RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

download RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

of 20

Transcript of RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    1/20

    RANCANGAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR... TAHUN...

    TENTANG

    PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004

    TENTANG

    KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalahnegara hukum yang menjamin kekuasaan kehakimanyang merdeka untuk menjalankan peradilan guna

    menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945;

    b. bahwa Kejaksaaan Republik Indonesia termasuk salahsatu badan yang fungsinya berkaitan dengan

    kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    c.

    bahwa ketentuan mengenai Kejaksaan RepublikIndonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

    Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

    Indonesia sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan

    perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan

    kehidupan ketatanegaraan;

    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

    membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

    Kejaksaan Republik Indonesia;

    Mengingat: 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945;

    2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 3209);

    3.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentangKejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

    4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    2/20

    2

    Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    dan

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS

    UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

    KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA.

    Pasal IBeberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

    Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4401), diubah sebagai berikut:

    1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 1

    Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana

    putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

    serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.

    2. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan

    penetapan hakim.

    3. Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkanperkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan

    menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan

    permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang

    pengadilan.

    4. Jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlianteknis dalam organisasi kejaksaan yang karena fungsinya

    memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan.

    5. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalahDewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    2. Judul BAB II SUSUNAN KEJAKSAAN Bagian Pertama Umum diubahsehingga berbunyi sebagai berikut:

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    3/20

    3

    BAB II

    SUSUNAN KEJAKSAAN

    Bagian Kesatu

    Umum

    3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 8

    (1) Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa bertindak

    untuk dan atas nama negara serta bertanggung jawab menurut

    saluran hierarki.

    (3) Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa, Jaksa melakukan penuntutan berdasarkan alat bukti yang sah.

    (4) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa bertindakberdasarkan hukum dengan mempertimbangkan norma-norma

    keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta harus menggali dan

    menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam

    masyarakat, serta menjaga kehormatan dan martabat profesinya.

    (5) Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4),Jaksa yang diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan,

    pemeriksaan, penggeledahan, penangkapan, dan penahananterhadap Jaksa yang bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin

    Jaksa Agung.

    4. Di antara Pasal 8 dan Pasal 9, disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 8Ayang berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 8A

    (1) Perekrutan dan penempatan Jaksa dilakukan secara transparan,profesional, dan akuntabeldengan melibatkan Komisi Kejaksaan.

    (2) Tata cara perekrutan dan penempatan Jaksa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Jaksa Agung.

    5. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 9

    (1) Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Jaksa adalah:a. aparatur sipil negara yang lulus pendidikan dan pelatihan

    pembentukan Jaksa;

    b.berijazah paling rendah sarjana hukum;

    c. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan palingtinggi 35 (tiga puluh lima) tahun;

    d. sehat jasmani dan rohani; dane. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    4/20

    4

    (2) Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pembentukanJaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Kejaksaan

    membentuk suatu lembaga pendidikan khusus.

    (3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,serta pembentukan lembaga pendidikan khusus Jaksa sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Jaksa

    Agung.

    6. Ketentuan Pasal 14 ayat (1) diubah sehingga Pasal 14 berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 14

    (1) Jaksa yang diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya,dengan sendirinya diberhentikan sebagai aparatur sipil negara.

    (2) Sebelum diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Jaksa yang bersangkutan dapat diberhentikan

    sementara dari jabatannya oleh Jaksa Agung.

    (3) Setelah seorang Jaksa diberhentikan sementara dari jabatanfungsionalnya berlaku pula ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 13 ayat (2) tentang kesempatan untuk membela diri.

    7. Ketentuan Pasal 15 ayat (2) diubah sehingga Pasal 15 berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 15

    (1) Apabila terdapat perintah penangkapan yang diikuti denganpenahanan terhadap seorang Jaksa, dengan sendirinya jaksa yang

    bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Jaksa

    Agung.

    (2) Dalam hal Jaksa dituntut di muka pengadilan dalam perkara pidanatanpa ditahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Jaksa

    diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Jaksa Agung.

    8. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) diubah sehingga Pasal 19 berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 19

    (1) Jaksa Agung adalah pejabat negara.(2) Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

    mendengar pertimbangan DPR.

    (3) Jaksa Agung memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan

    sesudahnya dapat dipilih kembali.

    9.

    Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 20

    Untuk diangkat menjadi Jaksa Agung harus memenuhi syarat sebagai

    berikut:

    a. warga negara Indonesia;

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    5/20

    5

    b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945;

    d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi65 (enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan;

    e. tidak pernah dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap;

    f. tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibatmelakukan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa;

    g. mempunyai pengalaman di bidang hukum sekurang-kurangnya15 (lima belas) tahun; dan

    h. berijasah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum.10. Ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c diubah sehingga Pasal 22 berbunyi

    sebagai berikut:

    Pasal 22

    (1) Jaksa Agung diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:a. meninggal dunia;b. permintaan sendiri;c. sakit jasmani atau rohani selama 3 (tiga) bulan secara terus-

    menerus;

    d. berakhir masa jabatannya; ataue.

    tidak lagi memenuhi salah satu syarat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21.

    (2) Pemberhentian dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

    11. Di antara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 22Ayang berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 22A

    Jaksa Agung diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya karena:

    a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

    b. melakukan perbuatan tercela;c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya terus-

    menerus selama 3 (tiga) bulan; atau

    d. melanggar sumpah atau janji jabatan.12.Judul BAB III TUGAS DAN WEWENANG Bagian Pertama Umum diubah

    sehingga berbunyi sebagai berikut:

    BAB III

    TUGAS DAN WEWENANGBagian Kesatu

    Umum

    13. Setelah Bagian Kelima dalam Bab II ditambahkan 1 (satu) bagian yaituBagian Keenam, yakni sebagai berikut:

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    6/20

    6

    Bagian Keenam

    Sekretariat Jenderal

    Pasal 29A

    (1)Kejaksaan Agung dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin olehseorang Sekretaris Jenderal.

    (2)Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat olehpejabat aparatur sipil negara.

    (3)Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dandiberhentikan oleh Presiden atas usul Jaksa Agung.

    Pasal 29B

    (1)Sekretariat Jenderal mempunyai tugas memberikan dukunganadministratif dan teknis operasional kepada Kejaksaan Agung.

    (2)Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, tanggung jawab, dantata kerja Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    29A diatur dengan Peraturan Presiden berdasarkan usul Jaksa Agung.

    14. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 30

    (1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

    a. melakukan prapenuntutan dan penuntutan;b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang

    telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

    c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana

    bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas

    bersyarat;

    d. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana

    tertentu berdasarkan undang-undang; dan

    e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

    pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang

    dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

    (2) Untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan

    dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. tidak dilakukan terhadap tersangka;b. dilakukan terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya,

    dan/atau dapat meresahkan masyarakat, dan/atau yang dapat

    membahayakan keselamatan negara;

    c. diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah selesainyaproses hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

    undangan di bidang hukum acara pidana; dand. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik.

    (3) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasakhusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan

    untuk dan atas nama negara atau Pemerintah.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    7/20

    7

    (4) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turutmenyelenggarakan kegiatan:

    a. pengawasan peredaran barang cetakan;b. pengawasan aliran kepercayaan yang membahayakan masyarakat

    dan negara; dan

    c. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.15. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 35

    (1)Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang:a. menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan

    keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;

    b. mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan olehundang-undang;

    c. melakukan gelar perkara;d. mengesampingkan perkara demi kepentingan umum dengan

    pertimbangan DPR.

    e. mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada MahkamahAgung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara;

    f. dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada MahkamahAgung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;

    g. mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluarwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karenaketerlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan; dan

    h. meminta surat penetapan kepada Badan Pemeriksa Keuanganbahwa telah terjadi kerugian negara terhadap suatu kasus yang

    sedang dilakukan penyelidikan dan penyidikan atau penuntutan,

    kecuali untuk kasus penyuapan yang tertangkap tangan.

    (2)Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,meliputi:

    a. kondisi yang menghambat kelangsungan pemerintahan; danb. kondisi yang mengancam ketertiban umum dan kepentingan

    nasional.

    16. Di antara BAB III dan BAB IV disisipkan 3 (tiga) bab, yakni BAB IIIAKOMISI KEJAKSAAN, BAB IIIB LARANGAN, dan BAB IIIC KETENTUAN

    PIDANA, yang berbunyi sebagai berikut:

    BAB IIIA

    KOMISI KEJAKSAAN

    Pasal 37A

    (1)Komisi Kejaksaan berkedudukan di ibukota negara RepublikIndonesia.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    8/20

    8

    (2)Komisi Kejaksaan dapat mengangkat penghubung di daerah sesuaidengan kebutuhan.

    (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan, dan tatakerja penghubung Komisi Kejaksaan di daerah sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Komisi Kejaksaan.

    Pasal 37B

    (1)Komisi Kejaksaan mempunyai 7 (tujuh) orang anggota.(2)Keanggotaan Komisi Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri atas:

    a. 2 (dua) orang mantan Jaksa;

    b. 2 (dua) orang praktisi hukum;

    c. 2 (dua) orang akademisi hukum; dan

    d. 1 (satu) orang tokoh masyarakat.

    Pasal 37C

    (1)Komisi Kejaksaan dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpinoleh seorang Sekretaris Jenderal.

    (2)Sekretaris Jenderal dijabat oleh aparatur sipil negara.(3)Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat

    dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Komisi Kejaksaan.

    (4)Sekretariat Jenderal mempunyai tugas memberikan dukunganadministratif dan teknis operasional kepada Komisi Kejaksaan.(5)Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, tanggung jawab, dantata kerja Sekretariat Jenderal diatur dengan Peraturan Presiden.

    Pasal 37D

    Komisi Kejaksaan mempunyai wewenang:

    a. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, sertaperilaku Jaksa;

    b. menetapkan kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa bersama-sama dengan Kejaksaan Agung; dan

    c. menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan/atau pedomanperilaku Jaksa.

    Pasal 37E

    (1) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuranmartabat, serta perilaku Jaksa, Komisi Kejaksaan berpedoman pada

    kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa.

    (2) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuranmartabat, serta perilaku Jaksa, Komisi Kejaksaan mempunyai tugas:

    a.mengawasi proses rekrutmen dan penempatan Jaksa;

    b. melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilakuJaksa;

    c. menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggarankode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa;

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    9/20

    9

    d. melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporandugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa

    secara tertutup;

    e. memutuskan benar-tidaknya laporan dugaan pelanggaran kodeetik dan/atau pedoman perilaku Jaksa; dan

    f. mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orangperseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang

    merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat Jaksa.

    (3)Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisi Kejaksaanjuga mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan

    kesejahteraan Jaksa.

    (4)Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuranmartabat, serta perilaku Jaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

    Komisi Kejaksaan dapat meminta bantuan kepada aparat penegak

    hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraandalam hal adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman

    perilaku Jaksa oleh Jaksa.

    (5)Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan KomisiKejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

    (6)Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilakuJaksa dinyatakan terbukti, Komisi Kejaksaan mengusulkan

    penjatuhan sanksi kepada Kejaksaan Agung terhadap Jaksa yang

    diduga melakukan pelanggaran.

    (7)Kejaksaan Agung menjatuhkan sanksi terhadap Jaksa yangmelakukan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa

    yang diusulkan oleh Komisi Kejaksaan dalam waktu paling lama 60

    (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal usulan diterima.

    Pasal 37F

    (1)Dalam hal Kejaksaan Agung belum menjatuhkan sanksi dalamjangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (7) maka

    maka usulan Komisi Kejaksaan berlaku secara otomatis dan wajib

    dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung.

    (2)Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara Komisi Kejaksaan danKejaksaan Agung mengenai usulan Komisi Kejaksaan tentang

    penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (6),

    dilakukan pemeriksaan bersama antara Komisi Kejaksaan dan

    Kejaksaan Agung terhadap Jaksa yang bersangkutan.

    (3)Dalam hal Kejaksaan Agung dan Komisi Kejaksaan dalam jangkawaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (7) tidak

    mencapai kata sepakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka

    usulan Komisi Kejaksaan sepanjang memenuhi ketentuan dalam

    Pasal 37E ayat (6), berlaku secara otomatis dan wajib dilaksanakanoleh Kejaksaan Agung.

    (4)Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur bersama oleh Komisi Kejaksaan dan Kejaksaan

    Agung.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    10/20

    10

    Pasal 37G

    (1)Pengambilan keputusan Komisi Kejaksaan dilakukan secaramusyawarah untuk mencapai mufakat.

    (2)Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah tidak tercapai,pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

    (3)Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sah apabilarapat dihadiri oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota Komisi

    Kejaksaan.

    Pasal 37H

    (1)Untuk dapat diangkat menjadi anggota Komisi Kejaksaan, seorangcalon harus memenuhi syarat:

    a. warga negara Indonesia;b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;c. setia pada Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan palingtinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat proses pemilihan;

    e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang relevan dan/ataumempunyai pengalaman di bidang hukum paling singkat 10

    (sepuluh) tahun;

    f. berkomitmen untuk memperbaiki sistem peradilan di Indonesia;g. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;h.

    memiliki kemampuan jasmani dan rohani;i. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakuka tindak pidanakejahatan; dan

    j. melaporkan harta kekayaan.(2)Presiden membentuk panitia seleksi pemilihan anggota Komisi

    Kejaksaan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah menerima

    surat pemberitahuan dari pimpinan Komisi Kejaksaan.

    (3)Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atasunsur Pemerintah, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota

    masyarakat.

    (4) Panitia seleksi mempunyai tugas:

    a. mengumumkan pendaftaran penerimaan calon anggota KomisiKejaksaan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;

    b. melakukan pendaftaran dan seleksi administrasi serta seleksikualitas dan integritas calon anggota Komisi Kejaksaan dalam

    jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak pengumuman

    pendaftaran berakhir; dan

    c. menentukan dan menyampaikan calon anggota Komisi Kejaksaansebanyak 14 (empat belas) calon dengan memperhatikan

    komposisi anggota Komisi Kejaksaan dalam jangka waktu palinglambat 30 (tiga puluh) hari.

    (5)Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)panitia seleksi bekerja secara akuntabel dan transparan dengan

    mengikutsertakan partisipasi masyarakat.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    11/20

    11

    (6)Dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari sejak menerima calondari panitia seleksi, Presiden mengajukan 14 (empat belas) calon

    anggota Komisi Kejaksaan kepada DPR.

    (7)DPR wajib memilih dan menetapkan 7 (tujuh) calon anggota dalamwaktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima usul

    dari Presiden.

    (8)Calon terpilih disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presidenpaling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya

    pemilihan untuk disahkan oleh Presiden.

    (9)Presiden wajib menetapkan calon terpilih paling lama 15 (lima belas)hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat Pimpinan DPR.

    Pasal 37I

    (1)Anggota Komisi Kejaksaan memegang jabatan selama 5 (lima) tahundan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masajabatan.

    (2)Pimpinan Komisi Kejaksaan memberitahukan mengenai berakhirnyamasa jabatan Komisi Kejaksaan kepada Presiden paling lambat 1

    (satu) tahun sebelum habis masa jabatan.

    (3)Dalam hal terjadi kekosongan keanggotaan Komisi Kejaksaan,Presiden mengajukan calon anggota pengganti sebanyak 2 (dua) kali

    dari jumlah keanggotaan yang kosong kepada DPR.

    (4)Calon anggota pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diajukan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak terjadikekosongan.

    (5)Calon anggota pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapatberasal dari calon yang diajukan Presiden yang tidak terpilih oleh

    DPR berdasarkan urutan.

    (6)Anggota Komisi Kejaksaan yang menggantikan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) melanjutkan sisa masa jabatan anggota

    Komisi Kejaksaan yang digantikannya.

    BAB IIIB

    LARANGAN

    Pasal 37J

    (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Jaksa dilarang:

    a. menangani perkara yang ada kaitannya dengan kepentingan pribadiatau keluarga, pekerjaan, partai, finansial, atau mempunyai nilai

    ekonomis secara langsung atau tidak langsung;

    b. bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;c. membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan

    penegakan hukum;d. menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan

    pribadi dan/atau pihak lain;

    e. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;f. menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan

    penekanan secara fisik dan/atau psikis; dan

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    12/20

    12

    g. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan sertamenyuruh keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah

    dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya.

    (2)Jaksa yang melakukan pelanggaran atas larangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dikenai sanksi

    administratif berupa pembebasan dari tugas-tugas Jaksa paling

    singkat 1 (satu) tahun.

    (3)Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Jaksa yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, juga dikenai sanksi pidana

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 37K

    Jaksa dilarang melakukan:

    a. penyidikan;b. penangkapan;c. penahanan;d. penuntutan;e. pengajuan kasasi atas putusan bebas; dan/atauf. upaya hukum peninjauan kembali;tanpa alasan berdasarkan undang-undang, atau karena kekeliruan

    mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya.

    BAB IIICKETENTUAN PIDANA

    Pasal 37L

    Jaksa yang menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk

    kepentingan pribadi dan/atau pihak lain sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 37J ayat (1) huruf d dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

    (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp250.000.000,00

    (dua ratus lima puluh juta rupiah).

    Pasal 37M

    Jaksa yang merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37J ayat (1) huruf e dipidana dengan

    pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima

    belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00

    (lima puluh juta) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima

    puluh juta rupiah).

    Pasal 37N

    Jaksa yang menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukanpenekanan secara fisik dan/atau psikis sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 37J ayat (1) huruf f dipidana dengan pidana penjara paling singkat

    1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau pidana

    denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta) dan paling

    banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    13/20

    13

    Pasal 37O

    Jaksa yang meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan

    serta menyuruh keluarganya untuk meminta dan/atau menerima hadiah

    dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 37J ayat (1) huruf g dipidana dengan pidana

    pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima

    belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00

    (lima puluh juta) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima

    puluh juta rupiah).

    Pasal 37P

    Jaksa yang melakukan penyidikan, penangkapan, penahanan,

    penuntutan, pengajuan kasasi atas putusan bebas dan/atau melakukan

    peninjauan kembali tanpa alasan berdasarkan undang-undang ataukarena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37K dipidana dengan pidana penjara

    paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun

    dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta)

    dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

    rupiah).

    17. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 38

    (1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpaalasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan

    mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak

    menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

    (2) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian,rehabilitasi, dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam undang-

    undang.

    18. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 39

    Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana yang diatur dalam:

    a. Qanun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh; dan

    b. Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah Provinsisebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001

    tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah

    diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

    Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21

    Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi

    Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

    Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4884);

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    14/20

    14

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang hukum acara

    pidana.Pasal 39A

    Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling

    lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.Pasal II

    Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

    Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

    Indonesia.

    disahkan di Jakarta

    pada tanggalPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

    AMIR SYAMSUDDIN

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR...

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    15/20

    15

    RANCANGAN

    PENJELASAN

    ATAS

    RANCANGAN UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR TAHUN

    TENTANG

    PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004

    TENTANG

    KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

    I. UMUM

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang

    menjamin kesetaraan hak warga negara di hadapan hukum (equality before the

    law). Dalam rangka menjamin tercapainya prinsip-prinsip negara hukum

    maka dilakukan penataan kekuasaan kehakiman sehingga terciptanya

    kekuasaan kehakiman yang merdeka dan penegakkan hukum yang

    berorientasi pada kepastian hukum dan keadilan. Salah satu pilar dalam

    sistem penegakkan hukum adalah lembaga yang berwenang melakukan

    penuntutan dalam hal ini adalah kejaksaan.

    Sejalan dengan dinamika dan tuntutan masyarakat terhadap

    peningkatan kinerja lembaga kejaksaan maka perlu dilakukan perubahan

    Undang-undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut dimaksudkanuntuk lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik

    Indonesia sebagai lembaga negara yang dapat menjalankan fungsi secara

    bebas dari pengaruh dan tekanan pihak manapun. Selain itu melalui

    perubahan ini mendorong profesionalisme lembaga kejaksaan dalam

    menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

    Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk

    lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan

    kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan

    korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan

    kembali terhadap Kejaksaan. Pokok-pokok perubahan antara lain meliputi,

    penegasan lembaga kejaksaan untuk kembali pada fungsi dasarnya yaitu

    melakukan penuntutan, penentuan kriteria dan persyaratan Jaksa Agung, dan

    penguatan sistem pendukung khususnya aspek administrasi dan

    penganggaran sehingga pelaksanaan tugas-tugas institusi kejaksaan dapat

    optimal.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal I

    Angka 1

    Pasal 1

    Cukup jelas.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    16/20

    16

    Angka 2

    Cukup jelas.

    Angka 3

    Pasal 8

    Cukup jelas.

    Angka 4

    Pasal 8A

    Cukup jelas.

    Angka 5

    Pasal 9Cukup jelas.

    Angka 6

    Pasal 14

    Cukup jelas.

    Angka 7

    Pasal 15

    Cukup jelas.

    Angka 8

    Pasal 19

    Cukup jelas.

    Angka 9

    Pasal 20

    Cukup jelas.

    Angka 10

    Pasal 22

    Cukup jelas.

    Angka 11

    Pasal 22A

    Cukup jelas.

    Angka 12

    Cukup jelas.

    Angka 13

    Pasal 29A

    Cukup jelas.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    17/20

    17

    Pasal 29B

    Cukup jelas.

    Angka 14

    Pasal 30

    Ayat (1)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan prapenuntutan adalah

    tindakan jaksa untuk memantau perkembangan

    penyidikan setelah menerima pem-beritahuan

    dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari

    atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil

    penyidikan yang diterima dari penyidik serta

    memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik

    untuk dapat menentukan apakah berkas perkara

    tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap

    penuntutan.

    Huruf b

    Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan

    penetapan hakim, kejaksaan memperhatikan nilai-

    nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan peri

    kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa

    mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan ber-tindak.

    Melaksanakan putusan pengadilan termasuk juga

    melaksana-kan tugas dan wewenang mengendalikan

    pelaksanaan hukuman mati dan putusan pengadilan

    terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita

    untuk selanjutnya dijual lelang.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan keputusan lepas bersyarat

    adalah keputusan yang dikeluarkan oleh menteri yangtugas dan tanggung jawabnya di bidang

    pemasyarakatan.

    Huruf d

    Kewenangan penyelidikan dan penyidikan dalam

    ketentuan ini adalah kewenangan sebagaimana diatur

    misalnya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

    2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan

    Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

    Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

    telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

    Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 30 Tahun

    2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

    Korupsi.

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    18/20

    18

    Huruf e

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Tugas dan wewenang kejaksaan dalam ayat ini bersifat

    preventif dan/atau edukatif sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Yang dimaksud dengan turut menyelenggarakan adalah

    mencakup kegiatan-kegiatan bersifat membantu, turut

    serta, dan bekerja sama.

    Dalam turut menyelenggarakan tersebut, kejaksaan

    senantiasa memperhatikan koordinasi dengan instansi

    terkait.

    Angka 15

    Pasal 35

    Ayat (1)

    Huruf a

    Cukup jelas.

    Huruf b

    Cukup jelas.

    Huruf c

    Gelar perkara harus dilakukan di Kejaksaan Agung untuk

    perkara pidana yang melibatkan pejabat publik, pejabat

    negara, atau perkara pidana yang menarik perhatian

    umum.

    Huruf d

    Cukup jelas.

    Huruf e

    Cukup jelas.

    Huruf f

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    19/20

    19

    Cukup jelas.

    Huruf g

    Cukup jelas.

    Huruf h

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Angka 16

    Pasal 37A

    Cukup jelas.

    Pasal 37B

    Cukup jelas.

    Pasal 37C

    Cukup jelas.

    Pasal 37D

    Cukup jelas.

    Pasal 37E

    Cukup jelas.

    Pasal 37F

    Cukup jelas.

    Pasal 37G

    Cukup jelas.

    Pasal 37H

    Cukup jelas.

    Pasal 37I

    Cukup jelas.

    Pasal 37J

    Cukup jelas.

    Pasal 37K

    Cukup jelas.

    Pasal 37L

    Cukup jelas.

    Pasal 37M

  • 8/13/2019 RUU RUU Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    20/20

    20

    Cukup jelas.

    Pasal 37N

    Cukup jelas.

    Pasal 37O

    Cukup jelas.

    Pasal 37P

    Cukup jelas.

    Angka 17

    Pasal 38

    Cukup Jelas.

    Angka 18

    Pasal 39

    Cukup jelas.

    Pasal 39A

    Cukup jelas.

    Pasal II

    Cukup jelas.

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR