Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal...

4
Ruang Perguruan Tinggi 5 Awal Agustus 2014 SiapBelajar Dilepas Wakil Rektor Mahasiswa UPI Laksanakan PPL SIAP BELAJAR, BANDUNG Sebanyak 3.751 maha- siswa Universitas Pendidikan Indonesia dilepas oleh Wa- kil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan dan Hubungan Internasional UPI Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., untuk mengikuti Program Praktek Lapangan (PPL) Kependidi- kan semester genap 2013/2014 di Gedung Balai Pertemuan UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Dalam pelaksanaan PPL Kependidikan tersebut, UPI bermitra dengan 293 sekolah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan MA yang ada di Kota Bandung. Dan meli- batkan dosen pembimbing PPL sebanyak 653 orang. Menurut Prof Amin, saat ini menjadi guru bukan Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal Formassi Harus Kritisi Kebijakan Pemkab Subang SIAP BELAJAR, SUBANG Anggota Formassi (Fo- rum Mahasiswa dan Sarjana Subang) harus peka terhadap situasi yang ada di masya- rakat, antara lain dengan mengkritisi terhadap kebija- kan yang tidak menguntung- kan rakyat. Dengan cara de- mikian, maka Formassi dapat memperjuangkan kepenting- an rakyat. Ahmad Baedowi, salah satu anggota Formassi, me- ngatakan hal itu belum lama ini saat berlangsung buka ber- sama dengan Ketua DPRD Subang, Ir. Beni Rudiono, di gedung DPRD Subang. Hadir dalam buka bersama Komi- Tiga Tantangan Besar Dihadapi Perguruan Tinggi SIAP BELAJAR, JAKARTA Perguruan tinggi seti- daknya memiliki tiga tanta- ngan besar yang harus dihada- pi, yaitu persaingan global, pemanfaatan sumber daya, dan kompleksitas persoalan yang meningkat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, ada tiga cara untuk menghadapi tan- tangan tersebut, yaitu dengan kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas. “Tidak ada ceritanya bangsa yang maju, orang yang berhasil, tanpa kerja keras,” ujarnya saat memberikan sam- butan di acara pelantikan rek- tor dan direktur politeknik, di Graha Utama Kemdikbud. Rektor dan direktur politeknik itu, masing-ma- sing Prof. Dr. Ir. Ellen Joan Program SM3T Memasuki Tahap Seleksi SIAP BELAJAR, JAKARTA Program Sarjana Men- didik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) angkatan ke-4 tahun 2014 sedang memasuki tahap seleksi. Setelah tahapan tes online awal Juli lalu terlak- sana, peserta yang lolos akan mengikuti proses wawancara 11-13 Juli 2014 di 17 lokasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK yang turut serta pada program SM3T tahun ini masih sama dengan ta- hun 2013, yakni sebanyak 17 LPTK. Pengumuman final peserta program SM3T diren- canakan pada 20 Juli 2014. Lantas, bagaimana kabar pa- ra peserta SM3T Angkatan ke-3 tahun 2013 yang saat ini masih di daerah pengabdian? Menurut Kasubdit Pro- gram dan Evaluasi Dirjen Pen- didikan Tinggi Kemendikbud Agus Susilohadi, angkatan ke-3 SM3T telah memasuki bulan ke-9 masa pengabdian- nya dan tidak lama lagi meng- akhiri masa tugasnya. “Mereka sedang me- masuki fase paling optimal sioner KPU Subang, Achmad Koncara. Menurut Ahmad Bae- dowi, salah satu kebijakan yang tidak pro rakyat dibuat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang setiap tahun digelar. “Kegiatan musrenbang tidak berjalan sesuai dengan hara- pan masyarakat. Coba saja dicek, pelaksanaan di tingkat kabupaten dengan di tingkat desa berbeda,” ujarnya. Buka bersama yang ke- mudian diisi dengan diskusi, berlangsung cukup hangat. Terutama setelah beberapa peserta mempertanyakan ma- teri diskusi, yang dinilai tidak substantif yang membuat dis- kusi jadi antiklimaks. “Seha- rusnya yang dibahas itu perso- alan-persoalan yang sekarang tengah dihadapi masyarakat, antara lain menyangkut tata ruang dan adanya pabrik yang didirikan di wilayah selatan,” tutur seorang mahasiswa se- buah perguruan tinggi di Bandung. Sementara itu, sebelum diskusi berlangsung Komi- sioner KPU Acmad Koncara menyampaikan terlebih da- hulu materi seputar Pilpres yang berlangsung di Kabu- paten Subang. “Pilpres tahun 2014 saya anggap pilpres terdekmoratis dibandingkan pilpres-pilpres sebelumnya,” kata Achmad Koncara. Selanjutnya disusul pe- maparan Ir. Beni Rudiono, yang menyampaikan berba- gai materi tentang Subang. Sebagai orang yang hafal tentang daerah ini, Beni me- ngungkapkan banyak hal yang penting diketahui oleh para mahasiswa. “Kabupaten kita ini membutuhkan sumbangsih seluruh komponen masyarakat termasuk para mahasiswa,” katanya. (Ly).*** profesi asal-asalan, guru yang profesional dibutuhkan ke- seriusan. Tidak hanya ilmu tetapi penampilan fisik pun harus diperhatikan. “Ketika anda masuk kelas, Anda ha- rus menunjukkan sikap dan berpenampilan seorang guru yang profesional,” ujar Prof. Amin Ia berharap, selama PPL dapat melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai de- ngan ketentuan dan pedoman yang berlaku di antaranya kurikulum. Kemudian melak- sanakan tugas-tugas lainnya yang bisa memperlancar ke- giatan selama di sekolah. Dikatakan Prof. Amin, tahun ini merupakan angkatan terakhir UPI melaksanakan program PPL. Tahun depan UPI akan memberlakukan program Pendidikan Profesi Guru (PPG), sehingga ketika para mahasiswa lulus kuliah akan diberikan sertifikat se- bagai guru profesional “Tugas tambahannya adalah mengubah kualitas pendidikan di Jawa Barat, Bandung adalah barometer- nya. Berikan inspirasi dan mo- tivasi kepada unsur sekolah baik itu para guru maupun siswa untuk mengubah model pembelajaran yang ada saat ini. Hal ini saya titipkan se- bagai wujud menuju peruba- han.” Tambah Prof. Amin. Dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI menghim- bau agar selama proses pelak- sanaan PPL semua unsur yang terlibat dapat memberi- kan manfaat dan kerjasama bagi kelancaran penyeleng- garaan PPL serta bagi dunia pendidikan. Kehadiran para dosen pembimbing di sekolah sa- ngat diperlukan tentu dengan program yang jelas. Para pembimbing ini dapat mem- berikan feedback bagi guru pamong maupun mahasiswa agar mengetahui permasala- han yang ada di sekolah, se- hingga penyelesaiannya pun tidak asal-asalan, katanya. “Kerjasama antara ke- dua pihak sangat dibutuhkan antara dosen pembimbing, guru pamong serta maha- siswa, sehingga diharapkan ada manfaatkan yang dira- sakan baik oleh UPI, se- kolah khususnya bagi dunia pendidikan.” ungkap Rektor. (berita.upi.edu) Kumaat, M.Sc., DEA., se- bagai Rektor Universitas Sam Ratulangi periode tahun 2014-2018, Prof. Dr. Ir. Frans Gruber Ijong, M.Sc., sebagai Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara periode tahun 2014-2018. Kemudian Nur- wahidah Jamal, S.T., M.T., sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan. Menurut Menteri Nuh, kerja sama dibutuhkan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Sedangkan kerja cer- das diperlukan untuk meman- faatkan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi, yaitu capital knowledge, atau sumber daya pengetahuan. Dengan mengetahui tantangan di masa depan dan cara menghadapinya, diharapkan perguruan tinggi dapat menciptakan lulusan yang mampu bersaing. Apala- gi perguruan tinggi menjadi lembaga pendidikan dengan sirkulasi sumber daya manu- sia yang terdidik dan terpela- jar. “Sirkulasi normal tapi re- alitas faktanya sakit-sakitan, berarti ada apa-apa. Tugas kita adalah meniadakan apa- apa itu,” kata Mendikbud. Ia berharap, perguruan tinggi dapat memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang dimiliki dengan semak- simal mungkin untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat serta menaikan harkat dan martabat bangsa. “Selamat berjuang dan sukses selalu. InsyaAllah Tuhan ber- sama kita,” ucapnya di hada- pan puluhan orang yang hadir dalam pelantikan pimpinan perguruan tinggi. (kemdik- bud.go.id).*** SIAP BELAJAR, BANDUNG Mahasiswa baru Uni- versitas Padjadjaran (Un- pad) Bandung tahun ajaran 2014-2015 wajib membuat video proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan program daur ulang sampah. “Mahasiswa baru di- dorong untuk memiliki jiwa kreatif, hari pertama masuk kampus wajib menyerah- kan video PKM dan pro- gram daur ulang sampah,” kata Ketua Pelaksana Pe- nerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unpad, Dr. Dudy Heriyadi. dalam proses pengabdian. Hambatan geografis, baha- sa, dan budaya telah berhasil diatasi. Siswa dan orang tua (masyarakat) juga dalam kon- disi sangat dekat secara fisik dan psikis. Satu dua bulan ke depan mereka akan me- ngalami masa paling roman- tis, kedekatan mereka mulai dihantui masa pengabdian yang segera akan berakhir,” ujar Agus Susilohadi kepa- da Liputan6.com di kantor Kemendikbud, Jakarta. Masa pengabdian pe- serta SM3T angkatan ke-3 sendiri akan berakhir pada bulan Agustus. Pengabdian mereka akan dilanjutkan oleh SM3T Angkatan ke-4 tahun 2014 ini. “Peserta SM3T angka- tan ke-3 menurut rencana akan ditarik 30 Agustus 2014. Kira-kira satu minggu setelah kedatangan peserta angkatan ke-4, yang akan diberangkat- Video kreativitas ma- hasiswa itu akan diapresiasi dalam acara Pramuda Awards 2014 yang akan digelar ke- mudian dalam sebuah pro- sesi khusus.Program itu me- rupakan upaya Unpad untuk mendorong kreatifitas dan kepedulian masyarakat ter- hadap lingkungan. Selain itu mendorong jiwa entrepre- neurship di kalangan maha- siswa baru. Menurut Dudi, pergu- ruan tinggi yang berkampus di Bandung dan Sumedang itu akan menggelar Student Day pada 18 – 19 Agustus 2014. “Pada acara Student Day yang dilaksanakan oleh BEM Kema Unpad, maha- siswa baru akan diperkenal- kan dengan berbagai ke- giatan mahasiswa di tingkat universitas yang tergabung dalam Unit Kegiatan Ma- hasiswa (UKM) dan perwa- kilan fakultas melalui parade UKM serta penampilan bakat masing-masing UKM,” ka- tanya. Unpad menerima 5.700 calon mahasiswa baru untuk program sarjana, baik itu melalui jalur Seleksi Nasio- nal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebanyak 2.696 maupun jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Menurut Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unpad Prof Dr. H. Engkus Kuswarno, program Bidikmisi tahun ini tidak ada kuota, tetapi meru- pakan kesepakatan secara na- sional, semuanya bergantung pada seleksi. Calon mahasiswa yang telah mendaftar ke Bidikmisi sekitar 900 orang. Berdasar- kan pemantauan, jumlah itu akan terus meningkat dan di- targetkan akan berjumlah se- kitar 1.400 orang.(republika. co.id) kan tanggal 20 Agustus 2014,” jelas Agus. Agus menambahkan, anak-anak SM3T Angkatan 2013 akan berlebaran di dae- rah pengabdian 3T. “Seperti tahun sebelum- nya anak-anak SM3T ini akan berlebaran di daerah 3T. Pe- ngorbanan mereka sungguh luar biasa, karena jauh dari keluarga demi pengabdian di daerah,” ucap Agus.(news.li- putan6.com) Formassi: Kegiatan formasi di bulan puasa kemarin Sambutan Mendikbud Moh. Nuh di acara pelantikan rektor dan direktur politeknik Wakil Rektor UPI lepas PPL Program SM3T siap belajar Awal Agustus fix2.indd 5 8/10/2014 6:20:17 PM

Transcript of Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal...

Page 1: Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal Formassi Harus Kritisi Kebijakan Pemkab Subang SIAP BELAJAR, SUBANG Anggota Formassi (Fo

Ruang Perguruan Tinggi 5Awal Agustus 2014SiapBelajar

Kado Spesial Sekolah SwastaTiga Menteri Mengeluarkan Peraturan

Dilepas Wakil RektorMahasiswa UPI Laksanakan PPL

SIAP BELAJAR, BANDUNGSebanyak 3.751 maha­

siswa Universitas Pendidi kan Indonesia dilepas oleh Wa­kil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan dan Hubungan Internasional UPI Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., untuk mengikuti Program Praktek Lapangan (PPL) Kependidi­kan semester genap 2013/2014 di Gedung Balai Pertemuan UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Dalam pelaksanaan PPL Kependidikan tersebut, UPI bermitra dengan 293 sekolah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan MA yang ada di Kota Bandung. Dan meli­batkan dosen pembimbing PPL sebanyak 653 orang.

Menurut Prof Amin, saat ini menjadi guru bukan

Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal

Formassi Harus KritisiKebijakan Pemkab Subang

SIAP BELAJAR, SUBANGAnggota Formassi (Fo­

rum Mahasiswa dan Sarjana Subang) harus peka terha dap situasi yang ada di masya­rakat, antara lain dengan mengkritisi terhadap kebija­kan yang tidak menguntung­kan rakyat. Dengan cara de­mikian, maka Formassi dapat memperjuangkan kepenting­an rakyat.

Ahmad Baedowi, salah satu anggota Formassi, me­ngatakan hal itu belum lama ini saat berlangsung buka ber­sama dengan Ketua DPRD Subang, Ir. Beni Rudiono, di gedung DPRD Subang. Hadir dalam buka bersama Komi­

Tiga Tantangan BesarDihadapi Perguruan Tinggi

SIAP BELAJAR, JAKARTAPerguruan tinggi seti­

daknya memiliki tiga tanta­ngan besar yang harus dihada­pi, yaitu persaingan global, pemanfaatan sumber daya, dan kompleksitas persoalan yang meningkat. Menteri Pen didikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, ada tiga cara untuk menghadapi tan­tangan tersebut, yaitu dengan kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas.

“Tidak ada ceritanya bang sa yang maju, orang yang berhasil, tanpa kerja keras,” ujarnya saat memberikan sam­butan di acara pelantikan rek­tor dan direktur politeknik, di Graha Utama Kemdikbud.

Rektor dan direktur po liteknik itu, masing­ma­sing Prof. Dr. Ir. Ellen Joan

Program SM3T Memasuki Tahap SeleksiSIAP BELAJAR, JAKARTA

Program Sarjana Men­didik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) angkatan ke­4 tahun 2014 sedang memasuki tahap seleksi. Setelah tahapan tes online awal Juli lalu terlak­sana, peserta yang lolos akan mengikuti proses wawancara 11­13 Juli 2014 di 17 lokasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

LPTK yang turut serta pada program SM3T tahun ini masih sama dengan ta­hun 2013, yakni sebanyak 17 LPTK. Pengumuman final peserta program SM3T diren­canakan pada 20 Juli 2014. Lantas, bagaimana kabar pa­ra peserta SM3T Angkatan ke­3 tahun 2013 yang saat ini masih di daerah pengabdian?

Menurut Kasubdit Pro­gram dan Evaluasi Dirjen Pen­didikan Tinggi Kemendikbud Agus Susilohadi, angkatan ke­3 SM3T telah memasuki bulan ke­9 masa pengabdian­nya dan tidak lama lagi meng­akhiri masa tugasnya.

“Mereka sedang me­masuki fase paling optimal

sioner KPU Subang, Achmad Koncara.

Menurut Ahmad Bae­dowi, salah satu kebijakan yang tidak pro rakyat dibuat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang setiap tahun digelar. “Kegiatan musrenbang tidak berjalan sesuai dengan hara­pan masyarakat. Coba saja dicek, pelaksanaan di tingkat kabupaten dengan di tingkat desa berbeda,” ujarnya.

Buka bersama yang ke­mudian diisi dengan diskusi, berlangsung cukup hangat. Terutama setelah beberapa pe serta mempertanyakan ma­teri diskusi, yang dinilai tidak

substantif yang membuat dis­kusi jadi antiklimaks. “Seha­rusnya yang dibahas itu perso­alan­persoalan yang sekarang tengah dihadapi masyarakat, antara lain menyangkut tata ruang dan adanya pabrik yang didirikan di wilayah selatan,” tutur seorang mahasiswa se­buah perguruan tinggi di Bandung.

Sementara itu, sebelum diskusi berlangsung Komi­sioner KPU Acmad Koncara menyampaikan terlebih da­hulu materi seputar Pilpres yang berlangsung di Kabu­paten Subang. “Pilpres tahun 2014 saya anggap pilpres terdekmoratis dibandingkan pilpres­pilpres sebelumnya,” kata Achmad Koncara.

Selanjutnya disusul pe­maparan Ir. Beni Rudiono, yang menyampaikan berba­gai materi tentang Subang. Sebagai orang yang hafal ten tang daerah ini, Beni me­ngungkapkan banyak hal yang penting diketahui oleh para mahasiswa. “Kabupaten kita ini membutuhkan sumbangsih seluruh komponen masyarakat termasuk para mahasiswa,” ka tanya. (Ly).***

profesi asal­asalan, guru yang profesional dibutuhkan ke­seriusan. Tidak hanya ilmu tetapi penampilan fisik pun harus diperhatikan. “Ketika anda masuk kelas, Anda ha­rus menunjukkan sikap dan berpenampilan seorang guru yang profesional,” ujar Prof. Amin

Ia berharap, selama PPL dapat melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai de­ngan ketentuan dan pedoman yang berlaku di antaranya kurikulum. Kemudian melak­sanakan tugas­tugas lainnya yang bisa memperlancar ke­giatan selama di sekolah.

Dikatakan Prof. Amin, tahun ini merupakan angkatan terakhir UPI melaksanakan program PPL. Tahun depan

UPI akan memberlakukan program Pendidikan Profesi Guru (PPG), sehingga ketika para mahasiswa lulus kuliah akan diberikan sertifikat se­bagai guru profesional

“Tugas tambahannya ada lah mengubah kualitas pen didikan di Jawa Barat, Bandung adalah barometer­nya. Berikan inspirasi dan mo­tivasi kepada unsur sekolah baik itu para guru maupun siswa untuk mengubah model pembelajaran yang ada saat ini. Hal ini saya titipkan se­bagai wujud menuju peruba­han.” Tambah Prof. Amin.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI menghim­bau agar selama proses pelak­sanaan PPL semua unsur yang terlibat dapat memberi­kan manfaat dan kerjasama

bagi kelancaran penyeleng­garaan PPL serta bagi dunia pendidikan.

Kehadiran para dosen pembimbing di sekolah sa­ngat diperlukan tentu de ngan program yang jelas. Para pembimbing ini dapat mem­berikan feedback bagi guru pamong maupun mahasiswa agar mengetahui permasala­han yang ada di sekolah, se­hingga penyelesaiannya pun tidak asal­asalan, katanya.

“Kerjasama antara ke­dua pihak sangat dibutuhkan antara dosen pembimbing, guru pamong serta maha­siswa, sehingga diharapkan ada manfaatkan yang dira­sa kan baik oleh UPI, se­kolah khususnya bagi dunia pendidikan.” ungkap Rektor. (berita.upi.edu)

Kumaat, M.Sc., DEA., se­bagai Rektor Universitas Sam Ratulangi periode tahun 2014­2018, Prof. Dr. Ir. Frans Gruber Ijong, M.Sc., sebagai Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara periode tahun 2014­2018. Kemudian Nur­wahidah Jamal, S.T., M.T., sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.

Menurut Menteri Nuh, kerja sama dibutuhkan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Sedangkan kerja cer­das diperlukan untuk meman­faatkan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi, yaitu capital knowledge, atau sumber daya pengetahuan.

Dengan mengetahui tan tangan di masa depan dan cara menghadapinya, diharap kan perguruan tinggi dapat menciptakan lulusan

yang mampu bersaing. Apala­gi perguruan tinggi menjadi lembaga pendidikan dengan sirkulasi sumber daya manu­sia yang terdidik dan terpela­jar. “Sirkulasi normal tapi re­alitas faktanya sakit­sakitan, berarti ada apa­apa. Tugas kita adalah meniadakan apa­apa itu,” kata Mendikbud.

Ia berharap, perguruan tinggi dapat memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang dimiliki dengan semak­simal mungkin untuk dapat memberikan kesejahteraan ke pada rakyat serta menaikan harkat dan martabat bangsa. “Selamat berjuang dan sukses selalu. InsyaAllah Tuhan ber­sama kita,” ucapnya di hada­pan puluhan orang yang hadir dalam pelantikan pimpinan perguruan tinggi. (kemdik­bud.go.id).***

SIAP BELAJAR, BANDUNGMahasiswa baru Uni­

versitas Padjadjaran (Un­pad) Bandung tahun ajaran 2014­2015 wajib membuat video proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan program daur ulang sampah.

“Mahasiswa baru di­do rong untuk memiliki jiwa kreatif, hari pertama masuk kampus wajib menyerah­kan video PKM dan pro­gram daur ulang sampah,” kata Ketua Pelaksana Pe­nerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unpad, Dr. Dudy Heriyadi.

dalam proses pengabdian. Hambatan geografis, baha­sa, dan budaya telah berhasil diatasi. Siswa dan orang tua (masyarakat) juga dalam kon­disi sangat dekat secara fisik dan psikis. Satu dua bulan ke depan mereka akan me­ngalami masa paling roman­tis, kedekatan mereka mulai dihantui masa pengabdian yang segera akan berakhir,” ujar Agus Susilohadi kepa­da Liputan6.com di kantor

Kemendikbud, Jakarta.Masa pengabdian pe­

serta SM3T angkatan ke­3 sendiri akan berakhir pada bulan Agustus. Pengabdian mereka akan dilanjutkan oleh SM3T Angkatan ke­4 tahun 2014 ini.

“Peserta SM3T angka­tan ke­3 menurut rencana akan ditarik 30 Agustus 2014. Kira­kira satu minggu setelah kedatangan peserta angkatan ke­4, yang akan diberangkat­

Video kreativitas ma­hasiswa itu akan diapresiasi dalam acara Pramuda Awards 2014 yang akan digelar ke­mudian dalam sebuah pro­sesi khusus.Program itu me­rupakan upaya Unpad untuk mendorong kreatifitas dan kepedulian masyarakat ter­hadap lingkungan. Selain itu mendorong jiwa entrepre­neurship di kalangan maha­siswa baru.

Menurut Dudi, pergu­ruan tinggi yang berkampus di Bandung dan Sumedang itu akan menggelar Student Day pada 18 – 19 Agustus 2014. “Pada acara Student

Day yang dilaksanakan oleh BEM Kema Unpad, maha­siswa baru akan diperkenal­kan dengan berbagai ke­giatan mahasiswa di tingkat universitas yang tergabung dalam Unit Kegiatan Ma­hasiswa (UKM) dan perwa­kilan fakultas melalui parade UKM serta penampilan bakat masing­masing UKM,” ka­tanya.

Unpad menerima 5.700 calon mahasiswa ba ru untuk program sarjana, baik itu melalui jalur Se leksi Nasio­nal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebanyak 2.696 maupun jalur Seleksi

Bersama Ma suk Perguruan Tinggi Ne geri (SBMPTN).

Menurut Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unpad Prof Dr. H. Engkus Kuswarno, program Bidikmisi tahun ini tidak ada kuota, tetapi meru­pakan kesepakatan secara na­sional, semuanya bergantung pada seleksi.

Calon mahasiswa yang telah mendaftar ke Bidikmisi sekitar 900 orang. Berdasar­kan pemantauan, jumlah itu akan terus meningkat dan di­targetkan akan berjumlah se­kitar 1.400 orang.(republika.co.id)

kan tanggal 20 Agustus 2014,” jelas Agus.

Agus menambahkan, anak­ anak SM3T Angkatan 2013 akan berlebaran di dae­rah pengabdian 3T.

“Seperti tahun sebelum­nya anak­anak SM3T ini akan berlebaran di daerah 3T. Pe­ngorbanan mereka sungguh luar biasa, karena jauh dari keluarga demi pengabdian di daerah,” ucap Agus.(news.li­putan6.com)

Formassi: Kegiatan formasi di bulan puasa kemarin

Sambutan Mendikbud Moh. Nuh di acara pelantikan rektor dan direktur politeknik

Wakil Rektor UPI lepas PPL

Program SM3T

siap belajar Awal Agustus fix2.indd 5 8/10/2014 6:20:17 PM

Page 2: Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal Formassi Harus Kritisi Kebijakan Pemkab Subang SIAP BELAJAR, SUBANG Anggota Formassi (Fo

Ruang Siapa dan Peristiwa 6Awal Agustus 2014SiapBelajar

Asep SujanaRasa Syukur dibarengi Prihatin

Di balik rasa syukur dan gembira terhadap presta­si yang selalu diraih SDN II Sagalaherang, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sa­galaherang, Asep Sujana me­rasa prihatin oleh keadaan sekolah tersebut yang hingga kini belum juga memiliki ge­dung perpustakaan. Padahal gedung perpustakaan sangat penting untuk kemajuan anak didik dalam menambah ilmu pengetahuan.

“Karena tak memiliki gedung perpustakaan, ter­paksa ruang kelas digunakan

Edi KusnadiPerhatian Sama Semua Orang

Pagi itu usai mengan­tarkan koran ke para pelang­gan, marketing Siap Belajar bernama Wahyu Samsudin mampir di sebuah warung nasi di pinggir jalan di sekitar gunung tua. Sarapan dengan tahu Sumedang hangat terasa mantap, dan tak berapa lama rasa lapar pun langsung hi­lang. Apalagi di penghujung santapannya itu, segelas teh panas menambah nikmatnya isi perut di warung itu.

Usai makan, Wahyu lang sung merogoh uang di kantung celana. Namun ke­tika hendak membayar, si pelayan warung mengatakan udah ada yang membayar, yaitu Kepala SMPN I Ci­jambe, Edi Kusnadi. Tentu saja Wahyu kaget, karena saat menyantap nasi dan tahu panas di warung itu tak meli­hat sosok kepala sekolah yang memang dikenalnya.

“Na palih mana calikna Pak Edi teh,” tanya Wahyu pada si pelayan.

Ingat Masa-Masa Sulit Mata Ketua DPRD Berkaca-Kaca

Mata Ketua DPRD Kabupaten Subang Ir. Beni Rudiono

tampak berkaca­kaca sam­bil menceritakan perjalanan hidupnya, terutama ketika menghadapi di masa­masa sulit. Emosinya kelihatan naik begitu menyebut nama ibunya yang di mata Beni merupakan orang yang paling banyak memberi pengertian tentang keadaan waktu itu.

“Ibu telah banyak ber­korban untuk anak­anaknya. Ibu banting tulang untuk men­cari biaya agar anak­anaknya termasuk saya supaya bisa sekolah,” kata Beni dengan nada bergetar.

Itu adalah penggalan ki­sah Beni Rudiono yang belum lama ini ditemui Siap Belajar di ruang kerjanya. Dalam obrolan santai itu, Beni bertu­tur masa silamnya yang diba­lut oleh banyak penderitaan hidup. Sejak masa sekolah sampai menyandang gelar in­sinyur pertanian, Beni harus bekerja keras tanpa menda­pat bantuan dari orang tua­nya karena memang keadaan ekonomi yang tak memung­kinkan.

Namun di balik itu semua, ia menyaksikan ba­gaimana kedua orang tuanya harus banting tulang untuk menghidupi seluruh anggota keluarganya. “Saat­saat pri­hatin, tetapi saya melihat sosok ibu yang luar biasa te­gar,” katanya sambil menco­ba menahan rasa pilu, namun linangan air mata tak bisa dibendung keluar dari kelo­pak matanya.

Tentu saja apa yang terjadi di masa lalu menjadi kenangan yang tak bisa dilu­pakan, terutama setelah me­raih kedudukan yang cukup penting dalam perjalanan hi dupnya, di antaranya me­nyangkut karier politik. Kare­na bagaimanapun juga Beni tak pernah menyangka bisa seperti sekarang ini. “Tak per­nah terbayangkan sebelum­nya punya kedudukan sebagai ketua dewan,” ujarnya.

Cita­cita Beni selesai

Dedi A. SidiqPemikiran Terhadap Kemiskinan

Pilihan Civitas Uni­versitas Subang cukup te­pat untuk menjadikan Dedi A. Sidiq sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik. Ia tentu saja punya kapa­sitas sekaligus ilmu yang luas terkait dengan kegia­tan akademik untuk sebuah

“Palih ditu patonggong­ tonggong sareng bapak,” ka­tanya sambil menunjuk tem­pat duduk dimaksud.

Wahyu tentu saja merasa bersalah ketika duduk tak me­lihat kanan­kiri. Padahal Pak Edi di matanya merupakan sosok yang sangat dihormati. “Beliau begitu baik dan tidak memandang rendah sama sa­ya, padahal saya ini apalah se­kedar tukang koran.”

Edi Kusnadi memang kepala sekolah yang sangat dihormati dan berwibawa di mata kalangan pendidikan ter­utama di lingkungan SMPN I Cijambe. Sikap dan perilakun­ya membuat banyak kalangan menjadi hormat dan segan, namun di balik itu mencer­minkan pribadi yang familiar. Dengan siapa saja tak per­nah membeda­beda kan, buk­tinya terhadap Wahyu yang menurutnya bu kan apa­apa tetap menjadi perhatiannya.

“Bayangkan beliau mau membayarkan sarapan saya

untuk menyimpan buku­buku yang jumlahnya mencapai 3.000 buku. Dapat dibayang­kan bagaimana pasesedeknya ruang kelas, sehingga meng­ganggu anak­anak saat bela­jar,” kata Asep.

Di samping itu, per­pustakaan pun hanya dapat digunakan usai jam kelas, sehingga banyak anak didik yang tak begitu semangat karena ingin lekas­lekas pulang ke rumah. Di lain pi­hak, sekolah dan guru­guru mengharuskan para siswa untuk banyak membaca.

“Inikan sangat dilematis,” ujarnya.

Menurut Asep, bukan hanya gedung perpustakaan yang belum ada, kini ditam­bah sebuah ruangan mengala­mi rusak berat. Akibatnya, ruang kepala sekolah terpak­sa digunakan untuk belajar para siswa. Sedangkan ke­pala sekolah sendiri menem­pati ruang guru secara bersa­ma­sama.

Asep merasa sedih ter­hadap kondisi di SDN II Sagalaherang yang dikenal sebagai sekolah favorit. Se­kolah ini kan memiliki segu­dang prestasi, di samping memiliki kualitas pendidikan yang sangat memadai. Meski keadaannya seperti itu, SDN II Sagalaherang tetap selalu menunjukkan banyak presta­si. “Siswa SDN II Sagala­herang sering menorehkan banyak penghargaan sebagai juara, baik dalam bidang akademik maupun dalam bi­dang non akademik.”

Prestasi itu bukan d iraih sekarang­sekarang me ­lainkan telah berlangsung bertahun­tahun. Piala dan penghargaan itu berjejer me­menuhi lemari yang disim­pan di ruang guru, yang membuktikan banyak event baik lokal Subang maupun Provinsi Jawa Barat berha­sil diraih oleh para siswanya. “Mudah­mudahan ruangan yang rusak segera diperbaiki, kemudian mudah­mudahan pula gedung perpustakaan dapat segera dibangun,” ka­tanya. (wsn).***

meraih gelar sarjana sebe­tulnya sederhana, yaitu bisa bekerja sesuai bidangnya. Dan semua itu pernah ia rintis dari bawah, mulai jadi man­dor kebun sampai jadi asisten lapangan. Ia pergi jauh ke Bengkulu untuk mengais re­zeki sebagai tenaga kontrak di perkebunan swasta. Kemu­dian melanjutkan pekerjaan­nya di Bali karena bekerja di Bengkulu tidak menghasilkan apa­apa.

Di akhir tahun 90­an Beni kembali ke Subang, kemudian menjadi kader PDIP yang waktu itu sedang booming. Tapi pada pemilu pertama di pasca reformasi itu, ia tidak mencalonkan se­bagai anggota dewan akibat adanya kisruh di tubuh PDIP Subang. “Saya waktu itu tidak ingin masuk dalam lingkaran perseteruan, maka berusaha keluar dengan tidak ikut men­calonkan diri sebagai caleg. Dari luar itulah saya berusaha mendekati semua tokoh PDIP supaya bersatu,” katanya.

Prinsip Beni, PDIP yang baru lahir di bawah ke­pe mimpinan Megawati Soe­karno Putri harus kuat dan Berjaya. Apalagi melihat se­pak terjang para politisi yang sekedar ambisi memperoleh kedudukan, tapi tidak ber­juang untuk rakyat. “Saya gerah melihat keadaan itu, sehingga tidak menjadi caleg. Padahal masyarakat mendo­rong dan partai pun membuka kesempatan,” tutur Beni.

Pemilu 2014Baru pada Pemilu

2014 Beni ambil langkah yang kemudian mendapat du kungan penuh dari ber­bagai kalangan, sehingga ter­pilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Subang periode 2004­2009. Selanjutnya ter­pilih lagi jadi anggota de­wan sampai 2014 ini, dan dari 2014 hingga 2019. Yang mengharukan, dalam penca­lonan dua periode itu tak pernah mengeluarkan biaya sampai ratusan juta rupiah seperti caleg lainnya, karena

masyarakat memang men­dukungnya.

Terpilihnya Beni seba­gai anggota dewan jelas karena masyarakat mencatat kiprah Beni sangat positif. Apalagi setelah menjadi anggota dewan, ia begitu banyak membantu masyarakat dalam menyampai­kan aspirasi untuk kepentingan pembangunan terutama di dae­rah pemilihannya.

Beni merupakan ang­gota dewan yang tidak pernah memilah­milah kepentingan ma syarakat. Ia selalu berada di tengah­tengah masyarakat yang menghadapi kesulitan. Jiwa sosial dan kesetiakawa­nannya sangat tinggi. Per­gaulannya luas mulai dari kalangan atas sampai bawah sekalipun yang termiskin, ter­utama dengan kaum pinggiran dan orang­orang tak berdaya.

Selain itu, Beni sangat perhatian terhadap masalah kebudayaan, sejarah dan ten­tu saja politik. Saya sendiri dipertemukan dengan Beni karena punya minat terhadap sejarah dan kebudayaan, se­hingga kami berdua mendiri­kan Yayasan Buku Anak Desa karena melihat referensi ten­tang sejarah dan kebudayaan Subang boleh dibilang ham­

pir tidak ada sama sekali. Dan secara bersama­sama kami ber dua menggarap beberapa bu ku yang kemudian diterbit­kan tahun 2008 lalu.

Sebagai politisi PDIP, Beni memang dikenal sangat militan, di samping sangat mobile dan cukup menguasai persoalan lapangan. Itu sebab­nya, banyak yang berharap Beni Rudiono bisa menapak sampai puncak karier, dan di­akhir tahun 2013 kemarin ke­sempatan itu baru datang. Ini tentu garis tangan yang turun atas kebesaran Sang Maha Pencipta, meski sebelumnya sempat diwarnai gonjang­gan­jing akibat Atin Supriatin yang semula menduduki jabatan Ketua DPRD tidak meng­gubris keputusan DPP PDI Perjuangan yang menetapkan beni sebagai ketua dewan meng gantikan Atin yang telah di keluarkan dari PDIP.

Setelah pemilu usai, kemudian diikuti pelantikan anggota legislatif terpilih, ba­nyak orang di Subang yang berharap Beni Rudiono kem­bali menduduki jabatan Ketua DPRD Subang. Insya Allah, karena Beni sudah teruji dan dekat dengan rakyat. (Teguh Meinanda).***

perguruan tinggi. Apalagi Dedi memiliki background sebagai lulusan Fakultas Hukum Universitas Padja­djaran, sebuah fakultas yang telah dikenal di tanah air yang selalu menelorkan sarjana­sarjana hukum ter­baik di negeri ini.

Dedi tentu saja telah dibekali ilmu yang sama dengan lulusan lain yang telah muncul namanya di jagat nasional, sehingga mampu mentransfer ilmu dan pemikiran i n t e l e k t u a l n y a dalam berkomu­nikasi bagi kema­juan daerah ini terutama berbuat untuk Universi­tas Subang agar mahasiswa­ma­hasiswanya ber­prestasi dan me miliki nilai aka demik yang di hargai oleh ba­nyak kalangan.

Dedi A. Sidiq terbawa ke Subang karena sebagai dosen ko­pertis harus mau ditempatkan di mana saja, kebe­tulan mendapat tugas menjadi

dosen di Unsub. Sejak men­jalankan tugas puluhan ta­hun yang lalu, Dedi telah berkiprah dan memberikan sumbangan nyata bagi ke­langsungan pembangunan di daerah ini.

Banyak hal telah di­

perbuat melalui pi kiran­pikirannya yang tentu saja diadopsi oleh berbagai kom ponen yang berkepen­tingan terutama oleh Peme­rintah Kabupaten Subang. Sebagai sarjana hukum, ternyata tidak melulu mem­batasi diri dalam bidang dimaksud melainkan mele­bar dan bersosialisasi da­lam bidang­bidang lain nya. Malah akhir­ akhir ini punya perhatian terhadap masalah kemiskinan yang pendapat­nya mengalir de ngan jernih untuk diutarakan di ber­bagai kesempatan.

Ia punya pemikiran yang segar mengenai pe­ngentasan kemiskinan di Kabupaten Subang yang menurutnya kemiskinan di Subang ini sangat struk­tural yang muncul akibat kebijakan publik yang ti­dak adil. Menurutnya, di tengah fenomena menuju pasar modern dengan mun­culnya mini market, toko swalayan, gray handphone, yang seolah menunjuk kan indikator kemakmuran, se­betulnya ada sekitar 34% rakyat Su bang masih da­lam keadaan miskin. “Ini jelas ditujukan oleh ang­ka statistik yang tak bisa dibantah,” katanya dalam obrolan beberapa waktu lalu. (TM).***

dengan cara diam­diam. Ja­rang­jarang ada seorang pen­didik yang menjabat kepala sekolah mau bertindak se perti itu pada orang lain, yang boleh jadi tidak terlalu pen­ting,” kata Wahyu.

Lebih dari tiga tahun Edi Kusnadi menjadi Kepala Sekolah di SMPN I Cijam­be. Dalam masa kepemim­pinannya itu, banyak prestasi didulang oleh sekolah yang terletak di sebuah desa itu. Prestasinya dalam berbagai bidang termasuk akademik, sehingga SMPN I Cijambe menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk menyeko­lahkan anak­anaknya.

Tahun ajaran baru yang telah dimulai pekan kemarin ini, tentu saja membuat Edi kembali dihadapkan pada ru­tinitas pekerjaan. Tetapi se­perti yang sudah­sudah, ia telah siap membawa sekolah ini untuk tetap berprestasi dan menjadi juara dalam berbagai kegiatan. (wsn).***

siap belajar Awal Agustus fix2.indd 6 8/10/2014 6:20:18 PM

Page 3: Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal Formassi Harus Kritisi Kebijakan Pemkab Subang SIAP BELAJAR, SUBANG Anggota Formassi (Fo

Ruang Seni Budaya 7Awal Agustus 2014SiapBelajar

Hidup Mang RobotHanya Untuk Gotong SingaSeniman kahot dari Desa

Tambak Mekar, Keca­matan Jalancagak ini ti­dak pernah takut oleh arus mo dernisasi yang melanda anak­anak muda. “Anak­anak mu da jaman sekarang tetap respek terhadap kreasi seni yang diwariskan oleh para orang tuanya, sehingga terus berkembang sampai sekarang meski harus bersaing dalam pergaulan sehari­hari,” kata Mang Robot, sang seniman dimaksud.

Mang Robot mengata­kan itu mengomentari perbin­cangan santai dengan war­tawan senior Kompas, Dedi Muhtadi, yang berkunjung ke Lingkung Seni Setia Wargi 1 di Kampung Cimaung, Desa Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak. Kunjungan Dedi didampingi wartawan Siap Belajar, yang kebetulan ting­gal satu desa dengan Mang Robot.

Menurut Mang Robot, anak­anak muda di sekitar tempat tinggalnya, sangat an­tusias untuk belajar seni dan atraksi sisingaan yang me­nitikberatkan pada kesenian tradisional peninggalan para orang tua mereka. “Hampir setiap saat anak­anak muda itu datang ke sini untuk be­lajar gotong sisingaan,” kata­nya dengan ekspresi meya­kinkan.

Menurut Mang Robot, bukan hanya anak muda dari sekitar tempat tinggalnya sa ja yang datang belajar ke ling­kung seni di bawah asuhan­nya itu, tetapi juga datang dari desa dan tempat lainnya termasuk dari luar Subang. Ia sendiri sering melanglang ke wilayah lain di luar Subang

Berharap Datangnya UgaRomantisme Orang Sunda

Di kalangan orang Sun-da termasuk di tengah ma-syarakat Subang ada sebuah kepercayaan yang disebut uga. Uga adalah ramalan karuhun atau nenek moyang menyangkut perubahan so-sial dan politik pada masa yang akan datang. Uga tum-buh dan dikenali oleh kala-ngan masyarakat agraris- tradisional. Hingga kini uga masih dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di ka-langan orang-orang tua, na-mun dipastikan hampir tidak dikenal oleh kalangan orang-orang muda.

Berbagai ungkapan yang terdapat dalam uga biasanya digunakan orang-orang tua untuk memahami “pertanda jaman”, meramal-kan keadaan sosial-politik di masa akan datang yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal. Uga diung-kapkan dengan kata-kata yang mengandung aspek siloka (sasmita) atau sim-bolik. Kata-kata yang diguna-kan sederhana yang diung-kapkan secara lisan dalam satu, dua atau paling banyak empat baris kalimat.

Orang Sunda percaya uga suatu saat akan da-tang menjadi kenyataan. Uga merupakan ramalan me nyangkut perubahan da-ri keadaan buruk menjadi lebih baik seperti dalam ungkapan nagara karta rahardja (su bur makmur), lebak cawene (tanah yang mengandung harapan jauh lebih makmur). Dalam uga tercermin ada nya harapan manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah.

Selain mengejar kema-juan lahiriah, dalam uga ter-cermin pula usaha manusia Sunda dalam mengejar ke-puasan batiniah. Oleh ka-rena itu tidak jarang timbul perasaan frustasi di kala-ngan orang Sunda apabila mereka percaya akan kebe-naran ramalan yang terdap-at dalam uga, tetapi yang diharap kan dalam rama-lan itu tidak terjadi. Dan ini

Tempat Wisata Dikunjungi Berbagai Lapisan Masyarakat

SIAP BELAJAR, PAMANU-KAN

Sejumlah tempat wisata di Kabupaten Subang diser­bu masyarakat pada liburan Hari Raya Idul Fitri 1435 H yang baru saja berlangsung. Tempat­tempat wisata favorit tersebut dijejali lautan manu­sia yang datang dari berbagai daerah dan kota­kota besar.

Tempat favorit terse­but tidak saja dikunjungi oleh masyarakat yang berkantung tebal alias golongan mene­ngah ke atas, tetapi juga oleh golongan bawah atau rakyat kebanyakan. Namun tempat­ tempat tertentu di dominasi oleh golongan bawah, seperti Pantai Pondok Bali di Keca­matan Legon Kulon dan Pan­tai Tarungtum di Kecamatan Pusakanagara, kemudian Ju­rug Cijalu dan Panaruban. Tempat­tempat dimaksud me­rupakan tempat favaorit un­tuk melepas kerinduan bersa­ma keluarga yang tinggal jauh di luar kota, sehingga ketika

Rekreasi alam di SubangMakin Variatif dan Menantang

Keterkaitan dunia olah­raga dengan kegiatan pari­wisata di Kabupaten Subang makin menunjukan arah yang meningkat. Kegiatan olahra­ga dimaksud terutama yang berkaitan dengan kegiatan alam bebas atau adventure.

Hal itu dapat dilihat dengan adanya beberapa ho­tel atau tempat rekreasi umum yang menyediakan fasilitas dan infrastrukturnya, antara lain di Ciater dan Panaruban. Di lokasi rekreasi Ciater, sebuah perusahaan wisata me­nyediakan paket adventure dengan kendaraan roda dua ATV, yang ternyata diminati para pengunjung dari berbagai kota besar di Indonesia.

Sambil menginap di cottage dan bungalow, sam­bil menikmati pemandangan hamparan kebun teh yang indah dan menawan, sambil mencoba berendam air panas pula, para pengunjung dapat menikmati pertualangan off road motor besar melewati track menantang yang telah dirancang para pengelola tem pat rekreasi dimaksud.

Beberapa pengunjung yang ditemui Siap Belajar di lokasi wisata, menyata­kan rasa tertariknya untuk mencoba kegiatan sport off

mudik merayakan Idul Fitri dimanfaatkan untuk berkum­pul sambil berwisata di Pantai dan tempat tersebut.

Seperti dinikmati ke­luarga Wahidin Akri yang tinggal di Jakarta. Bersa­ma anak­istri dan kerabat di kampungnya, hari itu se ngaja sengaja mengunjungi Pan­tai Pondok Bali. Ke luarga ini berasal dari Kecamatan Compreng, dan saat mudik untuk melepas rindu seka­ligus merayakan lebaran di kampung halamannya, di hari kedua libur Idul Fitri 1435 H tak menyia­nyiakan untuk berwisata ke Pantai Pondok Bali.

“Di tempat ini kami bia­sa berkumpul, makan etong dan ikan jenis lainnya. Kami datang ke sini karena, selain letaknya tidak terlalu jauh dari Compreng juga tiketnya murah meriah, sehingga se­luruh keluarga besar bisa ikut,” katanya.

Pantai Pondok Bali, ka­

ta Wahidin, meski tidak lagi seindah dulu akibat abra­si yang telah menyita areal pantainya, tetap masih bisa dinikmati. Yang paling pen­ting dapat terjangkau oleh kocek masyarakat. “Saya ki­ra pengelola pantai ini telah berusaha maksimal untuk menghibur pengunjung, tidak hanya mempersiapkan fasi­litas melainkan juga mam­pu menampilkan berbagai jenis hiburan secara terbuka, seperti menampilkan musik dangdut,” timpal Karli yang menjadi pemimpin rombo ­ngan dari sebuah kampung di Subang Selatan. Karli da­tang menggunakan truk yang ditumpangi warga sekitar 50 orang.

Pondok Bali hampir sepanjang libur lebaran, mu­lai dari hari pertama sampai berakhir liburan di hari ming­gu, penuh sesak oleh pengun­jung yang datang menggu­nakan kendaraan besar jenis truk, kemudian jenis motor

untuk mengajari anak­anak muda belajar seni gotong singa.

“Saya percaya seni tra­disonal ini akan terus ber­tahan, terutama di wilayah Kabupaten Subang sebagai cikal bakal lahirnya seni gotong sisingaan. Sekarang ini hampir setiap daerah di Kabupaten Subang punya group sisingaan untuk mela­yani permintaan masyarakat Subang yang memang sangat menggemarinya,” kata Mang Robot.

Mang Robot sendiri te lah membesarkan seni go­tong singa sejak masa remaja mulai tahun 70­an. Ia belajar dari pamannya, kemudian tumbuh mendarah daging sampai sekarang. Berkat ke­terampilan nya dalam mem­bangun kreasi go tong singa, Mang Robot te lah melang­lang buana ke manca negara. Berbagai negara terutama di Asia Fasifik telah dikunju­nginya. Mang Robot pernah ke China Tiongkok, Korea, Jepang, dll.

“Saya diutus menja di duta kesenian untuk me­nam pilkan kesenian gotong sisi ngaan di negara­negara ter sebut, sehingga gotong si­singaan dikenal di manca ne gara. Alhamdulillah ber­kat kesenian ini amang bisa jalan­jalan ke luar negeri,” tuturnya terkekeh­klekeh.

Mang robot yang lahir tahun 1949 ini, sampai se­karang sering diundang da­lam acara­acara kesenian di berbagai tempat. Tentu saja undangan itu terkait juga dengan hajat hidup, sehing­ga lingkung seni yang di­pimpinnya bisa terus hidup.

Terutama di bulan Rayagung undangan untuk mentas pasti banyak, sehingga para se­niman yang tergabung di da­lamnya mendapatkan rezeki untuk menghidupi anak dan istrinya.

“Undangan mentas di bulan Rayagung bisa sampai lima kali pada setiap minggu. Dari sini rezeki itu mengalir untuk dibagi rata pada para seniman yang berjumlah 25 orang. Tarif manggung ling­kung seni ini sebesar Rp 3,5 juta, tetapi untuk luar kota tentu lebih besar,” kata Mang Robot.

Mang Robot di usianya yang semakin uzur tak bisa dipisahkan dengan profesi­nya sebagai seniman kahot. Selain tetap manggung dari satu tempat ke tempat lain­nya, juga tak pernah lupa mengajari anak­anak muda melalui gerakan­gerakan si­lat yang menjadi dasar untuk bisa menguasai keterampilan memainkan sisingaan yang harus tampil atraktif ini. Tak ada kata lelah di wajahnya, karena gotong singa telah mendarah daging menelusup sampai ke tulang sumsum­nya. (TM).***

dan kemudian jenis sedan atau mobil kecil. Ini menun­jukkan bahwa pengunjung yang datang ke obyek wisata di pantai utara tersebut ada­lah golongan menengah ke bawah.

Cukup BerimbangSebaliknya yang ber­

kunjung ke obyek wisata air panas Ciater cukup bera gam. Artinya, antara golongan menengah ke bawah dengan golongan menengah ke atas cukup berimbang. Antara pengunjung yang menggu­nakan truk dan mobil sedan sama banyaknya. Mereka ber datangan dari berbagai pe­losok di Subang dan kota­ko­ta besar yang sengaja ingin berlibur ke Ciater.

Akibatnya, jalur di Su­bang Selatan selama libur lebaran macet total. Antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer, mulai dari simpang Jalancagak hingga ke mu­lut gerbang obyek wista Sari Ater. Kemacetan diperparah oleh kendaraan yang masih mudik ke berbagai daerah, baik yang meluncur dari arah Bandung maupun dari arah Subang menuju Bandung.

Kemacetan yang tiap libur lebaran selalu ber­langsung ini, menyebabkan waktu tempuh dari Bandung menuju Jalancagak Subang bisa mencapai lima jam. Pa­dahal pada hari biasa tanpa kemacetan cukup ditempuh kurang dari satu jam.

Untuk mengantisipasi kemacetan lebih parah, pe­tugas mengurainya dengan mem belokkan jalur dari arah Bandung menuju jalan perke­bunan lewat Cisaat dan Saga­laherang, sehingga kendaraan meski merayap tetap bisa bergerak. Kemacetan di jalur selatan ini membuat para petugas harus bekerja keras siang dan malam. (tm).***

berarti ke puasan batiniah mereka tidak terpenuhi. Na-mun demikian, tidak berarti kadar kepercayaan mereka pada uga itu berkurang, ka-rena mereka biasanya ber-kata encan waktuna (belum tiba waktunya). Kemudian mereka dengan sabar terus menunggu datangnya “wak-tu” sebagaimana dijanjikan karuhun orang Sunda.

Uga yang berkembang di masyarakat Sunda ter-masuk di kalangan masya-ra kat Subang, semuanya me ngungkapkan sekitar ma-salah moral dan kepribadian yang selalu dikaitkan dengan kejayaan negara pada masa yang akan datang. Moral dan kepribadian tentu sa-ngat erat kaitannya dengan aspek kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam berbagai ramalan selalu tercermin ada nya keinginan yang diiku-ti suatu harapan di kalangan orang Sunda munculnya seo-rang pemimpin yang mampu membawa rakyatnya ke alam kejayaan.

Keinginan dan harapan itu timbul, mungkin karena adanya semacam nostalgia terhadap kejayaan (jaman keemasan) Sunda dahulu pa da masa Kerajaan Pajaja-ran. Pada masa itu di bawah kepemimpinan Sri Baduga Maharadja, Negara dan rak-yat hidup dalam keadaan adil dan makmur. Pada masa itu hubungan dagang berkem-bang pesat, bukan saja di dalam negeri melainkan ju-ga dengan dunia luar. Sau-dagar-saudagar dari Negara Arab dan Portugis datang di sekitar Banten, Pontang, Cikande, Tangerang, Sunda Kalapa, Karawang, Pama-nukan dan Cimanuk. Tem-pat-tempat itu merupakan pelabuhan pusat perdaga-ngan kerajaan Sunda.

Tetapi keadaan men-jadi berubah setelah sekitar tahun 1579 kerajaan Paja-jaran hancur oleh kekuatan Islam dari Banten. Sejak itu terbukalah proses Islamisasi ke daerah pedalaman tatar

Sunda, termasuk di wilayah Subang sekarang. Selanjut-nya tekanan sosial dan poli-tik dialami oleh masyarakat Sunda di bawah kekuasaan Mataram yang berjalan se-lama 50 tahun dan sekitar 100 tahun di bawah kekua-saan Belanda, serta selama 3,5 tahun di bawah jajahan Jepang. Tampaknya sejak kehancuran kerajaan Pajaja-ran, bahkan hingga saat ini, orang Sunda belum mene-mukan suatu situasi sosial yang mereka harapkan se-bagaimana pada masa ke-jayaan kerajaan Pajajaran. Oleh karena itu tidak heran, orang Sunda selalu mendam-bakan seorang pemimpin yang mampu mengembali-kan keadaan pada suasana dan semangat kejayaan Sun-da bihari.

Hal demikian itu tentu menimbulkan harapan pada setiap perubahan sosial dan politik dengan kemunculan seorang pemimpin yang mam pu membawa masya-rakat dalam suatu kondisi yang diromantisasikan de-ngan kerajaan Pajajaran baru. Romantisasi tersebut meru-pakan suatu gambaran ideal yang memberikan bayangan masa lampau pada masa ja-man keemasan.

Dalam tradisi Sunda, harapan terjadinya berbagai perubahan sosial dan politik dengan meromantisasikan ma sa lampau tidak pernah melahirkan suatu gerakan yang bersifat revolusioner, tetapi bersifat pasif, pasrah, menunggu dengan sabar dan tabah apa yang mereka yakini sebagai janji karuhun. Meski dalam tradisi Sunda mengenal konsep Ratu adil seperti ada pada tadisi et-nis Jawa, akan tetapi watak ratu adil dalam tradisi Sunda tidak diidentifikasikan pa-da diri seseorang melainkan lebih bersifat simbolik. Karu-hun orang Sunda memiliki wawasan ideal menyangkut kehidupan sosial dan kepe-mimpinan yang berakar pada landasan kerakyatan.***

road tersebut. “Luara biasa, ini sangat variatif dan sangat memikat untuk dicoba. De­ngan adanya paket adventure ini seperti ini, pengunjung tidak bosan. Selama ini kita hanya berendam air panas saja, sehingga kadang­kadang membosankan,” kata Irina, pengunjung dari Jakarta yang masih berstatus pelajar.

Tetapi Irina punya usul, paket kegiatan petualangan itu kalau bisa dibuat dalam bentuk perlombaan, sehingga makin menantang dan me­mikat. Soal bentuk dan jenis lombanya, harus diciptakan oleh pengelola obyek wisata ini secara kreatif.

“Yang penting bagi kami, happy dan enjoy. Kami ingin berlibur ke sini dengan harapan mendapatkan suasa­na baru. Kami ingin memba­wa kenikmatan itu ke Jakar­ta, sehingga liburannya akan berkesan sepanjang waktu,” tuturnya.

Paket lain yang dibuat pengelola obyek wisata terse­but tidak hanya dalam paket off road roda dua, tetapi juga dalam bentuk petualangan alam bebas yang menyajikan permainan Point Ball. Paket ini termasuk yang diburu para tamu. Mereka merasa dengan

mengikuti kegiatan di alam bebas, rasa penat, rasa capai dan jenuh oleh rutinitas pe­kerjaan menjadi hilang.

“Rasa stress hidup di kota besar berubah menjadi spirit baru. Kami merasa be­rada di lingkungan yang baru dan segar,” kata Jefry yang mengaku tinggal di Bintaro, Jakarta.

Point Ball menjadi olah­raga yang cukup dinikmati pengunjung. Seluruh anggota keluarga yang memesan pa­ket ini, mampu membangun permainan yang kompak. Di antara mereka tercipta hubu­ngan harmonis dan jalinan kerjasama di antara seluruh keluarga. Di akhir permainan mereka tertawa­tawa, saling ledek dibalut perasaan senang.

Sementara itu di lo­kasi yang berbeda di kaki Gunung Burangrang, atau sekitar 3 sampai 4 kilometer dari Ciater, yaitu di daerah Panaruban terdapat sebuah area wisata bernama Capola­ga yang menyajikan rekreasi alam yang masih perawan. Capolaga ditata sesuai dengan aslinya, sehingga mencipta­kan suasana yang berbeda.

Di lokasi ini terdapat aliran sungai yang sangat jernih, air terjun yang deras dan terjaga, serta berada di dalam hutan. Pengelola obyek wisata Capolaga hanya men­setting tempat, yaitu untuk berkemah atau kegiatan alam bebas lainnya.

Di Capolaga, sesekali para pengunjung bisa me­lihat Elang Jawa dan Kera Jawa. Boleh jadi Capolaga masih perawan, sehingga ji­ka berkunjung ke sana akan merasa berada di tengah hutan yang memiliki aneka satwa dan flora. (TM).***

Kunjungan: Pantai Pondok Bali yang merupakan salah satu tempat yang banyak dikunjungi wisatawan

Tempat rekreasi Ciater, Subang

siap belajar Awal Agustus fix2.indd 7 8/10/2014 6:20:19 PM

Page 4: Ruang Perguruan Tinggi 5 - Siap Belajar · Mahasiswa Baru Unpad Wajib Membuat Video Proposal Formassi Harus Kritisi Kebijakan Pemkab Subang SIAP BELAJAR, SUBANG Anggota Formassi (Fo

Ruang Inspirasi 8Awal Agustus 2014SiapBelajar

Awalnya Hanya Menjual Tahu

Warung Nangka Omzetnya Miliyaran

Tak pernah terbayangkan sedikit pun oleh pemilik

Rumah Makan Warung Nang­ka bahwa suatu hari kelak omzet dan perputaran uang di rumah makan ini bisa menca­pai milyaran rupiah. Padahal sekitar tahun 1983 saat mulai

jualan, pendapatannya masih bisa dihitung jari dalam jum­lah ribuan rupiah. Pada waktu itu seluruh keluarga H. Anda, demikian pemilik Warung Nangka biasa dipanggil, ha­rus bahu membahu memba­ngun kehidupan di tempat itu

dalam keadaan serba kurang.“Kami datang dari Su­

medang pindah ke sini betul­betul tidak memiliki apa­apa. Modal kami hanya resep tahu milik keluarga. Oleh karena itu, kami hanya punya tekad mengubah kehidupan dari

serba kurang menjadi cukup,” kata Dian, salah seorang anak H. Anda dalam obrolan san­tai di Warung Nangka sambil menikmati sajian tahu Sume­dang racikan keluarga H. Anda.

Ketika memulai usaha, yang dilakukan mula­mula adalah patungan modal dari seluruh keluarga. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana pem­buat tahu, pembelian bahan baku kedelai dan kebutuhan lainnya yang terkait dengan kebutuhan usaha mereka. “Modalnya terbilang kecil, lahan yang kami miliki untuk jualan pun tidak besar. Kami betul­betul harus merangkak dari bawah,” kata Dian.

Rumah Makan Warung Nangka merupakan rumah makan favorit para tamu, baik oleh tamu yang tengah me lakukan perjalanan Ban­dung­Jakarta atau sebaliknya, maupun tamu yang sengaja ingin makan di sana. Rumah Makan Warung Nangka ter­

letak di daerah Lempar, Ke­camatan Cijambe. Lokasi­nya berada di tengah­tengah antara Ciater­Kota Subang, terletak di pinggiran sawah dengan suasana pedesaan yang menyegarkan.

Pada waktu memulai usaha dengan mendirikan pabrik tahu atau tepatnya home industry, Warung Nangka tidak seperti seka­rang ini. Lokasi Warung Nangka ketika itu sering membuat orang merinding, karena selain ber dekatan de­ngan kuburan juga areal la­hannya tepat berada di bawah tebing Gunung Kujang, se­hingga banyak orang yang takut untuk lewat daerah itu terutama di malam hari.

Namun tidak sekarang karena kondisinya jauh ber­beda dengan sekitar tahun 80­an. Warung Nangka saat ini begitu hegar, indah dan nyaman dikunjungi. Oleh karena itu, kata Dian, tidak kurang dari 300 orang setiap harinya datang ke Warung

Nangka untuk mencicipi kuliner khas Sunda. Apalagi di musim libur bisa mencapai angka 700 orang, kata Dian.

Dulu seluruh keluarga harus banting tulang. Setiap keluarga berkewajiban men­jajakan tahu ke pasar­pasar dan berkeliling ke kampung­ kampung, di samping buka warung sendiri. “Kami me­rasakan perihnya perjuangan mencari kehidupan. Alham­dulillah perlahan­lahan Wa­rung Nangka dapat kita ba ngun, sehingga menjadi ru­mah makan favorit.”

Perkembangan Rumah Makan Warung Nangka ten­tu saja tidak hanya dinikma­ti oleh seluruh keluarga H. Anda melainkan juga oleh para pekerja yang sekarang mencapai 42 orang. Mereka ini sebagaian besar penduduk sekitar, hanya satu­dua saja dari desa berbeda. “Tentu sa­ja kami sekeluarga merasa bersyukur karena ada keluar­ga­keluarga lain yang bisa mendapatkan kehidupan dari usaha kami ini,” ujar Dian.

Rumah Makan Warung Nangka mulai dibangun se­kitar 10 tahun yang lalu saat pembangunan Jalan Tol Ja­karta­Cikampek mulai di­operasikan. Insting bisnis

keluarga H. Anda tumbuh saat itu karena di daerah ini akan banyak lewat kendaraan dari Jakarta atau sebaliknya. “Betul saja, sejak itu volume kendaraan pribadi yang lewat daerah ini terus bertambah, terutama di hari­hari libur yang sebagian besar hendak pergi ke obyek wisata Ciater.”

Bisa jadi, karena po­sisi Warung Nangka cukup strategis, ditambah suasana pede saannya masih terasa membuat para tamu tertarik untuk singgah di rumah ma­kan tersebut. Mereka ma kin tertarik karena menu ma­kanan khas Sunda yang disa­jikan sangat mengundang se lera, terutama oleh sajian Nila bakar, Nasi bakar dan makanan lainnya.

Tamu yang singgah ke warung Nangka, menurut Dian, terdiri dari berbagai kelas atau kalangan. Tapi siapa pun mereka, Rumah Makan Warung Nangka akan melayaninya dengan baik. “Kami tidak memilah­milah tamu, silahkan ambil sendiri, nikmati sendiri. Pak Mente­ri, pejabat tinggi ambil dan antri. Tukang ojeg, supir ang­kot sama juga harus antri bila ambil makanan,” kata Dian terkekeh­kekeh.(TM).***

H. DADANG YOGIMenjalankan Bisnis Harus JujurBertahan sekitar 30 tahun

bagi seorang pebisnis tentu bukan pekerjaan mudah. Apalagi di tengah perubahan jaman dan persaingan dagang yang semakin kompetitif, ti­dak sedikit perusahaan yang terpaksa gulung tikar alias bangkrut. Namun tidak de­mikian bagi H. Dadang Yogi, pemilik Yogi Optikal, karena mampu meraih sukses bah­kan berkembang sampai di­wariskan pada anak­anaknya.

Toko kacamata yang semula hanya satu kini bertambah menjadi empat termasuk yang di Kabupaten Indramayu.

Kisah sukses H. Dadang Yogi tentu saja membuat ba­nyak orang ngiler. Bagaimana tidak, secara kasat mata ma­syarakat dapat menyaksikan kehidupannya saat ini. Kema­na­mana tak pernah lepas dari kendaraan pribadi yang tidak semua orang bisa membeli­nya, rumah dan fasilitas serba

modern dapat dinikmati untuk keluarga, serta yang tidak ka­lah mengagumkan ia berhasil mengantarkan anak­anaknya menjadi sarjana.

Tetapi tahu kah Anda apa yang pernah dialami H. Dadang sebelum memetik buah kesuksesannya seperti se karang ini ? 30 tahun yang lalu Dadang Yogi hanyalah pedagang kacamata keliling yang harus bekerja memeras keringat. Peluh tak pernah

berhenti membasahi sekujur tubuh saat tengah berjuang mencari nafkah. Dadang ke­tika itu harus keliling Subang dengan mengayuh sepeda, atau kadang­kadang menggu­nakan becak langganan untuk mencari konsumen. Bila ke desa­desa tak pernah jauh da­ri ojeg sewaan. Masa­masa sulit itu lah yang memotivasi dirinya untuk pantang menye­rah dalam mengembangkan bisnisnya.

Kisah sukses ini harus menjadi inspirasi bagi ba­nyak orang. Masyarakat ha­rus belajar dari H. Dadang Yogi karena akhir­akhir ini kita menyaksikan bagaima­na orang­orang atau para pebisnis muda mengejar ke­suksesan dengan cara ins­tan, sehingga yang diraih bukan kesuksesan melain­kan kemudaratan yang dicari dengan menghalalkan segala cara. Alih­alih bukan hanya bangkrut dan bobol, tetapi sekaligus berurusan dengan pihak berwajib karena men­jalankannya dengan tidak be­nar.

H. Dadang Yogi me­rupakan entrepreneur sejati yang bukan saja mau ber­juang dari bawah melainkan juga berani meninggalkan pekerjaan sebelumnya yang sebetulnya telah membuat dia cukup mapan. Sebelum menekuni bisnis kacamata Dadang adalah PNS di ba­gian pajak. Ia ditempatkan di Ciamis oleh Kantor Pajak di Bandung. Suatu saat ia dimu­tasikan ke Pandeglang. “Tapi hati ini tak memberi, teu pu­run lah,” katanya.

Akhirnya Dadang mun­dur dari PNS dan sempat lun­tang lantung tanpa pekerjaan sebelum kemudian diterima kerja di Dance Optikal di Jalan Panjunan Bandung. Dua tahun bekerja di opti­kal itu kemudian mundur setelah merasa menguasai il­munya. Suatu ketika Dadang Yogi diutus ayahnya untuk berkunjung ke mertua adik­nya di Subang. Saat itu lah mertua sang adik menyuruh Dadang agar membuka us­aha kacamata di Subang,

ke betulan di Subang belum ada optikal. Dari sana lah Dadang mengawalinya de­ngan cara berkeliling naik sepeda. Terasa sekali suka dukanya. Hidup ini terasa berat, banting tulang men­cari sesuap nasi dan tidak pernah terbayangkan punya toko sendiri apalagi meraih sukses.

Perlahan namun pasti Dadang Yogi mampu mem­bangun usahanya. Mula­mula membuka toko dengan cara menyewa di Gang Pelabuhan, tetapi kemudian memiliki toko sendiri di jalan A. Yani yang sekarang sudah dikenal oleh masyarakat Subang.

Apa yang membuat H. Dadang Yogi bisa sukses dan bertahan dalam bisnis kacamata sampai sekarang? Kuncinya kata Dadang harus jujur. “Kejujuran itu nomor satu agar masyarakat dan konsumen percaya pada kita. Saya selalu memberikan pe­layanan terhadap konsumen secara jujur. Misalnya, kon­sumen yang datang selalu diberikan pilihan mengenai kualitas kacamata, sehingga tidak dirugikan bila telah di­gunakan,”katanya.

Ini berbeda dengan orang lain yang menurut Dadang banyak pedagang kacamata bertindak sekedar mencari untung. Di jaman sekarang ini orang awam ti­dak bisa membedakan mana lensa buatan Cina dan bua­tan Jerman. “Pedagang ka­camata karena ingin punya untung besar suka berbohong dengan menyodorkan lensa Cina, tapi harga Jerman se­olah­olah sama saja. Padahal si pedagang itu tahu mana yang berkualitas dan mana yang tidak. Hal seperti ini lah yang sering membuat orang tak bertahan lama karena ma­syarakat makin lama makin tahu bahwa orang itu tidak jujur. Akhirnya usaha

si orang itu bangkrut karena masya rakat tak percaya lagi alias tak mau beli sama orang itu.”

Menurutnya, pebisnis ji ka ingin sukses harus mem­berikan pelayanan yang baik dan jujur. Tentu saja di sam­ping itu harus pandai men­jalin hubungan dengan rela­si, baik itu secara perorangan maupun melalui dinas/ ins­tansi. Bisnis Yogi Optikal yang dimulai dibangun tahun 84 juga punya ketergantu­ngan dengan dinas/ instan­si. “Saya menjalin kerjasa­ma de ngan dinas/instansi, sehing ga para karyawan atau PNS menjadi konsumen tetap sampai sekarang. Apalagi sekarang setelah Yogi Opti­kal ditunjuk oleh pemerin­tah untuk memberi jaminan askes dan jamsostek, PNS di lingkungan Pemkab Subang menjadi langganan tetap,” kata Dadang.

Namun tentu saja Yogi Optikal sendiri menjadi jami­nan kepercayaan masyarakat. Brand Yogi Optikal yang di­bangun selama 30 tahun te lah mengakar dan hinggap di hati masyarakat, sehingga dalam benak masyarakat muncul pikiran toko optikal di Su­bang itu tidak ada lagi selain Yogi Optikal. Membeli dan menggunakan kacamata pro­duk Yo gi Optikal tidak akan gagal.

Yogi Optikal tentu saja sudah memiliki peralatan de­ngan teknologi tercanggih yang dikelola oleh sekitar 10 orang karyawan. Produknya dijamin berkualitas dan ti­dak ketinggalan jaman, mu­lai dari pemeriksaan mata, pembuatan lensa sampai pe­sanan frame. Untuk kacamata gaya pun tidak kalah keren dan bermutu, sebab di Yogi Optikal dijual kacamata­ka­camata merk terkenal seperti Rodenstock, Polis, Rayben, BL, dll.***

Warung Nangka

Konsumen: Wartawan Senior Maman Solehudin tengah melihat kacamata di Gerai Yogi Optikal

H. Dadang Yogi

siap belajar Awal Agustus fix2.indd 8 8/10/2014 6:20:21 PM