Rpijm Kab Muba Bab Vi

15
Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 BAB VI ANALISA KEUANGAN DAN STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN 6.1. Umum Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksudkan meliputi : Urusan wajib dan urusan pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu : fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintah yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function). Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang menggambarkan semua hak Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 1

description

gtr

Transcript of Rpijm Kab Muba Bab Vi

Page 1: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

BAB VIANALISA KEUANGAN DAN STRATEGI

PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

6.1. Umum

Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pemerintah Kabupaten mempunyai

kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah daerah yang

menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksudkan meliputi : Urusan

wajib dan urusan pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah tersebut secara

umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu : fungsi pelayanan, fungsi

pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan

unit organisasi pemerintah yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan

dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service)

langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi

pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai

tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive

function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian

organisasi pemerintahan umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi

pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk

memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan

(regulative function).

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan

dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintah daerah yang

menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD

selain itu juga merupakan instrument dalam rangka mewujudkan pelayanan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengn hal tersebut maka

pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka

pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 1

Page 2: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju

tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan

dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka

pencapaian tujuan pembagunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber

daya yang ada secara berdaya guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian

yang ketat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini

dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Musi Banyuasin

pada kebijkakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas serta plafon anggaran (PPA) yang

telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD

(KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam

membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan

RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi

setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan

yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan

beserta anggarannya dimaksudkan dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya

merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk

meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas

otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan

APBD kabupaten Musi Banyuasin disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip :

1. Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung maka bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan

dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga

masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

2. Transparansi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat

menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diaskes oleh masyarkat meliputi:

tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi

antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiata

yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 2

Page 3: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasi yang

ditetapkan.

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengendaliaan dan pengawasan, maupun

akuntasinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD

kepada rakyat.

3. Disiplin Anggaran

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan rill dan prioritas masyarakat di

daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian,

dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor

yang kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening

merupakan batas tertinggi belanja/pengeluran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan

melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

4. Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan

kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar,

masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional

diberi beban yang sama, sedangkan masyarkat yang mempunyai kemampuan

membayar tinggi diberikan beban tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua

kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara

rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam

mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan

pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa

diskriminasi pemberian pelayanan.

Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu

menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-

hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat,

adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh

sekelompol masyarakat melalui mekanisme pajak/retribusi, serta adanya keharusan

untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan

masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai

mekanisme pasar.

5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat

menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna

kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat

efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu

diperhatikan :

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 3

Page 4: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator

kinerja yang ingin dicapai.

Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan

harga satuan yang rasional.

6. Taat Azas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan

umum dan peraturan daerah lainnya.

6.2. Petunjuk Umum

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di

dalamnya segala bentuk kekadyaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut. Pengelolaan keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksadfnaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah antara lain diatur

dengan Peraturan Pemerintah Nonor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah yang selanjutnya dirubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

perubahan atas peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006.

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi :

1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan

pinjaman.

2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan

membayar tagihan pihak ketiga

3. Penerimaan daerah.

4. Pengeluaran daerah.

5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum/publiK.

Azas umum pengelolaan keuangan daerah meliputi :

1. Disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah

2. Berpedoman kepada RKPD.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 4

Page 5: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

3. Berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan; pengawasan; alokasi; distribusi;

stabilisasi.

4. APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APDB setiap tahun ditetapkan dengan

Peraturan Daerah

5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan

jasa/atau jasa dianggarkan dalam APBD.

6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional.

7. Pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan bruto dalam APBD.

8. Pendapatan dianggarkan harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-

undangan.

9. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan

10. Penganggaran pengeluaran harus ada dasar hukumnya.

11. Tahun anggaran mulai 1 januari sampai dngan 31 Desember.

Pengangaran Daerah termasuk dalam ketegor perencadnaan jangka pendek

yang merupakan bagian dari perencafnaan jangka menengah dan perencanaan jangka

panjang. Penganggaran Daerah terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (Budget

policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational

planning). Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) termasuk kategori formulasi

kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran.

Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisa-analisa fiskal, sedangkan

opersional aanggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya yang ada pada setiap

daerah.

Aspek pengelolaan keuangan daerah antara lain mencakup perencanaan

yang memuat kebijkan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA, merupakan

dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta

asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Arah kebijakan umum anggaran pada dasarnya mengacu kepada RPJPD,

RPJMD, RKPD dan Renstra yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan umum

anggaran sementara (PPAS) yang selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun rencana

kerja dan anggaran (RKA) SKPD. Proses ini merupakan suatu rangkaiafn dalam

penyusunan RAPBD yang secara bersama-sama akan dibahas oleh pihak eksekutif dan

legislative. Pembahasan tersebut diperlukan guna terdapadt kesesuaian antara KUA,

PPAS, program, dan kegiatan.

KUA memuat substansi dan lingkup materi yang terdiri dari :

1. Kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun berjalan

dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang.

2. Perkiraan pencapaian tahun yang akan datang.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 5

Page 6: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

3. Identifikasi permasalahan dan tantangan.

4. Prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD untuk menyelesaikan

permasalahan dan tantangan serta untuk mendukung upaya mewujudkan sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD).

5. Uraian kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah.

6. Kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda.

7. Perkiraan penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang akan

datang.

8. Uraian mengenai kesimpulan terhadap hal-hal yang disepakati.

Komponen pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayaanan kepada masyarakat disusun berdasarkan klasifikasi menurut urusan

pemerintahan yang terdiri dari: urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah.

Klasifikasi menurut urusan wajib adalah sebagai berikut: keseluruhan urusan

pemerintahan diatas yang dalam penanganan dan pelaksanaannya ditetapkan dengan

ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan

kemudian diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah

propinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/kota diatur dalam peraturan pemerintah

nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan.

Penyusunan KUA pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian

visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKPD. Tingkat pencapaian

atau kinerja pelayanan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya

merupakan tahapan dan perkebangan dari kinerja pelayanan yang diharapkan pada

RPJMD dan RPJPD.

Seperti telah dikemukakan, bahwa KUA merupakan satu kesatuan terdiri dari

pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaah daerah. Pendapatan daerah

meluputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran

yang akan mejadi penerimaan kas daerah. Belanja daerah meluputi semua pengeluaran

yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi

pengeluaran daerah, sedangkan pembiayaan daerah meliputi transaksi keuangan untuk

menutupi deficit atau untuk memanfaatkan surplus. Struktur pendapatan, belanja dan

pembiayaan daerah diatas diklasifikasikan menurut urusan pemerintaha daerah dan

organisasi (SKPD) yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6.3. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 6

Page 7: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

Sumber-sumber Penerimaan Daerah berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku adalah sebagai berikut: (a) pendapatan asli daerah (PAD), (b)

Dana perimbangan, (c) pinjaman Daerah, (d) Penerimaan yang sah lainnya.

Pendapatan daerah kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2009 sebesar Rp.

1.224.818.975.000 terdiri dari PAD sebesar Rp. 34.979.090.000, dana perimbangan

sebesar Rp. 1.152.111.963.000 dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp.

37.727.922.000. Berdasarkan data empiris ini dapat diketahui bahwa kemandirian

Kabupaten Musi Banyuasin untuk menggali pendapatan dari sumber sendiri relatif masih

kecil, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya yang

sebagian besar dibawah lima persen.

Sumber pendapatan untuk PAD yang memberikan konstribusi terbesar adalah

lain-lain PAD yang sah, yaitu sebesar RP. 25.554.000.000, sedangkan pajak daerah

sebesar Rp. 3.717.100.000, retribusi daerah sebesar Rp. 2.507.990.000 serta hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan sebesar Rp. 3.200.000.000.

Dana Perimbangan pada tahun 2009 didominasi oleh Dana Alokasi Umum,

Yaitu sebesar Rp. 86.730.976.000, Dana Alokasi khusus sebesar Rp. 29.138.000.000.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai sumber pendapatan

Kabupaten Musi Banyuasin daerah dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009

No. Jenis Penerimaan Nilai (Rupiah)

1.

2.

3.

4.

Bagian Pendapatan Asli Daeraha. Pajak Daerahb. Retribusi Daerah c. Hasil Perusahaan Milik Daerahd. Lain-lain PAD yang sah

Bagian Dana Perimbangana. Bagi hasil Pajakb. Bagi Hasil Sumber Daya Alamc. Dana Alokasi Umumd. Dana Alokasi Khusus

Lain-lain pendapatan yang syaha. Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah lainnyab. Dana penyesuaian dan otonomi khusus/dana optimalisasic. Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan percepatan

Pembangunan Daerah

PembiayaanPenerimaan Daeraha. Sisa Lebih Abggaran (SiLPA)

34.979.090.0003.717.100.0002.507.990.0003.200.000.000

25.554.000.000

1.152.111.963.000215.003.404.000821.239.583.000

86.730.976.00029.138.000.000

37.727.922.00032.798.570.000

4.929.352.000

113.545.621.808113.545.621.808113.545.621.808

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 7

Page 8: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

Jumlah 1.338.364.596.808

6.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Bila dilihat dari kemampuan penerimaan daerah Kabupaten Musi Bunyuasin,

terlihat bahwa komponen PAD memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah

relatif kecil. Hal ini berarti bahwa tingkat kemandirian masih belum berkembang karena

berbeda sangat besar dibandingkan dengan komponen dana perimbangan. Padahal

komponen yang terpenting dari perkembangan kota/kabupaten yang semakin mandiri

adalah terletak pada PAD.

Rendahnya kontribusi PAD tersebut mengindikasikan rendahnya kemampuan

derajat fiskal pemerintah untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di

kabupaten Musi Banyuasin. Sumber-sumber penerimaanPAD cenderung fluktuatif , baik

pajak daerah, retribusi daerah, dan bagi keuntungan perusahaan daerah. Sumber PAD

yang cenderung meningkat dari penerimaan lainnya yang sah.

Rata-rata kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah pertahun masih relatif

kecil. Peningkatan PAD seharusnya menjadi prioritas karena persyaratan otonomi

daerah harus tercermin dari kemandirian keuangan daerahnya. Jika penggalian sumber-

sumber PAD belum diakukan secara optimal, maka pendapatan yang diterima lebih

rendah dari yang seharusnya.

Jika dibandingkan dengan kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan

daerah ini suatu tantangan yang harus dicermati secara bijak. Kabupaten Musi

Banyuasin yang memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan belum mampu

menopang kemndirian fiskalnya. Hal ini berarti bahwa permasalahan pembangunan

sektor keuangan daerah didalamnya membutuhkan program-program pembangunan

yang prioritas utamanya harus dapat mendorong peningkatan sumber-sumber PAD,

meskipun tidak semua program pembangunan hanya difokuskan bagi peningkatan PAD

semata.

Sejalan dengan permasalahan pembangunan yang langsung menyentuh

aspek kehidupan masyarakat dikabupaten Musi Banyuasin dengan berbagai tingkat

strata sosial ternyata pembiayaannya belum mampu hanya dibiayai dengan PAD.

Konsekuensinya adalah Kabupaten Musi Banyuasin harus berjuang untuk memperoleh

sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan.

6.5. Perimbangan Keuangan Daerah

Pola pembiayaan pembangunan daerah dewasa ini masih sangat terbatas.

Hal ini bisa ditelusuri hanya beberapa sumber yang potensial membiayai kegiatan

pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Musi Banyuasin. Perubahan pola

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 8

Page 9: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

pembiayaan pembangunan terus dilakukan sehingga akan tercipta prinsip efisiensi dan

efektivitas pembiayaan.

Pola yang akan datang melalui perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah akan terdapat perubahan yang cukup fundamental yang semula pola

pembiayaan menganut sistem hibah khusus (specific grant) menjadi hibah tidak

bersyarat (block grant) pemerintah.

Dengan porsi dana perimbangan untuk pembangunan pemerintah daerah yang lebih

besar menjadi pola pembiayaan pembangunan yang bersifat desentralistik sehingga

dana pengalokasian anggaran dapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah.

Kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan daerah Kabupaten Musi

Banyuasin pada tahun 2009 sebesar 86,09 persen. Posisi dana perimbangan sangat

domnan dalam pendapatan daerah berarti memiliki unsur ketidakpastian yang relatif

tinggi. Hal ini dikarenakan penempatan anggaran harus menunggu kepastian informasi

dari pemerintah.

Permasalahan yang dihadapi dalam menggali potensi pendapatan daerah

antara lain :

1. Kurangnya SDM yang handal untuk mengelola administrasi perpajakan.

2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pemumngutan.

3. Tingkat kesadaran subyek pajak dan retribusi yang masih rendah.

4. Penetapan NJOP masih dirasakan kurang adil oleh subyek pajak dan retribusi.

5. Belum optimalnya pembinaan terhadap pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dalam

rangka memungt bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Upaya yang ditempuh untuk menggali potensi pendapatan melalu strategi

intensifikasi dan eksentifikasi.

6.6. Strategi intensifikasi Penerimaan Daerah

Kabupaten Musi Banyuasin terus berupaya untuk meningkatkan PAD,

meskipun keinginan tersebut tidaklah mudah, terbukti pemerintah kabupaten

mengupayakan terus menerus peningkatan penermaan dengan jalan membuat

bermacam-macam terobosan dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi

sumber-sumber penerimaan melalui dukungan perda setempat.

Terdapat beberapa kegiatan ekonomi sebagai basis sumber-sumber PAD

Kabupaten Musi Banyuasin yang berpotensi untuk dikembangkan, antara lain:

Potensi sumberdaya Alam dan Manusia . sumberdaya alam yang tersedia

cukup memadai, seperti hasil perikanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian,baik

dalam posisi yang sudah tereksploitasi maupun dalam tahap eksplorasi. Optimalisasi

pengelolaan sumberdaya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pendidikan yang

perlu untuk terus ditumbuh kembangkan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 9

Page 10: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

Pesatnya jumlah kendaraan bermotor. Seiring perkembangan pembangunan

daerah Kabupaten Musi Banyuasin, mempunyai dampak positif terhadap banyaknya

kendaraan bermotor, terutama mobil dan sepeda motor.

Dari sisi ekonomi, Kabupaten Musi Banyuasin secara makro selama kurun

waktu 2003-2008 menunjukan peningkatan. Struktur ekonomi didukung oleh kontribusi

sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan,

angkutan, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, perdagangan serta jasa-jasa lainnya.

Meski upaya pemerintah kabupaten untuk terus berupaya untuk menggali

dan mengoptimalkan PAD. Namun banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus

dihadapi dalam upaya penggalian PAD. Disisi lain, peluang dan kesempatan masih

terbuka untuk meningkatkan PAD tersebut. Hal ini telah tercermin dari banyaknya

perda-perda yang dikeluarkan pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin dalam

upaya mengentensifkan kemungkinan penerimaan lain yang masih potensial.

6.7. Strategi Ekstensifikasi Penerimaan Daerah

Strategi eksetensifikasi pendapatan daerah yaitu (1) melakkan perluasan

serta menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang belum tergali, (2)

melakukan pendataan objek baru yang belum terdaftar, baik objek pajak dan retribusi

pribadi/perorangan maupun badan usaha/perusahaan-perusahaan di Kabupaten Musi

Banyuasin.

Upaya ekstensifikasi terhadap basis kegiatan ekonomi yang berkembang

pesat yang belum menjadi objek pajak dan retribusi, baik yang bergerak bidang

perkebunan, perhutanan dan pertambangan maupun kontraktor dengan cara

mengunjungi pihak dimaksud dan melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait,

baik tingkat pusat , provinsi maupun kabupaten. Melalui kegiatan eksentifikasi ini

diharapkan target penerimaan daerah yang telah ditetapkan dapat terealisasi secara

optimal.

Kegiatan ekstensifikasi penerimaan daerah melalui pelaksanaan kegiatan

satuan kerja pemerintahan daerah memerlukan biaya operasional yang besar sehingga

prioritas kegiatan diarahkan pada prinsip efisiesi dan efektivitas. Hal ini berarti dana

yang akan masuk ke kas daerah lebih besar dibanding biaya operasionalnya dan akan

terus berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalamekstensifikasi penerimaan

daerah, terutama bersumber dari pajak daerah antara lain: (1) akuntabilitas pemerintah

daerah, (2) hubungan jelas antara manfaat dan pajak, (3) meminimumkan distorsi

ekonomi, (4) meminimumkan kesenjangan antar daerah dan peningkatan efisiensi

jangka panjang, (5) realibilitas dan stabilitas basis pajak, (6) setiap bagi hasil pajak

memberikan ”implicit insurance”, dan (7) peningkatan kemampuan administrasi

perpajakan daerah.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 10

Page 11: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

6.8. Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah

Sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik dewasa

ini, pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mengembangkan mekanisme pembangunan

yang lebih responsif terhadap kebutuhan pembangunan bagi masyarakat antara lain

kebijaksanaan pembangunan yang mencemrminkan paradigma baru yang mempunyai

ciri-ciri people centered, parcipatory, empowering dan sustainable. Hal ini sejalan

dengan visi yang telah ditetapkan , yaitu terwujudnya masyarakat Musi Banyuasin yang

sejahtera, Mandiri, Adil, Religius dan terdepan di bumi serasan sekate.

Dalam pengelolaan anggaran strategi diarahkan untuk: (a) melenkapi

kebutuhan belanja pegawai, sedengkan belanja non pegawai dilakukan penghematan-

penghematan. (b) Membangunkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas

kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Upaya ini dilaksanakan melalui

pembangunan bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial budaya dan bidang

agama. Upaya-upaya tersebut harus diikuti oleh upaya pemantapan pembagian

wewenang dan tugas yang lebih tegas dan jelas, dan peran serta masyarakat yang

semakin besar. (c) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan

pembangunan berkelanjutan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Upaya ini

ditempuh melalui langkah-langkah antara lain stabilitas harga kebutuhan pokok

masyarakat, menciptakan lapangan keja dan menanggulangi kemiskinan,

mengembangkan usaha mikro, menengah dan koperasi, memacu peningkatan ekspor

non-migas, serta menyempurnakan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan

daerah. (d) meningkatkan partisipasi dari seluruh stakeholders agar dapat

mengintegrasikan apirasi dan upaya memasyarakat kedalam perumusan arah kebijakan

pembangunan yang mereka percaya paling tepat dan dapat berkelanjutan. (e)

pendekatan pembangunan harus menjadi lebih luas dan bersifat holistik, yang

merupakan pendekatan dari berbagai aspek/sektor, namun terfokus pada hal-hal

penting dan mendesak yang dihadapi dalam kurun waktu tertentu. (f) Rencana

pembangunan harus mencantumkan indikator-indikator kinerja yang terukur, sehingga

dapat diketahui akuntabilitas kinerja pihak yang melaksanakan program-program

tersebut. (g) Perencanaan anggaran yang lebih dinamis, fleksibel dan interaktif, yang

berarti harus resfonsif terhadap adanya ide, daa, masukan dan perkembangan baru

sejauh hal tersebut konsisten dan mendukung visi, misi, tujuan dan bermanfaat serta

sesuai aspirasi masyarakat Musi Banyuasin.

Selanjutnya penerapan prinsip-prinsip anggaran harus secara bijaksana

antara lain: (a) partisipasi masyarakat: Mengandung makna bahwa pengambilan

keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD. (b) Transparansi dan

akuntabilitas anggaran : APBD harus dapat memberikan informasi secara terbuka dan

mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada

setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 11

Page 12: Rpijm Kab Muba Bab Vi

Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011

hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu setiap

pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang

dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. (c) Disiplin Aggaran: Beberapa prinsip

disiplin anggaran yang harus diperhatikan antaralain: Pendapatan yang direncanakan

merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap

sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi

pengeluaran belanja. Penganggaran peneluaran harus didukung dengan adanya

kepastian tersedianya penerimaandalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan

melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya

dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. (d) keadilan anggaran :

pembiayaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilakukan melalui mekanisme pajak

dan retribusi yang dipikul oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah wajib mengalokasikan

penggunaanya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat

tanpa adanya diskriminasi dalam pemberian pelayanan. (e) Efisiensi dan ektivitas

Anggaran: Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk dapat

menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna

kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi

dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas

tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan

atau proyek yang telah diprogramkan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 12