Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi.pdf
-
Upload
tiin-zhakiah -
Category
Documents
-
view
80 -
download
0
description
Transcript of Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi.pdf
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
1
Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi
Metalurgi didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh sampai
pengolahan logam yang mencakup diantaranya tahapan dari pengolahan bijih mineral,
pemerolehan (ekstraksi) logam, sampai ke pengolahannya untuk menyesuaikan sifat-sifat dan
perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pemakaian untuk pembuatan produk
rekayasa tertentu. Berikut adalah beberapa ruang lingkup dan proses metalurgi:
Casting
Casting atau pengecoran adalah proses fabrikasi logam, di mana logam dicairkan lalu
dituangkan ke dalam suatu cetakan dengan gaya gravitasi atau gaya lain, kemudian dibiarkan
membeku sehingga akan terbentuk logam padat sesuai dengan desain pada cetakan. Pengecoran
merupakan suatu proses manufaktur untuk menghasilkan suatu objek dengan bentuk yang
mendekati bentuk geometri benda jadi. Karena keunggulannya yang dapat menghasilkan produk
yang sederhana sampai rumit dengan berat bervariasi serta proses finishingnya yang minimum
sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu proses, maka pengecoran banyak digunakan dalam
dunia industri.
Casting dikenal juga sebagai proses solidifikasi. Oleh karena itu, struktur mikro dari
benda kerja dapat diatur, seperti struktur butir, transformasi fasa dan presipitasi. Namun, cacat
seperti penyusutan porositas, retak dan segregasi juga sangat berkaitan erat dengan proses ini.
Untuk mengurangi cacat seperti ini biasanya diberikan perlakuan panas guna mengurangi residu
tekanan dan mengoptimalkan mechanical properties benda kerja.
Gambar 1. Gating system for casting. Sumber:
http://thelibraryofmanufacturing.com/metalcasting_basics.html
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
2
Secara garis besar proses pengecoran dapat dibedakan dalam dua proses, yaitu proses
pengecoran dan proses pencetakan. Pada proses pengecoran tidak digunakan tekanan sewaktu
mengisi rongga cetakan, sedangkan pada proses pencetakan logam cair ditekan agar mengisi
rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda, sehingga pada proses
pencetakan cetakan umumnya dibuat dari logam. Pada proses pengecoran cetakan biasanya
dibuat dari pasir. Selain itu juga dapat menggunakan plaster, lempung, keramik atau bahan tahan
api lainnya sebagai cetakan.
Ada beberapa teknik pengecoran logam:
1. Pengecoran pasir, cetakan terbuat dari pasir.
2. Pengecoran bertekanan (die casting), logam cair dimasukkan dengan menggunakan
tekanan ke dalam cetakan pembekuan terjadi dalam kondisi bertekanan.
3. Investment casting atau lost wax casting, lubang cetakan terbuat dari plastik (wax) yang
kemudian dipanaskan hingga meleleh, meninggalkan lubang cetakan sesuai bentuk yang
diinginkan. Teknik ini digunakan untuk mengecor peralatan yang memerlukan tingkat
presisi yang tinggi, seperti perhiasan, mahkota gigi, sudut turbin, dll.
Extrusion
Ekstrusi merupakan proses pembentukan logam yang memiliki tujuan untuk mereduksi
luas penampang. Logam, sebagai benda kerja, dengan panjang dan luas penampang tertentu
dipaksa untuk mengalir melalui die dengan luas penampang yang lebih kecil, sehingga akan
terbentuk luas penampang baru. Panjang bagian yang diekstrusi akan bervariasi tergantung pada
jumlah material benda kerja dan profil ekstrusi.
Ekstrusi adalah proses pembentukan, dan seperti proses pembentukan lainnya, proses ini
dapat dilakukan baik panas maupun dingin. Namun, karena ekstrusi dilakukan dengan cara
menekan bahan logam melalui rongga cetakan dengan gaya tekan yang relatif besar, sehingga
umumnya proses ini dilakukan pada temperatur tinggi. Pada temperatur tinggi, logam memiliki
tahanan deformasi yang rendah sehingga gaya deformasinya menjadi rendah.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
3
Proses ekstrusi dilakukan dengan memasukkan billet berbentuk silindris ke dalam bejana
ekstrusi atau wadah, lalu ditekan ke arah cetakan. Cetakan ditahan dengan kuat pada bejana.
Gaya tekan akan melalui batang penekan, yang kemudian akan mendorong billet untuk
memenuhi bagian dalam bejana. Sebagian logam akan keluar lubang penampang cetakan
menjadi bagian produk. Produk-produk dari proses ekstrusi antara lain batang silinder, tabung
berongga, pipa dan profil-profil lainnya.
Pada awal ekstrusi, proses deformasi berada dalam kondisi non steady, dan pada saat
logam keluar melalui lubang cetakan, deformasi berubah menjadi steady. Namun, pada akhir
proses ekstrusi, deformasi akan kembali menjadi non steady.
Berdasarkan arah aliran produk dan gaya penekanya, proses ekstrusi dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu;
1) Forward extrusion
Pada proses ekstrusi secara langsung, billet diletakkan dalam wadah dan ditekan oleh
penekan ke arah cetakan. Pada proses ini terjadi gerakan relatif antara wadah dan billet. Billet
bergerak dan dinding pada wadah diam. Gerakan relatif ini menimbulkan gaya gesek yang dapat
meningkatkan kebutuhan daya operasi secara keseluruhan.
Gambar 2. Direct extrusion. Sumber: http://thelibraryofmanufacturing.com/extrusion.html
Dalam proses ekstrusi langsung aliran logam melalui cetakan terjadi sesaat setelah
tekanan maksimum dicapai. Kemudian tekanan ekstrusi berkurang karena logam menjadi
semakin pendek dan permukaan gesek semakin berkurang. Produk yang dihasilkan dari proses
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
4
ekstrusi langsung akan keluar bergerak searah dengan gaya tekan yang diberikan terhadap
wadah.
2) Reverse or back extrusion
Pada ekstrusi secara tidak langsung, cetakan terdapat pada penekan berongga, sedangkan
pada ujung wadah yang lain ditutup dengan pelat. Pada ekstrusi tidak langsung ini tidak terjadi
gerakan relatif seperti yang terjadi pada forward extrusion. Hal ini mengakibatkan secara
keseluruhan gaya gesek menjadi rendah dan daya yang dibutuhkan untuk operasi menjadi relatif
lebih kecil.
Gambar 3. Indirect extrusion. Sumber: http://thelibraryofmanufacturing.com/extrusion.html
Pada proses ekstrusi tidak langsung, aliran logam melalui cetakan terjadi sesaat setelah
tekanan maksimum dicapai, tetapi karena pengaruh gesekan sangat kecil, maka tekanan ekstrusi
tidak berubah banyak selama proses berlangsung. Mendekati akhir proses, tekanan ekstrusi naik
dengan cepat sekali, karena itu ekstrusi harus dihentikan dengan meninggalkan sebagian kecil
dari benda kerja yang belum diproses. Produk yang dihasilkan dari proses ini akan keluar dengan
arah yang berlawanan dengan arah gerakan dari penekan atau gaya tekan yang diberikan
terhadap wadah.
Rolling
Rolling atau juga dapat disebut proses pencanaian adalah proses pembentukan logam
melalui deformasi dengan melewatkan suatu benda kerja pada satu pasang roll yang berputar
dengan arah yang berlawanan. Proses rolling ini bertujuan untuk mereduksi luas penampang atau
ketebalan dari suatu logam yang diinginkan.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
5
Gambar 4. Basic principles of rolling. Sumber:
http://www.leonghuat.com/articles/articles%20graphics/hot.ht10.gif
Pada proses rolling, benda kerja akan terjepit diantara dua roll yang memiliki celah yang
lebih kecil daripada ketebalan logam yang akan dicanai. Batang atau lembaran logam yang
melewati roll berputar akan mengalami tegangan tekan dan tegangan geser permukaan.
Tegangan geser yang tejadi akan menimbulkan tegangan gesek antara permukaan roll dan benda
kerja. Gaya gesek inilah yang bertanggung jawab untuk menarik benda kerja agar dapat masuk
ke dalam celah roll. Deformasi yang terjadi akan menghasilkan benda kerja menjadi bertambah
panjang dengan luas penampang atau tebal yang menurun.
Mesin yang digunakan untuk melakukan proses rolling logam disebut Rolling Mill Stand.
Mesin ini terdiri dari satu pasang roll yang digerakkan oleh motor listrik yang mentransmisikan
gaya torsi melalui gigi dan cardans. Roll dilengkapi dengan bantalan dan dipasang dalam stand
dengan mekanisme screw down.
Besar kecilnya diameter roll akan berpengaruh terhadap besar kecilnya deformasi yang
terjadi pada benda kerja. Roll yang berdiameter kecil akan menghasilkan bidang kontak rolling
menjadi kecil, sehingga mengakibatkan rendahnya nilai absolut dari maksimum roll separating
force dan torsi. Hal ini tentunya akan membatasi besarnya deformasi yang diperlukan untuk
mencapai reduksi ketebalan tertentu.
Berdasarkan pada daerah temperatur operasinya, proses rolling dikelompokkan menjadi
dua teknologi, yaitu:
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
6
1. Hot rolling
Hot rolling adalah operasi pencanaian yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi
daripada temperatur rekristalisasi. Pada proses ini, deformasi tidak menyebabkan terjadinya
penguatan pada logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan semakin tingginya
temperatur operasi. Energi deformasi yang dibutuhkan akan menjadi lebih kecil pada temperatur
lebih tinggi. Dengan demikian, deformasi yang dapat dilakukan pada benda kerja yang memiliki
ukuran relatif besar dengan total deformasi besar.
Sebagian dari produk dari hot rolling merupakan produk jadi yang secara langsung dapat
digunakan, biasanya digunakan untuk keperluan konstruksi jalan, bangunan, jembatan, seperti
profil H-Beam, canal-C, U-beam, baja tulangan, dsb. Rel kereta merupakan contoh produk akhir
dari hot rolling yang langsung digunakan.
Sementara sebagian dari produk hot rolling lainnya merupakan produk setengah jadi.
Biasanya dalam bentuk gabungan atau coil. Produk hot rolling pada industri baja misalnya baja
batangan atau wire rod dan baja canai panas atau hot roller coil steel (HRC).
Untuk menjadi produk akhir, produk hot rolling menggunakan kombinasi dari beragam
teknologi pembentukan seperti cold forming, welding, bending, dsb. Tabung LPG merupakan
contoh dari aplikasi dari baja lembaran panas yang dibentuk dengan kombinasi berbagai
teknologi pembentukan seperti deep drawing, cutting, welding dan coating.
2. Cold rolling
Cold rolling adalah suatu proses pencanaian yang dilakukan pada temperatur kamar atau
dibawah temperatur rekristalisasi. Cold rolling umumnya dilakukan setelah hot rolling. Proses
pencanaian dingin ini menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada benda kerja yang
diikuti dengan turunnya keuletan, sehingga benda kerja menjadi lebih kuat, lebih keras dan lebih
rapuh.
Produk cold rolling biasanya dalam bentuk gulungan atau coil dengan tebal lembaran
antara 0.2-2.0 mm dan biasa disebut sebagai baja canai dingin atau colled roller coil steel (CRC).
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
7
Aplikasi dari baja ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan dengan spesifikasi dan
pengaplikasian tertentu, seperti untuk automotif, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dsb.
Sebagian besar dari produk hasil cold rolling merupakan produk antara yang tidak secara
langsung dapat digunakan sehingga melibatkan proses lanjutan agar dapat menjadi produk akhir
agar dapat difungsikan sesuai dengan spesifikasinya.
Untuk menjadi produk akhir, produk cold rolling dibentuk dengan menggunakan proses
forming seperti deep drawing, cold roll forming, bending, scretching, welding dan beberapa
proses lainnya. Badan mobil merupakan contoh yang menggunakan kombinasi dari beragam
teknologi pembentukan.
Forging
Forging dikenal sebagai proses di mana logam akan mengalami deformasi plastis dengan
pengaturan suhu dan tekanan tertentu. Hal ini digunakan tidak hanya untuk mengubah bentuk
daripada benda kerja, tetapi juga mengubah sifat logam itu sendiri karena akan termurnikan
ukuran butirnya sehingga akan mengubah strukturnya.
Forging atau biasa disebut juga sebagai proses penempaan adalah proses pembentukan
logam untuk menghasilkan produk akhir dengan memberikan gaya tekan dengan laju
pembebanan tertentu. Pada pembentukan ini, benda kerja ditekan dengan perkakas melalui
beberapa tahapan. Berbagai parameter seperti kompleksitas bagian, gesekan antara die dan benda
kerja, jenis press, die dan temperatur benda, serta bahan benda kerja akan mempengaruhi proses
penempaan. Proses penempaan dapat dikatakan berhasil apabila rongga die benar-benar terisi
dan stress pada benda kerja kurang dari stress ultimate sesuai dengan material benda kerja,
dengan kekuatan minimum.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
8
Gambar 5. Forging. Sumber: http://www.bestexengg.com/images/forging.jpg
Produk hasil penempaan memiliki struktur serat atau garis alir searah dengan kekuatan
yang diinginkan. Garis alir proses tempa cenderung mengikuti pola bentuk luar benda tempanya.
Pada umumnya proses tempa diaplikasikan untuk menghasilkan bentuk-bentuk yang tidak
beraturan, dengan ukuran mulai dari yang kecil sampai besar.
Operasi tempa pada umumnya dilakukan pada temperatur tinggi atau hot working,
terutama untuk benda kerja ukuran besar. Sebagian operasi tempa lainnya dilakukan pada
temperatur rendah atau cold working untuk benda kerja yang berukuran relatif kecil.
Banyak logam yang ditempa pada suhu rendah (forged cold), tetapi besi dan paduannya
hampir selalu ditempa pada suhu tinggi. Hal ini memiliki alasannya yaitu apabila work
hardening tetap dilakukan, material yang keras seperti besi dan baja akan menjadi sangat sulit
untuk dipadukan. Selain itu, baja dapat diperkuat dengan cara lain selain cold-working, sehingga
akan lebih ekonomis untuk hot forging daripada heat treatment.
Berdasarkan jenis cetakan yang digunakan, operasi penempaan biasanya diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1. Open die forging
Open die forging adalah suatu proses penempaan yang dilakukan dengan cara meletakkan
benda kerja diantara die yang berbentuk datar atau flat die yang berbentuk sederhana. Proses ini
digunakan untuk produk yang berukuran besar dengan produktivitas yang rendah. Proses
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
9
penempaan jenis ini biasanya digunakan untuk memberikan bentuk awal pada benda kerja yang
akan dilanjutkan dengan penempaan yang menggunakan closed die forging.
2. Closed die forging
Closed die forging adalah operasi penempaan dengan menggunakan sepasang die block
yang membentuk benda kerja yang diinginkan secara presisi. Karena dapat menghasillkan
produk yang memiliki toleransi ukuran yang lebih presisi maka closed die forging umumnya
diaplikasikan untuk benda kerja yang relatif kecil.
Pada proses ini, volume benda kerja harus cukup untuk dapat mengisi seluruh rongga
cetakan dengan sempurna. Namun, karena sulit untuk menentukan volume yang tepat, maka
sering digunakan volume benda kerja yang relatif lebih besar sehingga tidak jarang terjadi
kelebihan volume.
Peristiwa ini menyebabkan terjadinya aliran material secara lateral yang melebar ke luar
rongga die dan membentuk pita logam tipis yang biasa disebut sirip atau flash. Flash berfungsi
sebagai katup pengaman kelebihan logam pada rongga cetakan tertutup dan sebagai penghambat
aliran logam sehingga terjadi tekanan yang tinggi untuk memastikan logam akan mengisi rongga
cetakan yang masih kosong.
Proteksi Korosi
Proteksi katodik adalah perlindungan terhadap suatu logam dari serangan korosi. Proteksi
katodik memanfaatkan konsep deret galvanis (mekanisme korosi galvanis) untuk melindungi
logam. Proteksi korosi terhadap logam dapat dilakukan dengan mengubah potensial antar muka
logam dengan lingkungannya.
Secara elektrokimia, proteksi korosi dapat dikelompokkan menjadi proteksi katodik dan
anodik. Pengendalian korosi metoda proteksi katodik dapat dilakukan dengan mengubah
potensial antar muka logam dengan ionnya ke daerah immun dengan memberikan arus katodik.
Penurunan potesial antar muka ke arah immun atau ke daerah yang lebih katodik dapat dilakukan
dengan menghubungkan benda kerja dengan anoda korban dan impress current.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
10
a. Proteksi katodik dengan metode anoda korban
Penggunaan anoda korban untuk sistem pengendalian korosi dapat berbentuk lapisan di
seluruh permukaan logam seperti pada baja yang digalvanisasi. Anoda yang digalvanisasi akan
menyebabkan distribusi arus yang tidak merata pada permukaan logam yang dilindungi.
Anoda yang digalvanisasi adalah logam-logam yang bersifat lebih anodik dari logam
yang dilindungi. Logam yang lebih anodik memiliki sifat yang lebih mudah terkorosi. Logam
yang digunakan sebagai anoda korban, memang sengaja dipasang untuk dikorbankan. Pemilihan
anoda korban didasarkan pada konduktivitas lingkungan, kebutuhan potensial untuk
mendistribusikan arus, kemudian adanta efek samping, dan masalah ekonomi.
Keuntungan proteksi katodik anoda korban diantaranya adalah dapat digunakan tanpa
membutuhkan energi listrik dari luar, hampir tidak memerlukan pengawasan, arus proteksi yang
dihasilkan tidak pernah salah arah, instalasi relatif sederhana, serta penghubung anoda telah
terlindungi secara katodik.
Sementara itu kerugian dari proteksi katodik dengan anoda korban adalah arus yang
tersedia terbatas, bergantung pada luas permukaan anoda, dan penghubung anoda yang
digunakan cukup besar untuk mengurangi kehilangan energi akibat tahanan.
b. Impress current
Proteksi katodik melalui metoda arus yang dipaksakan atau impress current dapat
dilakukan dengan cara menurunkan potensial antar muka logam ke daerah pasif dengan
memberikan arus anodik. Pada proteksi ini dibutuhkan elektroda pembantu. Elektroda pembantu
yang dapat digunakan adalah material atau bahan yang relatif inert ketika berfungsi sebagai
anoda. Bahan yang umum diguanakan adalah grafit, baja rongsokan, timbal, dsb.
Throwing power proteksi katodik dengan impress current ini jauh lebih besar daripada
proteki katodik dengan menggunakan anoda korban. Dengan menggunakan satu anoda bantu dan
dengan menggunakan potensial tinggi, pipa yang dilapis pelindung sepanjang 80 km dapat
diproteksi dengan metoda ini.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
11
Gambar 6. Impress current. Sumber: http://www.scribd.com/doc/87154200/Metode-Proteksi-Korosi
Keuntungan dari proteksi katodik dengan impress current adalah jika sumber tegangan
cukup memadai, maka arus pelindung dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu
penghubung anoda tidak perlu besar karena kehilangan energi akibat tahanan dapat dikoreksi
dengan meningkatkan potensial.
Di sisi lain kekurangan dari penggunaan metode ini adalah harus adanya sumber listrik
arus searah, tidak boleh ada kesalahan sirkuit atau arus salah arah, pemasangan atau perawatan
yang membutuhkan teknisi atau pengawas yang banyak dan terlatih, penghubung anoda yang
harus diisolasi secara sempurna dan tidak boleh menyerap air, serta harus dilengkapi dengan
pelindung anoda.
Selain pengendalian korosi dengan proteksi katodik, sistem juga dapat diproteksi secara
anodik. Sistem proteksi anodik dapat dilakukan dengan cara menaikkan nilai potensial antar
muka logam ke daerah pasif sehingga permukaan logam menjadi lebih anodik. Sistem ini hanya
dapat dilakukan pada logam yang memiliki sifat aktif-pasif yaitu logam-logam yang mampu
membentuk daerah korosi segi tiga dalam diagram potensial-pH. Proteksi anodik dapat dilakukan
deengan dua cara, yaitu proteksi anodik elektrolitik dan proteksi anodik galvanik.
a. Proteksi anodik galvanik
Proteksi anodik galvanik dapat dilakukan dengan menambahkan logam-logam mulia
seperti Pt, Ag, dan Cu sebagai bahan paduan ke dalam logam yang akan dilindungi atau sebagai
pelapis pada benda kerja agar terbentuk permukaan pasif. Logam-logam mulia akan membentuk
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
12
daerah yang bersifat lebih katodik pada permukaan logam sehingga potensial antar muka logam
dapat dinaikkan ke daerah pasif.
b. Proteksi anodik elektrolitik
Proteksi anodik elektrolitik didasarkan pada pembentukan lapisan tipis pasif pada
permukaan logam yang bersifat mampu atau menghambat terjadinya korosi. Proteksi anodik
dengan metode ini dilakukan dengan menaikkan potensial antar muka logam ke daerah pasif.
Metode ini dapat dilakukan untuk mengendalikan korosi pada besi, baja, nikel, kromium dan
paduan lainnya. Dengan menggunakan potensiostat, potensial antar muka logam yang dilindungi
dapat diatur dengan akurasi yang tinggi sehingga logam berada pada daerah pasif.
Referensi:
Sofyan, Bondan T. 2010. Pengantar Material Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Cathodic Protection. http://www.npl.co.uk/upload/pdf/cathodic_protection.pdf. Terakhir diakses
pada 2 September 2013.
Dasar-dasar Pengecoran Logam. http://repository.binus.ac.id/content/D0592/D059224472.doc.
Terakhir diakses pada 2 September 2013.
Forging. http://eng.sut.ac.th/metal/images/stories/pdf/02_Forging.pdf. Terakhir diakses pada 4
September 2013.
Forging. http://portal.tpu.ru/SHARED/p/PRONINA/documents/files/f4.pdf. Terakhir diakses
pada 4 September.
Fundamentals of Cathodic Protection. http://www.nortoncorrosion.com/documents/cathodic-
protection/Fundamentals-of-Cathodic-Protection.pdf. Terakhir diakses pada 2 September 2013.
Metal Extrusion. http://thelibraryofmanufacturing.com/extrusion.html. Terakhir diakses pada 4
September 2013.
Paper Manajemen Proyek Industri “Ruang Lingkup dan Proses Metalurgi”
Tiin Zhakiah, 1206217345
13
Rolling of Metals. http://mcise.uri.edu/vms/ISE%20240/Metal_Rolling.pdf. Terakhir diakses
pada 2 Sepetember 2013.
Metal Rolling. http://thelibraryofmanufacturing.com/metal_rolling.html. Terakhir diakses pada 2
September 2013.