Rmk Artikel Temu 3 Fix Bhs Indo

download Rmk Artikel Temu 3 Fix Bhs Indo

If you can't read please download the document

description

tugas seminar akuntansi

Transcript of Rmk Artikel Temu 3 Fix Bhs Indo

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAANYANG MELANGGAR PERJANJIAN UTANGOleh:NURUL HERAWATIPoliteknik YDHI YogyakartaZAKI BARIDWANUniversitas Gadjah Mada YogyakartaBAGIAN 1 : RINGKASAN DAN REVIEW ARTIKELRINGKASANDalam teori keagenan, agen biasanya dianggap sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Dalam hal kontrak utang, perusahaan merupakan agen dan kreditur sebagai prinsipal. Dengan begitu, perusahaan sebagai agen berkeinginan memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu perjanjian utang dipenuhi sesuai dengan yang diperjanjikan atau perjanjian utang dilanggar.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pola praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang melanggar perjanjian utang dan mengenai apakah perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang, dengan cara menguji kembali praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melanggar perjanjian utang.Penelitian sebelumya berkaitan dengan hal tersebut yaitu Sweeney 1994; DeFond dan Jiambalvo 1994 mengenai pelanggaran perjanjian utang kemungkinan besar mempengaruhi pilihan kebijakan akuntansi. Beberapa studi sebelumnya telah menemukan indikasi bahwa manajer perusahaan yang mengalami tekanan keuangan, khususnya perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang akan menanggapi dengan pilihan kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan yaitu DeFond dan Jiambalvo (1994); Sweeney (1994); Peltier-Rivest (1999); Jaggi dan Lee (2001); dan Rosner (2003). Sedangkan beberapa studi lain menyatakan bahwa manajer lebih mungkin melakukan manajemen laba yang menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan perusahan yaitu DeAngelo et al. (1994); Jaggi dan Lee (2001) dan Saleh dan Ahmed (2005). Di Indonesia, penelitian pada bidang ini sangat terbatas dimana isunya sedikit berbeda (yaitu perusahaan yang mengalami masalah seperti Surifah 2001; Amanah 2002; Syam 2004; dan Kusumawati dan Sasongko 2005) serta perusahaan yang memiliki kontrak perjanjian utang (Andriyani, 2004) dan hasilnya pun masih beragam. Hasil menunjukkan bahwa ada yang tidak berhasil menemukan indikasi manajemen laba ketika perusahaan bermasalah (Amanah 2002; Syam 2004); ada yang menemukan indikasi manajemen laba yang meningkatkan laba ketika dalam kondisi bermasalah (Djakman 2003; Kusumawati dan Sasongko 2005) dan ada juga yang menemukan indikasi manajemen laba yang menurunkan laba yang dilaporkan (Kusumawati dan Sasongko, 2005).Skema yang digunakan dalam penelitian ini:Kajian Teoritis :Teori Keagenan (Nexus of contracts)Teori Akuntansi Positif (Debt Covenant Hypothesis)Manajemen laba Kajian Empiris:Dechow (1994), DeFond & Jiambalvo (1994), Sweeney (1994)Peltier-Rivest (1999)Jaggi dan Lee (2001) Rosner (2003)Surifah (2001)Amanah (2002)Syam (2004)Djakman (2003)Kusumawati dan Sasongko (2005) Masalah penelitianTujuan PenelitianHipotesis PenelitianLatar BelakangData PenelitianKuantitatifData SekunderPopulasi: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJPurposive SamplingVariabel PenelitianDependen:Manajemen Laba (discretionary accruals)Independen:Pelanggaran Perjanjian Hutang(Pelanggaran perjanjian utang yang mencakup pelanggaran terhadap rasio keuangan yang disyaratkan oleh kreditur dalam perjanjian utangjangka pendek maupun jangka panjangdan/atau pelanggaran perjanjian pembayaran pokok utang dan bunga)Pengujian Hipotesis:Uji Asumsi Klasik (Normalitas, Multikolinearitas, Autokorealasi, dan Heteroskedastisitas)Paired-Samples T-test (H1)Independen-Sample T-test (H2)Kesimpulan PenelitianSaran dan ImplikasiTelaah LiteraturHasil Pengujian dan InvestigasiKonsep Penelitian yang digunakan:PATManajemen Laba (Discretionary Accrual)Debt Covenant HypotesisPerusahaan Pelanggar Perjanjian HutangPerusahaan Bukan Pelanggar Perjanjian HutangAlat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: pertama, dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas) yang diperlukan untuk memperoleh parameter-parameter dari persamaan regresi yang akan digunakan untuk menghitung nilai non-discretionary accruals. Kedua, uji hipotesis dengan menggunakan uji beda, pada hipotesis pertama uji beda menggunakan Paired-Samples T-test, sedangkan pada hipotesis kedua uji beda menggunakan Independen-Sample T-test pada perioda sebelum dan saat terjadi pelanggaran utang. Sebelum menentukan alat uji beda parametrik atau nonparametrik yang akan digunakan pada pengujian hipotesis satu dan dua maka dilakukan uji normalitas data (Kolmogorov Smirnov Test).Hasil uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa (1) manajemen perusahaan yang melanggar perjanjian utang termotivasi untuk melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals yang meningkatkan laba sebelum terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis diterima), (2) manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang melanggar perjanjian utang pada perioda saat secara statistis signifikan lebih kecil atau sama dengan setelah terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis ditolak). Hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang melanggar perjanjian utang pada perioda saat melanggar secara statistis signifikan lebih kecil atau sama dengan setelah terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis ditolak).Hasil penelitan menunjukkan pengujian hipotesis pertama memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan praktik manajemen laba yang menaikkan laba yang dilaporkan pada perioda sebelum terjadi pelanggaran yaitu t-1. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa perusahaan yang melanggar perjanjian utang dan perusahaan kontrol sama-sama melakukan manajemen laba pada perioda. Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai tidak adanya kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar.MOTIVASI PENELITIANMotivasi penelitian ini adalah beragamnya hasil penelitian sebelumnya dan terbatasnya penelitian mengenai bidang ini (terutama di Indonesia). Hal-hal yang dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya di Indonesia: peneliti melakukan penelitian untuk memberikan dukungan empiris terhadap hipotesis perjanjian utang khususnya untuk setting Indonesia melalui pengujian praktik manajemen labanya, menggunakan sampel perusahaan yang mengalami pelanggaran perjanjian utang, dan menggunakan perjanjian utang privat.MASALAH PENELITIAN Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang melanggar perjanjian utang dan mengenai apakah perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang, dengan cara menguji kembali praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melanggar perjanjian utang.LANDASAN TEORITeori keagenan Teori ini memandang perusahaan sebagai nexus of contracts yaitu organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti kontrak dengan pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang terkait termasuk kreditur. Teori Akuntansi Positif (Hipotesis Perjanjian Utang) - Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa adanya insentif untuk melakukan manajemen laba yang timbul karena perjanjian utang, disebut dengan hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis). Hipotesis perjanjian utang menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas tinggi cenderung memilih metoda akuntansi dan kebijakan yang meningkatkan laba yang dilaporkan untuk menghindari kegagalan teknis perjanjian utang. Manajemen laba Pola manajemen laba yang dapat dilakukan manajer ada dua yaitu meningkatkan laba dan menurunkan laba yang dilaporkan. Temuan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola manajemen laba yang dilakukan manajemen perusahaan bergantung pada motivasi dilakukannya manajemen laba. HIPOTESIS PENELITIANHipotesis perjanjian (debt-covenant hypothesis) menyatakan bahwa adanya insentif untuk melakukan manajemen laba yang timbul karena perjanjian utang dan menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas tinggi cenderung memilih metoda akuntansi dan kebijakan yang meningkatkan laba yang dilaporkan untuk menghindari kegagalan teknis perjanjian utang. Terdapat dua pola manajemen laba yang dapat dilakukan manajer yaitu meningkatkan laba dan menurunkan laba yang dilaporkan. Temuan penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menunjukkan bahwa pola manajemen laba yang dilakukan manajemen perusahaan bergantung pada motivasi dilakukannya manajemen laba.H1: Manajemen perusahaan yang melanggar perjanjian utang termotivasi untuk melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals yang meningkatkan laba.Sweeney (1992) memberikan bukti empiris bahwa manajer perusahaan pelanggar membuat jumlah yang lebih besar dalam keputusan pilihan akuntansi terhadap manajer perusahaan kontrol untuk industri, ukuran dan perioda waktu yang sama. Andriyani (2004) menguji hipotesis perjanjian utang yaitu dengan meneliti keberadaan indikasi manajemen laba pada perusahaan yang memiliki perjanjian kontrak utang. Mekanisme perjanjian yang digunakan adalah penerbitan obligasi. Penelitian Andriyani (2004) memberikan bukti empiris tentang adanya manajemen laba lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian daripada yang tidak terikat perjanjian. Walaupun berdasarkan hasil beberapa penelitian di Indonesia menyatakan bahwa perusahaan publik di BEJ melakukan manajemen laba (Surifah 2001; Syam 2004; Kusumawati dan Sasongko 2005), tapi kondisi pelanggaran perjanjian utang akan menyebabkan semakin besarnya ketidakamanan posisi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa manajemen perusahaan yang melanggar perjanjian utang akan lebih berusaha untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih baik supaya tidak berlanjut pada pelanggaran yang lebih berat sehingga manajemen perusahaan tersebut kemungkinan besar akan melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang.H2: Manajemen laba perusahaan yang melanggar perjanjian utang lebih besar daripada manajemen laba perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang.KARAKTERISTIK DESAIN PENELITIANRantai Kausal dan Validitas LogikaPenelitian ini menunjukkan rantai kausalitas dan validitas logika yang baik karena latar belakang penelitian telah dipaparkan dengan baik, yang kemudian memunculkan tujuan dilakukannya penelitian ini. Kemudian logika yang dibangun dalam review literatur dan penjelasan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait, memperkuat perumusan hipotesis yang diajukan peneliti.Pengendalian variabel extraneousVariabel extraneous dikendalikan dengan cara menggunakan purposive sampling. Populasi dalam penelitian terdiri dari semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Kemudian sampel dipilih dengan kriteria :Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ perioda amatan 2000-2004.Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang serta menyatakannya di catatan laporan keuangannya atau dinyatakan dalam laporan auditor independen.Perusahaan yang mengungkapkan perjanjian utang-rasio keuangan dan tidak menyatakan pelanggaran perjanjian utang diklasifikasikan sebagai perusahaan kontrol. Informasi tentang tidak melanggarnya perusahaan kontrol ini dicek melalui catatan laporan keuangan dan laporan auditor independen.Perusahaan memiliki data sembilan tahun yaitu lima tahun mulai t-2 sampai t-6 merupakan perioda estimasi, sedangkan t-1, t dan t+1 merupakan perioda kejadian.Perusahaan-perusahaan yang datanya tidak lengkap dikeluarkan dari sampel.Validitas InternalPenelitian ini memiliki validitas internal yang cukup kuat karena teori yang mendasari penelitian ini sudah tepat digunakan untuk menguji fenomena yang diteliti serta terdapat pula konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis data terutama pada pengambilan sampel digunakan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sehingga hasil penelitian dapat menjawab masalah penelitian yang diungkapkan peneliti. Validitas eksternalValiditas eksternal dari hasil riset merupakan kemampuan data untuk digeneralisasi terhadap orang-orang, tempat, dan waktu (generalizability). Peneliti menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ namun yang sesuai kriteria hanya 13 perusahaan sehingga memiliki tingkat generalisasi yang rendah.Pengumpulan dan analisis dataData penelitian diperoleh dari laporan keuangan, meliputi (a) data pelaporan perusahaan mengenai pernyataan kepatuhan dan pelanggaran perjanjian utang yang terkait dengan rasio keuangan serta pembayaran pokok dan bunga, dinyatakan pada catatan laporan keuangan dan laporan auditor independen dan (b) data untuk perhitungan akrual dapat diperoleh dari laporan tahunan dan Indonesian Capital Market Directory. Uji statisticDilakukan uji asumsi klasik, diperlukan untuk memperoleh parameter-parameter dari persamaan regresi yang akan digunakan untuk menghitung nilai non-discretionary accruals. Hasil uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas terpenuhi.Uji regresi dilakukan untuk mengestimasi non-discretionary accruals. Dari hasil pengujian didapat, nilai parameter untuk perusahaan yang melanggar perjanjian utang adalah koefisien perubahan pendapatan dan aktiva tetap gros sebesar 0,076 dan -0,067. Nilai parameter untuk perusahaan kontrol adalah koefisien perubahan pendapatan dan aktiva tetap gros sebesar 0,019 dan -0,037.Sebelum menentukan alat uji beda parametrik atau nonparametrik yang akan digunakan pada pengujian hipotesis satu dan dua maka dilakukan uji normalitas data untuk menentukan alat uji yang digunakan. Hasilnya untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji beda parametrik yaitu Paired-Samples T-test, sedangkan untuk menguji hipotesis 2 digunakan uji beda parametrik yaitu Independen-Sample T-test.Paired-Samples T-test (Hipotesis 1) kesimpulan: (1) manajemen perusahaan yang melanggar perjanjian utang termotivasi untuk melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals yang meningkatkan laba sebelum terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis diterima), (2) manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang melanggar perjanjian utang pada perioda saat secara statistis signifikan lebih kecil atau sama dengan setelah terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis ditolak).Independen-Sample T-test (Hipotesis 2) manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang melanggar perjanjian utang pada perioda saat melanggar secara statistis signifikan lebih kecil atau sama dengan setelah terjadi pelanggaran perjanjian utang (hipotesis ditolak). Konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis dan analisis dataMasalah penelitian, hipotesis, dan analisis data dalam penelitian ini sudah konsisten. Hipotesis yang diajukan telah sesuai dengan masalah penelitian, dan data yang dikumpulkan telah dianalisis dengan baik sehingga mampu memberikan bukti untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.Konsistensi hasil pengujian dengan simpulanPeneliti menyimpulkan penelitiannya telah konsisten dengan hasil pengujian yang dilakukan. Hasil pengujian telah dibahas secara mendetail pada bagian Hasil dan Diskusi, kemudian dinyatakan kembali secara ringkas pada Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian.Implikasi kebijakanKontrak hutang merupakan masalah antara manajemen (agen) dengan kreditor (prinsipal), sehingga kreditor harus lebih berhati-hati dalam menganalisa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam kaitannya terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Manajemen harus mengungkapan segala yang berkaitan dengan kontrak hutangnya dalam Catatan Atas Laporan Keuangan agar dapat memberikan pertimbangan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan seluruh pemakai laporan keuangan.PENGEMBANGAN ARTIKELJudulPengaruh Moderasi Struktur Corporate Governance dalam Hubungan Kontrak Hutang Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Latar Belakang PenelitianManajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu, walaupun dalam jangka panjang (laba kumulatif) tidak terdapat perbedaan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Rosenzweig, 1995). Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Lebih jauh lagi, manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih cepat, lebih banyak, dan lebih valid daripada pemegang saham (information asymmetry) sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan berorientasi pada angka laba, yang dapat menciptakan kesan (prestasi) tertentu.Kontrak hutang merupakan salah satu motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney: 1994) dalam Achmad et al (2007). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Dalam suatu perusahaan yang mempunyai resiko debt to equity cukup tinggi, maka akan mendorong manajer perusahaan untuk cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan berakibat menimbulkan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor dan bahkan perusahaan dapat terancam melanggar perjanjian hutang. Leverage finansial (hutang dibagi total aktiva) adalah pengukur bagi kontrak antara manajer dengan pemberi modal (Christie, 1990) yang dapat dijelaskan dengan debt covenant hypothesis dalam teori akuntansi positif (Watts & Zimmerman, 1986).Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi (Tjager et al, 2003, hal. 26). Pengertian yang lebih luas mengklasifikasikan corporate governance ke dalam dua perspektif yaitu perspektif sempit dan perspektif luas. Dalam perspektif sempit, corporate governance didefinisikan sebagai mekanisme administratif yang mengatur hubungan - hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok - kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Sedangkan dalam perspektif luas, corporate governance didefinisikan dalam pengertian sejauh mana perusahaan telah dijalankan dengan cara yang terbuka dan jujur untuk mempertebal kepercayaan masyarakat luas terhadap mekanisme pasar, meningkatkan efisiensi dalam alokasi sumber daya langka baik dalam skala domestik maupun internasional, memperkuat struktur industri, dan akhirnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas. Sehingga masih banyaknya inkonsistensi hasil penelitian tentang manajemen laba dan motivasi hutang, peneliti termotivasi untuk menguji pengaruh lain yang memoderasi yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara motivasi kontrak hutang dan praktik manajemen laba tersebut yaitu corporate governance.Masalah PenelitianApakah motivasi manajemen dalam hal kontrak hutang berpengaruh terhadap praktik manajemen laba (earnings management)?Apakah corporate governance memoderasi hubungan motivasi manajemen dalam hal kontrak hutang terhadap praktik manajemen laba (earnings management)?Landasan TeoriTeori Akuntansi PositifTeori KeagenanCorporate GovernanceManajemen LabaPenelitian-penelitian lain yang terkaitHipotesisH1: Apabila pelanggaran perjanjian hutang meningkat, manajemen laba akan semakin tinggi. H2: Apabila pelanggaran perjanjian hutang meningkat dengan struktur corporate governance yang baik, maka manajemen laba akan semakin berkurang.Metode PenelitianData PenelitianPopulasi : Seluruh Perusahaan Manufaktur di BEI, Sampel : Purposive SamplingPenelitian Kuantitatif dengan Data Sekunder, Moderated Regression AnalysisVariabel PenelitianVariabel Terikat: Praktik Manajemen Laba (Discretionary Accrual)Variabel Bebas: Motivasi ManajemenKontrak Hutang: Total Hutang dibagi Total AktivaVariabel Moderasi: Corporate GovernanceKepemilikan InstitusionalSaham yang dimiliki pihak institusional dibagi jumlah saham beredar.Kepemiilikan ManajerialSaham yang dimiliki manajer, direktur, komisaris dibagi jumlah saham beredar.Efektivitas Dewan DireksiSetiap perusahaan manufaktur akan diberikan penilaian berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan terkait laporan dewan direksi, profil dewan direksi, pernyataan tugas dan tanggung jawab serta jumlah rapat dewan direksi. Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk adalah sebagai berikut :Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3.Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2.Poor : tidak memenuhi kriteria atau tidak ada informasi, diberi nilai 1.Efektivitas Komite AuditSetiap perusahaan manufaktur akan diberikan penilaian berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan terkait laporan komite audit, profil anggota komite audit, pernyataan tugas dan tanggung jawab serta jumlah rapat komite audit. Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk adalah sebagai berikut :Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3.Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2.Poor : tidak memenuhi kriteria atau tidak ada informasi, diberi nilai 1Kajian Teoritis :Teori Akuntansi Positif (Debt Covenant Hypothesis)Teori Keagenan (Nexus of contracts)Coorporate GovernanceManajemen labaKajian Empiris:Nurul (2007)Rei (2014)Masalah penelitianTujuan PenelitianHipotesis PenelitianLatar BelakangData PenelitianKuantitatifData SekunderPopulasi: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJPurposive SamplingVariabel PenelitianDependen:Manajemen Laba (discretionary accruals)Independen:Motivasi Manajemen Debt Covenant (Leverage)Pengujian Hipotesis:Uji Asumsi Klasik (Normalitas, Multikolinearitas, Autokorealasi, dan Heteroskedastisitas)MRA (Moderated Regression Analysis)Kesimpulan PenelitianSaran dan ImplikasiTelaah LiteraturHasil Pengujian dan InvestigasiModerating:Struktur Corporate Governance Skema PenelitianIndependen:Motivasi Manajemen Debt Covenant (Leverage)Dependen:Manajemen Laba (discretionary accruals)Moderating:Struktur Corporate Governance Hubungan Antar Variabel