Rumah Kompos

10
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu iopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjOOOOklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas USULAN RENCANA KEGIATAN PENATAAN INKUBATOR BISNIS RUMAH KOMPOS DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN PENUMBUHAN UNIT BISNIS DI LINGKUNGAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNDANA APRIL –JUNI 2011 OLEH TIM PELAKSANA

description

Rumah Kompos

Transcript of Rumah Kompos

USULAN RENCANA KEGIATAN

USULAN RENCANA KEGIATAN

PENATAAN INKUBATOR BISNIS RUMAH KOMPOS DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR MENGAJAR

DAN PENUMBUHAN UNIT BISNIS

DI LINGKUNGAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNDANA

APRIL JUNI 2011OLEH TIM PELAKSANA

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Dalam rangka menjadikan Undana sebagai Perguruan Tinggi yang mandiri dan otonom, maka perlu diupayakan sumber sumber penerimaan lain di luar SPP. Untuk maksud tersebut, maka upaya yang harus dilakukan adalah mengembangkan segala potensi yang ada secara langsung maupun tidak langsung kearah konsep entrepreneurship yakni mewujudkan hasil IPTEK universitas menjadi produk/jasa yang siap dipasarkan dan mengembangkannya menjadi bisnis Perguruan Tinggi. Melalui Project Im-Here pada tahun 2010, telah dilakukan survei potensi IPTEK pada semua unit yang ada dilingkungan Undana. Hasil survei potensi IPTEK yang dapat dimunculkan dan dikembangkan menjadi unit bisnis. Salah satunya adalah IPTEK yang berhubungan dengan Program Pengembangan Pertanian Organik. Sebagaimana diketahui bah wa, pada tahun 2010 pemerintah kita melalui Kementrian Pertanian Nasional telah mencanangkan sebagai tahun Go Organik. Untuk mendukung program tersebut maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk didalamnya Perguruan Tinggi yang diharapkan berperan dalam menyediakan IPTEK yang berhubungan dengan penyediaan input produksi dari hulu hingga hilir berupa; penyediaan benih/bibit, media tanam, berbagai jenis pupuk dan pestisida organik serta teknologi pendukung lainnya. Untuk menghasilkan IPTEK yang terkait dengan Pertanian Organik maka kapasitas laboratorium perlu ditingkatkan. Dalam rangka peningkatan kinerja laboaratorium khususnya yang ada di Fakulatas Pertanian dan Fakultas Peternakan, maka melalui Program PHKI telah mengupayakan pengadaan alat- alat laboratorium yang dapat memproduksi berbagai produk barang dan jasa. Selain itu, dalam rangka meningkatkan SDM pengelola laboratorium, maka ada sejumlah kepala laboratorium telah mengikuti pelatihan dan magang ke berbagai Universitas di Jawa.

Salah satu peralatan laboratorium yang telah diadakan adalah mesin pencacah sampah. Mesin ini diadakan dalam rangka mensuport kegiatan praktek mahasiswa dalam menghasilkan berbagai jenis pupuk organik. Keberadaan mesin pencacah sampah tersebut belum secara maksimal dimanfaatkan oleh karena, belum tersedianya tempat produksi yang layak.

Untuk itu, melalui Program Agri 4 tahun 2011 ini akan dibangun Rumah Kompos sebagai tempat memproduksi berbagai jenis pupuk organik di lingkungan Fakultas Pertanian. Dengan adanya bangunan rumah kompos tersebut, maka alat pencacah sampah dapat dimanfaatkan secara optimal.B. Tujuan

1. Sebagai tempat praktek bagi mahasiswa Faperta dan Fapet Undana

2. Sebagai tempat pembelajaran bagi pihak lain di luar Undana

3. Sebagai tempat produksi berbagai jenis pupuk organik dan media tanam.

4. Sebagai media memasyarakatkan penggunaan pupuk organik.

II. Spesifikasi Teknis Rumah KomposPengertian. Rumah kompos adalah bangunan yang berfungsi untuk memproses pengomposan sisa hasil tanaman dan kotoran ternak menjadi pupuk organik dan dilengkapi dengan alat perajang dan decomposer.

Proses perubahan bahan organik berupa sisa hasil tanaman dan kotoran ternak menjadi pupuk organik secara manual memerlukan waktu sekitar 5 minggu bahkan lebih. Dengan bantuan alat pemotong dan penghancur sisa hasil tanaman maka waktu pembuatan kompos dapat dipersingkat menjadi 1 sampai 2 minggu.

a. Standar Teknis

Luas tanah minimal 150 m2, terdiri dari : luas bangunan rumah kompos minimal 8 x 10 m2 (80m2). Sisanya sekitar 70m2 dipakai untuk lahan dekomposisi pengomposan dan gudang penyimpanan pupuk.

Listrik dan sumber air sesuai dengan kebutuhan rumah kompos

b. Kriteria

Disekitar lokasi kegiatan mempunyai potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama sisa hasil tanaman, kotoran ternak.

Ada petugas khusus yang mengelola rumah kompos (pembina, operator, dan tanaga pelaksana)

c. Sarana Penunjang Rumah Kompos

Alat perajang skala kecil dilengkapi dengan mesin penggerak

Gerobak angkut

Dekomposer berupa mikro organisme lokal

Drum, ember, terpal plastik. Dll.d. Pelaksanaan Fisik KegiatanApabila lokasi rumah kompos telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya pembangunan bagunan rumah kompos. Konstruksi fisik bangunan rangkanya menggunakan kayu balok, beratap seng, berlanatai semen kasar dan untuk gudang berdinding kayu.III. MODEL PENGELOLAAN INBIS1. FASILITAS MINIMUMMengacu pada rekomendasi workshop Standar Pelayanan Minimum INBIS PT yang dilakukan di Kota Batu Jawa Timur tahun 2009, fasilitas minimum yang harus dimiliki oleh INBIS PT adalah:a. Memiliki ruangan, untuk mengakomodir ruang pengurus dan pegawai/karyawan. Untuk sementara ruang pelatihan bisa memanfaatkan ruang yang dimiliki oleh universitas/Fakultasb. Memiliki fasilitas kantor, minimal ada 1 telepon dan fax, 1 fasilitas computer yang dilengkapi koneksi internet dan printer, filing cabinet dan lemari arsip.

c. Didukung oleh pegawai/karyawan, minimal 1 operator dan 1 orang staf administrasi

d. Memiliki modul pelatihan entrepreneurship (minimal 4 buah, yaitu modul tentang: dasar entrepreneurship, ide bisnis dan bisnis plan, produk design dan development dan marketing strategi)

e. Memiliki tenaga pendidik spesialis

2. REKRUTMENT PEGAWAIKebutuhan pegawai diusulkan oleh wakil ketua, dibahas dan diputuskan dalam rapat pimpinan INBIS. Rapat pimpinan sekaligus membahas program kerja tahunan, pengajuan anggaran dan peralatan//ATK yang dibutuhkan untuk operasional INBIS. Rekrutment awal pegawai/karyawan sebaiknya diawali oleh minimal 2 orang (1 orang operator dan staf administrasi) yang diseleksi sesuai kompetensi yang diinginkan secara transparan dan objektif. Operator tidak saja dapat mengirim fax dan memberikan informasi yang diperlukan client/tenant, tetapi sebaiknya juga bisa menjadi HUMAS bagi INBIS. Staf administrasi sebaiknya memiliki kompetensi mengkonsep surat, mengirim dan mengemail surat, mengarsip surat, mempersiapkan rapat, menskedul kegiatan pimpinan, dan kegiatan adminstrasi keuangan. Pegawai tersebut sebaiknya berstatus kontrak (bersedia menyetujui isi kontrak dan menandatanganinya) dan digaji oleh Universitas (paling tidak karena alasan segala pendapatan INBIS harus masuk ke rekening rektor). Evaluasi kinerja karyawan dilakukan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali, dan setiap tahun jika kinerjanya bagus kontraknya diperpanjang.

3. PERUNDANAAHAN MINDSETInbis didirikan untuk akselerasi perkembangan UNDANA, sehingga semua civitas akademika perlu diberi sosialisasi khususnya dalam bentuk seminar/workshop. Kesamaan pandang dan langkah semua civitas akademika tentang entrepreneurship mindset akan menjadi soko guru pengembangan dan fungsi INBIS PT. Seminar/workshop tidak cukup dilakukan sekali saja, karena yang harus berUNDANAahan tidak hanya pengambil kebijakan (senat fakultas atau universitas saja) tetapi juga dosen biasa, mahasiswa dan karyawan harus bersama-sama memahami pentingnya entrepreneurship mindset bagi perkembangan dan pengembangan UNDANA. Road show harus dilakukan oleh pimpinan INBIS keseluruh jajaran menuju kesamaan entrepreneurship mindset.

4. KONSEP PELATIHAN DAN PROSES INKUNDANAASI BISNISKonsep pelatihan entrepreneurship dan inkUNDANAasi bisnis adalah benefit untuk mendidik mahasiswa dan tenant lain yang membutuhkan dengan tujuan terjadi perUNDANAahan kearah entrepreneurship mindset, menjadikan civitas akademika pandai mencari dan memanfaatkan peluang, berani mengambil resiko karena meiliki background dasar entrepreneurship yang cukup. Karena orientasinya benefit, maka keuntungan yang berupa uang bukan tujuan tetapi lebih menitikberatkan kepada peningkatan softskill sumber daya manusia.

5. KONSEP PENGEMBANGAN UNIT BISNISKonsepnya secara prinsipil dibagi 2, yaitu bisnis akademik dan non-akademik, dengan filosophy profit oriented. Bisnis akademik dalam jangka pendek dilakukan dengan mendorong laboratorium untuk mampu menggali potensi generating income. Produk bisa berupa misalnya pupuk kompos, jamur, tanaman dan bibit tanaman, benih, ternak dan bibit ternak, pakan ternak, produk susu dan telur dll. Produk juga diarahkan untuk mendapatkan patent, hasil patent nantinya disharing antara inventor dan UNDANA, karena inventor memperoleh hasil temuannya dengan langsung maupun tidak langsung memanfaatkan fasilitas dan laboratorium yang dimiliki oleh UNDANA. Tetapi produk juga bisa berupa jasa, misalkan konsultan pengembangan wilayah pantai, konsultan pengembangan pedesaan, konsultan pengembangan tanaman keras, konsultan pengembangan ternak local, dsb. Pada dasarnya bisnis ini berbasis IPTEK sebagai kompetensi utama perguruan tinggi.

Bisnis non-akademik dikembangkan tidak semata-mata hasil IPTEK, yang penting mampu memberikan keuntungan finasiil yang tinggi dalam waktu yang singkat. Bisnis ini bisa berupa toko buku, pom bensin, guest house, dll sebagaimana dirumuskan dalam road map.

6. PENGEMBANGAN JEJARING/NETWORKINGJejaring atau network adalah salah satu kunci keberhasilan dalam berbisnis. Jejaring dilakukan dalam rangka membangun kerjasama pelatihan entrepreneurship, membantu menginkUNDANAasi tenant dari luar, maupun pendirian unit usaha baru dan ekspansi pemasaran produk. Secara formal, jejaring juga diharapkan mampu menelorkan MoU dengan tindak lanjut yang konkrit, seperti kerjasama yang diuraikan di atas.

7. PENGELOLAAN KEUANGANKeuangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga semua pendapatan harus disetor ke rekening pengelola.IV. PENDANAANProgram Pengelolaan Inkubator Bisnis berupa Rumah Kompos dan teknis pelaksanaannya dibiayai dari Dana Project Agri-4 Undana Tahun 2011.Jumlah dana yang dibutuhkan sebesar Rp.40.000.000,-

V. JADWAL KEGIATAN

Program INBIS Rumah Kompos ini akan berlangsung selama tiga bulan yakni bulan April hingga Juni 2011. Tahap persiapan dan pembangunan rumah kompos pada April-Mei 2011.Pengoperasiannya pada Juni 2011.PENUTUP

Demikian pedoman pembuatan bangunan rumah kompos dan cara pengelolaannya ini dibuat dalam rangka mendukung proses belajar mengajar dan upaya penumbuhan unit bisnis di Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan Undana.qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjOOOOklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm

PAGE 2