Makalah Osn Pti
-
Upload
melati-setia-ningsih -
Category
Documents
-
view
31 -
download
2
Transcript of Makalah Osn Pti
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Radiasi berada di sekitar kita dan secara alami telah berada pada lingkungan sejak
kemunculan planet bumi (NRC, 2011). Selanjutnya dijelaskan bahwa konsekuensinya adalah,
kehidupan kehidupan berkembang dalam lingkungan yang mengandung tingkat ionisasi
radiasi yang signifikan. Meskipun fakta menunjukkan bahwa radiasi memberikan efek
perusakan terhadap jaringan hidup, namun manusia dan spesies lainnya mampu bertahan
hidup dan berevolusi (Murray, 2009: 229). Dijelaskan lebih lanjut bahwa situasi dapat
berubah jika suatu saat terjadi perubahan yang membangkitkan energi radiasi tingkat tinggi
yang sekarang banyak digunakan seperti mesin X-Rays, partikel-partikel akseletor, dan
reaktor nuklir.
Energi yang dikeluarkan ledakan nuklir dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan.
Tidak hanya berdampak bagi manusia namun juga bagi keseimbangan ekosistem. perlu upaya
dan penanganan yang tepat dalam menghindari kerusakan yang diakibatkan oleh kontaminasi
radioaktif akibat ledakan nuklir tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Efek apa saja yang disebabkan oleh kontaminasi radioaktif terhadap
lingkungan termasuk organisme di dalamnya?
2. Apa saja kemungkinan usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
mengurangi bahaya radiasi nuklir?
3. Apa saja usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi bahaya radiasi
nuklir terhadap manusia?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui efek yang disebabkan oleh kontaminasi radioaktif terhadap
lingkungan termasuk organisme di dalamnya.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
mengurangi bahaya radiasi nuklir.
3. Untuk mengetahui usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi
bahaya radiasi nuklir terhadap manusia.
D. Metode Penelitian
Metode Penelitian melalui studi pustaka dengan mencari teori-teori yang terkait
dengan permasalahan.
2. Landasan Teori
Pengertian Pencemaran Radioaktif
Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-
reaktor atom serta bom atom (Organisasi.org, 2011). Yang paling berbahaya dari
pencemaran radio aktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang
sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron
yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa
ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J.
Jenis Radiasi
Jenis radiasi terbagi 2 yaitu:
- Radiasi Pengion ( menyebabkan terionisasinya molekul yang teradiasi).
Golongan radiasi pengion dapat berupa gelombang dan partikel. Gelombang seperti
sinar X (memiliki frekuensi tinggi) sedangkan partikel berupa partikel alpha dan beta.
- Radiasi non pengion (frekuensi rendah, panjang gelombang tinggi). Seperti UV dan
IR. (Yulizar, 2011)
Efek Biologi Radiasi
Untuk pajanan radiasi level rendah, efek biologi sangat kecil sehinggga tidak bisa
dideteksi (Murray, 2009: 229). Tubuh manusia mempunyai mekanisme perbaikan dari
serangan radiasi sama seperti yang dilakukan tubuh terhadap agen kimia lain seperti
karsinogen. Konsekuensinya, sel hidup menghasilkan tiga akibat (1) sel rusak yang dapat
diperbaiki; (2) kematian sel, seperti kebanyakan sel tubuh mengalami kematian setiap
harinya; atau (3) sel tidak mampu memperbaiki diri sehingga mengakibatkan perubahan
biofisikal.
Hubungan antara radiasi dengan perkembangan kanker diketahui peningkatan kanker
pada populasi yang terpapar level radiasi yang relatif tinggi (Murray, 2009:229). Sebagai
contoh korban selamat dari ledakan bom atom di Jepang. Pajanan dosis tinggi (>50.000
mrem) diketahui dapat menyebabkan leukemia, kanker pada payudara, vesika urinaria, usus
besar, hati, paru-paru, esofagus, ovarium, multipel mieloma, dan lambung. Selain itu, dari
literatur yang dikeluarkan oleh Department of Health and Human Services literature juga
mengitkan kemungkinan hubungan antara radiasi dengan kanker pada prostat, nasofaring, dan
pankreas.
Walaupun radiasi dapat menyebabkan kanker pada dosis yang tinggi, namun sampai
saat sekarang ini belum ada data yang dengan tegas menyatakan bahwa pada paparan radiasi
rendah (<10.000mrem/ 10 mSv) per tahun menunjukkan kelainan biologi.
Radiasi dosis tinggi dapat membunuh sel, sedangkan radiasi rendah hanya dapat
membuat perubahan (mutasi) pada kode genetik sel. Dosis tinggi dapat membunuh sel-sel
sehhingga menyebabkan begitu banyak jaringan dan organ yang rusak dengan segera. Hal ini
dapat menyebabkan respon tubuh yang akut disebut Sindrom radiasi akut. Semakin tinggi
dosis radiasi, semakin cepat efek radiasi akan muncul, dan semakin tinggi kemungkinan
kematian. Sindrom ini diamati di banyak korban bom atom pada tahun 1945 dan pekerja
darurat menanggapi kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl 1986. Sekitar 134
pekerja pabrik dan petugas pemadam kebakaran berjuang api di pembangkit listrik Chernobyl
menerima dosis radiasi yang tinggi - 80.000 hingga 1.600.000 mrem (800 menjadi 16.000
mSv) - dan menderita penyakit radiasi akut. Dari jumlah tersebut, 28 meninggal dalam tiga
bulan pertama dari cedera radiasi mereka. Dua pasien lagi meninggal pada hari-hari pertama
sebagai akibat dari cedera gabungan dari api dan radiasi.
Karena radiasi mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda, tidak
mungkin untuk menunjukkan berapa dosis yang tepat untuk mengakibatkan kefatalan.
Namun, diyakini bahwa 50% dari populasi akan meninggal dalam waktu tiga puluh hari
setelah menerima dosis antara 350.000 sampai 500.000 mrem (3500-5000 mSv) ke seluruh
tubuh, selama periode mulai dari beberapa menit sampai beberapa jam. Hal ini akan
bervariasi tergantung pada kesehatan individu sebelum paparan dan perawatan medis yang
diterima setelah paparan. Sebaliknya, dosis rendah - kurang dari 10.000 mrem (100 mSv) -
tersebar di jangka waktu yang lama (tahun) tidak menyebabkan masalah langsung untuk
setiap organ tubuh. Efek dari dosis rendah radiasi, jika ada, akan terjadi pada tingkat sel, dan
dengan demikian perubahan tidak dapat diamati selama bertahun-tahun (biasanya 5-20 tahun)
setelah paparan. Efek genetik dan perkembangan kanker adalah masalah kesehatan utama
dikaitkan dengan paparan radiasi. Kemungkinan kanker terjadi setelah paparan radiasi adalah
sekitar lima kali lebih besar daripada efek genetik (misalnya, peningkatan masih kelahiran,
kelainan bawaan, kematian bayi, kematian anak, dan penurunan berat lahir). Efek genetik
adalah hasil dari mutasi yang diproduksi di sel-sel reproduksi dari individu terpajan yang
diwariskan pada keturunan mereka. Efek ini mungkin muncul pada keturunannya langsung
orang yang terpapar, atau mungkin muncul beberapa generasi kemudian, tergantung pada
apakah gen diubah yang dominan atau resesif. Meskipun radiasi efek genetik telah diamati
pada hewan laboratorium (diberikan dosis radiasi yang sangat tinggi), tidak ada bukti efek
genetik telah diamati antara anak-anak yang lahir dari korban bom atom Hiroshima dan
Nagasaki.
Tingkat Kerusakan Sel
Tergantung pada Dosis
> 10 gray : Nekrosis
1-2- gray : Profilerasi sel dihentikan
< 0,5 gray : Tidak ada efek histopatologi
Dosis
Single dose dapat menyebabkan kerusakan yang hebat daripada dosis terbagi
Sel yang aktif membelah lebih sensitif dibandingkan sel yang tidak aktif
Sensitif : Sel hematopoitik, sel benih, epitel gastrointestinal, epitel squamous,
sel endotelial, lymphocytes
Resisten : Tulang, kartilago, otot, saraf perifer
Sel pada fase mitosis dari siklus suatu sel lebih sensitive
Efek Lanjut Radiasi
Somatik : Efek yang mengenai orang yang terpapar radiasi ( efek timbul
setelah 2-5 tahun kemudian dapat berupa leukemia, kanker kolon, Paru,
gaster)
Genetik : Efek yang timbul pada keturunan akibat terjadinya mutasi.
Efek Radiasi Terhadap Lingkungan
Radiasi nuklir yang tersebar ke lingkungan dalam konsentrasi rendah tidak berinteraksi
dengan biota secara signifikan. Untuk radiasi tinggi, bahan radiasi dapat mengontaminasi
udara, perairan, bebatuan dan tanah sehingga bila terpapar pada makhluk hidup, akan
menyebabkan kerusakan sel ataupun mutasi (Murray, 2009: 395).
Upaya Dekontaminasi Radiasi
Dekontaminasi adalah suatu metode pembersihan atau pengeluaran radionuklida dari tubuh
sebanyak mungkin secara cepat dan tepat sebagai usaha untuk memperkecil efek biologik
yang ditimbulkan. Proses ini dapat dilakukan dengan cara pengikatan secara kimia
radionuklida oleh zat dekontaminan dan pengeluaran senyawa komplek yang terbentuk
tersebut dari tubuh melalui urine dan feses. Dengan demikian proses pengikatan yang paling
efektif justru pada saat radionuklida belum terserap dan masuk ke dalam sistem aliran darah.
I. DEKONTAMINASI EKSTERNA
Kontaminasi eksterna radionuklida adalah penempelan atau pengendapan suatu bahan
radioaktif pada bagian luar tubuh seperti kulit, pakaian, sepatu, jas lab., sarung tangan dan
masker akibat emisi tak terkendali dalam suatu kedaruratan nuklir. Proses pembersihannya
disebut dekontaminasi eksterna. Apabila ada indikasi seseorang mengalami kontaminasi
eksterna suatu radionuklida, maka proses dekontaminasi harus segera dilakukan, karena
akibatnya tidak hanya sangat berbahaya bagi kulit, tetapi juga akan meningkatkan resiko
kontaminasi interna. Sebagai contoh misalnya akibat dari kontaminasi radionuklida pemancar
beta berenergi tinggi yang dapat menyebabkan efek deterministik seperti luka bakar atau
abrasi kulit yang apabila tidak segera ditangani maka akan menyulitkan proses
dekontaminasinya. Pelaksanaan dekontaminasi dilakukan dengan cara melepaskan pakaian
dan semua asesoris (sepatu, jas lab dll) secara hati-hati, kemudian bahan-bahan tersebut
dibungkus menjadi satu untuk segera dimonitor kandungan radionuklidanya dan
didekontaminasi secara terpisah. Sedangkan korban dimandikan secepatnya dengan air
hangat dan sabun yang sesuai. Diusahakan agar kontaminan tidak tersebar ke mata, hidung,
telinga dan mulut. Apabila zat kontaminan hanya menempel pada sebagian kecil kulit maka
dilakukan dekontaminasi lokal secepatnya untuk mencegah kontaminan masuk ke dalam kulit
yang dapat menyebabkan kontaminasi interna dan untuk mencegah terjadinya penyebaran
kontaminasi baik pada korban maupun orang lain di sekitarnya. Dekontaminasi yang terlalu
agresif harus dicegah karena dapat melukai lapisan pelindung kulit sehingga mempermudah
penyerapan kontaminan menembus kulit. Beberapa radionuklida yang terkumpul di
permukaan tubuh bagian luar sebagai kontaminan eksternal, dapat masuk ke dalam tubuh
baik melalui pori-pori kulit maupun luka. Kecepatan masuknya bahan radioaktif bergantung
pada sifat kimia dan bagian tubuh yang menjadi sasaran radionuklida.
I.1. Kulit
Bahan radioaktif dapat melekat pada kulit oleh berbagai sebab seperti : a. Tegangan
permukaan: apabila tegangan permukaan meningkat maka bahan radioaktif lebih mudah
melekat. b. Adanya muatan elektrostatis pada kulit dan rambut. c. Pembentukan senyawa
komplek bila berikatan dengan komponen kimiawi seperti minyak, keringat atau keratin yang
terdapat dalam sel-sel kulit. d. Meresap masuk ke dalam pori-pori kulit. e. Terperangkap
dalam lapisan kulit seperti pada daerah kulit yang kasar dan kotor juga pada kuku tangan.
Dekontaminasi eksterna pada kulit dapat dilakukan dengan pencucian menggunakan air atau
radiacwash. Radiacwash adalah senyawa cair yang sinergik yang berdasarkan prinsip-prinsip
kimia dan fisika mampu membentuk sistem permukaan yang mudah dicuci melalui
pembentukan kompleks, pertukaran ion dan emulsi. Senyawa ini sebagian besar
komponennya adalah EDTA yang dipergunakan untuk menghilangkan secara cepat berbagai
kontaminan radioaktif baik radioisotop alam maupun hasil belah bahan bakar reaktor.
Radiacwash mampu menghilangkan partikel radioaktif pada permukaan kulit dengan cara
mengikat ion-ion logam dan membentuk suspensi dengan partikel kontaminan sehingga
mudah dicuci dengan air.
I.2. Luka
Bahan radioaktif dapat masuk melalui luka yaitu dengan cara larut di dalam cairan luka dan
masuk ke dalam aliran darah yang kemudian akan tersebar dalam seluruh bagian tubuh.
Kelarutan bahan bergantung pada sifat kimiawi dan ukuran partikel bahan radioaktif tersebut.
Penanganan kontaminasinya dilakukan secara interna.
II. DEKONTAMINASI INTERNA
Kontaminasi interna adalah masuknya radionuklida ke dalam tubuh akibat emisi tak
terkendali dalam suatu kedaruratan nuklir dan proses pengeluarannya disebut dekontaminasi
interna. Radionuklida dapat masuk ke dalam tubuh melalui :
1. Saluran pencernaan (ingesti)
Bahan radioaktif dapat tertelan dalam bentuk larutan atau makanan yang sudah
terkontaminasi zat radioaktif. Tempat absorbsi yang utama dalam saluran pencernaan adalah
usus halus. Sebagai contohnya yaitu torium pada pekerja kaus lampu
2. Saluran pernafasan (inhalasi)
Resiko kontaminasi melalui saluran pernafasan ini lebih besar tiga kali lipat karena paru-paru
langsung menerima paparan radiasi yang diikuti dengan terjadinya proses penyerapan secara
langsung bahan radioaktif tersebut ke dalam darah. Radionuklida yang masuk ke dalam
saluran pernafasan dapat berupa gas, cairan atau partikel aerosol. Contoh radionuklida yang
bersifat mudah larut dan masuk melalui saluran pernafasan adalah I-131, Sr-90, Cs- 137,
sedangkan radionuklida yang bersifat tidak larut misalnya Pu-239 [6].
3. Kulit sehat dan luka
Pengeluaran radionuklida dari tubuh – 15
Buletin ALARA Vol. 2 No. 3, April 1999
Kontaminasi internal dapat terjadi secara akut
maupun kronis, langsung maupun tidak langsung
yaitu melalui beberapa perantara pada jalur masuk
(pathway). Tahapan berlangsungnya kontaminasi
internal tersebut adalah:
1. Masuk tubuh melalui jalan masuk
2. Penyerapan ke dalam darah atau cairan getah
bening
3. Distribusi ke seluruh tubuh dan akumulasi pada
organ sasaran
4. Pengeluaran melalui urin, feses atau keringat
Radionuklida yang sudah masuk tubuh
selanjutnya akan berdifusi ke dalam cairan ekstraseluler.
Setelah mengalami proses yang kompleks,
radionuklida akan terdistribusi ke seluruh bagian
tubuh yang kemudian sebagian akan mengendap
dalam satu atau lebih organ atau jaringan tubuh
tertentu dan sebagian akan
dikeluarkan secara alamiah dari tubuh
sebagai fungsi dari waktu.
Pengeluaran radionuklida dari
tubuh harus dilakukan secara cepat
dan tepat untuk memperkecil efek
biologik yang ditimbulkannya.
Semakin lama kontaminan menetap
dalam tubuh, semakin tinggi tingkat
kerusakan yang ditimbulkan. Berbagai
macam prosedur dapat dilakukan
untuk memperkecil bahaya radiasi
yang ditimbulkan. Tindakan prefentif
juga harus segera dilakukan untuk
mengeluarkan sebanyak mungkin
radionuklida dari tubuh.
Efek kontaminasi interna
dipengaruhi tidak hanya oleh faktor
fisik seperti jenis radionuklida, bentuk
senyawanya, waktu paro fisik, dan
jenis radiasi yang dipancarkan, tetapi
juga oleh faktor biologi seperti organ
sasaran, waktu paro biologi dan
metabolismenya di dalam tubuh.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan
antara satu dengan lainnya [7].
Ada sebagian radionuklida
yang masuk ke dalam tubuh mempunyai waktu paro
efektif yang pendek seperti Tc99m sehingga tidak
menyebabkan kerusakan secara nyata kecuali
pemasukan dalam jumlah yang besar. Ada pula
radionuklida yang berumur paro panjang sehingga
penanganan medik harus dilakukan secara cepat dan
tepat untuk mengurangi resiko akibat pengendapan
bahan radioaktif dalam tubuh dan menaikkan laju
ekskresinya melalui urine dan feses. Hal-hal penting
yang perlu dipahami dalam hal ini adalah:
1. Pemilihan teknik dan obat yang sesuai untuk
masing-masing bahan radioaktif pengkontaminan
utama yang terlibat dan lokasinya dalam tubuh.
Masing-masing radionuklida kontaminan
mempunyai zat pencuci yang spesifik.
2. Waktu penanganan setelah kecelakaan. Beberapa
tindakan diperlukan untuk periode waktu yang
lama, minggu atau bulan sebelum reduksi lebih
lanjut kontaminasi dalam tubuh.
Saluran
pencernaan
Paru-paru Nodus limpatikus
Menelan (ingesi)
Inhalasi
Ekshalasi
Cairan ekstra
seluler
Jaringan /
organ tubuh
Kulit sehat
Jaringan bawah kulit
Luka
Feses
Hati Ginjal
Keringat
Urin
Gambar 1. Skema masuknya bahan radioaktif ke dalam tubuh,
jalur metabolik dan kemungkinan deposit internal radioaktif
dalam tubuh [3].
16 – Siti Nurhayati
Buletin ALARA Vol. 2 No. 3, April 1999
Resiko dan efek samping akibat tindakan
penanganan kedaruratan nuklir umumnya cukup kecil,
selama resiko penanganan bahan radioaktif utama
yang terlibat jauh lebih kecil daripada resiko akibat
dari penundaan pelaksanaan penanganan tersebut.
Lung lavage (pembersihan paru) dan beberapa
penanganan dengan reaksi obat terbatas menjadi suatu
pengecualian.
Proses dekontaminasi radionuklida paling
efetif bila dilakukan segera dalam waktu 1 atau 2 jam
pertama setelah masuknya radionuklida ke dalam
tubuh. Akan tetapi dalam banyak hal tindakan ini
tidak mungkin dilaksanakan. Penundaan akan terjadi
karena kurangnya pengetahuan tentang jenis dan
jumlah radionuklida yang masuk ke dalam tubuh.
Tindakan pertama yang dilaksanakan jika diduga
terjadi kontaminasi interna harus didasarkan pada
faktor penyebab kecelakaan dan dilakukan pemantauan,
terutama pori-pori tubuh yang dapat memberi
beberapa petunjuk bahwa kontaminasi yang besar
telah terjadi. Tindakan kedua dapat diambil sambil
menunggu hasil evaluasi aktivitas bahan dalam tubuh.
Perkiraan aktivitas bahan radioaktif dalam
tubuh akan sangat membantu dalam beberapa waktu
(jam atau hari) paska kontaminasi. Selama pelaksanaan
tindakan sedang berlangsung, pemantauan sampel
biologik dari penderita harus dilakukan yang berguna
untuk mendapatkan informasi mengenai efektifitas
penanganan dan juga apabila terjadi perubahan yang
kasat mata. Ini tidak diperhitungkan jika eliminasi
bahan dari tubuh telah menurun ke nilai yang sangat
rendah yang sudah dapat diterima dan tidankan lebih
lanjut hanya akan menyebabkan kerugian bahkan
kesakitan pada si pasien.
Dalam beberapa hal, tindakan harus dilakukan
setelah masuknya bahan radioaktif yang disebabkan
bukan karena radiotoksisitasnya, tetapi karena
toksisitas kimianya. Contoh terbaik dalam hal ini
adalah uranium, dimana radioaktivitas hanya ditinjau
apabila jumlahnya dalam tubuh cukup besar yaitu
ribuan kali berat tubuh. Di lain pihak, jika jumlahnya
beberapa kali berat tubuh, toksisitas kimia uranium
dapat menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal, yang
secara sederhana disebabkan karena pengendapan
uranium sebagai logam berat.
Teknik dekontaminasi yang dilakukan akan
bergantung pada jenis bahan radioaktif dan lokasinya
dalam tubuh, bahan berbahaya yang lain dan juga
kondisi pasien. Umumnya kontaminasi dalam saluran
pencernaan dapat dihilangkan secara cepat. Jika telah
terserap ke dalam usus, maka tujuannya adalah
memperkecil serapan lebih lanjut ke limpa pada
khususnya dan sirkulasi pada umumnya. Pengendapan
di berbagai organ dapat diturunkan dengan menggunakan
agensia pengeblok (blocking agent), teknik
pengeceran atau agensia pembentuk celat (chelating
agent). Pada tindakan lainnya, seperti pengosongan
lambung dapat dilakukan dalam situasi tertentu.
Untuk lebih jelasnya metoda dekontaminasi
interna ini dapat diuraikan sebagai berikut:
II.1. Pembersihan saluran pencernaan
Tindakan pertama untuk menghilangkan bahan
asing dari dalam tubuh, dapat menggunakan zat kimia
dalam saluran pencernaan atau mempercepat lewatnya
bahan asing dari dalam tubuh. Pencucian perut (urusurus)
dengan magnesium sulfat misalnya, akan
memperpendek waktu tinggal dalam saluran
pencernaan, hal ini akan menurunkan penyerapan dan
paparan radiasi pada dinding usus dan jaringan yang
berdekatan. Pembasahan lambung dapat menyebabkan
pembentukan hidroksida yang relatif tidak larut atau
paling tidak akan mempertahankan pH yang cukup
tinggi untuk menurunkan kelarutan garam. Logamlogam
seperti tembaga, besi atau plutonium umumnya
lebih berguna untuk penyerapan tunda setelah berada
beberapa lama berada dalam lingkungan asam dari
lambung, untuk kromium adalah sebaliknya. Air buah
yang asam akan menurunkan kromium heksavalen
menjadi ion trivalen yang sedikit terserap.
Aluminium mengandung antasid yang dapat
digunakan untuk pospor, kalium dan stronsium, juga
alginat untuk stronsium, serta prusian blue untuk
cesium, rubidium dan talium. Mayoritas bahan yang
digunakan untuk tindakan ini adalah pengobatan yang
tanpa resep dan mudah digunakan, sedang yang
lainnya seperti prusian blue memerlukan pertimbangan
lebih dahulu.
Pengosongan lambung dapat membantu
mengeluarkan bahan beracun dari lambung dengan
bantuan pipa/selang nasogastrik (nasogastric tube). Ini
Pengeluaran radionuklida dari tubuh – 17
Buletin ALARA Vol. 2 No. 3, April 1999
digunakan apabila diketahui ada sejumlah besar bahan
radioaktif dan bahan yang tetap berada dalam
lambung. Air dipompakan melalui selang/pipa dan
kemudian disedot kembali sampai lambung relatif
bebas dari bahan radioaktif. Obat muntah yang
menyebabkan pengosongan lambung secara cepat
dapat juga digunakan. Paling efektif bila 200-300 ml
air diberikan bersama-sama, tetapi tidak digunakan
apabila diduga merugikan atau setelah menelan
agensia korosif atau hidrokarbon petroleum.
II.2. Agensia Pengeblok (Blocking Agent)
Agensia pengeblok adalah senyawa kimia
yang membuat jenuh suatu unsur radioaktif pada
jaringan, sehingga dapat menurunkan jumlah
radionuklida yang terserap. Sejumlah besar agensia
dapat digunakan untuk maksud tersebut, tetapi harus
dalam bentuk yang mudah terserap. Contoh paling
umum kejadian ini adalah masuknya radioiodine
dimana keseimbangan antara I-131 dan cairan tubuh
tercapai kira-kira dalam 30 menit dan hampir 30%
dari yang masuk terendap dalam tiroid. Pemberian
iodine stabil dalam bentuk tablet kalium iodat atau
kalium jodida akan menurunkan penyerapan oleh
kelenjar tiroid kira-kira 90% jika diberikan kurang
dari 2 jam setelah masuk dan kira-kira 50% jika
kurang dari 3 jam. Stronsium stabil dalam bentuk
stronsium laktat atau stronsium glukonat berguna
untuk mengeblok radiostronsium.
II.3. Teknik Pengenceran
Salah satu teknik pengenceran ini
dimaksudkan untuk mengencerkan isotop dimana
pemberian sejumlah besar isotop stabil radionuklida
akan memperkecil (secara statistik) kesempatan
penggabungan radionuklida tersebut. Dengan teknik
ini perlu untuk menentukan isotop stabil yang masuk
ke dalam sistem tubuh secara cepat dan bila mungkin
dalam bentuk kimia yang lebih mudah terserap dan
bergabung dari pada radionuklida. Contohnya tritium
dapat diencerkan dengan air minum (atau cairan yang
sesuai) 3-10 liter per hari selama seminggu yang akan
menurunkan waktu paro efektif tritium dalam tubuh
lebih dari 50%.
Teknik pengenceran yang lain ditujukan
sebagai terapi pengenceran atau terapi penggantian,
dimana unsur nonradioaktif dengan nomor atom
berbeda digunakan untuk bersaing dengan
radionuklida itu. Contohnya adalah penggunaan
kalsium atau phospat untuk bersaing dengan
radiostronsium dan iodine stabil untuk menurunkan
masuknya radiotehnisium.
II.4. Agensia Pembentuk Chelat (Chelating Agent)
Agensia ini digunakan secara rutin dalam
tindakan medik setiap hari untuk logam berat beracun
dan ini dapat juga digunakan untuk penanganan
masuknya bahan radioaktif. Karena agensia ini
cenderung ditemukan dalam darah atau dalam fase
melingkar, maka dapat digunakan secara baik setelah
kecelakaan terjadi dalam hari, minggu bahkan bulan.
Chelator bergerak ke ginjal untuk dikeluarkan melalui
urine. Jadi penting untuk menetapkan fungsi ginjal
pasien yang diberi terapi chelasi. Dengan kata lain,
ginjal menjadi organ sasaran dan dapat menerima
dosis radiasi yang cukup tinggi. Tetapi senyawa ini
tidak dapat digunakan untuk uranium karena ginjal
merupakan tempat mengendapnya uranium yang akan
mengakibatkan terjadinya keracunan.
Pemberian agensia pengchelat umumnya
dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh
suatu hasil yang baik. Pemberian harian dapat
diteruskan sampai beberapa bulan. Jika setelah waktu
tersebut tidak ada penurunan radioaktivitas lebih lanjut
dalam urine, maka pemberian dapat diperbaharui
dengan memperkecil frekuensi pemberian sampai laju
ekskresi radionuklida dalam urine, dengan dan tanpa
pemberian adalah berbeda nyata, penghentian
pemberian pantas untuk dilakukan. Efek samping jenis
terapi ini rendah dan umumnya dapat ditoleransi, tetapi
kerugian pada pasien harus juga diperhitungkan
dengan meninjau perubahan tindak lanjut pemberian.
Agensia pembentuk chelat meliputi:
1. EDTA (asam etilen diamin tetra asetat). Garam
kalsium adalah bentuk yang paling umum untuk
keracunan timbal. Ini dapat juga digunakan untuk
Zn, Cu, Cd, Cr, Mn dan Ni serta transuranik
seperti Pu dan Am, tetapi bukan untuk Hg, As atau
Au. Ini tidak terlalu mempunyai efek samping.
Untuk penderita penyakit gagal ginjal hanya
digunakan bila dalam keadaan sangat mendesak.
18 – Siti Nurhayati
Buletin ALARA Vol. 2 No. 3, April 1999
2. Ca DTPA atau Zn DTPA (asam dietilen tetraaminpenta
asetat). Ini jauh lebih kuat daripada
EDTA dan paling baik dipergunakan untuk
transuranik, beberapa unsur tanah jarang (Ce, Y,
La, Pm dan Sc) dan juga Zr dan Ni. Ada
kemungkinan digunakan untuk kobalt dan bahkan
untuk kontaminasi uranium. Efektifitas-nya
adalah baik untuk garam-garam yang larut, tetapi
hampir nihil untuk senyawa-senyawa tak larut.
Disini ada beberapa efek samping, tetapi belum
ada laporan yang menunjukkan efek yang serius.
Pemberian dapat sebesar 1Gram secara intravena
dalam 250ml larutan isotonik atau 5% dektrose
dalam air. Ini dapat juga diberikan dalam bentuk
aerosol. Jika DTPA tidak dapat diperoleh segera,
EDTA dapat sebagai penggantinya.
3. Dimercaprol (BAL). Umumnya digunakan untuk
logam berat beracun dan membentuk chelat
dengan Hg, Pb, As, Au, Bi, Cr dan Ni. Meskipun
jarang sebagai pilihan utama, biasanya berguna
dalam farmasi, tetapi ini beracun dan harus
digunakan dengan hati-hati.
4. Penisilamin. Chelat ini untuk Cu, Fe, Hg, Pb, Au
dan mungkin logan berat yang lain. Dianjurkan
digunakan dimercapsol atau Ca EDTA untuk
tembaga.
5. Deferoksamin (DFOA). Secara normal digunakan
untuk penyakit kelebihan besi sehingga dapat
digunakan untuk besi Diketahui sangat efektif
untuk plutonium jika diberikan secara cepat.
II.5. Pembersihan Paru-paru
Secara prinsip yang termasuk dalam teknik ini
adalah menghilangkan bahan tidak larut dari paru
sebelum menjadi terlarut. Dalam bentuk larut, bahan
dapat tinggal di paru dalam waktu yang lama dan
menyebabkan paparan radiasi dengan dosis sangat
tinggi. Efektifitas pembersihan paru telah dipelajari
pada anjing yang menunjukkan bahwa, penurunan
dengan cara pembersihan paru telah terbukti. Ini
sangat sesuai untuk individu yang terkontaminasi
bahan tidak larut dalam paru, dosis paru dapat
diturunkan 25-50%.
Pembersihan paru memerlukan prosedur
rangkap dengan larutan saline steril untuk menjadi
efektif dan memerlukan anestesi. Pasien secara efektif
diberi minum untuk mengusir bahan dan cairan dari
paru. Disamping itu, resiko anestesi mungkin lebih
tinggi daripada resiko pengendapan interna. Secara
optimal, pembersihan paru harus dilakukan dalam tiga
jam setelah kecelakaan, tetapi hal ini tidak selalu
mungkin. Pembersihan paru hanya dilakukan jika
ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel bahan
yang terhirup telah diketahui serta dosis yang terhirup
juga merupakan hal yang penting. Disamping itu,
pasien berusia muda (di bawah 30 th dan lebih disukai
kurang dari 25 th) dan sehat serta punya harapan hidup
yang panjang (yakni yang tidak mempunyai
kemungkinan menderita efek tunda yang tinggi).
Beberapa bahan, baik itu yang bersifat
radioaktif atau tidak, yang masuk ke dalam tubuh
dapat dieliminasi secara alami atau berpindah pada
berbagai organ atau jaringan tubuh. Apabila berikatan,
senyawa tersebut akan tinggal di dalam organ atau
jaringan selama waktu tertentu, kemudian akan
meninggalkan organ atau jaringan dan bersirkulasi
kembali di dalam tubuh yang kemudian dieliminasi
dari tubuh, diambil kembali oleh organ atau jaringan
atau diambil oleh organ atau jaringan lain yang
mempunyai kemampuan untuk itu. Perpindahan bahan
radioaktif melalui tubuh tergantung pada jenis partikel,
bentuk kimia, kelarutanya, ukuran partikel dan
penyebarannya.
Nurhayati, Siti. 1999. “Pengeluaran Radionuklida dari Tubuh”.
www.batan.go.id/ptkmr/Alara/.../BAlara1999_02304_013.pdf. Diakses pada 7 Oktober 2011
pukul 5:30: 29
Murray, Raymon Lerroy. 2009. Nuclear energy: an introduction to the concepts, systems,
and applications. 6th Edition. Elsevier.Inc.
USNRC. 2011. An Article: “ Fact Sheet on Biological Effect of Radiation”. Diakses dari link
United States Nuclear Regulatory Commision, http://www.nrc.gov/reading-rm/doc-
collections/fact-sheets/bio-effects-radiation.html, diakses pada 7 oktober, pukul 3:12:21.