bahan Rokok

21
INDONESIA MENGADVOKASI, STOP ROKOK I. Rokok Asap rokok , dengan 60 zat karsinogen di dalamnya (WHO Report on The Global Epidemic of Tobacco, 2003) telah mencemari udara dan menganggu terbentuknya lingkungan yang sehat ini. Asaprokokmengandunglebih 4.000 senyawakimia, 60 diantaranyabersifatkarsinogen. Tidakadakadarpaparan minimal dalamasaprokok yang “aman”. Asapdariujungrokok yang terbakardisebutasaprokoksampingan (side stream smoke) bahayanya 3 kali lebihdariasaprokok yang dihisapperokok. Lima puluhtujuhpersenrumahtangga di Indonesia mempunyaisedikitnyasatuperokok, danhampirsemuaperokok (91,8 %) merokok di rumah. Seseorangbukanperokok yang menikahdenganperokokmempunyairisikokankerparusebesar 20-30 %, danmempunyairisikoterkenapenyakitjantung”.Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan, 64,2% anaksekolahterpaparasaprokok. Sebanyak (37,3%) pelajarmerokok, dan 3 diantara 10 pelajarpertama kali merokoksebelumberusia 10 tahun (30,9%). Konsumsirokokmerupakansalahsatufaktorrisikoutamaterjadinyapeny akittidakmenularsepertikardiovaskuler, stroke, penyakitparuobstruktifkronik,kankerparu, kankermulut, dankelainankehamilan. Penyakititu, saatinimenjadipenyebabkematianutama di dunia, termasuk

description

wkwk

Transcript of bahan Rokok

INDONESIA MENGADVOKASI, STOP ROKOK

I. RokokAsap rokok , dengan 60 zat karsinogen di dalamnya (WHO Report on The Global Epidemic of Tobacco, 2003) telah mencemari udara dan menganggu terbentuknya lingkungan yang sehat ini. Asaprokokmengandunglebih 4.000 senyawakimia, 60 diantaranyabersifatkarsinogen. Tidakadakadarpaparan minimal dalamasaprokok yang aman. Asapdariujungrokok yang terbakardisebutasaprokoksampingan (side stream smoke) bahayanya 3 kali lebihdariasaprokok yang dihisapperokok. Lima puluhtujuhpersenrumahtangga di Indonesia mempunyaisedikitnyasatuperokok, danhampirsemuaperokok (91,8 %) merokok di rumah. Seseorangbukanperokok yang menikahdenganperokokmempunyairisikokankerparusebesar 20-30 %, danmempunyairisikoterkenapenyakitjantung.Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan, 64,2% anaksekolahterpaparasaprokok. Sebanyak (37,3%) pelajarmerokok, dan 3 diantara 10 pelajarpertama kali merokoksebelumberusia 10 tahun (30,9%). Konsumsirokokmerupakansalahsatufaktorrisikoutamaterjadinyapenyakittidakmenularsepertikardiovaskuler, stroke, penyakitparuobstruktifkronik,kankerparu, kankermulut, dankelainankehamilan. Penyakititu, saatinimenjadipenyebabkematianutama di dunia, termasuk Indonesia.Menurut WHO, rokokadalahpembunuh di tengah-tengahmasyarakat. Setiapdetik, satu orang meninggalakibatmerokok.Rokok,jugamembunuhseparuhdarimasahidupperokok, danseparuhperokokmeninggalpadausia 35-69 tahun,Rokok dan produk tembakau lainnya terbukti berbahaya bagi para perokok aktif dan pasif karena bersifat adiktif (UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 113 ayat 2), serta dapat dipastikan bahwa sebanyak 70%-80% kematian akibat rokok akan terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Rokok dan produk tembakau lainnya sebagai produk kena cukai yang telah terbukti berdampak negatif pada kesehatan (UU Cukai No. 39 Tahun 2007) menjadi satu-satunya produk yang peredaran dan pemasarannya masih bebas dari regulasi yang adekuat. Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau terus meningkat dan beban peningkatan ini sebagian besar ditanggung oleh masyarakat miskin. Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai 200 juta dolar Amerika, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan merokok terus meningkat. Di Indonesia, jumlah biaya konsumsi tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di tingkat rumah tangga dan biaya tidak langsung karena hilangnya produktifitas akibat kematian dini, sakit dan kecacatan adalah US $ 18,5 Milyar atau Rp 167,1 Triliun.[endnoteRef:2] Jumlah tersebut adalah sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp 32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milyar tahun 2005 (1US$ = Rp 8.500,-)[endnoteRef:3] [2: Kosen, S (2007). Penghitungan Beban Ekonomi Tembakau Berdasarkan Data Penyakit dan Biaya RS 2005. Dipresentasikan pada KONAS IAKMI 2007. Tidak dipublikasikan. ] [3: TCSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia 2007]

Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya berada di negara berkembang. Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.[endnoteRef:4] Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Rokok membunuh 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia, dengan angka kematian dini mencapai 5,4 juta jiwa pada tahun 2005. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang.[endnoteRef:5] Bila kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok,[endnoteRef:6] yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup (lost life)sebesar 20 sampai 25 tahun.[endnoteRef:7] [4: WHO, Report on Global Tobacco Epidemic, 2008] [5: WHO.The Tobacco Atlas (2002) in FCA.Tobacco Facts.Fact Sheet.] [6: WHO. World Health Report: Shaping the Future (2003) in FCA. Tobacco Facts.Fact Sheet.] [7: World Bank.Curbing The Epidemic: Government and the economics of Tobacco Control (1999) in FCA.Tobacco Fact.Fact Sheet.]

II. RegulasiMengenaiRokok di Indonesia

Berdasarkan UUD pasal 28H ayat 1 dan pasal 34 ayat 3, disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan yang penyediaannya menjadi tanggungjawab negara. FCTCFRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO CONTROL (WHO FCTC)Indonesia adalah 10 negara yang belum meratifikasi FCTC di dunia. Indonesia adalahsatusatunya Negara di ASEAN yang belummeratifikasi FCTC dunia. Isi FCTC dirangkumdidalam table sebagaiberikut :WHO FRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO CONTROL (WHO FCTC)

Pasal dalam FCTCRingkasan Pasal

5.3 Perlindungan kebijakan pengendalian tembakau dari pengaruh industri tembakauPara Pihak harus melindungi kebijakan pengendalian tembakau dari tujuan komersil dan kepentingan lain industri tembakau sesuai UU.

6. Harga dan Cukai untuk mengurangi permintaan terhadap tembakauPara pihak harus mempertimbangkan tujuan Kesehatan nasional dalam menetapkan kebijakan pajak dan harga produk tembakau, termasuk penjualan bebas pajak dan cukai, serta melaporkan tingkat pajak dan kecenderungan konsumsi dalam pertemuan berkala

Tarif cukai seharusnya mencapai 2/3 dari harga jual eceran.

8. Perlindungan terhadap paparan asap rokokPara pihak harus memberlakukan dan menerapkan peraturan Kawasan Tanpa Asap Rokok di wilayah hukum masing-masing dan menyebar luaskan peraturan ini ke wilayah hukum lainnya di perkantoran, tempat-tempat umum tertutup, dan transportasi umum.

11. Kemasan dan label produk tembakauPara pihak harus menerapkan peraturan termasuk persyaratan penempatan label peringatan kesehatan (health warnings) secara bergantian serta pesan-pesan lainnya yang sesuai pada kemasan produk tembakau. Peringatan kesehatan meliputi sedikitnya 30% (secara ideal adalah 50% atau lebih) dari luas tampilan utama dan mencantumkan gambar atau piktogram, serta mencegah kemasan dan label yang salah, menyesatkan atau menipu.

13. Iklan, promosi dan sponsorship dari industri rokokPara pihak harus menerapkan pelarangan yang komprehensif terhadap seluruh iklan, promosi dan sponsorship dari produk tembakau.

Rancangan Undang- Undang Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan (RUU-PDPTK)Pada tahun 2006, Indonesia menyusun naskah akademik dan rancangan undang-undang Pengendalian Dampak Tembakau Terhadap Kesehatan (PDPTK). Secara garis besar RUU PDPTK terdiri dari 13 bab dan 71 pasal yang mencakup:(1) Pengemasan dan Pelabelan, peringatan kesehatan, (2) Harga dan Cukai, (3) Kawasan Tanpa Rokok, dan (4) Iklan, Promosi dan Pemberian sponsorRUU- PDPTK sudah disetujui oleh 259 anggota legislatif periode 2004-2009, namun baru tahun 2009 masuk dalam program legislasi nasional.

Status Draft RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan Saat Ini[endnoteRef:8]:Dalam Proses HarmonisasiBaleg [8: Dr. Ir. AtteSugandi, MM, SituasiSosialPolitikmenghadapiPemilu 2009: TantangandanPeluanguntukAdvokasiPengendalianTembakau. Presentasipada Workshop JaringanPengendalianDampakTembakau, Novotel Bogor, 11-13 Jnauari 2009]

1. Tanggal 28 Februari 2006 DPR-RI mengajukan RUU Pengendalian Tembakau yang didukung oleh 205 anggota DPR-RI namun tidak ditanggapi oleh Baleg.1. DPR-RI menyampaikan interupsi di Sidang Paripurna DPR-RI, 24 Maret 2006 dan 4 kali mengirimkan surat permohonan agar Badan Legislasi (Baleg) meninjau ulang tanggapannya.1. Tanggal 1 Juli 2008 atas nama 259 anggota DPR-RI, pengusul RUU menghimbau agar Badan Musyawarah DPR-RI mendorong proses aksesi/ratifikasi FCTC dengan harapan Indonesia aktif sebagai anggota FCTC dalam Conference of Party ke-3 di Durban Afrika Selatan tahun 2008.1. Draft RUU telah disetujui dan masuk ke dalam agenda Prolegnas masasidang 2009.1. Dalamperiode 2009 2014 RUU tersebuttetapsebagaibagiandariProlegnasPrioritas.1. Dalamprolegnas 2012 RUU initidakmenjadiProlegnastahunan

Rancangan Peraturan Pemerintah yang tidak berjalanRPP Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan merupakan turunan dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. UU tersebut pada pasal 113 memberikan mandat bahwa zat adiktif harus diamankan karena membahayakan kesehatan dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (pasal 116) selambat-lambatnya satu tahun (pasal 202). NamunsampaisaatiniPemerintahbelummengesahkan RPP ini.

The first country to go smoke-free in all public and workplaces was Ireland, on March 29th, 2004 One year after passing the law banning smoking in public places, 94% of premises were found to be obeying the new law Southwest Ireland: studies showed an 11% decrease in heart attacks one year after the ban came into effect

III. fenomena rokok di IndonesiaPrevalensi merokok melonjak

1995: 27% penduduk dewasa usia di atas15tahun merokok 2010: 35% penduduk dewasa usia di atas15tahunmerokok %Perokok Laki-laki dewasa:1995: 53% (1 dari 2 laki-laki)2010: 66% (2 dari 3 laki-laki) %perokok perempuan dewasa: 1995: 1.7%2010: 4.2% Naik lebih dari 2 X lipat

Tren Perokok remaja (15-19) mengkhawatirkan

1995: 7% remaja merokok 2010: 19% remaja merokok Naik lebih dari 2X lipat Remaja Laki-laki:1995: 14%2010: 37%Naik lebih dari 2X lipat Remaja Perempuan 1995: 0.3% 2010: 1.6%Naik lebih dari 5X lipatSumber : Susenas 1995, 2001, dan 2004 Riskesdas 2007 dan 2010

Jumlah Perokok Meroket

1995: 34.7 Juta perokok 2007: 65.2 Juta Perokok Naik 88%, hampir 2 kali lipat Laki-laki1995: 33.8 Juta perokok2007: 60.4 Juta perokok Naik 79%, hampir 2 kali lipat Perempuan1995: 1.1 Juta perokok 2010: 4.8 Juta perokok Naik lebih dari 4 kali lipat Sumber : Susenas 1995, 2001, dan 2004 dan Riskesdas 2007 Proyeksi Penduduk Bappenas

Jumlah Perokok Anak (10-14tahun) meningkat 1995: 71 .126 Perokok anak 2007: 426.214 Perokok anak Jumlah perokok anak diperkirakan naik 6X lipat selamat 12 tahunRumah Tangga Termiskin Terperangkap Konsumsi Rokok (2009)Kelompok PendapatanRT Tanpa Pengeluaran RokokRT yang memiliki pengeluaran untuk RokokTotal

Termiskin Q142,9%57,1%100%

Q228,3%71,7%100%

Q326,3%73,7%100%

Q427,5%72,5%100%

Terkaya Q534,3%65,7%100%

31,6%68,4%100%

68% (7 dari 10) rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran untuk membeli rokok 57% (6 dari 10) rumah tangga termiskin memiliki pengeluaran untuk membeli rokok

IV. Pihakpihak yang diadvokasi

Masyarakat UmumMasyarakat sering tidak terlalu peduli terhadap efek negative dari penggunaan tembakau. Sekarang, advokasi pngendalian tembakau harus meluaskan target mereka antara pemangku kebijakan dan membawa pesan tersebut kepada masyarakat luas.

Individu/ pemangku kebijakanPada tahap selanjutnya, saat masyarakat telah diberitahukan dan mendukung kebijakan mengenai tembakau, target audiensi berubah dari masyarakat umum ke tokoh masyarakat, sosok individu, atau pemangku kebijakan.Target audiensi bisa saja pejabat public seperti presiden atau perdana menteri, anggota dewan perwakilan rakyat, menteri kesehatan, orang orang yang dekat dengan industri tembakau dan orang yang menghalangi gerakan pengendalian tembakau. target advokasi ini ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan yang diambil para pemangku kebijakanDi Indonesia pemimpinlembagaEksekutifmempunyaihutanguntukmengesahkanRPP Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan,di lembagalegislativeharussegeramengesahkan RUU PDRTK, dankeduanyamempunyaikewajibanuntuksegeramengesahkanFCTC>

Dokterdokter adalah pemimpin dalam pembentukan pendapat. Dr. Thomas Glynn, director of Cancer Science and Trends at the American Cancer Society menyatakan tidak ada Negara di dunia yang dapat membuat progress yang signifikan dalam membatasi penyebaran penggunaan tembakau tanpa peran dokter dalam pemahamannya tentang tembakau, untuk mengadvokasikan kebijakan tembakau secara komprehensif

I. Media dan metode advokasi masing-masing pihakjelaskan bagaimana spesialisasi metode advokasi masing2 pihakMatriks Advokasi NasionalSasaran advokasi

PengadvokasiPemerintahDPRDokterMasyarakat

Mahasiswa, LSM, NGO

Pemerintah

masyarakat

Dokter

II. Indikator keberhasilan advokasiTerhadappemerintahJangka panjangTerciptanyaPeraturan Nasional mengenai Tembakausepertiratifikasi FCTC, Sahnya UU PDRTK, dansahnya RPP tentangPengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi KesehatanJangka pendek Meningkatnyatingkat kesadaran masyarakat dari bahayapenggunaan tembakau Meningkatnyatingkat dukungan publik untuk hukum pengendalian tembakau yang kuat .

TerhadapmasyarakatTerdapatPerubahanparadigmMasyarakat :PerokokAktif

Masyarakat :Perokokpasif

Masyarakat :pemilikusahadantempattempatumum

III. RencanaStrategisTindakLanjutAdvokasiStrategi MPOWER[endnoteRef:9][endnoteRef:10]: [9: WHO, WHO report on the Tobacco Epidemic, 2008] [10: WHO, country office for Indonesia, MPOWER, UpayaPengendalianKonsumsiTembakau.]

Guna memperluas perlawanan terhadap epidemi tembakau, World Health Organization menyarankan 6 langkah-langkah pengendalian tembakau dan kematian yang disebut dengan strategi MPOWER. Monitor Penggunaan Tembakau dan PencegahannyaMonitor penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 2/3 negara berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa. Hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara dan Indonesia menduduki posisi ketiga.[endnoteRef:11] [11: Global Tobacco Control Report 2008. Data merupakan estimasi dari laporan survey yang masuk dari tiap negara. ]

Perlindungan terhadap Asap TembakauAsap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh negara di dunia, dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih membolehkan merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam gedung. Perlindungan terhadap asap tembakau hanya efektif apabila diterapkan Kawasan Tanpa Rokok 100%.Optimalkan Dukungan untuk Berhenti MerokokTiga dari 4 perokok di seluruh dunia menyatakan ingin berhenti merokok namun bantuan komprehensif yang tersedia baru dapat menjangkau 5% nya. Bantuan yang dapat diberikan adalah: 1) Pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer; 2) Quitline: Telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan cuma-cuma; 3) Terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter.Waspadakan Masyarakat akan Bahaya TembakauWalaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar.Eliminasi iklan, Promosi dan Sponsor terkait TembakauPemasaran tembakau memiliki peranan besar dalam meningkatkan gangguan kesehatan dan kematian karena tembakau. Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Sepuluh tahun sejak inisiasi larangan iklan rokok dijalankan, konsumsi rokok di negara dengan larangan iklan turun 9 kali lipat dibandingkan dengan negara tanpa larangan iklan.[endnoteRef:12] [12: Saffer H. Tobacco Advertising and Promotion. In: Jha P. ChaloupkaFl, eds. Tobacco Control in Developing Countries. Oxford, Oxford University Press, 2000. ]

Raih Kenaikan Cukai TembakauDengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.Strategi MPOWER harus dilaksanakan secara keseluruhan untuk mencapai hasil yang efektif. Inti Pesan yang harus disebarluaskan saat mengadvokasi kebijakan tembakauPesan anda terdiri dari beberapa hal ANCAMAN SERIUS PEROKOK PASIF ANAK BEBAS TEMBAKAU BERHENTI MEROKOK, SEHAT DAN BEREKONOMI PERUSAHAAN ROKOK, KE MASYARAKAT HANYA CARI UNTUNG , KE NEGARA SUAP LANCAR

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN

I. SimpulanBerdasarkananalisisdansintesisataspermasalahan yang dikaji, dapatdisimpulkansebagaiberikut1. Indonesia satusatunya Negara di ASEAN dan 10 dari Negara di dunia yang belummeratifikasi FCTC2. Indonesia belummemilikiregulasi yang mengikattentangpengendaliantembakau3. Perlu dilakukan gerakan nasional untuk melawan rokok, metode paling efektif adalah advokasi nasional, ke pihak Pemerintah, DPR, MasyarakatUmumdandokter

II. Saran1.Audiensi yang dilakukanharusmelibatkansemuapihak2. Audiensi yang dilakukanharusberkelanjutan (sustainable) janganhanyaaudiensi yang tentative karenaakanmenghasilkanefek yang sementara

DAFTAR PUSTAKA