Ruang Lingkup · Web view2016/04/02  · Panduan observasi adalah alat/instrumen yang dikembangkan...

48
PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) Pedoman Mata Pelajaran Sejarah Indonesia SMA-MA (4-6 Feb 2016) 1

Transcript of Ruang Lingkup · Web view2016/04/02  · Panduan observasi adalah alat/instrumen yang dikembangkan...

PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013

SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………..

3

B. Tujuan ………………………………………………………………………..

4

C. Ruang Lingkup ……………………………………………………………..

4

D. Sasaran ……………………………………………………………………….

4

II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

A. Pengertian ……………………………………………………………………

B. Rasional ………………………………………………………………………

C. Tujuan ………………………………………………………………………..

D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………..

III. DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

A. Pendekatan Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Sejarah Indonesia …………………………………………………………………….

B. Strategi dan Metode Pembelajaran …………………………………….

C. Membuat Rancangan Pembelajaran …………………………………..

D. Model-Model Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

IV. PENILAIAN

Bentuk dan Teknik Penilaian ……………………………………………….

1. Penilaian Sikap ……………………………………………………………..

2. Penilaian Pengetahuan ……………………………………………………

3. Penilaian Keterampilan …………………………………………………...

V. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR …………………………………………...

VI. GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD KE-21 ……………………………………………..

5

5

7

7

9

11

13

15

22

22

27

31

33

36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Inilah rumusan tujuan pendidikan yang utuh dan ideal.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan guru yang profesional. Terkait dengan profesionalisme guru maka diperlukan buku Pembelajaran dan Penilaian Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Buku ini dikembangkan atas dasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 59 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 103 Tahun 2013 tentang Pembelajaran, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan.

Secara implementatif, terselenggaranya Kurikulum 2013 mutlak memerlukan keterlibatan berbagai komponen. Salah satu komponen yang sangat penting adalah guru. Bahkan guru dikatakan sebagai ujung tombak dan garda terdepan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru adalah subjek yang pertama kali bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam proses pendidikan melalui berbagai aktivitas pembelajaran di kelas. Guru sejarah Indonesia harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Pasal 20 UU Guru dan Dosen). Dalam pembelajaran, guru Sejarah Indonesia dituntut menumbuhkembangkan minat peserta didik dalam belajar Sejarah dan memberi keyakinan kepada peserta didik tentang pentingnya Sejarah sebagai instrumen pendidikan karakter bangsa.

Buku Pembelajaran dan Penilaian tersebut dikembangkan mengacu pada perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013, dimana mata pelajaran Sejarah Indonesia mengalami beberapa inovasi. Inovasi yang dimaksud meliputi struktur mata pelajaran Sejarah yang terbagi menjadi dua bagian yaitu mata pelajaran Sejarah Indonesia yang wajib diikuti oleh peserta didik di SMA/MA dan SMK/MAK serta mata pelajaran Sejarah yang masuk dalam program peminatan atau menjadi pilihan pada lintas minat di SMA/MA. Pendidikan Sejarah Indonesia dirancang untuk membekali peserta didik dengan keterampilan dan cara berpikir Sejarah, pengembangan nilai-nilai kebangsaan, pengembangan inspirasi, dan mengaitkan peristiwa nasional dengan peristiwa daerah dan dunia dalam satu rangkaian Sejarah Indonesia. Inovasi ini akan membawa pendidikan Sejarah Indonesia menjadi wahana pendidikan yang ampuh dalam membangun manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan global, dan mampu menjadi warga dunia yang tetap berkepribadian Indonesia.

Aspek-aspek inovasi itu dielaborasi dalam bentuk buku pembelajaran dan penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia bagi guru. Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan inovasi-inovasi tersebut di kelas. Buku ini juga memberikan petunjuk teknis dalam mengembangkan penilaian hasil belajar, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang sesuai untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia yang ada di masyarakat sekitar dan yang juga bersifat penerapan teknologi informasi.

B.Tujuan

Buku ini sebagai petunjuk bagi pengawas, kepala sekolah, guru mata pelajaran Sejarah Indonesia, dan pemangku kepentingan lain untuk memahami proses pembelajaran Sejarah Indonesia.

1. Tujuan umum

Secara umum tujuan buku ini bertujuan memberikan petunjuk teknis bagi guru mata pelajaran Sejarah Indonesia agar memiliki wawasan dan kemampuan untuk merancang, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan penilaian otentik dalam pembelajaran sejarah Indonesia, sehingga tujuan pembelajaran sejarah Indonesia dapat tercapai.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus buku ini antara lain guru:

a. Memahami karakteristik mata pelajaran Sejarah Indonesia, termasuk menguasai ide dan konsep inovatif pendidikan Sejarah Indonesia, materi ajar, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

b. Memahami jiwa Kurikulum 2013 dan alur pengembangan KI dan KD.

c. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran Sejarah Indonesia berdasarkan pendekatan ilmiah (scientific approach).

d. Memahami dan menerapkan strategi dan berbagai model pembelajaran serta menentukan model yang tepat sesuai dengan topik pembelajaran.

e. Memahami dan menerapkan berbagai jenis media dan sumber belajar serta menentukan media dan sumber belajar yang tepat sesuai dengan topik dan lingkungan.

f. Memahami dan menerapkan penilaian otentik serta menentukan teknik dan instrumen penilaian yang tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Sejarah Indonesia.

g. Memahami peran guru mata pelajaran Sejarah Indonesia dalam pembelajaran abad ke-21.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup buku Pembelajaran dan Penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia meliputi; pendahuluan, karakteristik mata pelajaran Sejarah Indonesia, desain pembelajaran mata pelajaran Sejarah Indonesia, penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia, media dan sumber belajar mata pelajaran Sejarah Indonesia, serta peran guru mata pelajaran Sejarah Indonesia dalam pembelajaran abad ke-21.

D. Sasaran

Pengguna buku Pembelajaran dan Penilaian ini adalah Dinas Pendidikan, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Sejarah Indonesia, Orang Tua, dan pemangku kepentingan lainnya.

BAB IIKARAKTERISTIK MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA1. Pengertian

1. Sejarah adalah aktivitas kehidupan manusia pada masa lampau dalam konsep ruang dan waktu.

1. Ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari masa lampau manusia dalam berinteraksi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; yang bermakna bagi masa kini dan bermanfaat untuk merancang kehidupan di masa depan/datang.

1. Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan kesejarahan yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk kepentingan tujuan pendidikan.

1. Mata pelajaran Sejarah Indonesia pada jenjang pendidikan SMA/MA dan SMK/MAK mengkaji berbagai peristiwa sejarah bangsa Indonesia pada masa lampau dan pengaruhnya terhadap kehidupan bangsa pada masa kini serta merancang kehidupan bangsa di masa depan.

1. Peristiwa daerah adalah suatu peristiwa lokal yang terjadi di wilayah sekitar peserta didik (desa, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi) yang terkait atau tidak terkait dengan peristiwa Nasional dan dikaji dengan menggunakan cara berpikir diakronik dan sinkronik.

1. Sejarah Nasional adalah berbagai peristiwa yang terjadi di wilayah Indonesia yang dianggap oleh pemerintah sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa dan berkontribusi terhadap perjuangan bangsa Indonesia serta memiliki makna dan pengaruh terhadap masyarakat secara nasional.

1. Keterampilan Berpikir Sejarah adalah kemampuan peserta didik menggunakan berpikir kronologis/diakronik, sinkronik, konsep sejarah seperti perubahan (change), keberlanjutan (continuity), hukum sebab-akibat dalam mempelajari peristiwa sejarah.

1. Rasional

Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan sejarah. Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). Sejarah memiliki makna dan posisi yang strategis, mengingat kehidupan manusia pada masa kini merupakan kelanjutan dari kehidupan masa lampau yang kearifannya dapat dijadikan pijakan bagi kehidupan masa depan.

Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu dan ruang. Waktu dapat menunjukkan suatu perkembangan, sedangkan ruang dapat menunjukkan suatu tempat atau wilayah. Dalam konteks Sejarah Indonesia, keruangan yang dimaksud adalah wilayah Indonesia.Sedangkan waktu adalah periodesasi Sejarah Indonesia yang bersifat kronologis. Kurun waktu yang ada dalam Sejarah Indonesia akan menunjukkan berbagai peristiwa dan dalam setiap peristiwa-peristiwa tersebut akan muncul tokoh-tokoh yang berperan. Tokoh-tokoh ini lah yang kemudian dapat menjadi pahlawan. Pahlawan ialah sosok yang mampu melampaui dirinya sendiri, dimana dalam dirinya terkandung nilai-nilai kebaikan yang bersifat pribadi maupun sosial. Mempelajari perjuangan para pahlawan dalam sejarah memiliki nilai-nilai edukatif yang dapat dijadikan teladan atau contoh dalam pembentukan kepribadian peserta didik.

Sejarah Indonesia memberikan dasar pengetahuan kepada peserta didik dalam memahami kehidupan masa lampau bangsa, yang berpengaruh pada kehidupan bangsa masa kini dan akan berpengaruh dalam membangun kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Peristiwa tentang kehidupan manusia di masa lampau dapat dijadikan guru kehidupan: Historia Magistra Vitae, yang mengandung nilai seperti kejujuran, inisiatif, kepemimpinan, kebangsaan, toleransi, dan kearifan yang dapat dijadikan teladan dan contoh bagi kehidupan masa kini.

Sejarah Indonesia meliputi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia, ditujukan untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa agar mengenal jati diri dan menjadikannya sebagai landasan dalam membangun persatuan dan kesatuan maupun untuk berkontribusi membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar :

0. Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah Indonesia mulai dari periode asal-usul adanya kehidupan manusia di Indonesia hingga sekarang;

0. Pemahaman tentang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan;

0. Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa dan tokoh di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang sama penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia;

0. Tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI serta seluruh periode sejarah kepada generasi muda bangsa.

1. Tujuan

Mata pelajaran Sejarah Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat dan bangsa.

2. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat, dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

3. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa.

4. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya konsep waktu dan tempat/ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.

5. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

6. Mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) yang menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan inovatif.

7. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan berbagai sumber seperti buku teks, buku referensi, dokumen, narasumber, atau pun artefak serta memberi kesempatan yang luas untuk menghasilkan “her or his own histories”

8. Menanamkan sikap berorientasi kepada masa kini dan masa depan.

1. Ruang Lingkup

Mata pelajaran Sejarah Indonesia membahas materi yang meliputi zaman :

1. Praaksara;

2. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha;

3. Kerajaan-kerajaan Islam;

4. Penjajahan bangsa Eropa;

5. Pergerakan Nasional;

6. Proklamasi dan Perjuangan mempertahankan kemerdekaan;

7. Demokrasi Liberal;

8. Demokrasi Terpimpin;

9. Orde Baru; dan

10. Reformasi.

Kompetensi yang dikembangkan di dalam pembelajaran Sejarah Indonesia, yaitu;

Kelas

Kompetensi

X

· Menganalisis peristiwa sejarah

· Mengaitkan antara satu peristiwa sejarah dengan peristiwa sejarah lainnya.

· Menganalisis makna/nilai suatu peristiwa sejarah yang ada dalam kehidupan masa kini dan bagi dirinya

XI

· Menganalisis untuk menentukan pokok pikiran (konsep atau teori) pada suatu cerita sejarah dalam kehidupan bangsa masa kini.

· Menganalisis fakta dan hubungan sebab akibat suatu peristiwa sejarah menurut kriteria internal (berdasarkan pemahaman peserta didik).

· Mengevaluasi makna/nilai suatu peristiwa sejarah yang ada dalam kehidupan masa kini dan bagi dirinya

XII

· Mengevaluasi fakta dan hubungan sebab akibat suatu peristiwa sejarah menurut kriteria eksternal (berdasarkan pendapat yang sudah teruji dan berlaku secara umum).

· Mencipta atau merekonstruksi dalam bentuk tulisan tentang peristiwa sejarah dan maknanya bagi kehidupan dirinya, masyarakat, dan bangsa.

BAB III

DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

A. Pendekatan Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

Pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis peserta didik aktif (active learning). Pendekatan pembelajaran ini lebih memungkinkan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran agar lebih bermakna jika peserta didik mengalami sendiri setiap proses pembelajaran melalui aktivitas yang aktif. Pengetahuan yang didapatkan peserta didik tidak hanya berasal dari informasi guru, namun juga berasal dari usaha eksplorasi (menggali) informasi peserta didik sendiri melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Misalnya peserta didik diminta untuk melakukan wawancara kepada tokoh atau pelaku sejarah untuk menyusun kisah sejarah.

Pembelajaran Sejarah Indonesia ini terkait dengan pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, oleh karena itu pendekatan pembelajaran berbasis nilai penting juga untuk dikembangkan. Nilai-nilai kesejarahan atau nilai kebangsaan dapat dihayati dan diamalkan oleh peserta didik pada kehidupan sehari-hari.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Dalam melakukan pembelajaran, guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.sebagai berikut: (1) dari pesertadidik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak mau menjadi mau, (2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) dari pendekatan tekstual menuju pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; (5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; (6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific) dipilih sebagai pendekatan dalam pembelajaran dalam kurikulum 2013. Peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi/merekonstruksi cerita sejarah, dan mengomunikasikan. Masing-masing aktivitas tersebut dijabarkan di bawah ini.

Langkah Pembelajaran

Deskripsi Kegiatan

Bentuk Hasil Belajar

Contoh dalam pembelajaran Sejarah Indonesia

Mengamati (observing)

mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Mengamati bentuk bangunan candi Borobudur

Menanya (questioning)

membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi

tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

Membuat dan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan relief candi, bentuk candi (yang dilakukan siswa)

Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)

mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan

jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Mengumpulkan dan membaca literatur tentang candi Borobudur

Menalar/

Mengasosiasi

(associating)

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan

suatu pola, dan menyimpulkan.

mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua

fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/penda-pat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

Dari hasil informasi tentang candi Borobudur, diketahui; relief candi Borobudur tentang perdagangan, kisah sang Buddha...

Mengomunikasikan (communicating)

menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain

Menyusun laporan hasil kajian tentang candi Borobudur

B. Strategi dan Metode Pembelajaran

Implementasi pendekatan saintifik seperti yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 memerlukan strategi yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan pendayagunaan sumberdaya yang dimiliki sekolah secara efektif agar guru dan peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif. Beberapa strategi yang dapat ditempuh untuk mencapai hal tersebut adalah:

1. Sumberdaya guru

a. Guru merancang kegiatan pembelajaran secara rinci pada awal semester agar memiliki gambaran utuh aktivitas pembelajaran dan jadwal pelaksanaannya.

b. Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia merancang skenario pembelajaran, sumberdaya yang diperlukan, lokasi kegiatan, untuk setiap pertemuan.

c. Dalam proses perancangan kegiatan pembelajarannya, guru mata pelajaran Sejarah Indonesia menjalin komunikasi atau koordinasi dengan guru mata pelajaran lainnya untuk merancang aktivitas yang akan dilaksanakan bersama, termasuk tema, lokasi, jadwal serta sumberdaya yang diperlukan.

d. Guru menyiapkan sumber belajar, media pembelajaran yang bervariasi (multimedia), data dan informasi pendukung pembelajaran, misalnya peta letak obyek tertentu, gambar-gambar tokoh, film sejarah.

e. Guru melakukan review terhadap keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dilihat dari waktu, lokasi, sumberdaya, ketersediaan data dan informasi, serta kesediaan lembaga mitra jika akan melakukan kunjungan.

f. Guru membangun jejaring dengan lembaga lain dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, misalnya lembaga pemerintah dan swasta, obyek-obyek sejarah.

2. Sumberdaya Peserta Didik

a. Peserta didik dibiasakan berfikir kritis melalui proses pengamatan terhadap obyek atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun di lingkungan yang lebih luas.

b. Peserta didik dibiasakan mengajukan sejumlah pertanyaan dan pendapat dari apa yang diamatinya.

c. Peserta didik dibiasakan menelusuri data dan infomasi untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukannya.

d. Peserta didik dibiasakan mengolah data dan informasi yang diperolehnya.

e. Peserta didik dibiasakan mencoba atau melakukan percobaan untuk menjawab atau membuktikan pertanyaan yang diajukannya.

f. Peserta didik dibiasakan menganalisis data dan infomasi yang diperolehnya.

g. Peserta didik dibiasakan untuk membuat kesimpulan atau generalisasi dari hasil analisisnya.

h. Peserta didik dibiasakan berkolaborasi dalam kegiatan pembelajaran dengan sesama temannya.

i. Peserta didik dibiasakan untuk berinteraksi dengan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat sebagai sumber data dan informasi.

3. Kelas

a. Kelas dirancang agar memenuhi tuntutan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, termasuk susunan tempat duduk peserta didik dan suasana yang kondusif misalnya ada gambar-gambar obyek sejarah, maket dan seterusnya.

b. Kelas dilengkapi dengan sarana pendukung pembelajaran, misalnya perangkat multimedia.

c. Kelas dilengkapi dengan berbagai sumber pembelajaran, terutama akses terhadap buku dan internet.

4. Sekolah

a. Sekolah menyiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang bervariasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, terutama perpustakaan.

b. Sekolah melakukan pengaturan atau alokasi sumberdaya dan jadwal untuk semua mata pelajaran agar tercipta sinergitas antar mata pelajaran.

c. Sekolah menata lingkungan sekitar atau halaman sekolahnya untuk mendukung kegiatan pembelajaran di luar kelas.

d. Sekolah membuat sejumlah kebijakan yang mendukung terlaksananya pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

e. Sekolah menjalin kemitraan dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, baik kemitraan dalam bentuk pemanfaatan sarana dan prasarana lembaga mitra maupun sumberdaya manusia sebagai sumber belajar.

f. Sekolah melakukan monitoring dan evaluasi tentang keterlaksanaan kurikulum.

5. Lingkungan Masyarakat Sekitar

a. Lingkungan masyarakat sekitar dapat dijadikan lokasi kegiatan pembelajaran.

b. Lingkungan masyarakat sekitar dapat dijadikan sumber pembelajaran.

c. Lingkungan masyarakat sekitar dapat diberdayakan untuk memberikan kontribusi dan dukungan terhadap kegiatan di sekolah. Ini lebih cocok untuk mengembangkan budaya sekolah, diperluas dengan kerjasama dengan guru mata pelajaran lain.

C. Membuat Rancangan Pembelajaran

Salah satu tugas guru sebelum melakukan pembelajaran adalah membuat rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran ini penting karena menjadi patokan atau rambu-rambu bagi seorang guru ketika melakukan pembelajaran, sehingga pembelajaran berjalan lebih terarah. Rancangan pembelajaran tersebut disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memiliki 3 bagian yang masing-masing adalah kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan ini, yang dilakukan guru adalah:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan

e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Dalam proses pembelajaran ini ditekankan pada pendekatan pembelajaran saintifik yang mengembangkan kompetensi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar /mengasosiasi/ merekonstruksi, dan mengomunikasikan. Sementara model yang dikembangkan misalnya pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran discovery. Pemilihan pendekatan dan model pembelajaran ini harus juga disesuaikan dengan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakukan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas menerima pengetahuan dan menyimpannya dalam memori untuk diingat. Pengetahuan yang diingat tersebut dipanggil kembali untuk menjawab pertanyaan yang bersifat mengingat. Selanjutnya pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) diolah sehingga mencapai tingkat memahami, dilanjutkan dengan menerapkan terutama konsep dan prosedur, menganalisis suatu sumber untuk menentukan bagian-bagian dari informasi juga keterkaitan antarbagian serta menemukan pikiran pokok dari informasi yang dikaji, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan atau keunggulan informasi yang dikaji, hingga mencipta suatu pengetahuan baru atau karya lainnya (benda, diagram dan sebagainya) yang disajikan dalam makalah atau media lainnya. Karakteristik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan pembelajaran saintifik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlumelakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Keterampilan yang perlu dikembangkan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia adalah keterampilan berfikir sejarah dan menggunakan berbagai konsep sejarah.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan

d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

D. Model Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia. Sesuai dengan karateristik Kurikulum 2013, minimal ada tiga model yang penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia yaitu model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran menemukan (discovery).

3. Model-Model Pembelajaran1.1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) ini sangat mendukung implementasi Kurikulum 2013, terutama yang terkait dengan tahapan proses pembelajaran. Melalui kegiatan pembelajaran berbasis masalah ini peserta didik akan mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengertian

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu.. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

1. Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah

Tujuan dan hasil pengembangan model pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1) Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

2) Menerapkan pemodelan dalam rangka menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.

3) Mengembangkan pembelajaran mandiri/Belajar pengarahan sendiri (self directed learning). Mengingat pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik, maka peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh dengan bimbingan guru.

1. Langkah-langkah Operasional

Secara sederhana John Dewey merumuskan enam langkah dalam pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: Merumuskan masalah:

1) guru membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan dikaji/dipecahkan.

2) Menganalisis masalah: mendeskripsikan secara kritis masalah itu dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis: merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah.

4) Mengumpulkan data: mencari dan mengumpulkan berbagai sumber dan informasi untuk memecahkan masalah.

5) Pengujian hipotesis, dan

6) Merumuskan rekomendasi.

1.2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Pengertian

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai wahana. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian tentang sumber sejarah, melakukan interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek adalahkegiatan pembelajaran dimana peserta didik memilih suatu peristiwa sejarah untuk dijadikan proyek studinya selama 1 bulan, atau beberapa bulan. Dalam pembelajaran ini peserta didik melakukan kegiatan investigasi, membuat keputusan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja mandiri dan mengembangkan kreativitasnya. Dalam pembelajaran ini peserta didik melakukan investigasi, membuat keputusan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja mandiri dan mengembangkan kreativitasnya.

b. Karakteristik

Pembelajaran Berbasis Proyek memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih peristiwa sejarah yang tercantum dalam satu semester dan mengerjakannya sebagai tugas proyek untuk semester tersebut. Melalui pembelajaran berbasis proyek diharapkan peserta didik akan menghasilkan her/his own history.

c. Langkah-Langkah Operasional

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi:

1) Peserta didik menentukan/memilih peristiwa sejarah yang akan dikaji.

2) Mengkaji bahan/informasi awal yang dimiliki/tersedia.

3) Penentuan pertanyaan mendasar

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pendidik berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

4) Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subyek, dan mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

5) Menyusun Jadwal

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat rentang waktu untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat tenggat waktu penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

6) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pendidik berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

7) Menguji Hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

8) Mengevaluasi Pengalaman

Pada akhir proses pembelajaran, pendidik, dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pendidik dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Peran pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

1.3. Model Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning Model)

0. Pengertian

Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi apabila peserta didik tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide pembelajaran ini ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini. Pada pembelajaran discovery menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip atau generalisasi tetapi konsep, prinsip, atau generalisasi itu sudah diketahui atau direkayasa oleh guru, sementara kalau inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

1. Langkah-langkah Operasional

Langkah-langkah pembelajaran model discoverylearning, meliputi:

1. Stimulasi/Pemberian Rangsangan(stimulation)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Tema-tema yang problematik dan kontroversi cocok dengan model pembelajaran discovery, karena peserta didik dilatih untuk menemukan jawaban di tengah-tengah problem dan kontroversial. Misalnya pertanyaan tentang teori-teori manakah yang paling tepat tentang masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia? Benarkah agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dibawa oleh kaum pedagang?

1. Pernyataan/ Identifikasi Masalah(problem statement)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi tentang berbagai teori tentang masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesiasebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih teori mana yang paling tepat di antara berbagai teori tersebut, dapat dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

1. Pengumpulan Data(data collection)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan sumber sejarah dan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan teori mana yang paling tepat dengan berbagai argumentasinya untuk membuktikan hipotesis yang sudah dirumuskan. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis

Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Kegiatan yang dapat dilakuakn misalnya studi pustaka, observasi, wawancara. Selanjutnya peserta didik juga dilatih untuk melakukan kritik sumber atau menyeleksi data/informasi yang diperoleh, dipilih yang relevan dengan pemecahan masalah.

1. Pengolahan Data(data processing)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data/informasi yang telah dikaji atau mengolah sumber sejarah yang telah dilakukan kritik sumber sampai dengan menafsirkan.

1. Pembuktian (verification)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.

1. Menarik Kesimpulan/Generalisasi (generalization)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memerhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2. Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi di dalamnya ada pendekatan, strategi atau metode pembelajaran dari yang sederhana sampai metode yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan kemampuan seorang guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memerhatikan keadaan atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan efisien menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa Kurikulum 2013 memperkenalkan pendekatan saintifik dengan menggunakan model-model pembelajaran yang relevan. Pemilihan model pembelajaran didasarkan atas analisis terhadap tuntutan Kompetensi Dasar, kegiatan pembelajaran dan penilaian yang sudah dirumuskan pada silabus. Berikut ini disajikan contoh pemilihan model pembelajaran yang dapat diterapkan berdasarkan hasil analisis tuntutan Kompetensi Dasar, kegiatan pembelajaran dan penilaian:

Kompetensi Dasar

Penilaian

Analisis Materi

Model Pembelajaran

3.1 Memahami dan menerapkan konsepberpikir kronologis (diakronik), sinkronik,ruang dan waktu dalam sejarah.

Membuat laporan dalam bentuk tulisan tentang cara berfikir kronologis, sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah.

Cara Berfikir Kronologis dan Sinkronik dalam mempelajari Sejarah

· Cara berfikir kronologis dalam mempelajari sejarah

· Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah

· Konsep ruang dan waktu

Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (discovery)

3.2 Memahami corak kehidupan masyarakatpada zaman praaksara.

Membuat laporan dalam bentuk tulisan mengenai kehidupan zaman praaksara di Indonesia.

· Indonesia Zaman Praaksara: awal kehidupan manusia Indonesia

· Awal kehidupan masyarakat Indonesia

· Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia

· Kebudayaan zaman praaksara

Model Pembelajaran Berbasis Problem

3.3 Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid).

3.4 Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat.

3.5 Menganalisis berbagai teori tentangproses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha diIndonesia.

3.6 Menganalisis karakteristik kehidupanmasyarakat, pemerintahan, dankebudayaan pada masa kerajaan-kerajaanHindu-Buddha di Indonesiaserta menunjukkan contoh bukti-buktiyang masih berlaku pada kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini.

Indonesia Zaman Hindu-Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal

· Teori -teori masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha

· Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

· Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini

Indonesia Zaman Hindu-Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal

· Teori -teori masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha

· Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

· Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini

Model Pembelajaran Berbasis Proyek

3.7 Menganalisis berbagai teori tentangproses masuk dan berkembangnyaagama dan kebudayaan Islam diIndonesia.

Membuat laporan dalam bentuk tulisan mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam dan hasil-hasil kebudayaannya di Indonesia

Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

· Teori-teori masuk dan berkembangnya Islam

· Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

· Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil budaya pengaruh Islam yang masih ada pada saat ini

Model Pembelajaran Berbasis Proyek

3.8 Menganalisis karakteristik kehidupanmasyarakat, pemerintahan dankebudayaan pada masa kerajaan-kerajaanIslam di Indonesia danmenunjukan contoh bukti-bukti yangmasih berlaku pada kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini.

BAB IVPENILAIAN DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

A. Bentuk dan Teknik Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan

Penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia seperti halnya pada mata pelajaran lain pada Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Penilaian Sikap

Penilaian sikap berbentuk kebiasaan yang didasarkan pada nilai yang dimiliki peserta didik. Kebiasaan tersebut terlihat dalam perilaku peserta didik. Bentuk perilaku dinyatakan dalam ucapan, cara berpikir, cara bersikap, dan bertindak. Nilai-nilai tersebut berkembang pada diri peserta didik dalam suatu proses internalisasi. Proses internalisasi dimulai dari pengetahuan tentang nilai kemudian dilanjutkan dalam proses penentuan apakah nilai tersebut dianggap baik untuk dirinya atau tidak. Jika dianggap tidak baik bagi dirinya maka nilai tersebut akan ditolak tetapi jika dianggap baik maka terjadi proses internalisasi nilai. Penilaian afektif meliputi:

Aspek Penilaian

Indikator Teramati

Instrumen

Pengetahuan tentang Nilai, Sikap, Perilaku

Ungkapan tertulis, ucapan lisan tentang pengertian mengenai nilai, sikap, dan perilaku

Tes, Tugas

Sikap

Ungkapan tertulis, ucapan lisan, mimik, tindakan

Tes Sikap Likert, Semantik Diferensial, Observasi, Tugas

Perilaku

Kata yang diucapkan, cara kerja, cara berpikir, tindakan

Observasi, Tugas

Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, yaitu:

a. Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Agar penilaian sikap melalui observasi dapat terarah dan obyektif maka diperlukan panduan. Panduan observasi adalah alat/instrumen yang dikembangkan untuk merekam berbagai perilaku seperti ucapan, mimik, tindakan yang dilakukan peserta didik baik pada waktu ketika proses belajar-mengajar di kelas, kegiatan di sekolah, atau pun kegiatan lain yang dilaksanakan berdasarkan program belajar suatu mata pelajaran Observasi dilakukan terintegrasi dengan proses pembelajaran.Ketika masuk kelas sebelum membuka pelajaran, sambil memberi salam guru mengamati seluruh kelas. Pengamatan itu dilangsungkan sepanjang proses pembelajaran.Pengamatan yang dilakukan bersifat alami sebagaimana yang sudah biasa dilakukan guru dan tidak langsung memfokuskan pada setiap anak peserta didik satu persatu. Observasi adalah bagian yang terintegrasi selama proses pembelajaran berlangsung, tidak seperti observasi dalam penelitian yang memperhatikan setiap peserta didik secara khusus dalam ukuran waktu tertentu.

Panduan observasi digunakan untuk merekam hasil belajar berupa sikap dan perilaku yang bersifat deskriptif atau terbuka, tidak preskriptif atau tertutup sebagaimana dalam penilaian hasil belajar pengetahuan. Observasi yang dimaksudkan di sini berbeda dari catatan anekdot (anecdotal record). Catatan anekdot tidak terencana dan merekam suatu peristiwa hanya apabila peristiwa itu muncul. Observasi untuk penilaian sikap dilakukan secara terencana setiap hari dan merekam peristiwa/perilaku muncul atau tidak muncul. Suatu peristiwa/kejadian yang tidak muncul atau tidak dilakukan peserta didik tetap dihitung sebagai suatu kejadian tetapi perekamannya seperti catatan anekdot yaitu hanya pada perilaku peserta didik yang dianggap istimewa dalam arti positif maupun negatif.

Instrumen panduan observasi membantu guru untuk merekam perilaku yang ditunjukkan peserta didik dalam bentuk rekaman yang dapat dipelajari walaupun perilaku itu sudah berlalu. Dengan demikian, guru memiliki waktu yang cukup untuk mengkaji hasil rekaman observasi dan mengulang kajian tersebut setiap saat diperlukan. Dengan cara demikian maka pemaknaan terhadap perilaku tersebut menjadi lebih baik.

Contoh: Format Observasi

Tanggal: ..............................................................................

Hari : ..............................................................................

Nama Peserta Didik

Perilaku Yang Ditampilkan

Ahmad *)

Dewi Antasari

Hamid

Wijayanto

Catatan: berisikan situasi atau kondisi khusus (bukan yang terjadi sehari-hari) ketika suatu perilaku muncul.

*) Nama peserta didik dapat diisi ketika pada hari/tanggal observasi, peserta didik yang bersangkutan menunjukkan perilaku teramati.

b. Penilaian Diri

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

Penilaian ini dilakukan oleh peserta didik, guru menyediakan format seperti contoh berikut ini;

Nama :

Kelas :

Semester :

Waktu penilaian:

Petunjuk :

0. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.

0. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru

No

Pernyataan

Ya

Tidak

1

Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

2

Saya mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian

3

Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu

4

Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami

5

Saya berperan aktif dalam kelompok

6

Saya menyerahkan tugas tepat waktu

7

Saya selalu membuat catatan hal-hal yang saya lakukan

Anggappenting

8

Saya merasa menguasai dan dapat mengikuti

kegiatanpembelajarandenganbaik

9

Saya menghormati dan menghargai orang tua

10

Saya menghormati dan menghargai teman

11

Saya menghormati dan menghargai guru

Keterangan:

1. Penilaian persepsi diri peserta didik untuk mencocokkan persepsi diri peserta didik dengan kenyataan yang ada.

2. Hasil penilaian persepsi diri peserta didik digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut.

3. Penilaian diri untuk SD/MI dilaksanakan pada kelas tinggi (4, 5, dan 6), dan untuk SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK dapat dilaksanakan mulai kelas awal.

Penilaian diri dilakukan di awal dan diakhir semester pertama, diakhir semester 3-6. Hasil penilaian diri di semester pertama dijadikan informasi dasar untuk dibandingkan pada semester berikutnya dalam suatu profil sikap peserta didik. Teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. Sebagaimana halnya Penilaian Diri, Penilaian Sejawat dilakukan di awal dan akhir semester pertama dan akhir setiap semester berikutnya. Hasilnya merupakan profil yang menggambarkan sikap sosial seorang peserta didik. Hasil Penilaian Sejawat dapat dikembangkan menjadi sosiogram yang menggambarkan komunikasi yang terjadi antarpeserta didik.

Teknik penilaian ini dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk menilai sikap temannya. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik yang dirancang oleh guru seperti contoh berikut ini.

c. Penilaian Antarteman

Nama teman yang dinilai :

Nama penilai :

Kelas :

Semester :

Waktu penilaian :

Petunjuk :

1. Amati perilaku temanmu selama mengikuti kegiatan pelajaran.

2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut.

3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu pendidik.

No

Pernyataan

ya

tidak

1

Berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

2

Mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian

3

Mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu

4

Mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami

5

Berperan aktif dalam kelompok

6

Menyerahkan tugas tepat waktu

7

Selalu membuat catatan hal-hal yang dianggap baik

Penting

8

Menguasai dan dapat mengikuti kegiatan

Pembelajaran dengan baik

9

Menghormati dan menghargai teman

10

Menghormati dan menghargai guru

Keterangan:

1. Penilaian antarteman digunakan untuk mencocokkan persepsi diri peserta didik dengan persepsi temannya serta kenyataan yang ada.

2. Hasil penilaian antarteman digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut.

3. Penilaian diri untuk tingkat SMA/MA/SMK/MAK dapat dilaksanakan mulai kelas awal.

d. Jurnal/Catatan Guru

Merupakan catatan pendidik di dalam dan diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

Contoh : Format penilaian jurnal

JURNAL

Nama : ………………………………..

Kelas : ……………………………….

Hari, tanggal

Kejadian

Keterangan

2. Penilaian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan mengingat, refleksi, deduksi, dan induksi (penelitian). Pengetahuan diperlukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan internalisasi nilai serta kebiasaan dalam ranah afektif. Pengetahuan yang dihasilkan kemampuan kognitif dapat berupa pengetahuan hafalan dan dapat pula berupa pengetahuan yang digunakan (working knowledge). Pengetahuan berupa hafalan hanya memerlukan kemampuan kognitif pada tingkat mengingat(recall = remember). Pengetahuan yang dapat digunakan memerlukan pengetahuan kognitif pada tingkat memahami (understand) dan tingkat-tingkat di atasnya. Pengetahuan berupa hafalan adalah pengetahuan yang disimpan dalam ingatan peserta didik tanpa ada perubahan dari aslinya, dan hanya dapat menjawab pertanyaan berupa hafalan pula.

Pengetahuan yang digunakan (working knowledge) juga untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada tingkat memahami (dulu disebut pemahaman), mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi (menilai), dan menghasilkan suatu yang baru (create) akan dimiliki peserta didik melalui pengembangan kemampuan berpikir dan kemampuan belajar. Pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan psikomotorik dan kemampuan afektif. Pengetahuan terdiri atas:

Kategori Pengetahuan

Bentuk

Faktual

Pengetahuan tentang nama orang, nama benda, angka tahun, istilah, nama kejadian atau peristiwa sejarah

Konseptual

Pegetahuan tentang cara berpikir, keterampilan sejarah, kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori

Prosedur

Pengetahuan tentang proses melakukan penelitian sejarah, penulisan sejarah, memelihara peninggalan sejarah, melakukan penilaian cerita Sejarah

Metakognitif

Pengetahuan tentang bagaimana mencari pengetahuan, mengelola pengetahuan, dan memanfaatkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam sejarah

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan observasi.

6. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran Sejarah Indonesia. Berdasarkan jenisnya tes tertulis dapat dilakukan dengan tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian, sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran. Pengembangan instrumen tes tertulis mengikutilangkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, atau sumatif.

(2) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih terarahsesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak diukur lebih tepat.

(3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.

(4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan. Pada soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban karena jawaban dapat diskor dengan objektif. Sedangkan untuk soal uraian disediakan pedoman penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik denganrentang skor.

(5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.

Contoh Kisi-Kisi

Nama Satuan Pendidikan: SMA ……….

Kelas/Semester: X/Semester I

Tahun Pelajaran: 2015/2016

Mata Pelajaran: Sejarah Indonesia

No

Kompetensi Dasar

Materi

Indikator Soal

No.

Soal

Bentuk

Soal

1.

3.5 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia.

Teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha

Peserta didik dapat menyimpulkan teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Peserta didik dapar menyebutkan salah satu teori tentang masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

1

2,3

PG

Isian

B-S

2.

3.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha

Bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini

Peserta didik dapat mengidentifikasi nama raja-raja kerajaan masa Hindu-Buddha

Peserta didik dapat menjelaskan proses akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli Indonesia.

Peserta didik dapat menyebutkan Bukti-bukti pengaruh masa Hindu-Buddha yang masih ada sampai sekarang

4

5

6

Menjodohkan

Menguraikan

4.5 Mengolah informasi tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

Peserta didik dapat membuat laporan tertulis dalam bentuk makalah sederhana tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia

7

Penugasan

Setelah menyusun kisi–kisi, selanjutnya dilakukan mengembangkan butir soal dengan memerhatikan kaidah penulisan butir soal meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.

Tes tertulis dapat dibuat dalam bentuk Pilihan Ganda, Uraian, dan Hubungan Sebab Akibat yang mendorong siswa untuk melakukan analisis (bukan hapalan).

Contoh Pilihan ganda :

Dampak positif bagi masyarakat dari penjajahan Belanda terutama masa Tanam Paksa dan Usaha Swasta, adalah …

a. semakin banyaknya jenis tanam dalam kegiatan pertanian

b. dikembangkannya sarana prasarana transportasi

c. dikembangkannya program pendidikan bagi kaum bumi putera

d. dikembangkannya struktur pemerintahan yang lebih modern

e. dikenalkannya ekonomi uang

Contoh Tes Uraian :

Belanda termasuk bangsa yang terlambat datang ke Indonesia dibanding dengan Spanyol, Portugis, dan Inggris. Mengapa demikian. Kemudian jelaskan dan tunjukkan dengan bukti terjadinya perebutan hegemoni bangsa-bangsa Eropa di Indonesia?

6. Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab, dan Percakapan

Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian otentik.

Contoh : Format observasi diskusi, dan tanya jawab

Nama

Peserta

Didik

Pernyataan

Pengungkapan gagasan orisinal

Kebenaran konsep

Ketepatan penggunaan istilah

……………

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Amin

Budi

Cecep

……..

6. Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur dan/atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan (assessment of learning) dapat dilakukan setelah proses pembelajaran sedangkan penugasan yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan (assessment for learning) diberikan sebelum dan/atau selama proses pembelajaran. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penugasan lebih ditekankan pada pemecahan masalah dan tugas produktif lainnya.

Contoh : Penugasan

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas/Semester : X /2

Tahun Pelajaran : 2015/2016

Kompetensi Dasar:

4.5 Mengolah informasi tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

Indikator:

1. Peserta didik dapat membuat laporan tertulis dalam bentuk makalah sederhana tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia.

.

Rincian tugas:

1. Buatlah laporan tertulis dalam bentuk makalah sederhana tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia.

2. Laporan diketik, menggunakan kertas A4, huruf Times New Roman 12, spasi 1,5

3. Tugas Individu

4. Waktu pengerjaan 3 minggu

5. Aspek yang dinilai : (1) cakupan materi, (2) keakuratan materi, (3) Relevansi,(4) kelengkapan, dan (5) Kebahasaan

6. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga menimbulkan keberanian.

Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang diucapkan.

Contoh : Soal tes lisan

Sebutkan Bukti-bukti pengaruh masa Hindu-Buddha yang masih ada sampai sekarang ?

Jawaban.

Bangunan seperti Candi, patung dll.

Kitab-kitab seperti : kitab Sutasoma, Negarakertagama dll

3. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian keterampilan menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu.Penilaian inidimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan yang sudah dikuasai siswa dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life).Ketuntasan belajar untuk keterampilan dibuat dalam bentuk angka pada skala 0 – 100. Ketuntasan belajar untukketerampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, namun secara bertahap satuan pendidikan harus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

Penilaian keterampilan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian unjuk kerja/kinerja/praktek, proyek, produk, dan portofolio. Teknik penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD dari KI-4 yang akan diukur. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Unjuk kerja/kinerja/praktik

Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian berupa melakukan suatu aktivitas keterampilan gerak (skill test). Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Penilaian kinerja dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia dapat berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan keterampilan membuat peta, melakukan wawancara, melakukan penelitian sederhana tentang suatu peristiwa sejarah.

b. Proyek

Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan: (a) kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, (b) relevansi:kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (c) keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

c. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai peserta didik yang dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan atas kumpulan informasi perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.Jenis-jenis portofolio dapat berupa:

1) Portofolio personal jika dipegang dan dikelola oleh peserta didik. Biasanya berguna untuk menuliskan aktivitas fisik yang disenangi, harapan, refleksi diri, serta berbagi gagasan dari pengalaman yang diperoleh, sepanjang periode pembelajaran.

2) Portofolio terekam dan tersimpan (record-keeping portofolios), portofolio ini dapat diisi dan disimpan oleh peserta didik, namun sebagian dari informasi yang direkam juga disimpan oleh guru.

3) Portofolio tematik (thematic portofolios), portofolio ini menggambarkan kegiatan pembelajaran pada satu pokok bahasan (tema) yang berdurasi antara dua hingga enam minggu..

4) Portofolio terintegrasi (integrated portofolios), portofolio ini dapat digunakan untuk menggambarkan “potret” siswa secara keseluruhan, dan berbagai subyek pembelajaran.

5) Portofolio selebrasi (celebration portofolios) untuk mencatat prestasi yang diperoleh peserta didik dalam bidang akademik maupun non akademik. Misalnya menjadi pemenang lomba karya ilmiah/lomba seni/lomba olahraga.

6) Portofolio tahun jamak (multiyears potofolios), yaitu portofolio yang digunakan dengan jangka beberapa tahun dan digunakan oleh peserta didik dari satu tingkatan kelas ke kelas yang lebih tinggi.

BAB VMEDIA DAN SUMBER BELAJAR

A. Media

Media adalah sarana yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sejarah, yaitu berupa media cetak, elektronik, serta media lain. Beberapa contoh media yang sering digunakan sebagai pembelajaran sejarah yaitu antara lain adalah pictorial, website, film dokumenter, puisi dan lagu-lagu perjuangan, wisata sejarah, tradisi lisan termasuk folklore, seni pertunjukan; seperti ludruk, wayang orang, ketoprak dll. Pemilihan media yang tepat dapat dilakukan untuk memperkenalkan peserta didik pada sumber belajar yang ada dilingkungan sekitarnya.

Media sebagai pembelajaran sejarah tidak hanya terfokus pada buku teks saja, akan tetapi lebih ditujukan pada cara-cara untuk kemudahan pembelajaran sejarah itu sendiri. Dalam penggunaan media juga perlu dipertimbangan ketersediaan sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik.

Media yang digunakan sebagai pembelajaran sejarah dapat disesuaikan dengan kemudahan akses dan penyampaiannya dalam proses belajar sejarah. Semakin mudah diakses semakin memudahkan peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran didasarkan pada materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

B. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar mencakup rujukan yang digunakan, dapat berupa buku teks, alat dan bahan, naskah-naskah tradisional, arsip dan dokumen-dokumen resmi, koran dan majalah sezaman, nara sumber yang dapat memberikan penjelasan tentang suatu kejadian atau peristiwa sejarah, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Buku teks yang digunakan sebagai sumber belajar harus memenuhi kaidah-kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam menentukan sumber belajar mata pelajaran sejarah Indonesia tidak hanya terfokus dari materi buku teks saja, tetapi dapat pula bersumber dari sumber lainnya. Sumber-sumber itu dapat berupa peninggalan-peninggalan sejarah seperti situs-situs sejarah berupa bangunan, monumen, museum, tempat-tempat pengasingan pejuang, dan sebagainya yang ada di sekitar tempat tinggal atau dekat sekolah. Film-film dokumenter, arsip dan dokumen-dokumen resmi, menghadirkan narasumber baik itu pelaku sejarah atau saksi sejarah, majalah dan koran sezaman. Penentuan sumber belajar didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

C. Memilih Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan dapat langsung dinyatakan sebagai bahan ajar yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya. Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

Dalam mata pelajaran Sejarah Indoenesia, penggunaan buku teks sebagai sumber belajar bukanlah satu-satunya, namun dapat pula menggunakan sumber lain, seperti museum, situs sejarah, bahkan mewawancarai narasumber, yaitu orang yang menjadi saksi sejarah atau bisa juga pelaku sejarah bila masih hidup. Selain itu dapat pula digunakan peta, foto-foto tokoh atau peristiwa sejarah dan gambar-gambar tokoh sejarah yang dideskripsikan.

D. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bentuk bahan ajar meliputi :

· Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,

· Audio Visual seperti: video/film,VCD/DVD

· Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH

· Visual: foto, gambar, model/maket.

· Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet

Dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia banyak bentuk bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru. Hal terpenting dari bahan ajar yang digunakan adalah membawa peserta didik untuk mau belajar sejarah dan memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi dan tujuan dari pembelajaran. Dalam materi sejarah guru mengembangkan berbagai keterampilan dalam sejarah dari suatu tema materi. Beberapa keterampilan yang dapat dikembangkan misalnya berfikir kronologis, berfikir kritis, mampu menginterpretasi fakta, dan memecahkan masalah. Untuk mencapai keterampilan tersebut guru dapat mengembangkan lembaran kerja peserta didik. Dalam lembaran kerja tersebut misalnya mengambil tema tentang Pergerakan Nasional di Indonesia. Guru memberikan uraian tentang Pergerakan Nasional secara sistematisdengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Setelah ada uraian kemudian guru mengembangkan tugas-tugas yang menuntun peserta didik untuk mengembangkan keterampilan yang diharapkan.

BAB VI

GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Pembelajaran abad ke-21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi ketika kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang begitu cepat dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran, peserta didik dituntut menguasai dan mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencapai kecakapan berfikir dan belajar.

Kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan yaitu peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan menyelesaikan masalah (problem solving), berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis, bekerja sama, berkomunikasi, dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah dalam setiap rencana pembelajaran.

Karakter pembelajaran abad ke-21 sering disebut sebagai 4C adalah sebagai berikut.

1. Komunikasi (Communication)

Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik.

2. Kerjasama (Collaboration)

Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain.

3. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving)

Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

4. Daya cipta dan Inovasi (Creativity and Innovation)

Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada orang lain, bersikap terbuka, responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

5. Kontekstualisasi pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Indonesia yaitu suatu cara yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejarah yang dikaitkan dengan masa kini dan bersifat kontekstual. Ada beberapa cara dalam melakukan kontekstualisasi mata pelajaran Sejarah Indonesia yaitu; (1) pemanfaatan lingkungan dan fenomena sebagai sumber belajar; (2) pemanfaatan teknologi informasi; dan (3) pemanfaatan buku teks dan LKS.

Sementara itu, menurut peraturan perundangan, guru harus mempunyai 4 (empat) kompetensi, yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi akademik, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam membantu peserta didik beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad ke-21 ini tenaga pendidik juga harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi:

1. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi

Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Disamping itu, guru harus mampu menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh anak didiknya.

2. Kecakapan Berkomunikasi

Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu kepada peserta didiknya. Kecakapan ini meliputi: memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.

3. Kreativitas dan Keingintahuan Intelektual

Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Mereka mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang diperolehnya sekian puluh tahun yang lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup: mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada orang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

4. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem

Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara sistem.

5. Kecakapan Melek Informasi dan Media

Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu menganalisis, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam berbagai bentuk dan media.

6. Kecakapan Hubungan Antarpribadi dan Kerjasama

Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu menghormati perspektif yang berbeda dariorang lain.

7. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi

Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan baik.

8. Pengarahan Pribadi

Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi peserta didik yang perilakunya bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.

9. Tanggung Jawab Sosial

Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi perilaku maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan antarmasyarakat.

Pedoman Mata Pelajaran Sejarah Indonesia SMA-MA (4-6 Feb 2016)38