beragam jenisnya. Sumber energi biomassa berasal dari

tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan bahkan sampah. Energi dari

biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan panas, bahan bakar dan membangkitkan

listrik.

2. 2 Bahan Baku Bioenergi dan pemerosesannya

Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik sumber daya lahan dan iklim peta skala

1:1.000.000, dari luas daratan Indonesia sekitar 188,20 juta ha, lahan yang sesuai untuk

pengembangan pertanian mencapai 100,80 juta ha baik untuk lahan basah (sawah,

perikanan air payau atau tambak) maupun lahan kering (tanaman pangan, tanaman

tahunan/perkebunan, dan padang penggembalaan ternak). Sementara itu, berdasarkan

hasil evaluasi potensi sumber daya lahan untuk beberapa komoditas penghasil bioenergi,

terdapat 76.475.451 ha lahan yang sesuai untuk kelapa sawit, kelapa, tebu, jarak pagar,

kapas, ubi kayu, dan sagu. Penyebaran lahan terluas terdapat di Papua, Kalimantan, dan

Sumatera (Mulyani, 2008).

3

Page 4: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Data yang lebih detail pada skala tinjau (1:250.000), yang dapat digunakan untuk

perencanaan dan pengembangan pertanian di tingkat provinsi, baru mencakup 62%

wilayah Indonesia. Data sumber daya lahan untuk kawasan barat Indonesia (Sumatera

dan Kalimantan) relatif lebih lengkap dibandingkan dengan kawasan timur Indonesia.

Peta yang lebih operasional di lapangan untuk tingkat kabupaten dan kecamatan adalah

pada skala semidetail atau tinjau mendalam (1:50.000−1:100.000). Namun, data pada

skala ini masih sangat terbatas, baru mencakup 15% wilayah Indonesia dan pada luasan

kecil dan terpencar. Makalah ini mengulas ketersediaan sumber daya lahan baik pada

skala eksplorasi (1:1.000.000) maupun tingkat tinjau (skala 1:250.000) untuk

pengembangan komoditas penghasil bioenergi, khususnya kelapa sawit, kelapa, jarak

pagar, kapas, tebu, dan ubi kayu, serta arahan pengembangannya (Mulyani, 2008)

Gambar 1. Potensi lahan untuk pengembangan komoditas penghasil bioenergi di Indonesia (Las dan Mulyani 2006).

Indonesia dengan sebagian besar mata pencaharian penduduknya dibidang

pertanian, serta luas daratan Indonesia yang begitu luas mencapai 188,20 juta ha, dengan

jenis tanah, iklim, fisiografi, dan elevasi yang beragam. Keadaan tersebut mendukung

pertumbuhan Indonesia menjadi negara yang kaya akan alam termasuk di bidang

4

Page 5: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

pertanian dan memungkinkan untuk pengusahaan berbagai jenis tanaman, termasuk

komoditas penghasil bioenergi.

Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari material biologis baik tumbuhan

maupun hewan melalui serangkaian proses ekstraksi dan fermentasi yang menghasilkan

sumber energi seperti; biodisel dan bioetanol (IAEA, 2009). Material-material biologis

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku bioenergi dapat memanfaatkan

komoditas perkebunan, pertanian, dan peternakan. Bahan baku ini diolah menjadi

produk yang berpotensi sebagai bahan bakar. Beberapa tanaman yang potensial sebagai

penghasil bioenergi adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kapas, kanola, dan

rapeseed untuk biodiesel, serta ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah, dan

lontar untuk bioetanol (Sumaryono 2006). Pemanfaatan bahan ini sebagai sumber energi

mendekati ideal, karena ketersediannya dapat diperbaharui dan tidak banyak

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Apalagi penggunaan bioenergi saat

ini baru sekitar 5% dari kebutuhan total energi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bioenergi

bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita kenal sekarang

mempunyai dua bentuk, yaitu tradisional dan modern. Bioenergi tradisional yang sering

kita temui yaitu kayu bakar, sedangkan bioenergi yang lebih modern di antaranya

bioetanol, biodiesel, PPO atau SVO, minyak bakar, biogas dan biobriket. Jalur konversi

biomassa menjadi berbagai jenis bioenergi disajikan pada Gambar 2 di bawah ini:

5

Page 6: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Gambar 2. Jalur konversi biomassa menjadi berbagai jenis bioenergi

Beberapa konsep bioenergi yang sudah dikembangkan berdasarkan gambar

diatas adalah biobriket yang berupa bahan bakar padat, biogas yang berupa gas methan

yang dihasilkanb dari kotoran ternak dan sampah organic, bioetanol dari proses

fermentasi gula dan biodiesel yang berasal dari minyak nabati.

Menuru Ilham (2010), konsep bioenergi secara biogas sangat bagus diterapkan di

daerah pedesaan yang jauh dari sumber listrik dan penduduknya banyak memelihara

hewan ternak. Di provinsi Sumatera Barat konsep bioenergi ini sudah diterapkan di

Nagari Simarosok Kabupaten Agam dengan kondisi daerahnya yang berbukit-bukit.

Bioetanol dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dengan kandungan hidrokarbon

tinggi. Proses fermentasi biomassa dapat menghasilkan etanol. Etanol sintesis (sering

disebut metanol atau metil alkohol atau alkohol kayu) terbuat dari etilen, salah satu

derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan ini diperoleh dari proses sintesa kimia yang

6

Biomassa

PembakaranLangsung

Konversi Termo-kimiawi

Konversi Bio-kimiawi

Pencernaananerobik

Fermentasihidrolisis

Pengarangan

Pirolisis

Gasifikasi

Esterifikasi/transesterifikasi

Panas

Etanol

Syngas/Gas fuel

Indirectliquifaction

Direct liquifaction

Biodisel

Gas metan

Bahan bakar cair

Bahan bakarpadat

Tungku/boiler

Page 7: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses

biologi (enzimatik dan fermentasi).

Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung

komponen pati atau selulosa seperti; jagung, singkong, dan sagu. Pada tahap persiapan,

bahan baku berupa padatan harus dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan gula

sebelum difermentasikan untuk menghasilkan etanol, sedangkan bahan-bahan yang

sudah dalam bentuk larutan gula (seperti molase) dapat langsung difermentasi. Dalam

dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,

campuran untuk minuman keras (sake atau gin), serta bahan baku farmasi dan

kosmetika.

Bioetanol ini dapat digunakan sebagai substitusi bahan bakar bensin. Bila

dicampur dengan bensin, bioetanol dapat menaikkan angka oktan pada bahan bakar.

Angka oktan pada bahan bakar mesin menunjukkan kemampuan menghindari

terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya. Angka oktan yang tinggi

secara langsung akan meningkatkan efisiensi kerja mesin modern. Keuntungan lain

penggunaan ethanol sebagai bahan bakar adalah rendahnya emisi gas berbahaya hasil

pembakaran daripada pembakaran buang bensin.

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak hewani, ganggang atau bahkan

minyak goreng bekas. Minyak nabati merupakan bahan baku yang umum digunakan

untuk menghasilkan biodiesel. Sedangkan biodiesel digunakan sebagai sumber energi

alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan yang

tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Selain itu bisa sebagai zat aditif diesel

untuk mengurangi emisi gas buang dan juga sepenuhnya sebagai bahan bakar

kendaraan. Biodiesel ini dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan

alkohol menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu,

sehingga akan dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau etil

ester) dan gliserin.

Kelemahan penggunaan biodiesel atau etanol murni sebagai bahan bakar

kendaraan adalah perlu adanya modifikasi pada mesin terlebih dahulu karena etanol dan

7

Page 8: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

biodiesel akan bereaksi dengan karet dan plastik konvensional. Kerugian lainnya yaitu

bila ethanol dan biodiesel diproduksi dalam skala besar maka akan meningkatkan beban

lingkungan dengan adanya perkebunan mono kultur atau perkebunan dengan satu jenis

tanaman yang menghasilkan bioenergi tersebut. Hal ini dapat mengurangi produktivitas

tanah dan menggangu keseimbangan ekosistem.

Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodisel ini memiliki beberapa

kelebihan. Diantaranya,mudah diperoleh, proses pembuatan cepat, serta tingkat

konversinya mencapai 95 %.

2.3 Perkembangan bioenergi dan strategi bisnis bioenergi di Indonesia

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan, agroklimat dan

sumber daya manusia yang memadai. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang

cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi

optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan usaha agribisnis.

Penggunaan sumber energi nabati (bioenergi) merupakan pilihan yang paling tepat,

mengingat kondisi lahan, agroklimat dan sebagian besar penduduknya bertumpu pada

pertanian. Pengembangan bioenergi ini disamping dalam rangka upaya diversifikasi

pengelolaan hasil pertanian, juga menunjang diversifikasi energi dalam mengatasi krisis

energi (Atmojo,2005).

Penelitian di bidang bioenergi bukanlah barang baru di dunia ini. Peluang

aplikasi bioenergi untuk di industrialisasi telah lama digunakan dan sekarang telah

memasuki tahapan produksi secara massal yang siap dikomersialisasikan. Beberapa

tahun mendatang, bioenergi akan menjadi energi alternatif dan mampu bersaing dengan

minyak dan gas bumi (migas) dalam mempertahankan ketahanan energi di dunia.

Pemerintah kita sebenarnya sudah cukup tanggap dalam mengeluarkan

kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan bioenergi. Hal ini bisa kita

lihat dari beberapa peraturan yang sudah dikeluarkan pemerintah. Peraturan Pemerintah

No. 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Instruksi

Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati

8

Page 9: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

(Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Keputusan Menteri ESDM No. 0002 tahun 2004

tentang Kebijakan Energi Hijau. Keputusan Menteri ESDM No.1122K/30/MEM/2002

Pedoman Pembangkit Skala Kecil Tersebar. Peraturan Menteri ESDM No. 002/2006

tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah

(Tusdian, 2007)

Pemerintah harus memberi perhatian khusus pada pengembangan sumber energi

bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Indonesia berpotensi sebagian produsen

bioetanol terbesar di dunia. Menurut Tusdian (2010) ada 3 kelompok tanaman sumber

bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang,

kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung), bergula (tetes

tebu atau molase, nira aren, nira tebu nira surgum manis) dan serat selulosa (batang

sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas). Seluruh bahan baku itu semuanya ada

di Indonesia. Bahan yang mengandung pati, glukosa, dan serat selulosa ini bisa

dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Baru segelintir produsen Indonesia mencetak

keuntungan dari proses nilai tambah bioethanol ini, padahal banyak perusahaan seperti

PERTAMINA, pabrik kosmetik, parfum, farmasi, dll. sangat membutuhkan dan siap

menampung dalam jumlah berapapun produk bioethanol ini, jadi potensi kedepan yang

sangat menjanjikan.

Peran energi bagi masyarakat miskin pedesaan sangat penting karena hampir 1,6

miliar masyarakat di dunia ini tidak punya akses listrik, dan 2,5 miliar orang

menggunakan bioenergi tradisional seperti kayu bakar, arang, dan kotoran hewan untuk

memasak. Ekspansi yang sangat cepat sektor bioenergi dapat mempengaruhi ketahanan

pangan tingkat rumah tangga dan tingkat nasional melalui empat dimensi yaitu

ketersediaan, akses pangan, volatilitas harga, dan konsumsi. Selain itu harus dilihat juga

dampak terhadap pendapatan produsen/petani (Nainggolan, 2007). Pengembangan

bioenergi diharapkan dapat menyerap tenaga kerja 3,5 juta hingga tahun 2010 sekaligus

mengurangi pengangguran. Selain itu, keberadaan energi alternatif ini diharapkan dapat

menghemat BBM, apalagi harga BBM saat ini sangat tinggi.

9

Page 10: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Strategi pengembangan bioenergi ke depan haruslah sinergis dengan peningkatan

ketahanan pangan dan penurunan kemiskinan. Strategi yang membebaskan manusia dari

kemiskinan, kelaparan. Sistem bioenergi skala kecil berpotensi menyediakan energi

dengan biaya murah, khususnya di daerah terpencil, meningkatkan peluang kerja dan

pertumbuhan ekonomi dan menurunkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan

mengumpulkan kayu bakar dan asap. Bagi Indonesia, inilah peluang terbaik yang harus

kita manfaatkan. Karena 70 persen masyarakat miskin (labor intensive) berada

dipedesaan. Pengembangan kewirausahaan inovatif bioenergi harus dapat mendorong

perekonomian dan dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. (Nainggolan, 2007)

10

Page 11: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 Jenis bisnis bioenergi pedesaan yang dapat dikembangkan di Indonesia.

Bisnis bioenergi pedesaan sangat cocok di kembangkan di Indonesia. Ada

beberapa bisnis bioenergi yang sudah cukup berkembanga diantaranya; biogas,

biobriket, bioethanol dan biodiesel. Diantara empat konsep tersebut, bisnis bioenergi

secara biogas dan biobriket lebih mudah untuk diterapkan dan dikembangkan

masyarakat. Kemudahan ini berdasarkan ketersedian bahan baku dan proses pembuatan

bioenerginya.

1. Biogas

Biogas merupakan bahan bakar berbentuk gas, hasil metanisasi bahan-bahan organik.

Mengandung metana (50-70 %), CO2 (25-45 %) serta gas-gas hidrogen. Dalam

pengolahannya membutuhkan bahan baku seperti kotoran ternak, kotoran manusia dan

sampah-sampah organik lainnya.

Proses pembuatan biogas: bahan baku biogas dimasukan dalam instalasi

pengolahan. Setelah itu ditambahkan dua macam bakteri, yaitu bakteri pembentuk asam

(Pseudomonas, Eschercia, Alcaligenes) dan bakteri pembentuk gas metana

(Methanobacterium, Methanosarcina, Methanococcus). Pengolahan ini harus melalui

tiga proses, yakni: hidrolisis senyawa rantai panjang menjadi senyawa sederhana,

asidifikasi pembentukan asam organik dan perkembangbiakan bakteri, metanisasi

menghasilkan gas metana. Pengadukan juga perlu dilakukan agar dasar timbunan tidak

berkerak. Gas metana yang dihasilkan disalurkan melalui pipa kemudian dikondensasi

kebentuk cairan.

2. Biobriket

Biobriket merupakan bahan bakar padat berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah

mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Biobriket ini juga dapat

digunakan untuk menggantikan kayu bakar.

11

Page 12: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Bahan baku: Limbah agroindustri, tempurung kelapa, arang sekam,dan bungkil jarak

pagar.

Proses: Pembuatan biobriket tergolong mudah dan sederhana. Melalui beberapa proses,

yaitu pengeringan bahan baku, penggerusan, pencampuran dengan bahan pengikat, dan

ditekan dengan high pressure, lalu terbentuk briket-briket yang siap pakai.

3. Bio oil

Bio-oil merupakan bahan bakar cair berwarna gelap, mengeluarkan asap yang berasal

dari kayu, kertas, ampas tebu, dan limbah pertanian lainnya.

Pembuatan bio-oil

Bahan baku: Ampas tebu, limbah jagung, limbah kertas, serbuk kayu, dan tandan kelapa

sawit.

Proses: Persiapkan bahan baku dengan ukuran diameter kurang dari satu milimeter agar

mempercepat reaksi pirolisis. Selanjutnya, bahan dimasukkan ke dalam reaktor bersuhu

450-500° C tanpa oksigen. Di dalamnya terjadi pemecahan partikel menjadi uap

terkondenisasikan, gas, dan arang. Uap terkondenisasikan disebut bio-oil sedangkan gas

dan arang kembali dibakar untuk mempertahankan suhu reaktor.

4. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar minyak alternatif memiliki bentuk cair mirip solar

dengan kelebihan, antara lain : bebas sulfur, low smoke number, dan ramah lingkungan,

memiliki sifat pelumas, dapat terurai dan diperbaharui, serta dapat diproduksi secara

lokal berasal dari minyak kelapa sawit.

Pembuatan biodiesel

Bahan baku :

a) Minyak kelapa, diperoleh dari daging kelapa tua Cocos nucifera L. yang diekstrak

atau diongseng sehingga diperoleh minyak kelapa murni setelah disaring.

b) Minyak kelapa sawit, diperoleh dari biji kelapa sawit Elaeis guineensis melalui proses

ekstraksi dan penyulingan sehingga diperoleh CPOlow grade dengan kandungan FFA

12

Page 13: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

tinggi kemudian dimurnikan guna menghilangkan senyawa pengotor, seperti gum dan

fosfatida lalu diperoleh minyak kelapa sawit murni.

c) Minyak jarak, diperoleh dari biji jarak pagar Jatropha curcas L. (minyak 30%-50%)

yang dikeringkan kemudian di-press secara mekanik hidrolik ataupun berulir, setelah

diperoleh minyaknya maka sebaiknya dimurnikan sehingga diperoleh minyak jarak.

d) Minyak jelantah, diperoleh dari sisa minyak goreng yang sudah berwarna cokelat dan

banyak senyawa pengotor disuling/dimurnikan sehingga diperoleh minyak jelantah

dengan kadar pengotor yang rendah.

Proses pembuatan biodiesel:

1. Transesterifikasi

Menghasilkan biodiesel hingga 95% dari total bahan baku yang digunakan.

Langkah pertama: lakukan pencampuran katalis (NaOH atau KOH) dengan alkohol pada

konsentrasi katalis antara 0.5-1wt% dan 10-20wt% alkohol terhadap bobot minyak

(Kg).6

Langkah kedua : campur alkohol, katalis, dan minyak pada suhu 55 C lalu diaduk⁰

konstan selama 30-45 menit.

2. Dengan biocatalyst (katalis biologis)

Pengembangan katalis ini untuk mengurangi konsusmsi energi proses serta

menhilangkan senyawa-senyawa pengotor seperti gliserol, air, alkalin, dan sabun yang

umum timbul pada proses transesterifikasi dengan katalis kimiawi. Ada beberapa macam

katalis biologis, yaitu Candida antartica B, Rizhomucor miehei, dan Pseudomonas

cepacia.

4. Bioetanol

Bioetanol merupakan alkohol bergugus alkanol satu (meta) atau dua (eta) terbuat dari

biomassa yang mengandung glukosa dapat dijadikan bahan bakar alternatif jika

kadarnya di atas 99.5 %.

Bahan baku: Ubi kayu (Manihot utilissima P.), Tetes tebu (molase), sagu (Metroxylon

sp.), gliserol.

13

Page 14: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

Proses pembuatan bioetanol: Bahan baku digiling kemudian dijadikan tepung, tepung

dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan gula kompleks. Masuk tahap

liquifikasi ditambahkan enzim alpha amilase dan air pada suhu 80-90° C sampai

berbentuk mirip sup. Setelah itu, sup difermentasikan pada suhu 27-32° C di dalam

tangki. Hasil fermentasi kemudian dimurnikan melalui alat distilasi, dilakukan di atas

titik didih alkohol murni. Etanol murni dikeringkan melalui metode purifikasi molekular

sieve (alat absorbsi cairan dan gas) sehingga diperoleh etanol murni 99.5 %.

3. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kewiswastaan bioenergi yang berorientasi

kepada lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan yang

beorientasi kepada kewirausahaan inovatif

1. Arah kebijakan pemerintah, pemerintah hartus memiliki perhatian khusus dalam

pengembangan bioenergi pedesaan (BEP) dengan kebijakan-kebijakan yang

mendukung. Dukungan tersebut dapat berupa:

1. Survei lahan yang cocok untuk tanaman sumber bio energi, dapat pula

memanfaatkan proyek lahat gambut yang terlantar.

2. Pengadaan bibit, pupuk, dan pembinaan menyangkut karakteristik produksi

tanaman yang standar untuk pengolahan bio energi, semisal ukuran, kadar air,

umur, dan lain sebagainya.

3. Pemberian kredit lunak terhadap petani.

4. Memberi insentif dan penghargaan khusus kepada petani yang berhasil.

5. Membangun sentra-sentra teknologi untuk bio energi.

6. Melakukan Penyuluhan dan Pengenalan Bisnis Bioenergi.

7. Membangun mitra kerjasama yang baik dengan pihak swasta.

Posisi pemerintah dalam program bio energi tidaklah cukup dengan

mengeluarkan Inpres maupun Perpres, tapi adanya kotribusi yang nyata dalam program

ini. Pemerintah harus memfasilitasi dan memberi insentif terhadap riset-riset dalam

bidang bio energi dengan bekerjasama dengan peneliti, jika perlu memfasilitasi dalam

pemberian hak paten terhadap hasil penelitian. Dalam kaitanya dengan produsen maka

14

Page 15: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

pemerintah memfasilitasi pengadaan bio energi dari hulu sampai hilir. Dalam hal

produksi maka pemerintah harus memperhatikan pemasok bahan baku bio energi (dalam

hal ini petani) sampai pengolah (pemroduksi bio energi). 

2. Sumber Daya Alam

Ketersedian bahan baku dalam pembuatan bioenergi merupakan bahan dasar yang harus

dipenuhi. Semua bahan yang dibutuhkan dapat di temui di Alam.

3. Sumber Daya Manusia

SDM yang diharapkan mengembangkan bioenergi pedesaan adalah produk dari hasil

penyuluhan yang dilakukan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas pengembangan BEP diharapkan dapat diterapkan dan

dilaksanakan di wilayah pedesaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pedesaan dengan membangun bisnis biogas, biobriket, biooil, biodiesel, dan

bioetanol sehingga ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar konvensional

(BBM dan LPG) dapat berkurang. Namun program ini tidak dapat berjalan jika

pemerintah tidak mendukung sepenuh hati.

15

Page 16: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan makalah ini diketahui ada lima bioenergi yang dapat

diterapkan diwilayah pedesaan Indonesia, yaitu; biogas, biobriket, bioetanol, biooil, dan

biodiesel.

4.2. Saran

Penulisan makalah ini masih membutuhkan investigasi yang lebih luas sehingga

didapatkan informasi-informasi yang lebih banuak tentang bisnis bioenergi yang dapat

dikembangkan diwialaytah pedesaan Indonesia.

16

Page 17: ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo , Suntoro Wongso. Bioenergi, BBM alternatif ramah lingkungan .solo pos, Sabtu, 17 Desember 2005)

Barnawi. 2009. Bio Energi: Bukan Sekedar energi Alternatif. http:// Essay-essay%20Pemikiran%20Pendidikan%20%20Bio%20Energi%20%20Bukan%20Sekedar%20energi%20Alternatif.html.

Ilham, afridel. 2010. Ketika Petani, Kampus, dan Perusahaan Bermitra Dua Ekor Sapi Hasilkan 850 Watt Sehari. Padang Ekspres. Edisi 04 Oktober 2010.

Mulyani, Anny dan Irsal Las. 2008. Potensi sumber daya lahan dan optimalisasi pengembangan komoditas penghasil bioenergi di indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian: Bogor

Nainggolan, Kaman. 2007. Bioenergi Vs Ketahanan Pangan. suara pembaruan daily.

Sumaryono, W. 2006. Kajian Komprehensif dan Teknologi Pengembangan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Makalah disampaikan pada Seminar Bioenergi: Prospek bisnis dan peluang investasi. Jakarta, 6 Desember 2006. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Suwardi. 2008. Permasalahan Pengembangan Pangan dan Bioenergi di Indonesia dan Beberapa Alternatif Pemecahannya. prosiding semiloka nasional: Departem lmu Tanah dan Sumbe daya lhan, Instltut Pertanian Bogor.

Tusdian, Adi, Dimas Dwi Kurniawan, dan Amar Tarmansyah. 2009 . Rancangan Pembuatan Bioenergi Dengan Menggunakan Jerami Sebagai Bahan Dasar Pembuatannya.http://bio_sel_blacktuke%20%20“Rancangan%20Pembuatan%20Bioenergi%20Dengan%20Menggunakan%20Jerami%20Sebagai%20Bahan%20Dasar%20Pembuatan-nya”.html.

Widiastuti, Safaatun, Dewi Rachmawati, dkk. 2005. langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan potensi daerah terpencil. universitas gadjah mada: yogyakarta

17