Rp12,04 Triliun BBRI Catatkan Laba KINERJA SEMESTER...

1

Transcript of Rp12,04 Triliun BBRI Catatkan Laba KINERJA SEMESTER...

Page 1: Rp12,04 Triliun BBRI Catatkan Laba KINERJA SEMESTER I/2016bigcms.bisnis.com/file-data/1/1833/a2d4b4f4_Jun16-BankCommonwealtAustralia.pdfHanlon adalah penganut agama Kristen tetapi

P E R B A N K A N 19 Senin, 15 Agustus 2016

Abdul [email protected]

Suatu hari, Muhammad Syafii Antonio berkunjung ke tanah Britania dan bertemu dengan direktur Islamic Bank of

Britain bernama Michael Hanlon. Hanlon adalah penganut agama Kristen tetapi memimpin sebuah bank syariah. Karena heran, Syafii pun bertanya asal muasal hal itu.

“My Bible ask me to avoid riba. All of my staff is Moslem,” kata Michael seperti ditirukan Syafii.

Di lain kesempatan, Syafii ber-sama Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad memenuhi undangan Vatican. Mereka dim-intai pendapat soal Islamic bank. Pasalnya, di dalam Injil banyak sekali ayat yang melarang riba, tetapi faktanya negara-negara barat justru mempraktikkannya.

Lewat dua kejadian di atas, Syafii ingin mengatakan kalau sesungguh-nya prinsip ekonomi Islam tidaklah eksklusif. Sekalipun prinsipnya ada-lah syariah Islam, tetapi penganut agama lain pun bisa ikut serta.

Sayangnya, ketertarikan masyara-kat Indonesia untuk menggunakan produk keuangan syariah masih

sangat minim. Padahal lebih dari 80% penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam.

Sejak Bank Muamalat berdiri pada 1992, perkembangan industri keu-angan syariah di Indonesia ibarat jauh panggang dari api. Belum sesuai harapan. Selama 24 tahun, penetrasi industri keuangan syariah tak kunjung sampai 5%.

Syafii menjelaskan, sesungguhnya tak semua orang yang menggunakan jasa perbankan syariah dengan dasar keimanan. Banyak juga yang datang karena murni alasan bisnis. Banyak nonmuslim yang datang ke bank syariah karena menilai imbal hasil yang diberikan lebih baik. “Dan hal tersebut sah-sah saja,” katanya.

Chief Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan, sebagian besar nasabahnya adalah nonmuslim, khususnya di pembiaya-an konsumer.

Pandji menuturkan, banyak nasa-bah nonmuslim yang tertarik karena melihat karakteristik di bank syariah lebih cocok untuk bisnis mereka. “PR [pekerjaan rumah]-nya justru yang muslim. Bagaimana semuanya mengambil produk syariah. Itu chal-lenge,” tuturnya.

Ketika meluncurkan produk ban-cassurance beberapa waktu lalu,

Direktur Konsumer dan Ritel PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Purnomo B. Soetadi optimistis produknya bakal diminati.

Optimisme tersebut disokong oleh fakta bahwa Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim, masih sangat sedikit yang meng-gunakan asuransi syariah. Bahkan, kata Purnomo, produk syariah tak melulu dinikmati oleh masyarakat muslim tapi dapat digunakan oleh non muslim juga.

“Dan itu banyak di Muamalat. Pengalaman kami di produk-produk sebelumnya banyak juga masyara-kat nonmuslim yang menggunakan produk syariah Muamalat.”

Sejauh ini industri perbankan sya-riah masih sulit untuk menyamai, atau bahkan mengungguli bank konvensional. Meskipun demikian, prospeknya masih sangat besar. Salah satu alasannya, sebagaimana dikatakan oleh Syafii, sistem syariah secara eksternal susah untuk jatuh karena pondasinya sangat kuat. Kalaupun jatuh, itu karena faktor internal alias individu.

Tinggal bagaimana meyakinkan masyarakat agar mau beralih ke syariah. Sebab bank syariah bukan hanya monopoli umat Islam, tapi milik semua golongan.

JAKARTA — PT Bank Ina Perdana, Tbk. akan merestrukturisasi kredit guna menekan potensi semakin parahnya rasio kredit bermasalah sepanjang sisa 2016.

Direktur Utama PT Bank Ina Perdana, Tbk. Edy Kuntardjo meng-akui adanya lonjakan signifikan non-performing loan (NPL) perse-roan sampai penghujung semester I/2016, dibandingkan dengan peri-ode yang sama tahun lalu.

“Secara umum hampir sebagian besar perbankan memang ketika itu meningkat NPL-nya. Demikian pula Bank Ina akibat seretnya cash flow nasabah,” ucapnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Laporan keuangan Bank Ina menunjukkan per Juni tahun ini NPL nett sebesar 3,13%, sedangkan untuk periode yang sama tahun lalu baru 0,25%. Rasio kredit berma-salah ini membayangi penyaluran kredit yang mencapai Rp1,43 triliun per Juni 2016.

Guna memperbaiki rasio keu-angan, Bank Ina menilai restruk-turisasi kredit sebagai jalan kelu-ar. Restrukturisasi dapat ditempuh melalui beberapa opsi, a.l. menu-runkan suku bunga, memperpan-jang jangka waktu kredit, mengu-rangi tunggakan bunga kredit dan

pokok kredit, menambah fasilitas kredit, serta konversi kredit jadi penyertaan modal sementara.

Menurut Edy, melalui restruk-turisasi, NPL Bank Ina berpeluang menyusut pada periode semester II/2016. “Ini karena usaha kami masih berprospek, hanya saja cash flow-nya tidak mencukupi untuk membayar kewajiban kepada bank.”

Rerata debitur di sektor jasa lemba-ga keuangan merupakan yang paling banyak bermasalah. Mereka secara umum terkena dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi dan menu-runnya daya beli masyarakat.

Berdasarkan catatan Bank Ina, sampai dengan akhir semester per-tama tahun ini, deposito yang meru-pakan dana mahal memberikan porsi terbesar dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Dari total DPK Rp1,81 triliun, porsi deposito mencapai 88% setara Rp1,60 triliun.

DANA MAHALDi sisi lain, ada pula bank kecil

yang akan mengubah fokus peng-himpunan DPK dengan mengurangi porsi deposito dan mendongkrak kontribusi dari tabungan. Dia ada-lah PT Bank Yudha Bhakti, Tbk.

Emiten bersandi saham BBYB itu berencana melakukan sejum-

lah promo untuk produk tabungan agar lebih menarik. Tak hanya itu, perseroan juga berencana menam-bah beberapa kantor cabang baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.

“Tahun ini kami akan mengeluar-kan produk tabungan yang lebih menarik,” tutur Sekretaris Korporat PT Bank Yudha Bhakti, Tbk. Deddy Triyana kepada Bisnis. Hal ini dilakukan demi meningkatkan porsi dana murah dalam DPK ke level 15% - 20%.

Laporan Keuangan BBYB menun-jukkan total penghimpunan DPK per Juni 2016 sebesar Rp3,01 triliun. Nilai ini terdiri dari giro Rp114,50 miliar, tabungan Rp169,98 miliar, dan deposito Rp2,72 triliun.

Guna menjaring lebih banyak nasabah, BBYB bakal membuka tiga kantor cabang baru di Makassar, Balikpapan, dan Yogyakarta. Kantor baru diharapkan bisa meningkatkan jumlah nasabah menjadi lebih dari 20.000 pemegang rekening.

Menutup semester I/2016, sejum-lah item dalam rasio keuangan BBYB menunjukkan pergerakan positif di antaranya return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan beban operasional terhadap pen-dapatan operasional (BOPO).(Dini

Hariyanti)

KINERJA BANK KECIL

Restrukturisasi Kredit Tekan NPL

INDUSTRI KEUANGAN

Bank Syariah untuk Semua

Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono (kelima kiri) bersa-ma Direktur Utama Bank BTN Maryono (tengah) meninjau proses akad kredit saat acara Indonesia Property Expo-Bank BTN di Jakarta, Sabtu (13/8). Pameran tersebut diikuti lebih

dari 200 pengembang yang menawarkan sekitar 700 proyek perumahan di Indonesia. Bank BTN menargetkan perolehan kucuran kredit baru sebesar Rp4 triliun pada pameran itu.

KINERJA SEMESTER I/2016

BBRI Catatkan Laba Rp12,04 Triliun

Annisa Sulistyo [email protected]

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, salah satu pendorong peningkatan laba BRI sepanjang paruh pertama 2016 adalah pen-dapatan bunga yang naik 12,61% (year on year/y-o-y) dari Rp39,96 triliun menjadi Rp45 triliun.

Sementara itu, total laba kom-prehensif tahun berjalan emiten berkode saham BBRI ini mencapai Rp28,01 triliun pada Juni 2016, naik 140% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp11,67 triliun.

Salah satu pos yang mendorong lonjakan kenaikan laba komprehen-sif tahun berjalan yakni keuntungan revaluasi aset tetap Rp13,82 triliun.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, perse-roan mengikuti salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mela-lui paket kebijakan jilid V, yakni pe mangkasan persentase pajak peng hasilan (PPh) final revaluasi aset bagi BUMN, swasta, maupun perseroangan.

“BRI ikut [revaluasi aset]. Pe -nam bahan nilai aset kira-kira Rp14 triliun dan dicatat pada laporan ke-uangan Juni 2016,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/8).

Kendati dalam laporan keuangan hasil revaluasi aset masuk ke dalam penghasilan komprehensif lain, Haru menuturkan kenaikan aset perseroan hasil revaluasi aset ter-sebut masuk ke komponen ekuitas.

Adapun, per Juni 2016 total aset yang dimiliki perseroan tercatat senilai Rp872,96 triliun atau naik 3,18% dibandingkan akhir tahun lalu (year-to-date/y-t-d) sebesar Rp845,99 triliun.

Dari sisi penyaluran kredit, bank spesialis kredit mikro ini menya-lurkan pinjaman Rp590,70 triliun atau naik 5,77% y-t-d dari Rp558,44 triliun. Namun, Haru masih enggan menyebutkan segmen pendorong peningkatan penyaluran kredit di semester I/2016. “Besok [Senin] saja saat paparan kinerja,” katanya.

Bank dengan jaringan terbesar di Tanah Air ini akan memapar-kan kinerja keuangan satu semes-ter pada hari ini, Senin (15/8). Di bandingkan dengan bank besar lain nya, BRI terbilang lebih lambat lan taran akan menerbitkan surat utang atau obligasi berkelanjutan pada semester II/2016. Obligasi itu akan dita war kan dalam dua tahap, yakni kuartal akhir 2016 dan di kuar-tal I tahun depan.

Dari sisi pendanaan, BRI men-catatkan penghimpunan giro senilai Rp109,20 triliun, tabung-an Rp264,05 triliun, dan simpan-an berjangka atau deposito senilai Rp282,86 triliun.

Sedangkan dari sisi rasio keu-angan, kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan ter-catat sebesar 22,10% atau naik dari 20,41% y-o-y. Rasio kredit bermasa-lah (non performing loan/NPL) BRI mengalami penurunan, baik NPL gross maupun net.

NPL gross perseroan sebesar 2,31% atau turun dibandingkan Juni 2015 sebesar 2,33%. NPL net BRI turun dari 0,66% menjadi 0,60% y-o-y. Adapun, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan juga mengalami peningkatan dari 7,88% menjadi 8,43% y-o-y.

TRANSAKSIONAL BANKINGDi sisi lain, saat ini BBRI sedang

melihat peluang besar untuk mengembangkan potensi bisnis transaksional banking. Apalagi, per-seroan sudah memiliki satelit yang kian bisa dimanfaatkan untuk tran-saksional banking tersebut.

Sis Apik Wijayanto, Direktur Konsumer, menyebutkan perseroan menargetkan pertumbuhan penda-patan komisi atau fee based income pada tahun ini Rp11, 1 triliun, tum-buh 54,1% dari Rp7,2 triliun pada tahun lalu. Sampai Mei 2016, perse-roan mencatatkan pertumbuhan pen-dapatan komisi 12%-14% (y-o-y).

“Nantinya, kontribusi bisnis konsu mer terhadap fee based income bisa meningkat hingga 50%.”

Hexana Tri Sasongko, SEVP IT Strategy & Satelite BRI, menyebutkan satelit milik perseroan yakni BRIsat telah resmi dioperasikan secara penuh oleh BRI. Saat ini, BRIsat memasuki tahap integrasi fase I. Adapun, proses penyerahan atau handover dari SSL selaku operator sudah tuntas pada 3 Agustus 2016.

“Semua commanding dan respon-sibilty pengoperasian BRIsat sudah dilakukan BRI. Kami sedang siap-kan untuk integrasi fase I. Semua kondisi nominal,” katanya kepada Bisnis. (Surya Rianto/Abdul Rahman)

Bisnis/Abdullah Azzam

TARGET KREDIT BTN

JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. membukukan laba bersih tahun berjalan bank only senilai Rp12,04 triliun sepanjang semester I tahun ini, naik tipis sebesar 1,51% dari Rp11,86

triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Salah satu pos yang mendorong lonjakan kenaikan laba kompre hen-sif tahun berjalan yak ni keuntungan reva luasi aset tetap Rp13,82 triliun.

djoko
Typewriter
djoko
Typewriter
Bisnis Indonesia, 15 Agustus 2016