Rumah Adat Sasadu Koe

download Rumah Adat Sasadu Koe

of 21

Transcript of Rumah Adat Sasadu Koe

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Arsitektur tradisional adalah salah satu hasil kebudayaan yang dimiliki

    oleh bangsa Indonesia. Tradisi mendirikan sebuah bangunan disadari atau

    tidak merupakan sebuah tradisi berarsitektur yang telah dilakukan oleh suku-suku

    bangsa yang ada di Indonesia sejak jaman dahulu. Arsitektur pada suatu

    suku bangsa selalu berhubungan dengan kepercayaan yang dianut, iklim dan

    kondisi alam setempat serta mata pencaharian mereka . (Purwestri; 2007)

    Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik atau suku di suatu

    wilayah tertentu. Masing-masing wilayah tersebut memiliki keragaman dan

    kekayaan budaya. Termasuk pula rumah adat yang terdapat di Provinsi Maluku

    Utara. Salah satu dari sekian banyak rumah adat di Provinsi Maluku Utara adalah

    rumah adat suku Sahu. Rumah adat suku Sahu dikenal dengan nama rumah adat

    Sasadu.

    Rumah Adat Sasadu dalam berkembangannya sekarang mengalami

    perubahan, sehingga melahirkan pergeseran pandangan dari generasi ke generasi

    dari suatu sistem budaya yang dianut sebelumnya. Hal ini bisa di lihat dari

    perubahan bentuk, fungsi dan makna dari rumah adat Sasadu. Perubahan ini

    sebagai akibat dari adanya kecenderungan sikap masyarakat yang menerima

    budaya-budaya dari luar yang diakibatkan oleh adanya pemekaran wilayah. Ini

    menunjukkan bahwa budaya akan selalu berubah sehingga makna bangunan

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    2/21

    2

    maupun permukiman juga dapat berubah. Hanya saja perubahan tersebut tidaklah

    selalu terjadi secara serentak dan pada seluruh elemen ataupun tatanannya, akan

    tetapi selalu dijumpai adanya unsure yang berubah dan yang tetap

    (Rapoport,1969: 78-79). Menurut Rapoport (1983), perubahan budaya tradisional

    akan beriringan mempengaruhi lingkungan buatan.Dalam suatu permukiman,

    rumah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik semata atau dipengaruhi oleh

    faktor yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan akibat dari keseluruhan faktor

    sosio kultural.

    1.2. Rumusan Masalah.

    1. Bagamana sejarah dari suku Sahu?

    2. Bagaimana bentuk rumah adat Sasadu yang merupakan rumah adat suku

    Sahu?

    3. Bagaimana struktur dan material yang ada pada rumah adat Sasadu?

    4. Bagaimana fungsi rumah dan ruang yang ada pada rumah adat Sasadu?

    5. Apakah makna yang terkandung dari rumah adat Sasadu?

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    3/21

    3

    BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Rumah adat, Sabua (bahasa Melayu Maluku) atau Sasadu (bahasa Sahu) maksud

    mudah dicapai, dapat menghimpun seluruh masyarakat dari berbagai penjuru kampung,

    serta merupakan pusat kegiatan adat istiadat yang mengayomi seluruh aktifitas sosial dari

    masyarakat Sahu.

    Gambar 1. Rumah Ad at Sasadu

    (sumber: Endah Harisun)

    Bagi masyarakat Sahu rumah adat Sasadu beserta lingkungannya menjadi tempat

    berbagai kegiatan adat yang sangat penting sebagai awal dari penanaman padi dan awal

    panen. Rumah adat Sasadu juga merupakan tempat bersosialisasi bagi masyarakat Sahu

    dari berbagai strata sosial, bertemu disini untuk membahas masalah-masalah kehidupan

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    4/21

    4

    bermasyarakat. Di sini juga tempat menentukan siapa calon pimpinan suatu fam yang

    mewakili tempatnya untuk membahas berbagai persoalan adat, seperti contoh: penentuan

    hak waris, batas tanah dan hukum adat lainnya. Rumah Adat Sasadu pada masyarakat

    Sahu merupakan sebuah lembaga adat, yang memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat

    strategis dan religius dalam membangun karakter kepribadian yang syarat dengan norma-

    norma sosial yang hidup dan berkembang sebagai budaya (Beolado, 2003:3).

    2.1 Sejarah Masyarakat Sahu

    Propinsi Maluku Utara memiliki 28 (dua puluh delapan) suku yang salah satu

    diantaranya adalah Suku Sahu. Suku ini sebagian mendiami wilayah Kecamatan Jailolo

    dan sebagian besar mendiami wilayah Kecamatan Sahu itu sendiri. Masyarakat Sahu

    pada mulanya bernama Jio Jepung malamo, artinya daerah tikungan besar, namun

    seorang Sangaji (sekarang camat) yang memerintah pada waktu itu menghadap Sultan

    Ternate pada waktu Sultan makan Sahur maka sultan berkata: Ngana Haro Kane Si Jou

    Sahur, Jadi Kane Siika ngana si goko ngan Jiko Sahu, artinya bahwa karena kau (sangaji)

    datang waktu Sultan sedang makan Sahur maka dikemudian hari kau akan mendirikan

    daerah dan namailah Sahu. (Beolado, 2003).

    Masyarakat Sahu memiliki dua kelompok kerja yaitu Talai dan Padisua yang

    dikenal dua kelompok kerja yaitu talai dan padisua dengan sebutan: Talai re padisua

    coong tomding, talai gam rata coong rata: padisua jio (gam) romtoa coong ra ange

    merupakan kelompok kerja pada zaman kesultanan Ternate sesudah Baab Mansyur

    Malamo. Kelompok kerja ini mempunyai kewajiban yang berhubungan dengan kerja bakti

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    5/21

    5

    dan membawa upeti. Upeti berupa beras, tenaga manusia dan perahu perang (kagunga)

    yang dipersembahkan kepada Sultan.

    Masyarakat Sahu pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:

    1. Soa Raha (empat desa/kampung).

    2. Talai yang bermukim di daerah pedalaman tetapi tidak jauh dari daerah pesisir

    pantai.

    3. Padisua mendiami daerah yang membagi diri dari kelompok Soa Raha

    (beragama Islam), sedangkan Talai dan Padisua non muslim (dahulu masih

    bersifat animisme) (Beolado, 2003: 3).

    2.2 Gambaran Umum Kecamatan Sahu

    a. Kecamatan Sahu salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Halmahera Barat

    dengan jarak tempuh dari ibukota kabupaten 8 km. Secara geografis terletak pada

    posisi 1 Lintang Utara dan 127,5 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai

    berikut:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ibu.

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jailolo.

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kao.

    Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku.

    b. Keadaan iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000 mm pertahun yaitu musim

    hujan berada pada bulan desember sampai dengan februari, musim kemarau

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    6/21

    6

    bulan agustus sampai bulan November, sedangkan musim pancaroba pada bulan

    Nopember sampai dengan Bulan Desember.

    c. Desa Taraudu dan Awer secara administratif sebelum pemekaran wilayah berada

    pada Kecamatan Jailolo. Setelah pemekaran Desa Taraudu dan Awer berada

    pada wilayah administrasi Kecamatan Sahu.

    2.3 Bentuk Rumah Adat Sasadu

    Bentuk arsitektur rumah Sasadu dilihat dari sudut skala dan penyelesaian ruang

    menurut fungsinya, jelas berbeda dengan rumah hunian. Rumah Sasadu berukuran lebih

    besar dari umumnya rumah-rumah penduduk.

    Secara arsitektur, kesan yang akan segera kita tangkap dari bangunan sasadu

    adalah, deretan tiang-tiang dan atap pelana yang ditarik jadi perpanjangan ke 4 sisi

    sehingga membuat bentuk segi 8. Atap pelana merupakan bagian yang paling tinggi

    sekaligus mengindikasikan penutup ruang dibawahnya. Lantai dalam bangunan ini,lebih

    tinggi 30-45 cm dari muka tanah luar, untuk menghindarkan masuknya air, dan untuk

    memberikan batas bingkai yang jelas antara dalam dan luar. Ada dua bentuk atap yang

    tersusun, atap atas curam, atap bawah landai dan menjorok ke samping, meniadakan

    kemungkinan silau bagi orang yang ada di dalam bangunan. Atap samping yang rendah,

    sangat menentukan terjadinya skala bangunan Sasadu menjadi sangat proporsional.

    Sebaliknya, atap yang rendah ini membuat tiap orang yang masuk, merasa perlu untuk

    sedikit menundukkan kepalanya. Suatu tindak penghormatan yang mau tidak mau harus

    dilakukan tanpa sengaja. (lihat gambar dibawah ini)

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    7/21

    7

    Gambar 2. Perbandingan tingg i bangunan dengan manu sia, yang apabila masuk

    akan menund ukkan kepala

    (sumber : dokumentasi Endah Harisun ,2009)

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    8/21

    8

    Gambar 3. Tampak Samping Rumah A dat Sasadu

    (sumber : dok umentasi Endah Harisun ,2009)

    Gambar 4. Tamp ak Depan Rumah A dat Sasadu

    (sumber : dokumentasi Endah Harisun ,2009)

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    9/21

    9

    2.4. Struktur Rumah Adat Sasadu

    Seperti pada umumnya rumah tradisional didaerah lainya di Indonesia, struktur

    bangunan Sasadu, menganut system kontruksi rangka (skeleton) dengan elemen-elemen

    utamanya kolom primer dan sekunder yang saling diikat oleh balok primer dan sekunder

    yang saling diikat oleh balok melintang, memanjang dan melingkar menjadi satu kesatuan

    yang kokoh (rigid). Seluruh kolom-kolom ini tidak ditanam mati ke dalam tanah, melainkan

    berdiri di atas landasan umpak batu utuh (bukan batu belah). (Mursid, 1977)

    Susunan kolom dilihat pada gambar denah sebagai berikut:

    Gambar 5. Denah Rumah Adat.(Sumber : Pra Peneli t ian sejarah Arsitektur IndonesiaUI, 1977)

    1. Kolom-kolom utama yang menyangga bagian atap pelana yang paling tinggi

    berjumlah 8 disusun dalam dua jalur, masing-masing 4 buah pada deretan paling

    dalam, kearah memanjang.

    2. Di kiri dan kanan tiang-tiang utama ke arah memanjang, disusun tiang-tiang

    samping (sekunder) masing-masing 2 buah. Tiang samping menyangga penerusan

    atap pelana. Jumlah tiang samping ini adalah 16 buah.

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    10/21

    10

    3. Di muka dan belakang disusun 2 deret tiang sekunder dalam jalur tiang utama,

    yang menyangga penerusan atap. Jumlah tiang sekunder muka belakang ini

    adalah 8 buah. Jumlah seluruh kolom menjadi 32 buah.

    Struktur rangka bangunan Sasadu ini memiliki 4 (empat) buah rangka utama.

    Jarak anta ra satu rangka utama dengan rangka lainnya, disebut travee. Dengan demikian

    bangunan ini memiliki 3 (tiga) travee. Komponen terpenting dari rangka utama ini,

    berbentuk sebuah portal. Yaitu bagian yang terdiri dari 1 (satu) pasang (2 buah) tiang

    utama (a) yang diikat oleh balok arah bentang melebar (b).

    Secara lengkap rangka utama ini tersusun dari :

    1. Portal, (empat) buah tiang samping kiri dan kanan (c)

    2. Portal kecil yang menumpang portal pertama (d)

    3. Elemen balik pengikat yang menyangga dedegudan taba(e)

    4. Empat buah rangka utama ini berdiri dengan dipegang oleh balokbalok melingkar

    (f) dan balok pengikat memanjang (f)

    5. Kemudian diperkokoh dengan ditempatkannya taba (g) dan dedegu (h)

    Gambar 6. Denah Rumah Ad at dan Potongan

    (Sumb er : Pra Penelitian sejarah Arsi tektur Ind onesia-UI,1977)

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    11/21

    1

    Gambar 7. Potongan Memanjang d an Melintang

    (Sumber : Pra Peneli t ian sejarah Arsitektur IndonesiaUI,1977)

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    12/21

    1

    Di atas kerangka kolom dan balok ini, ditumpangkan atap yang terdiri dari susunan

    kayu-kayu usuk (vertikal), susunan reng dan serpih horizontal yang saling mengakukan.

    Dengan demikian struktur atap sendiri, sesungguhnya berbentuk susunan bidang-bidang

    yang terdiri dari anyaman usuk, reng dan serpih yang masing-masing telah merupakan

    satu unit kesatuan, menjadi satu susunan struktur bidang yang kaku dan dapat berdiri

    sendiri (self bearing structure).

    2.5. Material Rumah Adat Sasadu

    Menurut Visser (1984) atap Sasadu dibuat dari daun sagu dan panjangnya dihitung

    menurut jumlah daun atap (warasa), yang sudah digariskan oleh adat. Jumlah daun atap

    ini berkaitan dengan lamanya upacara panen tahunan yang akan diselenggarakan.

    Bagianbagian lain pada Sasadu juga dibuat menurut patokan patokan yang

    ditentukan oleh adat, baik bentuk maupun tempatnya. Kelompok-kelompok sosial yang

    ada didesa masing-masing bertanggung jawab atas pembuatan bagian-bagian tertentu.

    Misalnya bubungan atap harus ditutup dengan serat ijuk dari pohon aren oleh orang-orang

    dari kelompok Walasae, kepala rumah, pengukiran dan penempatan tiang-tiang serta

    pembuatan meja-meja (taba atau lama) dan bangku-bangku (dedegu) merupakan tugas

    dari anggota kelompok Ngowarepe ,orang banyak, yang menurut mitos-mitos adalah

    keturunan dari kakak nenek moyang kelompok Walasae. Kelompok yang lain Walangatom

    mempunyai tugas mengikat atap (gusuong).

    Bahan-bahan kayu, bambu, dan daun-daunan dari lingkungan setempat yang

    digunakan sebagai bahan-bahan pokok, pembuat bangunan ini terasa amat sesuai dan

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    13/21

    1

    menyatu dengan lingkungannya. Pada dasarnya, bentuk secara keseluruhan terdiri dari

    komponen yang memakai bahan-bahan tersebut di atas. Komponen-komponen dapat

    dibuat secara terpisah. Bangunan tersebut dibangun dengan cara menyatukan komponen-

    komponen yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, bangunan Sasadu ini

    dapat pula dengan mudah dipisahkan menjadi komponen-komponennya kembali.

    Kolom-kolom tiang utama penyangga bangunan Sasadu terbuat dari bahan kayu

    gofa sa dan untuk rangka utama lainya seperti: balok lintang dan pada rangka atap. Bahan

    bambu merupakan bahan utama pada reng dan usuk pada rangka atap. Daun rumbia

    sebagai bahan penutup atap. Lantai terbuat dari tanah sebagai matererial lantainya.

    Oleh karena itu, pada hakekatnya bangunan ini mudah sekali untuk dipindah-

    pindahkan, bila masyarakat pemiliknya menghendaki demikian. Rumah Sasadu mudah

    pula dirawat, dengan cara mengganti elemen maupun komponen apabila ada yang rusak

    atau lapuk. Hubungan antar elemen komponen yang tidak mati sempurna, memungkinkan

    sekali dilakukan hal-hal tersebut diatas. Pada beberapa elemen diberikan ragam hias

    dalam bentuk tatahan dan ukiran (lihat gambar 8).

    Gambar 8. Ragam hias ukiran pada tiang kayu yang ditemukan pada beberapa

    rum ah adat sasadu di Halmahera

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    14/21

    14

    a. Tiang-tiang utama, memilikikepala dengan ukiran yang masing-masing berbeda

    motif.

    b. Tiang-tiang samping terluar, juga berukir bahkan ada yanng berukir tembus,

    masing-masing tiang ini memiliki hiasan yang berbeda pula.

    c. Penerus balok penyangga dedegu, berhias dan keluar dari tiang sejauh 30-50 cm.

    2.6. Fungsi Rumah Adat Sasadu

    Masyarakat Sahu tidak bisa dilepas dengan kebudayaan Sasadu yang secara fisik

    dalam bentuk rumah adat dimana terpelihara secara baik pada setiap desa di daerah

    kecamatan Sahu. Fungsi utama rumah adat Sasadu, yaitu: (Beolado, 2003)

    1. Tempat pelaksanaan upacara adat. Masyarakat Sahu adalah masyarakat agraris

    yang relegius dimana kepercayaan yang dianut pada waktu itu adalah

    kepercayaan primitif yaitu animism yang nampak dalam bidang pertanian

    perladangan. Dalam proses perladangan dibidang pertanian ada upacara-upacara

    yang dilakukan yaitu:

    a) Saai mangoa yaitu pesta adat sesudah menabur benih padi. Saai artinya

    memasak, ngoa artinya anak. Sai ma ngoa bukan berarti memasak anak,

    melainkan menunjukkan pesta adat yang pelaksanaannya hanya berlangsung

    tiga hari tiga malam. Pesta adat saai ma ngoa merupakan suatu pesta

    gembira. Pesta ini dilaksanakan ketika padi yan ditanam berumur dua atau tiga

    minggu.

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    15/21

    1

    b) Saai lamo yaitu pesta syukur adat yang berlangsung tujuh sampai sembilan

    hari. Pesta adat ini dilakukan dengan lamanya harus berjumlah ganjil yaitu 9,7,5

    atau disesuaikan dengan jumlah faras atau atap Sasadu.

    2. Dalam kehidupan social kemasyarakatan pelaksanaan musyawarah adat

    dilaksanakan di rumah adat Sasadu dalam bentuk:

    a) Merencanakan pelaksanaan upacara adat yang hendak dilaksanakan.

    b) Pekerjaan yang merupakan kepentingan bersama melibatkan partisipasi semua

    masyarakat teristimewa yang telah diberikan tanggung jawab oleh ketua adat

    seperti kerja bakti (rion-rion) untuk menggarap kebun desa.

    c) Penyelesaian perkara-perkara adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat

    seperti zinah (asusila), perceraian, permasalahan tanah yang terjadi dalam

    masyarakat yaitu dalam hal warisan, maupun batas-batas tanah antar desa.

    2.7. Fungsi Ruang

    Rumah Adat Sasadu pada saat upacara, yang hadir di sasadu hanyalah orang laki-

    laki dan perempuan yang menjadi klen-klen yang paling terkemuka dalam kelompok

    Walasae, Ngowarepe, Walangatom dan sebagainya, yang juga dianggap sebagai tuan-

    tuan tanah di sana. Tempat duduk mereka diatur menurut keanggotaan dalam salah satu

    klen melalui garis keturunan laki-laki (atrilineal), dan menurut posisi (kedudukan) hirarkis

    klennya dalam kelompok-kelompok teritorial yang lebih besar (garan) seperti walasae. Di

    Sahu, posisi klen selalu digambarkan dengan cara demikan, dan seseorang yang

    dianggap mewakili nenek moyangnya (omenge) menempati bangku nenek monyangnya

    dulu. Kadang-kadang pada bilah-bilah atap sasadu yang diatas tempat duduk (aoto) para

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    16/21

    1

    wakil tadi terdapat ukiran garis silsilah nenek moyangnya. Para wanita mengambil tempat

    duduk sesuai dengan kedudukan suami atau ayahnya. Apa yang biasanya disebut tradisi

    atau adat disini tidak lain adalah konsep-konsep mengenai keteraturan kosmologis yang

    ada dalam berbagai bagian dalam kebudayaan Sahu. (Visser,1994).

    Gambar 9. Denah ruang rum ah Sasadu

    (sumber : transform ation process of sasadu hou se as an impact of urb anization

    case study Sahu societyhalmaheranorth maluku pro vince By Hikmansyah)

    Mengenai kedudukan anggota klen selama upacara di rumah adat, di atas telah

    menyebutkan adanya oposisi antara Walasae sebagai adik dan Ngowarepe sebagai

    kakak. Kalau kita perhatikan tempat duduk waki dari berbagai klen dalam sasadu, dapat

    dilihat bahwa anggota garan walasae berada pada posisi laut menghadap kedarat, dan

    juga disebut bagian atas (sasadu toma relu) sedang anggota-anggota dari Ngowarepe

    duduk berhadapan dengan Walasaepada sisi darat yang menghadap kelaut. Urutan klen-

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    17/21

    1

    klen dalam garan Walasae misalnya berderet pada meja dari atas ke bawah, yaitu dari

    arah laut ke darat.

    Terlepas dari posisi antara kelompok-kelompok kekerabatan tersebut, ada posisi

    lain yang universal, yaitu antara peserta pria dan wanita. Sasadu ini dibagi menjadi dua

    bagian oleh selembar kain merah putih yang melintang pada sasadu (gelo) dan oleh

    genderang-genderang besar yang digantungkan di tengah- tengah sasadu. Tempat pria

    adalah sisi laut (pada arahlaut) dan wanita di sisi darat (pada arah darat).

    Dalam skema, posisi ini dapat digambarkan pada kode-kode sebagai berikut (lihat

    gambar: 10)

    A1 : Walasae, pria, orang-orang tua, pada meja utama yang disebut taba saee, meja

    kepala. Kelompok Walasae dianggap penjaga rumah dan tanah diasosiasikan

    dengan adik, sehingga kedudukannya berhadapan dengan darat, yaitupada sisi

    laut.

    B1 : Ngowarepe,dan garan lain: pria, orang-orang tua, pada taba ngiman meja ketua.

    Kelompok ngowarepe berfungsi sebagai kapitan laut dan diasosiasikan dengan

    kakak, sehingga kedudukannya menghadap kelaut.

    A1 dan B1 sebagai bagian laki-laki pada arah laut diasosiasikan dengan bagian atas

    Sasadu.

    C1 : Walasae, wanita, orang-orang tua, dimeja utama taba saee. Wanita sebagai

    pengikut laki-laki diasosiasikan dengan adik, darat.

    D1 : Ngowarepe, wanita dan garan lain, orang-orang tua, pada taba ngimon.

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    18/21

    18

    Gambar : 5.9. Skema Tata Ruang Rum ah Sasadu

    (Sumber : Pra Peneli t ian sejarah Arsitektur IndonesiaUI, 1977)

    2.8. Makna Rumah Adat Sasadu

    Rumah sasadu memiliki empat pintu masuk yang berada pada bagian pojok

    bangunan, yaitu tepat dibawah atap segitiga Boru Ma Biki, digunakan sebagai pintu masuk

    berbagai lapisan masyarakat termasuk para pemangku adat, sedangkan dua pintu masuk

    yang berada tepat di tengah-tengah bangunan merupakan pintu yang khusus dilewati oleh

    Kolano/Kolano Ma Jiko serta para wakilnya ketika mengadakan upacara adat di dalam

    rumah sasadu ini. Atap berbentuk segitiga yang dinamai Boru Ma Biki (ekor Burung),

    didesain lebih rendah dengan maksud agar yang melewati pintu tersebut harus

    membungkuk sebagai tanda penghormatan.Atap berbentuk persegi panjang disebut

    surabi(serambi). (Nukila,2003).

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    19/21

    19

    Gambar 11.Perspekti f Rum ah Sasadu

    (sumber : transform ation process of sasadu hou se as an impact of urb anization

    case study Sahu societyhalmaheranorth maluku province By Hikmansyah.)

    Sistem hirarki di kapal juga terlihat pada bangunan yang mengandung makna

    bahwa bagian yang tertinggi diduduki oleh Kolano/Kolano Ma Jikonamun dilindungi oleh

    para panglima, sedangkan dibelakang mereka adalah para masyarakat yang dipimpin oleh

    ketua adatnya masing-masing. (lihat gambar 12)

    Posisi Taba pada bagian yang paling dekat ke jalan atau pantai adalah posisi

    untuk para Kapita/panglima perang. Ini menunjukkan suatu bentuk tanggung jawab dan

    kewajiban untuk melindungi warga masyarakat biasa.

  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    20/21

    20

    Posisi Taba untuk Sangaji adalah posisi yang mewakili warga masyarakat biasa.

    Taba Ternate di sisi kiri dan kanan bangunan adalah tempat untuk masyarakat umum atau

    tamu khusus dari Ternate.

    Sebagai pemilik rumah adat sasadu, suku Sahu memiliki falsafah yang

    mengibaratkan rumah sasadu sebagai sebuah kagunga(kapal perang kerajaan Ternate).

    Menurut mereka, rumah sasadu adalah kagunga tego-tego, artinya kagunga yang sudah

    merapat ke pantai. Karena itulah semua rumah sasadu selalu membujur ke arah daratan-

    gunung dan berada di tengah-tengah kampung.

    Sumber: (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/334/259 )

    http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/334/259http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/334/259http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/334/259http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/334/259
  • 7/24/2019 Rumah Adat Sasadu Koe

    21/21

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan dari materi yang sudah dibahas yaitu rumah adat Sasadu merupakan

    pusat kegiatan adat istiadat yang mengayomi seluruh aktifitas sosial dari masyarakat Sahu

    seperti pesta adat atau pesta pernikahan. Adapun setiap bagian yang ada di rumah adat

    suku Sahu memiliki makna tersendiri. Dari desain rumah yang tidak memiliki dinding

    mencerminkan watak dari suku Sahu yaitu keterbukaan terhadap setiap warganya

    maupun para pendatang. Masyarakat suku Sahu memiliki falsafat yang mengibaratkan

    rumah adat Sasadu sebagai sebuah kagunga atau kapal perang kerajaan Ternate yang

    sedang merapat di daratan, sehingga setiap rumah adat suku Sasadu selalu mengarah ke

    gunung dan berada ditengah-tengah perkampungan.