Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal...
Transcript of Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal...
Ruang Perguruan Tinggi 5Awal Agustus 2014SiapBelajar
Kado Spesial Sekolah SwastaTiga Menteri Mengeluarkan Peraturan
Dilepas Wakil RektorMahasiswa UPI Laksanakan PPL
SIAP BELAJAR, BANDUNGSebanyak 3.751 maha
siswa Universitas Pendidi kan Indonesia dilepas oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan dan Hubungan Internasional UPI Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., untuk mengikuti Program Praktek Lapangan (PPL) Kependidikan semester genap 2013/2014 di Gedung Balai Pertemuan UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
Dalam pelaksanaan PPL Kependidikan tersebut, UPI bermitra dengan 293 sekolah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan MA yang ada di Kota Bandung. Dan melibatkan dosen pembimbing PPL sebanyak 653 orang.
Menurut Prof Amin, saat ini menjadi guru bukan
Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal
Formassi Harus KritisiKebijakan Pemkab Subang
SIAP BELAJAR, SUBANGAnggota Formassi (Fo
rum Mahasiswa dan Sarjana Subang) harus peka terha dap situasi yang ada di masyarakat, antara lain dengan mengkritisi terhadap kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat. Dengan cara demikian, maka Formassi dapat memperjuangkan kepentingan rakyat.
Ahmad Baedowi, salah satu anggota Formassi, mengatakan hal itu belum lama ini saat berlangsung buka bersama dengan Ketua DPRD Subang, Ir. Beni Rudiono, di gedung DPRD Subang. Hadir dalam buka bersama Komi
Tiga Tantangan BesarDihadapi Perguruan Tinggi
SIAP BELAJAR, JAKARTAPerguruan tinggi seti
daknya memiliki tiga tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu persaingan global, pemanfaatan sumber daya, dan kompleksitas persoalan yang meningkat. Menteri Pen didikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, ada tiga cara untuk menghadapi tantangan tersebut, yaitu dengan kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas.
“Tidak ada ceritanya bang sa yang maju, orang yang berhasil, tanpa kerja keras,” ujarnya saat memberikan sambutan di acara pelantikan rektor dan direktur politeknik, di Graha Utama Kemdikbud.
Rektor dan direktur po liteknik itu, masingmasing Prof. Dr. Ir. Ellen Joan
Program SM3T Memasuki Tahap SeleksiSIAP BELAJAR, JAKARTA
Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) angkatan ke4 tahun 2014 sedang memasuki tahap seleksi. Setelah tahapan tes online awal Juli lalu terlaksana, peserta yang lolos akan mengikuti proses wawancara 1113 Juli 2014 di 17 lokasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
LPTK yang turut serta pada program SM3T tahun ini masih sama dengan tahun 2013, yakni sebanyak 17 LPTK. Pengumuman final peserta program SM3T direncanakan pada 20 Juli 2014. Lantas, bagaimana kabar para peserta SM3T Angkatan ke3 tahun 2013 yang saat ini masih di daerah pengabdian?
Menurut Kasubdit Program dan Evaluasi Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Agus Susilohadi, angkatan ke3 SM3T telah memasuki bulan ke9 masa pengabdiannya dan tidak lama lagi mengakhiri masa tugasnya.
“Mereka sedang memasuki fase paling optimal
sioner KPU Subang, Achmad Koncara.
Menurut Ahmad Baedowi, salah satu kebijakan yang tidak pro rakyat dibuat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang setiap tahun digelar. “Kegiatan musrenbang tidak berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Coba saja dicek, pelaksanaan di tingkat kabupaten dengan di tingkat desa berbeda,” ujarnya.
Buka bersama yang kemudian diisi dengan diskusi, berlangsung cukup hangat. Terutama setelah beberapa pe serta mempertanyakan materi diskusi, yang dinilai tidak
substantif yang membuat diskusi jadi antiklimaks. “Seharusnya yang dibahas itu persoalanpersoalan yang sekarang tengah dihadapi masyarakat, antara lain menyangkut tata ruang dan adanya pabrik yang didirikan di wilayah selatan,” tutur seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Bandung.
Sementara itu, sebelum diskusi berlangsung Komisioner KPU Acmad Koncara menyampaikan terlebih dahulu materi seputar Pilpres yang berlangsung di Kabupaten Subang. “Pilpres tahun 2014 saya anggap pilpres terdekmoratis dibandingkan pilprespilpres sebelumnya,” kata Achmad Koncara.
Selanjutnya disusul pemaparan Ir. Beni Rudiono, yang menyampaikan berbagai materi tentang Subang. Sebagai orang yang hafal ten tang daerah ini, Beni mengungkapkan banyak hal yang penting diketahui oleh para mahasiswa. “Kabupaten kita ini membutuhkan sumbangsih seluruh komponen masyarakat termasuk para mahasiswa,” ka tanya. (Ly).***
profesi asalasalan, guru yang profesional dibutuhkan keseriusan. Tidak hanya ilmu tetapi penampilan fisik pun harus diperhatikan. “Ketika anda masuk kelas, Anda harus menunjukkan sikap dan berpenampilan seorang guru yang profesional,” ujar Prof. Amin
Ia berharap, selama PPL dapat melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku di antaranya kurikulum. Kemudian melaksanakan tugastugas lainnya yang bisa memperlancar kegiatan selama di sekolah.
Dikatakan Prof. Amin, tahun ini merupakan angkatan terakhir UPI melaksanakan program PPL. Tahun depan
UPI akan memberlakukan program Pendidikan Profesi Guru (PPG), sehingga ketika para mahasiswa lulus kuliah akan diberikan sertifikat sebagai guru profesional
“Tugas tambahannya ada lah mengubah kualitas pen didikan di Jawa Barat, Bandung adalah barometernya. Berikan inspirasi dan motivasi kepada unsur sekolah baik itu para guru maupun siswa untuk mengubah model pembelajaran yang ada saat ini. Hal ini saya titipkan sebagai wujud menuju perubahan.” Tambah Prof. Amin.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI menghimbau agar selama proses pelaksanaan PPL semua unsur yang terlibat dapat memberikan manfaat dan kerjasama
bagi kelancaran penyelenggaraan PPL serta bagi dunia pendidikan.
Kehadiran para dosen pembimbing di sekolah sangat diperlukan tentu de ngan program yang jelas. Para pembimbing ini dapat memberikan feedback bagi guru pamong maupun mahasiswa agar mengetahui permasalahan yang ada di sekolah, sehingga penyelesaiannya pun tidak asalasalan, katanya.
“Kerjasama antara kedua pihak sangat dibutuhkan antara dosen pembimbing, guru pamong serta mahasiswa, sehingga diharapkan ada manfaatkan yang dirasa kan baik oleh UPI, sekolah khususnya bagi dunia pendidikan.” ungkap Rektor. (berita.upi.edu)
Kumaat, M.Sc., DEA., sebagai Rektor Universitas Sam Ratulangi periode tahun 20142018, Prof. Dr. Ir. Frans Gruber Ijong, M.Sc., sebagai Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara periode tahun 20142018. Kemudian Nurwahidah Jamal, S.T., M.T., sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
Menurut Menteri Nuh, kerja sama dibutuhkan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Sedangkan kerja cerdas diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi, yaitu capital knowledge, atau sumber daya pengetahuan.
Dengan mengetahui tan tangan di masa depan dan cara menghadapinya, diharap kan perguruan tinggi dapat menciptakan lulusan
yang mampu bersaing. Apalagi perguruan tinggi menjadi lembaga pendidikan dengan sirkulasi sumber daya manusia yang terdidik dan terpelajar. “Sirkulasi normal tapi realitas faktanya sakitsakitan, berarti ada apaapa. Tugas kita adalah meniadakan apaapa itu,” kata Mendikbud.
Ia berharap, perguruan tinggi dapat memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang dimiliki dengan semaksimal mungkin untuk dapat memberikan kesejahteraan ke pada rakyat serta menaikan harkat dan martabat bangsa. “Selamat berjuang dan sukses selalu. InsyaAllah Tuhan bersama kita,” ucapnya di hadapan puluhan orang yang hadir dalam pelantikan pimpinan perguruan tinggi. (kemdikbud.go.id).***
SIAP BELAJAR, BANDUNGMahasiswa baru Uni
versitas Padjadjaran (Unpad) Bandung tahun ajaran 20142015 wajib membuat video proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan program daur ulang sampah.
“Mahasiswa baru dido rong untuk memiliki jiwa kreatif, hari pertama masuk kampus wajib menyerahkan video PKM dan program daur ulang sampah,” kata Ketua Pelaksana Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unpad, Dr. Dudy Heriyadi.
dalam proses pengabdian. Hambatan geografis, bahasa, dan budaya telah berhasil diatasi. Siswa dan orang tua (masyarakat) juga dalam kondisi sangat dekat secara fisik dan psikis. Satu dua bulan ke depan mereka akan mengalami masa paling romantis, kedekatan mereka mulai dihantui masa pengabdian yang segera akan berakhir,” ujar Agus Susilohadi kepada Liputan6.com di kantor
Kemendikbud, Jakarta.Masa pengabdian pe
serta SM3T angkatan ke3 sendiri akan berakhir pada bulan Agustus. Pengabdian mereka akan dilanjutkan oleh SM3T Angkatan ke4 tahun 2014 ini.
“Peserta SM3T angkatan ke3 menurut rencana akan ditarik 30 Agustus 2014. Kirakira satu minggu setelah kedatangan peserta angkatan ke4, yang akan diberangkat
Video kreativitas mahasiswa itu akan diapresiasi dalam acara Pramuda Awards 2014 yang akan digelar kemudian dalam sebuah prosesi khusus.Program itu merupakan upaya Unpad untuk mendorong kreatifitas dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Selain itu mendorong jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswa baru.
Menurut Dudi, perguruan tinggi yang berkampus di Bandung dan Sumedang itu akan menggelar Student Day pada 18 – 19 Agustus 2014. “Pada acara Student
Day yang dilaksanakan oleh BEM Kema Unpad, mahasiswa baru akan diperkenalkan dengan berbagai kegiatan mahasiswa di tingkat universitas yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan perwakilan fakultas melalui parade UKM serta penampilan bakat masingmasing UKM,” katanya.
Unpad menerima 5.700 calon mahasiswa ba ru untuk program sarjana, baik itu melalui jalur Se leksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebanyak 2.696 maupun jalur Seleksi
Bersama Ma suk Perguruan Tinggi Ne geri (SBMPTN).
Menurut Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unpad Prof Dr. H. Engkus Kuswarno, program Bidikmisi tahun ini tidak ada kuota, tetapi merupakan kesepakatan secara nasional, semuanya bergantung pada seleksi.
Calon mahasiswa yang telah mendaftar ke Bidikmisi sekitar 900 orang. Berdasarkan pemantauan, jumlah itu akan terus meningkat dan ditargetkan akan berjumlah sekitar 1.400 orang.(republika.co.id)
kan tanggal 20 Agustus 2014,” jelas Agus.
Agus menambahkan, anak anak SM3T Angkatan 2013 akan berlebaran di daerah pengabdian 3T.
“Seperti tahun sebelumnya anakanak SM3T ini akan berlebaran di daerah 3T. Pengorbanan mereka sungguh luar biasa, karena jauh dari keluarga demi pengabdian di daerah,” ucap Agus.(news.liputan6.com)
Formassi: Kegiatan formasi di bulan puasa kemarin
Sambutan Mendikbud Moh. Nuh di acara pelantikan rektor dan direktur politeknik
Wakil Rektor UPI lepas PPL
Program SM3T
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 5 8/10/2014 6:20:17 PM
Ruang Siapa dan Peristiwa 6Awal Agustus 2014SiapBelajar
Asep SujanaRasa Syukur dibarengi Prihatin
Di balik rasa syukur dan gembira terhadap prestasi yang selalu diraih SDN II Sagalaherang, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sagalaherang, Asep Sujana merasa prihatin oleh keadaan sekolah tersebut yang hingga kini belum juga memiliki gedung perpustakaan. Padahal gedung perpustakaan sangat penting untuk kemajuan anak didik dalam menambah ilmu pengetahuan.
“Karena tak memiliki gedung perpustakaan, terpaksa ruang kelas digunakan
Edi KusnadiPerhatian Sama Semua Orang
Pagi itu usai mengantarkan koran ke para pelanggan, marketing Siap Belajar bernama Wahyu Samsudin mampir di sebuah warung nasi di pinggir jalan di sekitar gunung tua. Sarapan dengan tahu Sumedang hangat terasa mantap, dan tak berapa lama rasa lapar pun langsung hilang. Apalagi di penghujung santapannya itu, segelas teh panas menambah nikmatnya isi perut di warung itu.
Usai makan, Wahyu lang sung merogoh uang di kantung celana. Namun ketika hendak membayar, si pelayan warung mengatakan udah ada yang membayar, yaitu Kepala SMPN I Cijambe, Edi Kusnadi. Tentu saja Wahyu kaget, karena saat menyantap nasi dan tahu panas di warung itu tak melihat sosok kepala sekolah yang memang dikenalnya.
“Na palih mana calikna Pak Edi teh,” tanya Wahyu pada si pelayan.
Ingat Masa-Masa Sulit Mata Ketua DPRD Berkaca-Kaca
Mata Ketua DPRD Kabupaten Subang Ir. Beni Rudiono
tampak berkacakaca sambil menceritakan perjalanan hidupnya, terutama ketika menghadapi di masamasa sulit. Emosinya kelihatan naik begitu menyebut nama ibunya yang di mata Beni merupakan orang yang paling banyak memberi pengertian tentang keadaan waktu itu.
“Ibu telah banyak berkorban untuk anakanaknya. Ibu banting tulang untuk mencari biaya agar anakanaknya termasuk saya supaya bisa sekolah,” kata Beni dengan nada bergetar.
Itu adalah penggalan kisah Beni Rudiono yang belum lama ini ditemui Siap Belajar di ruang kerjanya. Dalam obrolan santai itu, Beni bertutur masa silamnya yang dibalut oleh banyak penderitaan hidup. Sejak masa sekolah sampai menyandang gelar insinyur pertanian, Beni harus bekerja keras tanpa mendapat bantuan dari orang tuanya karena memang keadaan ekonomi yang tak memungkinkan.
Namun di balik itu semua, ia menyaksikan bagaimana kedua orang tuanya harus banting tulang untuk menghidupi seluruh anggota keluarganya. “Saatsaat prihatin, tetapi saya melihat sosok ibu yang luar biasa tegar,” katanya sambil mencoba menahan rasa pilu, namun linangan air mata tak bisa dibendung keluar dari kelopak matanya.
Tentu saja apa yang terjadi di masa lalu menjadi kenangan yang tak bisa dilupakan, terutama setelah meraih kedudukan yang cukup penting dalam perjalanan hi dupnya, di antaranya menyangkut karier politik. Karena bagaimanapun juga Beni tak pernah menyangka bisa seperti sekarang ini. “Tak pernah terbayangkan sebelumnya punya kedudukan sebagai ketua dewan,” ujarnya.
Citacita Beni selesai
Dedi A. SidiqPemikiran Terhadap Kemiskinan
Pilihan Civitas Universitas Subang cukup tepat untuk menjadikan Dedi A. Sidiq sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik. Ia tentu saja punya kapasitas sekaligus ilmu yang luas terkait dengan kegiatan akademik untuk sebuah
“Palih ditu patonggong tonggong sareng bapak,” katanya sambil menunjuk tempat duduk dimaksud.
Wahyu tentu saja merasa bersalah ketika duduk tak melihat kanankiri. Padahal Pak Edi di matanya merupakan sosok yang sangat dihormati. “Beliau begitu baik dan tidak memandang rendah sama saya, padahal saya ini apalah sekedar tukang koran.”
Edi Kusnadi memang kepala sekolah yang sangat dihormati dan berwibawa di mata kalangan pendidikan terutama di lingkungan SMPN I Cijambe. Sikap dan perilakunya membuat banyak kalangan menjadi hormat dan segan, namun di balik itu mencerminkan pribadi yang familiar. Dengan siapa saja tak pernah membedabeda kan, buktinya terhadap Wahyu yang menurutnya bu kan apaapa tetap menjadi perhatiannya.
“Bayangkan beliau mau membayarkan sarapan saya
untuk menyimpan bukubuku yang jumlahnya mencapai 3.000 buku. Dapat dibayangkan bagaimana pasesedeknya ruang kelas, sehingga mengganggu anakanak saat belajar,” kata Asep.
Di samping itu, perpustakaan pun hanya dapat digunakan usai jam kelas, sehingga banyak anak didik yang tak begitu semangat karena ingin lekaslekas pulang ke rumah. Di lain pihak, sekolah dan guruguru mengharuskan para siswa untuk banyak membaca.
“Inikan sangat dilematis,” ujarnya.
Menurut Asep, bukan hanya gedung perpustakaan yang belum ada, kini ditambah sebuah ruangan mengalami rusak berat. Akibatnya, ruang kepala sekolah terpaksa digunakan untuk belajar para siswa. Sedangkan kepala sekolah sendiri menempati ruang guru secara bersamasama.
Asep merasa sedih terhadap kondisi di SDN II Sagalaherang yang dikenal sebagai sekolah favorit. Sekolah ini kan memiliki segudang prestasi, di samping memiliki kualitas pendidikan yang sangat memadai. Meski keadaannya seperti itu, SDN II Sagalaherang tetap selalu menunjukkan banyak prestasi. “Siswa SDN II Sagalaherang sering menorehkan banyak penghargaan sebagai juara, baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik.”
Prestasi itu bukan d iraih sekarangsekarang me lainkan telah berlangsung bertahuntahun. Piala dan penghargaan itu berjejer memenuhi lemari yang disimpan di ruang guru, yang membuktikan banyak event baik lokal Subang maupun Provinsi Jawa Barat berhasil diraih oleh para siswanya. “Mudahmudahan ruangan yang rusak segera diperbaiki, kemudian mudahmudahan pula gedung perpustakaan dapat segera dibangun,” katanya. (wsn).***
meraih gelar sarjana sebetulnya sederhana, yaitu bisa bekerja sesuai bidangnya. Dan semua itu pernah ia rintis dari bawah, mulai jadi mandor kebun sampai jadi asisten lapangan. Ia pergi jauh ke Bengkulu untuk mengais rezeki sebagai tenaga kontrak di perkebunan swasta. Kemudian melanjutkan pekerjaannya di Bali karena bekerja di Bengkulu tidak menghasilkan apaapa.
Di akhir tahun 90an Beni kembali ke Subang, kemudian menjadi kader PDIP yang waktu itu sedang booming. Tapi pada pemilu pertama di pasca reformasi itu, ia tidak mencalonkan sebagai anggota dewan akibat adanya kisruh di tubuh PDIP Subang. “Saya waktu itu tidak ingin masuk dalam lingkaran perseteruan, maka berusaha keluar dengan tidak ikut mencalonkan diri sebagai caleg. Dari luar itulah saya berusaha mendekati semua tokoh PDIP supaya bersatu,” katanya.
Prinsip Beni, PDIP yang baru lahir di bawah kepe mimpinan Megawati Soekarno Putri harus kuat dan Berjaya. Apalagi melihat sepak terjang para politisi yang sekedar ambisi memperoleh kedudukan, tapi tidak berjuang untuk rakyat. “Saya gerah melihat keadaan itu, sehingga tidak menjadi caleg. Padahal masyarakat mendorong dan partai pun membuka kesempatan,” tutur Beni.
Pemilu 2014Baru pada Pemilu
2014 Beni ambil langkah yang kemudian mendapat du kungan penuh dari berbagai kalangan, sehingga terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Subang periode 20042009. Selanjutnya terpilih lagi jadi anggota dewan sampai 2014 ini, dan dari 2014 hingga 2019. Yang mengharukan, dalam pencalonan dua periode itu tak pernah mengeluarkan biaya sampai ratusan juta rupiah seperti caleg lainnya, karena
masyarakat memang mendukungnya.
Terpilihnya Beni sebagai anggota dewan jelas karena masyarakat mencatat kiprah Beni sangat positif. Apalagi setelah menjadi anggota dewan, ia begitu banyak membantu masyarakat dalam menyampaikan aspirasi untuk kepentingan pembangunan terutama di daerah pemilihannya.
Beni merupakan anggota dewan yang tidak pernah memilahmilah kepentingan ma syarakat. Ia selalu berada di tengahtengah masyarakat yang menghadapi kesulitan. Jiwa sosial dan kesetiakawanannya sangat tinggi. Pergaulannya luas mulai dari kalangan atas sampai bawah sekalipun yang termiskin, terutama dengan kaum pinggiran dan orangorang tak berdaya.
Selain itu, Beni sangat perhatian terhadap masalah kebudayaan, sejarah dan tentu saja politik. Saya sendiri dipertemukan dengan Beni karena punya minat terhadap sejarah dan kebudayaan, sehingga kami berdua mendirikan Yayasan Buku Anak Desa karena melihat referensi tentang sejarah dan kebudayaan Subang boleh dibilang ham
pir tidak ada sama sekali. Dan secara bersamasama kami ber dua menggarap beberapa bu ku yang kemudian diterbitkan tahun 2008 lalu.
Sebagai politisi PDIP, Beni memang dikenal sangat militan, di samping sangat mobile dan cukup menguasai persoalan lapangan. Itu sebabnya, banyak yang berharap Beni Rudiono bisa menapak sampai puncak karier, dan diakhir tahun 2013 kemarin kesempatan itu baru datang. Ini tentu garis tangan yang turun atas kebesaran Sang Maha Pencipta, meski sebelumnya sempat diwarnai gonjangganjing akibat Atin Supriatin yang semula menduduki jabatan Ketua DPRD tidak menggubris keputusan DPP PDI Perjuangan yang menetapkan beni sebagai ketua dewan meng gantikan Atin yang telah di keluarkan dari PDIP.
Setelah pemilu usai, kemudian diikuti pelantikan anggota legislatif terpilih, banyak orang di Subang yang berharap Beni Rudiono kembali menduduki jabatan Ketua DPRD Subang. Insya Allah, karena Beni sudah teruji dan dekat dengan rakyat. (Teguh Meinanda).***
perguruan tinggi. Apalagi Dedi memiliki background sebagai lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, sebuah fakultas yang telah dikenal di tanah air yang selalu menelorkan sarjanasarjana hukum terbaik di negeri ini.
Dedi tentu saja telah dibekali ilmu yang sama dengan lulusan lain yang telah muncul namanya di jagat nasional, sehingga mampu mentransfer ilmu dan pemikiran i n t e l e k t u a l n y a dalam berkomunikasi bagi kemajuan daerah ini terutama berbuat untuk Universitas Subang agar mahasiswamahasiswanya berprestasi dan me miliki nilai aka demik yang di hargai oleh banyak kalangan.
Dedi A. Sidiq terbawa ke Subang karena sebagai dosen kopertis harus mau ditempatkan di mana saja, kebetulan mendapat tugas menjadi
dosen di Unsub. Sejak menjalankan tugas puluhan tahun yang lalu, Dedi telah berkiprah dan memberikan sumbangan nyata bagi kelangsungan pembangunan di daerah ini.
Banyak hal telah di
perbuat melalui pi kiranpikirannya yang tentu saja diadopsi oleh berbagai kom ponen yang berkepentingan terutama oleh Pemerintah Kabupaten Subang. Sebagai sarjana hukum, ternyata tidak melulu membatasi diri dalam bidang dimaksud melainkan melebar dan bersosialisasi dalam bidangbidang lain nya. Malah akhir akhir ini punya perhatian terhadap masalah kemiskinan yang pendapatnya mengalir de ngan jernih untuk diutarakan di berbagai kesempatan.
Ia punya pemikiran yang segar mengenai pengentasan kemiskinan di Kabupaten Subang yang menurutnya kemiskinan di Subang ini sangat struktural yang muncul akibat kebijakan publik yang tidak adil. Menurutnya, di tengah fenomena menuju pasar modern dengan munculnya mini market, toko swalayan, gray handphone, yang seolah menunjuk kan indikator kemakmuran, sebetulnya ada sekitar 34% rakyat Su bang masih dalam keadaan miskin. “Ini jelas ditujukan oleh angka statistik yang tak bisa dibantah,” katanya dalam obrolan beberapa waktu lalu. (TM).***
dengan cara diamdiam. Jarangjarang ada seorang pendidik yang menjabat kepala sekolah mau bertindak se perti itu pada orang lain, yang boleh jadi tidak terlalu penting,” kata Wahyu.
Lebih dari tiga tahun Edi Kusnadi menjadi Kepala Sekolah di SMPN I Cijambe. Dalam masa kepemimpinannya itu, banyak prestasi didulang oleh sekolah yang terletak di sebuah desa itu. Prestasinya dalam berbagai bidang termasuk akademik, sehingga SMPN I Cijambe menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk menyekolahkan anakanaknya.
Tahun ajaran baru yang telah dimulai pekan kemarin ini, tentu saja membuat Edi kembali dihadapkan pada rutinitas pekerjaan. Tetapi seperti yang sudahsudah, ia telah siap membawa sekolah ini untuk tetap berprestasi dan menjadi juara dalam berbagai kegiatan. (wsn).***
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 6 8/10/2014 6:20:18 PM
Ruang Seni Budaya 7Awal Agustus 2014SiapBelajar
Hidup Mang RobotHanya Untuk Gotong SingaSeniman kahot dari Desa
Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak ini tidak pernah takut oleh arus mo dernisasi yang melanda anakanak muda. “Anakanak mu da jaman sekarang tetap respek terhadap kreasi seni yang diwariskan oleh para orang tuanya, sehingga terus berkembang sampai sekarang meski harus bersaing dalam pergaulan seharihari,” kata Mang Robot, sang seniman dimaksud.
Mang Robot mengatakan itu mengomentari perbincangan santai dengan wartawan senior Kompas, Dedi Muhtadi, yang berkunjung ke Lingkung Seni Setia Wargi 1 di Kampung Cimaung, Desa Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak. Kunjungan Dedi didampingi wartawan Siap Belajar, yang kebetulan tinggal satu desa dengan Mang Robot.
Menurut Mang Robot, anakanak muda di sekitar tempat tinggalnya, sangat antusias untuk belajar seni dan atraksi sisingaan yang menitikberatkan pada kesenian tradisional peninggalan para orang tua mereka. “Hampir setiap saat anakanak muda itu datang ke sini untuk belajar gotong sisingaan,” katanya dengan ekspresi meyakinkan.
Menurut Mang Robot, bukan hanya anak muda dari sekitar tempat tinggalnya sa ja yang datang belajar ke lingkung seni di bawah asuhannya itu, tetapi juga datang dari desa dan tempat lainnya termasuk dari luar Subang. Ia sendiri sering melanglang ke wilayah lain di luar Subang
Berharap Datangnya UgaRomantisme Orang Sunda
Di kalangan orang Sun-da termasuk di tengah ma-syarakat Subang ada sebuah kepercayaan yang disebut uga. Uga adalah ramalan karuhun atau nenek moyang menyangkut perubahan so-sial dan politik pada masa yang akan datang. Uga tum-buh dan dikenali oleh kala-ngan masyarakat agraris- tradisional. Hingga kini uga masih dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di ka-langan orang-orang tua, na-mun dipastikan hampir tidak dikenal oleh kalangan orang-orang muda.
Berbagai ungkapan yang terdapat dalam uga biasanya digunakan orang-orang tua untuk memahami “pertanda jaman”, meramal-kan keadaan sosial-politik di masa akan datang yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal. Uga diung-kapkan dengan kata-kata yang mengandung aspek siloka (sasmita) atau sim-bolik. Kata-kata yang diguna-kan sederhana yang diung-kapkan secara lisan dalam satu, dua atau paling banyak empat baris kalimat.
Orang Sunda percaya uga suatu saat akan da-tang menjadi kenyataan. Uga merupakan ramalan me nyangkut perubahan da-ri keadaan buruk menjadi lebih baik seperti dalam ungkapan nagara karta rahardja (su bur makmur), lebak cawene (tanah yang mengandung harapan jauh lebih makmur). Dalam uga tercermin ada nya harapan manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah.
Selain mengejar kema-juan lahiriah, dalam uga ter-cermin pula usaha manusia Sunda dalam mengejar ke-puasan batiniah. Oleh ka-rena itu tidak jarang timbul perasaan frustasi di kala-ngan orang Sunda apabila mereka percaya akan kebe-naran ramalan yang terdap-at dalam uga, tetapi yang diharap kan dalam rama-lan itu tidak terjadi. Dan ini
Tempat Wisata Dikunjungi Berbagai Lapisan Masyarakat
SIAP BELAJAR, PAMANU-KAN
Sejumlah tempat wisata di Kabupaten Subang diserbu masyarakat pada liburan Hari Raya Idul Fitri 1435 H yang baru saja berlangsung. Tempattempat wisata favorit tersebut dijejali lautan manusia yang datang dari berbagai daerah dan kotakota besar.
Tempat favorit tersebut tidak saja dikunjungi oleh masyarakat yang berkantung tebal alias golongan menengah ke atas, tetapi juga oleh golongan bawah atau rakyat kebanyakan. Namun tempat tempat tertentu di dominasi oleh golongan bawah, seperti Pantai Pondok Bali di Kecamatan Legon Kulon dan Pantai Tarungtum di Kecamatan Pusakanagara, kemudian Jurug Cijalu dan Panaruban. Tempattempat dimaksud merupakan tempat favaorit untuk melepas kerinduan bersama keluarga yang tinggal jauh di luar kota, sehingga ketika
Rekreasi alam di SubangMakin Variatif dan Menantang
Keterkaitan dunia olahraga dengan kegiatan pariwisata di Kabupaten Subang makin menunjukan arah yang meningkat. Kegiatan olahraga dimaksud terutama yang berkaitan dengan kegiatan alam bebas atau adventure.
Hal itu dapat dilihat dengan adanya beberapa hotel atau tempat rekreasi umum yang menyediakan fasilitas dan infrastrukturnya, antara lain di Ciater dan Panaruban. Di lokasi rekreasi Ciater, sebuah perusahaan wisata menyediakan paket adventure dengan kendaraan roda dua ATV, yang ternyata diminati para pengunjung dari berbagai kota besar di Indonesia.
Sambil menginap di cottage dan bungalow, sambil menikmati pemandangan hamparan kebun teh yang indah dan menawan, sambil mencoba berendam air panas pula, para pengunjung dapat menikmati pertualangan off road motor besar melewati track menantang yang telah dirancang para pengelola tem pat rekreasi dimaksud.
Beberapa pengunjung yang ditemui Siap Belajar di lokasi wisata, menyatakan rasa tertariknya untuk mencoba kegiatan sport off
mudik merayakan Idul Fitri dimanfaatkan untuk berkumpul sambil berwisata di Pantai dan tempat tersebut.
Seperti dinikmati keluarga Wahidin Akri yang tinggal di Jakarta. Bersama anakistri dan kerabat di kampungnya, hari itu se ngaja sengaja mengunjungi Pantai Pondok Bali. Ke luarga ini berasal dari Kecamatan Compreng, dan saat mudik untuk melepas rindu sekaligus merayakan lebaran di kampung halamannya, di hari kedua libur Idul Fitri 1435 H tak menyianyiakan untuk berwisata ke Pantai Pondok Bali.
“Di tempat ini kami biasa berkumpul, makan etong dan ikan jenis lainnya. Kami datang ke sini karena, selain letaknya tidak terlalu jauh dari Compreng juga tiketnya murah meriah, sehingga seluruh keluarga besar bisa ikut,” katanya.
Pantai Pondok Bali, ka
ta Wahidin, meski tidak lagi seindah dulu akibat abrasi yang telah menyita areal pantainya, tetap masih bisa dinikmati. Yang paling penting dapat terjangkau oleh kocek masyarakat. “Saya kira pengelola pantai ini telah berusaha maksimal untuk menghibur pengunjung, tidak hanya mempersiapkan fasilitas melainkan juga mampu menampilkan berbagai jenis hiburan secara terbuka, seperti menampilkan musik dangdut,” timpal Karli yang menjadi pemimpin rombo ngan dari sebuah kampung di Subang Selatan. Karli datang menggunakan truk yang ditumpangi warga sekitar 50 orang.
Pondok Bali hampir sepanjang libur lebaran, mulai dari hari pertama sampai berakhir liburan di hari minggu, penuh sesak oleh pengunjung yang datang menggunakan kendaraan besar jenis truk, kemudian jenis motor
untuk mengajari anakanak muda belajar seni gotong singa.
“Saya percaya seni tradisonal ini akan terus bertahan, terutama di wilayah Kabupaten Subang sebagai cikal bakal lahirnya seni gotong sisingaan. Sekarang ini hampir setiap daerah di Kabupaten Subang punya group sisingaan untuk melayani permintaan masyarakat Subang yang memang sangat menggemarinya,” kata Mang Robot.
Mang Robot sendiri te lah membesarkan seni gotong singa sejak masa remaja mulai tahun 70an. Ia belajar dari pamannya, kemudian tumbuh mendarah daging sampai sekarang. Berkat keterampilan nya dalam membangun kreasi go tong singa, Mang Robot te lah melanglang buana ke manca negara. Berbagai negara terutama di Asia Fasifik telah dikunjunginya. Mang Robot pernah ke China Tiongkok, Korea, Jepang, dll.
“Saya diutus menja di duta kesenian untuk menam pilkan kesenian gotong sisi ngaan di negaranegara ter sebut, sehingga gotong sisingaan dikenal di manca ne gara. Alhamdulillah berkat kesenian ini amang bisa jalanjalan ke luar negeri,” tuturnya terkekehklekeh.
Mang robot yang lahir tahun 1949 ini, sampai sekarang sering diundang dalam acaraacara kesenian di berbagai tempat. Tentu saja undangan itu terkait juga dengan hajat hidup, sehingga lingkung seni yang dipimpinnya bisa terus hidup.
Terutama di bulan Rayagung undangan untuk mentas pasti banyak, sehingga para seniman yang tergabung di dalamnya mendapatkan rezeki untuk menghidupi anak dan istrinya.
“Undangan mentas di bulan Rayagung bisa sampai lima kali pada setiap minggu. Dari sini rezeki itu mengalir untuk dibagi rata pada para seniman yang berjumlah 25 orang. Tarif manggung lingkung seni ini sebesar Rp 3,5 juta, tetapi untuk luar kota tentu lebih besar,” kata Mang Robot.
Mang Robot di usianya yang semakin uzur tak bisa dipisahkan dengan profesinya sebagai seniman kahot. Selain tetap manggung dari satu tempat ke tempat lainnya, juga tak pernah lupa mengajari anakanak muda melalui gerakangerakan silat yang menjadi dasar untuk bisa menguasai keterampilan memainkan sisingaan yang harus tampil atraktif ini. Tak ada kata lelah di wajahnya, karena gotong singa telah mendarah daging menelusup sampai ke tulang sumsumnya. (TM).***
dan kemudian jenis sedan atau mobil kecil. Ini menunjukkan bahwa pengunjung yang datang ke obyek wisata di pantai utara tersebut adalah golongan menengah ke bawah.
Cukup BerimbangSebaliknya yang ber
kunjung ke obyek wisata air panas Ciater cukup bera gam. Artinya, antara golongan menengah ke bawah dengan golongan menengah ke atas cukup berimbang. Antara pengunjung yang menggunakan truk dan mobil sedan sama banyaknya. Mereka ber datangan dari berbagai pelosok di Subang dan kotakota besar yang sengaja ingin berlibur ke Ciater.
Akibatnya, jalur di Subang Selatan selama libur lebaran macet total. Antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer, mulai dari simpang Jalancagak hingga ke mulut gerbang obyek wista Sari Ater. Kemacetan diperparah oleh kendaraan yang masih mudik ke berbagai daerah, baik yang meluncur dari arah Bandung maupun dari arah Subang menuju Bandung.
Kemacetan yang tiap libur lebaran selalu berlangsung ini, menyebabkan waktu tempuh dari Bandung menuju Jalancagak Subang bisa mencapai lima jam. Padahal pada hari biasa tanpa kemacetan cukup ditempuh kurang dari satu jam.
Untuk mengantisipasi kemacetan lebih parah, petugas mengurainya dengan mem belokkan jalur dari arah Bandung menuju jalan perkebunan lewat Cisaat dan Sagalaherang, sehingga kendaraan meski merayap tetap bisa bergerak. Kemacetan di jalur selatan ini membuat para petugas harus bekerja keras siang dan malam. (tm).***
berarti ke puasan batiniah mereka tidak terpenuhi. Na-mun demikian, tidak berarti kadar kepercayaan mereka pada uga itu berkurang, ka-rena mereka biasanya ber-kata encan waktuna (belum tiba waktunya). Kemudian mereka dengan sabar terus menunggu datangnya “wak-tu” sebagaimana dijanjikan karuhun orang Sunda.
Uga yang berkembang di masyarakat Sunda ter-masuk di kalangan masya-ra kat Subang, semuanya me ngungkapkan sekitar ma-salah moral dan kepribadian yang selalu dikaitkan dengan kejayaan negara pada masa yang akan datang. Moral dan kepribadian tentu sa-ngat erat kaitannya dengan aspek kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam berbagai ramalan selalu tercermin ada nya keinginan yang diiku-ti suatu harapan di kalangan orang Sunda munculnya seo-rang pemimpin yang mampu membawa rakyatnya ke alam kejayaan.
Keinginan dan harapan itu timbul, mungkin karena adanya semacam nostalgia terhadap kejayaan (jaman keemasan) Sunda dahulu pa da masa Kerajaan Pajaja-ran. Pada masa itu di bawah kepemimpinan Sri Baduga Maharadja, Negara dan rak-yat hidup dalam keadaan adil dan makmur. Pada masa itu hubungan dagang berkem-bang pesat, bukan saja di dalam negeri melainkan ju-ga dengan dunia luar. Sau-dagar-saudagar dari Negara Arab dan Portugis datang di sekitar Banten, Pontang, Cikande, Tangerang, Sunda Kalapa, Karawang, Pama-nukan dan Cimanuk. Tem-pat-tempat itu merupakan pelabuhan pusat perdaga-ngan kerajaan Sunda.
Tetapi keadaan men-jadi berubah setelah sekitar tahun 1579 kerajaan Paja-jaran hancur oleh kekuatan Islam dari Banten. Sejak itu terbukalah proses Islamisasi ke daerah pedalaman tatar
Sunda, termasuk di wilayah Subang sekarang. Selanjut-nya tekanan sosial dan poli-tik dialami oleh masyarakat Sunda di bawah kekuasaan Mataram yang berjalan se-lama 50 tahun dan sekitar 100 tahun di bawah kekua-saan Belanda, serta selama 3,5 tahun di bawah jajahan Jepang. Tampaknya sejak kehancuran kerajaan Pajaja-ran, bahkan hingga saat ini, orang Sunda belum mene-mukan suatu situasi sosial yang mereka harapkan se-bagaimana pada masa ke-jayaan kerajaan Pajajaran. Oleh karena itu tidak heran, orang Sunda selalu mendam-bakan seorang pemimpin yang mampu mengembali-kan keadaan pada suasana dan semangat kejayaan Sun-da bihari.
Hal demikian itu tentu menimbulkan harapan pada setiap perubahan sosial dan politik dengan kemunculan seorang pemimpin yang mam pu membawa masya-rakat dalam suatu kondisi yang diromantisasikan de-ngan kerajaan Pajajaran baru. Romantisasi tersebut meru-pakan suatu gambaran ideal yang memberikan bayangan masa lampau pada masa ja-man keemasan.
Dalam tradisi Sunda, harapan terjadinya berbagai perubahan sosial dan politik dengan meromantisasikan ma sa lampau tidak pernah melahirkan suatu gerakan yang bersifat revolusioner, tetapi bersifat pasif, pasrah, menunggu dengan sabar dan tabah apa yang mereka yakini sebagai janji karuhun. Meski dalam tradisi Sunda mengenal konsep Ratu adil seperti ada pada tadisi et-nis Jawa, akan tetapi watak ratu adil dalam tradisi Sunda tidak diidentifikasikan pa-da diri seseorang melainkan lebih bersifat simbolik. Karu-hun orang Sunda memiliki wawasan ideal menyangkut kehidupan sosial dan kepe-mimpinan yang berakar pada landasan kerakyatan.***
road tersebut. “Luara biasa, ini sangat variatif dan sangat memikat untuk dicoba. Dengan adanya paket adventure ini seperti ini, pengunjung tidak bosan. Selama ini kita hanya berendam air panas saja, sehingga kadangkadang membosankan,” kata Irina, pengunjung dari Jakarta yang masih berstatus pelajar.
Tetapi Irina punya usul, paket kegiatan petualangan itu kalau bisa dibuat dalam bentuk perlombaan, sehingga makin menantang dan memikat. Soal bentuk dan jenis lombanya, harus diciptakan oleh pengelola obyek wisata ini secara kreatif.
“Yang penting bagi kami, happy dan enjoy. Kami ingin berlibur ke sini dengan harapan mendapatkan suasana baru. Kami ingin membawa kenikmatan itu ke Jakarta, sehingga liburannya akan berkesan sepanjang waktu,” tuturnya.
Paket lain yang dibuat pengelola obyek wisata tersebut tidak hanya dalam paket off road roda dua, tetapi juga dalam bentuk petualangan alam bebas yang menyajikan permainan Point Ball. Paket ini termasuk yang diburu para tamu. Mereka merasa dengan
mengikuti kegiatan di alam bebas, rasa penat, rasa capai dan jenuh oleh rutinitas pekerjaan menjadi hilang.
“Rasa stress hidup di kota besar berubah menjadi spirit baru. Kami merasa berada di lingkungan yang baru dan segar,” kata Jefry yang mengaku tinggal di Bintaro, Jakarta.
Point Ball menjadi olahraga yang cukup dinikmati pengunjung. Seluruh anggota keluarga yang memesan paket ini, mampu membangun permainan yang kompak. Di antara mereka tercipta hubungan harmonis dan jalinan kerjasama di antara seluruh keluarga. Di akhir permainan mereka tertawatawa, saling ledek dibalut perasaan senang.
Sementara itu di lokasi yang berbeda di kaki Gunung Burangrang, atau sekitar 3 sampai 4 kilometer dari Ciater, yaitu di daerah Panaruban terdapat sebuah area wisata bernama Capolaga yang menyajikan rekreasi alam yang masih perawan. Capolaga ditata sesuai dengan aslinya, sehingga menciptakan suasana yang berbeda.
Di lokasi ini terdapat aliran sungai yang sangat jernih, air terjun yang deras dan terjaga, serta berada di dalam hutan. Pengelola obyek wisata Capolaga hanya mensetting tempat, yaitu untuk berkemah atau kegiatan alam bebas lainnya.
Di Capolaga, sesekali para pengunjung bisa melihat Elang Jawa dan Kera Jawa. Boleh jadi Capolaga masih perawan, sehingga jika berkunjung ke sana akan merasa berada di tengah hutan yang memiliki aneka satwa dan flora. (TM).***
Kunjungan: Pantai Pondok Bali yang merupakan salah satu tempat yang banyak dikunjungi wisatawan
Tempat rekreasi Ciater, Subang
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 7 8/10/2014 6:20:19 PM
Ruang Inspirasi 8Awal Agustus 2014SiapBelajar
Awalnya Hanya Menjual Tahu
Warung Nangka Omzetnya Miliyaran
Tak pernah terbayangkan sedikit pun oleh pemilik
Rumah Makan Warung Nangka bahwa suatu hari kelak omzet dan perputaran uang di rumah makan ini bisa mencapai milyaran rupiah. Padahal sekitar tahun 1983 saat mulai
jualan, pendapatannya masih bisa dihitung jari dalam jumlah ribuan rupiah. Pada waktu itu seluruh keluarga H. Anda, demikian pemilik Warung Nangka biasa dipanggil, harus bahu membahu membangun kehidupan di tempat itu
dalam keadaan serba kurang.“Kami datang dari Su
medang pindah ke sini betulbetul tidak memiliki apaapa. Modal kami hanya resep tahu milik keluarga. Oleh karena itu, kami hanya punya tekad mengubah kehidupan dari
serba kurang menjadi cukup,” kata Dian, salah seorang anak H. Anda dalam obrolan santai di Warung Nangka sambil menikmati sajian tahu Sumedang racikan keluarga H. Anda.
Ketika memulai usaha, yang dilakukan mulamula adalah patungan modal dari seluruh keluarga. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana pembuat tahu, pembelian bahan baku kedelai dan kebutuhan lainnya yang terkait dengan kebutuhan usaha mereka. “Modalnya terbilang kecil, lahan yang kami miliki untuk jualan pun tidak besar. Kami betulbetul harus merangkak dari bawah,” kata Dian.
Rumah Makan Warung Nangka merupakan rumah makan favorit para tamu, baik oleh tamu yang tengah me lakukan perjalanan BandungJakarta atau sebaliknya, maupun tamu yang sengaja ingin makan di sana. Rumah Makan Warung Nangka ter
letak di daerah Lempar, Kecamatan Cijambe. Lokasinya berada di tengahtengah antara CiaterKota Subang, terletak di pinggiran sawah dengan suasana pedesaan yang menyegarkan.
Pada waktu memulai usaha dengan mendirikan pabrik tahu atau tepatnya home industry, Warung Nangka tidak seperti sekarang ini. Lokasi Warung Nangka ketika itu sering membuat orang merinding, karena selain ber dekatan dengan kuburan juga areal lahannya tepat berada di bawah tebing Gunung Kujang, sehingga banyak orang yang takut untuk lewat daerah itu terutama di malam hari.
Namun tidak sekarang karena kondisinya jauh berbeda dengan sekitar tahun 80an. Warung Nangka saat ini begitu hegar, indah dan nyaman dikunjungi. Oleh karena itu, kata Dian, tidak kurang dari 300 orang setiap harinya datang ke Warung
Nangka untuk mencicipi kuliner khas Sunda. Apalagi di musim libur bisa mencapai angka 700 orang, kata Dian.
Dulu seluruh keluarga harus banting tulang. Setiap keluarga berkewajiban menjajakan tahu ke pasarpasar dan berkeliling ke kampung kampung, di samping buka warung sendiri. “Kami merasakan perihnya perjuangan mencari kehidupan. Alhamdulillah perlahanlahan Warung Nangka dapat kita ba ngun, sehingga menjadi rumah makan favorit.”
Perkembangan Rumah Makan Warung Nangka tentu saja tidak hanya dinikmati oleh seluruh keluarga H. Anda melainkan juga oleh para pekerja yang sekarang mencapai 42 orang. Mereka ini sebagaian besar penduduk sekitar, hanya satudua saja dari desa berbeda. “Tentu saja kami sekeluarga merasa bersyukur karena ada keluargakeluarga lain yang bisa mendapatkan kehidupan dari usaha kami ini,” ujar Dian.
Rumah Makan Warung Nangka mulai dibangun sekitar 10 tahun yang lalu saat pembangunan Jalan Tol JakartaCikampek mulai dioperasikan. Insting bisnis
keluarga H. Anda tumbuh saat itu karena di daerah ini akan banyak lewat kendaraan dari Jakarta atau sebaliknya. “Betul saja, sejak itu volume kendaraan pribadi yang lewat daerah ini terus bertambah, terutama di harihari libur yang sebagian besar hendak pergi ke obyek wisata Ciater.”
Bisa jadi, karena posisi Warung Nangka cukup strategis, ditambah suasana pede saannya masih terasa membuat para tamu tertarik untuk singgah di rumah makan tersebut. Mereka ma kin tertarik karena menu makanan khas Sunda yang disajikan sangat mengundang se lera, terutama oleh sajian Nila bakar, Nasi bakar dan makanan lainnya.
Tamu yang singgah ke warung Nangka, menurut Dian, terdiri dari berbagai kelas atau kalangan. Tapi siapa pun mereka, Rumah Makan Warung Nangka akan melayaninya dengan baik. “Kami tidak memilahmilah tamu, silahkan ambil sendiri, nikmati sendiri. Pak Menteri, pejabat tinggi ambil dan antri. Tukang ojeg, supir angkot sama juga harus antri bila ambil makanan,” kata Dian terkekehkekeh.(TM).***
H. DADANG YOGIMenjalankan Bisnis Harus JujurBertahan sekitar 30 tahun
bagi seorang pebisnis tentu bukan pekerjaan mudah. Apalagi di tengah perubahan jaman dan persaingan dagang yang semakin kompetitif, tidak sedikit perusahaan yang terpaksa gulung tikar alias bangkrut. Namun tidak demikian bagi H. Dadang Yogi, pemilik Yogi Optikal, karena mampu meraih sukses bahkan berkembang sampai diwariskan pada anakanaknya.
Toko kacamata yang semula hanya satu kini bertambah menjadi empat termasuk yang di Kabupaten Indramayu.
Kisah sukses H. Dadang Yogi tentu saja membuat banyak orang ngiler. Bagaimana tidak, secara kasat mata masyarakat dapat menyaksikan kehidupannya saat ini. Kemanamana tak pernah lepas dari kendaraan pribadi yang tidak semua orang bisa membelinya, rumah dan fasilitas serba
modern dapat dinikmati untuk keluarga, serta yang tidak kalah mengagumkan ia berhasil mengantarkan anakanaknya menjadi sarjana.
Tetapi tahu kah Anda apa yang pernah dialami H. Dadang sebelum memetik buah kesuksesannya seperti se karang ini ? 30 tahun yang lalu Dadang Yogi hanyalah pedagang kacamata keliling yang harus bekerja memeras keringat. Peluh tak pernah
berhenti membasahi sekujur tubuh saat tengah berjuang mencari nafkah. Dadang ketika itu harus keliling Subang dengan mengayuh sepeda, atau kadangkadang menggunakan becak langganan untuk mencari konsumen. Bila ke desadesa tak pernah jauh dari ojeg sewaan. Masamasa sulit itu lah yang memotivasi dirinya untuk pantang menyerah dalam mengembangkan bisnisnya.
Kisah sukses ini harus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Masyarakat harus belajar dari H. Dadang Yogi karena akhirakhir ini kita menyaksikan bagaimana orangorang atau para pebisnis muda mengejar kesuksesan dengan cara instan, sehingga yang diraih bukan kesuksesan melainkan kemudaratan yang dicari dengan menghalalkan segala cara. Alihalih bukan hanya bangkrut dan bobol, tetapi sekaligus berurusan dengan pihak berwajib karena menjalankannya dengan tidak benar.
H. Dadang Yogi merupakan entrepreneur sejati yang bukan saja mau berjuang dari bawah melainkan juga berani meninggalkan pekerjaan sebelumnya yang sebetulnya telah membuat dia cukup mapan. Sebelum menekuni bisnis kacamata Dadang adalah PNS di bagian pajak. Ia ditempatkan di Ciamis oleh Kantor Pajak di Bandung. Suatu saat ia dimutasikan ke Pandeglang. “Tapi hati ini tak memberi, teu purun lah,” katanya.
Akhirnya Dadang mundur dari PNS dan sempat luntang lantung tanpa pekerjaan sebelum kemudian diterima kerja di Dance Optikal di Jalan Panjunan Bandung. Dua tahun bekerja di optikal itu kemudian mundur setelah merasa menguasai ilmunya. Suatu ketika Dadang Yogi diutus ayahnya untuk berkunjung ke mertua adiknya di Subang. Saat itu lah mertua sang adik menyuruh Dadang agar membuka usaha kacamata di Subang,
ke betulan di Subang belum ada optikal. Dari sana lah Dadang mengawalinya dengan cara berkeliling naik sepeda. Terasa sekali suka dukanya. Hidup ini terasa berat, banting tulang mencari sesuap nasi dan tidak pernah terbayangkan punya toko sendiri apalagi meraih sukses.
Perlahan namun pasti Dadang Yogi mampu membangun usahanya. Mulamula membuka toko dengan cara menyewa di Gang Pelabuhan, tetapi kemudian memiliki toko sendiri di jalan A. Yani yang sekarang sudah dikenal oleh masyarakat Subang.
Apa yang membuat H. Dadang Yogi bisa sukses dan bertahan dalam bisnis kacamata sampai sekarang? Kuncinya kata Dadang harus jujur. “Kejujuran itu nomor satu agar masyarakat dan konsumen percaya pada kita. Saya selalu memberikan pelayanan terhadap konsumen secara jujur. Misalnya, konsumen yang datang selalu diberikan pilihan mengenai kualitas kacamata, sehingga tidak dirugikan bila telah digunakan,”katanya.
Ini berbeda dengan orang lain yang menurut Dadang banyak pedagang kacamata bertindak sekedar mencari untung. Di jaman sekarang ini orang awam tidak bisa membedakan mana lensa buatan Cina dan buatan Jerman. “Pedagang kacamata karena ingin punya untung besar suka berbohong dengan menyodorkan lensa Cina, tapi harga Jerman seolaholah sama saja. Padahal si pedagang itu tahu mana yang berkualitas dan mana yang tidak. Hal seperti ini lah yang sering membuat orang tak bertahan lama karena masyarakat makin lama makin tahu bahwa orang itu tidak jujur. Akhirnya usaha
si orang itu bangkrut karena masya rakat tak percaya lagi alias tak mau beli sama orang itu.”
Menurutnya, pebisnis ji ka ingin sukses harus memberikan pelayanan yang baik dan jujur. Tentu saja di samping itu harus pandai menjalin hubungan dengan relasi, baik itu secara perorangan maupun melalui dinas/ instansi. Bisnis Yogi Optikal yang dimulai dibangun tahun 84 juga punya ketergantungan dengan dinas/ instansi. “Saya menjalin kerjasama de ngan dinas/instansi, sehing ga para karyawan atau PNS menjadi konsumen tetap sampai sekarang. Apalagi sekarang setelah Yogi Optikal ditunjuk oleh pemerintah untuk memberi jaminan askes dan jamsostek, PNS di lingkungan Pemkab Subang menjadi langganan tetap,” kata Dadang.
Namun tentu saja Yogi Optikal sendiri menjadi jaminan kepercayaan masyarakat. Brand Yogi Optikal yang dibangun selama 30 tahun te lah mengakar dan hinggap di hati masyarakat, sehingga dalam benak masyarakat muncul pikiran toko optikal di Subang itu tidak ada lagi selain Yogi Optikal. Membeli dan menggunakan kacamata produk Yo gi Optikal tidak akan gagal.
Yogi Optikal tentu saja sudah memiliki peralatan dengan teknologi tercanggih yang dikelola oleh sekitar 10 orang karyawan. Produknya dijamin berkualitas dan tidak ketinggalan jaman, mulai dari pemeriksaan mata, pembuatan lensa sampai pesanan frame. Untuk kacamata gaya pun tidak kalah keren dan bermutu, sebab di Yogi Optikal dijual kacamatakacamata merk terkenal seperti Rodenstock, Polis, Rayben, BL, dll.***
Warung Nangka
Konsumen: Wartawan Senior Maman Solehudin tengah melihat kacamata di Gerai Yogi Optikal
H. Dadang Yogi
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 8 8/10/2014 6:20:21 PM