ROBOHNYA SURAU KAMI

download ROBOHNYA SURAU KAMI

of 9

description

HAL-HAL MENARIK

Transcript of ROBOHNYA SURAU KAMI

Pengarang : Ali Akbar Navis Tahun terbit: 1986 Judul Kota terbit Penerbit : Robohnya Surau Kami : Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hal-Hal menarik terdapat dalam cerpen Ali Akbar Navis yang berjudul Robohnya Surau Kami. Saya memilih lima unsur Ekstrinsik sebagai hal menarik tersebut. Sebagai objek tugas mata kuliah Pengkajian Cerpen Indonesia, berikut Saya jabarkan hal-hal apa saja yang menjadikan cerpen karangan A A Navis ini menjadi sebuah kisah yang begitu mengesenkan bagi para pembaca. 1. Sinopsis (Ringkasan Cerita) Menurut Saya, alur cerpen atau jalan cerita Robohnya Surau Kami sangat menarik dan membawa kehikmatan jika kita sedang membacanya. Oleh karena itu, sinopsis Saya kategorikan sebagai salah satu dari hal-hal menarik tersebut. Berikut penjabarannya. Berdiri sebuah Surau yang di depannya terdapat kolam ikan. Surau itu dijaga oleh seorang lelaki tua. Orang-orang memanggilnya Kakek. Kakek suadh bertahun-tahun sebagai garin di surau itu. Kakek hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas dari kolam depan surau. Kakek juga suka mendapat dari fitrah Id setahun sekali. Sungguh prihatin. Kakek dikenal sebagai pengasah pisau. Suatu hari seorang anak mendatangi Kakek yang sedang duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Belek susu berisi minyak kelapa, asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur berada berantakan disekitarnya. Kakek sedang murung rupanya. Tak biasanya anak itu tak disambut kedatangannya oleh si Kakek. Lalu, si anak bertanya tentang kemurungan Kakek. Kakek menyebutkan sebuah nama, Ajo Sidi. Si tukang pembual. Kakek kesal dengan Ajo Sidi sampai-sampai ingin menggoroh tenggorokannya dengan pisau cukur. Apa ceritanya, Kek? Siapa? Ajo Sidi. Kurang ajar dia, Kakek menjawab. Kenapa? Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya. Kakek marah?

Si anak bertanya kepada Kakek apa yang membuatnya kesal. Si Kakek menjawab bahwa Ajo Sidi bercerita tentang Haji Saleh yang mesuk neraka karena Ia lalai terhadap kaumnya sendiri, anak dan istri, hingga kocar-kacir selamanya meninggalkan anak istri walaupun dia sudah pergi haji belasan kali, banyak beribadah kepada Allah SWT.. Si Kakek berpikir bahwa Ajo Sidi menyindir kehidupannya. Keesokan harinya, ketika si anak turun dari rumahnya pagi-pagi dan mendapakan berita bahwa Kakek meninggal dunia. Kakek menggorok lehernya dengan pisau cukur. Si anak berpikir Ajo Sidi gara-gara. Ia segara pergi ke rumah Ajo Sidi. Namun, Istri Ajo Sidi mengatakan bahwa suaminya pergi bekerja. Istri Ajo Sidi juga mengatakan bahwa Kakek meninggalkan pesan agar dibelikan tujuh lapis kain kafan. Ia sudah pergi, jawab istri Ajo Sidi. Tidak ia tahu Kakek meninggal? Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.

2.

Unsur Agama Cerita tersebut mendidik kita lewat pelajaran agama. Mulai dari kewajiban beribadah,

ketaantan beribadah, keikhlasan beribadah menghadap Allah SWT.. Cerpen Robohnya Surau Kami juga mendidik kita bagaimana menjalani hiup susah atau prihatin maupun senang dapat menjadi panutan atau cintoh untuk kehidupan sehari-hari. Hidup serba apa adanya. Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut.Masya Allah kataku bila aku kagum. Kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa hidup di dunia hanya sementara. Yang paling penting itu di akhirat. Allah SWT mencatat semua yang kita lakukan. Tetapi hidup untuk beribadah di dunia tidak boleh egois, Kita harus memikirkan juga kaum sendiri, anak, istri, suami hingga tidak kocar-kacir selamanya. Jadi, cerita ini mendidik Kita bahwa kehidupan di dunia dan di akhirat harus seimbang. Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia? tanya Haji Saleh. Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucarkacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun. Kita diajarkan bersyukur dan bekerja mengolah dengan baik apa yang kita miliki pemberian Allah SWT. Cerpen ini juga membuat kita berpikir bahwa Allah menciptakan alam semesta tidak sia-sia, tetapi untuk dimanfaatkan dan dinikmati secara baik serta digali dengan sikap ulet hingga menjadi ilmu pengetahuan.

3.

Unsur Sosial Di dalam setiap cerpennya, Ali Akbar Navis menampilkan wajah Indonesia di

zamannya dengan penuh kegetiran. Penuh dengan kata-kata satir dan cemoohan akan kekolotan pemikiran manusia Indonesia saat itu yang masih relevan pada masa sekarang ini. Karena si Kakek penjaga surau telah meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi yang mengurus surau. Hanya anak-anak yang biasa berlarian di dalamnya. Perempuan yang kehabisan kayu bakar suka mencopoti pekayuannya. Hal tersebut juga masih sering terjadi sampai zaman sekarang. Masih saja banyak orang masa bodoh dengan linkungan sekitar sampai saat ini. Sifat masa bodoh manusia zaman sekarang yang kurang kesadaran memelihara fasilitas, apalagi fasilitas yang sudah tidak dijaga lagi. Dari hal kecil saja seperti surau yang biasanya terletak di wilayah jauh dari keramaian kota, tempat-tempat bersejarah peninggalan zaman dahulu banyak yang terabaikan mentang-mentang tidak ada penjaga. Tindakan fundalisme anak-anak bangsa seperti, mencorat-coret, mencuri bagian material fasilitas, menghancurkan dengan brutal, dan berbagai tindakan tidak bertanggung jawab lainnya. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan orang-orang terdahulu kita yang suka mengandalkan orang lain. Hal tersebut terbukti dalam cerita bahwa si Kakek dari muda tidak bekerja. Ia hanya menjaga surau dan mendapat sedekah. Ia tidak mencari pekerjaan yang pasti atau bahkan tidak berkarya dan menciptakan pekerjaan sendiri, hanya mengasah pisau yang penghasilnya sangat kecil dan tidak menentu. Baiknya di sini masih ada orang-orang yang sadar akan indahnya berbagi. Mereka yang menggunakan jasa asah pisau si Kakek memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang meminta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Lagi-lagi buruknya, ada juga yang hanya memberikan si Kakek ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Mereka adalah orang-orang yang itungan. Zaman sekarang masih saja ada masyarakat seperti itu, Mereka takut hartanya berkurang, mungkin Mereka senang mengumpulkan harta tanpa memperhatikan sesamanya yang membutuhkan. Contohnya, para koruptor. Si anak yang menghormati orang tua, acuh terhadap sesama, sangat mengerti perasaan si Kakek mencotohkan Kita bahwa bagaimana pun perbedaan umur atau zaman harus menjaga silaturami dan ketentraman batin.

4.

Unsur Adat Ajo Sidi yang menyebalkan! Begitu diceritakan betapa mulut besar dirinya. Banyak

omong, pembual. Dalam cerpen ini dijabarkan perkataan Ajo Sidi panjang lebar yang jelas menyindir. Menjengkelkan! Mungkin memang seperti budaya Sumatra yang masyarakatnya berwatak keras. Omongannya pedas, kasar, dan tajam. Pada suatu waktu, kata Ajo Sidi memulai, di akhirat Tuhan Allah memeriksa orangorang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga....Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia? tanya Haji Saleh Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun. Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.

5.

Unsur Psikologi Kakek yang berwatak melow atau sensitif setelah mendengarkan cerita Aji Sidi karena

dirinya sudah tua. Hal itu mungkin disebabkan semakin Tua semakin seperti anak kecil, labil, perasa, rese, dan pemurung. Padahal benar si Anak bahwa perkataan-perkataan Ajo Sidi tidak usah terlalu didengar dan dimasukkan ke hati. Sensitifitas Kakek juga bisa disebabkan dari pekerjaanya yang dari dulu tidak begitu mengenal dunia luar, kurang berbaur, hanya mengurung diri di surau selalu beribadah. Pikirannya kurang terbuka menjadi kaku. Konyol sekali si Kakek ini. A A Navis cerdas memunculkan tokoh tua yang melow. Dari muda ke tua kegiatan Kakek semakin baik, dan lebih gila beribadah sampaisampai di masa tuanya lupa akan kaumnya sendiri. Bisa jadi karena si Kakek menyadari bahwa dirinya sudah semakin tua mendekati ajalnya, sehingga Ia meningkatkan kegiatan ibadahnya sebelum segalanya berakhir. Istilahnya mumpung masih ada umur seperti salah satu kata bijaksana shalatlah Kamu sebelum Kamu dishalatkan. A A Navis sangat inovatif pada masanya. Dapat kita apresiasikan pada zaman sekarang, yaitu merasuki pikiran masyarakat dengan kata-kata dalam cerpen Robohnya Surau Kami agar Kita memiliki pola pikir bahwa segalanya harus dilaksanakan dengan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Robohnya_Surau_Kami http://books.google.co.id/books/about/Robohnya_surau_kami.html?id=glkzQDIK2sUC&redi r_esc=y

TUGAS MATA KULIAH PENGKAJIAN CERPEN INDONESIA ROBOHNYA SURAU KAMI KARANGAN ALI AKBAR NAVIS

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011