Rpijm Kab Muba Bab Vi
-
Upload
dickydick-well -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
description
Transcript of Rpijm Kab Muba Bab Vi
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
BAB VIANALISA KEUANGAN DAN STRATEGI
PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
6.1. Umum
Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pemerintah Kabupaten mempunyai
kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah daerah yang
menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksudkan meliputi : Urusan
wajib dan urusan pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah tersebut secara
umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu : fungsi pelayanan, fungsi
pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan
unit organisasi pemerintah yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan
dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service)
langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi
pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai
tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive
function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian
organisasi pemerintahan umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk
memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan
(regulative function).
Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan
dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintah daerah yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD
selain itu juga merupakan instrument dalam rangka mewujudkan pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengn hal tersebut maka
pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka
pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 1
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju
tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.
Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan
dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka
pencapaian tujuan pembagunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber
daya yang ada secara berdaya guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian
yang ketat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Musi Banyuasin
pada kebijkakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas serta plafon anggaran (PPA) yang
telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD
(KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam
membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan
RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi
setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan
beserta anggarannya dimaksudkan dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya
merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas
otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan
APBD kabupaten Musi Banyuasin disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip :
1. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung maka bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan
dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga
masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.
2. Transparansi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat
menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diaskes oleh masyarkat meliputi:
tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi
antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiata
yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 2
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasi yang
ditetapkan.
Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendaliaan dan pengawasan, maupun
akuntasinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD
kepada rakyat.
3. Disiplin Anggaran
Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan rill dan prioritas masyarakat di
daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian,
dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor
yang kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening
merupakan batas tertinggi belanja/pengeluran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.
4. Keadilan Anggaran
Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan
kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar,
masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional
diberi beban yang sama, sedangkan masyarkat yang mempunyai kemampuan
membayar tinggi diberikan beban tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua
kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara
rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam
mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan
pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
diskriminasi pemberian pelayanan.
Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu
menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-
hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat,
adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh
sekelompol masyarakat melalui mekanisme pajak/retribusi, serta adanya keharusan
untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan
masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai
mekanisme pasar.
5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat
efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu
diperhatikan :
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 3
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator
kinerja yang ingin dicapai.
Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan
harga satuan yang rasional.
6. Taat Azas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan
umum dan peraturan daerah lainnya.
6.2. Petunjuk Umum
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekadyaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Pengelolaan keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksadfnaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah antara lain diatur
dengan Peraturan Pemerintah Nonor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang selanjutnya dirubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
perubahan atas peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006.
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi :
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman.
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan daerah.
4. Pengeluaran daerah.
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum/publiK.
Azas umum pengelolaan keuangan daerah meliputi :
1. Disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah
2. Berpedoman kepada RKPD.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 4
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
3. Berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan; pengawasan; alokasi; distribusi;
stabilisasi.
4. APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APDB setiap tahun ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan
jasa/atau jasa dianggarkan dalam APBD.
6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional.
7. Pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan bruto dalam APBD.
8. Pendapatan dianggarkan harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan
10. Penganggaran pengeluaran harus ada dasar hukumnya.
11. Tahun anggaran mulai 1 januari sampai dngan 31 Desember.
Pengangaran Daerah termasuk dalam ketegor perencadnaan jangka pendek
yang merupakan bagian dari perencafnaan jangka menengah dan perencanaan jangka
panjang. Penganggaran Daerah terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (Budget
policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational
planning). Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) termasuk kategori formulasi
kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran.
Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisa-analisa fiskal, sedangkan
opersional aanggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya yang ada pada setiap
daerah.
Aspek pengelolaan keuangan daerah antara lain mencakup perencanaan
yang memuat kebijkan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA, merupakan
dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
Arah kebijakan umum anggaran pada dasarnya mengacu kepada RPJPD,
RPJMD, RKPD dan Renstra yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan umum
anggaran sementara (PPAS) yang selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun rencana
kerja dan anggaran (RKA) SKPD. Proses ini merupakan suatu rangkaiafn dalam
penyusunan RAPBD yang secara bersama-sama akan dibahas oleh pihak eksekutif dan
legislative. Pembahasan tersebut diperlukan guna terdapadt kesesuaian antara KUA,
PPAS, program, dan kegiatan.
KUA memuat substansi dan lingkup materi yang terdiri dari :
1. Kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun berjalan
dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang.
2. Perkiraan pencapaian tahun yang akan datang.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 5
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
3. Identifikasi permasalahan dan tantangan.
4. Prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD untuk menyelesaikan
permasalahan dan tantangan serta untuk mendukung upaya mewujudkan sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD).
5. Uraian kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah.
6. Kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda.
7. Perkiraan penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang akan
datang.
8. Uraian mengenai kesimpulan terhadap hal-hal yang disepakati.
Komponen pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayaanan kepada masyarakat disusun berdasarkan klasifikasi menurut urusan
pemerintahan yang terdiri dari: urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah.
Klasifikasi menurut urusan wajib adalah sebagai berikut: keseluruhan urusan
pemerintahan diatas yang dalam penanganan dan pelaksanaannya ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan
kemudian diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.
Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah
propinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/kota diatur dalam peraturan pemerintah
nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan.
Penyusunan KUA pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian
visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKPD. Tingkat pencapaian
atau kinerja pelayanan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya
merupakan tahapan dan perkebangan dari kinerja pelayanan yang diharapkan pada
RPJMD dan RPJPD.
Seperti telah dikemukakan, bahwa KUA merupakan satu kesatuan terdiri dari
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaah daerah. Pendapatan daerah
meluputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran
yang akan mejadi penerimaan kas daerah. Belanja daerah meluputi semua pengeluaran
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi
pengeluaran daerah, sedangkan pembiayaan daerah meliputi transaksi keuangan untuk
menutupi deficit atau untuk memanfaatkan surplus. Struktur pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah diatas diklasifikasikan menurut urusan pemerintaha daerah dan
organisasi (SKPD) yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.3. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 6
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
Sumber-sumber Penerimaan Daerah berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku adalah sebagai berikut: (a) pendapatan asli daerah (PAD), (b)
Dana perimbangan, (c) pinjaman Daerah, (d) Penerimaan yang sah lainnya.
Pendapatan daerah kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2009 sebesar Rp.
1.224.818.975.000 terdiri dari PAD sebesar Rp. 34.979.090.000, dana perimbangan
sebesar Rp. 1.152.111.963.000 dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp.
37.727.922.000. Berdasarkan data empiris ini dapat diketahui bahwa kemandirian
Kabupaten Musi Banyuasin untuk menggali pendapatan dari sumber sendiri relatif masih
kecil, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya yang
sebagian besar dibawah lima persen.
Sumber pendapatan untuk PAD yang memberikan konstribusi terbesar adalah
lain-lain PAD yang sah, yaitu sebesar RP. 25.554.000.000, sedangkan pajak daerah
sebesar Rp. 3.717.100.000, retribusi daerah sebesar Rp. 2.507.990.000 serta hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan sebesar Rp. 3.200.000.000.
Dana Perimbangan pada tahun 2009 didominasi oleh Dana Alokasi Umum,
Yaitu sebesar Rp. 86.730.976.000, Dana Alokasi khusus sebesar Rp. 29.138.000.000.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai sumber pendapatan
Kabupaten Musi Banyuasin daerah dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009
No. Jenis Penerimaan Nilai (Rupiah)
1.
2.
3.
4.
Bagian Pendapatan Asli Daeraha. Pajak Daerahb. Retribusi Daerah c. Hasil Perusahaan Milik Daerahd. Lain-lain PAD yang sah
Bagian Dana Perimbangana. Bagi hasil Pajakb. Bagi Hasil Sumber Daya Alamc. Dana Alokasi Umumd. Dana Alokasi Khusus
Lain-lain pendapatan yang syaha. Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah lainnyab. Dana penyesuaian dan otonomi khusus/dana optimalisasic. Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan percepatan
Pembangunan Daerah
PembiayaanPenerimaan Daeraha. Sisa Lebih Abggaran (SiLPA)
34.979.090.0003.717.100.0002.507.990.0003.200.000.000
25.554.000.000
1.152.111.963.000215.003.404.000821.239.583.000
86.730.976.00029.138.000.000
37.727.922.00032.798.570.000
4.929.352.000
113.545.621.808113.545.621.808113.545.621.808
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 7
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
Jumlah 1.338.364.596.808
6.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Bila dilihat dari kemampuan penerimaan daerah Kabupaten Musi Bunyuasin,
terlihat bahwa komponen PAD memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah
relatif kecil. Hal ini berarti bahwa tingkat kemandirian masih belum berkembang karena
berbeda sangat besar dibandingkan dengan komponen dana perimbangan. Padahal
komponen yang terpenting dari perkembangan kota/kabupaten yang semakin mandiri
adalah terletak pada PAD.
Rendahnya kontribusi PAD tersebut mengindikasikan rendahnya kemampuan
derajat fiskal pemerintah untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di
kabupaten Musi Banyuasin. Sumber-sumber penerimaanPAD cenderung fluktuatif , baik
pajak daerah, retribusi daerah, dan bagi keuntungan perusahaan daerah. Sumber PAD
yang cenderung meningkat dari penerimaan lainnya yang sah.
Rata-rata kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah pertahun masih relatif
kecil. Peningkatan PAD seharusnya menjadi prioritas karena persyaratan otonomi
daerah harus tercermin dari kemandirian keuangan daerahnya. Jika penggalian sumber-
sumber PAD belum diakukan secara optimal, maka pendapatan yang diterima lebih
rendah dari yang seharusnya.
Jika dibandingkan dengan kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan
daerah ini suatu tantangan yang harus dicermati secara bijak. Kabupaten Musi
Banyuasin yang memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan belum mampu
menopang kemndirian fiskalnya. Hal ini berarti bahwa permasalahan pembangunan
sektor keuangan daerah didalamnya membutuhkan program-program pembangunan
yang prioritas utamanya harus dapat mendorong peningkatan sumber-sumber PAD,
meskipun tidak semua program pembangunan hanya difokuskan bagi peningkatan PAD
semata.
Sejalan dengan permasalahan pembangunan yang langsung menyentuh
aspek kehidupan masyarakat dikabupaten Musi Banyuasin dengan berbagai tingkat
strata sosial ternyata pembiayaannya belum mampu hanya dibiayai dengan PAD.
Konsekuensinya adalah Kabupaten Musi Banyuasin harus berjuang untuk memperoleh
sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan.
6.5. Perimbangan Keuangan Daerah
Pola pembiayaan pembangunan daerah dewasa ini masih sangat terbatas.
Hal ini bisa ditelusuri hanya beberapa sumber yang potensial membiayai kegiatan
pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Musi Banyuasin. Perubahan pola
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 8
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
pembiayaan pembangunan terus dilakukan sehingga akan tercipta prinsip efisiensi dan
efektivitas pembiayaan.
Pola yang akan datang melalui perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah akan terdapat perubahan yang cukup fundamental yang semula pola
pembiayaan menganut sistem hibah khusus (specific grant) menjadi hibah tidak
bersyarat (block grant) pemerintah.
Dengan porsi dana perimbangan untuk pembangunan pemerintah daerah yang lebih
besar menjadi pola pembiayaan pembangunan yang bersifat desentralistik sehingga
dana pengalokasian anggaran dapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah.
Kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan daerah Kabupaten Musi
Banyuasin pada tahun 2009 sebesar 86,09 persen. Posisi dana perimbangan sangat
domnan dalam pendapatan daerah berarti memiliki unsur ketidakpastian yang relatif
tinggi. Hal ini dikarenakan penempatan anggaran harus menunggu kepastian informasi
dari pemerintah.
Permasalahan yang dihadapi dalam menggali potensi pendapatan daerah
antara lain :
1. Kurangnya SDM yang handal untuk mengelola administrasi perpajakan.
2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pemumngutan.
3. Tingkat kesadaran subyek pajak dan retribusi yang masih rendah.
4. Penetapan NJOP masih dirasakan kurang adil oleh subyek pajak dan retribusi.
5. Belum optimalnya pembinaan terhadap pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dalam
rangka memungt bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
Upaya yang ditempuh untuk menggali potensi pendapatan melalu strategi
intensifikasi dan eksentifikasi.
6.6. Strategi intensifikasi Penerimaan Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin terus berupaya untuk meningkatkan PAD,
meskipun keinginan tersebut tidaklah mudah, terbukti pemerintah kabupaten
mengupayakan terus menerus peningkatan penermaan dengan jalan membuat
bermacam-macam terobosan dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber penerimaan melalui dukungan perda setempat.
Terdapat beberapa kegiatan ekonomi sebagai basis sumber-sumber PAD
Kabupaten Musi Banyuasin yang berpotensi untuk dikembangkan, antara lain:
Potensi sumberdaya Alam dan Manusia . sumberdaya alam yang tersedia
cukup memadai, seperti hasil perikanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian,baik
dalam posisi yang sudah tereksploitasi maupun dalam tahap eksplorasi. Optimalisasi
pengelolaan sumberdaya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pendidikan yang
perlu untuk terus ditumbuh kembangkan.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 9
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
Pesatnya jumlah kendaraan bermotor. Seiring perkembangan pembangunan
daerah Kabupaten Musi Banyuasin, mempunyai dampak positif terhadap banyaknya
kendaraan bermotor, terutama mobil dan sepeda motor.
Dari sisi ekonomi, Kabupaten Musi Banyuasin secara makro selama kurun
waktu 2003-2008 menunjukan peningkatan. Struktur ekonomi didukung oleh kontribusi
sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan,
angkutan, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, perdagangan serta jasa-jasa lainnya.
Meski upaya pemerintah kabupaten untuk terus berupaya untuk menggali
dan mengoptimalkan PAD. Namun banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus
dihadapi dalam upaya penggalian PAD. Disisi lain, peluang dan kesempatan masih
terbuka untuk meningkatkan PAD tersebut. Hal ini telah tercermin dari banyaknya
perda-perda yang dikeluarkan pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin dalam
upaya mengentensifkan kemungkinan penerimaan lain yang masih potensial.
6.7. Strategi Ekstensifikasi Penerimaan Daerah
Strategi eksetensifikasi pendapatan daerah yaitu (1) melakkan perluasan
serta menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang belum tergali, (2)
melakukan pendataan objek baru yang belum terdaftar, baik objek pajak dan retribusi
pribadi/perorangan maupun badan usaha/perusahaan-perusahaan di Kabupaten Musi
Banyuasin.
Upaya ekstensifikasi terhadap basis kegiatan ekonomi yang berkembang
pesat yang belum menjadi objek pajak dan retribusi, baik yang bergerak bidang
perkebunan, perhutanan dan pertambangan maupun kontraktor dengan cara
mengunjungi pihak dimaksud dan melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait,
baik tingkat pusat , provinsi maupun kabupaten. Melalui kegiatan eksentifikasi ini
diharapkan target penerimaan daerah yang telah ditetapkan dapat terealisasi secara
optimal.
Kegiatan ekstensifikasi penerimaan daerah melalui pelaksanaan kegiatan
satuan kerja pemerintahan daerah memerlukan biaya operasional yang besar sehingga
prioritas kegiatan diarahkan pada prinsip efisiesi dan efektivitas. Hal ini berarti dana
yang akan masuk ke kas daerah lebih besar dibanding biaya operasionalnya dan akan
terus berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalamekstensifikasi penerimaan
daerah, terutama bersumber dari pajak daerah antara lain: (1) akuntabilitas pemerintah
daerah, (2) hubungan jelas antara manfaat dan pajak, (3) meminimumkan distorsi
ekonomi, (4) meminimumkan kesenjangan antar daerah dan peningkatan efisiensi
jangka panjang, (5) realibilitas dan stabilitas basis pajak, (6) setiap bagi hasil pajak
memberikan ”implicit insurance”, dan (7) peningkatan kemampuan administrasi
perpajakan daerah.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 10
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
6.8. Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah
Sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik dewasa
ini, pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mengembangkan mekanisme pembangunan
yang lebih responsif terhadap kebutuhan pembangunan bagi masyarakat antara lain
kebijaksanaan pembangunan yang mencemrminkan paradigma baru yang mempunyai
ciri-ciri people centered, parcipatory, empowering dan sustainable. Hal ini sejalan
dengan visi yang telah ditetapkan , yaitu terwujudnya masyarakat Musi Banyuasin yang
sejahtera, Mandiri, Adil, Religius dan terdepan di bumi serasan sekate.
Dalam pengelolaan anggaran strategi diarahkan untuk: (a) melenkapi
kebutuhan belanja pegawai, sedengkan belanja non pegawai dilakukan penghematan-
penghematan. (b) Membangunkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas
kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Upaya ini dilaksanakan melalui
pembangunan bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial budaya dan bidang
agama. Upaya-upaya tersebut harus diikuti oleh upaya pemantapan pembagian
wewenang dan tugas yang lebih tegas dan jelas, dan peran serta masyarakat yang
semakin besar. (c) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan
pembangunan berkelanjutan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Upaya ini
ditempuh melalui langkah-langkah antara lain stabilitas harga kebutuhan pokok
masyarakat, menciptakan lapangan keja dan menanggulangi kemiskinan,
mengembangkan usaha mikro, menengah dan koperasi, memacu peningkatan ekspor
non-migas, serta menyempurnakan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
daerah. (d) meningkatkan partisipasi dari seluruh stakeholders agar dapat
mengintegrasikan apirasi dan upaya memasyarakat kedalam perumusan arah kebijakan
pembangunan yang mereka percaya paling tepat dan dapat berkelanjutan. (e)
pendekatan pembangunan harus menjadi lebih luas dan bersifat holistik, yang
merupakan pendekatan dari berbagai aspek/sektor, namun terfokus pada hal-hal
penting dan mendesak yang dihadapi dalam kurun waktu tertentu. (f) Rencana
pembangunan harus mencantumkan indikator-indikator kinerja yang terukur, sehingga
dapat diketahui akuntabilitas kinerja pihak yang melaksanakan program-program
tersebut. (g) Perencanaan anggaran yang lebih dinamis, fleksibel dan interaktif, yang
berarti harus resfonsif terhadap adanya ide, daa, masukan dan perkembangan baru
sejauh hal tersebut konsisten dan mendukung visi, misi, tujuan dan bermanfaat serta
sesuai aspirasi masyarakat Musi Banyuasin.
Selanjutnya penerapan prinsip-prinsip anggaran harus secara bijaksana
antara lain: (a) partisipasi masyarakat: Mengandung makna bahwa pengambilan
keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD. (b) Transparansi dan
akuntabilitas anggaran : APBD harus dapat memberikan informasi secara terbuka dan
mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada
setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 11
Bappeda dan Penanaman ModalKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2011
hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu setiap
pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang
dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. (c) Disiplin Aggaran: Beberapa prinsip
disiplin anggaran yang harus diperhatikan antaralain: Pendapatan yang direncanakan
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja. Penganggaran peneluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaandalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. (d) keadilan anggaran :
pembiayaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilakukan melalui mekanisme pajak
dan retribusi yang dipikul oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah wajib mengalokasikan
penggunaanya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat
tanpa adanya diskriminasi dalam pemberian pelayanan. (e) Efisiensi dan ektivitas
Anggaran: Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas
tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
atau proyek yang telah diprogramkan.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 12