Rumple Leed

13
MAKALAH HEMATOLOGI “Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)Kelompok III Made Anggi Edita Pardini P071340110122 Putu Yulia Anggreni P071340110124 I Ketut Widiarta P071340110126 Kadek Susi Wiandari P071340110128 Ni Putu Mayasari P071340110128 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN D3 ANALIS KESEHATAN

description

Hematologi

Transcript of Rumple Leed

Page 1: Rumple Leed

MAKALAH HEMATOLOGI

“Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)”

Kelompok III

Made Anggi Edita Pardini P071340110122

Putu Yulia Anggreni P071340110124

I Ketut Widiarta P071340110126

Kadek Susi Wiandari P071340110128

Ni Putu Mayasari P071340110128

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN D3 ANALIS KESEHATAN

2013

Page 2: Rumple Leed

Judul Praktikum : Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test )

Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 24 September 2013

I. Tujuan

Untuk mengetahui ketahanan /kerapuhan dinding pembuluh darah serta jumlah

dan fungsi trombosit.

II. Prinsip

Vena dibendung sehingga tekanan darah di dalam kapiler meningkat. Dinding

kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam

jaringan sekitarnya sehingga tampak titik merah kecil pada permukaan kulit, titik

tersebut dikenal dengan petechiae.

III. Dasar Teori

III.1. Hemostasis

Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada

lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif

faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit

dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga

keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi

dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada

dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).(Rafsan,2012)

Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel

vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein

fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam

jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat

menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu

terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga

menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik.

Page 3: Rumple Leed

Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor

prothrombotik dan faktor antithrombotik.(Rafsan,2012)

Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan

hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen

vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit

plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan

pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga

dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga

sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses

koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi

pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini

sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino

tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah

pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin.

Proses ini jika dilihat secara skematik tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau

sebagai suatu tangga(cascade).(Rafsan,2012)

Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa

vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit,

dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang

peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor

pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah

faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot.

(Anonim,2012)

Pendarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit,

ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan

bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut

diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang

didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan

penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan

koagulasi. (Anonim,2012)

Page 4: Rumple Leed

Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic

pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi

kerusakan vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami pemaparan

terhadap komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan bantuan kalsium

menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa, tissue factor dan

kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan faktor X menjadi

FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung pendek karena

dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur ekstrinsik hanya

memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan

mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut, sehingga proses koagulasi

dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai dengan adanya contact

activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan high molecular weigth

kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa. Akhir-

akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses koagulasi

dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex yang

melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium.

Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah

berikutnya adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari

PF3 serta kalsium yang disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah

prothrombin menjadi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin.

(Rafsan,2012)

 Pemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk

mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal

hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam keluarga.

Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik.

Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi

membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada

juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling

penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan

Page 5: Rumple Leed

penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada

riwayat perdarahan. (Anonim,2012)

Pemeriksaan ini terdiri atas:

A. Tes penyaring meliputi :

Percobaan pembendungan

Masa perdarahan

Hitung trombosit

Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)

Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin

time, APTT)

Masa trombin (Thrombin time, TT)

B. Tes khusus meliputi :

Tes faal trombosit

Tes Ristocetin

Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)

Pengukuran alpha-2 antiplasmin

4.2 Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

Rumple leede test (percobaan lpembendungan) dimaksudkan untuk menguji

ketahanan kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah akan

menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat ,maka darah dari kapiler

keluar dan merembes dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak petechiae.

(Gandosoebrata,1969)

Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,warna

terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya muncul pada

kaki bagian bawah tetapi bisa muncul diseluruh tubuh. Petechiae mungkin terlihat

pada pasien-pasien dengan jumlah platelet yang sangat rendah. Petechiae terjadi

kerena perdarahan keluar dan pembuluh – pembuluh darah yang kecil sekali di bawah

kulit atau selaput lendir,petechiae umumnya tidak jelas dan menyakitkan.

(Arifin,2012)

Page 6: Rumple Leed

Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar

setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yang

pertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang

berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian

tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit. (Anonim,2011)

Pembendungan dilakukan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada

pertengahan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan

selama 10 menit. Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan,

cukup dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai  bendungan

dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap. Kemudian diperiksa

adanya petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah garis tengah 5 cm

kira-kira 4 cm dari lipat siku.(Anonim,2012)

Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae

sebanyak 10 buah dalam waktu 10 menit. Pemerikssan dinyatakan negatif bila dalam

waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul petechiae

kurang dari 10 buah.(Anonim,2012)

Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi petekie,

berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu dilakukan

sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura secara spontan, percobaan ini juga

tidak perlu dilakukan. (Anonim,2012)

Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan tersebut antara lain saat

membuat daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar, sekian

jari dari fossa cubiti, dengan diameter penampang sebesar 5 cm menggunakan

penggaris. Selain itu, bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari

10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan. Bila setelah 10 menit tidak timbul

peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5 menit. Bila tak ada perubahan

penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan dihentikan apakah ada bekas gigitan

nyamuk pada daerah pembacaan, yang mungkin menyebabkan hasil menjadi positif

palsu. (Anonim,2011)

Page 7: Rumple Leed

Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan

terjadi gangguan vaskuler maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat

menimbulkan penyakit atau keluhan tertentu, antara lain penyakit arteri koroner yang

berat, gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang sebelumnya telah

menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi serangan

jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada kulit. Seseorang bisa

mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit. Setiap pembuluh darah kecil

ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan bintik-bintik

merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan (purpura). (Anonim,2011)

Faktor yang mempengaruhi Rumple leede test (Arifin,2012) :

1. Perempuan yang menstruasi

2. Post menstrual dengan sedikit hormone

3. Kulit rusak karena akan meningkatkan kerapuhan kapiler.

Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk mengukur

ketahanan kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi

trombosit. Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini berhasil

positif.

IV. Alat dan Bahan

a. Sfigmomanometer

b. Stopwatch

c. Alat tulis

V. Langkah Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Ikatan sfigmomanometer dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai

tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolok kurang dari 100 mmHg,

pompalah sampai tekanan di tengah – tengah nilai sistolik dan diastolik).

Page 8: Rumple Leed

3. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit (jika percobaan ini dilakukan

sebagai lanjutan percobaan Ivy, cukup dilakukan selama 5 menit)

4. Ikatan dilepas dan ditunggu sampai tanda – tanda stasis darah lenyap lagi.

Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi

warnanya telah kembali lagi seperti warna lengan sebelum dibendung.

5. Banyaknya petechiae yang timbul dicari dan dihitung dalam lingkaran

bergaris tengah 5 cm, kira – kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

VI. Interpretasi Hasil

a. Hasil negatif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira – kira 4 cm

distal dari fossa cubiti terdapat < 10 petechiae.

b. Hasil positif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira – kira 4 cm

distal dari fossa cubiti terdapat > 10 petechiae.

VII. Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Laporan Praktikum Pemeriksaan Koagulasi. Tersedia pada :

http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-

koagulasi.html (Diakses tanggal 18 September 2013)

Anonim. 2012. Hemostasis. Tersedia pada:

http://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-

hemostasisadalah.html (Diakses tanggal 18 September 2013)

Arifin,Fury. 2012. Pemeriksaan Rumple Leede Test. Tersedia pada :

http://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-

test.html (Diakses tanggal 18 September 2013)

Gandosoebrata. 1969. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta

Rafsan. 2012. Homeostasis. Tersedia pada : http://laboratorium-analisys-

rafsan.blogspot. com/2012/07/homeostatis.html. (Diakses tanggal 18

September 2013)