rokok pdf
-
Upload
mohammad-fandy -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of rokok pdf
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
2.1.2 Jenis Rokok
Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di bagi tiga jenis:
1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :
1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama
dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok
yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%).
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin,
dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung
bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David E, 2003). Zat-zat beracun
yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung
di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan
darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat
stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau,
sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki
karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan
menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan
selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat
kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya
jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil
berhenti (Pdpersi, 2006).
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif
Universitas Sumatera Utara
dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan
ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur
ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.
Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam
transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat
mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah
400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin
dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat
merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru
sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk
kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran
pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang
rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang
menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi
filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok
hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan
bertambah banyak (Sitepoe, M., 1997).
Universitas Sumatera Utara
4. Timah Hitam (Pb)
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke
dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, M., 1997).
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang
ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan
mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan
sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit
saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
7. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat
menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat
organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
Universitas Sumatera Utara
9. Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan
bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
2.1.4 Kategori Perokok
1. Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok
(Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok
aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok
pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih
banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).
2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan
perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri
sendiri maupun lingkungan sekitar.
2.1.5 Jumlah Rokok Yang Dihisap
Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,
bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Perokok Ringan : Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang
per hari.
2. Perokok Sedang : Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari.
Universitas Sumatera Utara
3. Perokok Berat : Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.
2.1.6 Lama Menghisap Rokok
Menurut Bustan (1997) merokok dimulai sejak umur kurang dari 10 tahun
atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk
berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda
usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai
sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis.
Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal
merokok yang lebih dini ( Smet, Bart, 1994). Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali
per menit (Sitepoe, M., 1997). Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca
digunakan.
2.2 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh darah, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh
dan compliance, atau daya regang (distensibility) dinding pembuluh yang
bersangkutan. Apabila volume darah yang masuk arteri sama dengan volume darah
yang meninggalkan arteri selama periode yang sama, tekanan darah arteri akan
konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk
arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah
tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol,
tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri, sementara darah terus meninggalkan
mereka, terdorong oleh recoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri
sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan
sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu
darah mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg.
Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung
Universitas Sumatera Utara
berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar (Sherwood, L.,
2001).
2.3 Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price, S.A. & Wilson, L.M.,
2006). Menurut Basha, A. (2004), hipertensi merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguanpada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya (Sustrani, L., et al., 2004).
2.3.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan
Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
Universitas Sumatera Utara
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).
Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan darah adalah
120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan sistoliknya lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya lebih dari 90 mmHg.
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH 2003
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130 -139 (<140) 85 – 89 (<90)
Hipertensi
Derajat 1 ( ringan ) 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 ( sedang ) 160 – 179 100 – 109
Derajat 3 ( berat ) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik yang terisolasi ≥ 140 < 90
Batasan ini untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan
sakit mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang
berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih pengukuran setiap
kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau lebih
(Robbins & Kumar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension) adalah hipertensi
dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia
lanjut, jika keadaan ini dijumpai pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan
sirkulasi hiperkinetik dan diramalkan dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut
meningkat.
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan < 80
Pre Hipertensi 120-139 atau80-89
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99
Derajat 2 >160 atau >100
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18 Tahun
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC7), Tahun 2003.
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On
Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7),
klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
2.3.3 Patofisiologi Hipertensi
Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup atau curah jantung dan total peripheral resistance (TPR),
Universitas Sumatera Utara
maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel tersebut dapat menyebabkan
hipertensi.
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung.
Terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus sinoatrium
(SA). Peningkatan denyut jantung kronik sering menyertai keadaan
hipertiroidisme, biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau
total peripheral resistance (TPR).
2. Peningkatan volume sekuncup atau curah jantung yang berlangsung lama.
Terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi yang berlebihan
yang dapat meningkatkan volume diastolik akhir, biasa disebut preload jantung.
Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
3. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua
hal tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan total
peripheral resistance, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan
tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh
yang menyempit. Hal ini disebut afterload jantung biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan
ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa
darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serat-serat otot
jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Guyton & Hall (2006) hipertensi dibedakan atas 2 golongan besar :
1. Hipertensi beban volume
Terjadi akibat kenaikan volume cairan ekstra seluler yang berlebihan dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan kenaikan volume darah diikuti dengan peningkatan
curah jantung. Kenaikan curah jantung inilah yang menyebabkan hipertensi.
2. Hipertensi vasokonstriksi
Terjadi akibat peningkatan bahan-bahan yang secara khusus cenderung
meningkatkan hipertensi yaitu angiotensin II, norepinephrin dan epinephrin.
Bahan ini menyebabkan kenaikan tekanan perifer total yang menyebabkan
penyempitan diameter arteriol dan terjadilah hipertensi.
Menurut Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial, gejala seperti sakit kepala, epistaktis, pusing, migran. Gejalagejala yang lain seperti sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk (Mansjoer,
2000).
2.4 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan
stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan menggunakan air
raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis
Universitas Sumatera Utara
sphygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut
terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi
detak menghilang adalah tekanan diastolik. Sphygmomanometer aneroid prinsip
penggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul
metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik
merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding
model standar yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah
(Sustrani, L., et al., 2004). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
2. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar
dengan jantung (istirahat).
3. Pakailah baju lengan pendek.
4. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh dapat
mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, L., et al., 2004).
Pengukur an tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat yang
cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada
posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2
menit. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus
melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2 atau 3
kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk
mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset
untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan
diastolik kemudian tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3
mmHg tiap denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar
lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua
lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri (Arjatmo, T., Hendra, U., 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hubungan Merokok dan Tekanan Darah
Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang
mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat dalam
mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan
darah (Sherwood, L., 2001). Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik
seperti merokok.
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun
rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di
ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari
akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20
kali per menit (Sitepoe, M., 1997).
Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar
terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena
merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida)
yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang
menyebabkan pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah
(eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping
kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan
semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2
(oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting
untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka
gas CO ini merebut tempatnya di hemoglobin. Sel tubuh yang menderita kekurangan
oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah
dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah.
Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan
mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin merupakan dadah
yang kuat. Nikotin bertindak terhadap pusat kepuasan di otak yang menyebabkan
perokok terangsang pada peringkat awal, tetapi keadaan ini kemudiannya disusuli
oleh kemurungan. Nikotin meningkatkan penghasilan bahan kimia yang dinamai
dopamine dan berhubung rapat dengan pusat-pus at emosi di otak.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya
kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok. Efek nikotin
menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat
memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen
jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung tidak diberikan
kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya
hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya trombosit (sel
pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat
pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO yang
berasal dari rokok. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu
menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus.
Menurut kajian, risiko merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang
merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi.
Zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya
akan mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya
(Price & Wilson, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.6 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Guyton, Hall (2006), Arjatmo T, dan Hendra U. (2001),
Mangku Sitepoe (1997)
Keturunan Hipertensi (Gen)
Isi Sekuncup
Hipertensi
Curah Jantung
Tahanan Perifer
Merokok:
• Jumlah Rokok
• Jenis Rokok
• Lama Menghisap
Rokok
Stres pekerjaan
Asupan Garam
Aktivitas Olahraga
Usia
Jenis Kelamin
Kecepatan Denyut
Jantung