Rusa Bawean

download Rusa Bawean

of 6

description

rusa

Transcript of Rusa Bawean

M. Rasyid Dika Pratama200110120113Fapet B

Rusa Bawean (Axis kuhlii)

Rusa Bawean (bahasa latinnya Axis kuhlii), merupakan satwa endemik pulau Bawean (Kab. Gresik, Jawa Timur) yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Oleh IUCN Redlist, Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis (spesies) Rusa yang dimiliki Indonesia ini, dikategorikan dalam Kritis (CR; Critiscally Endangered) atau sangat terancam kepunahan. Spesies Rusa Bawean ini juga terdaftar pada CITES sebagai appendix I. Dalam bahasa inggris disebut sebagai Bawean Deer.Klasifikasi Rusa BaweanKingdom: AnimaliaFilum: ChordataSubfilum: VertebrataKelas : MammaliaOrdo : CetartiodactylaSubordo : RuminantiaFamilia : CervidaeGenus : AxisSpesies : Axis kuhlii

Karakateristik Rusa Bawean.Selain tubuhnya yang mungil, ciri khas lainnya adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Tubuhnya yang mungil ini menjadikan Rusa Bawean lincah dan menjadi pelari yang ulung. Warna bulunya sama dengan kebanyakan rusa, cokelat kemerahan kecuali pada leher dan mata yang berwarna putih terang. Bulu pada Rusa Bawean anak-anak memiliki totol-totol tetapi seiring bertambahnya umur, noktah ini akan hilang dengan sendirinya. Suka hidup berkelompok, mudah beradaptasi dalam segala lingkungan / iklim dan cepat berkembang biak serta efisien dalam penggunaan pakan untuk diubah sebagai daging lebih efisien daripada ternak sapi. Rusa termasuk golongan ruminansia mempunyai ketajaman pendengaran, penciuman, serta tidak punya kantong empedu. Pada umur dewasa berbadan besar, tungkai panjang, hidung gelap, dan suara melengking nyaring. Bobot rusa dewasa (10-12 bulan), betina 40-50 kg dan jantan 50-60 kg, panjang badan berkisar 1,5 m dan tinggi badan 1,4-1,6 m, bobot lahir 3-4 kg dan disapih umur 6 bulan. Dewasa kelamin umur 1-1,5 tahun. Pada saat akan melahirkan rusa selalu mencari tempat yang aman seperti semak-semak. Anak akan bersembunyi selama 1-2 minggu kemudian bergabung dengan kelompok. Anak yang lahir dengan mendapat perlakuan yang baik akan menunjukkan sifat yang lebih jinak. Rusa betina yang sedang bunting tua kadang-kadang bersifat agresif dan bisa membahayakan demikian juga rusa jantan bersifat agresif pada saat tanduk mulai mengeras dan musim kawin.Sebagaimana rusa lainnya, Rusa Bawean jantan memiliki tanduk (ranggah) yang mulai tumbuh ketika berusia delapan bulan. Tanduk (ranggah) tumbuh bercabang tiga hingga rusa berusia 30 bulan. Ranggah rusa ini tidak langsung menjadi tanduk tetap tetapi mengalami proses patah tanggal untuk digantikan ranggah yang baru. Baru ketika rusa berusia 7 tahun, ranggah (tanduk rusa) ini menjadi tanduk tetap dan tidak patah tanggal kembali. Rusa Bawean merupakan nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Dan mempunyai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Mereka sangat hati-hati, dan bersembunyi untuk menghindari kontak dengan orang-orang yang sedang beraktivitas

Pola ReproduksiRusa Bawean (Axis kuhlii) mempunyai masa kehamilan antara 225-230 hari dan melahirkan satu anak tunggal (jarang terjadi kelahiran kembar). Kebanyakan kelahiran terjadi antara bulan Februari hingga Juni. Rusa betina dewasa kelamin dicapai antara umur 15-18 bulan. Menurut Drajad dalam Semiadi (2006) bahwa ovarium kiri Rusa Bawean cenderung sedikit lebih aktif dalam proses ovulasi maupun menghasilkan folikel dibandingkan dengan bagian yang kanan (5:2). Diantara rusa tropis yang ada, Rusa Bawean memiliki siklus berahi yang terpendek, sekitar 3-4 hari lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sekitar 17,4 hari. Musim kawin terjadi sepanjang tahun akan tetapi lebih banyak dijumpai antara bulan Juli November pada umumnya berakhir bulan Januari. Kelahiran sekitar bulan Februari-Juni. Masa bunting sekitar 7,5 bulan setelah perkawinan atau 220-235 hari, umumnya anak yang dilahirkan sebanyak dua ekor. Berat lahir pada anak Rusa Bawean adalah antara 1,0-1,5 kg pada yang betina dan 1,5-2,0 kg pada yang jantan.Status Konservasi1. Peraturan Indonesia: SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 (tertulisCervuskuhlii, nama ini telah direvisi menjadiAxis kuhlii).Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 (tertulisCervusKuhlii :Axis kuhlii).2. Status internasional: IUCN : EN D ver 2.3 (1994). CITES : Appendix I.Kemiripan JenisAxis axis,rusa asli India, memiliki warna total-totol putih di bagian tubuhnya, tidak terdapat di alam bebas di Indonesia dan hanya ada di Istana Bogor dan beberapa kebun binatang.C. timorensis, C. unicolor, memiliki tinggi pundak lebih dari 90 cm.PerkawinanMusim kawin terjadi di bukan Juli sampai November, pada saat musim kemarau sedang berlangsung. Masa bunting 7-8 bulan dan diharapkan anak rusa akan lahir dimusim hujan yaitu sekitar Feburuari sampai Juni. Pada saat ini tumbuh-tumbuhan bertunas sehingga akan tersedia cukup makanan bagi anak dan induk yang melahirkan. Untuk memperebutkan betina didahului dengan perkelahian diantara pejantan-pejantan. Bekas gosokan tanduk pada batang-batang pohon merupakan petunjuk bagi rusa betina akan adanya sang jantan. Sedangkan rusa betina sendiri mengeluarkan cairan dari celah-celah jarinya dengan mengandalkan penciumannya. Kegiatan hidup rusa Bawean terutama berlangsung pada malam hari (nocturnal). Rusa bawean aktif berkelana mulai pukul 17.00 sampai pukul 21.00 dan mulai menurunkan aktifitasnya pada pukul 02.00 dini hari sampai pukul 05.00 pagi. Pada siang hari rusa Bawean biasanya menghabiskan waktu untuk beristirahat. Untuk berkomunikasi biasa menggunakan teriakan atau menyalak dengan ritme yang pendek. Predator dari hewan ini adalah anjing liar dan ular phyton.PopulasiSejak pertama kali rusa Bawean ditemukan oleh para peneliti, tidak pernah dilaporkan secara rinci keadaan populasi di habitat aslinya. Catatan tertua yang membahas secara selintas tentang keadaan populasi rusa Bawean ini adalah dari hasil publikasi tahun 1953. Dilaporakan bahwa ketika tahun 1928 dilakukan exspedisi penelitian tentang rusa ini dihabitat aslinya, para peneliti tidak dapat menemukan sekor rusapun di lapangan, terkecuali beberapa ranggah yang telah luluh yang dibawa oleh masyarakat setempat. Hal ini setidaknya menggambarkan keadaan populasi rusa yang memang mungkin rendah, disamping kemungkinan karena perilakunya yang lebih menyukai daerah bersemak dan bersembunyi. Namun pada era tahun 1950an para pemburu lokal dalam setiap akstivitas perburuannya selalau berhasil untuk mendapatkan seekor rusa untuk setiap pemburu. Dalam suatu kelompok pemburu adalah antara satu hingga tiga orang. Sistem penangkapan adalah dengan cara pemasangan jerat leher atau lubang perangkap. Walau tidak pernah dikemukakan keadaan populasi rusa yang ada dimasa lampau. Bahwa kelestarian rusa Bawean mulai terusik sekitar tahun 1948, ketika terjadi kelaparan. Rakyat yang biasanya berlayar dan memancing d ilaut, dengan aktivitas berburu dan berladang sebagi kegiatan sambilan. Akhirnya mengubah sikap hidupnya menjadi pemburu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu diduga bahwa gangguan terberat pada habitat rusa Bawean sebenarnya mulai terjadi sekitar tahun 1934 karena proses deforestarasi dengan penanaman pohon jati (Tectona garandis), yang kemudian disusul dengan penurunan populasi. Gangguan terhadap habitat asli ini terulang kembali sekitar tahun 1960an ketika terjadi penebangan pohon hutan, yang tersisa untuk ditanami pohon jati (Halimi, komunikasi peribadi). Satu-satunya data yang paling intensif yang pernah dilakukan guna untuk mengatuhi keadaan populasi rusa Bawean adalah surfai yang dilakukan dari bulan September 1977 sampai Mei 1979. Dari laporan tersebut dilaporkan bahwa populasi rusa Bawean pada saat itu berkisar antara 200-400 ekor. Dari hasil surfai tersebut pula pada akhirnya beberapa daerah di Pulau Bawean dijadikan kawasan lindung catatan resmi dalam IUCN saat ini masih menggunakan data tahun 1979 yang menyatakan bahwa dihabitat aslinya jumlah rusa Bawean diperkirakn mencapai 400 ekor dan dalam penangkaran berjumlah 102 ekor yang berada dikebun binatang Surabaya dan Singapura. Penurunan populasi di alam bebas yang terjadi sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagi akibat penurunan habitat, perburuan dan anjing liar. Pada akhir 2008, peneliti LIPI menyebutkan jumlah populasi rusa bawean yang berkisar 400-600 ekor. Sedang menurut IUCN, satwa endemik yang mulai langka ini diperkirakan berjumlah sekitar 250-300 ekor yang tersisa di habitat asli (2006). Karena populasinya yang sangat kecil dan kurang dari 250 ekor spesies dewasa, IUCN Redlist sejak tahun 2008 memasukkan Rusa Bawean dalam kategori Kritis (CR; Critiscally Endangered) atau sangat terancam kepunahan. Selain itu CITES juga mengategorikan spesies bernama latin Axis kuhlii ini sebagai Appendix I. Semakin langka dan berkurangnya populasi Rusa Bawean (Axis kuhlii) dikarenakan berkurangnya habitat Rusa Bawean yang semula hutan alami berubah menjadi hutan jati yang memiliki sedikit semak-semak. Ini berakibat pada berkurangnya sumber makanan. Penurunan jumlah populasi ini mendorong berbagai usaha konservasi diantaranya pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Bawean seluas 3.831,6 ha sejak tahun 1979. Selain itu untuk menghindari kepunahan sejak tahun 2000 telah diupayakan suatu usaha penangkaran Rusa Bawean (Axis kuhlii).HabitatHabitat merupakan tempat hidup populasi satwa liar untuk dapat berkembang baik dengan optimal (Djuwantoko, 1986). Habitat yang ideal bagi satwa adalah yang mencakup kebutukan biologis dan ekolologis satwa yang bersangkutan. Artinya habitat satwa dapat memenuhi kebutuhan biologis satwa ( makan, minum, berlindung ,bermain, berkembang biak ) dan dapat memenuhi kebutuhan ekologis dalam ekosistem. Pulau Bawean sebagi habitat asli dari rusa Bawean, terletak 150 km sebelah utara Surabaya, dikawasan Laut Jawa. Luas total Pulau Bawean sekitar 190 km dengan daerah yang bergunung (400-646 m dpl) berada di sekitar barat dan tengah pulau. Musim kemarau berlangsung mulai bulan Agustus hingga November dan dilanjutkan dengan musim penghujan dengan disertai angin Berat yang kencang pada awal musim penghujan. Bentangan pegunungan yang ada mempunyai kelerengan antara 5%-75%, namun sejak tahun 1934 banyak areal pegunungan yang vegetasinya berganti dengan pohon jati. Daerah inilah yang menjadi sisa habitat asli rusa Bawean.Jenis Makanan Rusa Bawean1. Daun Anjhujhu2. Tale Caceng3. Daun Gundang4. Daun Nangka5. Daun Kenyang-kenyang6. Daun Gheddhung7. Rumput Gajah8. Rumput Ladang9. Tale Atta10. Daun ampelas11. Daun lambese12. Daun andudur13. Daun pelle14. Daun ampere15. Rumput lending-ledingan16. Daun kangkung tajhin17. Rumput lapeddhung18. Daun kacang19. Buah nangka20. Buah gheddheng21. Buah pellem dan masih banyak jenis daun,rumput, dan buah2an lainnya.

Manfaat Ternak Rusa 1. Ternak Rusa memiliki beberapa keunggulan sebagai hewan ternak, antara lain memiliki adaptasi yang tinggi, dan tingkat pengembangbiakan yang baik.2. Kegiatan pengembangan (Budidaya) ternak Rusa merupakan salah satu bentuk diversifikasi pangan, dimanapeternakanjuga sangat menentukan dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut, sehingga ketahanan pangan tidak lagi diartikan sebagai ketersediaan dan kecukupan pangan, tetapi kecukupan protein hewani dan pangan lainnya sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH).3. Kegiatan pengembangan budidaya rusa untuk menghindari kepunahan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan tujuan ganda, yaitu gabungan usaha konservasi (mendukung pelestarian plasma nutfah Indonesia) dan mempunyai nilai komersil (Semiadi, 1998. Saragih. 2000).4. Pengembangan Rusa dalam bentuk usaha komersial di tempat-tempat wisata mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dari hasil penjualan produk secara langsung (Daging, Tanduk/seranggah/rangga muda (velwet), rangga tua (antler), kulit, penjualan hewan hidup)maupun penjualan tiket rekreasi, serta mampu menurunkan biaya untuk membayar tenaga kerja dan biaya untuk perawatan rusa5. Pada ternak rusa, yang memiliki nilai jual tidak saja dagingnya tapi juga seluruh bagian yang melekat pada tubuh rusa itu, seperti tanduk/ceranggah, kulit tulang, darah, penis, tulang kaki belakang hingga ekornya yang kesemuanya bernilai ekonomi tinggi.6. Produk daging rusa juga sangat enak karena seratnya lembut dan halus, kandungan lemak dan kandungan kolesterol yang lebih rendah daripada daging sapi sehingga harga dagingnya lebih mahal. Harga mahal tidak akan mengurangi minat orang mengkonsumsinya.7. Dalam masyarakat Cina dan Korea, ranggah velvet (muda) khususnya, dan juga ranggah keras serta beberapa bagian anggota tubuh rusa lainnya (otot kaki, ekor dan testes), dipercaya mengandung khasiat sebagai penguat tubuh dan berhubungan dengan cairan tonik.

Hama dan PenyakitTeknis budidaya ternak rusa sebenarnya hampir sama dengan Teknis Budidaya ternak Ruminansia Kecil lainnya seperti Kambing dan Domba. Namun dalam prakteknya, oleh karena sifat liar masih mendominasi maka kita harus mengenal karakteristiknya terlebih dahulu sehingga akan diperoleh hasil budidaya yang sesuai dengan tujuan pemeliharaannya. Beberapa Penyakit Utama Dalam Usaha Budidaya Rusa (Cervus Spp) menurut (Semiadi, 1998 ; Saragih, 2000 ; Thohari, 2000) antara lain :1. Kasus Capture Myophathy sering terjadi di berbagai tempat penangkaran rusa baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini disebabkan karena hewan tersebut mudah mengalami stres, dan penanganan yang dilakukan tidak hati-hati. Sindrom yang kelihatan adalah, kematian mendadak dan tiba-tiba, tanpa diketahui gejalanya IJl terIebih dulu. Kasus ini terjadi setelah penangkapan dan pembiusan untuk memindahkan hewan-hewan tersebut ke lokasi baru dari habitatnya. Untuk mencegah masalah ini perIu penanganan yang baik dan hati-hati, karena sampai sekarang belum ditemukan prosedur yang efektif untuk pengobatan jika telah timbul kasus (Spraker, 1993 ; Aliambar, 2000).2. Rusa seperti ruminansia lainnya, bisa terinfeksi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, ektoparasit dan endoparasit. Penyakit virus yang sering dilaporkan adalah Malignant Catarrhal Fever, Blue Tongue, Epizootic Hemorrhagic Disease dan Chronic Wasting Disease. Kejadian penyakit virus bisa ditularkan dari ternak domestik seperti sapi dan domba, serta pakan tambahan yang tercemar virus tersebut (Reenen, 1982 ; Tapscott, 1998).3. Penyakit bakteri yang sering dilaporkan adalah : Penyakit Anthrax, Bruselosis, Paratuberkulosis Disease, Yersiniosis dan Salmonelosis. Penyakit -penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut bersifat zoonosis (Reenen, 1982)4. Ektoparasit yang cukup berbahaya bagi rusa maupun hewan lainnya, termasuk manusia adalah Tick Paralysis yang disebabkan oleh gigitan caplak Dermacentor variabilis. Gigitan caplak tersebut bisa menimbulkan kematian mendadak pada induk semang. Infeksi cacing secara umum menyebabkan penurunan kondisi hewan yang bersangkutan (Reenen, 1982; Fowler, 1993).