Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

166
BAB I_PENDAHULUAN | 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintahan daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan diberbagai daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPJM) Bidang Keciptakaryaan Kota Makassar disusun dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam kerangka pembangunan infrastruktur bidang/PU Cipta Karya Kota Makassar. Disamping itu, RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kota Makassar disusun dengan memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing sektor dan kelayakan spasialnya dan keterkaitannya dengan Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya.

description

RPIJM KECIPTAKARYAAN

Transcript of Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

Page 1: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh

wilayah Indonesia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai

dengan pemerintahan daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien,

efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh

masyarakat. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah

pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas,

terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan mampu

mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan

diberbagai daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan

kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPJM) Bidang

Keciptakaryaan Kota Makassar disusun dengan mempertimbangkan

kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam kerangka

pembangunan infrastruktur bidang/PU Cipta Karya Kota Makassar.

Disamping itu, RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kota Makassar disusun dengan

memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing sektor dan

kelayakan spasialnya dan keterkaitannya dengan Rencana Tata Ruang yang

ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya.

Page 2: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 2

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan

program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial,

dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya

Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung

Provinsi, Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan

program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui

penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai

embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas.

Dengan adanya RPIJM tersebut, PEMDA Kota Makassar dapat menggerakkan

semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,

mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni

(livable).

RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program

dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario

pembangunan Kota Makassar yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang

ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang

telah disusun didasarkan pada kemampuan pendanaan dan kapasitas

kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan.

Dengan demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Kota

Makassar diharapkan dapat mengakomodasikan dalam perumusan

pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, secara spesifik sesuai dengan

karakteristik dan potensi Kota Makassar agar dapat mendorong

pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan

kualitas pelayanan kepada masyarakat. 1.2. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota

Makassar sebagai berikut :

1.2.1. Peraturan Perundangan

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional;

Page 3: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 3

b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ;

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah;

d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ;

e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara ;

f. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air ;

g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional ;

h. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

j. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

k. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman;

l. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

1.2.2. Kebijakan dan Strategi

a. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang kebijakan Nasional Strategi

Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa

pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan

swcara berencana dan terpadu.

b. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum.

c. Permen PU 21/PRT/M2006 tentang kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan

Persampahan.

d. Keputusan Presiden No.7/2004 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional.

Page 4: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 4

1.3. TUJUAN DAN PENTINGNYA RPIJM

Penyusunan RPJIM Kota Makassar dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengarahkan semua sumberdaya yang dimiliki dan mengupayakan

sumberdaya lain (swasta) untuk terlibat di dalam pelaksanaan program-

program pembangunan yang ada dan untuk mencapai tujuan pembangunan

yang sudah ditetapkan.

RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility

Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang Keciptakayaan.

Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional (oleh

ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog

kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, professional dan lain-

lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kota Makassar dan

melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-

pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan

program investasi, sehingga diperoleh nilai manfaat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang diperoleh melalui RPIJM ini,

adalah :

1.3.1.Bagi Pemerintah Kota Makassar

Manfaat yang dapat diperoleh bagi pemerintah Kota Makassar

sebagai berikut :

a. Mengarahkan program penanganan dan pengelolaan pembangunan

bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.

b. Menjadi acuan koordinasi pembangunan bagi Dinas/Instansi terkait

dalam rangka pembangunan bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.

c. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan pembangunan

bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar kaitannya dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan.

1.3.2.Bagi Masyarakat

Manfaat yang diperoleh masyarakat sebagai berikut :

a. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.

Page 5: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 5

b. Memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam penangangan dan

pengendalian pembangunan bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar

sebagai bahagian dari integral pengembangan wilayah.

c. Membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dikalangan

masyarakat sebagai tenaga kerja lokal dalam rangka pembangunan

bidang PU/Cipta Karya khsusnya dalam kerangka penyiapan infrstruktur

kawasan Kota Makassar.

1.4. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kota

Makassar, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan,

analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam

rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas,

sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan Kota

Makassar dalam Bidang PU/Cipta Karya.

Lingkup kegiatan pennyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota

Makassar, sebagai berikut :

a. Memberikan arahan proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur

Jangka Menengah Bidang PU/Cipta karya terutama yang dibiayai dari

APBN maupun APBD Provinsi dan APBD Kota dalam rangka mendukung

pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya.

b. Mendorong pembangunan Kota Makassar Bidang PU/Cipta Karya yang

mendapatkan prioritas dalam rangka pemerataan pembangunan dan

peningkatan pertumbuhan

c. Terciptanya rambu-rambu, arahan kebijakan dan prioritas Pembangunan

Kota Makassar Tahun 2010-2014

d. Terciptanya komponen program antara lain :

Rencana Pembangunan Kota Makassar Bidang PU Cipta Karya

Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam

penyediaan perumahan dan permukiman, penyehatan lingkungan

permukiman (pengolahan air limbah, pengelolaan persampahan dan

Page 6: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB I_PENDAHULUAN | 6

penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum, dan

penataan bangunan dan lingkungan.

Analisis Mengenai dampak Lingkungan (Amdal)

Analisis Keuangan daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan

Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah

Rencana Pengembangan Kelembagaan daerah

Sedangkan Pendekatan Penyusunan RPIJM Kota Makassar pada

hakekatnya mempertimbangkan hal-hal antara lain :

a. Proses perencanaan yang partisipatif

b. Membangun transparansi dan persepsi bersama

c. Keterpaduan dan keberlanjutan

d. Kelayakan teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan

e. Credit Worthinees dan akuntabilitas

Page 7: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 1

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA MAKASSAR

2.1.KONDISI UMUM

2.1.1. Profil Geografi

Kondisi geografi Kota Makassar sangat di pengaruhi oleh kondisi

wilayahnya. Secara administrasi Kota Makassar memiliki luas wilayah kurang

lebih 175,77 Km2 terdiri atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Berdasarkan

letak geografis wilayah Kota Makassar berada pada posisi 5o8’6’19” Lintang

Selatan dan 119o24’17’38” Bujur Timur dengan batas administrasi wilayah

sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

2.1.2. Profil Demografi

Jumlah penduduk di Kota Makassar menunjukkan kenaikan angka

yang cukup signifikan. Hasil catatan registrasi pada Biro Pusat Statistik

menunjukkan Kota Makassar saat ini dihuni penduduk kurang lebih

1.272.349 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan

pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum

kondisi demografi dan kependudukan Kota Makassar dijelaskan pada kajian

berikut.

Page 8: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 2

Gambar 2.1. Peta Administrasi Makassar

2.1.2.1.Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Makassar

berdasarkan hasil catatan registrasi yang diperoleh didominasi oleh

kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 160.418

jiwa dan penduduk terkecil berusia antara 55-59 dengan jumlah penduduk

sebanyak 31.786 jiwa.

Page 9: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 3

Tabel 2.1. Struktur Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota

Makassar

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4 5

1 0 – 4 67.309 56.306 123.615

2 5 – 9 63.494 66.162 129.656

3 10 – 14 61.488 56.040 117.528

4 15 – 19 60.285 72.389 132.674

5 20 – 24 66.806 87.280 154.086

6 25 – 29 56.272 71.356 127.628

7 30 – 34 55.521 56.561 112.082

8 35 – 39 45.491 52.304 97.795

9 40 – 44 37.014 29.526 66.540

10 45 – 49 25.729 29.164 54.893

11 50 – 54 18.456 24.183 42.639

12 55 – 59 15.296 19.563 34.859

13 60 – 64 18.558 17.179 35.737

14 65 ke atas 18.551 24.066 42.617

Jumlah 610.270 662.079 1.272.349

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2010

2.1.2.2.Laju Pertumbuhan Penduduk

Hasil pendataan yang dilakukan menunjukkan rata-rata laju tingkat

pertumbuhan penduduk Kota Makassar selama lima tahun terakhir dirinci

berdasarkan kecamatan mengalami kenaikan sebesar 7,84% per tahun. Pola

penyebaran penduduk di Kota Makassar secara umum terakumulasi di pusat

kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk,

dan pertumbuhan penduduk dirinci menurut kecamatan di Kota Makassar

pada Tabel berikut :

Page 10: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 4

Tabel 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2005-2009

No

Kecamatan

Tahun Pekembangan Penduduk

(Jiwa)

Pertumbuhan Penduduk (%)

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Mariso 52.803 53.314 53.825 55.516 55.431 3.409 6,76

2 Mamajang 58.875 58.968 59.533 60.394 61.294 2.209 3,85

3 Tamalate 144.458 148.589 150.014 152.197 154.464 15.188 11,26

4 Rappocini 136.725 139.491 140.822 142.958 145.090 10.994 8,47

5 Makassar 80.383 80.874 81.645 82.907 84.143 3.609 13,61

6 Ujung Pandang 27.921 27.941 28.206 28.637 29.064 1.690 6,37

7 Wajo 34.137 34.178 34.504 35.011 35.533 1.814 5,55

8 Bontoala 56.991 60.276 60.850 61.809 62.731 6.269 11,49

9 Ujung Tanah 45.801 47.267 47.723 48.382 49.103 4.061 9,30

10 Tallo 128.141 132.158 133.426 135.315 137.333 9.186 7,39

11 Panakukang 129.967 131.229 132.479 134.548 136.555 6.377 5,06

12 Manggala 92.524 96.632 97.556 99.008 100.484 8.245 9,23

13 Biringkanaya 119.818 125.636 126.839 128.731 130.651 10.792 9,30

14 Tamalanrea 84.890 86.987 87.817 89.143 90.473 5.952 7,27

Jumlah 1.193.434 1.223.540 1.235.239 1.253.656 1.272.349 89.795 7,84

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2010

2.1.2.3.Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan klasifikasinya, struktur penduduk menurut tingkat

pendidikan di Kota Makassar terdiri dari kelompok penduduk yang

berpendidikan sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP),

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan perguruan tinggi (PT). Lebih

jelasnya dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.

Page 11: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 5

Tabel 2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No

Kecamatan

Penduduk Berdasarkan Pendidikan (Jiwa) Persentase (%) SD SLTP SMU PT

1 2 3 4 5 6 7

1 Mariso 846 839 891

15.850 5,98

2 Mamajang 1.349 1.806 1.192

3 Tamalate 1.894 2.519 1.399

4 Rappocini 1.932 1.766 755

5 Makassar 1.629 998 417

6 Ujung Pandang 1.930 3.138 1.662

7 Wajo 534 857 314

8 Bontoala 1.008 825 597

9 Ujung Tanah 935 1.008 599

10 Tallo 2.119 1.688 312

11 Panakukang 1.908 1.680 1.189

12 Manggala 1.702 2.205 1.297

13 Biringkanaya 2.445 2.996 988

14 Tamalanrea 1.580 1.518 762

Jumlah 21.811 23.843 12.374 15.850 5,98

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009

2.1.2.4.Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/tingkat

kesejahteraan pada dasarnya adalah jumlah penduduk yang memiliki

pekerjaan tetap. Pekerjaan tetap yang dimaksudkan adalah PNS, TNI-

POLRI, perdagangan dan jasa, wiraswasta dan lain-lain pekerjaan yang

sifatnya dapat menunjang kelangsungan kehidupan. Struktur penduduk

berdasarkan mata pencaharian/tingkat kesejahteraan di Kota Makassar

dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Page 12: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 6

Tabel 2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat

Kesejahteraan

No

Kecamatan

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (Jiwa) TNI-

POLRI PNS Pedagang Wiraswasta Industri

1 2 3 4 5 6 7 1 Mariso

12.352 14.416 432.337 370.572 123.524

2 Mamajang

3 Tamalate

4 Rappocini

5 Makassar

6 Ujung Pandang

7 Wajo

8 Bontoala

9 Ujung Tanah

10 Tallo

11 Panakukang

12 Manggala

13 Biringkanaya

14 Tamalanrea

Jumlah 12.352 14.416 432.337 370.572 123.524

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009 2.1.3. Profil Ekonomi

Kegiatan ekonomi di Kota Makassar telah memperlihatkan angka

pertumbuhan yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat

dengan meningkatnya income pendapatan per kapita masyarakat.

Peningkatan pendapatan per kapita tersebut berimplikasi pada peningkatan

pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur lainnya.

Page 13: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 7

Berdasarkan data yang diperoleh secara umum pertumbuhan

ekonomi Kota Makassar di dominasi oleh perkembangan sektor pertanian,

industri, listrik gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi serta bank dan

lembaga keuangan.

Gambar 2.2. Peta Tata Guna Lahan Kota Makassar

Page 14: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 8

2.1.4. Profil Sosial Budaya

Sosial budaya/adat istiadat merupakan karakteristik masyarakat

suatu daerah yang dijunjung tinggi secara turun temurun dari suatu

generasi ke generasi berikutnya. Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat

merupakan salah satu aspek yang turut menentukan dalam pelaksanaan

pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan. Kebiasaan yang masih

mengakar sampai saat ini di Kota Makassar antara lain :

• Kultur individualisme cukup tinggi dengan kategori masyarakat

heterogen.

• Upacara adat, antara lain; perkawinan, khinatan, kematian, syukuran

kelahiran bayi dan pesta adat lainnya.

Tabel 2.5. Profil Kemiskinan Kota Makassar Tahun 2005-2008

No

Kecamatan

Angka Kemiskinan (Tahun 2005-2008)

Kategori Kemiskinan (Tahun 2008)

2005 2006 2007 2008 Sejahtera Sejahera I

Sejahtera II

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Mariso

8.996 90.150 90.600

13.095 4.621 2.725 2.867

2 Mamajang 3.510 1.328 663 463

3 Tamalate 9.558 3.332 1.836 1.444

4 Rappocini 2.712 1.233 757 512

5 Makassar 11.599 3.858 3.731 2.247

6 Ujung Pandang 1.823 297 553 518

7 Wajo 4.836 872 687 1.076

8 Bontoala 3.878 570 747 781

9 Ujung Tanah 11.474 1.772 1.179 1.200

10 Tallo 6.514 1.947 2.311 1.823

11 Panakukang 12.165 1.431 1.384 1.664

12 Manggala 7.172 1.469 1.690 1.921

13 Biringkanaya 293 13 247 27

14 Tamalanrea 1.999 1.137 1.289 1.091

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009

Page 15: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 9

2.2.KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA

2.2.1. Kota Makassar

2.2.1.1.Sub Bidang Air Minum

Kondisi prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya sub bidang air

minum terdiri dari; intake dan sistem transmisi, jaringan pipa transmisi,

jaringan pipa distribusi, reservoir dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.

Tabel 2.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Air Minum Kota Makassar Tahun 2006-2008

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit Tahun 2006-2008)

Kondisi 2006 2007 2008

1 2 5 6 7 8

1 Produksi Air Minum (M3) 65.573.612,10 66.548.751,80 70.446.071,22 Baik 2 Cakupan Pelayanan (%) 70,51 72,80 73,75 Baik

3 Pelanggan Aktif (Sambungan) 130.483 135.013 140.457 Baik

4 Pelanggan Non Aktif (Sambungan) 14.320 14.569 14.120 Baik

5 Karyawan (Orang) 738 722 707 Baik 6 Efisiensi Penagihan (%) 82,30 86,35 87,02 Baik

7

Kapasitas Produksi Terpasang (Lt/Dt) 2.340 2.340 2.340 Baik Terpakai (Lt/Dt) 2.240 2.240 2.240 Baik

8 Penduduk Terlayani (Jiwa) 868.818 885.772 921.488 Baik

9 Intake dan Sistem Transmisi (Unit) 5 5 5 Baik

10 Reservoir (Unit) 6 6 6 Baik

11 Pipa Distribusi (M) 3.017.625,24 3.018.937,24 3.033.189,24 Baik

12 Pipa Transmisi (M) 15.390 15.390 15.390 Baik

Sumber :PDAM Kota Makassar, 2009

Page 16: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 10

2.2.1.2.Sub Bidang Sampah

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang harus memerlukan

penanganan. Sumber sampah yang ada di Kota Makassar bersumber dari;

sampah rumah tangga dan sampah yang berasal dari berbagai fasilitas.

Sistem pengelolaan sampah di Kota Makassar saat ini ditunjang dengan

ketersediaan sarana dan prasarana sampah antara lain; bak sampah,

kontainer, motor sampah dan mobil sampah. Untuk lebih jelasnya kondisi

sarana dan prasarana persampahan Kota Makassar dapat dilihat pada data

di bawah ini.

Tabel 2.7. Komposisi Sampah Di Kota Makassar Keadaan Bulan Desember 2010

NO. KOMPOSISI SAMPAH VOLUME ( M3) PROSENTASE

1. Sampah Organik / Organic 2,943.29 79.98%

2. Kertas, Karton / Paper, Carton 289.25 7.86%

3. Plastik / Plastic 320.90 8.72%

4. Metal, Kaleng, Besi, Aluminium/ Metal 68.45 1.86%

5. Karet, Ban / Rubber 34.22 0.93%

6. Kaca / Glass 12.14 0.33%

7. Kayu / Wood 9.94 0.27%

8. Lain - lain / Others 1.84 0.05%

JUMLAH …………… 3,680.03 100.00%

Sumber : Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar

Page 17: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 11

Pertumbuhan timbulan sampah kota Makassar meningkat cukup pesat

dari tahun ke tahun seiring perkembangan kota dan pertumbuhan

penduduk. Dimana dari data pertumbuhan penduduk yang bertumbuh

rerata 1,67%/tahunnya, dengan klarifikasi Kota Metro diproyeksikan 0,0035

m3/orang/hari, maka tahun 2008 sendiri timbulan sampah menjadi 4.215

m3/hari, dengan komposisi sampah organik 87,21%, kertas 4,42%, plastik

5,84% dan selebihnya aluminium, kaca, kayu dan jenis lainnya.

Pengelolaan persampahan di Kota Metropolitan Makassar sejak 2005 secara

kelembagaan sebagian kecil wilayah pengelolaan sampah diserahkan

kepada BUMD yakni PD.Kebersihan untuk 4 kecamatan, dan 10 Kecamatan

lainnya dikelola oleh Dinas Kebersihan, karena menurut anggapan Walikota

pihak PD.Kebersihan belum sanggup dalam pengelolaan persampahan

secara profesional.

Dengan tingkat pelayanan mencapai 82% maka jumlah sampah yang

terangkat menuju ke TPA mencapai 3.456 m3/hari, sedangkan yang tidak

terangkut mencapai 756 m3/hari. Sampah yang tidak terangkut inilah yang

diperkirakan menjadi salah satu kontribusi terhadap sampah sungai dan

sedimentasi.

Saat ini, sistem pelayanan pembuangan sampah di Kota Makassar sudah

dilayani oleh armada sampah yang pengelolaannya dibawah naungan Dinas

Kebersihan Kota Makassar, mulai dari daerah permukiman, daerah

perdagangan, pusat pemerintahan, lokasi kegiatan sosial dan pendidikan.

Page 18: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 12

Tabel 2.8. Timbulan Sampah dan Yang Terangkut Di Kota Makassar Tahun 2009

NO. LOKASI /Location TIMBULAN (M3/hari)

PERSENTASE TERHADAP

TOTAL TIMBULAN

(%)

SAMPAH TERANGKUT

(M3/hari)

PERSENTASE TERHADAP

TOTAL TIMBULAN

(%)

1 2 3 4 5 6

1. Pemukiman :

a Mewah 226.46 6.15 216.81 95.74%

b Menengah 318.42 8.65 282.18 88.62%

c Sederhana 1325.61 36.02 1155.67 87.18%

2. Fasilitas kota :

a Pasar 588.36 15.99 522.99 88.89% b Kawasan perniagaan 134.41 3.65 120.47 89.63%

c Kawasan perkantoran 112.95 3.07 108.82 96.34%

d Kawasan pendidikan 74.68 2.03 67.45 90.32% e Terminal 94.26 2.56 84.32 89.45% f Stasiun Kereta api - - - g Pelabuhan 92.00 2.50 85.78 93.24% h Bandara - - - i Hotel 82.75 2.25 76.52 92.47% j Rumah sakit 86.00 2.34 74.70 86.86% k Sarana Ibadah 22.67 0.62 20.74 91.50%

3. Kawasan Industri 72.98 1.98 64.85 88.86%

4. Perairan terbuka 291.63 7.92 252.78 86.68%

5. Pantai Wisata 16.85 0.46 15.97 94.80%

6. Sungai - - - -

7. Anak sungai - - - -

8. Sapuan jalan dan taman 112.00 3.04 103.32 92.25%

9. Lain - lain 28.00 0.76 24.74 88.34%

Total timbulan sampah kota 3,680.03 100 3,278.12 89.08%

Sumber : Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar

Page 19: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 13

Tabel 2.9. Data Pengoperasian Kendaraan Persampahan Pada Dinas Pertanaman dan Kebersihan Kota Makassar Tahun 2010

No Jenis Kendaraan Usia Kendaraan

Jml 0-5 6-10 11-15 16-20 Diatas 20 tahun

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Mini Truk Kijang - 3 1 - - 4

2 Dump Truk 35 18 8 9 5 75

3 Arm Roll Truck Kecil 15 29 14 - - 58

4 Arm Roll Truck Besar 4 - - - - 4

5 Compactor Truck Kecil - 1 - - - 1

6 Compactor Truck Besar 2 1 - - - 3

Total Kendaraan 56 52 23 9 5 145 108 37 145

Sumber : Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar

2.2.1.3.Sub Bidang Air Limbah

Air limbah yang ada di Kota Makassar bersumber dari; limbah

rumah tangga, fasilitas dan limbah yang berasal dari berbagai aktivitas.

Sistem pengelolaan air limbah di Kota Makassar saat ini ditunjang dengan

ketersediaan sarana dan prasarana air limbah antara lain; mobil penghisap

limbah (tinja rumah tangga. Untuk lebih jelasnya kondisi sarana dan

prasarana air limbah Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.10. Sarana dan Prasarana Air Limbah Kota Makassar Tahun 2003-2007

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit Tahun 2003-2007) Kondisi

2003 2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Mobil Pengangkut Tinja 8 8 8 8 8 4 Kondisi Baik

Sumber :

Page 20: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 14

2.2.1.4.Sub Bidang Drainase

Drainase merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan

infrastruktur bidang PU Cipta Karya. Drainase berfungsi untuk menyalurkan

air hasil buangan rumah tangga dan air hujan, disamping itu drainase juga

berfungsi untuk penanggulangan banjir perkotaan. Kondisi sistem drainase

Kota makassar ini terdiri dari drainase primer (sungai dan laut), drainase

sekunder dan drainase tersier (drainase pada unit-unit permukiman).

Kondisi sistem drainase Kota Makassar dapat dilihat pada penjelasan Tabel

di bawah ini.

Tabel 2.11. Kondisi dan Sistem Jaringan Drainase Kota Makassar Tahun 2003-2007

No

Jenis Sarana Dan Prasarana

Panjang Saluran Yang Telah Dibangun (Tahun) Kondisi 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Drainase Sekunder Panampu - - - 4920 m 4920 m Baik

2 Drainase Sekunder Jongaya - - - 7820 m 7820 m Baik

3 Drainase Sekunder Sinrijala - - - 2360 m 2360 m Baik

4 Drainase Sekunder Pampang - - - 131.040 m 131.040 m Baik

5 Drainase Sekunder Perumnas - - - 1860 m 1860 m Baik

6 Drainase Sekunder Gowa - - - 4890 m 4890 m Baik

7 Drainase Sekunder Antang - - - 1.387 m 1.387 m Baik

Sumber : Dinas PU Bidang Bangunan Air Kota Makassar,2010

2.2.1.5.Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan

Sub bidang tata bangunan dan lingkungan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan bangunan gedung, belum ada Peraturan Daerah yang

mengatur tentang penyelenggaraan Bangunan Gedung, permasalahan

secara spesifik umumnya pada bangunan yang belum memenuhi syarat

teknis maupun keserasian bangunan dan lingkungannya seperti yang terjadi

di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan pada kawasan

khusus seperti kawasan wisata dan kawasan bersejarah. Program penataan

Page 21: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 15

bangunan yang telah dilaksanakan di Kota Makassar terbatas hanya pada

penyusunan RTBL untuk beberapa kawasan kota, sedangkan untuk

pendataan bangunan gedung dan sejenis belum terwujud.

Tabel 2.12. Program Penataan Bangunan Yang Telah Dilaksanakan di Kota Makassar Tahun 2005-2009

No Jenis Kegiatan Penataan Bangunan

Tahun Pelaksanaan Karakteristik Lokasi

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Penyusunan RTBL Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan

2008 Penataan Kawasan Jalan Utama Kota

2 Penyusunan RTBL Kawasan Sungai Tallo 2007 Penataan Kawasan Sungai

Tallo

3 Penyusunan RTBL Kawasan Hertasning Baru 2008 Penataan Kawasan

Hertasning Baru

4 Penyusunan RTBL Koridor Jalan Sultan Alauddin 2009 Penataan Kawasan Jalan

Utama Kota

5 Penyusunan RTH Kota Makassar 2009 Penataan RTH Jalan

Abdullah Dg. Sirua

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sul-Sel,2009

Gambar 2.3. Peta Penataan Bangunan yang telah Terlaksana

Page 22: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 16

2.2.1.6. Sub Bidang Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Pembangunan perumahan dan permukiman yang telah

terselenggara di Kota Makassar, dilaksanakan oleh pengembang

(developer), Perum Perumnas, Pemerintah Kota (Perumahan PNS) dan

swadaya oleh masyarakat. Pembangunan perumahan yang telah terlaksana

selama ini diperuntukkan untuk penduduk yang belum memiliki perumahan

disamping itu pembangunan perumahan untuk mengantisipasi lonjakan

penduduk setiap tahunnya di Kota Makassar yang semakin meningkat.

Pengembangan perumahan yang telah terselenggara, dapat dilihat pada

penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel 2.13. Program Pengembangan Permukiman Kota Makassar Tahun 2003-2007

No Jenis Kegiatan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman

Tahun Pelaksanaan Lokasi

2004

2005

2006

2007

2008

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pembangunan Perumahan Perumnas

2004

2005

2006

2007

2008

Kecamatan Tamalate, Panakkukang, Manggala, Tamalanrea dan Biringkanaya

2 Pembangunan Perumahan PNS - - - 2007 - Kelurahan Manggala

3 Pembangunan Perumahan Yang Diselenggarakan Oleh Pengembang (Developer)

2004

2005

2006

2007

2008

Tersebar Dalam Wilayah Kota Makassar

4 Pembangunan Perumahan Yang Diusahakan Masyarakat (Swadaya)

2004

2005

2006

2007

2008

Tersebar Dalam Wilayah Kota Makassar

Sumber : Survei Tim, 2009

Page 23: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 1

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

3.1. STRATEGI/SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

MAKASSAR 3.1.1.Rencana Struktur Tata Ruang Kota Makassar

Rencana struktur ruang Kota Makassar berguna untuk menciptakan

pembangunan fisik kota dan pemafaatan ruang Kota Makassar yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, suatu rencana struktur ruang kota yang

secara komprehensif mempertimbangkan seluruh aspek perencanaan kota

sehingga terwujud sesuai dengan visi dan misi Kota Makassar. Rencana

struktur ruang Kota Makassar digunakan sebagai pedoman untuk :

Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang

Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

perkembangan antar kawasan terpadu dan khusus serta keserasian antar

sektor pembangunan

Pelestarian dan pengendalian terhadap kawasan lindung

Ruang – ruang struktural merupakan ruang dengan fungsi-fungsi

utama kota yang memiliki fungsi, peranan dan pengaruh yang sangat

besar/vital, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun

alam/lingkungan. Ruang-ruag struktural di Kota Makassar meliputi :

Rencana Persebaran Penduduk

Rencana Pengembangan Kawasan Hijau

Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

Rencana Pengembangan Bangunan Umum

Page 24: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 2

Rencana Pengembangan Kawasan Industri

Rencana Pengembangan Kawasan Pergudangan

Rencana Pengembangan Kawasan Sistem Pusat Kegiatan

Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah

Rencana Intensitas Ruang

3.1.2.Rencana Pengembangan Kota Makassar

Dalam rencana struktur tata ruang kota, yang menjadi kerangka

kota-Urban Struktur adalah jalan – jalan utama kota yang menjadi jalan

primer kota serta alur sungai utama yang penting. Jaringan Jalan Utama

Kota meliputi :

Jalan Lingkar Luar Barat – Utara Outer Ring Road

Jalan Lingkar Luar Utara Outer Ring Road

Jalan Lingkar Kawasan Utara Sungai Tallo

Jalan Lingkar Luar Timur Outer Ring Road (Jalan Rencana Utama

Mamminasata)

Jalan Lingkar Dalam (Rencana Jalan Mamminasata)

Jalan Poros Tengah Utara – Selatan

Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota Bagian Timur

Jalan Poros Tengah Utara – Selatan

Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota Bagian Barat

Jalan Poros Tengah Timur - Barat Pusat Kota

Jalan Poros Timur – Barat Pusat Kota

Jalan Poros Timur – Barat Rappocini – Manggala

Jalan Poros Timur – Barat Tallo – Panakukang( jalan rencana utama

Mamminasata)

Jalan Poros Timur – Barat Pesisir Sungai Tallo

Jalan Poros Timur – Barat Muara Tallo – Tamalanrea

Jalan Poros Timur – Barat Kawasan Idustri Makassar – Tamalanrea

Jalan Poros Utara – Selata Pusat Kota – Batara Bira

Jalan Lingkar Tanjung Bunga – Jeneberang

Page 25: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 3

Jalan Lingkar Delta Sungai Jeneberang

Jalan Lingkar Kawasan Selatan Sungai Jeneberang

3.1.3.Pola Ruang Wilayah Kota Makassar

Pola ruang wilayah Kota Makassar, dilaksanakan berdasarkan arahan

sebagai berikut :

Arahan pengelolaan kawasan hijau lindung

Arahan pemanfaatan ruang kawasan hijau binaan

Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman

Arahan pemanfaatan ruang kawasan ekonomi prospektif

Arahan pemanfataa ruang kawasan pusat kegiatan

Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah

Arahan pengembangan kawasan prioritas

Arahan kebijakan tata guna air, tata guna udara, dan tata guna ruang

bawah tanah.

3.1.4.Strategi Pengembangan Wilayah Kota Makassar

Perumusan strategi dimaksud selain memperhatikan potensi dan

kendala pembangunan yang dihadapi oleh wilayah Kota Makassar, juga

berwawasan lingkungan untuk menjamin terwujudnya proses pembangunan

yang berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah

perkotaan yang optimal perlu diciptakan interkoneksitas untuk mewujudkan

akses melalui penataan sistem prasarana wilayah serta sistem pusat-pusat

pelayanan. Strategi pengembangan Wilayah Perkotaan Mamminasata adalah

meliputi :

Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang

Strategi Pengembangan Sistem Prasarana

Strategi Pengembangan Tata Air

Strategi Pengembangan Kelembagaan

Page 26: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 4

3.1.4.1.Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang

Strategi pengembangan struktur Tata Ruang Wilayah Kota Makassar

adalah membentuk pusat-pusat pelayanan utama yang bersinergi antara

satu sama lainnya. Fungsi yang diembang pada masing-masing pusat

pelayanan tersebut disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan

terwujudnya spesialisasi kemudian setiap pusat-pusat pelayanan saling

dihubungkan melalui sistem transportasi dan memperlancar akses dari dan

ke dalam Wilayah Kota Makassar.

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Ruang diarahkan ke dalam dua

kategori yaitu :

3.1.4.2.Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung

Strategi Pemanfaatan kawasan lindung diperuntukkan bagi wilayah

darat, laut, dan udara Wilayah Kota Makassar, yaitu meliputi:

Penetapan Kawasan Lindung menurut jenisnya pada peta dengan tingkat

ketelitian 1: 50.000 sesuai dengan kriteria lokasi yang ditetapkan pada

KEPPRES NOMOR 32 Tahun 1980.

Pemanfaatan dan Pengendalian Kawasan Lindung sesuai dengan

fungsinya untuk menjamin kawasan wisata alam.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan budi daya yang

terlanjur ada pada kawasan lindung agar tidak merusak kegiatan fungsi

lindung kawasan.

Pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan budidaya dapat dilakukan

secara terbatas sepanjang kegiatan dimaksud memenuhi persyaratan

yang ada (KEPPRES No.32 Tahun 1980).

3.1.4.3.Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Strategi Pemamfaatan Kawasan Budidaya bagi wilayah darat, laut,

dan udara adalah sebagai berikut:

Penetapan Kawasan Budidaya yang berfungsi lintas pada peta ketelitian

1: 50.000.

Pemanfaatan ruang lintas yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan

peningkatan daya saing komoditi yang dihasilkan kawasan tersebut.

Page 27: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 5

Optimalisasi pemanfaatan ruang lintas mengacu pada aspek kesesuaian

fisik ekonomi dan sosial, serta tetap memperhatikan fungsi lindung

untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

3.1.4.4.Strategi Pengembangan Sistem Prasarana

Strategi pengembangan sistem prasarana Wilayah Mamminasata

diarahkan untuk :

Meningkatkan fungsi pelayanan sesuai ekonomi bagi masyarakat dalam

rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas sumberdaya

manusia.

Menciptakan keterkaitan fungsional antara pusat-pusat pelayanan dan

kawasan-kawasan pengembangan.

Meningkatkan kemudahan bagi para pelaku pembangunan untuk ikut

berpartisipasi dalam proses pembangunan Wilayah Kota Makassar.

Starategi Pengembangan Prasarana Wilayah Kota Makassar meliputi :

• Transportasi

• Telekomunikasi

• Energi

a. Transportasi

Transportasi pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku

ekonomi terhadap pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada

di dalam maupun di luar Wilayah Kota Makassar, yang dilakukan dengan

pengembangan, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, dan udara.

Transportasi Darat

Sistem transportasi darat ditingkatkan dengan membangun jalur

“Outer Ring Road” yang menghubungkan internal Wilayah Kota Makassar,

jaringan jalan di dalam dan ke luar Wilayah Kota Makassar. Membangun dan

memfungsikan terminal regional bagian Utara dan Selatan Wilayah Kota

Makassar. Memfungsikan sistem transportsi sungai dan membangun

prasarana dan sarananya.

Page 28: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 6

Transportasi Laut

Meningkatkan fasilitas Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan

samudera/internasional untuk mendukung berkembangnya fungsi pusat-

pusat pelayanan di Wilayah Kota Makassar.

Transportasi Udara

Meningkatkan fasilitas Bandar Udara Hasanuddin agar mampu

berfungsi sebagai Bandara Internasional, sehingga memperlancar aktivitas

perdagangan (Import-Eksport) dan pariwisata di Wilayah Mamminasata.

Telekomunikasi

Strategi pengembangan telekomunikasi diarahkan untuk

meningkatkan distribusi dan kualitas pelayanan telekomunikasi. Wilayah

Kota Makassar diupayakan dilayani oleh fasilitas jaringan telepon terpadu.

Prasarana Energi

• Memanfaatkan berbagai bentuk sumber daya untuk memasukkan

kebutuhan energi untuk industri, konsumsi rumah tangga dan kebutuhan

lainnya.

• Mengembangkan jaringan distribusi energi listrik secara terpadu agar

mampu memasuki energi listrik yang cukup merangsang berkembangnya

sektor perindustrian, khususnya di kawasan yang ditetapkan sebagai

kawasan industri.

b. Strategi Pengembangan Tata Air

Strategi pengembangan tata air di Wilayah Kota Makassar adalah

memfungsikan kawasan lahan basah (wetland) serta ekosistem perairannya

sebagai penahan banjir dengan cara menampung dan menyerap air

permukaan pada musim hujan serta kemudian membebaskannya secara

perlahan pada musim kemarau. Selain itu dengan memfungsikan kawasan

lahan basah (daerah resapan air) (wetland) sebagai penahan banjir dan

penyedia bahan baku air bersih, dapat dilakukan juga dengan membangun

waduk-waduk pengendalian banjir.

Page 29: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 7

c. Strategi Pengembangan Kelembagaan

Strategi pengembangan kelembagaan di wilayah Kota Makassar

adalah dengan mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pemerintah

kecamatan dan kelurahan yang terkait dan di bawah koordinasi pemerintah

kota dalam mengelola pelayanan fisik maupun fungsinya yang bersifat lintas

dan menekankan pada prinsip pembagian keuntungan (profit sharing).

Perumusan strategi dimaksud selain memperhatikan potensi dan

kendala pembangunan yang dihadapi oleh wilayah Kota Makassar, juga

berwawasan lingkungan untuk menjamin terwujudnya proses pembangunan

yang berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah

perkotaan yang optimal perlu diciptakan interkoneksitas untuk mewujudkan

akses melalui penataan sistem prasarana wilayah serta sistem pusat-pusat

pelayanan. Strategi pengembangan Wilayah Perkotaan Mamminasata adalah

meliputi :

Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang

Strategi Pengembangan Sistem Prasarana

Strategi Pengembangan Tata Air

Strategi Pengembangan Kelembagaan

a. Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang

Strategi pengembangan struktur Tata Ruang Wilayah Kota Makassar

adalah membentuk pusat-pusat pelayanan utama yang bersinergi antara

satu sama lainnya. Fungsi yang diemban pada masing-masing pusat

pelayanan tersebut disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan

terwujudnya spesialisasi kemudian setiap pusat-pusat pelayanan saling

dihubungkan melalui sistem transportasi dan memperlancar akses dari dan

ke dalam Wilayah Kota Makassar.

b. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana

Strategi pengembangan sistem prasarana Wilayah Kota Makassar

diarahkan untuk :

Page 30: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 8

Meningkatkan fungsi pelayanan sesuai ekonomi bagi masyarakat dalam

rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas sumberdaya

manusia.

Menciptakan keterkaitan fungsional antara pusat-pusat pelayanan dan

kawasan-kawasan pengembangan.

Meningkatkan kemudahan bagi para pelaku pembangunan untuk ikut

berpartisipasi dalam proses pembangunan Wilayah Kota Makassar.

c. Strategi Pengembangan Kelembagaan

Strategi pengembangan kelembagaan di wilayah Kota Makassar

adalah dengan mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pemerintah

kecamatan dan kelurahan yang terkait dan di bawah koordinasi pemerintah

kota dalam mengelola pelayanan fisik maupun fungsinya yang bersifat lintas

dan menekankan pada prinsip pembagian keuntungan (profit sharing).

3.2. RPJP KOTA MAKASSAR

3.2.1. Arah Pembangunan Kota Makassar

Arah Pembangunan Kota Makassar hingga tahun 2025 di bagi kedalam

dua bagian besar, yakni arah pembangunan umum yang sifatnya

menyeluruh dan memayungi arah pembangunan sektoral atau arah

pembangunan yang bersifat segmentasi, serta arah pembangunan sektoral

itu sendiri dengan bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan

masa depan Kota Makassar.

3.2.2. Umum

Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada

peningkatan kualitas manusia, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan

publik yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur pembangunan,

lingkungan fisik, social, politik dan ekonomi yang kondusif bagi Makassar

yang bermartabat dan manusiawi.

Page 31: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 9

3.2.3.Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang

3.2.3.1.Pengembangan Antar Kawasan

Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan

kota yang seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan

penduduk, perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata

ruang kota dan kelestarian lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan

lingkungan dan kesinambungan pembangunan. Selain itu, pengembangan

Makassar juga diarahkan secara terintegrasi dengan daerah sekitarnya.

3.2.3.2.Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan

perumahan dan permukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana

rekreasi dan wisata, sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan

dengan perkembangan penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang

mendukung, perwujudan Makassar yang berwawasan lingkungan dan

bersahabat.

3.2.3.3.Pembangunan Lingkungan

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan

yang bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya

ketentraman, kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.

3.3. RPJMD KOTA MAKASSAR

3.3.1.Visi

Rumusan visi Makassar 2014 sebagai bagian dari pencapaian visi

jangka panjang sebagaimana yang telah dituangkan dalam Peraturan

Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005 – 2025, yakni

”Makassar sebagai kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa

yang Berorientasi Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling

Bersahabat” adalah bagian tidak terpisahkan / kelanjutan dari Visi

Pemerintah Kota Makassar 2009 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan

Daerah Kota Makassar Nomor 14 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis

Page 32: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 10

Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 yang disempurnakan dengan

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2010

yakni ”Makassar Kota Maritim, Niaga dan Pendidikan yang Bermartabat

dan Manusiawi” sehingga untuk menjamin konsistensi pembangunan jangka

menengah dan jangka panjang dan agar dapat dipelihara kesinambungan

arah pembangunan daerah dari waktu ke waktu, maka disusun Visi 2014 :

”Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”.

Visi ini terinspirasi dari dua hal mendasar, sebagai berikut :

Pertama, yakni jiwa dan semangat untuk memacu perkembangan Makassar

agar lebih maju, terkemuka dan dapat menjadi kota yang diperhitungkan

dalam pergaulan regional, nasional dan global.

Kedua, yakni jiwa dan semangat untuk tetap memelihara kekayaan kultural

dan kejayaan Makassar yang telah dibangun sebelumnya, ditandai dengan

keterbukaan untuk menerima perubahan dan perkembangan, sembari tidak

meninggalkan nilai-nilai yang menjadi warisan sejarah masa lalu.

Pembangunan berkarakter yaitu pembangunan mesti bisa dipahami,

memiliki bahasa publik, dapat dibaca, dapat dilakukan dan adalah sesuatu

yang berbeda antara satu dengan yang ada pada umumnya yang sekaligus

menggambarkan pelaku pembangunan itu sendiri, watak, prilaku individu

yang merancang dan menangani pembangunan itu.

Kriteria pembangunan berkarakter yaitu perlakuan pembangunan

sesuai kebutuhan, mengakselerasi potensi local, fokus dan menyelesaikan

masalah, integratif dan bersifat holistik, memiliki nilai pragmatis dan

filosofis.

3.3.2. Misi

Penjabaran dari visi tersebut, dilakukan melalui 5 (lima) misi sebagai

berikut :

a. Mewujudkan warga kota yang sehat, cerdas, produktif, berdaya saing

dan bermartabat;

b. Mewujudkan ruang kota yang ramah lingkungan;

Page 33: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 11

c. Mewujudkan peran strategis Makassar dalam perekonomian domestik

dan internasional;

d. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas;

e. Mewujudkan kehidupan warga kota yang harmonis , dinamis ,

demokratis dan taat hukum.

3.3.3.Nilai-Nilai

Agar pembangunan kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi

peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara

berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas

berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama.

3.3.4. Kebijakan Pokok Pembangunan

Untuk menopang upaya perwujudan misi yang telah dikemukakan,

akan dilakukan melalui 5 (lima) arahan kebijakan, sebagai berikut :

3.3.4.1.Pengembangan Kawasan, Tata Ruang dan Lingkungan.

Melalui kebijakan ini, pembangunan Makassar diarahkan untuk

memantapkan pemanfaatan ruang wilayah darat, laut dan udara. Demikian

juga, dimaksudkan agar pembangunan wilayah darat, laut dan udara bisa

memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga kota dengan

mengedepankan kenyamanan dan ketentraman melalui pembangunan kota

sejuta pohon, bebas pencemaran lingkungan dengan penataan ruang

berbasis teknologi informasi yang menjamin pembangunan berkelanjutan.

3.3.4.2.Penguatan Struktur Ekonomi.

Melalui kebijakan ini, pembangunan Makassar diarahkan untuk

terciptanya struktur ekonomi yang kokoh pada semua sektor dengan

memberi tekanan pada sektor andalan; perniagaan, jasa dan industri yang

dapat memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

masyarakat yang berimplikasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Page 34: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 12

3.4. SKENARIO PENGEMBANGAN SEKTOR BIDANG PU / CIPTA KARYA

3.4.1. Bidang Air Minum

Air minum merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia. Sejauh

ini masyarakat perkotaan menaruh harapan besar kepada pemerintah

melalui PDAM untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Namun

kenyataan yang dihadapi masyarakat kota, sebagian besar PDAM belum

mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat baik ditinjau dari aspek

kuantitas terutama distribusi air pada saat pemakaian bersamaan (jam

puncak) maupun kualitas air yang didistribusikan.

Ketimpangan pembangunan dalam berbagai wujud pembangunan

umumnya dan khususnya tingkat pelayanan air minum lebih diakibatkan

dengan belum adanya konsep yang terpadu didalam mengembangkan unsur-

unsur pengelolaan dan manajemen PDAM dengan baik. Ketimpangan

tersebut, terutama disebabkan oleh belum adanya tindakan pengelolaan

yang didasarkan tingkat kebutuhan masyarakat yang paling mendasar.

Berdasarkan hal tersebut seharusnya pelayanan air minum daerah

mempertimbangkan aspek-aspek teknis untuk kebutuhan konsumsi air

bersih.

Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat Kota Makassar untuk

memenuhi kebutuhan air minum pada umumnya bersumber dari PDAM dan

sebahagian kecil air tanah (sumur) dangkal/sumur dalam. Potensi air

bersih/minum yang bersumber dari PDAM, secara umum masih dominan

dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Makassar. Tingkat kebocoran teknis

dan non teknis PDAM Kota Makassar tahun 2008 mencapai 49,90% dengan

jumlah rumah tangga terlayani 123.192 unit sambungan dan non domestik

sebanyak 11.834 unit sambungan. Sambungan terpasang pelanggan

sebanyak 154.577 unit sambungan, terdiri dari sambungan aktif sebanyak

140.457 unit sambungan dan non aktif (pemutusan sambungan) sebanyak

14.120 unit sambungan dengan cakupan layanan air bersih mencapai

73,75%.

Page 35: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 13

Sampai dengan tahun 2010 warga masyarakat yang terlayani oleh

PDAM adalah sekitar 60%. Hal ini disebabkan terbatasnya jaringan

distribusi/sumber air baku sehingga masih ada sekitar 40% masyarakat yang

belum terlayani oleh PDAM. Dari 1,2 juta jumlah penduduk Kota Makassar

(Data tahun 2009), 692.308 jiwa sudah terlayani. Dari jumlah tersebut,

59,42% dilayani melalui pipa. Sedang sisanya 2,8% dilayani melalui nonpipa.

Berdasarkan data dari PDAM, luas wilayah distribusi telah mencapai radius

11.250 ha.

Target PDAM adalah pada tahun 2015 masyarakat yang sudah

terlayani adalah minimal 80%. Untuk mencapai hal ini Pemerintah Kota

Makassar merencanakan membangun/meningkatkan kapasitas IPA V Somba

opu menjadi 2000 ltr/dtk.

PDAM Kota Makassar saat ini memiliki lima buah instalasi Penjernihan

Air yaitu IPA I Ratulangi, IPA II PAnaikang, IPA III Antang, IPA IV Maccini

Sombala, dan IPA V Sombaopu.IPA terbesar yang dimiliki PDAM Kota

Makassar adalah IPA V Sombaopu dengan Kapasitas produksi 1000 (seribu)

liter/detik. IPA V Sombaopu melayani kurang lebih 50.000 (lima puluh ribu)

pelanggan yang tersebar di wilayah Kota Makassar. IPA ini mengambil air

baku dari Bendungan DAM Bili-bili yang terletak di Kab. Gowa.

Peningkatan kapasitas IPA Somba Opu V sesuai yang diusulkan oleh

PDAM sebesar 1000 ltr/dtk. Untuk pembangunan fisik termasuk treatment

plan dan jaringan diperkirakan menelan biaya sekitar Rp200 miliar yang

diharapkan bersumber dari dana APBN.

Sementara proses pembuatan Detail Enginering Desain (DED)

diperkirakan akan menelan anggaran sebesar Rp. 8 miliar yang sumber

dananya diharapkan dari PDAM, Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel.

Rencana peningkatan kapasitas menjadi 2.000 liter per detik itu

diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar, tercatat daftar tunggu

pelanggan PDAM Kota Makassar hingga sekarang mencapai 25 ribu SL yang

masih belum bisa dipenuhi manajemen. Hingga Desember 2008 jumlah

pelanggan mencapai 140 ribu SL dan masih yang termasuk daftar tunggu

masih sekitar 25 ribu SL.

Page 36: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 14

Suplay air baku dari Bendungan Bili-bili mencapai 3.000 liter per

detik, hanya saja kemampuan IPA V hanya sampai 1.000 liter per detik,

sehingga masih ada tersisa 2.000 liter per detik.

Luas lahan IPA 5 Somba Opu baru terpakai 6 hektar dari luas lahan

mencapai 15 hektar, jadi masih memungkinkan untuk pembangunan

kapasitas lagi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kajian gambar dan tabel di

bawah ini.

Gambar 3.1. Peta Pelayanan PDAM Kota Makassar

Page 37: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 15

Tabel 3.1. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Kota Makassar Tahun 2009

Sumber : PDAM Kota Makassar, 2009

No Uraian Satuan Sistem Non Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan

1 Pengelola - Masyarakat PDAM Kota Makassar

2 Tingkat Pelayanan % thd total penduduk

26,25% 73,75%

3 Sumber Air Baku

-

1. Air Tanah….% - Sumur Gali - Sumur bor 2. Air Permukaan …..%

4 Kapasitas Sub Sistem Produksi : Kapasitas Terpasang (Desain) Kapasitas Produksi : Produksi Saat Iini Terjual (Dikomsumsi Pelanggan)

l/det l/det

IPA I Ratulangi 50 L/dt IPA II Panaikang 1.000 L/dt IPA III Antang 90 L/dt IPA IV Maccini Sombala 200 L/dt IPA V Somba Opu 1.000 L/dt Terpasang 2.340 L/dt Terjual 2.240 L/dt

5 Jumlah Sambungan

Unit

Kebutuhan Air Domestik SR= 154.577 Unit Kebutuhan Air Non Domestik: KU= 114 Unit TU= 11.654 Unit HU= 66 Unit (tanah, hidran, kebakaran, kegiatan industri, infrastruktur utama)

6 Jam Operasi Sub Sistem Produksi Jam/hari 24

7 Kehilangan Air (UFW)

% 49,90

8 Jam Operasi Pelayanan Jam/hari 24

9

Retribusi/Tarif Berlaku (rata-rata)

Rp/M3

-

(uraikan struktur yang berlaku saat ini)

Page 38: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 16

Gambar 3.2. Peta Sumber Air Bersih PDAM Kota Makassar

Tabel 3.2. Struktur Tarif Air Minum PDAM Kota Makassar

No Klasifikasi Pelanggan Pemakaian Air (Rupiah/Liter) 1-10.000 11-20.000 21-50.000 > 50.000

1 2 3 4 5 6 1 Sosial A 0,260 0,280 0,300 0,550 2 Sosial B 0,300 0,400 0,900 1,600 3 Sosial C 0,360 0,460 1,115 1,780 4 Rumah Tangga A 1,000 1,400 1,990 4,370 5 Rumah Tangga B 1,260 1,740 2,520 5,250 6 Rumah Tangga C 2,020 2,720 3,730 8,745 7 Rumah Tangga D 2,175 2,800 4,350 9,620 8 Konsulat 2,330 3,060 5,290 10,490 9 Instansi Pemerintah 2,330 3,110 4,630 9,925 10 Balai Latihan/Pertemuan 2,330 3,110 4,660 9,925 11 Niaga Kecil 4,350 5,900 7,300 9,320 12 Niaga Menengah 8,390 9,630 10,575 12,430 13 Niaga Besar 9,320 10,250 11,180 13,980 14 Industri Kecil 4,210 5,280 7,145 9,940 15 Industri Besar 10,560 11,900 13,220 15,860 16 Khusus A 15,000 15,000 15,000 15,000 17 Khusus B 17,500 17,500 17,500 17,500 18 Curah 25,00 25,00 25,00 25,00 19 Curah Khusus 60,00 60,00 60,00 60,00

Sumber : PDAM Kota Makassar, 2009

Page 39: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 17

Tabel 3.3. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Perpipaan Kota Makassar Tahun 2009

No Uraian Jenis Kapasitas Dimensi Keterangan

1 2 3 4 5 6 1 a b 2

UNIT AIR BAKU Sumber Sungai Jeneberang Sungai Lekopaccing Trasmisi Air Baku Jaringan Pipa Transmisi UNIT PRODUKSI IPA I Ratulangi IPA II Panaikang IPA III Antang IPA IV Maccini Sombala IPA V Somba Opu

Air Permukaan Air Permukaan Pipa DIP

IPA I Ratulangi 50 L/dt IPA II Panaikang 1.000 L/dt IPA III Antang 90 L/dt IPA IV Maccini Sombala 200 L/dt IPA V Somba Opu 1.000 L/dt

Panjang 15.390 M

Sumber Dana Loan Tingkat I dan Pusat

3 a b

UNIT DISTRIBUSI Reservoir IPA I Ratulang IPA II Panaikang IPA III Antang IPA IV Maccini Sombala IPA V Somba Opu Jaringan Distribusi Jaringan Pipa Distribusi

Ground dan Tower Ground Ground Ground Ground Pipa DIP

1.250 dan 750 M3 10.000 M3 543 M3 400 M3 12.000 M3

Dimensi Pipa Φ 1.100 mm,

1.000 mm dan 900 mm

Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Panjang Pipa Total 11.649 M

4

UNIT PELAYANAN SR Sosial Badan Usaha Industri Instansi Pemerintah Hidran Umum Pelabuhan Laut Bandara Mobil Tangki

154.577 Unit 1.562 Unit 9.524 Unit 114 Unit 546 Unit 66 Unit 9 Unit 2 Unit 13 Unit

3.4.2. Air Limbah

Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah air limbah. Air

limbah di Kota Makassar secara umum bersumber dari; limbah rumah

tangga, limbah industri, limbah kapal, dan hasil buangan dari aktivitas

Page 40: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 18

sosial ekonomi. Berdasarkan karakteristiknya limbah hasil buangan di Kota

Makassar terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Hasil observasi

lapangan yang dilakukan menunjukkan penangangan limbah di Kota

Makassar sepenuhnya belum dikelola secara optimal (tanpa melalui

treatment). Jika tidak diantisipasi sejak awal akan berdampak pada

pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada

pencemaran lingkungan. Kondisi ini secara umum terjadi di daerah kawasan

kumuh Kota Makassar.

Pengembangan jaringan air kotor/limbah domestik ditujukan

untuk mengendalikan dan menanggulangi pencemaran akibat

pembuangan air kotor/limbah cair rumah tangga melalui pengelolaan

secara terpadu, serta non domestik diolah secara khusus melalui IPAL

masing-masing industri sesuai dengan karakteristik industrinya.

Rencana pemanfaatan ruang sistem pengelolaan air limbah Kota Makassar

meliputi :

3.4.2.1.Pengelolaan Limbah Cair Sistem Setempat (On Site Sanitation)

Pengelolaan Iimbah Cair Sistem Setempat (On Site Sanitation)

diterapkan pada kawasan dengan kepadatan relatif rendah, menggunakan

tangki septik dan peresapan. Hingga akhir tahun 2013 penggunaan

tangki septik dan peresapan direncanakan mencapai 80% dari total

penduduk pada kawasan kepadatan rendah.

Diterapkan pada kawasan permukiman di atas air di pesisir pantai,

dengan menggunakan sistem tangki septik terapung yang sesuai dengan

standard untuk pengaruh pasang surut air laut. Hingga tahun 2013

penggunaan tangki septik terapung direncanakan mencapai 90% dari

total penduduk pada kawasan rumah diatas air kepadatan rendah.

Penyediaan prasamna jamban jamak/MCK pda kawasan

permukiman kumuh dan berpenghasilan relatif rendah, dengan kriteria 1 unit

jamban jamak / MCK melayani 5 KK.

Page 41: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 19

3.4.2.2. Pengelolaan Limbah Cair Sistem Terpusat (OffSite Sanitation)

Diterapkan pada kawasan permukiman perkotaan atau kawasan dengan

kepadatan penduduk yang relatif tinggi dengan menggunakan tangki septik

komunal. Hingga tahun 2013 pengelolaan limbah domestik direncanakan

mencapai 80 % dari total limbah cair perkotaan.

a. Diterapkan pada permukiman di atas air dengan septic tank

terapung komunal yang sesual dengan standard teknis untuk pasang

surut air laut. Hingga tahun 2013 pengelolaan limbah domestik

direncanakan mencapai 90 % dart total penduduk kawasan permukiman diatas

air kepadatan tinggl.

b. Kriteria kebutuhan prasarana air limbah dengan tangki septik

komunal adalah 1 unit tangki septik komunal rnelayani 10 - 15 KK.

c. Untuk kawwan strategis dan kawasan pengembangan baru,

pengelolaan limbah memakai sistem assainering (terpusat

menggunakan riol-riol).

Kriteria perencanaan kebutuhan untuk penggunaan sistem assainering,

meliputi:

a. Topografi lahan mencukupi kelandaiannya karena aliran menggunakan riol

b. Pengaliran air limbah dari rumah tangga menuju riol menggunakan

sistem

c. Ukuran riol minimum 200 mm, sambungan pipa rapat air, setiap pergantian

Pada saat tertentu dilakukan penggelontoran air sehingga limbah

yang mengendap atau masih tertinggal dapat mengafir ke tangki

penampungan air limbah dari riol dialirkan ke bak penampungan dengan kapasitas

sesuai kebutuhan bak penampungan harus melalui sistem pengolahan yang

memenuhi standar yang berlaku atau diambil clan dibawa ic2 IPLT untuk

diolah.

3.4.2.3.Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Lain (cuci, mandi)

Pembuangan masih dapat dibuang ke saluran drainase yang ada

mengingat limbah yang terkandung belum begitu besar dan dapat

diuraikan. Institusi untuk menangani pengelolaan air limbah secara

Page 42: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 20

terpadu di Kota Makassar dilakukan oleh Dinas Lisda dan Dinas Kesehatan.

Pengelolaan Limbah Cair Non Domestik direncanakan agar masing-

masing Industri yang ada di- kota Makassar hiharapkan telah memiliki IPAL

untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan sesual dengan

karakteristiknya.

3.4.2.4.Jamban dan Pembuangan Air Limbah Jamban

Masalah yang memprihatinkan pada semua fasilitas umum di Kota

Makassar adalah WC. Kalaupun ada fasilitas WC maka hampir dapat

dipastikan kebersihannya kurang diperhatikan, hal ini tidak hanya terjadi

pada daerah pasar saja, akan tetapi pada semua fasilitas umum seperti

terminal, puskesmas, tempat rekreasi dan lain-lain.

3.4.2.5.Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan tersebut adalah limbah organik berupa

sisa sayuran, sisa organ ikan, sisa organ unggas, sedang limbah anorganik

berupa kantong kresek yang terbuat dari plastik dan kertas. Sebagai salah

satu upaya untuk menjaga kebersihan, Dinas Kebersihan Kota Makassar

Telah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara, Namun kondisinya

sudah banyak yang mengalami kerusakan.

3.4.2.6. Pemahaman, Keperdulian, Sikap, dan Prilaku Masyarakat

Secara umum pemahaman, keperdulian, sikap dan prilaku

masyarakat kota terhadap sanitasi lingkungan masih rendah, kalau tidak

mau dikatakan masih amat sangat rendah. Bukan pemandangan yang aneh,

jikalau mendapatkan masyarakat membuang sampah di kanal, dipinggir

jalan raya, membuang tinja di kanal, atau saluran drainase permukiman,

bahkan sangat sering dijumpai orang membuang sampah di jalan protokol

dari atas mobil bermerek mewah, dan itu bukan hanya dilakukan oleh sang

sopir yang kemungkinan berpendidikan formal yang rendah, tetapi sangat

sering dijumpai yang membuang sampah adalah majikannya yang duduk di

kursi jok belakang, dengan seenaknya membuang kulit kacang, kulit

Page 43: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 21

rambutan/langsat yang telah dimakan isinya, sehingga diperlukan

penggalangan partisipasi masyarakat.

3.4.3. Persampahan

Perencanaan prasarana dan sarana persampahan dilaksanakan oleh

Dinas Kebersihan dan Keindahan, sedang pelaksanaan pembangunannya

dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar. Operasi dan

perawatan prasarana dan sarana persampahan dilakukan oleh Dinas

Keindahan. Pengawasan pengelolaan persampahan dilakukan oleh Struktur

organisasi pengelola persampahan. Hingga akhir tahun 2014 diharapkan

total tingkat pelayanan persampahan Kota Makassar akan mencapai 80%

dari total jumlah penduduk.

Potensi timbulan sampah di Kota Makassar berdasarkan sumbernya

meliputi; sampah rumah tangga, industri, pasar, tempat pelelangan ikan,

sampah jalan dan sebagainya. Jika didasarkan pada sifat dan

karakteristiknya sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas di Kota

Makassar terdiri atas jenis sampah basah dan sampah kering. Hingga saat ini

pengelolaan sampah yang dihasilkan belum dikelola secara optimal, pola

penanganan yang dilakukan masyarakat sebagian masih bersifat

konvensional dengan cara; membakar, menimbun, membuang ke sungai dan

laut terutama lokasi kawasan yang berada di daerah pinggiran kota. Hingga

saat ini volume timbulan sampah yang telah tertangani dan diangkut ke TPA

sebesar 2871,94 m3/hari. Sarana dan prasarana yang digunakan antara lain:

gerobak sampah, kontainer dan armada pengangkutan sampah melalui

dinas kebersihan Kota Makassar.

Page 44: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 22

Tabel 3.4. Sumber Timbulan Sampah di Kota Makassar

No Sumber Sampah Timbulan Sampah (M3/hari)

Persentase (%)

Terangkut (M3/Hari)

Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 1 Permukiman

a. Mewah 256,45 7,20 216,7 7,55 b. Menengah 344,60 9,68 291,19 10,14 c. Sederhana 1.121,95 31,52 948,05 33,01

2 Sarana Kota

a. Pasar 594,00 16,69 402,36 14,01 b. Kawasan Niaga 143,55 4,03 109,1 3,80 c. Kawasan Perkantoran 111,65 3,14 84,85 2,95 d. Kawasan Pendidikan 74,00 2,08 52,43 1,83 e. Terminal 84,00 2,36 69,47 2,42 f. Pelabuhan 125,00 3,51 112,56 3,92 g. Hotel 63,80 1,79 48,49 1,69 h. Rumah Sakit 75,00 2,11 62,34 2,17 i. Sarana Ibadah 33,00 0,93 28,72 1,00

3 Kawasan Industri 79,00 2,22 68,54 2,39 4 Perairan Terbuka 332,00 9,33 264,32 9,20 5 Sapuan Jalan 122,00 3,43 112,82 3,93

Jumlah 3.560,00 100,00 2.871,94 100,00

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2008

Page 45: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 1

BAB IV PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR

4.1. ANALISIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat

pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi

yang akan datang serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas

kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan

kebutuhan dasar. Dengan demikian upaya pembangunan perumahan dan

permukiman diarahkan sebagai salah sektor prioritas dalam pembangunan

manusia indonesia seutuhnya.

Pengembangan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari

dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan

pemerintah dalam mengelolah penyelenggaraan perumahan dan

permukiman. Hal tersebut menjadi salah satu pokok permasalahan untuk

menginterpretasikan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

sehingga diperlukan rumusan kebijakan dan strategi pengembangan yang

lebih mengakar di masyarakat dan dapat diimplementasikan oleh semua

pihak.

Page 46: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 2

4.1.1.Umum

Berdasarkan pada rencana pengembangan Kawasan Permukiman

dalam Tata Ruang Kota Makassar, arahan pengembangannya dikelompokkan

dalam kategori pengembangan kawasan permukiman yang berkepadatan

tinggi, sedang dan rendah. Pengembangan kawasan permukiman ditetapkan

dalam 13 Kawasan Terpadu Kota Makassar yang memungkinkan untuk

dikembangkan, hanya saja dibutuhkan ketentuan-ketentuan baru yang

mengatur pola dan bentuk permukiman yang akan dikembangkan. Pola dan

bentuk tersebut diantaranya menjadikan VISI, MISI DAN STRATEGI masing-

masing kawasan terpadu sebagai tolak ukur penentuan pola dan betuk

permukiman yang ingin dikembangkan dalam 13 kawasan terpadu yang

dimaksud.

Pengembangan kawasan permukiman, secara bertahap diharapkan

akan dilengkapi infrastruktur kawasannya dan sarana dan prasarana

lingkungan, terkait jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat setempat untuk kebutuhan fasilitas umum/fasilitas sosial.

Adapun fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksudkan diatas,

meliputi:

• Fasilitas Pendidikan

• Fasilitas Kesehatan

• Fasilitas Peribadatan

• Fasilitas Olah Raga/Keseian/Rekreasi

• Fasilitas Pelayanan Pemerintah

• Fasilitas Bina Sosial

• Fasilitas Perbelanjaan/Niaga

• Fasilitas transportasi

Secara umum, strategi pengembangan kawasan permukiman dalam

13 kawasan terpadu dilakukan dengan mengembangkan cara-cara progresif

melalui program REVITALISASI, PEREMAJAAN LINGKUNGAN secara TERBATAS

dan TERUKUR dan ataupun MEMBANGUN BARU dari kawasan yang

Page 47: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 3

direncanakan sebagai kawasan permukiman serta mengembangkan sarana

dan prasarana kawasan secara seimbang sesuai kebutuhan masyarakat

setempat.

Tabel 4.1. Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan Terpadu

No KAWASAN TERPADU BRAND LUAS PERUMAHAN

1 Kawasan Pusat Kota Makassar Down Town 2.524.74 Ha 25.00 % 631.19 Ha

2 Kawasan Permukiman Terpadu Lakucini Residential City 2.879.49 Ha 40.00% 1.151.80 Ha

3 Kawasan Pelabuhan Terpadu Paotere Port City 875.52 Ha 10.00% 87.55 Ha

4 Kawasan Bandara Terpadu Biringmandai Airport City 1.288.28 Ha 12.00% 154.59 Ha

5 Kawasan Maritim Terpadu Kuri Marine City 617.61 Ha 15.00% 92.64 Ha

6 Kawasan Industri Terpadu Tamalanrea Industrial Park 966.32 Ha 11.00% 106.30 Ha

7 Kawasan Pergudangan Terpadu Sutami Warehouse Park 1.559.94 Ha 8.00% 392.60 Ha

8 Kawasan Pendidikan Terpadu Tamabiring Education City 3.322.75 Ha 34.00% 1.085.16 Ha

9 Kawasan Penelitian Terpadu Lakkang Scienceland 586.52 Ha 5.00% 29.33 Ha

10 Kawasan Budaya Terpadu Somba Opu Cultural Park 566.63 Ha 9.00% 51.00 Ha

11 Kawasan Olahraga Terpadu BAROMBONG Sport City 939.58 Ha 20.00% 187.92 Ha

12 Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu Tanjung Bunga Waterfront City 674.06 Ha 20.00% 134.81 Ha

13 Kawasan Bisnis Global Terpadu Tanjung Beringin Global City 636.78. Ha 15.00% 95.52 Ha

JUMLAH LUAS 17.146.63 Ha 4.200.39 Ha

PROSENTASI 100.00 % 24.50%

Sumber : Hasil Analisis Tim

Page 48: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 4

Page 49: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 5

Gambar 4.1. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan

Terpadu Kota Makassar

Page 50: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 6

4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman

Profil pembangunan permukiman Kota Makassar pada dasarnya

merupakan pengembangan kawasan perumahan yang telah dijabarkan

dalam 13 kawasan terpadu Kota Makassar, dengan persentase luas ruang

perumahan, sebagai berikut :

a. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman pada Kawasan Pusat Kota

ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 631.19 Ha, dengan

uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :

• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh berat dan sedang termasuk pada kawasan

sepanjang bantaran KANAL KOTA.

• Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh berat secara terbatas.

• Mendorong pengembangan kawasan permukiman secara vertikal dan

memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan gologan

menengah-ke bawah yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang

memadai.

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang

tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkomplek di dalam

kota.

• Membatasi pemanfataan dan pelestarian lingkungan khusus pada

kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah di dalam kota.

• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkugannya.

b. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

Permukiman Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan

seluas 1151, 80 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai

berikut :

Page 51: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 7

• Mengembangkan kawasan permukiman secara vertikal melalui

peremajaan terutama pada lokasi yang kondisinya kumuh berat.

• Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di wilayah

bagian timur kota (antara jalan lingkar tengah dan luar).

• Mendorong pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta

fasilitasnya di daerah pengembangan permukiman Panakukang Mas.

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar

dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam

kawasan.

• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya.

c. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pelabuhan

Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 87,55 Ha

dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :

• Mempertahankan ligkungan permukiman yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

• Megembangkan perbaikan lingkungan pada kawasa permukiman

kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pegembangan

secara vertikal, yang dilengkapi sarana dan prasarana yag memadai.

• Mengembangkan permukiman masyarakat menegah-atas pada areal

reklamasi pantai utara.

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kota

tua/bersejarah dan pelabuhan Soekarno-Hatta sekaligus

melestarikan lingkungannya.

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur

• Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khusus pada

kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kota

• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.

Page 52: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 8

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya.

d. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bandara

Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 154,59 Ha

degan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :

• Mengarahkan pengembangan kawasan permukiman KDB rendah di

sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandara

Hasanuddin dengan upaya mengembangkan budidaya tanaman hias

dan pertanian produktif.

• Mendorong pegembangan peremajaan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh berat, sedang dan ringan.

• Mempertahankan lingkungan permukiman yag teratur yag tersebar

dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam

kawasan

• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya.

e. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Maritim

Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perecanaan Seluas 92,59 Ha

dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana

yang memadai

• Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan

berwawasan lingkungan hidup di kawasan Pantai Utara dan pulau-

pulau yang dihuni di Kepulauan Spermonde.

• Mengembangkan kawasan permukiman baru

• Mempertahankan lingkungan permukiman nelayan yang sudah ada

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

Page 53: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 9

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

f. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Industri

Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 106.30 Ha

dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

kumuh sedang dan ringan secara terukur dan terkontrol

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pengembangan

secara vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan

perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang memadai

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

g. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan

Pergudangan Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan

seluas 392.60 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai

berikut:

• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

kumuh sedang dan ringan secara terukur dan terkontrol

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pengembangan

secara vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan

perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang memadai

Page 54: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 10

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

h. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pendidikan

Tinggi Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas

1.085.16 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

kumuh berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang

memadai

• Mengembangkan kawasan permukiman KDB redah dalam areal

kawasan

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubaha fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkunganya

i. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Penelitian

Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 29.33 Ha

dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh yang berada pada bagian hilir daerah aliran sugai

tallo berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

• Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah dalam areal

kawasan

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubaha fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

j. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Budaya

Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perencanaan Seluas 51.00 Ha

dengan uraian araha pengembangannya sebagai berikut:

Page 55: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 11

• Mengarahkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman warga

dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

• Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khusus pada

kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kota

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

• Mengarahkan pembangunan lingkungan permukiman baru yang

disesuaikan dengan atmosfir ruang kawasan yang ingin dicapai

sebagai kawasan budaya

• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

k. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Olahraga

Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 187.92 Ha

dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

• Mendorong pengembangan kawasan permukiman baru berikut dengan

lingkungan yang sesuai dengan penyediaan sarana dan prasarana

yang memadai

• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

l. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis dan

Pariwisata Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencaaan seluas

134,81 Ha dengan uraian pengembangannya sebagai berikut:

• Mempertahankan kawasan permukiman KDB rendah pada daerah

permukiman Tajung Bunga

• Mempertahankan lingkungan perumahan yang teratur yang terdapat

dalam kawasan

Page 56: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 12

• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukima yang sudah ada dan

sekaligus melestarikan lingkungannya

m. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis

Global Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas

95,52 Ha dengan uraian pengembangan sebagai berikut:

• Mendorong perbaikan dan penataan lingkungan pada kawasan

perencanaan melalui pengembangan secara vertikal yang dilegkapi

sarana dan prasarana yang memadai

• Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah melalui

pengembangan permukiman masyarakat menengah-atas pada areal

reklamasi pantai

• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman

• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada

dan sekaligus melestarikan lingkungannya

n. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh

Berdasarkan pada data BKKBN Kota Makassar tahun 2007 menunjukkan

bahwa konsentrasi terbesar orang miskin berada di Kecamatan Tallo

(4.569 KK), Mariso (2.891 KK), Kecamatan Tamalate (2.833 KK),

kemudian Tamalanrea (2.779KK), Rapocini (2.665 KK), Panakkukang

(2,460 KK), Makassar (2.397 KK) dan Manggala (2.088) KK. Data

tersebut juga menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak yang tigggal di daerah kumuh adalah di Kecamatan Tallo

(29.638), Rappocini (15.684), Tamalate (14.650), Mariso (11.901) dan

Ujung Tanah (11.160). Kecamatan ini berada di pinggiran kota sekitar

daerah utara, timur dan selatan dari pusat kota.

4.1.2.1.Kondisi Umum

4.1.2.1.1.Gambaran Umum

Perkembangan kawasan permukiman di Kota Makassar ditandai

dengan bertambahnya jumlah unit rumah atau meningkatnya luas lahan

permukiman pada kaswasan tertentu. Hal tersebut dapat terjadi akibat

Page 57: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 13

tumbuhnya permukiman secara individu maupun perumahan yang terencana

dan berskala besar yang dikembangkan oleh developer (pengembang), yang

mengakibatkan berubahnya fungsi guna lahan secara mendasar. Penyediaan

perumahan secara terencana biasanya dilengkapi dengan sarana dan

prasarana lingkungan serta memiliki estetika lingkungan yang lebih tertata.

Akan tetapi pada kawasan permukiman yang tumbuh secara alamiah dan

menempati lahan secara tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan

penyediaan sarana dan prasarana lingkungan cenderung mengarah ke

perkampungan kumuh.

Proses pertumbuhan permukiman tersebut merupakan bagian yang

sulit untuk dihindari, demikian halnya dalam perkembangan Kota Makassar

mengalami permasalahan permukiman baik dalam upaya penataan maupun

penyediaan lahan dan fasilitas pendukungnya. Sejauh ini intensitas

perkembangan kawasan permukiman di Kota Makassar terus mengalami

peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduknya, hal

tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah rumah dan lahan

peruntukan kawasan permukiman.

Tingginya permintaan jumlah unit rumah setiap tahun dibarengi

peningkatan lahan permukiman perkotaan merupakan akibat dari

perkembangan jumlah penduduk dan pembentukan kota secara makro baik

yang terencana maupun terbentuk dengan sendirinya. Perkembangan

kawasan permukiman Kota Makassar mengalami proses tersebut yang

dilandasi oleh beberapa hal mendasar yaitu : (1) Kecenderungan penduduk

untuk tinggal secara berkelompok, (2) Dekat dengan pelayanan sarana dan

prasarana, (3) Tinggal disekitar lingkungan kerja. Hal tersebut secara tidak

langsung akan membentuk pola-pola permukiman di Kota Makassar. Pola

permukiman yang terbentuk antara lain : Pola grid, pola linier, pola loop

dan pola rekta linier. Masing-masing pola memiliki karakteristik tersendiri

yang terbentuk berdasarkan kondisi fisik lahan, karakteristik sosial

masyarakat dan orientasi kegiatan ekonomi masyarakat.

Pada awalnya Kota Makassar terbentuk pola permukiman yang linier

yaitu mengikuti pola jalan utama yang ada. Pola linier terbentuk dengan

Page 58: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 14

pertimbangan aksesibilitas dan kemudahan pelayanan fasilitas, pola ini

terbentuk pada jalur-jalur utama dan jalan yang menghubungkan ke daerah

hinterland kota dan kawasan pinggiran. Kemudian pada pusat kota

mengalami perkembangan yang cukup pesat dan membentuk kelompok

permukiman skala besar (urban). Dengan pertimbangan nilai ekonomis

lahan dan pemanfaatan lahan yang seefisien mungkin, sehingga terbentuk

pola grid atau penyebaran bangunan yang hampir merata pada seluruh

bagian pusat kota, pola ini terdapat pada pusat aktifitas kota (kawasan

perdagangan dan kawasan perkantoran lama).

Sedangkan pada daerah pinggiran kota (phery-phery) memiliki

kecenderungan pembentukan pola permukiman yang menyebar dan

membentuk kelompok-kelompok permukiman kecil. Hal ini terbentuk

dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan kecenderungan masyarakat

untuk tinggal dekat dengan lingkungan kerja (sektor pertanian).

Perkembangan pola permukiman pada daerah pinggiran relatif rendah, hal

ini dipengaruhi oleh produktifitas dan orientasi mata pencaharian

masyarakat tertumpu pada lahan pertanian, sehingga kecenderungan

masyarakat untuk bertempat tinggal pada kelompok permukiman yang ada,

atau dengan kata lain proporsi pertambahan jumlah rumah tidak seimbang

dengan perkembangan lahan permukiman.

Kawasan permukiman di Kota Makassar memiliki ciri dan

karakteristik tertentu pada masing-masing bagian kawasan kota. Kondisi

dan karakteristik lingkungan permukiman di Kota Makassar diuraikan

berdasarkan karakteristik pada masing-masing kawasan yang terbagi atas

permukiman pada kawasan pusat kota, permukiman pada kawasan transisi,

dan kawasan permukiman pada kawasan phery-phery (pinggiran).

a. Permukiman Pada Kawasan Pusat Kota

Aktivitas di Kota Makassar berorientasi pada kegiatan perdagangan

dan pelayanan jasa, berimplikasi pada optimalisasi lahan untuk bernilai

ekonomis. Dengan demikian sebagian besar permukiman memiliki fungsi

ganda yaitu sebagai tempat bermukim dan kegiatan usaha (ruko). Sulitnya

mendapatkan lahan permukiman pada pusat kota di Kota Makassar

Page 59: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 15

mengakibatkan kurangnya estetika dalam pemanfaatan lahan permukiman

seperti bangunan pada bantaran sungai, proporsi lahan terbangun dan lahan

terbuka tidak seimbang, sempadan tidak diperhatikan dan lain sebagainya.

Aktivitas pada kawasan ini biasanya memiliki tingkat kepadatan yang

cukup tinggi dibanding kawasan lainnya. Aktifitas pada pusat kota terdiri

dari kegiatan perdagangan dan pelayanan sosial. Dengan demikian lahan

peruntukan permukiman relatif kecil dan memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi. Model kapling permukiman yang terbentuk relatif kecil hingga

sedang, estetika dan proporsi lahan tidak lagi menjadi pertimbangan dalam

pembangunan rumah, akan tetapi lebih mengarah pada peningkatan nilai

ekonomi dan peruntukan kegiatan usaha.

b. Permukiman Pada Kawasan Transisi

Pada kawasan transisi diarahkan pengembangannya untuk

permukiman dengan lahan yang cukup proporsi, sehingga pembangunan

perumahan pada kawasan permukiman ini sangat memungkinkan dilakukan

penataan lebih awal. Sebagian besar permukiman pada kawasan ini

merupakan bangunan permanen dan semi permanen. Kondisi permukiman

sudah tertata dengan perbandingan lahan terbangun dan lahan terbuka

yang lebih proporsi, sehingga estetika dan pengaturan sempadan nampak

dari pengaturan dan perletakan bangunan. Sejalan dengan hal tersebut

pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan ini diarahkan

untuk lebih tertata dengan pertimbangan standar layak huni dan lebih

manusiawi untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

c. Permukiman Pada Kawasan Phery-Phery (Pinggiran)

Permukiman pada kawasan phery-phery di Kota Makassar merupakan

permukiman yang sebagian besar penduduknya berorientasi pada kegiatan

pertanian. Umumnya, permukiman penduduk masih temporer dengan

konstruksi kayu, model kapling cukup luas dan dimanfaatkan untuk apotik

hidup. Pertimbangan utama masyarakat untuk tinggal pada kawasan ini

antara lain : Dekat dengan tempat kerja dan nilai ekonomis lahan relatif

murah dibanding pada kawasan pusat kota. Lahan pengembangan

Page 60: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 16

perumahan dan permukiman pada kawasan ini cukup luas sehingga dapat

diarahkan untuk permukiman yang berwawasan lingkungan. Akan tetapi

dalam proses perkembangan telah mengalami perubahan akibat tekanan

jumlah penduduk Kota Makassar yang cukup tinggi.

4.1.2.1.2.Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar

baik di pusat kota maupun di kawasan pinggiran seperti peningkatan

kualitas lingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur seperti

peningkatan jalan/jembatan, penyediaan air bersih dan sanitasi serta

fasiilitas umum lainnya.

Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya

indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan

kepada masyarakat terutama di kawasan pinggiran Kota Makassar.

4.1.2.1.3.Parameter Teknis Wilayah

Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat

permasalahan sosial ekonomi masyarakat baik di pusat kota perkotaan

maupun di kawasan pinggiran kota seperti peningkatan kualitas

permukiman kumuh perkotaan/nelayan, pembangunan infrastruktur, yang

lebih baik diprioritaskan pada kawasan pinggiran kota dan pada kawasan

permukiman kumuh.

Prosedur standar yang digunakan berdasarkan buku petunjuk oleh

Departemen Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

(permendagri no .13 dan no 59 tentang pedoman pengelolaan keuangan

daerah).

4.1.2.1.4. Aspek Pendanaan

Sumber dana yang digunakan dalam rangka pengembangan

permukiman di Kota Makassar selain yang bersumber dari APBD Kota

Makassar, APBD Propinsi, APBN dan Swadaya masyarakat serta pihak

pengembangan perumahan. Sumber dana APBN selama ini ditujukan untuk

membiayai program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman perkotaan

kumuh/ NUSSP, pembangunan RUSUNAWA dan kawasan yang memiliki

Page 61: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 17

fungsi dominan seperti kawasan wisata dan budaya dengan dana

pendamping atau shering APBD Kota Makassar.

4.1.2.1.5.Aspek Kelembagaan

Penyelenggaraan pembangunan permukiman dilaksanakan oleh Dinas

Tata Ruang dan Bangunan dan Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar dengan

koordinasi dengan instansi terkait lainnya antara lain Bappeda, camat,

kepala kelurahan dan sebagainya. Unsur pelaksana adalah OMS (BKM,

LKMD,DPP) dan Unsur masyarakat lainnya.

4.1.2.2.Sasaran

Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman Kota

Makassar, sebagai berikut :

• Peningkatan kualitas pemukiman kumuh perkotaan pada 45 kelurahan.

• Pembangunan infrasturktur kawasan permukiman diarahkan pada

kawasan permukiman yang berada di wilayah pinggiran Kota Makassar

untuk kategori yang memiliki aksesibilitas rendah, sasaran yang ingin

dicapai adalah peningkatan mobilitas masyarakat.

4.1.3.Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Kota Makassar

Masalah permukiman terkait dengan dinamika perkembangan kota

dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat.

Permasalahan pembangunan permukiman di Kota Makassar adalah meliputi

berbagai aspek seperti aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek

peran serta masyarakat.

Secara umum permasalahan pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman dapat diuraikan sebagai berikut :

• Masih lemahnya kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan

perumahan dan permukiman.

• Secara umum penyelenggaraan di bidang perumahan dan permukiman

belum sepenuhnya optimal, ditinjau dari segi sumber daya manusia,

organisasi, tata laksana, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

• Aspek Pendanaan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman.

Page 62: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 18

Belum tersedianya dana jangka panjang untuk pembiayaan sektor

perumahan, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan

pendanaan dalam pengadaan pembangunan perumahan. Sehingga

memerlukan mobilisasi sumber-sumber pembiayaan yang efektif dengan

mengintegrasikan pembiayaan perumahan ke dalam sistem pembiayaan

yang lebih luas (APBD Kota, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan Swadaya

Masyarakat)

• Aspek Peran Serta Masyarakat.

Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya

partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik

secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

4.1.3.1.Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan

permukiman di Kota Makassar, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek

pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan

hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang

direkomendasikan sebagai berikut :

a. Kelembagaan yang menangani Bidang ke Cipta Karyaan khususnya

pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan

fungsi (tupoksi) yang jelas, serta penempatan tenaga pelaksana sesuai

dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

b. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kota,

APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh satker

berada dalam SKPD.

c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani

program/kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun

organisasi masyarakat.

d. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan

dan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

Page 63: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 19

4.1.4.Analisis Usulan Pembangunan Permukiman

4.1.4.1.Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah adanya

keserasian dan keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman

perkotaan dan perdesaan diharapkan mengacu kepada konsep

pembangunan prasarana kota terpadu antar sektor sesuai dengan rencana

induk sistem prasarana dan sarana yang ada seperti peningkatan kualitas

permukiman kumuh dan pengembangan pemukiman baru, yang ditunjang

dengan pembangunan sektor lainnya seperti pembangunan drainase,

persampahan, pengelolaan air limbah dan pembangunan jalan lingkungan

pada kawasan permukiman Kota Makassar.

Sedangkan sistem infrastruktur perdesaan adalah mengacu pada

konsep TRIDAYA melalui program pemberdayaan masyarakat setempat

meliputi program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh,

peningkatan prasarana dan sarana KTP2D/DPP, dan pembangunan

infrastruktur pemukiman kawasan pinggiran kota Makassar yang ditunjang

dengan pembangunan sektor jaringan jalan kolektor dalam rangka

meningkatkan aksesibilitas masyarakat menuju terwujudnya masyarakat

damai dan sejahtera.

4.1.4.2.Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman

Usulan dan prioritas program pembangunan prasarana dan sarana

permukiman meliputi : pembangunan jalan lingkungan, jalan setapak,

drainase, sanitasi, penyediaan air bersih/minum dan fasilitas umum lainnya

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kegiatan usaha masyarakat di

perkotaan melalui program penigkatan kualitas permukiman kumuh,

program pengembangan infrastruktur perkotaan dan program penanganan

kawasan permukiman yang mendesak untuk segera ditangani.

Page 64: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 20

4.1.4.3.Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Usulan dan prioritas kegiatan pembangunan infrastruktur

permukiman meliputi Kota Makassar Tahun 2010-2014 dapat dilihat Pada

Penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2010

1 Pemasangan paving blok Kelurahan Tamangapa Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Manggala Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Bangkala Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Antang Paket APBD Kota 5 Pengaspalan jalan dirgantara Kelurahan Paropo Paket APBN 6 Pendampingan penyusunan strategi pengembangan kota (SPK) Paket APBN 7 Peningkatan lngkungan pemukiman kumuh Paket APBN

8 Penyediaan PSD bagi Kawasan RSH (Kawasan Manggala Perum PNS Pemda Provinsi Sulsel Paket APBN

B Tahun 2011

1 Pemasangan paving blok Kelurahan Batua 2 Pembangunan Rehabilitasi/Normalisasi Drainase 7 Kecamatan Paket APBD Kota

3 Pengerukan Saluran sekunder 4 lokasi Paket APBD APBD Provinsi

4 Peningkatan Drainase Pemukiman Tamalanrea/Konservasi Kampus Paket APBD Kota 5 Normalisasi Kap. Kolam/Waduk Kampus Paket APBD Provinsi 6 Pembangunan Tanggul Konservasi Danau Paket APBN 7 Pembangunan Saluran Pembuangan Utama Tamalanrea Paket APBN

C Tahun 2012

1 Pemasangan paving blok Kelurahan Maccini Sombala Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Tanjung Merdeka Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Parang Tambung Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Pa'Baeng-Baeng Paket APBD Kota 5 Pemasangan paving blok Kelurahan Mangasa Paket APBD Kota 6 Pemasangan paving blok Kelurahan Bungaya Paket APBD Kota 7 Pemasangan paving blok Kelurahan Barombong Paket APBD Kota

D Tahun 2013

1 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang (Lap.Upacara SD) Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Paccerakkang Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang Raya Paket APBD Kota

E Tahun 2014

1 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Untia Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Pai Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Mariso Paket APBD Kota 5 Pemasangan paving blok Kelurahan Panambungan Paket APBD Kota 6 Revitalisasi Elevasi Jalan pintu I Unhas Paket APBD Provinsi

Sumber : Hasil Analisis

Page 65: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 21

Gambar 4.2. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2010

Gambar 4.3. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2011

Page 66: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 22

Gambar 4.4. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2012

Gambar 4.5. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur

Permukiman Kota Makassar Tahun 2013

Page 67: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 23

Gambar 4.6. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2014

4.1.4.4.Analisis Kerangka Dasar Pembangunan Permukiman

Kerangka pengembangan dasar pengembangan perumahan

permukiman di Kota Makassar pada dasarnya dilaksanakan dengan

memperhatikan konsep pengembangan tata ruang wilayah yang terdiri dari

3 kawasan utama dan prioritas pada kawasan keterpaduan untuk

pengembangan permukiman :

Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi keserasian lingkungan hidup yang mencakup

sumberdaya alam dan sumber daya buatan

Kawasan penyangga, merupakan kawasan yang dikembangkan secara

terbatas dengan tujuan untuk melindungi kerusakan kawasan lindung

dengan tepat

Kawasan urban/ perkotaan, merupakan kawasan yang mempunyai

kegiatan non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

Page 68: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 24

permukiman, pertokoan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi.

4.2. ANLISIS INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

4.2.1.Umum

Rencana penataan bangunan dan lingkungan Kota Makassar saat ini

lebih diarahkan pada kawasan pusat perdagangan dan transportasi,

kawasan industri, kawasan permukiman skala besar, kawasan bersejarah

dan pariwisata serta kawasan pusat pemerintahan. Dengan demikian

adanya rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada kawasan

tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan dan

mendorong peningkatan jasa di sektor perdangan transportasi dan

pariwisata.

4.2.1.1.Penataan Bangunan

4.2.1.2.Permasalahan Penataan Bangunan

Penyelenggaraan bangunan di Kota Makassar sesuai dengan aturan

yang dipersyaratkan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur

Jendral Cipta Karya maupun peraturan dan perundang-undangan lainnya

yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk belum

adanya peraturan Daerah yang mengatur tentang penyelenggaraan

Bangunan Gedung, permasalahan secara spesifik umumnya pada bangunan

yang belum memenuhi syarat teknis maupun keserasian bangunan dan

lingkungannya seperti yang terjadi di kawasan perumahan, perkantoran,

perdagangan dan pada kawasan khusus seperti kawasan wisata dan kawasan

bersejarah. Dilain pihak masih tingginya pelanggaran bangunan yang tidak

mentaati garis sempadan jalan, sungai, pantai dan kawasan non budi daya

lainnya.

Page 69: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 25

4.2.1.3. Penataan Lingkungan

Kegiatan penataan lingkungan untuk mendukung fungsi kawasan

tertentu belum dilakukan karena belum optimalnya kinerja instansi yang

berwenang yang melakukan perencanaan, pengaturan dan pembinaan

teknis maupun dalam pelaksanaan fisik dilapangan. Dilain pihak masih

terbatasnya kemampuan sumber daya manusia aparatur daerah yang

menangani dan masih terbatasnya kemampuan APBD untuk mendanai

kegiatan-kegiatan tersebut serta masih kurangnya pemahaman tentang

pentingnya penataan lingkungan dalam rangka mendorong peningkatan

fungsi kawasan seiring dengan meningkatnya lapangan kerja dan

pertumbuhan ekonomi kerakyatan.

4.2.1.4. Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sampai saat ini upaya-upaya penataan bangunan dan lingkungan baik

ditingkat penyusunan rencana maupun pelaksanaan fisik dilapangan belum

optimal pelaksanaannya dan realisasinya masih bersifat parsial.

4.2.1.5. Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota Makassar

Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan pada kegiatan

penataan bangunan gedung seperti bangunan perkantoran dan rumah

dinas, sedangkan penataan lingkungan belum dilakukan secara optimal dan

berkesinambungan.

4.2.2. Profil Rincian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kondisi fisik bangunan gedung dan lingkungan sudah mulai

menunjukkan tanda-tanda kekumuhan pada daerah perkotaan yang

merupakan daerah urban dan pada kawasan kumuh nelayan dengan

pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tanpa melihat secara detail

rencana tata ruang yang ada/tanpa melaporkan izin pada dinas tata ruang

Kota Makassar, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penataan kota sehingga

akan menimbulkan kekumuhan dan dampak lingkungan lainnya, rendahnya

kemampuan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat miskin kota,

Page 70: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 26

pengetahuan tentang desain bangunan dan faktor sosial budaya masyarakat

yang masih rendah.

4.2.2.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Secara umum penataan bangunan dan lingkungan di Kota Makassar

khususnya di daerah perkotaan dan kawasan pinggiran sudah dilakukan

berdasarkan rencana tata ruang yang ada, namun beberapa pembangunan

gedung yang dilakukan oleh masyarakat hanya mengikuti selera sehingga

struktur dan model serta luas lahan yang digunakan tidak mengikuti kaidah

yang sudah ditetapkan dalam konsep tata ruang dan aspek teknis sering

diabaikan sehingga hasilnya kurang baik. Oleh karena adanya pelaksanaan

bangunan seperti itu maka perlu dilakukan pembenahan oleh pihak

berkompeten secara tegas dan konsisten, namun tetap dilakukan secara

persuasive sehingga pembangunan yang berjalan tidak menimbulkan

dampak buruk terhadap lingkungan.

4.2.2.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pertimbangan lingkungan selalu menjadi aspek utama dalam proses

perencanaan, termasuk dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan.

Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kondisi bangunan

gedung dan lingkungan diperoleh gambaran sebagai berikut :

Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di daerah

sekitar pantai dan daerah bantaran sungai umumnya tidak memenuhi

kriteria teknis suatu bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan

dan elevasi sehingga sering terjadi kebakaran, menimbulkan lingkungan

kumuh karena tidak teratur dan rutin dilanda banjir yang disebabkan air

pasang, terutam bila musim hujan apalagi jika banjir bersamaan naiknya

air pasang, kondisi genangan di areal permukiman bisa bertahan

berhari-hari sehingga berpotensi menimbulkan berbagai macam

penyakit.

Khusus di kawasan pinggiran kota intensitasnya sudah menunjukkan

gejala pembangunan yang cukup tinggi dan sporadis sehingga

Page 71: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 27

memerlukan pengendalian dalam bentuk penataan bangunan dan

lingkungan.

4.2.2.3. Permasalahan Yang Dihadapi

Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di koridor

jalan utama Kota Makassar, serta kawasan pesisir dan bantaran sungai yang

umumnya dihuni oleh kaum nelayan yang tergolong kelompok

berpenghasilan rendah umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu

bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi, sehingga

menimbulkan lingkungan kumuh hal ini disebabkan oleh karena tidak

teratur dan rutin dilanda banjir akibat air pasang, terutama bila musim

hujan menyebabkan terjadi banjir bersamaan air pasang, kondisi genangan

di areal permukiman bisa bertahan berhari-hari sehingga berpotensi

menimbulkan berbagai macam penyakit.

4.2.2.4. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sasaran penataan bangunan gedung dan lingkngan di Kota Makassar,

sebagai berikut :

a. Optimalisasi penyelenggaraan penataan bangunan gedung yang tertib,

fungsional, andal dan efisien.

b. Optimalisasi penyelenggaraan bangunan dan lingkungan permukiman

yang produktif dan memiliki berjatidiri.

c. Optimalisasi penyelenggaraan penataan, revitalisasi kawasan dan

bangunan dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi,

d. Optimalisasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan akan

mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan

gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan

budaya lokal

e. Agar pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung

guna menunjang pembangunan regional/internasional yang

berkelanjutan.

Page 72: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 28

4.2.3.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Wujud bangunan dirancang dengan dasar pertimbangan fungsi

bangunan, khususnya bangunan perdagangan harus bersifat rekreatif dan

dinamis serta memberikan dampak psikologis yang mendukung sebagai

bangunan bisnis. Disamping itu faktor lain yang perlu diperhatikan dalam

mengolah wujud bangunan yaitu : kondisi topografi, iklim lingkungan, ciri

arsitektur tropis, mencerminkan budaya setempat, keserasian dengan

lingkungan sekitar serta mempertimbangkan pemakaian bahan bangunan

lokal yang berkualitas baik.

Untuk wujud bangunan yang menyangkut fungsi bangunan yang

menumental atau meyangkut lingkungan kota atau memerlukan penampilan

bangunan yang bercirikan tradisional atau khas daerah maka perlu

dikonsultasikan dengan tenaga ahli yang telah berpengalaman.

4.2.3.1.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kota Makassar yang belum menyelesaikan perda bangunan gedung

yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG. Masih tidak dilibatkannya Tim

ahli bangunan gedung yang berfungsi dalam pembinaan penataan bangunan

dan lingkungan. Pemda belum menerbitkan sertifikasi layak Fungsi (SLF)

bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan baru hasil

pembangunan.

4.2.3.2.Rekomendasi

Guna mendukung penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan di Kota Makassar, beberapa hal yang direkomendasikan sebagai

berikut :

a. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional,

andal dan efisien.

b. Pemda harus bertindak sebagai policy dalam penyelenggaraan

lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri.

c. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar

dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi,

Page 73: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 29

d. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk

mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan

gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan

budaya lokal

e. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung

untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang

berkelanjutan.

4.2.4.Program Yang Diusulkan

a. Melakukan penataan bangunan agar dapat memberi nilai tambah fisik,

ekonomi dan sosial.

b. penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur

perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi

dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal

c. Pengembangan permukiman masyarakat agar produktif dan berjatidiri.

4.2.4.1.Usulan dan Prioritas Program

Penetapan kebijakan strategi, penyusunan norma standar dan

pedoman, koordinasi pengembangan perumahan, sosialisasi perundang-

undangan bidang perumahan, koordinasi pembangunan perumahan dengan

lembaga/badan usaha, fasilitas dan stimulasi pembangunan perumahan

masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat,

monitoring, evaluasi dan pelaporan.

4.2.4.2.Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Program Priorotas Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di

Kota Makassar Tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Kajian Tabel di bawah

ini.

Page 74: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 30

Tabel 4.3. Usulan Prioritas Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2011

1 Pembangunan Kantor Camat Mariso Unit APBD Kota 2 Pembangunan Kantor Camat Tamalate Unit APBD Kota 3 Pembangunan Kantor Camat Ujung Tanah Unit APBD Kota 4 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 5 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung 6 Org APBD Kota

B Tahun 2012

1 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 2 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 3 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 4 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 5 Pembangunan Taman Baca Komp.Hartaco Jaya Unit APBD Kota 6 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 7 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana umum Paket APBD Kota 8 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung 6 Org APBD Kota

C Tahun 2013

1 Pembangunan Posyandu 2 Unit APBD Kota 2 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 3 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 4 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 5 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 6 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 7 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 8 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 9 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 10 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 11 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 12 Pelatihan teknis 6 Org APBD Kota

D Tahun 2014

1 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 2 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 3 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 4 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 5 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 6 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 7 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 8 Pembangunan Taman Baca Pulau kodingareng Unit APBD Kota 9 Pembangunan Taman Baca Pulau Lae-Lae Unit APBD Kota 10 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 11 Pelatihan teknis 6 Org APBD Kota

Sumber : Hasil Analisis

Page 75: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 31

Gambar 4.7. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2010

Gambar 4.8. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan

Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2011

Page 76: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 32

Gambar 4.9. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan

Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2012

Gambar 4.10. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan

Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2013

Page 77: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 33

Gambar 4.11. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2014

4.2.4.3.Pembiayaan Proyek Penyediaan pengelolaan

Sumber pembiayaan penyelenggaraan proyek penataan bangunan

dan lingkungan Kota Makassar bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi

dan APBD Kota dan masyarakat serta kalangan swasta.

4.3. ANALISIS INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH

4.3.1.Umum

Sub bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk

mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan

yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang

dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal waste water) yang

terdiri atas limbah domestik (rumah tangga) yang berasal air sisa mandi,

cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah

Page 78: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 34

industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan

Berbahaya (B3).

4.3.2.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kota Makassar

Penanganan masalah pengelolaan air limbah dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Makassar sifatnya mutlak, tetapi dilakukan secara

berkala dikembangkan/disediakan untuk penduduk. Prioritas

pengembangan pada daerah-daerah yang belum terjangkau dan lebih

difokuskan pada kawasan permukiman kumuh.

4.3.3.Profil Pengelolaan Air Limbah

Profil pengelolaan limbah Kota Makassar pada dasarnya adalah untuk

mengetahui sejuah mana proses yang telah dilakukan selama ini. Air limbah

yang dihasilkan umumnya bersumber dari air limbah rumah tangga, industri

dan beberapa fasilitas. Proses pengelolaannya dilakukan dengan

menggunakan truk pengangkut/penghisap limbah yang dikelola oleh Dinas

Kebersihan Kota Makassar sedangkan air limbah yang dihasilkan oleh

industri sejauh ini telah memiliki wadah (penampungan) yang dilakukan

oleh masing-masing unit industri.

4.3.4.Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Sistem pengolahan Air Limbah di Kota Makassar dengan sistem on

site (penanganan setempat) yang terbagi atas :

a. Pengelolaan oleh masyarakat/rumah tangga, dengan membuat jamban

keluarga dan septicktank sendiri.

b. Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk

tempat umum dengan membuat MCK umum dan septick tank komunal.

4.3.4.1.Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

bagi masyarakat saat ini belum terasa secara luas, akan tetapi pada

kawasan tertentu seperti pada lingkungan kegiatan ekonomi seperti rumah

makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini belum dilakukan

Page 79: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 35

netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir

pembuangan yang selama ini sudah mulai terasa. Oleh karena untuk

mengantisipasi akibat yang ditimbulkan pada tahun mendatang seiring

dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat

memerlukan dukungan peraturan dan master induk penanganannya agar

tidak menimbulkan masalah dikemudian hari termasuk untuk penanganan

limbah hasil buangan rumah tangga, khususnya pada kawasan permukiman

kumuh yang masih mengandalkan saluran drainase sebagai saluran

pembuangan.

4.3.4.2.Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah

dilakukan pada jenis limbah tertentu seperti untuk tinja, akan tetapi untuk

limbah lain perlu pula dilakukan penanganan karena hal tersebut tidak

kurang pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan yang pada akhirnya

bermuara pada pencemaran lingkungan.

4.3.4.3.Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Kota Makassar saat ini telah memiliki sistem pembuangan air limbah

terpusat, akan tetapi fungsinya belum optimal dari kapasitas yang ada saat

ini berupa bangunan intalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) penanganan

pembuangan air limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh

masyarakat dengan membuat jamban keluarga dan septictank.

4.3.4.4.Permasalahan Yang Dihadapi

Dengan belum tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air

limbah sehingga air buangan kota dan buangan rumah tangga, maka akan

menimbulkan pencemaran pada sungai dan laut, disamping itu masih belum

terpisahnya antara drainase air hujan dengan limbah buangan rumah tangga

sehingga volumenya menjadi besar yang menyebabkan kapasitas sarana

yang diperlukan dalam mengolah limbah tersebut cukup besar.

Permasalahan yang dihadapi pada sektor air limbah Kota Makassar

sebagai berikut :

a. Lemahnya kelembagaan yang menangani sektor air limbah kota.

Page 80: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 36

b. Upaya optimalisasi limbah air buangan belum optimal dilakukan,

khususnya pada kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi.

c. Operasiopnalisasi sarana dan prasarana pengelolaan limbah hasil

buangan belum optimal dalam penyelenggaraan dan pelaksanaannya.

d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah, khususnya

limbah hasil buangan rumah tangga belum optimal.

4.3.5.Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah

Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah terutama

sampah perkotaan dan air limbah rumah tangga, khususnya pada rumah

makan dan sejenisnya yang selama ini cukup memberi sumbangan yang

besar terhadap produksi air limbah di lingkungan pusat kota, sedang pada

kawaasan pinggiran masih sangat kecil dan masih dapat ternetralisir secara

alamiah.

4.3.5.1. Alternatif Pemecahan Persoalan

Disamping perlunya dibangun sarana dan prasarana pengolah air

limbah, maka saluran pembuang air hujan yang selama ini tergabung

dengan air limbah buangan rumah tangga, limbah perkotaan dan

sebagainya, maka untuk mengefisienkan dana yang diperlukan sarana

pengolah air limbah yang diperlukan maka antara saluran air limbah dan

saluran limpasan air hujan harus dipisahkan.

4.3.5.2. Rekomendasi

Menfgantisipasi permasalahan yang dihadapi untuk penanganan

sektor air limbah di Kota Makassar seperti yang disebutkan pada analisis

permasalahan diatas, maka direkomendasikan untuk membangun sarana

dan prasarana pengolah air limbah untuk berfungsi menetralisir beban

pencemaran air limbah/buangan sebelum dilepas pada pembuangan akhir

yaitu sungai dan laut.

Page 81: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 37

4.3.6.Sistem Prasarana Yang Diusulkan

Optimalisasi pengolahan air limbah dapat dicapai untuk tujuan dan

sasaran peruntukannya, khususnya untuk menangani pada kawasan pada

penduduk, sehingga perumusan program dilakukan secara terencana dan

terarah dan dikuatkan dengan peraturan hukum mengenai sanksi bagi yang

melanggar kesepakatan yang telah disepakati tentang keharusan setiap

individu, lembaga dan swasta yang menghasilkan limbah wajib melakukan

pengolahan limbah secara terpadu sebelum di buang ke tempat

pembuangan akhir.

4.3.6.1.Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan

Baik pengelolaan pengolahan air limbah dari tinja maupun buangan

rumah tangga dan dari berbagai sumber lainnya perlu dilakukan

pengembangan seiring dengan bertambahnya jumlah penghasil air limbah,

demikian pula tentang umur ekonomis dan cakupan pelayanannya, hal ini

perlu diproyeksikan perencanaan jangka menegah dan jangka panjang.

4.3.6.2.Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan prioritas program terutama ditujukan untuk air limbah

industri yang dianggap berbahaya bagi manusia dan lingkungan, juga

buangan rumah tangga dan kegiatan ekonomi produktif lainnya yang

menghasilkan limbah. Program pengelolaan Air Limbah yang diusulkan

adalah penyediaan sarana dan prasarana dijelaskan dalam Kajian tabel dan

gambar di bawah ini.

Page 82: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 38

Tabel 4.4. Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota

Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2011

1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Tamalate Unit APBD Kota 2 Persiapan Lahan IPAL Losari Unit APBD Kota 3 Pembangunan IPAL Kawasan Losari Unit APBN

B Tahun 2012

1 Pembangunan IPAL Untuk Rusunawa Unit APBD Provinsi 2 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Mariso dan Mamajang Unit APBD Kota

C Tahun 2013

1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Makassar, Bontoala dan Ujung Pandang Unit APBD Kota

D Tahun 2014

1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Manggala, Panakkukang dan Biringkanaya Unit APBD Kota

Sumber : Hasil Analisis

Gambar 4.12. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2010

Page 83: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 39

Gambar 4.13. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2011

Gambar 4.14. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem

Air Limbah Kota Makassar Tahun 2012

Page 84: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 40

Gambar 4.15. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem

Air Limbah Kota Makassar Tahun 2013

Gambar 4.16. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2014

Page 85: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 41

4.3.6.3.Pembiayaan Pengelolaan

Upaya penanganan air limbah Kota Makassar untuk dapat memenuhi

tujuannya maka diperlukan sosialisasi dan pemahaman diberikan kepada

segenap lapisan masyarakat baik sebagai individu, lembaga swasta,

kelompok industri dan seluruh pihak terkait agar penanganan pengolahan

air limbah ini dilakukan secara partisipatif demi kebaikan bersama,

sehingga beban pemerintah untuk investasi pembangunan prasarana dan

sarana air limbah yang diperlukan dapat diminimalkan. Skenarionya perlu

dilakukan secara profesional antara pemerintah, masyarakat dan swasta.

Mengingat dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan cukup

signifikan maka sumber pendanaan khususnya pihak pemerintah dapat

bersumber dari pemerintah kota, provinsi maupun APBN. 4.4.Analisis Investasi Sub-Bidang Persampahan

4.4.1.Umum

Bahwa untuk mendukung program pemerintah Kota Makassar sebagai

kota yang bersih dan manusiawi, maka tugas pokok Dinas Kebersihan kota

adalah menciptakan lingkungan perkotaan yang bersih dan indah, khususnya

dalam penanganan sektor persampahan. Kondisi sistem persampahan Kota

Makassar saat ini dikelola melalui penyediaan bak sampah (kontainer),

TPS, TPA, truk pengangkut sampah dan beberapa alat berat.

4.4.2.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kota Makassar

Kebijakan pengelolaan sektor persampahan di Kota Makassar, dalam

kerangka untuk mengantisipasi volume timbulan sampah kota, maka

diharapkan dukungan pembangunan dan penyiapan sarana dan prasarana

pengolahan persampahan antara lain : penentuan lokasi TPA disesuaikan

dengan Tata Ruang Kota Makassar, pembangunan TPA pada lokasi yang

ditetapkan (TPA Antang) dan pengadaan sarana dan prasarana

persampahan.

Page 86: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 42

4.4.3.Profil Persampahan

4.4.3.1.Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini

Diperkirakan total timbunan sampah di Kota Makassar adalah

3.382,38 m3 perhari. Prasarana dan sarana dasar persampahan yang ada di

Kota Makassar adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Persentase Penanganan Sampah Kota Makasar

No Penanganan Volume (m3)

Persentase (%)

1 Diangkut Petugas

Ke TPA 3.109,56 87,59 Dipulung, dimusnahkan 78,60 2,22

2 Diolah Kompos 26,20 0,74 Daur ulang 48,03 1,35 Incinerator 11,00 0,31

3 Tidak terangkut 272,82 7,69

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar,2009

Gambar 4.17. Peta Persentase Penanganan Sampah Kota Makassar

Page 87: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 43

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kota Makassar berlokasi di

Tamangapa, Kecamatan Manggala dengan luas 14,3 ha ( yang sudah

terpakai 11,9 ha) berjarak 14.00 km dari pantai dan 0,50 dari pemukiman

terdekat. Sistim pengolahan yang dilakukan di TPA Tamangapa adalah

controlled landfill dengan alat-alat berat yang dimiliki berupa; Wheel

loader 2 unit, Bulldozer 1 unit dan Excavator 1 unit.

4.4.3.2.Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis)

Kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan Kota

Makassar, ditinjau dari aspek teknis dimungkinkan untuk mendukung

pengelolaan sampah kota, antara lain dengan memerlukan dukungan

peningkatan :

a. Penambahan dan optimalisasi sarana angkutan sampah

b. Pengadaan dan pembangunan TPS/Pewadahan sumpah pada kawasan

dengan tingkat kepadatan tinggi

c. Melanjutkan pembangunan Lokasi TPA Antang

4.4.3.3.Aspek Pendanaan

Dana operasional kebersihan/persampahan masih memerlukan

dukungan pembiayaan dari berbagai pihak baik yang bersumber dari APBN,

APBD Provinsi maupun dukungan pembiayaan APBD Kota Makassar.

4.4.3.4.Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Dalam kerangka pengelolaan sektor persampahan Kota Makassar

diharapkan dikelolas secara profesional. Untuk maksud tersebut

memerlukan penguatan kelembagaan yang secara khusus menangani

masalah kebersihan/persampahan yaitu Dinas Kebersihan dan Keindahan

Kota Makassar.

4.4.3.5.Aspek Peraturan Perundangan

Aspek peraturan perundangan yang dijadikan momentum dalam

pengelolaan sistem persampahan Kota Makassar mengacu pada Perda No. 3

Page 88: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 44

Tahun 2000 tentang Kebersihan/Persampahan dan Sementara menunggu UU

tentang Limbah/Sampah dari DPR RI.

4.4.3.6.Aspek Peran Serta Masyarakat

Aspek peran serta masyarakat dalam penanganan sistem

persampahan dengan jalan sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan

lingkungan perkotaan, khususnya aturan yang telah tertuang dalam Perda

No. 3 Tahun 2000 tentang kebersihan.

4.4.4.Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kota

Makassar sebagai berikut :

a. Aspek Kelembagaan

Permasalahan yang dihadapi dari segi kelembagaan yang menangani

sektor persampahan Kota Makassar sebagai berikut :

Fungsi Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Makassar belum berfungsi

optimal;

Lemahnya koordinasi yang menangani sektor persampahan

Kurangnya SDM yang handal dalam penanganan sektor persampahan

b. Aspek Operasional/Teknik

Permasalahan yang dihadapi dari segi operasional/teknis yang

menangani sektor persampahan Kota Makassar sebagai berikut :

Manajemen operasional kebersihan belum optimal dilaksanakan;

SDM aparat kebersihan masih rendah;

Sistem pengangkutan sampah belum baik;

Sistem pengelolaan kebersihan sampah belum terkoordinir dengan baik;

c. Aspek Pembiayaan

Belum optimalnya/rendahnya dana operasional kebersihan yang

dianggarkan dalam APBD Kota Makassar, sehingga memerlukan dukungan

pembiayaan baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kota Makassar.

Page 89: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 45

d. Aspek Peran Serta Masyarakat

Aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan di

Kota Makassar diindikasikan masih sangat rendah dan memerlukan

sosialisasi secara menyeluruh dikalangan masyarakat. Hal-hal yang harus

ditingkatkan antara lain sebagai berikut :

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penanganan persampahan masih

cukup rendah.

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh

pengelolaan sampah yang kurang baik akan berdampak terhadap

kesehatan, belum dipahami secara total

Kebiasaan penduduk membuang sampah diluar tempat yang disediakan

relatif masing tinggi, antara lain membuang keselokan atau kanal yang

ada sehingga mengakibatkan pendangkalan

4.4.4.1.Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengolahan Persampahan

Sasaran penyediaan prasarana dan sarana pengolahan persampahan

pada dasarnya dilakukan untuk antisipasi dan mengelola sampah hasil

buangan ketempat yang telah disediakan (TPS dan TPA) disisi lain

penyediaan prasarana dan sarana pengolahan persampahan untuk

mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh sampah.

Disamping itu dengan ketersediaan prasarana dan sarana akan memudahkan

dalam hal pengelolaan sampah hingga pada proses pembuangan atau daur

ulang sampah untuk memisahkan sampah yang tidak dapat terurai.

4.4.5.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.4.5.1.Analisis Permasalahan

Dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota

Makassar, memerlukan tindakan penanganan, tindakan penanganan yang

dimaksud sebagai berikut :

Page 90: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 46

a. Sistem Pengumpulan Sampah

Belum jelasnya sistem yang digunakan dalam mekanisme atau model

pengumpulan sampah ke tempat pewadahan termasuk frekuensi

angkutan sampah yang belum optimal.

b. Sistem Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah belum dilakukan dengan baik karena belum

tersedianya TPS/Tong sampah pada unit-unit permukiman tertentu,

belum berfungsi optimalnya TPA yang ada saat ini serta belum

tersedianya peta layanan pengangkutan sampah.

c. Penampungan Sementara

Terbatasnya tempat/pewadahan (TPS) yang digunakan sebagai

penampungan sementara dari sumber sampah ke TPS dan hanya di lokasi

atau area kawasan tertentu kota.

d. Pembuangan Akhir

Belum berfungsi optimalnya lokasi TPA yang baru.

4.4.5.2.Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah yang bisa ditempuh antara lain

adalah :

a. Sistem Pengumpulan Sampah

Pembuangan sampah dari sumber sampah dimasukkan dalam suatu

tempat pewadahan/TPS kemudian dilaksanakan oleh petugas kebersihan

dengan menggunakan motor gerobak sampah, ditampung melalui

kontainer dan selanjutnya diangkut kepembuangan akhir.

b. Sistem Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah dilaksanakan dari sumber sampah ke TPS dan

selanjunya ke TPA dengan menggunakan gerobak sampah dan Arm Roll

Truck.

c. Penampungan Sementara

Pemerintah dan masyarakat bersama-sama membangun tempat

pewadahan (TPS) /tong sampah.

Page 91: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 47

d. Pembuangan Akhir

Optimalisasi lokasi TPA Antang sebagai proses pengolahan sampah akhir.

4.4.6.Sistem Pengelolaan Sampah Yang Diusulkan

4.4.6.1.Kebutuhan Pengembangan

Penguataan kelembagaan Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota

Makassar untuk menangani sektor persampahan.

4.4.6.2.Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Sampah

Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan sampah di Kota Makassar

Tahun 2010-2014, dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.

Tabel 4.6. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Sampah Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2011

1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Dump Truck (6M3) Unit APBD 3 Pengadaan Dump Truck (10M3) Unit APBD 4 Pengadaan Buldozer Unit APBD Provinsi

5 Pembangunan Prasarana dan Sarana Sampah Terpadu 3R di Kecamatan Ujung Tanah Unit APBD

6 Pembangunan Prasarana dan Sarana Sampah Terpadu 3R di Kecamatan Ujung Tanah Unit APBD

7 Pengadaan Mobil sampah (30M3) Unit APBD Provinsi

B Tahun 2012

1 Pengadaan Arm Roll (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Arm Roll (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Excalator Unit APBD Provinsi 4 Pengadaan Mobil sampah (30M3) Unit APBD Provinsi

C Tahun 2013

1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Container (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Motor Sampah 3 Roda Unit APBD 4 Pengadaan Mobil Sampah (30M3) Unit APBD Provinsi 5 Pengadaan Dump Truck (6M3) Unit APBD Provinsi 6 Pengadaan Dump Truck (10M3) Unit APBD Provinsi

D Tahun 2014

1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Container (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Motor Sampah 3 Roda Unit APBD 4 Pengadaan Mobil Sampah (30M3) Unit APBD Provinsi

Sumber : Hasil Analisis

Page 92: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 48

4.5.Analisis Investasi Sub-Bidang Drainase

4.5.1.Umum

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat

menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan

perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan

terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya

dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada

masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat

sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang

maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak

kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air

(retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini

akhirnya menigkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran

drainase dan sungai yang ada saat ini.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan

drainase mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh

prasarana pengendalian banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa,

pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase

perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase

yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang

prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima

secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar

lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan

buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur

resapan, penataan lansekap dan lain-lain.

Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi

sehingga dimensi saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah

sumber-sumber air baku. Penanganan drainase juga harus memakai

pendekatan sistem, tidak secara parsial, parameter-parameter teknis

ditentukan faktor alam setempat.

Page 93: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 49

Pertambahan penduduk yang semakin meningkat, terbatasnya

kemampuan pemerintah, swasta dan masyarakat, serta tuntunan akan

kawasan terbangun yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan dan

pelayanan prasarana dan sarana drainase, harus tetap dipertahankan dan

ditingkatkan. Tantangan yang dihadapi antara lain :

• Mencegah terjadinya penurunan kualitas kawasan terbangun

• Melakukan optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi terhapa prasarana

dan sarana drainase yang sudah terbangun

• Melaksanakan peningkatan dan peningkatan dan pengembangan sistem

yang ada serta pembangunan baru secara efektif dan efisien agar dapat

meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah

• Pemerataan pembangunan bidang drainase dengan memperhatikan

kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat

• Menunjang terwujudnya lingkungan peumahan dan permukiman yang

bersih dan sehat serta terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan

rendah.

Beberapa hal yang perlu dierhatikan dalam pengembangan sistem

penanganan darinase Kota Makassar antara lain :

1. Peran Kota yang menjadi hinterland Kota Makassar dalam

pengembangan wilayah yang terpadu (Metropolitan Mamminasata)

2. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kota Makassar, seperti

struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya

3. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan wawasan lingkungan

4. Logical Framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi

penanganan drainase

5. Keterpaduan penanganan drainase dengan pengembangan sistem sektor

lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan

pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap

perencanaan baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam

perencanaan teknik

Page 94: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 50

6. Memerhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman

yang tersedia

7. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penanganan

drainase bersangkutan

8. Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan

kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan

ekosistem lingkungan.

9. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat

maupun swasta

10. Kelembagaan yang menangani drainase

11. Investasi PS drainase dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam

hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan

12. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau

pengelolaan sarana dan prasarana drainase, perlu dilakukan idenifikasi

lebih lanjut.

13. Safeguard sosial dan lingkungan

14. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk

mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Fungsi drainase perkotaan dapat dibagi dalam kriteria sebagai

berikut :

1. Mengeringkan bagian wilayah/kawasan kota dari genangan sehingga

tidak menimbulkan dampak negatif

2. Membebaskan suatu wilayah/kawasan terutama permukiman yang padat

dari genangan air, erosi dan banjir

3. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya

dengan terlebih dahulu memberikan air limpasan untuk meresap

terlebih dahulu ke dalam tanah (konservasi air)

4. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk

persediaan air dan kehidupan akuatik.

5. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka

memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air (water

borne desease) dan penyakit lainnya.

Page 95: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 51

6. Dengan sistem drainase yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan

dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan

dan bangunan-bangunan lainnya.

7. Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan

pengatur tata air; yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang

melimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian

yaitu : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor

drainage). Sisem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat,

kriteria dan peruntukannya.

Sistem drainase major adalah sistem utama atau drainase makro

(major draigane) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air

dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

Sistem drainase minor/mikro, adalah sistem saluran dan bangunan

pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah

tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.

4.5.2.Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Rencana Investasi Sub Bidang Drainase

adalah sebagai berikut :

a. Mampu menyiapkan program penanganan drainase dengan sasaran

individu/kelompok/instituís dari berbagai stakeholder yang terlibat

langsung maupun tak langsung dalam penyelenggaraan drainase yaitu

Institusi pengelolaan sistem dan jeringan drainase dan kawasan

tertentu.

b. Adanya kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Instituís

pengelola drainase.

c. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat

dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih

ditingkatkan.

Page 96: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 52

4.5.3.Arah Kebijakan Penanganan Drainase

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungís drainase

perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase

yang berwawasan lingkungan. Sasaran kebijakan pengembangan drainase

adalah sebagai berikut :

Terlaksananya pengembangan sstem drainase yang terdesentralisir,

efisien, efektif dan terpadu.

Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan

melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang

berwawasan lingkungan.

Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam

penanganan sistem drainase.

4.5.4.Isu-Isu Strategis dan Permasalahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan drainase Kota

Makassar pada intinya bahwa drainase yang ada sekarang tidak berfungsi

dengan baik, hal ini dapat terlihat pada saat musim hujan, dimana sistem

drainase yang ada tidak mampu menampung luapan air yang ditimbulkan

oleh air hujan. Disamping itu drainase yang ada pada beberapa titik

tertentu dalam Kota Makassar telah mengalami sedimentasi yang

diakibatkan oleh tumpukan sampah yang terbuang melalui saluran drainase.

4.5.5.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana Kota Makassar

Kebijakan, program dan kegiatan pengelolaan drainase dalam

rencana Kota Makassar dilaksanakan untuk penanggulangan luapan air yang

timbul khususnya pada saat terjadi musim hujan. Sistem drainase yang ada

saat ini memerlukan penanganan, baik dalam hal rehabilitasi saluran

maupun pembangunan baru saluran drainase. Untuk kebijakan pengelolaan

sistem drainase Kota Makassar diharapkan munculnya aturan-aturan dari

pemerintah setempat bagaimana mengelola, mengawasi, mengendalikan

dan melakukan tindakan apabila ditemukan hal-hal yang kurang sportif dari

masyarakat sehubungan dengan kelancaraan pemanfaatan sistem drainase

kota.

Page 97: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 53

4.5.6.Profil Drainase

4.5.6.1.Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase

Dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan prasarana dan sarana

perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat di Kota Makassar,

maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka dan secara tidak

langsung menjadi daerah genangan terutama pada musim hujan,

menyebabkan daya tampung drainase yang ada tidak lagi mempu

menyalurkan air buangan berupa air hujan terutama jika kejadiannya

bersamaan dengan naiknya air pasang maka akan menimbulkan banjir pada

daerah kota.

Tabel 4.7. Kondisi dan Panjang Saluran Drainase Kota Makassar

No Kecamatan Panjang Draiase (Meter)

Jumlah

PJG Berdasarkan % Sedimen (MTR)

Lebar <1M

Lebar 1-3M

Lebar > 3M < =50% > 20%

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Biringkanaya 310.069 8.250 1.031 319.350 315.100 4.250

2 Bontoala 67.508 14.864 4.033 86.405 80.033 63.720

3 Makassar 77.597 20.594 2.279 10.470 69.505 30.969

4 Mamajang 73.806 14.029 18.437 106.272 104.110 1.269

5 Manggala 171.088 20.695 26.695 218.478 218.479 -

6 Mariso 50.504 143.200 3.207 196.911 13.018 10.513

7 Panakukang 175.278 40.652 30.278 246.208 244.989 1.227

8 Rappocini 168.475 57.483 7.116 344.852 342.483 2.368

9 Tallo 168.475 22.270 3.756 194.501 181.187 12.684

10 Tamalanrea 349.085 18.395 - 367.480 275.438 92.042

11 Tamalate 166.415 38.899 29.822 235.136 207.387 27.750

12 Ujung Pandang 47.668 19.831 3.938 81.437 52.121 19.318

13 Ujung Tanah 46.747 5.225 3.243 55.215 55.216 -

14 Wajo 51.902 13.290 2.295 37.487 67.488 -

Total 2.036.395 437,677 136,130 2,610,202 2,226,554 266,110

Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar, 2008

Page 98: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 54

4.5.6.2.Aspek Teknis

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau

perbaikan sistem drainase diperkotaan antara lain:

1. Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan

kawasan pinggiran.

2. Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan) penduduk lebih sulit

dilaksanakan dibandingkan dengan daerah perdesaan yang jarang

penduduknya.

3. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah

domestik dan limbah industri.

4. Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai

dengan lingkungan perkotaan.

Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan pada umumnya

mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.

Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase.

Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul,

gorong-gorong, kolam retensi, stasiun pompa, dan lain-lain.

Pelaksanaan pekerjaan.

Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.

4.5.6.3.Aspek Kelembagaan

Secara umum organisasi pengelola prasarana dan sarana perkotaan

terdiri dari tiga tingkatan,yaitu eksekutif atau direktur,manajer menengah

dan operator. Disamping itu diperlukan tingkat keempat sebagai penentu

kebijakan, yaitu pemegang otoritas masing-masing tingkatan, dari puncak

sampai bawah memerlukan perencana untuk bekerja. Rencana meliputi

visi,misi,tujuan,obyektif,dan rencana kerja. Fungsi akuntabilitas didasarkan

pada rencana ini dan evaluasi dilakukan pada tingkat kesuksesan

pelaksanaan rencana tersebut.

Organisasi atau lembaga pengelola prasarana dan sarana

pengendalian banjir diperkotaan harus dibentuk, tidak hanya pada kawasan

Page 99: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 55

perkotaan saja,tetapi juga diseluruh daerah tangkapan air dan kawasan

perairan pantai dimana sumber persalahan berasal. Institusi ini mempunyai

tanggung jawab mengendalikan peningkatan debit dari daerah hulu dengan

jalan menurunkan aliran permukaan dan meregulasi debit puncak melalui

berbagai macam cara dan bertanggung jawab untuk mengendalikan

pengambilan air tanah yang berdampak pada amblesan tanah (land

subsidence).

Disamping itu, lembaga ini juga bertanggung jawab terhadap

pengembangan rencana dan program, persiapan dan implementasi sistem

pembangunan, melakukan operasi dan pemeliharaan, manajemen keuangan

dan menjaga sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support

System = DSS).

DSS adalah sistem yang mengorganisasi proses,analisis,dan

pengiriman informasi yang diperlukan dalam pengambilan

keputusan.Struktur utama DSS diperlihatkan pada gambar 4.10,yang

menggambarkan aliran permintaan untuk mendukung keputusan dari

pengambil keputusan kepada staf pendukung.Dua aktifitas utama dalam

DSS, yaitu mengola data dan memepelajari alternatif,dan kegiatan

mengkonversi data atau informasi menjadi pengetahuan yang sangat

bermanfaat dalam pengambilan keputusan.Sehingga peran DSS adalah

membawa data dan hasil studi,jika diperlukan dengan menggunakan

model,untuk menghasilkan pendukung keputusan.Jika ini berhasil akan

memuat mengenai semua kategori informasi yang diperlukan,termasuk

data mentah,studi model,pendapat,dan hasil analisis.

4.5.6.4.Aspek Pendanaan

Pembangunan drainase tidak memberikan keuntungan secara

langsung kepada masyarakat, sehingga sulit dilakukan secra

mandiri/swadaya kecuali yang sifatnya sangat sederhana bahkan di daerah

kota masyarakat cenderung acuh dan kurang peduli, sehingga otomatis

pembangunan drainase menjadi tugas pemerintah namun disisi

pemeliharaan bisa saja dilakukan secara partisipasi oleh masyarakat.

Page 100: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 56

4.5.6.5.Aspek Peraturan Perundangan

Untuk dapat melaksanakan konsep penanganan banjir secara

konprehensif berdasakan paradigma manajemen air diiperlukan

seperangkat peraturan. Dalam peraturan tersebut harus meliputi filosofi

manajemen air (khususnya air hujan) dan implementasinya kedalam

pendekatan teknis, susunan institusi, finansial, perilaku masyarakat yang

diharapkan dan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar Peraturan

harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh pengelola

dan masyarakat yang menjadi stakeholder.

4.5.6.6.Aspek Peran Serta Masayarakat

Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat

terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial

budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya

pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga

untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata

untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan

keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi

yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu

dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan

gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.

4.5.7.Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dapat dilihat dari aspek yaitu

permasalahan sistem drainase yang ada, sasaran drainase, rumusan

masalah.

4.5.7.1.Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada

Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan sektor drainase Kota

Makassar sebagai berikut :

a. Meluapnya sungai Tallo yang menggenangi kawasan permukiman

perumahan BTP, Hamzi, Bung Permai, Antara, Wirabuana dan sebagian

Perumahan Dosen UNHAS, Asal Mula, yang merupakan daerah

permukiman padat.

Page 101: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 57

b. Belum adanya penanganan pada sistem sungai yang ada dan sistem

drainase pada area V .

c. Tidak tertampungnya volume air melalui sistem pengendalian banjir

Kota Makassar (Kanal Jongaya, Panampu dan Sinrijala) sesuai dengan

catchment area pada saat intensitas hujan tinggi yang bersamaan

dengan pasang air laut.

d. Meluapnya sungai Je’ne Madingin/Borong Jambu yang berdampak pada

kawasan perumahan Manggala/Antang dan sekitarnya.

e. Tingginya sedimentasi pada saluran tersier dan sekunder akibat dari

pembuangan sampah.

f. Adanya saluran drainase yang dijadikan sebagai pelataran (plat penutup)

yang menghambat untuk dilakukan normalisasi saluran.

4.5.7.2.Sasaran Drainase

Saluran drainase yang sudah ada diharapkan agar banjir yang selama

ini terjadi dipermukiman penduduk terutama permukiman. Namun sasaran

utama yang sangat perlu mendapat perhatian selain daerah permukiman,

areal perkantoran/ pelayanan umum maupun sarana ekonomi.

4.5.8.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.5.8.1.Analisis Kebutuhan

Melihat dan mengkaji permasalahan banjir yang selama ini terjadi di

Kota Makassar, hal itu menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan prasarana

drainase tersebut masih jauh dari kebutuhan, namun diakui bahwa untuk

membebaskan sama sekali dari banjir yang memang kondisi geografinya,

khususnya di daerah kota tentu memerlukan biaya yang sangat mahal. Oleh

karena itu untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan

pemda dalam membiayai pembangunan drainase, perlu dilakukan sistem

prioritas berdasarkan fungsi kawasan/wilayah daerah banjir tersebut

sekaligus membuat skenario yang sesuai.

4.5.8.2.Analisis Sistem Drainase

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat telah

menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak lahan yang semula

Page 102: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 58

berupa lahan terbuka atau hutan berubah menjadi areal permukiman

maupun industri. Hal ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan namun

sudah merambah ke kawasan budidaya dan kawasan lindung yang berfungsi

sebagai daerah resapan air. Dampak dari perubahan fungsi lahan tersebut

adalah meningkatnya aliaran tanah. Akibatnya setelah distribus air yang

makin timpang antara musim hujan dan musim kemarau, debit banjir

meningkat dan ancaman kekeringan semakin besar.

Bertolak dari permasalahan tersebut maka konsep dasar

pengembangan drainase berkelanjutan meningkatkan daya guna air,

meminimalkan kerugian serta memperbaiki dan konsevasi lingkungan.

Diperlukan usaha-usaha konfrehensif dan integratif yang meliputi seluruh

proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural.

4.5.8.3.Analisis Jaringan Drainase

Agar jaringan drainase yang direncanakan dan dilaksanakan maka

setiap perencanaan yang dilakukan harus bersinergi dengan jaringan

drainase yang sudah ada baik tersier, sekunder mapun primer, sehingga

tidak ada satupun saluran drainase yang terputus dengan jaringan drainse

lainnya. Dari hasil infestigasi yang ada sudah menunjukkan ke arah

tersebut. Oleh karena itu maka master plan tentang drainase perlu lebih

disempurnakan dan disosialisasikan keberadaanya bagi seluruh lapisan

masyarakat.

4.5.8.4.Analisis Ekonomi

Seluruh tahapan pembangunan sistem drainase, mulai dari studi dan

perencanaan rinci sampai pelaksanaan fisik dan siap dioperasikan,

direncanakan selesai dalam jangka waktu empat tahun. Umur teknis

bangunan diperkirakan 50 tahun terhitung sejak dimulainya operasi. Biaya

pembangunan terdiri dari biaya dasar pembangunan (investasi awal), biaya

operasi, pemeliharaan dan penggantian (O/M & R). Sedangkan keuntungan

yang diperoleh berasal dari hilangnya kerugian banjir dengan adanya

pembangunan sistem drainase.

Page 103: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 59

4.5.8.5.Alternatif Penyelesaian Masalah

Pembangunan drainase berupa saluran dengan berbagai type pada

masing-masing kawasan/areal, tergantung dari debit banjir dan luas areal

kawasan. Sedang pada daerah hilir didekat muara dipasang klep otomatis

yang bertujuan untuk mengatasi masuknya air laut pada saat pasang.

4.5.8.6.Rekomendasi

Untuk menyelesaikan masalah banjir yang dialami Kota Makassar

selama ini maka perlu penanganan secara sinergis terutama masyarakat dan

pemerintah dengan memperhatikan segala yang terkait terutama aspek

teknis dan berorientasi pembangunan berkelanjutan.

4.5.9.Sistem Drainase Yang Diusulkan

4.5.9.1.Usulan dan Prioritas Program

Pembangunan drainase di semua kawasan sebagai saluran pengendali

banjir mencakup; pembangunan drainase primer, sekunder, tersier,

normalisasi drainase, pengerukan saluran yang telah mengalami

sedimentasi, pembangunan saluran pembuang dan tanggul penahan luapan

air.

4.5.9.2.Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Drainase

Usulan dan prioritas proyek penyediaan drainase Kota Makassar

tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Page 104: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 60

Tabel 4.8. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Drainase Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2011

1 Pemb.Rehab/Normalisasi Drainase 7 Kecamatan Paket APBd Kota 2 Pengerukan Saluran sekunder 4 lokasi Paket APBD Provinsi 3 Peningkatan Drainase Pemukiman Tamalanrea/Konservasi Kampus Paket APBD Kota 4 Normalisasi Kapasitas Kolam/Waduk Kampus Paket APBD Provinsi 5 Pembangunan Tanggul Konservasi Danau Paket APBN 6 Pembangunan Saluran Pembuangan Utama Tamalanrea Paket APBN

B Tahun 2012

1 Pembangunan Rehab/Normalisasi drainase 2 kecamatan Paket APBD Kota

C Tahun 2013

1 Pembangunan Tanggul Sungai Tallo Barat (Kawasan Perumahan Antara, Hamzy dan BTN Asal Mula Paket APBN

D Tahun 2014

1 Pembangunan Tanggul Sungai Tallo Barat ( Kawasan Perumahan Bung, Wesabbe dan BTP Paket APBN

Sumber : Hasil Analisis

4.5.9.3.Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase

Pembiayaan proyek penyediaan sistem jaringan drainase Kota

Makassar bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota, masyarakat

serta kalangan swasta.

4.6.Analisis Investasi Pengembangan Air Minum

4.6.1.Umum

Sub bidang air minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan

meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan,

khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air. Selain itu

meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan

sarana air minum di perkotaan.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan sistem

pengadaan air minum antara lain :

a. Peran Kota Makassar dalam pengembangan wilayah

b. Rencana pembangunan Kota Makassar

Page 105: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 61

c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kabupaten/kota

bersangkutan, seperti struktur dan marfologi tanah, topografi dan

sebagainya.

d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

e. Dalam penyusunan RPJIM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem

Pengembangan air minum.

f. Logical Frework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi

pengelolaan air minum.

g. Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan

penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada

setiap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun

dalam perencanaan teknik.

h. Memperhatikan perundangan dan peraturan serta pedoan dan petunjuk

yang tersedia.

4.6.2.Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum

4.6.2.1.Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan

Sistem penyediaan dan pengelolaan pelayanan air minum Kota

Makassar diselenggarakan oleh PDAM Kota Makassar. Sistem penyediaan

tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sistem zona pelayanan

berdasarkan Instalasi Pengelohan Air (IPA).

Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dikelola PDAM saat ini terdapat 5

unit IPA dengan sumber air baku dari air permukaan Sungai Jeneberang dan

air permukaan Sungai Lekopaccing. Sistem pengelolaan air minum tersebut

terselenggara atau terlayani berdasarkan zona pelayanan didasarkan pada

keberadaan masing-masing Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Page 106: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 62

4.6.2.2.Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

Kondisi sistem sarana dan prasarana penyediaan dan pengelolaan air

minum di Kota Makassar saat ini, belum mampu memenuhi seluruh

kebutuhan masyarakat, oleh karena itu dari hasil evaluasi yang dilakukan

menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas sarana dan prasarana

demikian pula kualitas air yang belum memenuhi syarat sehingga kurang

layak untuk di konsumsi.

4.6.2.3.Sistem Non Perpipaan

Sistem non perpipaan yang ada umumnya berupa sumur, baik berupa

sumur gali maupun sumur bor, dimana untuk sumur bor masih sangat

terbatas penggunaannya akibat biaya yang cukup besar dan bisa memicu

terjadinya intrusi air laut masuk ke sumber air penduduk. Sementara untuk

sumur gali permasalahannya adalah kwalitas air yang dihasilkan pada

umumnya rasanya asin, disamping itu cenderung terjadi pencemaran,

karena banyak yang masih belum dilantai dan sekat dengan septik tank

warga sehingga cenderung terkontimanisasi dengan sumur mereka yang

bisa menimbulkan efek negative bagi kesehatan.

4.6.2.3.1.Aspek Teknis

Sebelum dibuat sumur Bor, perlu dilakukan pendugaan air tanah dengan

memakai alat Geolistrik

Berdasarkan hasil duga air tanah dilakukan pengeboran sesuai dengan

kedalaman dari hasil duga air tanah.

Konstruksi sumur bor harus memakai cassing (sumur) dan pipa yang

mengangkat air

Menggunakan pompa submersible (pompa Celup) dengan head dan

kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan

Pipa angkat sebaiknya mnggunakan pipa GIP dan cassing menggunakan

Pipa PVC

Harus dilakukan tes kapasitas terhadap sumur bor.

Page 107: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 63

4.6.2.3.2.Aspek Pendanaan

Mengingat ketersediaan dana dari pemerintah maupun kemampuan

masyarakat dalam membiayai penyediaan sarana dan prasarana air bersih,

maka diperlukan dukungan dan dari pihak ke tiga yang diharapkan mampu

membantu kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih

sehingga kesehatan masyarakat terkait dengan konsumsi air bersih bisa

terpenuhi.

4.6.2.3.3.Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Belum adanya lembaga yang menagani masalah ini baik yang

dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun masyarakat, sehingga sampai

saat ini hanya dilakukan secara individu. Penanganan prasarana ini juga

biasanya dilakukan program pemberdayaan masyarakat dan program yang

dilakukan oleh Dinas permukiman dan tata ruang daerah maupun propinsi.

4.6.2.4.Sistem Perpipaan

Tingkat pelayanan rendah, hal ini disebabkan karena ketersediaan

air baku yang ada tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan, sehingga perlu mencari sumber air baku baru yang diperkirakan

mampu memenuhi tujuan tersebut. Operasional dan maintenance tidak

sesuai standard, sehingga banyak mengalami kendala disamping itu

ketersediaan tenaga untuk melayani operasionalisasi sistem perpipaan

tersebut sangat kurang yang menyebabkan pelayanan kepada pelanggan

mengalami kendala.

4.6.2.4.1.Aspek Teknis

Sumber air baku/air permukaan sebelum dimanfaatkan perlu

dilakukan survey pendahuluan yang meliputi :

Kualitas air baku

Kuantitas air baku

Lokasi bangunan intake

Page 108: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 64

4.6.2.4.2.Aspek Pendanaan

Terbatasnya dana APBD, dimana kebutuhan lain yang sifatnya lebih

urgen, hingga saat ini pemenuhan dana untuk kebutuhan masyarakat yang

belum terjangkau jaringan pipa belum dapat direaliasikan, disamping itu

untuk menyediakan prasarana dan sarana memang memerlukan investasi

yang cukup besar apalagi jika yang akan dihasilkan adalah air bersih yang

layak minum.

4.6.2.4.3.Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang

didukung oleh perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu

ditingkatkan, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya keluhan dari para

pelanggan dan tindak lanjut dari keluhan itu kurang terlihat.

4.6.3.Permasalahan Yang Dihadapi

4.6.4.Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum

Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air minum seluruh masyarakat

terutama di daerah perkotaan dan daerah yang mengalami kesulitan air

bersih terutama pada musim kemarau. Hal ini perlu mendapat perhatian

mengingat air bersih merupakan kebutuhan primer sehingga usaha

mengatasi dari seluruh stake holder perlu dilakukan secara terpadu.

4.6.5.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Analisis permasalahan dan rekomendasi merupakan wujud dari hal-

hal yang menjadi masalah PDAM Kota Makassar dalam hal pelayanan air

minum kepada pelanggan. Permasalahan yang dihadapi PDAM Kota Makassar

kondisi saat ini dan memerlukan pembenahan sebagai berikut :

Penurunan debit air IPAL II Panaikang khususnya pada saat terjadi

musim kemarau, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air minum

wilayah Utara dan Timur

Page 109: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 65

Jaringan pipa transmisi dan distribusi memerlukan penggantian

disebabkan karena kondisi usia pipa di atas 10 tahun

Tingkat kebocoran mencapai 49,90%

4.6.6.Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum

4.6.6.1.Analisis Kondisi Pelayanan

Melihat kondisi ketersediaan air minum di Kota Makassar masih belum

mampu melayani kebutuhan masyarakat secara optimal, hal ini disebabkan

oleh kapasitas produksi yang memang tidak cukup untuk memenuhi

masyarakat kota disamping kualitas produksi air minum yang masih perlu

ditingkatkan khususnya pada saat musim kemarau mengalami penurunan

debit.

4.6.6.2.Analisis Kebutuhan Air

Untuk memenuhi kebutuhan warga kota mengenai air bersih, seiring

dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat, seperti

semakin tumbuhnya perhotelan dan perumahan dan lain-lain maka tentu

akan diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kebutuhan air bersih.

Oleh karena itu dengan kondisi sekarang ini saja sudah menunjukkan

kekurang mampuan pihak PDAM dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat, sehingga pencarian sumber air baku yang baru dan memenuhi

kualitas menjadi suatu kebutuhan.

4.6.7.Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih

pada tahun 2012 terdapat kekurangan sebesar 35 ltr/dtk dari berbagai

sumber air, disamping itu air yang di produksi melalui PDAM kwalitasnya

belum memenuhi standar kebutuhan air bersih, hal ini menunjukkan bahwa

pemerintah dan masyarakat perlu mencari sumber air baku yang lain baik

bentukya dari mata air yang disalurkan melalui jaringan pipa maupun sumur

bor dan sumur gali. Satu hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan

penyediaan air dengan sumur bor adalah masuknya air asin ke lingkungan

permukiman yang dapat menyebabkan asinnya sumur yang ada.

Page 110: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 66

4.6.8.Analisis Kebutuhan Program

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa alternatif

program yang bisa dilakukan dan efisien dari segi operasional adalah

dengan meanambah jaringan perpipaan dengan mencari sumber air baku

yang baru yang memungkinkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di

perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang paling memungkinkan adalah

pengaliran melalui sistem gravitasi karena daerah pelayanan pada umunya

letaknya lebih rendah dari sumber air.

4.6.9.Rekomendasi

4.6.9.1. Sistem Prasarana Yang Diusulkan

4.6.9.1.1. Sistem Non Perpipaan

Sistem prasarana yang diusul untuk rekomendasi penyediaan air

minum PDAM Kota Makassar sistem non perpipaan, sebagai berikut :

Pembangunan sumur tanah dalam (artesis) pada kawasan yang

rawan/kekurangan distribusi air minum khususnya pelayanan wilayah

Utara dan Timur Kota Makassar

Penyelidikan potensi sumber air baku air tanah dalam yang dapat

dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan air minum

Penyusunan DED pengembangan sistem air minum Kota Makassar

4.6.9.1.2. Sistem Perpipaan

Sistem prasarana yang diusul untuk rekomendasi penyediaan air

minum PDAM Kota Makassar sistem perpipaan, sebagai berikut :

Penggantian pompa air baku yang mengalami kerusakan

Rehabilitasi IPA

Rehabilitasi jaringan pipa transmisi dan distribusi yang mengalami

kerusakan

Penggantian water meter pelanggan yang diindikasikan mengalami

gangguan untuk optimalisasi pelayanan

Pembangunan Booster Pump pada titik-titik tertentu yang rawan akan

kebutuhan air minum

Page 111: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 67

Penambahan sambungan baru untuk kawasan yang belum memiliki

sistem jaringan air minum yang dikelola PDAM

4.6.9.1.3. Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan Prioritas Program Penyediaan Air Minum, sebagai

berikut :

Kegiatan penyedian prasarana dan sarana air minum, yang terdiri dari

pengadaan perpipan untuk kawasan pesisir, pengadaan hydran Umum,

sumur bor, pengadaan mesin pompa dan Pembuatan bak penampungan

air yang lokasinya tersebar di beberapa kelurahan dan kecamatan di

Kota Makassar.

Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi kawsan RHS

yang terdiri dari Penyusunan Master Plan Air Minum Kota Makassar.

Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Air minum di kelurahan rawan

air, pesisir dan kawasan pinggiran kota.

Kegiatan Bantek program penyehatan PDAM diantaranya pembenahan

jaringan PDAM, perencanaan dan pembangunan jaringan air sistem

gravitasi dan instalasi penjernihan air bersih/minum.

Kegiatan Peningkatan cakupan air minum perpipaan di kawasan

keterpaduan Kota Makassar

Peningkatan kapasitas termasuk jaringan perpipaan dari sumber air baku

untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.

Perlunya kebijakan dari pihak PDAM untuk melakukan koordinasi dengan

masyarakat konsumen tentang bagaimana mutu dan kualitas air yang

digunakan, kuantitas air serta kontinyuitas air dan hal-hal lain seperti

kerusakan meteran air.

Perlunya kebijakan pemasangan pipa transmisi dan distribusi yang

bertujuan agar proses distribusi air ke bak penampungan dan bak

distribusi lebih cepat dan menghasilkan debit air yang lebih banyak.

Kebijakan pemindahan pipa distribusi yang berada pada poros jalan

serta kebijakan pendeteksian jaringan pompa, pipa yang bermasalah

(bocor) yang perlu segera ditangani guna mencegah tingkat kehilangan

air yang lebih besar.

Page 112: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 68

4.6.9.1.4. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air

Minum

Program Prioritas Pengelolaan Air Minum di Kota Makassar Tahun

2010-2014, dapat dilihat pada Kajian Tabel di bawah ini.

Tabel 4.9. Usulan Prioritas Pengelolaan Air Minum Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana

1 2 3 4

A Tahun 2011

1 Bangunan Intake/Rumah Pompa Air Baku Melengkaeri Suplesi IPA II Panaikang Unit APBN

2 Pompa Air Baku Kapasitas 250 l/dt,Head 80 m IPA II Panaikang Unit APBN

3 Pipa Taransmisi Ø 600 mm HOPE -100 IPA II Panaikang M APBN

4 Mesin Genset 750 KVA IPA II Panaikang Unit APBN

5 Pengembangan Jaringan Distribusi IPA V Somba Opu Unit APBD

6 Pembuatan DMA + Stop Test dan Visual Lenckage Survei 20 Zona Set APBD

7 Pemasangan Pipa Distribusi Jl.Hertasning (Arupala) untuk pengembangan M APBD

8 Pemasangan Pipa PVC STEEL, terminal air bersih dari IPA IV ke Jl.A.Yani Ø 12" M PDAM

9 Pemasangan Boster Pump Unit PDAM

10 Relokasi Pipa distribusi + meter SL Perum Panakukang (zona 20-23) M PDAM

11 Relokasi Pipa distribusi Perumahan BTN Hamzi dan Antara + meter per SL M PDAM

12 Relokasi jaringan Jl. Yos Sudarso, pipa baja Ø 200 mm Unit PDAM

13 Pembuatan DMA + Stop Test & Visual Lenckage Survei 20 Zona Set PDAM

14 Pemasasangan Pipa Distribusi Jl.Hertasning (Arupala) untuk pengembangan M PDAM

15 Penggantian water Meter Pelanggan Unit PDAM

16 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM

17 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat

B Tahun 2012

1 Pengadaan Pipa Transmisi Dia 600 mm HDPE-100 IPA II Panaikang M APBN / APBD Kota

2 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM

3 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM

4 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat

C Tahun 2013

1 Pipa Transmisi Dia 600 mm HDPE-100 IPA II Panaikang M APBN / APBD Kota

2 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM

3 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM

4 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat

Page 113: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 69

D Tahun 2014

1 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM

2 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM

3 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat

Sumber : Hasil Analisis

4.6.9.1.5. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan

Pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan air minum diharapkan

melalui sumber APBN mengingat kebutuhan dana yang diperlukan cukup

besar, sehingga diharapkan dari pemerintah daerah melalui dana APBN,

maupun dari dana APBD propinsi, APBD Kota Makassar dan PDAM Kota

Makassar.

Page 114: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 1

BAB V SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

5.1. UMUM

Kebijaksanaan dan program pembangunan infrastruktur

Keciptakaryaan Kota Makassar tidak hanya menyangkut pembangunan dan

penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat, melainkan juga menyangkut

pembangunan prasarana dan sarana fisik keciptakaryaan. Dengan demikian

peranan infrastruktur keciptakaryaan sangat penting dalam kebebasan

memilih pembangunan yang memungkinkan lingkungan hidup dapat

menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan, sebaliknya

kebijaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup mempunyai pengaruh

langsung pada perkembangan pembangunan.

Dalam hal penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk

menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) untuk menjadi dasar

pengembangan di masa yang akan datang, Jika ditinjau dari intensitas

bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan dan lingkungan

belum tertata dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan

terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan

kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa wilayah/kawasan

yang peruntukan sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai

open space untuk memberikan nuansa lingkungan yang asri.

Pada sub bidang air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari

Page 115: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 2

pencemaran air. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah yang berasal

dari perumahan dan permukiman penduduk yang terdiri dari limbah

domestik (rumah tangga) yang bersumber dari air sisa mandi, cuci, dapur

dan tinja manusia dari lingkungan perumahan dan permukiman serta air

limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan

berbahaya (B3).

Sub bidang persampahan, diperlukan pengelolaan lanjutan karena

masih dapat dimanfaatkan atau masih memiliki nilai produktif jika dikelola.

Produksi sampah yang dihasilkan akan tergantung dari jenis dan frekuensi

aktivitas yang berlangsung pada suatu wilayah/kawasan. Sedangkan jenis

produksi sampah masih sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya

dan orientasi ekonomi. Pengelolaan jenis sampah dan intensitas

penanganannya antara kawasan dalam suatu wilayah sangat berbeda

termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengestimasi jumlah

sampah yang akan dihasilkan dimasa yang akan datang (waktu/tahapan

perencanaan) dianggap bahwa jumlah sampah yang dihasilkan tergantung

dari besaran jumlah penduduk.

Sistem drainase memiliki fungsi sebagai saluran pembuangan, dalam

bentuk aliran permukaan dan sebagai saluran pembuangan air hujan

maupun limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Faktor-faktor

yang perlu diperhatikan dan berpengaruh dalam pembangunan sistem

drainase adalah; kepadatan penduduk, kondisi jaringan yang ada (ada atau

belum ada jaringan), kemiringan lereng dan curah hujan.

Sektor air minum, merupakan kebutuhan pokok penduduk dari

beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sasaran estimasi kebutuhan air minum

dikategorikan berdasarkan jumlah penduduk pendukung dan kebutuhan

aktivitas perkotaan (fasilitas umum dan sosial).

Sektor jalan diperlukan dalam rangka keterhubungan antara satu

wilayah/kawasan dengan wilayah/kawasan lainnya. Disamping itu sektor

jalan memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian

masyarakat. Ketersedian sistem jaringan jalan memegang peranan penting

dan hal mobilisasi dan kelancaran bertransportasi.

Page 116: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 3

Dari uraian tersebut di atas, penyusunan RPIJM pada hakekatnya

adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal,

tempat berusaha baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam

lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi

pertumbuhan ekonomi yang akan mendukung pengembangan wilayah secara

efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan

hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala

usaha pembangunan tersebut haruslah tercermin dan dapat menjamin

terciptanya peningkatan produktivitas kota, peningkatan efisiensi

pelayanan dan kegiatan, pembangunan yang berkeadilan sosial, dan makin

mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia

usaha dalam pelaksanaan pembangunan, baik melalui organisasi

kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun perseoranga serta

meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu

lingkungan.

Dalam pelaksanaan program pembangunan pada saat ini ada

beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam

mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan

tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuatkan dokumen

SAFEGUARD (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Peraturan dan

perundang-undangan yang berhubungan dengan Safeguard untuk menilai

kemungkinan dampak pencemaran yang ditimbulkan.

5.2. KOMPONEN SAFEGUARD

Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang

keciptakaryaan adalah beberapa kegiatan yang diwajibkan untuk

melakanakan kegiatan Safeguard yang sesuai dengan aturan-aturan yang

telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan dengan menitik beratkan pada keseimbangan antar usaha

atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha

atau kegiatan tersebut.

Page 117: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 4

5.2.1.Komponen Sosial Ekonomi

Komponen sosial ekonomi yang diidentifikasi akan terkena dampak

sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :

a. Dampak Pembangunan Sarana dan Prasarana

Dampak pembangunan sarana dan prasarana meliputi :

• Mengakibatkan menurunnya kualitas udara disekitar area

pembangunan

• Menurunnya kualitas air tanah

• Gangguan kesehatan penduduk disekitar lokasi pembangunan

b. Dampak Pembebasan Lahan Untuk Pembangunan

Dampak pembebasan lahan untuk pembangunan meliputi :

• Menyebabkan timbulnya persepsi negatif penduduk disekitas lokasi

pembangunan

• Menyebabkan munculnya keresahan penduduk

c. Dampak Kegiatan Demolisasi dan Mobilisasi

Dampak kegiatan demobilisasi dan mobilisasi meliputi :

• Menyebabkan kerusakan badan jalan

• Menurunnya kualitas udara

• Gangguan kesehatan penduduk

5.2.2.Komponen Sosial Budaya

Komponen sosial budaya yang diidentifikasi akan terkena dampak

sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :

a. Dampak Pembebasan Lahan

Dampak pembebasan lahan untuk pembangunan meliputi :

• Menyebabkan timbulnya persepsi negatif penduduk disekitas lokasi

pembangunan

Page 118: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 5

• Menyebabkan munculnya keresahan dikalangan penduduk

b. Dampak Penerimaan Tenaga Kerja

Dampak penerimaan tenaga kerja meliputi :

• Terbukanya kesempatan kerja dikalangan penduduk

• Timbulnya kecemburuan sosial

• Timbulnya konflik antara tenaga kerja lokal dan pendatang

• Timbulnya ancaman gangguan keamanan

c. Dampak Pengoperasian dan Pelaksanaan Pembangunan

Dampak pengoperasian danpelaksanaan pembangunan meliputi :

• Menurunnya kualitas air tanah disekitar lokasi pembangunan

• Penurunan kualitas udara

• Penurunan pendapatan penduduk

d. Dampak Kegiatan Pemeliharaan Hasil-Hasil Pembangunan

Dampak kegiatan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan meliputi :

• Penurunan kualitas air

• Gangguan kesehatan penduduk

• Keresahan dikalangan penduduk

• Kemacetan lalulintas selama pemeliharaan

5.2.3.Komponen Lingkungan

Komponen lingkungan yang diidentifikasi akan terkena dampak

sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :

a. Menurunnya kualitas air tanah disekitar lokasi pembangunan

b. Penurunan kualitas udara

c. Gangguan kesehatan penduduk

5.3. METODE PENDUGAAN DAMPAK

Metode pendugaan dampak pada dasarnya dilaksanakan dalam

rangka identifikasi potensi pencemaran lingkungan dalam kegiatan

Page 119: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 6

pembangunan berbagai prasarana dan sarana yang akan dibangun. Kaitan

antara kegiatan pembangunan Bajo dengan dampak besar dan penting

diperkirakan akan terjadi pada tahap pra konstruksi, pelaksanaan

konstruksi dan pasca pengelolaan.

Bagi rencana dan usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi

dengan Safeguard disebabkan tidak ada dampak penting secara teknologi

sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tetap diharuskan Upaya

pengelolaan Lingkungan (UKL) dan upaya Pemantauan lingkungan (UPL)

sesuai dengan peraturanyang berlaku. UKL dan UPL diatur melalui suatu

Pedoman Umum (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.

12/MENLH/3/94,tanggal 19 Maret 1994)

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

perlu disusun sedemikian rupa ,sehingga dapat :

• Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha

atau kegiatan yang merupakan sifat proyek itu sendiri dan dapat

menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan.

• Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak

• Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus

dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakonstruksi,konstruksi maupun

pasca konstruksi.

Karena UKL dan UPL bukan merupakan bagian dari Safeguard, maka

kedua dokumen tersebut tidak dinilai oleh Komisi AMDAL, melainkan

diarahkan langsung oleh Instansi Teknis yang membidangi dan

bertanggungjawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui

suatu petunjuk teknis yang bersangkutan. Walaupun tidak dinilai oleh

Komisi AMDAL, akan tetapi kedua dokumen tersebut merupakan syarat

pemberian ijin usaha atau kegiatan dimaksud oleh instansi yang

bertanggungjawab (sektoral).

a. Pra Konstruksi

Pada tahap ini kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan

dampak besar dan penting adalah :

Page 120: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 7

Pemilihan lokasi

Penggunaan lahan

Pembuatan rancang pembangunan

b. Pelaksanaan Konstruksi

Kegiatan pelaksanaan konstruksi yang akan dilaksanakan meliputi;

Pembangunan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang akan

dikembangkan.

c. Pasca Pengelolaan

Kegiatan yang ditelaah dalam operasional pembangunan adalah

kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting.

Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Pemakaian Tenaga Kerja Operasional

Pada tahap operasional diperlukan tenaga kerja, tenaga kerja yang

dibutuhkan pada pengoperasian diperkirakan tidak banyak bila

dibandingkan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada dan

memberikan dampak penting dengan terbukanya lapangan kerja yang

sifatnya permanen.

Operasional Fasilitas

Kegiatan pengoperasian fasilitas pada hakekatnya adalah proses

kegiatan operasional. Suatu kegiatan akan menggambarkan aktivitas

semua sektor kegiatan untuk menampung fenomena dalam masyarakat

lokal yang diprediksi akan melakukan kegiatan.

Pemeliharaan

Untuk tetap mencapai diperkirakan akan terpengaruh oleh kegiatan-

kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan yang terpenting adalah

ekosistem lingkungan.

Page 121: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 8

5.4. PEMILIHAN ALTERNATIF

5.4.1. Proses Pemilihan Alternatif

Proses pemilihan alternatif pada dasarnya mengacu pada ketentuan

yang telah ditetapkan pemerintah melalui keputusan umum dalam

peraturan Pemerintah No.51/1993 tentang perbedaan jenis Safeguard.

Proses pemilihan alternatif yang dimaksud sebagai berikut :

• Safeguard adalah suatu usaha atau kegiaan seperti yang telah

ditetapkan dalam peraturan yang terdahulu

• Safeguard kegiatan terpadu/multisektor yang merupakan hasil studi

mengenai dampak penting usaha atau kegiatan terpadu yang

direncanakan terhadap lingkungan hidup dala suatu kesatuan hamparan

ekosistem dan melibatkan satu instansi yang bertanggungjawab

• Safeguard kawasan yang merupakan hasil studi mengenai dampak

lingkungan hidup dalam satun kesatuan hamparan ekosistem dan

menyangkut kewenangan atau instansi yang bertanggungjawab

• Safeguard Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha

atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu

kesatuan hamparan eksistem zona rencana pengembangan wilayah

sesuai dengan RUTRD dengan melibatkan kewenangan lebih dari satu

instansi yang bertanggung jawab.

5.4.2. Penyajian Pemilihan Alternatif

Proses penyajian pemilihan alternatif pada dasarnya disesuaikan

dengan komponen yang disajikan sesuai dengan jenis kegiatan

pembangunan yang akan dilaksankan. Proses penyajian pemilihan alternatif

yang dimaksud sebagai berikut :

• Transparan; kegiatan pembangunan yang terkait harus diinformasikan

secara transfaran kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak,

Informasi harus mencakup daftara warga dan aset (tanah, bangunan,

tanaman atau lainnya) yang kan terkena dampak

• Partisipatif; warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP)

harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti:

Page 122: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 9

penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi,

serta lokasi tempat pemukiman kembali.

• Adil; pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP.

Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang

memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara

dengan harga pasar tanah dan asetnya.

• Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang

ditetapkan atau jika memungkinkan, secara sukarela menghibahkan

sebahagian tanahnya pada kegiatan.

5.5. ANALISIS PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Komisi Safeguard pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak

tetap yan dibentuk oleh Menteri atau pimpinan lembaga non Departemen,

dan dalam menjalankan tugasnya komisi Safeguard pusat dibantu oleh Tim

Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen safeguard.

Komisi Safeguard Daerah yang terdiri dari anggota tetap dan anggota

tidak tetap yang dibentuk oleh Gubernur, dan dalam menjalankan tugasnya

Komisi Safeguard daerah dibantu oleh Tim Teknis yang bertugas menilai

dokumen-dokumen Safeguard. Komisi Safeguard Pusat bertugas untuk :

• Menyusun pedoman teknis pembuatan Dokumen Safeguard yang meliputi

pembuatan kerangka acuan analisis dampak lingkungan

(KA ANDAL), Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL)

• Menanggapi dokumen KA-ANDAL

• Menanggapi dokumen ANDAL

• Menanggapi dokumen RKL

• Menanggapi dokumen RPL

• Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang dokumen

ANDAL,RKL,RPL. • Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh Menteri

Page 123: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 10

5.5.1. Sistem Pengelolaan

Sistem pengelolaan pada prinsipnya adalah untuk menetapkan

kelembagaan dalam sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang dimaksud

dalam hal :

• Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,

melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya

• Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak

lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat

perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL.

• Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya ke

Bappedalda atau Walikota

• Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau

UKL/UPL pada publik dalam waktu yang tidak terbatas

• Penanganan keluhan publik secara transparan

5.5.2. Pelaksanaan Pengelolaan

Pelaksanaan pengelolaan dilakukan oleh lembaga yang telah

ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Pelaksanaan pengelolaan tersebut sebagai berikut :

• Pemrakarsa Kegiatan

• Bappedalda atau Dinas/Instansi terkait

• Komisi Amdal

5.5.3. Pembiayaan Pengelolaan

Pembiayaan pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan yang akan

dilaksanakan melalui pelaksanaan RPIJM PU Cipta Karya Kota Makassar

bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota.

Page 124: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 11

5.6. ANALISIS PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

5.6.1. Tipe Pemantauan

Tipe pemantauan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan

program yang telah ditetapkan. Tipe pemantauan yang dimaksud sebagai

berikut :

• Penelaah awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang

bersangkutan memerlukan pembebasan lahan atau kegiatan yang

bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan pemukiman

kembali atau tidak

• Pengklasifikasian berbagai kategori dampak yang akan ditimbulkan dari

sub proyek yang diusulkan

• Perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang

tanah secara sukarela

• Perumusan rencana tindak pembebasan tanah secara sederhana dan

menyeluruh sesuai kebutuhan yang didukung oleh SK Gubernur/Walikota

• Menyelenggaran Tracer Study untuk menjamin bahwa proses

pembebasan tanah telah sesuai standart yang berlaku.

5.6.2. Prosedur Pemantauan

Prosedur pemantauan dilaksanakan untuk melihat seberapa besar

dampak yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dilaksanakan.

Prosedur pemantauan yang dimaksud sebagai berikut :

• Jumlah Manusia Yang Akan Terkena Dampak, Dampak lingkungan

suatu kegiatan menjadi penting bila manusia di wilayah studi Safeguard

yag terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari

kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang

menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah studi.

• Luas Wilayah Persebaran Dampak,dampak lingkungan suatu kegiatan

bersifat penting bila renana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya

wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas

dampak,atau tidak berbaliknya dampak ,atau komulatif dampak

Page 125: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 12

• Lamanya Dampak Berlangsung,dampak lingkungan bersifat penting bila

rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan

mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya,atausegi

komulatif dampak,yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan

kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi dan pasca operasi)

• Intensitas Dampak,intensitas dampak mengandung pengertian yang

timbul bersifat hebat ,drastic,serta berlangsung diareal yang bersifat

luas,dalam kurun waktu yang relative singkat.Dengan demikian dampak

lingkungan yang tergolong penting antara lain; bila rencana usaha atau

kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati

lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang-

undangan yang berlaku,

• Banyaknya Komponen Lingkungan Lain Yang Terkena Dampak,

Dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan

menimbulkan ampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah

komponennya lebih atau sama dengan komponrn lingkungan yang

terkena dampak primer,

• Sifat Komulatif Dampak, Dampak tergolong penting bila dampak

lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus,sehingga pada

kurun waktu tertentu ,atau beragamnya terus menerus sehingga pada

kurun waktu tertentu ,atau beragamnya dampak lingkungan bertumpuk

dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diassimilasikan oleh

lingkungan alam atau social yang menerimanya,

• Berbalik Atau Tidak Berbaliknya Dampak, Dampak bersifat penting

apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan

tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

5.6.3. Pelaksanaan Pemantauan

Pelaksanaan pemantauan yang akan diselenggaran akan melibatkan

berbagai komponen yang terkait langsung dengan pelaksanaan

pembangunan. Pelaksanaan pemantauan melibatkan komponen safeguard

Page 126: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 13

lingkungan antara lain; pemrakarsa kegiatan, Bappedalda, Instansi terkait

dan komisi amdal yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan RPIJM Bidang PU Cipta

Karya Kota Makassar, hal-hal yang akan dipantau disesuaikan dengan

program-program yang akan diselenggarakan. Untuk lebih jelasnya

pelaksanaan pemantauan dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Kategori Subproyek Menurut Dampak Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

1 2 3

A. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

TAHUN 2011

Pemasangan Paving Blok Kelurahan Tamangapa, Manggala, Bangkala dan Batua Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2012

Pemasangan Paving Blok Kelurahan Maccini Sombala, Tanjung Merdeka, Parang Tambung, Pa’Baeng-Baeng, Mangasa, Bungaya dan Barombong Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2013

Pemasangan Paving Blok Kelurahan Sudiang (Lapangan Upacara SD, Paccerakang dan Sudiang Raya Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2014

Pemasangan Paving Blok Kelurahan Sudiang, Untia, Pai, Mariso dan Panambungan

Revitalisasi Elevasi Jalan Pintu I UNHAS Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

B. TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Tahun 2011 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Kantor Camat Mariso,

Tamalate dan Ujung Tanah

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Page 127: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 14

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihanya sangat mungkin dilakukan

Tahun 2012

Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Taman Baca Baruga

Barombong, Paccerakang, Kelurahan Manggala, Bunga Eja, Tamalanrea Indah dan Bontomarannu

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2013

Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Posyandu Tamalanrea

Indah, Bangkala, Panambungan, Mariso, Bontorannu, Barombong, Tanjung Merdeka, Paccerakang, Tamarunang dan Maccini Parang

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2014

Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Posyandu Wajo,

Manggala, Tamalanrea Indah dan Bunga Eja

Pembangunan Taman Baca Rappocini, Panakkukang dan Bulu Rokeng

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

C. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Tahun 2011

Pembangunan Bangunan Intake/Rumah Pompa Air Baku Malengkeri (Suplesi)

Pengembangan Jaringan Distribusi IPA V Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihanya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

Penggantian Pompa Air Baku Kapasitas 250 Lt/dt, Heat 80 M

Penggantian Mesin Genset 750 KVA

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Page 128: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 15

Penggantian Meter Air Baku/Flow Meter 600 MM Suplesi Malengkeri

Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100

Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan sambungan Baru

Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tahun 2012

Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100

Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2013

Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100

Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Tahun 2014

Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air

Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL

Sumber : Hasil Analisis

Page 129: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 1

BAB VI KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN

6.1. UMUM

Meningkatnya tuntutan kebutuhan dana sebagai konsekwensi

penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, melalui otonomi daerah menuntut berbagai upaya

penyesuaian manajemen keuangan daerah termasuk arah pengelolaan

pendapatan dan belanja daerah.

Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk

mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan. Berdasarkan

kebijakan normatif yang ada, pemerintah daerah diberi kesempatan untuk

melakukan perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan daerah.

Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah : 1). perubahan

paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi daerah dan

desentralisasi; 2). semangat reinventing governance dan good governance,

dan 3), realitas regulasi dan instrumen pengelolaan keuangan daerah dalam

bentuk peraturan pelaksanaan yang baru, dan mendorong terciptanya iklim

investasi yang baik.

6.1.1. Komponen Keuangan

Hak pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah:

(1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan

daerah; (2) memperoleh dana perimbangan, dan (3) melakukan pinjaman.

Page 130: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 2

Dalam melaksanakan hak tersebut, pemerintah daerah mempunyai

kewajiban untuk: (1) mengelola sumber keuangan daerah secara efektif,

efisien, transparan, akuntabel dan taat azas sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku; (2) mensinergikan kebijakan

pembangunan daerah dengan kebijakan nasional; serta (3) melaporkan dan

mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan masyarakat.

Pemerintah daerah mempunyai kewajiban menyelenggarakan segala

kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk kemakmuran,

kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan

kewenangan tersebut diperlukan kemampuan pendanaan yang memadai.

Pendapatan daerah menurut sumbernya, terdiri dari pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dari ketiga

sumber pendapatan tersebut, pendapatan asli daerah merupakan

pendapatan yang memungkinkan untuk dioptimalkan.

Sesuai dengan prioritas kebijakan keuangan daerah, kebijakan

pendapatan daerah diarahkan pada optimalisasi pengelolaan pendapatan

daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan

daerah.

Dalam rangka melaksanakan optimalisasi sumber pendapatan daerah

terutama yang berasal dari penerimaan asli daerah, senantiasa

mempertimbangkan berbagai hal kepentingan masyarakat antara lain tidak

mengganggu substansi dari nilai-nilai pelayanan dasar kepada masyarakat.

Oleh karena itu intensifikasi maupun ekstensifikasi pendapatan asli daerah

tetap memperhatikan aspek pelayanan dan senantiasa menjaga iklim yang

kondusif untuk perkembangan dunia usaha.

Arah kebijakan pendapatan daerah yang ditempuh adalah

Intensifikasi dan Ektensifikasi Pendapatan Asli Daerah melalui serangkaian

kegiatan antara lain : peningkatan kualitas pelayanan dan Tertib

Administrasi Pengelolaan Pendapatan Daerah. Strategi dan prioritas

Pendapatan Daerah tahun 2004 – 2009 telah dirumuskan dalam program dan

kegiatan prioritas sebagai berikut :

• Optimaslisasi pemanfaatan sumber-sumber pendapatan daerah;

Page 131: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 3

• Penelitian dan pengkajian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah;

• Pemberdayaan fungsi dan peran perusahaan daerah;

• Prioritas pembiayaan penggerakan ekonomi dan pelayanan publik;

• Evaluasi Peraturan Daerah tentang pajak dan retribusi daerah;

• Pemutakhiran data obyek dan subyek pajak dan retribusi daerah;

• Pemantapan sistem akuntansi daerah;

• Evaluasi dan penataan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan keuangan

daerah;

• Pelatihan Aparatur;

• Kerjasama Lintas Daerah;

• Penyiapan sistem informasi dan manajemen perpajakan.

Berdasarkan program prioritas dan penunjang tersebut diatas

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah sesuai dengan jenis

penerimaan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD).

6.1.2. Komponen Penerimaan Pendapatan

Sesuai dengan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), pendapatan daerah terdiri dari :

a. Pendapatan Asli Daerah : terdiri dari penerimaan Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan,

dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dapat direalisasikan

secara rasional dan terukur dengan melaksanakan beberapa kegiatan

yang mampu mendorong pendapatan dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Pendapatan Dari Dana Perimbangan, yaitu pendapatan yang sangat

terkait dengan pelaksanaan desentralisasi kewenangan dan fiskal yang

diserahkan kepada daerah. Komponen Dana Perimbangan bersumber

dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA, Dana Alokasi Umum

dan Dana Alokasi Khusus. Penerimaan dana perimbangan yang dicapai

atas dasar formulasi bagi hasil yang telah ditetapkan dengan

Page 132: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 4

kemampuan optimal pemungutan yang dilaksanakan di daerah serta

intensitas koordinasi dan konsultasi dengan pemerintah.

c. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah, yaitu pada dasarnya dalam struktur

APBD adalah merupakan jenis penerimaan yang bersumber dari dana

bantuan berupa kontijensi penyeimbang gaji, hibah, dana darurat dan

bantuan keuangan dari provinsi.

6.1.3. Pendapatan Asli Daerah

Target dan realisasi pendapatan pada tahun 2006 – 2008, mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun dan merupakan akumulasi dari Laporan

Keterangan Pertanggunjawaban Walikota Akhir Tahun. Untuk lebih jelasnya

perkembangan target dan realisasi pendapatan, dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini.

Tabel 6.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2006-2008

NO URAIAN Tahun

2006 2007 2008

1 2 3 4 5

I PENDAPATAN DAERAH

829,108,496,280.68

920,971,740,075.00

1,010,284,431,000.00

Pendapatan Asli Daerah

120,890,776,136.68

125,936,173,075.00

137,237,118,000.00

Pajak Daerah

77,878,472,788.00

79,867,787,125.00

91,694,050,000.00

Retribusi Daerah

37,066,083,922.47

38,487,896,750.00

37,152,142,000.00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

1,891,718,875.39

3,701,549,700.00

3,857,926,000.00

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

4,054,500,550.82

3,878,939,500.00

4,533,000,000.00

Dana Perimbangan

619,958,299,314.00

697,778,550,000.00

781,814,690,000.00

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

92,274,299,314.00

105,401,550,000.00

118,493,300,000.00

Dana Alokasi Umum (DAU)

513,004,000,000.00

583,842,000,000.00

643,328,390,000.00

Dana Alokasi Khusus (DAK)

14,680,000,000.00

8,535,000,000.00

19,993,000,000.00

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

88,259,420,830.00

97,257,017,000.00

91,232,623,000.00

Hibah

4,300,000,000.00

4,058,617,000.00

-

Dana Darurat

-

-

-

Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah lainnya

78,205,560,890.00

79,500,000,000.00

87,500,000,000.00

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 5,753,859,940.00

-

-

Bantuan Keuangan dari Provinsi Pemerintah Daerah lainnya

13,698,400,000.00

3,732,623,000.00

JUMLAH PENDAPATAN

829,108,496,280.68

920,971,740,075.00

1,010,284,431,000.00

II BELANJA DAERAH

811,194,616,469.66

949,479,195,865.00

1,052,784,431,000.00

Belanja Tidak Langsung

429,714,288,676.01

485,355,906,460.00

581,224,140,000.00

Belanja Pegawai

382,650,566,084.65

432,452,881,164.00

516,531,429,000.00

Page 133: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 5

1 2 3 4 5

Belanja Bunga

1,621,374,677.47

3,481,000,000.00

2,714,711,000.00

Belanja Subsidi

4,457,413,399.89

2,987,988,525.00

1,500,000,000.00

Belanja Hibah

22,744,760,645.00

3,500,000,000.00

23,030,500,000.00

Belanja Bantuan Sosial

15,788,416,953.00

42,934,036,771.00

35,447,500,000.00

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa

2,451,756,916.00

-

-

Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemeritah Desa

-

-

-

Belanja Tak Terduga

-

-

2,000,000,000.00

Belanja Langsung

381,480,327,793.65

464,123,289,405.00

471,560,291,000.00

Belanja Pegawai

102,679,891,954.00

103,860,687,740.00

Belanja Barang dan Jasa

255,150,566,084.65

220,461,417,168.00

227,897,231,605.00

Belanja Modal

126,329,761,709.00

140,981,980,283.00

139,802,371,655.00

JUMLAH BELANJA

811,194,616,469.66

949,479,195,865.00

1,052,784,431,000.00

SURPLUS (DEFISIT)

17,913,879,811.02

(28,507,455,790.00)

(42,500,000,000.00)

III PEMBIAYAAN DAERAH

66,476,854,127.36

98,632,728,890.00 62,500,000,000.00

Penerimaan Pembiayaan

49,064,678,602.36

63,570,092,340.00 52,500,000,000.00

Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA)

47,040,760,066.36

49,566,826,000.00

45,000,000,000.00

Pencairan Dana Cadangan -

-

7,500,000,000.00

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

-

-

-

Penerimaan Pinjaman Daerah

-

-

-

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

429,243,343.00

-

-

Penerimaan Piutang Daerah

1,594,675,193.00

14,003,266,340.00

-

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

49,064,678,602.36

63,570,092,340.00 52,500,000,000.00

Pengeluaran Pembiayaan

16,412,175,525.00

35,062,636,550.00

10,000,000,000.00

Pembentukan Dana Cadangan

-

7,500,000,000.00

-

Penyertaan Modal ( Investasi ) Daerah

5,750,000,000.00

7,000,000,000.00

-

Pembayaran Pokok Utang

9,926,725,600.00

20,500,000,000.00

10,000,000,000.00

Pembayaran Utang Belanja

735,449,925.00

62,636,550.00

-

Pembayaran Utang Pajak

-

-

-

Pemberian Pinjaman Daerah

-

-

-

Dana Bergulir

1,000,000,000.00

-

-

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

17,412,175,525.00

35,062,636,550.00

10,000,000,000.00

Pembiayaan Netto

31,652,503,077.36

28,507,455,790.00 42,500,000,000.00

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)

49,566,826,000.93

-

-

DSCR

21.92

Sumber : Bappeda Kota Makassar, 2009

Page 134: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 6

6.1.4. Dana Perimbangan

Dana perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dan

Bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Perimbangan dari Provinsi.

Adapun rincian dana perimbangan untuk pemerintah Kota Makassar

yang diperoleh dalam kurung waktu tahun 2007 dan 2008 sebagai berikut :

Tabel 6.2. Dana Perimbangan Kota Makassar

No Uraian 2007 2008

1 2 3 4

1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak

105,401,550,000.00

118,493,300,000.00

2 Dana Alokasi Umum

583,842,000,000.00

643,328,390,000.00

3 Dana Alokasi Khusus

8,535,000,000.00

19,993,000,000.00

4 Dana Perimbangan dari Propinsi

13,698,400,000.00

3,732,623,000.00

Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008

Dari tabel diatas menjunkkan bahwa pada pos Dana Bagi Hasil Pajak/

Bukan Pajak terdapat kenaikan sebesar Rp.13.091.750.000 (11%), Dana

Alokasi Umum (DAU) kenaikannnya hanya Rp.59.486.390.000 (9%),Dana

Alokasi Khusus (DAK) naik sebesar Rp.11.458.000.000 (57%), dan Dana

Perimbangan dari Propinsi turun sebesar Rp.9.965.777.000 (267%).

6.2. KOMPONEN PENGELUARAN BELANJA

Pada komponen pengeluaran belanja Kota Makassar yang terjadi

dalam 2 tahun (2007-2008) terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan

jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bantuan sosial dan belanja

modal yang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Page 135: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 7

Tabel 6.3. Komponen Pengeluaran Belanja Kota Makassar

No Uraian 2007 2008

1 2 3 4 1 Belanja Pegawai 535.132.773.118.00 620.392.116.740.00 2 Belanja Barang dan jasa 220,461,417,168.00 227,897,231,605.00 3 Belanja Bunga 3,481,000,000.00 2,714,711,000.00 4 Belanja subsidi 2,987,988,525.00 1,500,000,000.00 5 Belanja Bantuan Sosial 42,934,036,771.00 35,447,500,000.00 6 Belanja Modal 140,981,980,283.00 139,802,371,655.00

Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008

Tabel ini menggambarkan keadaan komponen pengeluaran pada pos

belanja, dimana tingkat prosentase kenaikan/penurunan dari tahun 2007

dan 2008 pada masing-masing pos belanja yaitu belanja pegawai naik 16%,

belanja barang dan jasa naik 3%, belanja subsidi turun 99 %, belanja

bantuan sosial turun 21%, dan belanja modal turun 1%. 6.3. KOMPONEN PEMBIAYAAN

Pada komponen pembiayaan setiap daerah khususnya Kota Makassar

yang bersumber dari penerimaan pembiayaan dan dikurangi pengeluaran

pembiayaan untuk mendapatkan jumlah pembiayaan sebagaimana dalam

Tabel berikut:

Tabel 6.4. Komponen Pembiayaan Kota Makassar

No Uraian 2007 2008

1 2 3 4

1 Penerimaan Daerah 63,570,092,340.00 52,500,000,000.00

2 Pengeluaran Pembiayaan 35,062,636,550.00 10,000,000,000.00

3 Jumlah Pembiayaan 98,632,728,890.00 62,500,000,000.00

Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008

Dari uraian tabel tersebut diatas terlihat bahwa terjadi penurunan

baik penerimaan daerah sebesar Rp.11.070.092.340 atau turun 21%, dan

pengeluaran pembiayaan turun Rp.25.062.636.550. atau turun 251%. Hal ini

memerlihatkan bahwa terjadinya kenaikan penerimaan dibarengi juga

Page 136: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 8

kenaikan pembiayaan, namun tingkat prosentasenya lebih besar

pengeluaran pembiayaan dibandingkan dengan kenaikan penerimaan

daerah.

6.4. PROFIL KEUANGAN KOTA MAKASSAR

Dalam setiap daerah mempunyai strategi untuk mendapatkan

sumber dana untuk membiayai aktivitasnya diluar anggaran yang telah

ditentukan, sehingga pada Kota Makassar tentunya juga mempunyai

langkah-langkah untuk mendapatkan sumber pembiayaan termasuk di

dalamnya menggalakkan penerimaan dari pajak dan bukan pajak

sebagaimana dalam lampiran.

6.4.1. Keuangan Daerah

Aspek keuangan merupakan salah satu penentu bagi kemajuan suatu

daerah untuk meningkatkan proses perekonomian baik yang dipandang dari

roda pemerintahaan maupun terhadap proses pembangunan. Kemajuan

suatu daerah tentunya bukan saja diandalkan dari keuangan daerah itu

sendiri tetapi ada peran swasta dan masyarakat khususnya untuk

meningkatkan perekonomian. Keuangan daerah sebagai gambaran tentang

tingkat kemajuan dalam mengelola sumber daya yang ada.

6.4.2. Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar

6.4.2.1. Laba Rugi 2006-2008

Posisi laporan laba/rugi dalam suatu pembukuan pada suatu

perusahaan khususnya perusahaan PDAM Kota Makassar, merupakan suatu

gambaran tentang kondisi posisi keuangan apakah perusaahaan tersebut

berada pada kondisi profitabilitas yang artinya apakah perusahaan

mempunyai kemampaun untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan

untuk mendapatkan laba tersebut.

Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana posisi laporan keungan laba

rugi PDAM Kota Makassar perinciannya yaitu sebagai berikut :

Page 137: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 9

Tabel 6.5. Laporan Laba (Rugi) Komparatif Periode 31 Desember 2006-2008 PDAM Kota Makassar

URAIAN TAHUN

2006 2007 2008 (Unaudit)

1 2 3 4

PENDAPATAN USAHA

Pendapatan Penjualan Air 104,714,447,652.16

109,078,134,413.00

118.292.505.066.00

Pendapatan Penjualan Non Air 5,459,063,972.44

6,444,593,978.52

10.465.727.25

Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041.25

BIAYA LANGSUNG USAHA

Biaya Sumber Air 1,973,351,560.50

1,978,667,390.06

2.623.133.098.76

Biaya Pengolahan Air 32,841,696,148.64

30,340,509,160.13

29.183.479.561.88

Biaya Transmisi dan Distribusi 20,681,926,955.20

25,974,156,970.16

31.421.473.784.30

Jumlah Biaya Langsung Usaha 55,496,974,664.34

58,293,333,520.35

63.228.086.444.94

Laba ( Rugi ) Kotor Usaha 54,676,536,960.26

57,229,394,871.17

65.530.146.596.31

Biaya umum dan Administrasi 49,197,889,934.86

50,559,002,953.97

44.532.613.583.22

Biaya Bunga Pinjaman 16,260,162,666.67

20,960,175,739.38

18.417.009.326.82

Jumlah Biaya Umum dan Bunga 65,458,052,601.53

71,519,178,693.35

62.949.622.910.04

Laba ( Rugi ) Bersih Usaha (10,781,515,641.27)

(14,289,783,822.18)

2.580.523.686.27

PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-lain 803,826,636.39

3,344,009,700.85

2.913.217.799.89

Biaya Lain-lain (387,280,069.93)

(140,033,602.77)

(208.688.271.59)

Jumlah Pendapatan dan Biaya Lainnya

416,546,566.46

3,203,976,098.08

2.704.529.528.30

Laba ( Rugi ) Sebelum Pajak (10,364,969,074.81)

(11,085,807,724.10)

5.285.053.214.57

Pajak penghasilan (PPh) -

LABA (RUGI) BERSIH SETELAH PAJAK

(10,364,969,074.81)

(11,085,807,724.10)

5.285.053.214.57

Sumber : PDAM Kota Makassar, 2008 Data Diolah

Dari Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penjualan air dan

non air terjadi kenaikan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2006 sebesar

Rp.110.173.511.624.60 , tahun 2007 sebesar Rp. 115.522.728.391,52 dan

tahun 2008 Rp.128.758.233.041.25

Page 138: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 10

6.4.2.2. Neraca Komparatif 31 Desember 2006-2008

Laporan keuangan dalam bentuk neraca adalah suatu gambaran

posisi keuangan perusahaan tentang perbandingan antara pasiva dan aktiva

atau antara hak penerimaan pendapatan perusahaan dengan kewajiban

perusahaan didalam membayar atau mengembalikan hutang-hutang

perusahaan kepada investor. Adapun bentuk neraca keuangan PDAM Kota

Makassar perinciannya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6.6. Neraca Komparatif Per 31 Desember 2006-2008 (Unaudit) PDAM Kota Makassar

AKTIVA TAHUN

2006 2007 2008 (unaudit)

1 2 3 4

AKTIVA LANCAR

Kas dan Setara Kas 13,252,957,900.25

31,797,279,022.32

33,455,365,513.47

Deposito Jangka Pendek 7,420,000,000.00

13,870,000,000.00

31,000,000,000.00

Piutang Usaha 29,246,639,710.86

31,126,577,809.76

30,449.196.199.62

Peny. Piutang Usaha 9,967,963,490.50

10,656,723,640.18

(11.062.970.290.62)

Piutang Usaha Bersih 19,278,676,220.36

20,469,854,169.58

19.386.225.908,02

Piutang Karyawan 1,452,511,001.28

1,053,715,051.84

934.519.601,84

Piutang Lain-lain 1,130,570,638.98

1,362,042,138.98

1.378.942.138,98

Persediaan Barang 588,408,995.00

982,587,070.00

704.062.725,00

Uang Muka Biaya 1,080,966,494.00

553,200,496.00

20.097.494.326,00

Uang Muka Pajak -

- -

Jumlah Aktiva Lancar 44,204,091,249.87

70,088,677,948.72

106.956.610.326,00

AKTIVA TETAP

Tanah 4,105,929,361.26

4,105,929,361.26

4.845.129.361,26

Bangunan 134,509,166,287.81

135,105,929,537.81

135.530.929.537,81

Jaringan Pipa 205,603,626,682.00

210,772,399,517.48

227.871.377.755,05

Mesin Pompa 59,905,202,946.49

60,177,587,221.49

60.628.156.721,49

Alat Kantor dan Teknik Bengkel 2,563,615,244.41

2,732,564,994.41

2.805.994.6441,41

Kendaraan 5,997,878,030.50

6,280,378,030.50

5.054.744.030,50

Mesin Kantor dan Komputer 6,865,962,451.00

8,316,101,090.00

8.704.787.790,00

Nilai Perolehan Aktiva Tetap 419,551,381,003.47

427,490,889,752.95

445.541.119840,52

Page 139: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 11

1 2 3 4

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (219,072,070,823.92)

(241,918,164,369.91)

(263.373.986.959,78)

Nilai Buku Aktiva Tetap 200,479,310,179.55 185,572,725,383.04 182.167.132.880,74

AKTIVA LAIN – LAIN

Bahan Iinstalasi 5,696,071,754.20

9,059,263,700.97

9.087.579.742,40

Biaya Ditangguhkan 10,384,471,136.80

13,116,965,284.00

9.837.723.963.00

Perhitungan Dengan Pemkot 923,752,697.74

923,752,697.74

923,752,697.74

Proyek Dalam Penyelesaian -

- -

Aktiva Lain-Lain Lainnya 820,853,975.05

296,658,228.39

281.658.228.39

Jumlah Aktiva Lain-Lain 17,825,149,563.79

23,396,639,911.10

20.130.714.726.53

JUMLAH AKTIVA 262,508,550,993.21

279,058,043,242.86

309.254.457.726.58

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang Usaha 2,847,426,956.67

3,807,151,565.04

12.260.216.290.00

Biaya YMH Dibayar 8,402,769,283.14

6,884,895,502.13

4.540.291.863.46

Pendapatan Diterima Dimuka -

- -

Hutang Pajak -

- -

Hutang Jangka Panjang 46,616,661,439.62

83,222,339,652.04

99.094.437.904.96

Hutang Bunga 45,691,607,588.46

54,681,589,808.52

67.283.899.703.40

Hutang denda Pinjaman 11,651,466,160.62

15,858,890,633.44

21.673.590.065.38

Kewajiban Jangka Pendek Lainnya 15,283,470,790.23

12,795,202,271.75

7.991.447.843.75

Jumlah Hutang Lancar 130,493,402,218.74

177,250,069,432.92

212.843.883.670.95

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Hutang Pemerintah Pusat (PDN) 130.666.666.57

33,750,000.00

11.250.000.00

Pinjaman Luar Negeri (OBCF) IP-332 637.812.700.00

- -

Pinjaman Luar Negeri (OBCF) IP-415 118.871.986.896.88

103,033,095,831.20

87.183.497.578.28

Jumlah Hutang Jangka Panjang 119.640.456.263.45

103,066,845,831.20

87.194.747.578.25

KEWAJIBAN LAIN-LAIN

Hutang Usaha Lainnya -

-

-

Uang Muka Pelanggan 5,529,740,380.00

5,529,740,380.00

5,529,740,380.00

Cadangan Dana Meter 21,696,122,141.93

25,914,967,419.93

31.104.612.903.93

Hutang Jangka Panjang Lainnya -

-

-

Jumlah Kewajiban Lain-Lain 27,225,862,521.93

31,444,707,799.93

36.634.353.283.93

EKUITAS

Modal Pemkot 17,291,644,384.15 17,291,644,384.15 17,291,644,384.15

Modal Pemerintah Pusat 14,611,271,563.20 14,611,271,563.20 14,611,271,563.20

Penyertan Yang Blm Ditentukan Statusnya 156,638,802,326.00 156,638,802,326.00 156,638,802,326.00

Page 140: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 12

1 2 3 4

Laba ( Rugi) Tahun Lalu (193,027,929,209.43) (210,159,490,370.440 (221.245.296.294.50)

Laba (Rugi) Tahun Berjalan (10,364,969,074.82) (11,085,807,724.10) 5.285.053.214.57

Jumlah Ekuitas (14,851,180,010.90)

(32,703,579,821.19)

(27.418.526.806.58)

JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS 262,508,550,993.22

279,058,043,242.86

309.254.457.726.58

Sumber : PDAM Kota Makassar, 2008 Data Diolah

Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa jumlah aktiva terdapat

kenaikan dari tahun 2006 sebesar Rp. 262.508.550.993,22, tahun 2007

sebesar Rp.279.058.043.242,86 dan pada tahun 2008 (unaudit) sebesar

Rp. 309.254.457.726,58. 6.5. PERMASALAHAN DAN ANALISIS

6.5.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Makassar

Dari Laporan keuangan yang tergambar dalam APBD tahun 2006

sampai dengan 2008, terjadi kenaikan pos tertentu disisi lain ada

penurunan sebagaimana dalam lampiran.

a. Permasalahan

Kinerja Badan Usaha Milik Daerah sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah belum optimal;

Dana perimbangan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi belum

sepenuhnya ditransfer ke Kasda secara tepat waktu;

Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pengelolaan

pendapatan daerah;

Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat memenuhi

kewajibannya sebagai wajib pajak dan retribusi.

b. Solusi

Peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah melalui pengembangan

lapangan usaha dan jaringan pemasaran;

Peningkatan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah dan

Pemerintah Provinsi mengenai dana perimbangan untuk dapat

ditransfer tepat waktu.

Page 141: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 13

Peningkatan dan Penambahan sarana dan prasarana penunjang

pengelolaan pendapatan daerah;

Sosialisasi dan pemberian motivasi kepada wajib pajak dan retribusi.

6.5.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Makassar

Untuk melihat penerimaan daerah dengan melakukan proyeksi

minimal 5 tahun kedepan dengan dasar asumsi persentase kenaikan

pertahunnya dengan melihat hasil yang dicapai tahun sebelumnya

sebagaimana dalam lampiran.

Tabel 6.7. Proyeksi APBD Pemerintah Kota Makassar

No Uraian Bagian dan Pos % Per Tahun

% Proyeksi Pertumbuhan

Proyeksi

2012 2013 2014

1. Belanja Operasi -Belanja Pegawai 13.74% 15.20% 948,470,238,368 1,092,637,714,600 1,258,718,647,219

-Belanja Barang 3.17% 6% 271,429,249,197 287,715,004,149 304,977,904,398

-Belanja Bunga -28.23% -10% 1,979,024,319 1,781,121,887 1,603,009,698

-Belanja Subsidi -99.20% -23% 684,799,500 527,295,615 406,017,624

-Belanja Hibah 84.80% 25% 44,981,445,313 56,226,806,641 70,283,508,301

-Belanja Bantuan Sosial -21.12% 21% 62,797,408,548 75,984,864,342 91,941,685,854

Jumlah (1) 11.25% 1,330,342,165,244 1,514,872,807,234 1,727,930,773,094

2. Belanja Modal

-Belanja Tanah 14.53% 17% 10,647,097,355

12,457,103,905

14,574,811,569

-Belanja Peralatan dan Mesin 48.16% 23%

105,125,018,824

129,303,773,154

159,043,640,979

-Belanja Gedung dan Bangunan 12.44% 9%

38,333,384,872

41,783,389,511

45,543,894,566

-Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 4.13% 2%

69,211,740,562

70,595,975,373

72,007,894,880

-Belanja Aset tetap Lainya 34.96% 12% 3,647,496,222

4,085,195,769

4,575,419,261

-Belanja Aset Lainya

Jumlah (2) 21.84% 226,964,737,835 258,225,437,711 295,745,661,256

3 Transfer ke Desa/ Kel. -Bagi Hasil Pajak 9.14% 11% 119,667,712,500 132,831,160,875 147,442,588,571

-Bagi Hasil Retribusi

-Bagi Hasil Pendapatan

Lainya

Jumlah (3) 9.14% 119,667,712,500 132,831,160,875 147,442,588,571

4 Belanja Tak Terduga 1% 2,060,602,000 2,081,208,020 2,102,020,100

Jumlah Biaya 1,679,035,217,579 1,908,010,613,840 2,173,221,043,022

Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009

Page 142: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 14

6.5.2.1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja

Dalam melakukan perencanaan baik dalam penerimaan maupun

rencana pembiayaan/belanja yaitu dengan membuat proyeksi keuangan 5

tahun dengan asumsi prosentase masing-masing jenis penerimaan maupun

pembiayaan/belanja sebagaimana terlihat pada Tabel lampiran.

Tabel 6.8. Struktur Pengeluaran Belanja SAP-D

No Sub-Komponen Belanja Rp

1 Belanja Operasi

Belanja Pegawai 620,392,116,740.00

Belanja Barang 227,897,231,605.00

Belanja Bunga 2,714,711,000.00

Belanja Subsidi 1,500,000,000.00

Belanja Hibah 23,030,500,000.00

Belanja Bantuan Sosial 35,447,500,000.00

Jumlah (1) 910,982,059,345.00

2 Belanja Modal

-Belanja Tanah 6,647,734,100.00

-Belanja Peralatan dan Mesin 56,492,494,533.00

-Belanja Gedung dan Bangunan 29,600,406,533.00

-Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 65.219.768.944

-Belanja Aset tetap Lainya 2,596,215,765.00

-Belanja Aset Lainya -

Jumlah (2) 160,556,619,608.00

3 Transfer ke Desa/ Kel. -

-Bagi Hasil Pajak 87,500,000,000.00

-Bagi Hasil Retribusi -

-Bagi Hasil Pendapatan Lainya -

Jumlah (3) 87,500,000,000.00

4 Belanja Tak Terduga 2,000,000,000.00

Jumlah (4) 2,000,000,000.00

Sumber : PP No. 24/2004 Tentang Sistem Akutansi Pemerintahan

Page 143: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 15

Tabel 6.9. Struktur Pembiayaan SAP-D

No Subkomponen Pembiayaan Rp.

1 Penerimaan Pembiayaan

a. Penggunaan SILPA 45,000,000,000.00

b. Pencairan Dana Cadangan 7,500,000,000.00

c. Pinjaman Dalam Negri –Pemerintah Pusat -

d. Pinjaman Dalam Negri –Pemda Lain -

e. Pinjaman Dalam Negri –Bank -

f. Pinjaman Dalam Negri –Non-Bank -

g. Pinjaman Dalam Negri –Oligasi -

h. Pinjaman Dalam Negri –Lainya -

i. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Negara -

j. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Daerah -

k. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pemda Lainya -

Jumla (1) 52,500,000,000.00

2 Pengeluaran Pembiayaan

a. Pembentukan Dana Cadangan -

b. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemd.Pusat 10,000,000,000.00

c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemd. Lain -

d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Bank -

e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non-Bank -

f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Obligasi -

g. Pembayaran Pokok Pinjaman – Lainya -

h. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara -

i. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah -

j. Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainya -

Jumlah (2) 10,000,000,000.00

Pembiayaan Netto (1-2) 42,500,000,000.00

Sumber : PP No. 24/2004 Tentang Sistem Akutansi Pemerintahan

6.5.2.2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

Salah satu penerimaan yang bersumber penerimaan daerah yaitu

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tercakup didalamnya pajak daerah,

retribusi, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain

pendapatan yang sah, dimana perlu dilakukan proyeksi kedepan minimal 5

tahun dengan berasumsi secara prosentase terhadap masing-masing pos

Page 144: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 16

penerimaan. Adapun asumsi yang digunakan dalam proyeksi PAD dapat

dilihat pada Tabel lampiran.

Tabel 6.10. Proyeksi APBD dan Perimbangan

No Uraian Bagian dan Pos Realisasi APBD

% Per Tahun % Proyeksi Pertumbuhan

Proyeksi

2008 2012 2013 2014

1. Pendapatan

a. Dana Alokasi Umum 643,328,390,000 9.25% 12.20% 908,680,666,581 1,019,539,707,903 1,143,923,552,268

b. Dana Alokasi Khusus 19,993,000,000 57.31% 11.50% 27,714,214,129 30,901,348,754 34,455,003,860

c. Dana Bagi Hasil Pajak 118,493,300,000 11.05% 5% 137,170,806,413 144,029,346,733 151,230,814,070

d. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (Non Pajak)

2. Pendapatan Asli Daerah

a. Retribusi 37,152,142,000 -3.60% 5% 43,008,248,383 45,158,660,802 47,416,593,842

b. Pendapatan Pajak Daerah 91,694,050,000 12.90% 7% 112,329,154,094 120,192,194,881 128,605,648,522

c. Penerimaan Bunga -

d. Penerimaan Lain Yang Sah 4,533,000,000 14.43% 11.30% 6,249,873,283 6,956,108,964 7,742,149,277

3 Penerimaan Pembiayaan

a. Penggunaan SILPA 45,000,000,000 -10.15% 2% 47,754,360,000 48,709,447,200 49,683,636,144

b. Pencarian Dana Cadangan 7,500,000,000 100.00% 3% 8,195,452,500 8,441,316,075 8,694,555,557

c. Pinjaman Dalam Negri- Pemerintah Pusat

-

d. Pinjaman Dalam Negri- Pemda Lain

-

e. Pinjaman Dalam Negri –Bank

-

f. Pinjaman Dalam Negri –Non-Bank

-

g. Pinjaman Dalam Negri –Oligasi

-

h. Pinjaman Dalam Negri –Lainya

-

i. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Negara

-

j. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Daerah

-

k. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pemda. Lainnya

-

Jumlah Pendapatan

Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009

Page 145: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 17

Tabel 6.11. Proyeksi APBD dan Perimbangan

No Uraian Bagian dan Pos Realisasi APBD

% Per Tahun

% Proyeksi Pertumbuhan

Proyeksi

2008 2012 2013 2014

1 Rasio Perhitungan DSCR 21.92 46.53% 12.10% 49.07 60.32 70.28

2 Bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

137,237,118,000 7.51% 9.20% 178,706,152,365 195,147,118,383 213,100,653,274

3 Pos dana Alokasi Umum (DAU) 643,328,390,000 9.25% 12.20% 908,680,666,581 1,019,539,707,903 1,143,923,552,268

4 Pos Dana Otonomi Khusus - - - - -

5 Pos Dana Bagian Hasil (DBH)+DBJBP

118,493,300,000 11.05% 17.30% 191,244,005,401 224,329,218,335 263,138,173,107

6 Belanja Wajib - -

-

Belanja Pegawai 516,531,429,000 16.28% 19.40% 879,244,645,575 1,049,818,106,816 1,253,482,819,539

Belanja Anggota DPRD 103,860,687,740 1.14% 2.10% 110,542,280,611 112,863,668,504 115,233,805,543

7 Angsuran Pokok Pinjaman 10,000,000,000 -105.00% -25% 4,218,750,000 3,164,062,500 2,373,046,875

8 Angsuran Bunga Pinjaman 2,714,711,000 -28.23% -15% 1,667,171,893 1,417,096,109 1,204,531,693

9 Biaya Lain (Biaya Komitmen+Jasa Giro Perbankan+Provesi)

- - - - - -

DSCR Minimal 2,5

Sumber : Hasil Analisis

6.5.2.3. Proyeksi Public Saving

Untuk mendapatkan Publik Saving pada suatu daerah yang mengacu

pada sumber penerimaan maupun belanja wajib pada data Laporan APBD

sebagai perbandingan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel lampiran.

Tabel 6.12. Public Saving

No Sumber Penerimaan

Tahun Pertumbuhan Rata-rata Proporsi

2005 2006 2007 2008

(ribuan) (ribuan) (ribuan) (ribuan) (%) (%)

I Penerimaan

1 PAD 99,841,782

120,890,776

125,936,173 137,237,118 11.19% 20.11%

2 DBHP+DBHBP 88,019,900 92,274,299

105,401,550 118,493,300 10.42% 18.72%

3 DAU 323,075,000

513,004,000

583,842,000 643,328,390 28.51% 51.25%

4 DAK - 14,680,000

8,535,000 19,993,000 16.70% 30.02%

II Belanja Wajib

1 Pembiayaan 43,474,465 48,064,678 63,570,092 52,500,000 6.49% 11.67%

2 Pembelanjaan 17,916,796 16,412,175 35,062,636 10,000,000 -17.67% -31.76%

Total Public Saving 95,387,991

134,220,988

153,724,575 163,591,968 55.63% 100%

Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009

Page 146: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 18

6.6. ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA

6.6.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

a. Kemampuan Keuangan (PAD) Kota Makassar

Analisis kemampuan keuangan daerah ditujukan untuk mengetahui

kemampuan keuanfgan yang ada dalam kerangka pembiayaan pembangunan

daerah. Proyeksi PAD dilakukan dalam rangka mengetahui seberapa besar

kemampuan keuangan daerah bersangkutan dalam membiayai

pembangunan yang akan datang (periode 5 tahun) dengan asumsi kenaikan

10%. Hasil proyeksi PAD Kota Makassar ditujukan untuk mengukur keuangan

daerah dalam membiayai sektor-sektor pembangunan. Hasil proyeksi

diperoleh gambaran pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel 6.13. Proyeksi PAD Kota Makassar Periode 5 Tahun (2010-2014)

No Tahun Jumlah (Rp.000)

1 2 3

1 2010

157,822,685,700.00

2 2011

181,496,088,555.00

3 2012

208,720,501,838.25

4 2013

240,028,577,113.99

5 2014

276,032,863,681.09

Sumber : Hasil Analisis b. Kemampuan Pembiayaan Bidang PU/Cipta Karya

Kemampuan pembiayaan pada dasarnya adalah jumlah biaya

pelaksanaan yang akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan sektor

keciptakaryaan, khususnya penggunaan dana dalam pelaksanaan

pembangunan bidang ke Cipta Karyaan Kota Makassar. Kemampuan

pembiayaan tersebut didasarkan pada jenis-jenis pembangunan yang akan

dan telah diprogramkan untuk dilaksanakan pada priode anggaran yang

Page 147: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 19

telah dipersiapkan setiap tahunnya. Proyeksi kemampuan pembiayaan Dinas

PU Cipta Karya Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 6.14. Proyeksi Kemampuan Pembiayaan Dinas PU Cipta Karya Kota

Makassar Periode 2010-2014

No Tahun Jumlah (Rp) %Terhadap PAD

1 2 3 4

1 2010 23,043,124,342.58 15%

2 2011 26,499,592,993.97 15%

3 2012 30,474,531,943.07 15%

4 2013 35,045,711,734.53 15%

5 2014 40,302,568,494.71 15%

Sumber : Hasil Analisis

6.6.2. Aspek Keuangan Perusahaan

a. Penilaian Rasio Keuangan Perusahaan 2006-2008 (Unaudit)

Ratio keuangan perusahaan didasarkan pada prinsip bahwa nilai ratio

dapat membantu menunjukkan berbagai hal yang memerlukan penelitian

lebih lanjut dalam rangka mengembangkan strategi operasi pada masa

mendatang.

Secara umum penilaian kinerja keuangan mencakup pengukuran

terhadap keseimbangan struktur permodalan, pendayagunaan aktiva,

kemampuan menghasilkan laba, efisiensi dalam pengelolaan sumber dana

dan penggunaan dana serta kemampuan membayar kewajiban yang jatuh

tempo.

b. Ratio Likuiditas

Menampilkan dan menjelaskan kondisi kemampuan keuangan

berdasarkan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio, acid test ratio,

cash ratio, perputaran piutang maupun periode rata-rata pengumpulan

piutang serta perkembangannya. Tabel perhitungannya dapat dilihat pada

Tabel berikut ini.

Page 148: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 20

Tabel 6.15. Ratio Likuiditas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)

NO URAIAN TAHUN

2006 2007 2008 (unaudit)

1 2 3 4 5

1 Current Ratio (a/b) 0.34 0.40 0,50

% Perubahan

a. Aktiva Lancar 44,204,091,249.87 70,088,677,948.72 106.956.610.214,31

b. Hutang Lancar 130,493,402,218.74 177,250,069,432.92 212.843.883.670,95

2 Acid Test Ration (a+b+c)/d 0.31 0.37 0,39

% Perubahan

a. Kas dan Bank 13,252,957,900.25 31,797,279,022.32 33.455.365.513,47

b. Deposito 7,420,000,000.00 13,870,000,000.00 31.000.000.000,00

c. Piutang Usaha (besih) 19,278,676,220.36

20,469,854,169.58

19.386.225.909,02

d. Hutang Lancar 130,493,402,218.74

177,250,069,432.92 212.843.883.670,95

3 Cash Ratio ( a/b) 0.10 0.18 0,16

% Perubahan

a. Kas dan Bank 13,252,957,900.25

31,797,279,022.32

33.455.365.513,47

b. Hutang Lancar 130,493,402,218.74

177,250,069,432.92

212.843.883.670,95

4 Perputaran Piutang 5.71 5.16 5.78

(a) / ( ( b+c) / 2 )

% Perubahan

a. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041,25

b. Piutang awal ( Bersih) 16.712.581.743,24

21.861.757.860,62

22.885.611.360,40

c. Piutang akhir ( Bersih) 21.861.757.860,62

22.885.611.360,40

21.699.687.649,84

5 Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang 63.02 69.72 62.33

(( b+c) / 2 / (a/360)

% Perubahan

a. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041,25

b. Pitang awal ( Bersih) 16.712.581.743,24

21.861.757.860,62

22.885.611.360,40

c. Piutang Akhir ( Bersih) 21.861.757.860,62

22.885.611.360,40

21.699.687.649,84

Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2009

Dari Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari sisi current ratio sejak

tahun 2006 sebesar 0,34 : 1 (34%), tahun 2007 sebesar 0,40 : 1 (40%) dan

pada tahun 2008 sebesar 0,50 : 1 (50%), ini memberikan gambaran bahwa

dalam menyelesaikan kewajiban yang segera dibayar tidak mampu untuk

menyelesaikan segera

Page 149: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 21

Pada posisi Acid test ratio menunjukkan pada tahun 2006 sampai

dengan 2008 yaitu hanya sebesar 0,31 : 1 (31%), 0,37 : 1 (37%) dan 0,39 : 1

(39%), artinya dalam menyelesaikan kewajiban hutang lancar dengan

menggunakan dana kas/setoran kas dan piutang tidak dapat diselesaikan

segera dan pada perhitungan cash ratio menunjukkan sejak tahun 2006-

2008 yaitu sebesar 0,10 : 1 (10%), 0,18 : 1 (18%) dan 0,16 : 1 (16%), artinya

dengan menggunakan dana kas untuk membayar kewajiban hanya mampu

16% dari dana kas yang ada.

Perputaran piutang pada tahun 2006, piutang yang tertanam hanya

mampu berputar 5,71 kali , tahun 2007 hanya 5.16 kali dan pada tahun

2008 hanya 5.78 kali, Periode rata-rata pengumpulan piutang hanya pada

tahun 2006-2008 piutang dapat dikumpulkan rata-rata selama 2 bulan (60

hari, sehingga menyebabkan perputaran dana tersendat.

c. Ratio Solvabilitas

Menampilkan dan menjelaskan perkembangan kondisi keuangan

berdasarkan rasio solvabilitas yang teridiri dari total aktiva dibanding total

hutang serta total hutang dibanding total ekuitas. Perhitungannya dapat

dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 6.16. Ratio Solvabilitas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)

NO URAIAN TAHUN

2006 2007 2008 (unaudit)

1 2 3 4 5

1 Total Aktiva dengan Total Hutang (a/b) 0.95 0.90 0.92

% Perubahan

a. Jumlah Aktiva 262,508,550,993.21

279,058,043,242.86

309.254.457.726.58

b. Jumlah Hutang 277,359,731,004.12

311,761,623,064.05

336.672.984.533.16

2 Total hutang dengan Ekuitas (a/b) -18.68 -9.53 -12.28

% Perubahan

a. Jumlah Hutang 277,359,731,004.12

311,761,623,064.05

336.672.984.583.16

b. Jumlah ekuitas (14,851,180,010.90)

(32,703,579,821.19)

(27.418.526.806.58)

Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2009

Page 150: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 22

Perbandingan total aktiva dengan total utang mulai tahun 2006 -

2008 mengalami fluktuasi dari 95% turun sampai 92%, dimana

menggambarkan bahwa perusahaan ini dapat dikatakan dalam keadaan

insovable sebab sudah melebihi hutan dibanding dengan kekayaan. Total

hutang dengan ekuitasnya menunjukkan titik sangat rawang mulai pada

tahun 2006 - 2008 total utang lebih besar dari ekuitasnya yaitu 9,53% atau

posisi ekuitasnya sebesar (Rp. 27.418.526.806.58), hal ini yang

menyebabkan dari tahun ketahun terus mengalami kerugian sehingga

ekuitas habis terserap oleh kerugian yang dibarengi kewajiban yang sangat

besar.

d. Ratio Rentabilitas

Menampilkan dan menjelaskan perkembangan kondisi keuangan

untuk mendapatkan laba berdasarkan rasio solvabilitas yang teridiri dari

rasio perputaran aktiva usaha, ratio margin kotor, ratio margin operasi.

Tabel perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.17. Ratio Rentabilitas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)

NO URAIAN TAHUN

2006 2007 2008 (unaudit)

1 2 3 4 5

1 Perputaran Aktiva Usaha (a/b) 42% 41% 42%

% Perubahan

a. Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041.25

b. Jumlah Aktiva 262,508,550,993.21

279,058,043,242.86

309.254.457.726.58

2 Gross Margin Ratio ( a/b) 50% 50% 51%

% Perubahan

a. Laba (Rugi) Kotor Usaha 54,676,536,960.26

57,229,394,871.17

65.530.146.596.31

b. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041.25

3 Operating Margin Ratio (a/b) 0% 0% 2%

% Perubahan

a. Laba (Rugi) Bersih Usaha (10,781,515,641.27)

(11.085.807.724.10)

2.580523.686.27

b. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60

115,522,728,391.52

128.758.233.041.25

Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2008

Page 151: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 23

Perputaran aktiva usaha, menggambarkan bahwa pada tahun 2006-

2008 rentabilitasnya (kemampuan menciptakan laba atas aktiva yang ada)

hanya rata-rata 41%. Pada analisis Gross Margin Ratio sejak tahun 2006-

2008 rata-rata 50%. Dan Operating Ratio mulai tahun 2006-2008 hanya

mampu 2% pada thn 2008.

6.7. ANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM

6.7.1. Analisis Pembiayaan Program

Pembiayaan program didasarkan pada prioritas penanganan kawasan

keterpaduan Kota Makassar. Usulan penetapan lokasi RPIJM Bidang

PU/Cipta Karya Kota Makassar didasarkan pada kebutuhan pengembangan

infrastruktur ke Cipta Karyaan. Usulan penetapan lokasi RPIJM tersebut

dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 6.18. Lokasi Penetapan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Sasaran Lokasi

1 2 3 4

1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan jalan lingkungan dan drainase perkotaan

Kawasan perkotaan Kota Makassar

2 Tata Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan untuk setiap kawasan berdasarkan fungsi dan peruntukannya

Kawasan perkotaan Kota Makassar

3 Prasarana Air Minum

Rehabilitas jaringan pipa transmisi dan distribusi yang telah mengalami keausan dan peningkatan kapasitas produksi untuk menjangkau kawasan-kawasan yang rawan air minum

Kawasan perkotaan Kota Makassar

4 Persampahan Pengadaan Alat-alat berat system pengelolaan persampahan

Kawasan perkotaan Kota Makassar

5 Air Limbah Pembangunan IPAL Kawasan perkotaan Kota Makassar

Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar, 2008

6.7.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

Pelaksanaan pembiayaan RPIJM didasarkan pada komponen sektor

bidang PU/Cipta Karya. Dalam Kerangka penggunaan alokasi dana beberapa

sektor yang akan dibiayai sesuai program dalam usulan RPIJM (Matriks) pada

Tabel terlampir.

Page 152: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 1

BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN

7.1. UMUM

Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung

RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus

dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana

bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan

bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting di dalam

implentasi program yang akan disepakati.

Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPIJM bidang

PU/Cipta Karya Kota Makassar akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya

melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan

demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan

singkronisasi di dalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda,

Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPIJM ini bersifat program jangka

menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan

pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait

langsung dengan program yang akan dilaksanakan.

Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat

terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial

budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghidari terjadinya

pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga

Page 153: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 2

untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata

untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan

keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi

yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu

dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan

gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.

7.2. KONDISI KELEMBAGAAN

7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kota Makassar

Kondisi Kelembagaan pemerintah Kota Makassar serta Kapasitas dan

kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting

karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan

roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup

rumit.

Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program

keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai

hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud

sebagai berikut :

a. Struktur organisasi Kelembagaan pada pemerintah Kota Makassar belum

sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan sesuai yang

dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah;

b. Dukungan peraturan belum memadai;

c. Terbatasnya dan relevansi SDM yang dimiliki dengan bidang tugas belum

terselenggara secara optimal;

d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;

Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan

sumber daya manusia yang dimiliki oleh bidang PU/Cipta Karya Kota

Makassar, dijelaskan pada Tabel berikut :

Page 154: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 3

Tabel 7.1. Jumlah Kualitas Karyawan dan Kebutuhan Pelatihan Kota Makassar Tahun 2011

Bidang

Golongan Jenis Kelamin Umur (thn) Strata Pendidikan Status Kepegawaian

I II III IV Pria

(orang)

Wanita

(orang)

<25

(orang)

26-35

(orang)

36-45

(orang)

>45

(orang)

<SD

(orang)

SLTP

(orang)

SLTA

(orang)

Sarmud/

Diploma

(orang)

Sarjana

(orang)

Honorer

(orang)

PNS

(orang)

Pekerjaan Umum

15 15 - 2 23 151

85 62 23 42 19 190

77 46 31 74 124

13 12 1 72 13

102

Sumber : Dinas PU Kota Makassar

Page 155: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 4

Tabel 7.2. Latar Belakang Manajemen yang Menduduki Jabatan Struktural di Dinas PU Kota Makassar Tahun 2010

Nama Pegawai Jabatan Struktural Gol. Umur Tingkat Pendidikan

Pengalaman Jabatan yang Lalu

Ir. H. Ridwan Muhadir, M.Si Kepala Dinas IV B 53 Tahun S2 - Drs. Muslim Sekretaris Dinas IV A 54 Tahun S1 Ir. H. Tajuddin Lammase, M.Si Kabid. Bang. Ged. Pemrintah, Sar. Umum & Perum. IV B 54 Tahun S2 M. Arifin M., SE Kasi. Pemb. Ged. Pemerintah, Sarana Umum & Perum. III D 53 Tahun S1 H. Laode Salimu Kasi. Pemel. Ged. Pemerintah,Sarana Umum & Perum. III D 55 Tahun S.MUDA Syamsul Bachri Kasi. Penel. & Pengaw.Ged.Pemerintah, Sar.Umum & Perum. III D 55 Tahun S.MUDA Ir. Baharuddin S. Kabid. Bidang Bangunan Air IV B 53 Tahun S1 Ir. Yonathan Pandin Kasi. Pembangunan Bangunan Air III D 54 Tahun S1 Ir. Darmawagus, M.Pd Kasi Pemeliharaan Bangunan Air IV A 48 Tahun S2 Ir. Moch. Natsir Azis Kasi. Penelitian & Pengawasasn Bangunan Air III D 56 Tahun S1 Ir. A. Muh. Ansar, M.Si Kabid. Jalan dan Jembatan IV B 49 Tahun S2 Ir. H. M. Hamka, M.Si Kasi. Pembangunan Jalan & Jembatan IV A 46 Tahun S2 Tajuddin, ST.,M.Si Kasi Pemeliharaan Jalan & Jembatan III D 45 Tahun S2 Andi Asham S., ST Kasi. Penelitian & Pengawasan Jalan & Jembatan III C 46 Tahun S2 Ir. H. Marzuki Mahdis, M.Si Kabid. Sarana & Prasarana Lingkungan IV A 56 Tahun S2 Muh. Fuad Azis Dm, ST.,M.Si Kasi. Prasarana Lingkungan III C 42 Tahun S2 Muh. Dahyar Hursany, M.Si Kasi. Air Bersih IV A 53 Tahun S2 Drs. Imbang Muryanto, M.Si Kasi. Sanitasi IV A 44 Tahun S2 Syarifuddin Hamzah, ST.,M.Si Kepala UPTD Lampu Penerangan Jalan & Taman IV A 56 Tahun S2 Aslahuddin Rachim, SH Kepala UPTD Perbengkelan IV A 52 Tahun S1 Ir. H. Arifuddin Kepala UPTD Rusunawa III D 52 Tahun S1 Muh. Nurdin, S.Sos Kasubag. Umum & Kepegawaian III C 48 Tahun S1 H. Abd. Rasyid, S.Sos, MM Kasubag. Keuangan IV A 50 Tahun S2 Yusuf Soean, ST., M.Si Kasubag. Perlengkapan III C 46 Tahun S2

Sumber : Dinas PU Kota Makassar

Page 156: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 5

7.2.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat

terhadap fasilitas dan infrastruktur yang akan dikembangkan perlu

diperhatikan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk

menghidari terjadinya konflik antara tujuan dan kehendak pemerintah

demikian pula halnya dengan masyarakat. Guna menghilangkan kesan

bahwa fasilitas dan infrastrutur yang dibangun semata-mata untuk

pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan keberhasilannya.

Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi yang terus-

menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu dilibatkan pada

setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan,

perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.

7.3. MASALAH, ANALISIS DAN USULAN PROGRAM

7.3.1. Masalah Yang Dihadapi

Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan

pembangunan, khususnya bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar yang dapat

di identifikasi sebagai berikut :

a. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

b. Dukungan peraturan belum memadai;

c. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki;

d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;

7.3.2. Analisis Permasalahan

Sebagai antisipasi kebijaksanaan dan strategi pengembangan fisik,

sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting

dalam pelaksanaan dan pengawasan khususnya dalam menjabarkan strategi

pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi

pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kota Makassar

untuk mendukung pelaksanaan RPIJM 2011-2014 sebagai berikut :

Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap

tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta

Page 157: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 6

seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi

perencanaan tata ruang;

Koordinasi didalam pelaksanaan program diawali dari perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program secara berkala;

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan SDM yang

menangani langsung pelaksanaan program melalui pelatihan dan

diseminasi;

7.3.3. Usulan Program

Usulan penetapan lokasi RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar

didasarkan pada kebutuhan pengembangan infrastruktur ke Cipta Karyaan.

Usulan penetapan lokasi RPIJM tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini.

Tabel 49. Lokasi Penetapan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar

No Uraian Kegiatan Sasaran Lokasi

1 2 3 4

1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

Kawasan kumuh perkotaan dan kumuh nelayan Kota Makassar

2 Tata Bangunan dan Lingkungan Penataan bangunan dan lingkungan untuk setiap kawasan

Kawasan Keterpaduan Kota Makassar

3 Prasarana Air Minum Pemasangan jaringan pipa distribusi, buster pump dan unit pelayanan

Kawasan perkotaan Kota Makassar

4 Prasarana Dranase Pembangunan/rehabilitasi dan normalisasi sistem saluran drainase disemua kawasan

Kawasan Keterpaduan Kota Makassar

5 Prasarana Jalan Peningkatan kualitas jalan lingkungan

Kawasan Keterpaduan Kota Makassar

6 Persampahan Pengadaan countainer dan kendaraan pengangkut sampah

Kawasan Keterpaduan Kota Makassar

7 Air Limbah Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah

Kawasan Keterpaduan Kota Makassar

Sumber : Hasil Analisis Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang

PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang

akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat

pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur

pendidikan formal;

Page 158: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 7

b. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui

pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan

infrastruktur keciptakaryaan;

c. Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.

7.4. USULAN SISTEM PROSEDUR ANTAR INSTANSI

7.4.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPJIM

Dinas Pekerjaan Umum dalam hal ini, Dinas PU Cipta Karya Kota

Makassar merupakan institusi yang menangani penyusunan dan

implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki

kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses perencanaan,

penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan

program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPIJM untuk periode 4

tahun ke depan. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan

Kota Makassar, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai

berikut :

Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas PU/Cipta

Karya akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah;

Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas PU/Cipta Karya Kota

Makassar, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait

langsung dengan pelaksanaan program.

Guna memudahkan pelaksanaan koordinasi, akan sangat ditentukan

oleh struktur organisasi yang telah terbentuk dan upaya penyempurnaan

struktur organisasi bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar sesuai peraturan

pemerintah yang berlaku. Struktur Organisasi bidang PU/Cipta Karya Kota

Makassar terdiri atas beberapa bidang dan seksi, dengan perincian sebagai

berikut :

a. Kepala Dinas

b. Bagian Tata Usaha Terdiri atas :

Sub Bagian Umum dan kepegawaian

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Perlengkapan

Page 159: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 8

c. Bidang Bangunan Gedung Pemerintahan, Sarana Umum & Perumahan

Seksi Perumahaan

Seksi bangunan gedung Pemerintahan

d. Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan :

Seksi Prasarana Lingkungan

Seksi Seksi Air Bersih

Seksi Sanitasi

e. Bidang Jalan dan Jembatan :

Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan

Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

f. Bidang Bangunan Air :

Seksi Seksi Pembangunan, Sungai,Kanal dan drainase

Seksi pemeliharaan Sungai, Kanal dan Drainase

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Bengkel dan Alat-Alat Berat

Lampu Penerangan Jalan dan Taman

Rusunawa

7.4.2. Penyampaian RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar

Skema proses pelaksanaan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya

Kota Makassar, sebagai berikut :

Page 160: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 9

SKEMA PENYUSUNAN RPIJM DAERAH (KOTA MAKASSAR)

TINGKAT PROVINSI TINGKAT KOTA DINAS PU/PERKIM SATGAS PROVINSI KM PROVINSI BAPPEDA DINAS PU/PERKIM SATGAS KOTA FASILITATOR

Sosialisasi TOT Pembentukan Satgas Kota Makassar

Penyiapan Dan Prioritas Program

Pemantauan Pembentukan Satgas

Kota Makassar

Asistensi Skenario Pengembangan Kota

Asistensi Skenario Pengembangan Bidang

CK

Asistensi Rencana Investasi Badang CK

Kompilasi RPIJM Bidang CK

Pendampingan Penyusunan Skenario Pengembangan Kota

Pendampingan Penyusunan Skenario

Pengembangan Bidang CK

Analisis Kelayakan Investasi Bidang CK

- Kajian Kelayakan - Kap. Kelembagaan - Kap. Keuangan - Pentahapan - Paket Investasi

Pemantauan Pembentukan Satgas

Kota Makassar

Pemantauan Pembentukan Satgas

Kota Makassar

Penentuan Skenario Pengembangan Kota

Penentuan Skenario Pengembangan Bidang

CK

Penentuan Rencana Investasi Bidang CK

Penyampaian RPIJM Kota Bidang CK

Penyusunan Draft Skenario Pengem.

Kota

Penyusunan Draft Skenario Peng. Bid. CK

Analisis Program Investasi :

- Kajian Kelayakan - Kap. Kelembagaan - Kap. Keuangan - Pentahapan - Paket Investasi

Pendampingan PEMDA Dalam Penyiapan

Momerandum Bidang CK

Page 161: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 10

7.5. KONDISI KELEMBAGAAN

Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang

PU/Cipta Karya Kota Makassar terdiri dari :

Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPIJM

Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan

Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan

Konsultan

Dari uraian tersebut di atas, diagram organisasi pelaksana kegiatan

fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar sebagai

berikut :

Guna merealisasikan pelaksanaan RPIJM bidang PU/Cipta Karya Kota

Makassar dengan mempertimbangkan eksternal dan internal faktor yang

mempengaruhi secara teknis pelaksanaan RPIJM ini, maka dibutuhkan

strategi-strategi didalam pelaksanaannya. Rumusan strategi yang dimaksud

dijelaskan pada matrik SWOT berikut.

Satgas Pusat

Dukungan Sekretariat

Satgas Provinsi

Satgas Kabupaten/Kota

Dukungan Konsultan

Dukungan Konsultan

Dukungan Satker DJCK Provinsi

Page 162: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 11

MATRIKS SWOT ANALISIS

Identifikasi Faktor

Eksternal Faktor

Opportunity (O) Treat (T)

1. Dukungan Pembiayaan Dari Pemerintah Pusat untuk menangani Bidang PU/Cipta Karya

2. Dukung Pemerintah Provinsi Untuk Mengembangan Kawasan Keterpaduan Kota Makassar Cukup Positif

3. Penggalangan Dana Investasi dari sektor swasta cukup positif

4. Minat Investasi di Kota Makassar Cukup Tinggi

1. Lemahnya koordinasi pelaksanaan program

2. Globalisasi Ekonomi yang cukup kuat

3. Sumber Pembiayaan yang semakin terbatas

4. Penggalangan Dana Pembangunan Semakin Terbatas

I n t e r n a l F a k t o r

Strength (S) S Vs O S Vs T

1. Potensi SDM yang cukup memadai

2. Dukungan PEMDA Kota Makassar Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPIJM

3. Sarana Dan Infrastruktur Cukup Memadai

4. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Cukup Tinggi

1. Peningkatan SDM Aparat bidang PU Cipta Karya

2. Optimalisasi pengembangan kawasan Keterpaduan Kota Makassar yang berkelanjutan

3. Optimalisasi sumber-sumber pendanaan daerah untuk mendukung program bidang PU/Cipta Karya

4. Optimalisasi partisipasi swasta dan masyarakat untuk ikut serta di dalam pembiayaan program bidang PU/Cipta Karya

1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM melalui jalur pendidikan dan pelatihan bidang PU/Cipta Karya

2. Optimalisasi sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan bidang PU/Cipta Karya

3. Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan

Weakness (W) W Vs O W Vs T

1. Perkembangan Kawasan Kota Makassar Cenderung sporadis

2. Secara Umum Kawasan Kota Makassar Rawan bencana Alam

3. Penguasaan infrastruktur masih sangat terbatas

4. Koordinasi di dalam pelaksanaan program sangat terbatas

5. Munculnya kawasan-kawasan baru yang memerlukan pengendalian dan pembiayaan

1. Penegasan RTRW sebagai alat pengendali pembangunan Kota Makassar

2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang peningkatan kualitas lingkungan hunian.

3. Mengupayakan peningkatan jiwa interpreneur ship bagi masyarakat untuk menggalang sumber-sumber pendanaan

4. Penguatan struktur kelembagaan bidang PU/Cipta Karya melalui penegasan tugas dan fungsi masing-masing bidang

1. Peningkatan koordinasi dan manajemen tata pemerintahan yang baik.

2. Peningkatan dan pemberdayaan manejemen bida PU/Cipta Karya Kota Makassar.

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat untuk mendukung terselenggaranya pelaksanaan program bidang PU/Cipta Karya

Page 163: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 1

BAB VIII RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RENCANA INVESTASI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

8.1. RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN

Program investasi Kota Makassar yang merupakan rekapitulasi dari

dokumen RPIJM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan

kota makassat dari aspek teknis, biaya dan waktu selain itu rencana

program investasi harus melengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang

diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Walikota Makassar

selaku kepala Daerah. Program investasi bidang PU/Cipta Karya disusun

berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kota Makassar untuk memenuhi

sasaran dan rencana pembangunan Kota Makassar. Setiap daerah

diharapkan mempunyai prioritas yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

wilayah.

Dokumen rencana program investasi yang merupakan rekapitulasi

dan intisari dari RPIJM Kota Makassar. Dokumen rencana program investasi

ini dilengkapi aspek legalitas yang diwujudkan dalam kesediaan Walikota

Makassar selaku penyelenggara pembangunan daerah untuk melaksanakan

program investasi yang telah diusulkan.

8.2. RINGKASAN PROGRAM PRIORITAS

Kebijaksanaan dan program pembangunan infrastruktur

keciptakaryaan Kota Makassar tidak hanya menyangkut pembangunan dan

penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat, melainkan juga menyangkut

Page 164: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 2

pembangunan prasarana dan sarana fisik Keciptakaryaan. Dengan demikian

peranan infrastruktur keciptakaryaan sangat penting dalam kebebasan

memilih pembangunan yang memungkinkan lingkungan hidup dapat

menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan, sebaliknya

kebijaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup mempunyai pengaruh

langsung pada perkembangan pembangunan.

Dalam hal penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk

menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan menjadi

dasar di masa yang akan datang, Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang

ada saat ini, maka penataan bangunan dan lingkungan belum tertata

dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada

daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan.

Untuk itu, maka pada beberapa wilayah/kawasan yang peruntukan sebagai

lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk

memberikan nuansa lingkungan yang asri.

Pada sub bidang air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari

pencemaran air. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah yang berasal

dari perumahan dan permukiman penduduk yang terdiri dari limbah

domestik (rumah tangga) yang bersumber dari air sisa mandi, cuci, dapur

dan tinja manusia dari lingkungan perumahan dan permukiman serta air

limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan

berbahaya (B3).

Sub bidang persampahan, diperlukan pengelolaan lanjutan karena

masih dapat dimanfaatkan atau masih memiliki nilai produktif jika dikelola.

Produksi sampah yang dihasilkan akan tergantung dari jenis dan frekuensi

aktivitas yang berlangsung pada suatu wilayah/kawasan. Sedangkan jenis

produksi sampah masih sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya

dan orientasi ekonomi. Pengelolaan jenis sampah dan intensitas

penanganannya antara kawasan dalam suatu wilayah sangat berbeda

termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengestimasi jumlah

sampah yang akan dihasilkan dimasa yang akan datang (waktu/tahapan

Page 165: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 3

perencanaan) dianggap bahwa jumlah sampah yang dihasilkan tergantung

dari besaran jumlah penduduk.

Sistem drainase memiliki fungsi sebagai saluran pembuangan, dalam

bentuk aliran permukaan dan sebagai saluran pembuangan air hujan

maupun limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Faktor-faktor

yang perlu diperhatikan dan berpengaruh dalam pembangunan sistem

drainase adalah; kepadatan penduduk, kondisi jaringan yang ada (ada atau

belum ada jaringan), kemiringan lereng dan curah hujan.

Sektor air minum, merupakan kebutuhan pokok penduduk dari

beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sasaran estimasi kebutuhan air minum

dikategorikan berdasarkan jumlah penduduk pendukung dan kebutuhan

aktivitas perkotaan (fasilitas umum dan sosial).

Sektor jalan diperlukan dalam rangka keterhubungan antara satu

wilayah/kawasan dengan wilayah/kawasan lainnya. Disamping itu sektor

jalan memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian

masyarakat. Ketersedian sistem jaringan jalan memegang peranan penting

dan hal mobilisasi dan kelancaran bertransportasi.

Dari uraian tersebut di atas, penyusunan RPIJM pada hakekatnya

adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal,

tempat berusaha baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam

lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi

pertumbuhan ekonomi yang akan mendukung pengembangan wilayah secara

efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan

hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala

usaha pembangunan tersebut haruslah tercermin dan dapat menjamin

terciptanya :

Peningkatan produktivitas kota

Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan

Pembangunan yang berkeadilan sosial

Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan

dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan, baik melalui organisasi

kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun perseorangan

Page 166: Rpijm Keciptakaryaan Kota Makassar Tahun 2011

VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 4

Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu

lingkungan

8.3. PENGATURAN DAN MEKANISME PELAKSANAAN

Untuk memberikan dasar hukum dari program investasi yang

diusulkan Kota Makassar diperlukan lembar kesepakatan Walikota untuk

melaksanakan dan mendanai program investasi bidang PU/Cipta Karya.

Lembar ini juga memiliki arti penting bagi pelaksanaan program investasi

yang ada di dalam RPJIM antara lain:

a. Sebagai dasar dalam pemerintahaan Kota Makassar pada

penyelenggaraan bidang cipta karya.

b. Mendorong komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam menyusun

program investasi bidang cipta karya dalam RPIJM, serta memberikan

penguatan dalam prosedur pendanaan, terutama dana dari lingkungan

eksternal Pemerintahaan Kota Makassar, Pemerintah Provinsi dan,

Pemerintah Pusat, masyarakat, Pinjaman Luar Negeri ataupun

kerjasama dengan swasta.

c. Selain lembar kesediaan yang disyahkan Walikota untuk melengkapi

ringkasan rencana program investasi, diperlukan tabel-tabel rencana

investasi program, rencana pelaksanaannya sampai akhir 5 tahun ke

depan, peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pembangunan dan

struktur ruang Kota Makassar