Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

18
Beranda Profil Forum Diskusi Tampilan Topik Topik: 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN Menampilkan 1 - 30 dari 57. 1 2 Selanjutnya Semar Mesem Surat MABES POLRI No.Pol : B/446/XI/2007KR/Divbinkum 9 Nopember 2007 yang ditandatangani oleh Kepala Divisi Pembinaan Hukum Polri Inspektur Jendral Polisi DR Teguh Soedasrsono mengatakan bahwa pelaporan pidana yang dilakukan oleh lembaga finance atas sangkaan terjadinya penggelapan dan pengalihan barang jaminan fiducia yang dilakukan oleh debirurnya kepada pihak kepolisian, maka penyidik polri wajib menerima dan melakukan penyidikan dan tidak boleh menolak dengan alasan bahwa hal tersebut adalah masalah perdata. Hal ini sesuai dengan UU 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fiducia psl. 35 dan 36. Dengan dikeluarkannya surat ini, maka para lembaga finance merasa plong, karena memang pada kenyataannya, pelaporan yang dilakukan lembaga finance selalu tidak diproses manakala telah terjadi penggelapan unit yang dilakukan oleh debiturnya. Tampaknya, lembaga finance harus kembali gigit jari karena surat MABES POLRI sebelumnya kembali dimentahkan oleh surat ke 2 yaitu surat dari Kabareskrim No.Pol : B/2110/VIII/2009/Bareskrim tertanggal 31 Agustus 2009 yang ditanda-tangani oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri , Komisaris Jendral Drs Susno Adji., S.H.,M.H., M.Sc Tentang Pprosedur Penanganan Kasus Perlindungan Konsumen. Surat ke dua ini memuat 2 pokok yang harus diikuti oleh penyidik Polri di seluruh Indonesia : 1. Pelaporan yang dilakukan oleh debitur atas ditariknya unit jaminan oleh lembaga fnance ketika debitur itu wanprestasi, tidak boleh diproses oleh penyidik polri dengan psl-psl pencurian, perampasan dan lain sebagainya. 2. Pelaporan yang dilakukan oleh lembaga finance ketika mengetahui debiturnya melakukan pengalihan unit jaminan, tidak boleh diproses oleh penyidik polri dengan psl- psl penggelapan dll sebagainya. Yang perlu disayangkan adalah bahwa surat bareskrim ini hanya mempertimbangkan KUHAP dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai bahan rujukan dikeluarkannya surat tersebut TANPA MEMPERTIMBANGKAN UU No. 42 Tahun 1999. Sehingga dengan demikian, masih menurut surat bareskrim, maka bila terjadi 2 persoalan diatas penyidik harus menolak proses laporan dan menyarankan kepada pihak pelapor untuk menyelesaikannya di BPSK karena badan itulah yang berwenang melakukan penyelesaian sengketa konsumen. Jadi siap-siap sajalah bagi para lembaga finance yang telah memiliki sertipikat fiducia untuk GIGIT JARI lagi.... Ada pendapat dan butuh surat itu untuk ditelaah oleh teman-teman ?? Salam... lebih dari setahun yang lalu Laporkan Ucok Lasdin Om Semar terimakasih atas ulasan tentang kaitan perjanjian dgn perlindungan konsumen dan uu jamiinan fidusia.sepertinya saya sependapat dengan anda jika betul surat bareskrim itu mencantumkan 2 hal pokok diatas ada maka akan akan berdampak pada pengabaian UU Jaminan fidusia dan Perlindungan konsumen. Konsistensi penegakan hukum atas ketaatan pelaku usaha seyogianya mendapat perlindungan hukum ketika terjadi perbuatan melawan hukum oleh konsumen demikian juga sebaliknya. Bahwa ketentuan hukum terhadap perbuatan melawan hukum mengatur tentang ketentuan pidana seyogiannya POLRI menggunakan kewenangannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yg berlaku. Memang menarik untuk dikaji mengapa harus mengedepankan BPSK jk jelas unsur pidananya untuk itu saya perlu mendapatkan coppy surat dari bareskrim itu Om. Tks lebih dari setahun yang lalu Laporkan Ucok Lasdin Om Oemar sepertinya surat kedua dari mabes itu saya perlukan...bisa ya dikirim lagi . Menanggapi makna surat kedua dari tulisan Anda saya lihat utk poin ke 2 ada benarnya karena ketentuan pidana pengalihan unit sudah diatur dalam UU No.42 Th 1999 Ttg Jaminan Fidusia, sedangkan utk Angka 1 saya tidak sependapat dengan Mabes Polri. lebih dari setahun yang lalu Laporkan Aris Suhadi Bang Semar tolong berkenan untuk memberikan copy surat-surat yg berkeaan dengan hal tsb tq Buat Iklan Happy...Income Plus Plus pastisuksesvemma.weebl... Tetap melakukan aktifitas rutin, mendapatkan income hanya dari rumah, sistem online & mudah. Pasti menyenangkan, tambah income & sehat Tour CityVille! Visit CityVille, the newest destination from Zynga, makers of FarmVille. The city of your dreams awaits. Play now! Ananto Pratikno, Wildan Alimudin, dan 13 teman lainnya bermain ini. Tunjukkan kemampuanmu! technet.microsoft.com Ingin meningkatkan kemampuan TI-mu? Klik di sini kalau ingin menjadi ahli TI: Microsoft TechNet Obat Pinggang Terbaik sakitpinggang.com Rematik, Pekapuran, Asam Urat & Saraf Kejepit, Kini dapat disembuhkan, Tanpa Operasi, Tanpa Makan Obat, Tanpa Suntikan, Tanpa Akupuntur Iklan Lainnya 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN Kembali ke Perkumpulan Sarjana Hukum Akun Pencarian 24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S… www.facebook.com/topic.php?uid=383… 1/7

description

Sekedar sharing buat kita-kita pekerja lapangan di perusahaan2 leasing/pembiayaan, agar tindakan kita di lapangan ber-etika hukum dan santun.

Transcript of Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Page 1: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Beranda Profil

Forum Diskusi Tampilan Topik

Topik: 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN

Menampilkan 1 - 30 dari 57. 1 2 Selanjutnya

Semar Mesem

Surat MABES POLRI No.Pol : B/446/XI/2007KR/Divbinkum 9 Nopember 2007 yang

ditandatangani oleh Kepala Divisi Pembinaan Hukum Polri Inspektur Jendral Polisi DR

Teguh Soedasrsono mengatakan bahwa pelaporan pidana yang dilakukan oleh lembaga

finance atas sangkaan terjadinya penggelapan dan pengalihan barang jaminan fiducia

yang dilakukan oleh debirurnya kepada pihak kepolisian, maka penyidik polri wajib

menerima dan melakukan penyidikan dan tidak boleh menolak dengan alasan bahwa hal

tersebut adalah masalah perdata. Hal ini sesuai dengan UU 42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fiducia psl. 35 dan 36.

Dengan dikeluarkannya surat ini, maka para lembaga finance merasa plong, karena

memang pada kenyataannya, pelaporan yang dilakukan lembaga finance selalu tidak

diproses manakala telah terjadi penggelapan unit yang dilakukan oleh debiturnya.

Tampaknya, lembaga finance harus kembali gigit jari karena surat MABES POLRI

sebelumnya kembali dimentahkan oleh surat ke 2 yaitu surat dari Kabareskrim No.Pol :

B/2110/VIII/2009/Bareskrim tertanggal 31 Agustus 2009 yang ditanda-tangani oleh

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri , Komisaris Jendral Drs Susno Adji., S.H.,M.H., M.Sc

Tentang Pprosedur Penanganan Kasus Perlindungan Konsumen.

Surat ke dua ini memuat 2 pokok yang harus diikuti oleh penyidik Polri di seluruh

Indonesia :

1. Pelaporan yang dilakukan oleh debitur atas ditariknya unit jaminan oleh lembaga

fnance ketika debitur itu wanprestasi, tidak boleh diproses oleh penyidik polri dengan

psl-psl pencurian, perampasan dan lain sebagainya.

2. Pelaporan yang dilakukan oleh lembaga finance ketika mengetahui debiturnya

melakukan pengalihan unit jaminan, tidak boleh diproses oleh penyidik polri dengan psl-

psl penggelapan dll sebagainya.

Yang perlu disayangkan adalah bahwa surat bareskrim ini hanya mempertimbangkan

KUHAP dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai bahan

rujukan dikeluarkannya surat tersebut TANPA MEMPERTIMBANGKAN UU No. 42 Tahun

1999.

Sehingga dengan demikian, masih menurut surat bareskrim, maka bila terjadi 2 persoalan

diatas penyidik harus menolak proses laporan dan menyarankan kepada pihak pelapor

untuk menyelesaikannya di BPSK karena badan itulah yang berwenang melakukan

penyelesaian sengketa konsumen.

Jadi siap-siap sajalah bagi para lembaga finance yang telah memiliki sertipikat fiducia

untuk GIGIT JARI lagi....

Ada pendapat dan butuh surat itu untuk ditelaah oleh teman-teman ??

Salam...

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Ucok Lasdin

Om Semar terimakasih atas ulasan tentang kaitan perjanjian dgn perlindungan konsumen

dan uu jamiinan fidusia.sepertinya saya sependapat dengan anda jika betul surat

bareskrim itu mencantumkan 2 hal pokok diatas ada maka akan akan berdampak pada

pengabaian UU Jaminan fidusia dan Perlindungan konsumen. Konsistensi penegakan

hukum atas ketaatan pelaku usaha seyogianya mendapat perlindungan hukum ketika

terjadi perbuatan melawan hukum oleh konsumen demikian juga sebaliknya. Bahwa

ketentuan hukum terhadap perbuatan melawan hukum mengatur tentang ketentuan

pidana seyogiannya POLRI menggunakan kewenangannya sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yg berlaku. Memang menarik untuk dikaji mengapa harus

mengedepankan BPSK jk jelas unsur pidananya untuk itu saya perlu mendapatkan coppy

surat dari bareskrim itu Om. Tks

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Ucok Lasdin

Om Oemar sepertinya surat kedua dari mabes itu saya perlukan...bisa ya dikirim lagi .

Menanggapi makna surat kedua dari tulisan Anda saya lihat utk poin ke 2 ada benarnya

karena ketentuan pidana pengalihan unit sudah diatur dalam UU No.42 Th 1999 Ttg

Jaminan Fidusia, sedangkan utk Angka 1 saya tidak sependapat dengan Mabes Polri.

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Aris Suhadi

Bang Semar tolong berkenan untuk memberikan copy surat-surat yg berkeaan dengan hal tsb tq

Buat Iklan

Happy...Income PlusPluspastisuksesvemma.weebl...

Tetap melakukan aktifitasrutin, mendapatkan incomehanya dari rumah, sistemonline & mudah. Pastimenyenangkan, tambahincome & sehat

Tour CityVille!

Visit CityVille, the newestdestination from Zynga,makers of FarmVille. The cityof your dreams awaits. Playnow!

Ananto Pratikno, WildanAlimudin, dan 13 temanlainnya bermain ini.

Tunjukkankemampuanmu!technet.microsoft.com

Ingin meningkatkankemampuan TI-mu? Klik di sinikalau ingin menjadi ahli TI:Microsoft TechNet

Obat PinggangTerbaiksakitpinggang.com

Rematik, Pekapuran, AsamUrat & Saraf Kejepit, Kinidapat disembuhkan, TanpaOperasi, Tanpa Makan Obat,Tanpa Suntikan, TanpaAkupuntur

Iklan Lainnya

2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN

Kembali ke Perkumpulan Sarjana Hukum

AkunPencarian

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 1/7

Page 2: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

@ Aris S : Lha kirim kemana bung....

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Aris Suhadi

oiya, melalui email mas, [email protected],id, ditunggu tq

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Agustinus Risa Bayudiharja

Salam kenal Pak Semar, pak kalau Bapak berkenan saya boleh di emailkan ke

[email protected] tentang 2 surat dari mabes polri tersebut. Thx a lot

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Adam Siswanto

Bos....lam kenal ya..., jg klo berkenan teruskan ke alamat saya ya : [email protected]

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Suci Lestari

om semar..maaf..nama aku suci, sekarang aku lagi nulis skripsi tentang jaminan fidusia

didalam pembiayaan konsumen berbasis syariah (prinsip murabahah)

aku baca tulisan om semar sebelumnya..kayanya om nguasain bgt ttg fidusia

ini..menurut om gimana ttg skripsi aku ini??

trus boleh ga aku minta surat dari mabes polri itu??

send ke email aku di [email protected]

makasi sebelumnya om..

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Jambie

Om Semar,...

Mohon Petunjuk,..

Berdasarkan petunjuk yg saya dapatkan dari BIDBINKUM POLDA JATIM (Donwnload)

menjelaskan bahwa untuk perkara tentang Fidusia bisa dilakukan penyidikan, bahkan

didalam petunjuk tersebut ada beberapa kasus Fidusia yang tersangkanya telah divonis

oleh Hakim.

Mohon petunjuk.... agar kami tidak salah untuk melakukan proses penyidikan

sehubungan dengan pelaporan dari Pihak Finance tentan Fidusia. Jadi saya selaku

Penyidik Pembantu harus berpedoman pada yang mana.....?

Terima Kasih......

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Jambie

Om Semar minta surat dari Mabes nya dunk.....

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Saya senang ada kawan Penyidik bergabung di sini....terimakasih. Saya akan

memberikan komentar dan catatan....

1. Surat Kabareskrim MABES Polri yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2009 dan

ditandatangani oleh Bpk. Soesno Djuaji merujuk pada 2 Undang-Undang yaitu KUHAP

dan UU Perlindungan Konsumen.

Tampaknya surat Kabareskrim ini, banyak dipahami salah oleh banyak penyidik Polri

terutama di daerah-daerah. Artinya lebih banyak yang menolak ketimbang menerima

laporan. Sehingga pelaporan -pelaporan yang dilakukan para lembaga finance berkaitan

dengan pidana undang-undang fiducia sejak bulan agustus 2009 hingga saat ini

seringkali ditolak oleh Penyidik sekalipun lembaga finance telah memegang sertipikat

fiducia.

Seharusnya Penyidik Polri tetap menerima, memproses dan menyidik laporan lembaga

finance sepanjang lembaga finance dapat menunjukan sertipikat fiducianya. Hal ini

sejalan dengan surat Divbinkum MABES Polri tanggal 9 Nopember 2007. Karena dalam

tindak pidana fiducia berlaku asas lex spesialisnya yaitu UU 42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fiducia.

Namun bilamana sertipikat fiducia tidak dapat ditunjukan oleh Lembaga Finance maka

Penyidik dapat menolaknya berdasarkan surat Kabareskrim tersebut. Dan menyerahkan

persoalan itu kepada BPSK untuk dilakukan pemeriksaan dan persidangan di BPSK.

Kemudian bilamamana terdapat indikasi pidana UU Perlindungan Konsumen, maka

barulah PPNS pada Direktorat Perlindungan Konsumen menyerahkan penyidikan lebih

lanjut kepada pihak Polri.

Demikian komentar saya, tanggapan dari rekan-rekan dan kawan penyidik lebih lanjut

dapat memperkaya kasanah diskusi ini.

Terimakasih....

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 2/7

Page 3: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Oscar Craigpine Wijaya

Salam Kenal Om Semar,

Saya Oscar dengan background ilmu ekonomi. Numpang nanya nih. Bila pada awalnya

pihak leasing (penerima fidusia) tidak mendaftarkan perjanjian fidusianya dan setelah

merasa bahwa konsumen (pemberi fidusia) mulai "batuk2" dalam mengangsur, apakah

bisa dengan serta-merta pihak leasing dapat seketika mengurus sertifikat fidusia guna

mempermudah parate eksekusi terhadap barang jaminan? bukankah persyaratan

pendaftaran fidusia harus melampirkan akta notaris? sedangkan pada awalnya

keduanya tidak pernah menghadap notaris untuk membuat akta tersebut. Mohon

petunjuk.

Mohon juga dikirim Surat Kabareskrim No Pol B/2110/VIII/2009/Bareskrim Agustus 2009

ke email saya [email protected]

Terima kasih ya Om Semar....

Hormat saya,

Oscar

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Jonggi Siallagan

Om Semar, boleh dunk dikirimkan Surat MABES POLRI No.Pol :

B/446/XI/2007KR/Divbinkum 9 Nopember 2007 dan surat Kabareskrim No.Pol :

B/2110/VIII/2009/Bareskrim tertanggal 31 Agustus 2009 ke [email protected].

saya setuju dengan pendapat anda, bahwa penyidik polri harus menyidik semua laporan

pelanggaran pasal 35 & 36 UUJF.

permasalahan apakah itu bertentangan dengan UUPK atau tidak bukan wilayah polri

yang memutuskan, melainkan pengadilan. penolakan menerima laporan atau

menindaklanjuti laporan sama dengan pelanggaran terhadap UUJF.

Om Oscar, menurut saya pihak leasing memang tdk diharuskan mendaftarkan fidusia

pada saat perjanjian pokok dibuat, krn UUJF memang tidak mengatur demikian. psl 11

UUJF hanya mengharuskan jaminan tsb wajib didaftarkan.

memang pada prakteknya pihak leasing & nasabah tdk serta merta membuat akta JF pd

saat penandatangan perjanjian pokok, krn pihak leasing telah menyiasati hal tersebut

dgn meminta kuasa dari nasabah utk membebankan fidusia objek perjanjian.

yg menjadi soal adalah apabila selama berjalannya perjanjian tdk ada masalah & objek

JF tdk jadi dijaminkan, krn pihak leasing bs kena pasal penggelapan atau penipuan atas

biaya fidusia tsb.

Thanks

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Bung Jonggi ada yang perlu saya kritisi soal kalimat terakhir anda :

yg menjadi soal adalah apabila selama berjalannya perjanjian tdk ada masalah & objek

JF tdk jadi dijaminkan, krn pihak leasing bs kena pasal penggelapan atau penipuan atas

biaya fidusia tsb.

****

Pertanyaan saya....apa dasarnya anda mengatakan hal ini...bagi saya tidak ada dasar

hukumnya....kalau boleh tahu argumentasi anda apa ????

Menurut hemat saya, setiap lembaga finance yang tidak mendaftarkan fiducianya, maka

barang yang dijadikan jaminan fiducia bukanlah barang jaminan..(tertera jelas dalam

undang-undang fiducia)

Dengan memakai penafsiran terbalik, maka berdasarkan hukum, maka segala barang

jaminan fiducia yang tidak didaftarkan fiducia maka bukan barang jaminan fiducia.

Melainkan jaminan hutang piutang dan hal ini secara tegas diatur dalam KUHPerdata.

Dalam uu fiducia, tidak ada 1 pasal pidana pun yang mengatakan bahwa finance yang

tidak mendaftarkan fiducianya merupakan tindak pidana penggelapan atau

penipuan....mohon anda liha unsur-unsur penggelapan dan pinupuan....

Dan menurut hemat saya UU Fiducia hanya mengatur pidana Pasal 35

Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau

dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal

tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)

tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). dan

Pasal 36

Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan Benda yang

menjadi objek Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) yang

dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta) rupiah.

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 3/7

Page 4: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Jadi, kalau kalimat terkhir anda dianggap sebagai hal yang benar, maka tidak akan ada

orang yang berbisnis dalam lembaga pembiayaan. Yang rugi siapa, yang masyarakat itu

sendiri....coba bandingkan volume kendaraan diperkotaan saat ini dengan jaman anda

masih kecil....sangat-sangat jauh berbeda...Karena apa ? karena saat ini, masyarakat

sangat mudah mendapatkan kendaraan seiring tumbuh suburnya pelaku-pelaku usaha

dibidang pembiayaan konsumen...

Mohon koreksi kalau argumen saya, dianggap bertentangan dengan pendapat anda...

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Jonggi Siallagan

Terima kasih Om Semar,

Tentu saja finance company tsb dapat di pidanakan bila mereka tdk mendaftarkan

fidusianya, memang hal ini tdk diatur dlm UUJF, namun perlu kita liat secara detail

bangunan kasusnya.

Pada saat nasabah finance company & nasabah menandatangani perjanjian pokok,

maka nasabah diahruskan membayar biaya-biaya termasuk ada komponen biaya fidusia,

krn finance company mensyaratkan pembebanan fidusia thd objek perjanjian berarti ada

biaya yg harus dikeluarkan.

Pada umumnya tdk ada perusahaan jasa keuangan manapun (bank atw MF) yg mau

menanggung pembebanan jaminan atas biayanya sendiri, krn itu mereka pasti

membebankan itu kpd nasabah.

Nah disinilah letak unsur pidananya Om Semar, krn ada keuntungan atw sesuatu

manfaat yg didapat oleh PJK tsb bukan krn sesuatu yg sah/halal.

Sudah pasti PJK mempunyai keuntungan dari biaya tsb, krn dia terima itu namun tdk ada

cost yg dikeluarkan.

Bukankah itu merupakan penggelapan? atau bisa juga penipuan?

Rgds,

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Ya...ya... kebetulan saya punya banyak contoh copy berkas debitur lengkap dari

mengisi permohonan pembiayaan, perikatan pokok, surat kuasa, akta, sertipikat, history

payment yang telah diisi....dari contoh-contoh ini, tidak ada peluang dan tidak ada yang

perlu dikhawatirkan soal adanya penggelapan atau penipuan berkaitan dengan biaya

yang muncul ketika terjadi perikatan.....

Karena hal ini sudah diperhitungkan dengan masak-masak...untuk itu sangat sulit untuk

menuntut pidana penggelapan atau pidana penipuan seperti yang menjadi ulasan bung

Jonggi.

Thanks....

lebih dari setahun yang lalu � Laporkan

Wahyoe 'Ershi' Bali

Yth. Om Semar Mohon dikirimkan surat dari kabareskrim tersebut ke email

[email protected]

terima kasih sebelumnya om

isi surat di tunggu

sekitar 12 bulan yang lalu � Laporkan

Awi Saudale

Kalau memang itu yang menjadi acuan buat penyidik Polri, saya minta tolong dikirmkan

ke ([email protected]) surat edaran Pa susno tanggal 31 agustus 2009 perihal

jaminan fiducia, supaya saya bisa lebih tegas dan jelas apakah setiap

pengaduan/pelaporan langsung diadukan ke BPSK dan bagaimana apabila laporan itu

ada indikasi pidana apakah bisa dilimpahkan kembali ke pihak Polri..mohon petunjuk

bangg....

sekitar 12 bulan yang lalu � Laporkan

Awi Saudale

pa semar, saya mo tanya contoh satu kasus, pihak kreditur (leasing) menarik barang

bergerak dari pihak debitur cara penarikannya pihak leasing tidak memberitahukan

terlebih dahulu kepada pihak debitur dan sewaktu barang itu diambil subuh dan

keesokkannya karena pihak debitur tidak ketahui yang mengambil itu pihak leasing

sehingga debitur membuat laporan polisi tentang pencurian, apakah perkara itu pidana

(pencurian) atau perdata dan apakah pihak Polri bisa melanjutkan perkara tersebut

setelah diketahui barang debitur yang mengambil adalah pihak leasing.. mohon petunjuk

pak...

(dalam contoh kasus ini pihak debitur sudah menunggak angsuran selama sepuluh bulan

dan susahnya mencari serta menghubungi pihak debitur sehingga pihak leasing langsung

mengambilnya dengan cara ambil tanpa sepengetahuan pihak debitur (saat pihak debitur

lengah)

sekitar 12 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Pertama : saya kurang yakin kalau pihak Finance tidak pernah memberikan peringatan

baik tertulis maupun lisan. Sebab Finance memiliki suatu SOP yang harus dilakukan

terlebih dahulu ketika melakukan penarikan.

Namun kalau ternyata hal ini tidak dilakukan oleh pihak Finance, maka Financenya tidak

profesional apapun alasannya. Karena penarikan unit kendaraan harus melalui tahap-

tahap.

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 4/7

Page 5: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Kedua : Soal penarikan barang saat subuh, kalau tidak diketahui oleh debitur saat

mengambil mungkin saja. Bsa jadi ketika mengambil unit kendaraan, si debiturnya lagi

ngorok atau lagi ke luar kota dan saat itu ada orang lain dalam rumah tersebut sehingga

unit bisa ditarik.

Namun kalau ternyata, pengambilan unit kendaraan tersebut sama sekali tidak diketahui

oleh pihak debitur (bisa orang rumah) artinya unit kendaraan itu diangkat lalu di bawa,

maka tindakan petugas atau kuasa Finance telah melakukan tindak pidana pencurian

sekalipun itu milik finance. Tentunya, pihak penyidik dapat memprosesnya tetapi hanya

untuk pelaku yang melakukan pengambilan dengan cara "NEKAT", dan Finance tidak

dapat dipidana.

Untuk soal ini, coba telusuri lebih dalam, karena biasanya yang terjadi, pengambilan unit

sudah diketahui oleh debitur atau keluarganya atau pemegang unit yang akan ditarik.

Tetapi dasarnya debitur mau ngerjain Finance (biasalah orang ngutang itu banyak

alasannya) debitur atau pihak debitur merangkai-rangkai sebuah kejadian yang

sebenarnya tidak pernah terjadi menjadi sebuah kejadian pidana.

Nah bila menemukan debitur yang seperti ini, ada kiat-kiatnya boss...artinya semacam

tindakan kontra laporan debitur....sesuai dengan keadaan yang terjadi....jadi gak bisa

diuraikan di sini...kepanjangen.....

sekitar 12 bulan yang lalu � Laporkan

Awi Saudale

ok bang semar makasih nih, hanya saya belum dapet nih bang semar surat edarannya

pa susno sewaktu menjabat kabareskrim, dari permohonan saya tertulis tgl 29 januari

2010 pukul 22.55 ada email saya tertulis bang semar mohon dikirimi aku bang semar

supaya jelas ambil tindakan......kalo menemui kasus tersebut.... monggo mass ta

tunggu yo mass semarrr....

sekitar 12 bulan yang lalu � Laporkan

Vanda Fajriani

Bang Semar...sy kerja di kantor Notaris bagian Pendaftaran Fidusia & nanti sy ingin

mengambil skripsi tentang fidusia. Setelah bergabung disini banyak ilmu yg sy dptkan,

mohon diemail ke aq surat dari mabes pollri tgl. 9/11/07 & tgl. 31/08/09 ke

[email protected]. Thx

sekitar 11 bulan yang lalu � Laporkan

Reza Aditya

Salam kenal Pak Semar, pak kalau Bapak berkenan saya boleh di emailkan ke

[email protected] tentang 2 surat dari mabes polri tersebut.Terima kasih

sekitar 10 bulan yang lalu � Laporkan

Fery Nugros

bang minta 2 surat edarannya dong...kirim ke [email protected]

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Yeni Udayani Yusriansyah

pak...semar yth...saya juga pengin..tlg di email ke [email protected],.....matur

nuwun...nggihh!!!!

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Irwan Supriadi

tetapi pada kenyataan nya pihak finance dalam praktek di lapangan tidak sesuai dengan

ap yang ad dalam uu pinducia&sangat bertentangan dengan uu 45/pancasila.

apakah ada sangsi/hukum pidana bagi perusahaan?

kami minta pendapatnya dari bang semar yg kayanya lebih tau tentang perusahaan

finance.!

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

@ Bela Pancasila, saya bertanya pada anda bagian mana yang menurut anda tidak

sesuai dengan undang-undang fiducia (bukan piducia. red) dan juga bertentangan

dengan UU 45 atau Pancasila ? Mohon dijelaskan agar diskusi tidak glabrah kemana-

mana.

Kalau kalimat anda saya pakai, maka bisa tidak anda menerangkan APAKAH debitur yang

sudah ngutang terus tidak mau bayar, lalu ada oknum LPKSM atau oknum LSM yang

ngajarin debitur untuk hanya bayar hutang kepada finance 1 kali saja lalu selanjutnya

tidak bayar lagi, lalu ada debitur yang sudah dapat pembiayaan dari finance eee

kendaraannya digadaikan itu TIDAK BERTENTANGAN DENGAN UU FIDUCIA, UU 45 /

PANCASILA ?

Saya sengaja bertanya kepada anda semacam itu, agar sekali lagi Anda dapat lebih

cerdas untuk mengungkapkan hal-hal mana yang menurut Anda perlu dipertanyakan dan

bagi Anda bertentangan dengan Undang-Undang.

Sedangkan penilaian Anda mengenai saya yang lebih tahu tentang perusahaan finance,

hmmm saya katakan tidak juga, karena saya masih terus belajar dan oleh karenanya

tidak menjadikan diri saya lebih tahu.

Dan untuk teman-teman yang meminta 2 surat Mabes Polri, mohon maaf saya belum

sempat mengirimkannya karena file saya rusak terkena virus. Mungkin rekan-rekan yang

sudah pernah mendapatkannya, dapat membantu terlebih dahulu.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 5/7

Page 6: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Irwan Supriadi

Fakta di lapangan menunjukan, lembaga pembiayaan dalam melakukan perjanjian

pembiayaan mencamtumkan kata-kata dijaminkan secara fidusia. Tetapi ironisnya tidak

dibuat dalam akta notaris dan tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia untuk

mendapat sertifikat. Akta semacam itu dapat disebut akta jaminan fidusia di bawah

tangan. Jika penerima fidusia mengalami kesulitan di lapangan, maka ia dapat meminta

pengadilan setempat melalui juru sita membuat surat penetapan permohonan bantuan

pengamanan eksekusi. Bantuan pengamanan eksekusi ini bisa ditujukan kepada aparat

kepolisian, pamong praja dan pamong desa/kelurahan dimana benda objek jaminan

fidusia berada.

Dengan demikian bahwa pembuatan sertifikat jaminan fidusia melindungi penerima

fidusia jika pemberi fidusia gagal memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam

perjanjian kedua belah pihak.

Akibat Hukum

Jaminan fidusia yang tidak dibuatkan sertifikat jaminan fidusia menimbulkan akibat hukum

yang komplek dan beresiko. Kreditor bisa melakukan hak eksekusinya karena dianggap

sepihak dan dapat menimbulkan kesewenang-wenangan dari kreditor. Bisa juga karena

mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia biasanya tidak full sesuai dengan nilai

barang. Atau, debitur sudah melaksanakan kewajiban sebagian dari perjanjian yang

dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian

milik debitor dan sebagian milik kreditor.

Apalagi jika eksekusi tersebut tidak melalui badan penilai harga yang resmi atau badan

pelelangan umum. Tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan

Hukum (PMH) sesuai diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan

dapat digugat ganti kerugian. Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek fidusia di

bawah tangan masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan

pemaksaan dan ancaman perampasan. Pasal ini menyebutkan:

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk

memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang

itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang,

diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.

Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini.

Situasi ini dapat terjadi jika kreditor dalam eksekusi melakukan pemaksaan dan

mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui dalam barang tersebut sebagian

atau seluruhnya milik orang lain. Walaupun juga diketahui bahwa sebagian dari barang

tersebut adalah milik kreditor yang mau mengeksekusi tetapi tidak didaftarkan dalam di

kantor fidusia.

Bahkan pengenaan pasal-pasal lain dapat terjadi mengingat bahwa dimana-mana

eksekusi merupakan bukan hal yang mudah, untuk itu butuh jaminan hukum dan

dukungan aparat hukum secara legal. Inilah urgensi perlindungan hukum yang seimbang

antara kreditor dan debitor. Bahkan apabila debitor mengalihkan benda objek fidusia

yang dilakukan dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU No. 42

Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak syah atau legalnya perjanjian jaminan

fidusia yang dibuat.

Mungkin saja debitor yang mengalihkan barang objek jaminan fidusia di laporkan atas

tuduhan penggelapan sesuai Pasal 372 KUHPidana menandaskan: “Barang siapa dengan

sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena

kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat

tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.

Oleh kreditor, tetapi ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan karena

sebagian dari barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditor dan debitor, dibutuhkan

keputusan perdata oleh pengadilan negeri setempat untuk mendudukan porsi masing-

masing pemilik barang tersebut untuk kedua belah pihak. Jika hal ini ditempuh maka akan

terjadi proses hukum yang panjang, melelahkan dan menghabiskan biaya yang tidak

sedikit.

Akibatnya, margin yang hendak dicapai perusahaan tidak terealisir bahkan mungkin

merugi, termasuk rugi waktu dan pemikiran. Lembaga pembiayaan yang tidak

mendaftarkan jaminan fidusia sebenarnya rugi sendiri karena tidak punya hak

eksekutorial yang legal. Poblem bisnis yang membutuhkan kecepatan dan customer

service yang prima selalu tidak sejalan dengan logika hukum yang ada. Mungkin karena

kekosongan hukum atau hukum yang tidak selalu secepat perkembangan zaman.

Bayangkan, jaminan fidusia harus dibuat di hadapan notaris sementara lembaga

pembiayaan melakukan perjanjian dan transaksi fidusia di lapangan dalam waktu yang

relatif cepat. Saat ini banyak lembaga pembiayaan melakukan eksekusi pada objek

barang yang dibebani jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. Bisa bernama remedial, rof

coll, atau remove. Selama ini perusahaan pembiayaan merasa tindakan mereka aman

dan lancar saja. Menurut penulis, hal ini terjadi karena masih lemahnya daya tawar

nasabah terhadap kreditor sebagai pemilik dana. Ditambah lagi pengetahuan hukum

masyarakat yang masih rendah.

Kelemahan ini termanfaatkan oleh pelaku bisnis industri keuangan, khususnya sektor

lembaga pembiayaan dan bank yang menjalankan praktek jaminan fidusia dengan akta di

bawah tangan. Penulis juga mengkhawatirkan adanya dugaan pengemplangan

pendapatan negara non pajak sesuai UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Pendapatan

Negara Non Pajak, karena jutaan pembiayaan (konsumsi, manufaktur dan industri)

dengan jaminan fidusia tidak didaftarkan dan mempunyai potensi besar merugikan

keuangan pendapatan negara.

Proses Eksekusi

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 6/7

Page 7: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

1 2 Selanjutnya

Bahwa asas perjanjian “pacta sun servanda” yang menyatakan bahwa perjanjian yang

dibuat oleh pihak-pihak yang bersepakat, akan menjadi undang-undang bagi keduanya,

tetap berlaku dan menjadi asas utama dalam hukum perjanjian. Tetapi terhadap

perjanjian yang memberikan penjaminan fidusia di bawah tangan tidak dapat dilakukan

eksekusi. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke

Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga turunnya putusan

pengadilan.

Inilah pilihan yang prosedural hukum formil agar dapat menjaga keadilan dan penegakan

terhadap hukum materiil yang dikandungnya. Proses ini hampir pasti memakan waktu

panjang, kalau para pihak menggunakan semua upaya hukum yang tersedia. Biaya yang

musti dikeluarkan pun tidak sedikit. Tentu saja, ini sebuah pilihan dilematis. Dalih

mengejar margin besar juga harus mempertimbangkan rasa keadilan semua pihak.

Masyarakat yang umumnya menjadi nasabah juga harus lebih kritis dan teliti dalam

melakukan transaksi. Sementara bagi Pemerintah, kepastian, keadilan dan ketertiban

hukum adalah penting.

sekarang ini banyak sekali eksekusi yang dilakukan oleh pihak pembiayaan kendaraan

bermotor terhadap konsumen kredit sepeda motor/mobil yang menunggak angsurannya,

padahal tindakan mereka tersebut adalah ilegal karena mereka tidak mempunyai hak

eksekutorial akibat dari tidak terdaftarnya perjanjian jaminan fidusia antara konsumen

dgn perusahaan pembiayaan. hal ini sudah lama berlangsung sampai sekarang tanpa

adanya tindakan yang diambil dari pihak pemerintah sedangkan dari pihak konsumen

mereka kebanyakan tidak tahu apakah perjanjian jaminan fidusia yg mereka tanda

tangani tsb tidak didaftarkan. seharusnya eksekusi ilegal tersebut mendapat sanksi dari

aparat penegak hukum karena sudah diatur dalam UU No.42/1999 ttg jaminan fidusia.

bahkan ini terjadi di kota kami sendiri om semar menurut anda gimana?

karna masyarakat di kota kami banyak yg merasa tidak adil oleh pihak perusahaan

dengan penarikan unit oleh preman(dep colektor) secara paksa yg telah di sewa oleh

perusahaan.

makanya pihak dari masyarakat banyak yang minta bantuan kepada lsm.

karna lsm di sini pungsi nya untuk membantu masyarakat yg betul2 membutuhkan

perlindungan dr oknum2 pihak perusahaan.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Irwan Supriadi

seandai nya konsumen g ad no loan apakah mungkin terdaptar di kantor finducia?

apakah itu kelalayan pihak finance/kelalayan pihak konsumen?

sementara disini konsumen dari awal merasa bertanggung jawab atas cicilan tersebut

sampai membayar 9x.

apabila pihak konsumen mengalami masalah dalam keadaan ekonomi sementara bulan k

10 blm bs membayar cicilan tersebut.

trs pihak perusahaan tersebut langsung memberikan sangsi dan ancaman akan

melakukan eksekusi penarikan lngsung kpd konsumen.

1:apakah itu pelanggaran oleh pihak konsumen?

2:apakah itu pelanggaran oleh pihak perusahaan?

3:sangsi apakah bg pelanggaran tersebut?

mohon minta pendapat nya dr rekan2 om semar tentang masalah ini..........!

terimakasih:dari ajuan masyarakat bawah yg tertindas oleh kaum kapitalis.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Facebook © 2011 � Bahasa Indonesia Tentang � Iklan � Pengembang � Karier � Privasi � Ketentuan � Bantuan

Obrolan (3)

24/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 7/7

Page 8: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Beranda Profil

Forum Diskusi Tampilan Topik

Topik: 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN

Menampilkan 31 - 57 dari 57. Sebelumnya 1 2

Semar Mesem

Bela Pancasila saya komentar dulu tentang uraian panjang Anda ya. Yang pertama dan

sudah saya pastikan bahwa artikel yang Anda uraikan begitu panjang adalah merupakan

tulisan dari seorang Advokat di Lampung bernama Grace Nugroho (kalau tidak salah).

Dan tulisan itu sudah dimuat di Hukum Online 2 tahun lalu dan dimuat di beberapa situs.

Jadi artikel itu sudah saya baca lama sekali. Tidak salah kok untuk kembali

mencantumkan artikel orang lain, tapi mohon, sekali lagi mohon agar Anda juga

mencantumkan nama penulis tersebut, sehingga tidak di cap sebagai plagiator. Khan

katanya sama-sama menghormati proses hukum....ya...to....ya...yo....Mohon Anda

dan kawan-kawan yang berada dalam diskusi ini dapat mensearch artikel di situs

hukumonline dengan mengetik Jaminan Fiducia. Dijamin Anda semua akan menemukan

nama Grace Nugroho pada artikel seperti yang ditulis kembali oleh Bela Pancasila.

Oleh karena itu saya tidak akan mengomentari sebuah artikel yang ditulis ulang oleh

seseorang yang tidak pernah mau mencantumkan nama penulisnya. Maaf itu salah satu

bentuk pelanggaran hak cipta lho. Dan tentunya BERTENTANGAN DENGAN UU 45,

PANCASILA, dan UU HAK CIPTA.

Pertanyaannya, kok semar mesem tahu, ya jelas tahu dong, lihat saja uraian Bela

Pancasila sebelum ini dan setelah tulisan panjangnya. Tentunya saya bisa melihat

bagaimana seseorang menyusun sebuah artikel apalagi artikel hukum.

Ok selanjutnya saya menanggapi tulisan Bela Pancasila selanjutnya :

Pada prinsipnya pembiayaan konsumen merupakan salah satu bentuk usaha dari

Lembaga Keuangan non Bank. Sebagai lembaga pembiayaan tentunya dalam

memberikan pembiayaan kepada anggota masyarakat membutuhkan sebuah perjanjian

yang menjadi tanda/bukti adanya hubungan hukum antara kreditur dengan debitur.

Bahwa setiap orang berhak atau para pihak berhak mengatur isi perjanjian asal

memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata.

Jadi pertanyaannya, apakah perjanjian pembiayaan konsumen yang telah disepakati

oleh kreditur dan debitur itu sah ? (dalam hal ini perjanjian pada lembaga finance di

Indonesia) jawabnya adalah sah.

Lalu dapatkah disebut bahwa perjanjian antara finance (kreditur) dengan debitur

dikatakan perjanjian fiducia ? jawabnya adalah bukan. Sebenarnya Perjanjian itu adalah

perjanjian hutang piutang, saya tidak sepakat kalau dikatakan perjanjian fiducia bawah

tangan sekalipun bentuk perjanjian ini seperti pengertian fiducia.

Perjanjian Fiducia berdasarkan UU 42 Tahun 1999 harus dibuat dihadapan notaris dan

wajib didaftarkan. Menjadi pertanyaan, apakah perjanjian yang telah disepakati tetapi

tidak dilakukan dihadapan notaris menjadi batal ? ya tentunya tidak dapat dikatakan

batal atau tidak sah. Khan 1320 KUHPerdatanya sudah terpenuhi, dan berdasarkan psl

1338 KUHPerdata semua persetujuan yang telah memenuhi syarat dan kemudian telah

disepakati akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

Nah, pada umumnya perjanjian yang dibuat oleh pihak Finance dengan debitur memuat

syarat dan itu telah disepakati oleh debitur, yaitu bahwa bila debitur lalai maka debitur

memberikan PERINTAH kepada kreditur untuk mengambil unit kendaraan dari tangan

debitur atau siapapun yang memegan unit kendaraan yang bermasalah.

Pihak finance ketika berhadapan dengan debitur yang lalai, tentunya akan melakukan

tahap-tahap sesuai SOP (standard operasional prosedur), yaitu :

Pertama : pihak finance melalui deskcall nya akan menghubungi debitur lalai terlebih

dahulu dengan cara mengingatkan bahwa jatuh tempo pembayaran telah terlewati.

Gunanya adalah agar debitur melaksanakan kewajibannya.

Kedua : bila upaya deskcall tidak berhasil, tentunya staff kreditur akan mengunjungi

debitur dan menanyakan mengapa debitur terlambat membayar.

Ketiga : bila hal ini juga tidak membuat debitur sadar, maka finance akan mengirimkan

surat peringatan 1. Bila ini juga tidak juga digubris maka surat peringatan 2 akan dikirim,

kalau tidak juga maka berdasarkan PERINTAH dari debitur, Kreditur melakukan

pengambilan unit sesuai kesepakatan antara kreditur dengan debitur.

Oleh karenanya, janggal sekali dan tidak mungkin bila finance kemudian secara serta

merta langsung melakukan pengambilan tanpa melalui tahap-tahap seperti yang saya

terangkan di atas.

Nah di lapangan seringkali debitur berbicara atau bercerita lain dengan mengatakan

bahwa saya belum pernah dihubungi, tidak pernah dikunjungi, tidak pernah menerima

surat peringatan dll..dll...guna melepaskan dirinya dari kewajiban membayar hutangnya

sekaligus mencitrakan diri sebagai debitur yang terjepit.

Buat Iklan

Toko ElektronikOnlinegalerielektronik.com

CLICK or CALL 021-7238723tersedia lebih dari 3000 itemsdi toko elektronik real onlinepertama dengan cicilan 0%dari Citibank Eazypay

Jalan-Jalan Serudealkeren.com

Diskon 50-90% untuk paketjalan-jalan dan wisata seru!Dapatkan hanya diDealkeren.com

METRO SALONMOBIL

Panggilan se-Jabodetabek.Mudah-Murah-Mutu

Ejakulasi Dinitokopasutri.com

Foredigel memperpanjangdurasi hubungan suami istri(tetap berkhasiat 5-8 jam,rekom Boyke)

Iklan Lainnya

2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA SALING BERTENTANGAN

Kembali ke Perkumpulan Sarjana Hukum

Akun

Suka

Pencarian

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 1/11

Page 9: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Ironisnya, hal ini kemudian diterima mentah-mentah oleh oknum-oknum LSM entah itu

LPKSM atau LSM bentuk lain, atau LSM abal-abal (tdk punya akta pendirian atau TDPLK).

Tahukah Anda TDLPK ? silahkan baca Kepmenperindag No.302/MPP/Kep10/2001-

Tentang LPKSM. Dan dengan gagah berani bagaikan tentara yang maju perang datang

ke lembaga finance sembari marah-marah.

Bagaimana solusinya agar benturan-benturan antara lembaga finance dengan debitur

tidak terjadi ?

Pihak Finance harus selektif dan pandai membaca anggota masyarakat yang memohon

pembiayaan. Apakah anggota masyarakat calon debitur ini memang masyarakat yang

memang layak diberi pinjaman atau para penjahat (serigala berbulu domba).

Pihak Finance juga harus memiliki sales force yang handal, dipercaya, dan bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya serta tidak ngawur memilih calon debitur.

Pihak Debitur harus bertanya sejelas-jelasnya mengenai perjanjian dan jangan karena

nafsu keinginan mendapatkan kendaraan, debitur lupa bertanya. Lalu asal tanda-tangan

saja.

Pastikan yang datang adalah benar-benar pihak finance dan bukan pihak lain yang

mengaku-aku orang dekat atau bisa mengusahakan pembiayaan.

Jangan sekali-sekali meminjamkan nama kepada siapapun untuk melakukan proses

pengajuan kredit unit kendaraan. Karena hal itu sangat beresiko.

Debitur harus siap dengan segala konsekwensi atas disepakatinya perjanjian tersebut,

oleh karenanya BACA DONG perjanjiannya.

Yang terakhir adalah bahwa Pemerintah telah memberikan peluang bagi masyarakat

untuk menjalankan berbagai tugas negara. Termasuk dibidang perlindungan konsumen.

Oleh karena itu masyarakat diberikan hak mendirikan LSM-LSM sekalipun undang-undang

yang secara khusus tentang pendirian LSM sedang digodok (semoga tahun ini kelar).

Oleh karena itu, jadilah LPKSM yang mumpuni yang didirikan melalui akta pendirian yang

dibuat notaris, dan didaftarkan kepada pengadilan serta mendapatkan TDLPK, karena

itu merupakan bukti Pemerintah mengakui keberadaan LPKSM.

Terus terang saya sering bertemu dengan LPKSM atau LSM abal-abal (memang tidak

semua) yang bergerilya mempengaruhi konsumen / debitur untuk tidak membayar

hutangnya dll...dll dan mengambil keuntungan dari persoalan antara kreditur dengan

debitur.

Bahkan ada yang lucu, bahkan menjadi bahan tertawaan banyak orang termasuk para

penggiat LSM, yaitu bahwa ada LPKSM di Blitar yang merasa dirinya berhak menerima

kuasa untuk beracara di pengadilan bagaikan advokat. Padahal pengurus LPKSM itu tdk

ada satupun yang memiliki ijin advokat. Ironisnya, argementasi ngawur mereka adalah

adanya hak gugat atau legal standing yang diatur dalam UU Perlindungan Konsumen.

Nah bukankah ini sebuah kekonyolan ???

Saya yang bertahun-tahun berkecimpung di dunia hukum sekalipun hingga saat ini masih

belajar dan belajar, telah menyarankan mereka agar mereka menurunkan pengurus

yang memiliki ijin advokat agar gugatan mereka tidak sia-sia. Hehehe padahal saya ini

pihak lawan mereka saat itu. Eh...malah gak didengar, dan dengan arogannya

menunjukan kepongahan seolah-olah mengerti hukum acara. Ending dari gugatannya ya

diputus bahwa GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA. Kalau dah gitu khan jadi memalukan

dan tidak akan dihargai oleh orang yang diwakilinya to....

Akhir kata saya tertarik dengan kalimat anda yang terakhir "dari ajuan masyarakat

bawah yg tertindas oleh kaum kapitalis"

Jangalah buruk rupa cermin dibelah !! yang buruk wajah kita, tapi cerminnya yang

dibelah.....wah...ini khan kekonyolan lagi namanya.

Haturnuhum, maturnuwun, tararengkyu, kamsia, thanks bila kawan-kawan tidak bosan

dengan ulasan saya ini. Monggo kita berdiskusi lagi dengan yang lebih berbobot, dan

jangan lupa sekali lagi, kalau mau menuliskan artikel milik orang TOLONG DICANTUMKAN

NAMA YANG MENULIS ATAU DIDAPAT DARIMANA artikel itu.....ya....ya....jangan

sampai saya atau orang lain bernyanyi O...O...O kamu ketahuan....!!! HEHEHE piss

kacang buncis...

Mari kita menghormati karya oranglain karena itu bentuk penghormatan pada

PANCASILA, UU 45, UU Hak Cipta....

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Awi Saudale

selamat pagi mas semar.....yang terpenting dalam menyikapi pihak Finance menarik

barangnya dari kreditur yang sengaja atau tidak disengaja ...Pihak Finance harus selalu

memperhatikan etika dan sopan santun dalam situasi menarik barang dari kreditur jika

pihak finance tidak memperhatikan rambu-rambu etika didalam situasi penarikan barang

tersebut....ada celah hukum yang dapat dan diduga bisa dilaporkan kepihak

Kepolisian,,,yang mana pihak kreditur....bisa membuat laporan tentang "MEMAKSA

ORANG LAIN DENGAN PERBUATAN YANG TIDAK MENYENANGKAN" yaitu Pasal 335 ayat

1 ke-(1e) KUHP, karena dalam pasal ini perbuatan melanggar hukum mengenai perasaan

orang lain...dan itulah konsekuensi dan resiko yang harus dihadapi oleh pihak finance yg

bertugas menarik barang dari kreditur....dan bisa juga timbul Pasal 336

pengancaman,Pasal 315 penghinaan KUHP....semua itu bisa dihindarkan apabila Pihak

finance yang bertugas untuk menarik barang dari kreditur cara menariknya dengan

memakai hati yang dingin jangan sampai terpancing dan melakukan perbuatan-

perbuatan sebagaimana dimaksud didalam Pasal-pasal yang dapat dilaporkan pihak

kreditur terhadap pihak finance yag melakukan penarikan (dalam hal ini pribadi orang

yang melakukan penarikan) dan bukan PT Financenya.....TERIMA KASIH MAS SEMAR

SEMOGA HIMBAUAN SAYA INI BERMANFAAT UNTUK MENCARI SOLUSINYA.....SIIPPP

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 2/11

Page 10: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

WASALAMMMM.......AWIE

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Irwan Supriadi

trimakasih om semar atas saran dan kritikan nya.

saya mersa kagum atas artikel yg di buat oleh grace p nugroho cuma saya lupa tuk

mencantum kan nama penulis artikel di atas tersebut.

saya mengutip sedikit tentang tulisan anda di atas om semar apakah pihak finance

berhak seenaknya mengeksekusi langsung tanpa ad dulu rujukan kpd pihak konsumen?

apakah pihak perusahaan bisa seenaknya karna mereka yang membuat aturan,yg

tentunya aturan itu sebelah pihak yg menurut saya menguntungan pihak perusahaan.

apakah seharusnya pihak pengadilan yg melakukan eksekusi?

yang saya tau pihak perusahaan jarang melakukan eksekusi melalui pihak pengadilan.

apakah hasil eksekusi jaminan finducia pernah di buktikan oleh pihak finance?

saya sebagai masyarakat tentunya awam tentang hukum yg sebagaiman tercantum

dalam uu finducia.*maklum lah yg namanya jg masyarakat bawah*

beda dengan orang2 yg ngerti hukum tapi maaf*knp yg ngerti hukum selalu melanggar

aturan hukum*yg dah jelas tertulis sebagaimana tercantum dalam uu finducia?

terimakasih:atas nama masyarakat korban lising.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Bung, artikel yang Anda copy paste itu masih sangat bisa dikritisi secara hukum. Saya

pernah bertanya kepada penulisnya melalui email, dan tidak pernah mampu dijawab

olehnya. Kalau Anda merasa kagum, ya saya anggap wajar sekali, karena itu

menguntungkan posisi Anda yang mengaku korban lising. (padahal leasing itu salah satu

bentuk usaha dari Lembaga Keuangan Non Bank).

Bung Bela Pancasila, coba anda baca perlahan ulasan saya tentang bagaimana SOP

pihak Finance melakukan pengambilan unit. Oleh karena itu bilamana ada finance yang

tidak melakukan SOP seperti yang saya katakan, tentunya itu bertentangan dong.

Namun terus terang, saya tidak pernah menemukan finance yang serta merta langsung

mengambil unit kendaraan tanpa melalui SOP tersebut. Yang saya temukan selalu alasan

dari debitur saja, tetapi setelah ditelusuri, debiturnya yang bercerita bohong..untuk

menghindari kewajiban dan mencitrakan diri saja....

Perjanjian pokok yang dibuat dibawah tangan telah mensepakati bahwa bilamana

debitur lalai, maka debitur memerintahkan kreditur untuk mengambil kendaraan. Oleh

karenanya campur tangan pengadilan tidak diperlukan dalam melakukan pengambilan

unit kendaraan. Karena pengambilan itu merupakan perintah dari debitur.

Sedangkan dalam perjanjian fiducia yang telah ada sertipikat fiducia, pengadilan juga

tidak diperlukan untuk melakukan pengambilan. Dalam penjelasan UU Fiducia, bahwa

sertipikat fiducia dipersamakan dengan putusan pengadilan. Oleh karenanya kreditur

berhak mengambil unit kendaraan tersebut dan debitur berkewajiban menyerahkan

barang.

Bilamana terjadi kesuliltan, maka Finance dapat (sekali lagi dapat artinya tidak harus)

meminta bantuan aparat kepolisian untuk mengambilnya atau bisa meminta juru sita

pengadilan berdasarkan pasal 200 ayat 11 HIR. Monggo dilihat HIRnya ya.....

Masalahnya, banyak kali debitur itu mensiasati dan berlagak lupa kalau dirinya pernah

memerintahkan kreditur ketika perjanjian pokok disepakati....bahkan kemudian marah-

marah tanpa alasan yang masuk akal....

Bahkan sekalipun sudah ada sertipikat fiducianya, debitur pun juga gak mau

menyerahkan bahkan malah menyembunyikan dan menggadaikan. Lalu menurut Anda,

debitur kayak gini debitur apa ? bukankah itu debitur jahat....atau memang penjahat....

Ada contoh di PN Blitar, sekelompok debitur menggugat ramai-ramai finance, dalilnya

mereka mengatakan terjadi kekhilafan dalam mengadakan perjanjian. Oleh karena ada

kekhilafan maka perjanjian harus dibatalkan. Para penggugat meminta pengadian untuk

membatalkan perjanjian tersebut dan memerintahkan kreditur untuk menyerahkan BPKB

kepada Para Penggugat.

Lho nih gugatan kok aneh, perjanjian minta dibatalkan, kok terus minta BPKB

dikembalikan. Logikanya kalau minta dibatalkan ya motornya dikembalikan dong ke

Finance seperti semula dan utuh. Apa yang terjadi bung...? ya gugatan seperti ini tidak

dapat diterima....

Saya menghadapi gugatan semacam ini ya ketawa saja, apalagi LPKSM ini bertindak

seolah-olah bagaikan advokat. Waaaa....teriak penegakan hukum tp dirinya melanggar

hukum. Maka itulah saya katakan pada tulisan sebelumnya, JANGAN BURUK MUKA

CERMINNYA YANG DIBELAH.....

Jadi, jangan lalu kemudian yang harus selalu disalahkan adalah perusahaan finance,

karena kenyataannya banyak sekali debitur sejak awal memiliki itikad tidak baik guna

tujuan-tujuan mencari keuntungan. Coba deh anda teliti selaku penggiat LSM, berapa

banyak tukang gadai swasta yang tumbuh subur seiring dengan munculnya lembaga-

lembaga finance ? banyak mas...banyak....karena ya itu tadi, mereka mencari peluang.

Oya ngomong-ngomong LSM anda sudah ada TDLPKnya belum ? karena itu salah satu

bukti LSM anda diakui oleh Pemerintah.

Saya pernah punya pengalaman dengan LSM abal-abal mas....maksudnya ngototnya

yang didahulukan dan cuma kasih surat kuasa dari konsumen. Ya terhadap LSM seperti

ini sih saya ketawa saja dan tidak terbawa emosi. Saya hanya bilang saat itu, apakah

anda selaku LPSKM memiliki akta pendirian dan TDLPK ? selama anda tidak dapat

menunjukan, maaf saya tidak akan melayani Anda. Urusan saya lebih penting ketimbang

melayani LSM abal-abal, karena ujung-ujungnya LSM seperti ini minta duit atas nama

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 3/11

Page 11: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

penderitaan rakyat katanya.....Maaf Bela Pancasila, itu kenyataannya.

Nah ada lagi LSM yang bener, punya akta punya TDLPK, datang dengan baik, ngomong

juga dengan santai, ya saya layani dan sama-sama mencari solusi bagaimana baiknya.

Dan ternyata ya clear...

Oya nama LSM Anda apa Bung Bela Pancasila ?

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Irwan Supriadi

yang saya tau dilapangan pihak lising mengeksekusi nya secara arogan dan tanpa ada

belas kasihan kpd pihak konsumen.

makanya konsumen merasa takut karna mendapat perlakuan yg kasar dr pihak lising

dengan alasan dia membawa surat tugas(skp) dr pihak perusahaan.

apakah pihak perusahaan mengharuskan tindakan seperti itu kpd konsumen?

harusnya kan ada solusi mencari jaln yg terbaik agar pihak perusahaan/konsumen tdk

merasa di rugikan?

terus tentang pengambilan bpkb kdng pihak perusahaan selalu mempersulit&g punya

kebijakan kpd konsumen,dengan alasan denda yg blm di bayar padahal konsumen sudah

melakukan tanggung jawab full membayar cicilan.

apakah itu sesuai dengan pancasila?sila ke 5.(keadilan sosial bagi seluruh rakyat

indonesia)

saya sebagai masyarakat emang aktip di lsm gmbi(gerakan masyarakat bawah

indonesia) yg tentu nya terdaptar di notaris silahkan cek aj keberadaan lsm gmbi om

semar.

saya sangat berterima kasih sekali kpd om semar yg telah memberikan wawasan yg

tentunya itu akan menjadi motipasi tuk saya agar lebih berpikir&terus belajar.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Abdul Gafur Idris

Salam kenal Pak Semar, pak kalau Bapak berkenan saya boleh di emailkan ke

[email protected] tentang 2 surat dari mabes polri tersebut.salam

hormat....Terima kasih

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Mas Awie Saudale saya sepakat dengan Anda perihal etika pengambilan unit kendaraan

pada debitur yang menunggak harus elegant. Sayapun tidak mentolelir penarikan-

penarikan yang tidak beretika. Sekalipun penilaian soale etika kadang sangat relatif.

Mungkin bila mas Awie Saudale melihat statistik tindak pidana dalam dunia finance

terutama dalam kasus-kasus penarikan kendaraan jauh telah berkurang ketimbang

dahulu. Mengapa demikian, selain semakin ketatnya peraturan juga para penerima

perintah telah jauh lebih cerdas melakukan pengambilan.

Oleh karena itu, Penyidik POLRI harus juga lebih cerdas menggali sebuah laporan dari

debitur atau pemengang unit yang unitnya ditarik oleh pihak Finance. Perlakuan yang

obyektif, fair dan imparsial pada terlapor ketika dilakukan saat lidik dan sidik haruslah

dijunjung tinggi. Sehingga fungsi POLRI sebagai Pengayom, Pelindung Masyarakat

berfungsi dengan baik.

Saya tidak menutup mata, bilamana masih ada oknum penerima perintah debitur

melakukan pengambilan dengan cara-cara yang kasar dan mengarah pada tindak

pidana, oleh karenanya saya setuju bilamana hal ini diproses sebagai bagian dari

penegakkan hukum. Tetapi, kita semua juga harus tidak menutup mata seringkali

debitur, pemegang unit atau oknum-oknum siapa saja membuat sebuah perkara yang

sebenarnya tidak ada tindak pidanannya tetap diproses dengan target menjerat

seseorang yang tidak bersalah menjadi bersalah.

Saya banyak contoh dan kasus, bagaimana sebuah kasus penarikan yang sederhana,

dan telah disetujui oleh pihak debitur tahu-tahu bisa P-21 yang kemudian menyidangkan

orang yang tidak bersalah.

Mas Awie S mungkin lebih tahu dari saya, bahwa sekarang banyak sekali penggadai-

penggadai swasta yang menerima gadai unit-unit kendaraan bermotor finance seiring

dengan tumbuh suburnya perusahaan finance.

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Eko Kurniawan

slmt pagi, numpang ngisi... pak bila berkenan saya penyidik, kebetulan nyari-nyari surat

itu belum ketemu. jd kalo boleh di emailkan ke [email protected] , TKS sebelum nya

sekitar 9 bulan yang lalu � Laporkan

Joko Santoso

Salam Kenal Pak Semar... Terima kasih atas ulasan dan berbagi ilmunya... Saya mau

menanyakan beberapa hal kepada Bapak.. Pertama.. Apakah perjanjian kredit antara

debitur dan kreditur wajib dibuatkan akta notaris dan didaftarkan di Kantor Pandaftaran

Fidusia??

Kedua.. Apakah terdapat potensi kerugian negara atas tidak didaftarkannya perjanjian

tersebut dalam hal Penerimaan Negara Bukan Pajak??

Mohon tanggapannya... Dan saya minta dong dikirimin 2 Surat Mabes Polri tersebut ke

email saya [email protected]

Terima kasih sebelumnya

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Upix Ankle

Salam kenal om..kebetulan saya bekerja disalah satu Finance dan Divisi Collection..

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 4/11

Page 12: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

saya sangat berharap om berkenan mengirimkan 2 surat Mabes Polri tersebut ke email saya

[email protected]

saya pengen dibagi ilmunya donk om,

antara UU Fidusia Dengan UU kehutanan..

apa bisa kita mengambil Benda yang sudah disita oleh negara karena kasus illegal loging yang

dilakukan oleh Debitur..??

menurut Amanat UU Fidusia Pasal 20 :

Jaminan Fidusia tetap mengikuti Benda yang menjadi objek jaminan Fidusia dalam tangan siapapun

Benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan

Fidusia.

Dan Pasal Pasal 27 :

(1) Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya.

(2) Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah hak Penerima Fidusia untuk

mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi Benda yang menjadi objek jaminan Fidusia.

(3) Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau

likuidasi Pemberi Fidusia.

Trus dengan Pasal 24 :

Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian Pemberi Fidusia

baik yang timbul dan hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum

sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

apakah kita bisa menuntut Debitur untuk tetap bertanggung jawab.dan apa kita bisa untuk

melaporkan smpai dengan P-21.

Satu lagi om, Saya pernah dengar ada ASAS yang disebut dengan " LEX POSTERIORI DEROGAT

LEGE PRIORI " yg klo ga salah artinya Undang-Undang yang diberlakukan

kemudian,mengesampingkan Undang-Undang yang Terdahulu.dan Fakta menyatakan bahwa

Undang-Undang Fidusia diberlakukan setelah ada Undang-Undang Kehutanan.jadi bisa ga om

Undang-Undang Fidusia mengenyampingkan Undang-Undang Kehutanan..???

Atas ilmu yg akan saya terima saya banyak2 tengkiyu om...

Mohon Petunjuk.

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Mas Joko saya coba menjawab pertanyaan anda :

Apakah perjanjian kredit antara debitur dan kreditur wajib dibuatkan akta notaris dan

didaftarkan di Kantor Pandaftaran Fidusia??

Menurut hemat saya, bahwa undang-undang fiducia hanya mewajibkan adanya

pendaftaran bagi akta jaminan fiducia yang dibuat oleh Notaris dan bukan pada

perjanjian pokoknya (bawah tangan). Dengan adanya pendaftaran fiducia pada kantor

pendaftaran fiducia, maka barang tersebut telah dibebani fiducia dan menjadi barang

jaminan fiducia. Dibuatnya UU 42 tahun 1999 tentang Fiducia, sebenarnya diperuntukan

untuk melindungi para pihak, artinya hak dan kewajiban debitur dan kreditur menjadi

jelas terlindungi hukum dan tidak perlu melalui gugatan keperdataan. Karena sertipikat

fiducia pada dasarnya dipersamakan dengan putusan pengadilan. Siapapun yang

memegang sertipikat fiducia, maka dirinya dapat secara langsung tanpa proses gugatan

melakukan pengambilan barang jaminan fiducia atas wanprestasinya debitur.

Namun prakteknya, amanah undang-undang bagaikan macan diatas kertas, banyak

kendala dan persoalan yang muncul dilapangan sehingga sekalipun ada sertipikat fiducia,

si kreditur tidak dapat juga melakukan eksekusi (melakukan pengambilan barang jaminan

fiducia). Bahkan ketika debitur diketahui telah melakukan penggelapan, dibeberapa

tempat, penyidik polri yang dilapori oleh kreditur mengenai pelangaran psl 35 dan 36 UU

Fiducia tidak mau memprosesnya dengan alasan bahwa ini adalah persoalan perdata.

Apalagi pada bulan agustus 2009, muncul surat kabareskrim yang juga disalah artikan

oleh banyak penyidik POLRI di Indonesia yang selalu mengatakan bahwa adanya

penggelapan jaminan fiducia harus di selesaikan dulu melalui BPSK....nah ini menjadi

rancu.

Kembali kepada pertanyaan anda....sekali lagi tidak ada kewajiban lembaga finance

membuat perjanjian hutang piutang dihadapan notaris. Dan bisanya itu dilakukan oleh

lembaga keuangan bank, karena bank pada dasarnya terikat juga dengan peraturan BI.

Apakah terdapat potensi kerugian negara atas tidak didaftarkannya perjanjian tersebut

dalam hal Penerimaan Negara Bukan Pajak??

Saya tidak tahu kok banyak pertanyaan seperti ini, bahkan ada yang mengatakan

bahwa itu adalah bentuk korupsi...ckckck...terlalu berlebihan. Yang dinamakan adanya

potensi kerugian negara bilamana memang sudah ada peraturannya serta sanksi yang

mengikutinya. Lha peraturannya mana ? yang ada hanya bila akta jaminan fiducia yang

tidak didaftarkan maka barang yang dijaminkan bukan jaminan fiducia. That's it, gak ada

yang lainnya. Mau dijerat pidana pakai apa....?? gak ada peraturannya.... Lain halnya

bila si kreditur ketika mendaftarkan tidak mau bayar biaya pendaftaran, maka itulah

potensi kerugian negara baru muncul....

Saya mau tanya neh...kalau seseorang membuat pernyataan atau kesepakatan atau

perjanjian sewa menyewa rumah misalnya apa HARUS pakai meterai ??? lalu apakah

tanpa meterai perjanjian itu batal ??? Jawabannya ya nggak batal dan tetep syah....lalu

meterai itu fungsinya apa dong....ya fungsinya tanda bayar pajak dokumen. Lalu kalau

itu dijadikan alat bukti dalam proses hukum bagi dokement tidak bermeterai bagaimana ?

ya tinggal di meteraikan termasuk bayar dendanya....itu amanah UU Permeteraian...

Nah apakah dokumen tidak bermeterai itu merupakan bentuk potensi kerugian negara ?

ya tetep gak bisa dikatakan seperti itu dong...

Nah menurut saya seperti itu mas....!!

Mas Black Dahlia.....hahaha anda ini lucu juga ya, anda kerja di perusahaan finance

yang pernah membuat surat kepada Divbinkum Mabes Polri soal penanganan atas

terjadinya pelanggaran fiducia. Coba mas Blcak Dahlia minta ke Legal HO di Jakarta, soal

surat Divbinkum Mabes Polri, karena surat MABES POLRI itu dikeluarkan sebagai

tanggapan dari surat dari perusahaan anda kepada MABES POLRI.....Hayo...cari dulu

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 5/11

Page 13: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

ke pusat....hehehe masa saya yang kasih....

Apa bisa kita mengambil Benda yang sudah disita oleh negara karena kasus illegal loging

yang dilakukan oleh Debitur..??

Menurut undang-undang jelas, bahwa seharusnya jaminan fiducia yang dipergunakan

untuk melakukan tindak pidana memang harus dikembalikan kepada penerima fiducia.

TETAPI hukum di Indonesia itu seringkali diterapkan tidak sesuai dengan aturannya alias

das sain das solen....jauh api dari panggangannya. Maka pinter-pinternya pihak

kreditur...ajukan gugatan atau yang lainnya...

apakah kita bisa menuntut Debitur untuk tetap bertanggung jawab.dan apa kita bisa

untuk melaporkan smpai dengan P-21.

Sehubungan dengan kasus elagal loging, jawabannya debitur tetep bisa dimintai

pertanggungan jawabnya namun sebatas kewajiban hutangnya dan bilamana benda

jaminan itu hilang bukan karena pencurian maka dia harus mengganti senilai jaminannya

itu. Di UU Fiducia ada tuh.... Lalu apakah bisa dipidana, ya lihat kasusnya dong, soalnya

berdasarkan pasal 35 dan 36 UU Fiducia tercantum jelas, yaitu membuat keterangan

palsu (psl 35) dan penggelapan (psl 36). Oleh karena itu harus dibuktikan unsur pidana

fiducianya dulu....

Soal LEX POSTERIORI DEROGAT LEGE PRIORI artinya yang tepat adalah Peraturan

yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya. Jadi UU Kehutanan tidak

bisa digantikan dengan UU Fiducia karena sifat pengaturan yang berbeda. Maksud asas

ini adalah misalnya UU Perseroan Terbatas tahun 1990 sudah digantikan dengan UU

Perseroan Terbatas tahun 2009...ini contoh lho...

Sebagai pengingat ada beberapa asas dalam hukum berkaitan dengan yang ditanyakan

:

Lex superiori derogat lege inferiori

Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah

Lex specialis derogat lege generali

Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum

Lex posteriori derogat lege priori

Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya

Res judicata pro veritate habeteur

Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya

Lex dura sed tamen scripta

Undang-undang bersifat memaksa, sehingga tidak dapat diganggu gugat

Die normatieven kraft des faktischen

Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normatif

Nullum crimen nulla poena sine lege

Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang-undangan yang mengaturnya

Semoga bermanfaat

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Upix Ankle

hihihi iya om saya salah yg saya minta itu cuma surat yang ke 2 saya sudah pegang

surat yg pertamanya..thx om..ditunggu yah..

kebetulan saya punya kasus illegal loging,benda disita Kejaksaaan dan debitur sudah

saya buatkan laporan polisi karena ada unsur merubah bentuk ( pada waktu awal kredit

benda / truck menggunakan bak dump dan pada saat ditangkap dan saya cek ke

kejaksaan ternyata benda sudah dirubah menjadi bak kayu )

pertanyaan saya, pada saat BAP saya juga meminta Penggabungan perkara sesuai

amanat KUHAP Pasal 98,99,100.apakah langkah saya salah om..?

saya juga pernah share dengan Kepala pembinaan di kejaksaaan tentang Hak yang

didahulukan dan beliau bilang Pasal tersebut tidak menjamin tergantung nanti pada saat

pelelangan benda lah yang menentukan.bagaimana jika pemenang lelangnya bukan dari

pihak Finance..

bukankah pada Amanat UU Fidusia Pasal 20 sangat jelas sekali,dan apakah pemegang

Sertifikat Fidusia masih bisa untuk mengEksekusi Benda tersebut ditangan pemenang

lelang..??? ( kan Fidusianya belum hapus om, menurut UU fidusia Pasal 25 )

mohon petunjuk..

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Joko Santoso

Thx Pak Semar untuk informasi dan penjelasannya..... Minta tolong satu lagi ni untuk

dikirimkan 2 Surat dari Mabes Polri nya ke email saya [email protected]....

Maaf ya merepotkan lagi..

Atas bantuannya terima kasih.

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Mas Black coba saya jawab ya :

Dalam putusan pengadilan terhadap kasus pidana apa saja yang menggunakan barang

jaminan fiducia sebagai alat untuk melakukan tindak pidana seringkali tidak diketahui oleh

pihak Finance. Hal ini biasanya disebabkan sebagai berikut :

1. pelaku pidana yang menggunakan barang jaminan sebagai alat untuk melakukan

tindak pidana tidak/bukan dilakukan oleh debiturnya sendiri. Alias dilakukan oleh pihak

lain yang mungkin saja meminjam jaminan fiducia dari debitur;

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 6/11

Page 14: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

2. atau debitur tidak jujur atau menyembunyikan asal usul diperolehnya jaminan fiducia

yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana ketika di sidik (BAP), baik

ketika debitur itu jadi tersangka atau debitur menjadi saksi;

3. atau penyidik sebenarnya sudah tahu dari hasil BAP bahwa jaminan fiducia yang

dipergunakan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana adalah milih sebuah

perusahaan finance, tetapi penyidik tidak memanggil pihak finance untuk dijadikan saksi

yang menerangkan bahwa jaminan itu memang jaminan fiducianya.

Nah dari 3 hal tersebut diatas, maka tentunya ketika berkas pidana itu P-21 lalu

kemudian diputus oleh pengadilan, kepemilikan /legal owner atas barang jaminan fiducia

tidak pernah diketahui sehingga pengadilan memutuskan menyita untuk negara atau

mengembalikan kepada debitur asal barang tersebut bila diketahui kalau ternyata

debitur bukan lah pelaku atau bagian dari pelaku pidana.

Lalu apakah hal ini berlaku pada kasus illegal Loging ? Tampaknya hal yang anda maksud

tidak dapat dilakukan. Karena saya pernah mendengar dibeberapa tempat bahwa

barang sitaan dalam tindak pidana ilegal loging harus dirampas dan diserahkan kepada

negara. Ya kayunya ya alat untuk melakukan tindak pidananya (kendaraannya). Lha kok

bisa, terus terang saya juga nggak ngerti kenapa barang yang disita tersebut tidak

dikembalikan kepada finance selaku penerima fiducia bila sejak awal pihak finance telah

dimintai keterangan baik di BAP atau Pengadilan.

Solusinya adalah, pihak finance tentunya berkoordinasi dengan pihak Kejaksaan selaku

pejabat yang melakukan eksekusi putusan pidana. Sehingga ketika barang itu dilelang,

maka pihak finance penerima fiducia itulah yang terlebih dahulu didahulukan untuk

mengambil hasil lelang. Memang terkesan rancu sih....tp mau gimana lagi khan kita

berada dalam sistem hukum yang seringkali jauh api dari panggangnya.

Saya punya kasus dimana barang jaminan disita karena dipergunakan untuk melakukan

pencurian. Ceritanya kendaraan APV itu dibeli oleh debitur melalui fasilitas pembiayaan

lembaga finance di Surabaya, kemudian APV itu dipinjam oleh kawan debitur dgn alasan

akan dipakai berlibur. Ternyata rekan debitur bukan berlibur melainkan melakukan

pencurian ternak yaitu sapi di Situbondo dengan cara sapi tersebut dimasukan ke APV.

Sial bagi pencuri tersebut, ada Polantas melihat keanehan di mobil APV, lha sapi kok

dimasukan ke APV, lalu dihentikan tetapi pencuri tersebut tidak mau, lantas kejar-

kejaran dan berakhir ditangkapnya pencuri tersebut.

Penyidik kemudian menelusuri asal-usul APV tersebut hingga ditemukan bahwa APV

tersebut merupakan jaminan fiducia sebuah lembaga finance. Akhirnya penyidik

memanggil lembaga finance untuk di BAP, stlh P 21 dan diajukan disidang ketika

persidangan si lembaga finance juga diajukan olhe JPU. Putusannya adalah

mengembalikan APV itu kepada lembaga finance.

Tapi ada lagi kasus di Sumatra, hampir mirip dengan kasus yang saya ceritakan, tetapi

putusan PNnya adlah mengembalikan barang jaminan itu kepada debitur. Padahal

debitur ini telah baddebt 10 bulan. Artinya lembaga finance harus mengeksekusinya dari

tangan debitur dulu dan tidak serta merta didapat dari putusan PN.

Yah itulah hukum kita mas....das sein das solen....1 perkara yang sama... solusi beda-

beda atau putusannya bisa beda-beda....

Soal penggabungan perkara... kalau anda maksud penggabungan perkara pidana ilegal

loging dengan ganti rugi pidana karena merubah bak dump jadi bak kayu ya gak bisa to

mas....Kalau kerugian yang dialami dari adanya tindak pidana merubah bentuk dari bak

dump ke bak kayu ya bisa saja dilakukan untuk melakukan penggabungan. Artinya tindak

pidana merubah tersebut menyebabkan kerugian materil senilai X rupiah bagi korban

(finance).

Namun ingat kerugian yang diajukan dan digabungkan itu hanya sebesar kerugian

materiil yang dialami lho ya....dan bukan kerugian imateriilnya.

BTW, terlepas dari hal tersebut diatas namun tetep nyambung dengan topik

diskusi...saya tuh punya harapan besar agar kiranya POLRI, Direktorat Pajak,

Kejaksaan dan Finance bekerjasama dalam pengolahan data-data kendaraan yang

dijadikan jaminan hutang. Sehingga bisa saling mengecek apakah kendaraan ini

merupakan jaminan hutang, jaminan fiducia atau bukan. Karena banyak sekali

pengalihan-pengalihan unit kendaraan dengan cara gadai kepada pihak lain tetep bisa

melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor.

Di Jatim memang POLDA telah mengeluarkan maklumat, bahwa pembayaran pajak STNK

harus menunjukan BPKB dan bila itu jadi jaminan hutang, maka harus ada surat

rekomendasi atau keterangan dari lembaga atau pihak yang memberi hutang. Namun

sistem ini masih sangat amat bisa ditembus dengan mudah, terutama calo-calo yang

bekerjasama dengan oknum-oknum samsat sendiri. Boleh saja ada poster haram ngurus

lewat calo, tetapi kenyataannya poster itu hanya slogan asal bunyi yang malah

menunjukan kemunafikan. Ada poster..eeee calonya masih sliwar-sliwer.....

Mau dibantah ??!!! tambah kelihatan munafiknya...hehehe.....

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Upix Ankle

wah tengkiuyu om semar ilmu2nya...

saya setuju banget tuh dengan kata2 om " pihak finance tentunya berkoordinasi "emang

seharusnya gitu deh biar segala2nya bisa mulus...

tengkiyu juga bwt surat BARESKRIMnya.

saya jadi bingung nih om ko jadi nyangkut2 ke Undang-undang No 8 Tahun 1999 (

perlindungan konsumen ) bukannya sangat jelas namanya aja UU perlindungan

KONSUMEN bukan DEBITUR sedangkan Penerima Fidusia ( leasing ) tidak Memproduksi /

Memperdagangkan seperti yang dikatakan oleh UU perlindungan konsumen Pasal 8

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 7/11

Page 15: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

jadi pngen dijelasin banyak lagi nih om antara Undang-Undang Fidusia dengan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen.

Atas ilmu yang akan saya dapatkan lagi saya banget2 makasih dah om.....

Btw....yg laen pada kemana nih..??ko sepi2 aja...sama2 bagi ilmunya yuk....

sekitar 8 bulan yang lalu � Laporkan

Bintang Ade Wirawan

1. Administrator grup sangat prihatin dengan usaha plagiasi yg dilakukan pada topik

fiducia ini..boleh juga disebut FIDUSIA (asal jangan PINDUCIA/PIDUCIA ya!)

ketidaktahuan boleh2 saja...namun usaha utk menutupi ketidaktahuan dgn ke-soktahu-

an dan plagiasi akan dicela pada grup ini.

2. Administrator khawatir, setelah dikait2kan dengan Pancasila dan UUD 1945, nanti

(jangan2) akan dikait2kan pula dengan Keluarga Berencana, Repelita, Pembangunan

Nasional, hingga Panca Usaha Tani. utk itu, mohon menjaga kualitas diskusi agar tetap

ilmiah.

sekitar 7 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

hahahaha.....nah siapa tuh.....

sekitar 7 bulan yang lalu � Laporkan

Sitepu Naman Njulu

Salam Kenal Bang Semar....Bravo Leasing. Hukum harus ditegakkan. :)

sekitar 6 bulan yang lalu � Laporkan

Berhati Nyaman

banyak orang ikutan komen ini itu tapi gada dasar sama sekali ckckckkckc

kita lihat dulu sejak awal syarat sah perjanjian :

1. SEPAKAT

2. CAKAP HUKUM

3. HAL TERTENTU

4. CAUSA Yg HALAL

coba lihat isi dari perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat antara kreditur dan

debitur pada umumnya apakah sudah memenuhi 4 syarat ini???TENTU SUDAH

hubungfan hukum apa yg tercipta dalam perjanjian ini? HUTANG PIUTANG atau Kreditur

menyediakan dana kepada Debitur untuk mengadakan barang???

apakah ada penipuan dalam perjanjian ini??? tentu saja tidak ada....malah sebaliknya

DEBITUR yang sering memanipulasi data agar bisa mendapatkan pembiayaan....itu

FAKTA....

mengenai FIDUSIA yang disebutkan beberapa teman2 diatas bahwa sejak awal telah

dimasukan kedalam biaya2 yg harus ditanggung oleh DEBITUR maka faktanya

adalah...itu semua cuma omongan KATANYA dan KATANYA

sejak awal KREDITUR tidak membuat FIDUSIA dengan alasan tidak ingin memberatkan

DEBITUR yg akibatnya dapat merugikan KREDITUR sendiri karena tidak akan ada orang

yang mau menjadi konsumen mereka....(intinya jika semua DEBITUR beritikad baik maka

tidak diperlukan namanya FIDUSIA jika dalam masa perjanjian semua pihak

melaksanakan semua kewajiban yang telah disepakatinya sejak awal tanpa ada

PAKSAAN)

faktanya banyak DEBITUR yang mau mendapatkan fasilitas KREDIT tapi ga mau

bayar....nah masak iya orang HUTANG ga mau bayar dibilang di ZOLIMI???itu bohong

besar......seharusnya kalau tidak mampu maka jangan mengajukan KREDIT...itu saja

intinya dari awal agar tidak ada masalah....tapi ternyata banyak orang sudah jelas ga

bakal mampu tapi memanipulasi data seolah-olah mampu..akibatnya KREDIT

MACET....nah giliran sudah macet dan kendaraan harus di EKSEKUSI untuk dilelang

dengan tujuan pelunasan HUTANG kok lembaga pembiayaan KONSUMEN yang

disalahkan??? ini namanya sudah KERE mau menang sendiri.....kalau tau sudah tau tidak

mamu ya jangan hutang demi gengsiiiiii.........

PADA FAKTANYA LEBIH BANYAK ORANG YANG MERASA TERTOLONG DENGAN ADANYA

LEMBAGA PEMBIAYAAN KOSUMEN!!!!!!

JADI SEKALI LAGI KALAU TIDAK MAMPU JANGAN HUTANG BIAR GA BIKIN ORANG LAIN

RIBUT......

SEKIAN TERIMA KASIH

sekitar 4 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Nyambung dengan uraian awan Berhati Nyaman, ini ada kasus di Malang dimana bekas

debitur menggugat kreditur. Kronologisnya begini :

Debitur beli kendaraan seharga 135 jt, uang muka 25 jut dibayarkan kepada dealer oleh

debitur, maka sisanya dibayarkan oleh finance yaitu 110 jt. Debitur terikat hutang

piutang dengan kreditur sebesar 110 jt plus bunga 1,5% selama 5 tahun.

Kelengkapan dan syarat-syarat pembiayaan dilengkapi oleh debitur, dan setelah

diperiksa dinyatakan clear, finance memerintahkan dealer untuk mengirim mobil tersebut

kepada debitur.

7 hari mobil diterima debitur, pihak finance mengirimkan salinan perjanjian kepada alamat

debitur. 2 hari setelah salinan itu diterima (+/- 12 hr sejak mobil dibawa debitur), isteri

debitur datang ke kantor finance dengan membawa salinan perjanjian, dan mengatakan

bahwa dirinya tidak tahu apa-apa perihal suaminya mengajukan pembiayaan konsumen

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 8/11

Page 16: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

pada finance ini. Oleh karena nya dirinya tidak bertanggung jawab atas apa yang telah

dilakukan suaminya.

Finance kaget, dan kemudian mengecek seluruh kelengkapan dan syarat-syarat

pembiayaan debitur dan diketemukan :

1. Nama dan alamat pada KTP isteri adalah benar dan sesuai dengan nama isteri yang

datang ke kantor finance dengan membawa salinan perjanjian tersebut. Namun foto dan

tanda-tangan isteri adalah berbeda;

2. Rekening tabungan debitur dengan saldo yang sangat fantastis ternyata bukan milik

debitur. Nama pada rekening diganti dengan nama debitur;

3. bukti pembayaran PBB, pada kolom nama wajib pajak, juga diganti dengan nama

orang tuanya. Padahal rumah yang diserahkan PBBnya adalah rumah kontrakan milik

orang lain yang tidak ada hubungan saudara sama sekali;

4. Dan beberapa data-data palsu.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, seketika itu juga, finance memanggil debitur untuk

diajak berunding dan menyerahkan kendaraan kepada finance. Debitur mengakui bahwa

data-data yang diberikan adalah palsu dan kemudian debitur membuat pernyataan.

Finance memberikan solusi agar terjadi over kredit kepada pihak lain sehingga debitur

mendapatkan uang pengganti sebagai ganti dari uang muka yang telah dikeluarkannya.

Artinya debitur mendapatkan uang dari debitur alih kredit tersebut, sehingga debitur

nakal ini tidak lagi memiliki hubungan dengan finance.

Tawaran ini ternyata disetujui oleh pihak debitur, maka beberapa hari kemudian debitur

mengajak seseorang yang diakuinya akan menerima pengalihan kewajiban hutang. Pihak

Finance melakukan wawancara terharap calon debitur alih kredit, dan diketemukan

indikasi bahwa ternyata ini adalah akal-akalan debitur awal agar mobil dapat kembali

kepadanya dan dikemudian hari kabur. Demikian selanjutnya, ketika debitur awal

mengajkan 2 nama lain untuk menjadi debitur alih kredit. Pihak finance tetap menolak.

Ketika 3 orang yang diajukan ditolak oleh finance, debitur nakal tersebut datang

bersama LPKSM dan seorang pengacara. Bagaikan pejuang dengan semangat perang

LPKSM ngotot bahwa finance telah melanggar UU Perlindungan Konsumen. Sedangkan

pengacara yang dibawanya berbicara dengan santai. Setelah LPKSM itu dibiarkan

ngomong ngablak tentang UU Perlindungan Konsumen, pihak finance bertanya, apakah

anda selaku LPKSM tahu persoalan yang sebenarnya bahwa telah terjadi pemalsuan

data ? dijawab sama LPKSM itu ndak penting.......waaaaaakkk LPKSM Cap apa ini....

Singkatnya perundingan saat itu gagal. Selanjutnya dikemudian hari, debitur dan

pengacaranya datang dan berunding dengan pihak Finance, lalu disepakati bahwa pihak

finance tetap mengambil kendaraan tersebut yang kemudian memberikan sejumlah uang

kepada debitur yang nilainya tidak lebih besar dengan uang muka yang diserahkan

debitur kepada dealer. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam Surat Pernyataan

Perdamaian dan membatalkan perjanjian pembiayaan konsumen sebelumnya. Serta tidak

saling menuntut dikemudian hari.

Clear semua kah.....??? ternyata 5 bulan sejak kesepakatan itu terjadi debitur yang

didamping LPKSM lain menggugat finance tersebut ke pengadilan dengan judul gugata

Perbuatan Melawan Hukum dengan tuntutan ganti rugi materiil 2 milyar dan imateriil 10

milyar serta minta sita jaminan seluruh aset-aset yang bergerak maupun tidak bergerak

milik finance.....

Uraian saya diatas bukanlah cerita bohong, karena saat ini sidang pertama akan

dilakukan pada tanggal 25 oktober 2010. Kita-kita ini (finance) cukup geli dengan dalil-

dalil gugatan LPKSM, tampaknya mereka ini tidak pernah mengerti cara mengajukan

gugatan dengan baik dan benar. Yang harus memenuhi syarat formil dan materiil.

Apalagi para sarjana hukum yang terhimpun dalam LPKSM yang menjadi kuasa hukum

debitur telah bertindak gegabah. Emangnya sejak kapan LPKSM ini bisa menjadi KUASA

HUKUMnya debitur atau konsumen untuk melakukan gugatan ???? MIMPI KALI....

Ini sebuah pelajaran bagi banyak anggota masyarakat, bahwa ini bukti seringkali pihak

kreditur dirugikan oleh tingkah polah debitur manakala dirinya berupaya mengajukan

pembiaayan konsumen pada pihak finance. Dan ketika debitur diminta kewajiban

hukumnya, seringkali ngeles dan mengabaikan upaya-upaya persuasif yang telah

dilakukan oleh finance. Kalau sudah begitu, ya TARIK MAAANNNGG.....

Nah saya mau tahu apa sih komentarnya para debitur finance atau para penggiat LPKSM

terhadap kasus yang saya uraikan di atas....???

sekitar 3 bulan yang lalu � Laporkan

Andi Suwardi

Salam kenal teman2. Saya mau bertanya perihal jaminan fiducia. Teman saya melakukan

pinjaman kepada lembaga finance sebesar 3.700.000 rupiah, dengan jaminan bpkb

motor. Angsuran kreditnya sebesar 450.000 selama 12 bulan. Nah, ketika pembayaran

macet selama 3 bulan, pihak collector dari finance mau menarik motor tsb, dengan

berkata, " jika anda melunasi 3 bulan angsuran, maka motor anda akan dikembalikan

kepada anda."

Karena waktu itu temen saya tidak punya uang untuk membayar kredit selama 3 bulan,

maka ia menyerahkan motor tsb ke collector. Kemudian esok harinya temen saya ingin

mulunasi tunggakan 3 bulan, dengan tujuan agar motornya dikembalikan sesuai dengan

perkataan collector itu. Tetapi ketika ia datang ke kantor lembaga finance tsb, pihak

finance mengatakan bahwa motor anda tidak bisa dikembalikan jika anda tidak melusani

angsuran seluruhnya yakni hingga sisa angsuran lunas, dengan alasan temen saya

dianggap sebagai debitor yang "nakal" dalam pembayaran angsuran. Lalu temen saya

berkata, "Lho kok tidak sesuai dengan perkataan collector anda?" tapi pihak finance

mengatakan, "Itu cara kami agar debitur mau menyerahkan motor sebagai jaminan

pelunasan."

Nah, yang jadi pertanyaan adalah, pertama, apakah syarat pelunasan tsb di atas yang

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 9/11

Page 17: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

mengharuskan pelunasan kredit seluruhnya baru motor dan bpkb dikembalikan, itu sudah

sesuai dengan UU No.42 Th 1999 tentang jaminan fiducia?

Kedua, perkataan collector diatas apakah bertentangan dengan UU perlindungan

konsumen? mengingat pihak collector mengatakan akan mengambalikan motor tersebut

ke debitur jika melunasi angsuran yang tertunggak selama 3 bulan?

Ketiga, apakah tidak cukup bkpb yang menjadi jaminan hingga pelunasan selesai

walaupun terjadi angsuran yang menunggak? karena dalam kasus ini bpkb dan motor

ditahan pihak finance, jadi pihak debitur tidak memiliki apa2 lagi.

Mohon pencerahanya...

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Berhati Nyaman

oke bro suwardi saya coba memberikan sedikit pendapat atas masalah teman anda....

pertama kasus teman anda tidak ada kaitanya dengan Jmainan Fidusia karena lembaga

Pembiayaan/Finance Company pada umumnya tidak menjaminkan kendaraan secara

Fidusia,kecuali terhadap Unit yg macet dan itupun jika unit yg bermasalah adalah mobil

bukan motor.kenapa begitu?karena biaya pengurusan penjaminan secara fidusia tidak

seimbang dengan harga unit,jd karena mahal pihak finance tidak mau membuat jamina

fidusia?bukan itu permasalahanya, masalhnya adalah dalam UU tentang jainan Fidusia

bahwa kewajiban untuk menjaminkan benda secara fidusia ada pada PEMBERI FIDUSIA

atau KONSUMEN itu sendiri sehingga jika dibuat jaminan fidusia maka akan lebih

memberatkan Konsumen Motor yang tingkat ekonominya dibawah Konsumen

Motor...itulah alasannya mengapa lembaga finance tidak membuat jaminan fidusia yg

sebenarnya jg sangat merugikan bagi lemabaga Finance.

yg terjadi pada teman anda adalah...beliau telah wanprestasi terhadap perjanjian

pembiayaan konsumen yg beliau sepakati dengan pihak finance sehingga ketika

wanprestasi terjadi maka ada akibatnya yaitu pertama beliau bisa memilki motor tersebut

kembali apabila melakukan prepayment atau pembayaran secara keseluruhan terhadap

sisa hutang/angsuran yang tersisa bersama dengan bunga, kedua apabila beliau tidak

sanggup melakukan pilihan diatas maka beliau wajib menyerahkan motor(JAMINAN) yang

kemudian akan di lelang oleh lembaga finance yg kemudian hasilnya akan digunakan

untuk melunasi hutang beliau...jika ada sisa maka akan dikembalikan kepada beliau dan

jika hasil penjualan kurang untuk pelunasan hutang maka belia tetap bekewajiban utk

membayar sisa utang tersebut.

pernyataan collector seperti bro sebutkan diatas buat saya adalah wajar karena tidak

ada konsumen bermasalah yg mau menyerahkan kendaraan jika kredit telah macet, hal

tersebut dilakukan agar unit dapat dikuasai dan tidak dialihkan oleh si konsumen

bermasalah tersebut sehingga tidak menimbulkan masalah baru yg mungkin saja masuk

dalam ranah pidana (dengan sengaja menghilangkan jaminan)

BPKB tidaklah cukup untuk menjamin hutang seseorang, karena pada prinsipnya

JAMINAN dalam perjanjian pembiayaan konsumen adalah unit atau kendaraan yang

dibiayai tersebut. BPKB atas nama Konsumen/Debitur namun hak kepemilikan dari

kendaraan ada pada lembaga Finance dari sini kita bisa melihat bahwa selama hutang

belum lunas maka sidebitur/konsumen hanya sebagai peminjam pakai sedangkan pemilik

dari kendaraan adalah pihak Finance. mengapa. sejak awal BPKB ditahan oleh lembaga

Finance?itu dilakukan hanya untuk mempersempit ruang gerak konsumen agar selama

hutang belum lunas maka unit atau kendaraan tidak djual/dialihkan kepada pihak lain,

maka JELAS bahwa BPKB bukanlah JAMINAN dalam suatu Perjanjian Pembiayaan

Konsumen.

terima kasih semoga membantu.

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Berhati Nyaman

buat semar mesem.... very like it brother... :)

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Berhati Nyaman

oh iya om semar kalo bisa bagi surat MABESnya dong... [email protected] thanks

om

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Andi Suwardi

thx om berhati nyaman atas pencerahannya... penjelasan anda sangat membantu... :)

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Semar Mesem

Brother Andi Suwardi ... seringkali ditemukan bahwa cerita debitur kepada siapa saja

hanya diceritakan akhirnya saja sbb :

Tetapi ketika ia datang ke kantor lembaga finance tsb, pihak finance mengatakan bahwa

motor anda tidak bisa dikembalikan jika anda tidak melusani angsuran seluruhnya yakni

hingga sisa angsuran lunas, dengan alasan temen saya dianggap sebagai debitor yang

"nakal" dalam pembayaran angsuran. Lalu temen saya berkata, "Lho kok tidak sesuai

dengan perkataan collector anda?" tapi pihak finance mengatakan, "Itu cara kami agar

debitur mau menyerahkan motor sebagai jaminan pelunasan."

Rangkaian kalimat di atas itulah yang saya katakan "hanya bagian akhri dari seluruh

rangkaian cerita masalah yang sebenarnya". Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa cerita

kawan anda kepada anda tidak semua diceritakan seluruhnya. Kawan Anda selaku

debitur memiliki potensial atau peluang besar sehingga menyebabkan pihak finance

memutuskan agar kawan anda melunasi seluruh hutangnya.

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 10/11

Page 18: Rules contra (2 surat mabes polri soal fiducia saling bertentangan)

Sebelumnya 1 2

Ada hal-hal yang menyebabkan mengapa finance meminta agar debitur melunasi seluruh

hutangnya sekalipun debitur gak bayar selama 3 bulan, sbb :

1. Sejak awal debitur meminjam uang, pada angsuran pertama saja debitur telah

melakukan wanprestasi pembayaran. Dibayar memang tetapi telat melulu, demikian

untuk bulan-bulan selanjutnya;

2. Atau debitur telah diketahui oleh pihak finance, kalau kendaraan tersebut telah

digadaikan oleh debitur kepada pihak lain. Artinya kendaraan yang seharusnya tetap

berada di tangan debitur dan dipelihara oleh debitur ternyata digadaikan.

3. Atau debitur memang sulit sekali ditagih dan kesulitan itu dirasakan oleh finance sejak

awal.

Nah dari alasan seperti yang disebut diatas, si pemberi hutang wajar untuk tidak

percaya lagi kepada orang yang berhutang. Oleh karenanya, finance pada akhirnya

meminta debitur untuk lunasi hutangnya agar motor dan bpkb sagera diserahkan ke

debitur. Alias finance sudah ogah berhubungan hukum dengan pihak debitur.

Bagaimana solusinya ?

Lakukan pertemuan antara finance dengan debitur berkaitan hal ini. Alias

musyawarahkan dan pasti bisa, karena bagi saya tidak ada masalah tanpa jalan keluar.

Sehubungan dengan pertanyaan lain soal pelanggaran UU 42 ttg Fiducia dan UU

Perlindungan Konsumen, saya tidak melihat kolerasinya sehubungan dengan uraian

anda. Namun yang jelas ini adalah perikatan murni perdata.

sekitar 2 bulan yang lalu � Laporkan

Deden Hidayat

salam kenal om semar, om minta 2 surat mabes nya dong saya bth bgt .

[email protected]

sekitar 3 minggu yang lalu � Laporkan

Balas

Kirimkan balasan

Facebook © 2011 � Bahasa Indonesia Tentang � Iklan � Pengembang � Karier � Privasi � Ketentuan � Bantuan

Obrolan (3)

25/01/2011 2 Surat MABES POLRI SOAL FIDUCIA S…

www.facebook.com/topic.php?uid=383… 11/11