RUMAH ADAT

download RUMAH ADAT

of 11

Transcript of RUMAH ADAT

RUMAH BAN1AR (KALIMANTAN SELATAN) Rumah Banjar adalah rumah tradisional dari suku Banjar. Suku bangsa Banjar adalah suku bangsa yang menempati sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dan sejak abad ke-17 mulai menempati sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur terutama kawasan dataran dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut. Suku Banjar terkadang juga disebut Melayu Banjar, tetapi penamaan tersebut jarang digunakan. Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yaitu wilayah inti dari Kesultanan Banjar meliputi DAS Barito bagian hilir, DAS Bahan (Negara), DAS Martapura dan DAS Tabanio. Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratiI dan simetris. Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa tipe Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton. Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering. Rumah Gadang, Sumatera Barat. Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsiSumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonfong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanfung.|1|. Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau. Rumah Panggung, 1ambi. rumah panggung sebenarnya bukan merupakan gaya arsitektur yang baru. Sejak zaman dulu, arsitektur tradisional Indonesia sudah menerapkan arsitektur rumah panggung ini, seperti rumah-rumah tradisional orang melayu. (Sumatera bagian tengah). Pada waktu itu area kolong lebih banyak digunakan untuk area 'service' seperti dapur, kamar mandi dan km/wc, bahkan ada yang memelihara ternak di kolong tersebut. Walaupun rumah panggung ini merupakan rumah tradisional, tetapi prinsip-prinsip rumah panggung ini masih bisa digunakan ntuk desain rumah modern. Ada seorang klien yang ingin membangun rumah dan dia mempunyai kebiasaan mengundang sanak keluarganya untuk datang dan bercengkerama di rumahnya, sementara rumahnya kecil. Agak susah membagi area yang siIatnya publik dan yang bersiIat privat. Maka saya mengusulkan adalah prinsip rumah rumah panggung. Bagian bawah plong' semacam hall besar untuk area berkumpul dan bagian atas untuk area privat keluarga. Jadi kedua pihak saling tidak terganggu. Tentu saja rumah panggung sekarang lebih bersiIat modern dan simple. Tidak seperti rumah-rumah tradisional pada umumnya. Dengan demikian kesan kuno jauh dari bayangan. Pembagian ruang-ruang di rumah panggung pada prinsipnya sama saja dengan rumah biasa. Yang membedakannya hanya bagian bawah saja. Di rumah biasa ada banyak ruang penyekat, tetapi untuk rumah panggung ruang bawahnya diusahakan sesedikit mungkin dinding penyekatnya. Ruang bawah (kolong) ini dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menampung orang banyak seperti mengadakan arisan, perayaan ulang tahun atau perayaan hari besar tertentu. Jadi kita tidak perlu bingung lagi menempatkan tamu-tamu walaupun lahannya terbatas. Rumah panggung adalah salah satu pendekatannya. Rumah Sesat, Lampung Nuwo. Rumah Adat Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut Lamban, Lambahana atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau, Rang Ngaji, atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan bangunan penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan Rumah adat orang Lampung biasanya didirikan dekat sungai dan berjajar sepanjang jalan utama yang membelah kampung, yang disebut tiyuh. Setiap tiyuh terbagi lagi ke dalam beberapa bagian yang disebut bilik, yaitu tempat berdiam buway . Bangunan beberapa buway membentuk kesatuan teritorial-genealogis yang disebut marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klen yang besar disebut nuwou menyanak. Rumah ini selalu dihuni oleh kerabat tertua yang mewarisi kekuasaan memimpin keluarga. Arsitektur lainnya adalah 'lamban pesagi yang merupakan rumah tradisional berbentuk panggung yang sebagian besar terdiri dari bahan kayu dan atap ijuk. Rumah ini berasal dari desa Kenali Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat.. Ada dua jenis rumah adat Nuwou Balak aslinya merupakan rumah tinggal bagi para Kepala Adat (penyimbang adat), yang dalam bahasa Lampung juga disebut Balai Keratun. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Lawang Kuri (gapura), Pusiban (tempat tamu melapor) dan Ijan Geladak (tangga "naik" ke rumah); Anjung-anjung (serambi depan tempat menerima tamu), Serambi Tengah (tempat duduk anggota kerabat pria), Lapang Agung (tempat kerabat wanita berkumpul), Kebik Temen atau kebik kerumpu (kamar tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua), kebik rangek (kamar tidur bagi anak penyimbang ratu atau anak kedua), kebik tengah (yaitu kamar tidur untuk anak penyimbang batin atau anak ketiga). Rumah Limas, Sumatera Selatan. Rumah Limas merupakan prototype rumah tradisional Palembang, selain ditandai denagn atapnya yang berbentuk limas, rumah limas ini memiliki ciri-ciri; - Atapnya berbentuk Limas - Badan rumah berdinding papan, dengan pembagian ruangan yang telah ditetapkan (standard) bertingkat-tingkat.(Kijing) - Keseluruhan atap dan dinding serta lantai rumah bertopang di atas tiang-tiang yang tertanam di tanah - Mempunyai ornamen dan ukiran yang menampilkan kharisma dan identitas rumah tersebut Kebanyakan rumah Limas luasnya mencapai 400 sampai 1.000 meter persegi atau lebih, yang didirikan di atas tiang-tiang kayu Onglen dan untuk rangka digunakan kayu tembesu Pengaruh Islam nampak pada ornamen maupun ukiran yang terdapat pada rumah limas. Simbas (Platy Cerium Coronarium) menjadi symbol utama dalam ukiran tersebut. FilosoIi tempat tertinggi adalah suci dan terhormat terdapat pada arsitektur rumah limas. Ruang utama dianggap terhormat adalh ruang gajah (bahasa kawi balairung) terletak ditingkat teratas dan tepat di bawah atap limas yang di topang oleh Alang Sunan dan Sako Sunan. Rumah Melayu Selaso 1atuh Kembar(Rumah Adat Riau) Rumah Adat Daerah Riau - Sebenarnya tidaklah bisa disebut rumah adat Riau, namun disebabkan oleh Riau identik dengan ciri ciri Melayu, maka Rumah adat Riau adalah rumah adat Melayu. Ditambah pula Riau-ini terdapat banyak sungai maka setiap sungai itu beda pula beradaban serta adatnya walaupun banyak terdapat persamaan Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik, kecuali rumah lontik yang-mendapat pengaruh Minang. Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi Iungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan Iungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid. Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran. Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (Rumah Gadang)Rumah Adat Sumatra Barat Dalam wilayah Minangkabau dikenal dengan istilah Luhak Nan Tigo, yaitu : Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak 50 Kota. Ketiga Luhak ini pun disebut dengan darek. Tatanan masyarakat Minangkabau hidup dalam suatu tatanan sosial berupa Keluarga Besar yang berasal dari satu keturunan ninik, dimana setiap satu keturunan keluarga dipimpin oleh seorang Mamak. Sehingga setiap satu keluarga memiliki satu rumah gadang, yang didalamnya berlangsung aktivitas keluarga yang didominasi oleh pihak perempuan. Yang menempati Rumah Gadang itu adalah perempuan dan anak-anak, sedangkan yang laki-laki tinggal di Surau untuk belajar mengaji dan menuntut ilmu (Navis, 1984). Dalam kaitannya Rumah Adat Minangkabau, sangat erat kaitannya dengan kedua Iaktor diatas yaitu geograIis dan sosial budaya. Orang Minang hidup berIalsaIahkan Alam Takambang Jadi Guru ( Alam terbentang jadi Guru), dimana didalam menjalani dan menyikapi kehidupan mengambil hikmah/pelajaran dari setiap kejadian yang ada. Ciri-ciri Rumah Gadang : Berbentuk segi empat dan mengembang ke atas. Tonggak bagian luarnya tidak lurus ke atas, melainkan sedikitmiring ke luar. Atapnya melengkung seperti tanduk kerbau, sedangkan badan rumah landai seperti kapal. Bagian atap yang runcing yang disebut gonjong. Berbentuk rumah panggung. Lantainya tinggi, kira-kira 2 meter dari tanah. Rumah gadang mempunyai nama yang beraneka ragam, tergantung jumlah lanjar (ruang dari depan ke belakang) dan gonjong. Rumah Balai Batak Toba(Sumut) Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara. Pola perkampungan pada umumnya berkelompok. Kelompok bangunan pada suatu kampung umumnya dua baris, yaitu barisan Utara dan Selatan. Barisan Utara terdiri dari lumbung tempat menyimpan padi dan barisan atas terdiri dari rumah adat, dipisahkan oleh ruangan terbuka untuk semua kegiatan sehari-hari. Rumah adat Batak Toba berdasarkan Iungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan tanduk kerbau, sehingga rumah adat itu menyerupai kerbau. Punggung kerbau adalah atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau adalah tiang-tiang pada kolong rumah. Sebagai ukuran dipakai depa, jengkal, asta dan langkah seperti ukuran-ukuran yang pada umumnya dipergunakan pada rumah-rumah tradisional di Jawa, Bali dan daerah-daerah lain. Pada umumnya dinding rumah merupakan center point, karena adanya ukir-ukiran yang berwarna merah, putih dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak. Rumoh Aceh, Rumah Adat Banda Aceh Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan bagian utama danbagian tambahan. Bagian-bagaian dari rumah Aceh yaitu -Seuramou-keu (serambi depan) , yakni ruangan yang berIungsi untuk menerima tamu laki-laki, dan terletak di bagian depan rumah. Ruangan ini juga sekaligus menjadi tempat tidur dan tempat makan tamu laki-laki. -Seuramou-likoot (serambi belakang), Iungsi utama ruangan ini adalah untuk menerima tamu perempuan. Letaknya di bagian belakang rumah. Seperti serambi depan, serambi ini juga bisa sekaligus menjadi tempat tidur dan ruang makan tamu perempuan. - Rumoh-Inong (rumah induk), letak ruangan ini di antara serambi depan dan serambi belakang. Posisinya lebih tinggi dibanding kedua serambi tersebut. Rumah induk ini terbagi menjadi dua kamar. Keduanya dipisahkan gang atau disebut juga rambat yang menghubungkan serambi depan dan serambi belakang. - Rumoh-dapu (dapur), biasanya letak dapur berdekatan atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang. - Seulasa (teras), teras rumah terletak di bagian paling depan. Teras menempel dengan serambi depan. - Kroong-padee (lumbung padi), berada terpisah dari bangunan utama, tapi masih berada di pekarangan rumah. Letaknya bisa di belakang, samping, atau bahkan di depan rumah. - Keupaleh (gerbang), sebenarnya ini tidak termasuk ciri umum karena yang menggunakan gerbang pada umumnya rumah orang kaya atau tokoh masyarakat. Gerbang itu terbuat dari kayu dan di atasnya dipayungi bilik. - Tamee (tiang), kekuatan tiang merupakan tumpuan utama rumah tradisional ini. Tiang berbentuk kayu bulat dengan diameter 20-35 cm setinggi 150-170 cm itu bisa berjumlah 16, 20, 24, atau 28 batang. Keberadaan tiang-tiang ini memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus membongkarnya. Rumah Adat Papua,Honai Papua yang dulunya bernama Irian Jaya ini memang selalu penuh dengan keunikan tersendiri.Tidak hanya pesona alamnya yang luar biasa tapi juga keragaman dari suku dan penduduk aslinya.Rumah Adat Papua yang terkenal adalah rumah adat Honai.Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai) Satu rumah adat Papua ini digunakan untuk satu kelompok besar yang terdiri dari beberapa keluarga.Laki-laki maupun perempuan dan anak-anak tinggal dan tidur dalam satu rumah.Atau bisa juga dalam satu rumah terdiri dari satu kepala keluarga dengan beberapa istri dan anak-anak.Ini menandakan kebersamaan. Rumah Panggung 1ambi Untuk melestarikan keberadaan Rumah Panggung Kejang Lako, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mengukuhkan bangunan ini sebagai rumah adat khas masyarakat Jambi. Untuk mendukung upaya tersebut, maka corak arsitektur bangunan kantor-kantor pemerintahan yang ada di Provinsi Jambi mengadopsi konstruksi bangunan Kejang Lako, seperti yang terdapat pada kantor gubernur, kantor-kantor dinas, kantor-kantor bupati, dan museumRumah Kejang Lako oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi bangunan rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 m dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak.